• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Penyakit Periodontal Pada Anjing Yorkshire Terrier Dengan Alat Diagnosa Radiografi Serta Penanganannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kasus Penyakit Periodontal Pada Anjing Yorkshire Terrier Dengan Alat Diagnosa Radiografi Serta Penanganannya"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS PENYAKIT PERIODONTAL PADA ANJING

YORKSHIRE TERRIER DENGAN ALAT DIAGNOSA

RADIOGRAFI SERTA PENANGANANNYA

MUHAMMAD FAIZ HAFIZHUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kasus Penyakit Periodontal Pada Anjing Yorkshire Terrier Dengan Alat Diagnosa Radiografi Serta Penanganannya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

MUHAMMAD FAIZ HAFIZHUDDIN. Studi Kasus Penyakit Periodontal Pada Anjing Yorkshire Terrier Dengan Alat Diagnosa Radiografi Serta Penanganannya. Dibimbing oleh DENI NOVIANA dan SITI ZAENAB.

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sering terjadi pada anjing. Penanganan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan teknik operasi dibantu dengan alat diagnosa radiografi. Tujuan studi kasus ini adalah mengetahui gambaran radiografi serta penanganan kasus penyakit periodontal pada anjing Yorkshire Terrier. Penanganan penyakit periodontal dilakukan dengan pemeriksaan keadaan gigi anjing yang hasilnya dicatat ke diagram gigi anjing terlebih dahulu. Radiografi dilakukan dengan menggunakan teknik paralel pada gigi premolar dan molar mandibula anjing. Hasil pengambilan gambar radiografi menunjukan adanya penurunan densitas pada sekitar gigi molar 308 yang memiliki nilai indeks plak, gingivitis, dan furcation yang tinggi dibandingkan dengan gigi yang memiliki nilai indeks yang kecil yaitu gigi 306. Selain itu, pada gigi 308 didapatkan sulkus gingiva sedalam 0.3 mm. Pencabutan gigi anjing dilakukan pada seluruh gigi incisor mandibula. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan, diagnosa untuk melakukan penanganan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan radiografi. Selain indeks plak, gingivitis, dan furcation pencabutan gigi dilakukan dengan melihat mobilitas gigi.

(6)

ABSTRACT

MUHAMMAD FAIZ HAFIZHUDDIN. Case Study of Periodontal Disease Treatment in Yorkshire Terrier Dog with Radiography Diagnostic Equipment. Supervised by DENI NOVIANA and SITI ZAENAB.

Periodontal disease is a threatening for dog’s life. It can be treated by applying certain surgery technique along with radiography diagnostic assistance. This case study is aimed to understand the radiographic changes and periodontal disease treatment that was occured in a Yorkshire Terrier dog. As a first step, periodontal disease treatment was done by physical examination of

the dog’s teeth condition which then recorded into the teeth diagram. The radiography was perfomed by using parallel technique to premolar and molar mandibula teeth of the dog. As a result, the image has shown some decrease in density of the area around molar number 308 whose plaque index, gingivitis, and furcation higher than number 306 that has lower index. Besides that, there is 0.3 mm depth sulcus gingiva in tooth number 308. Dog’s teeth extraction was applied to all incisor mandibula teeth. The case study showed that radiography can be used as diagnostic tool in periodontal disease treatment. Teeth mobility is also a factor when determining which teeth to extract instead of plaque, gingivitis, and furcation index.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

STUDI KASUS PENYAKIT PERIODONTAL PADA ANJING

YORKSHIRE TERRIER DENGAN ALAT DIAGNOSA

RADIOGRAFI SERTA PENANGANANNYA

MUHAMMAD FAIZ HAFIZHUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul karya ilmiah ini adalah “Studi Kasus Penyakit Periodontal Pada Anjing Yorkshire Terier Dengan Alat Diagnosa Radiografi Serta Penanganannya”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Drh Deni Noviana, PhD dan Drh Siti Zaenab yang telah membimbing selama studi kasus ini dilakukan. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Drh Chairun Nisa, MSi selaku pembimbing akademik yang telah membimbing selama kuliah. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada kedua orang tua penulis, Bapak Sambas Waemata dan Ibu Zulminarni serta keluarga penulis Kakak Zaki, Kakak Amel, Abang Hanif dan Adzka. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rili Wahyu Aji yang telah menjadi teman seperjuangan sejak awal kuliah, teman-teman Ganglion, dan teman-teman-teman-teman The Sims atas segala doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan baik. Semoga penulis dapat menghasilkan karya ilmiah yang bermanfaat bagi penulis dan juga bagi pembaca.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Studi Kasus 1

Manfaat Studi Kasus 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 2

Anatomi Gigi Anjing 2

Penyakit Periodontal 3

Radiografi 3

Penanganan Penyakit Periodontal 4

METODE ... 4

Waktu dan Tempat 4

Alat 4

Bahan 5

Prosedur 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8 SIMPULAN DAN SARAN ... 13

Simpulan 13

Saran 14

(14)

DAFTAR TABEL

1 Hasil Pemeriksaan Complete Blood Count 8

DAFTAR GAMBAR

2 Diagram gigi anjing 2

3 Teknik pengambilan gambaran radiografi pada gigi premolar dan molar

Mandibula anjing 6

4 Hasil radiografi dengan titik lokasi pengukuran densitas 7 5 Keadaan gigi anjing yang mengalami penyakit periodontal 9

6 Diagram hasil pemeriksaan gigi anjing 9

7 Hasil radiografi gigi premolar dan molar mandibula anjing 10 8 Grafik nilai intensitas densitas periodontal gigi 306 dan 308 anjing 11

9 Pembersihan gigi anjing 12

10 Pemotongan ligamen periodontal dan pencabutan gigi anjing 12

11 Hasil gigi anjing yang sudah dibersihkan 13

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anjing merupakan hewan kesayangan yang banyak digemari oleh banyak

orang. Manfaat memelihara anjing dapat terasa secara fisik dan mental (O’Neil

et al. 2014). Perawatan yang kurang baik dapat menyebabkan penyakit. Salah satu penyakit yang sering menderita anjing adalah penyakit periodontal.

Penyakit periodontal dapat menyebabkan kualitas hidup hewan berkurang. Penyakit periodontal juga dapat menyebabkan hewan mengalami kesulitan makan, bau mulut, dan kesulitan membersihkan dirinya (grooming). Penyakit periodontal dapat menyebabkan penyakit sistemik seperti komplikasi kardiovaskular, rheumatoid arthritis, gangguan kehamilan (Oz dan Puleo 2011) dan artherosclerosis (Kortegaard et al. 2014).

Penilaian status periodontal pada anjing meliputi keparahan peradangan, hilangnya perlekatan antara gigi dan gusi, jumlah plak atau kalkulus, dan probing pocket depth (PPD). Kriteria periodontal yang sehat antara lain tidak adanya pendarahan saat probing, tidak ada discharge pus, dan tidak adanya mobilitas gigi (Hirai et al. 2013). Penentuan penilaiaan status periodontal juga ditentukan dengan hasil radiografi (Kortegaard et al. 2014).

Radiografi merupakan alat bantu dalam menentukan penilaian status periodontal. Radiografi dapat menunjukkan gambaran dua dimensi pada struktur tiga dimensi. Faktor-faktor seperti densitas tulang, kontras radiografi, sudut pengambilan gambar dapat mempengaruhi deteksi periodontitis (Zapata et al. 2011).

Penanganan penyakit periodontal yang utama adalah mengurangi mikroba patogen. Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi mikroba antara lain scaling, root planning (Fernandes et al. 2010), dan mengontrol infeksi yang terjadi di area gingiva (Soares et al. 2010). Kejadian penyakit periodontal dapat dicegah dengan scaling dan polishing periodontal pocket untuk menghilangkan sumber radang atau plak gigi (Davis et al. 2013).

Perumusan Masalah

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sering terjadi pada anjing. Dalam penanganan penyakit periodontal, diagnosa dilakukan dengan menggunakan alat bantu probe dan pemeriksaan secara inspeksi. Perlu alat diagnosa penunjang radiografi untuk mengetahui perubahan dan kelainan pada bagian gigi yang tidak dapat terlihat saat inspeksi serta sebagai peneguh diagnosa.

Tujuan Studi Kasus

(16)

2

Manfaat Studi Kasus

Hasil dari studi kasus ini diharapkan memberikan informasi mengenai kasus penyakit periodontal pada anjing Yorkshire Terrier dengan diagnosa radiografi serta penanganannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Gigi Anjing

Anjing memiliki anatomi rongga mulut yang sama dengan manusia, hanya dibedakan dengan bentuknya. Anjing memiliki 4 tipe gigi yaitu incisor untuk memotong, mengambil makanan, dan groom, caninus untuk merobek dan menahan makanan, sedangkan premolar dan molar untuk menghancurkan makanan menjadi ukuran yang dapat dicerna (Perrone 2013). Mamalia memiliki 2 set gigi, deciduous (primar) dan permanen. Deciduous anjing sebanyak 28 buah (12 incisor, 4 caninus, 8 premolar dan 4 molar), sedangkan gigi permanen sebanyak 42 buah (12 incisor, 4 caninus, 16 premolar dan 10 molar) (Pieri et al. 2012).

Gigi anjing secara eksternal dibagi menjadi 3 bagian crown, neck, and root. Crown merupakan bagian gigi yang berada di atas gusi dan dilapisi oleh enamel. Root atau akar merupakan bagian gigi yang berada di dalam gusi dan jumlahnya berbeda-beda pada setiap tipe gigi. Anjing dewasa memiliki akar

(17)

3

pada gigi incisor, caninus, premolar pertama, dan molar ketiga mandibula sebanyak satu buah. Premolar kedua dan ketiga maksila, premolar kedua, ketiga, dan keempat mandibula, serta molar pertama dan kedua mandibula memiliki dua buah akar. Premolar keempat, molar pertama dan kedua maksila memiliki 3 buah akar. Pengetahuan tentang jumlah akar pada gigi anjing sangat membantu dalam mengekstraksi gigi (Holmstrom et al. 2013).

Periodontium merupakan unit anatomi yang berfungsi sebagai tempat melekatnya gigi ke rahang atau tulang (Gorrel 2008). Periodontium terdiri dari jaringan lunak dan keras yang berfungsi sebagai penunjang, penahan, dan pelindung gigi di dalam alveolar bone. Periodontium terdiri dari ligamen, cementum, gingiva, dan alveolar bone (Pieri et al. 2012).

Penyakit periodontal

Penyakit periodontal merupakan hasil dari respon peradangan akibat plak pada gigi. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sering terjadi pada anjing umur lebih dari 3 tahun. Penyakit periodontal berawal dari gingivitis yang bersifat reversible, kemudian menjadi periodontitis yang ditandai dengan kerusakan jaringan periodontal seperti cementum, ligamen periodontal, (Hirai et al. 2013) dan alveolar bone (Gorrel 2008). Menurut Gorman (2012) terdapat 4 tingkatan penyakit periodontal, tingkat pertama ditandai dengan gingivitis, tingkat kedua atau awal mula periodontitis ditandai dengan peradangan dan oedema, tingkat ketiga gigi mulai kehilangan perlekatannya dan terbentuk kantung pada gusi, terlihatnya furcation, dan mobilitas gigi meningkat, dan tingkat keempat adalah hilangnya jaringan penyangga gigi sebanyak 50% dan terjadi penyusutan pada gusi.

Menurut Perrone (2013) penyakit periodontal adalah peradangan yang disebabkan bakteri di ruang periodontium. Hewan yang menderita penyakit periodontal memiliki nafas yang bau (halitosis), resesi pada gingiva, terbentuknya kantung periodontal, furcation atau root exposure dan terbentuk kalkulus. Infeksi yang terjadi di periodontium dapat menyebabkan penyakit pada organ tubuh lain (Gorrel 2008), seperti paru-paru, ginjal, dan hati (Holmstrom 2013).

Menurut Marshall (2014) kejadian penyakit periodontal pada anjing antara umur 1-2 tahun sebanyak 20% dengan tanda klinis hilangnya perlekatan antara gigi dengan gingiva. Kejadian penyakit periodontal pada anjing dengan umur 2-3 tahun sebanyak 61% dan pada anjing dengan umur lebih dari 3 tahun sebanyak 84%. Penyakit periodontal juga lebih sering terjadi pada anjing ras kecil dibandingkan dengan anjing dengan ras besar. Selain ras dan umur, bentuk rahang dan jumlah gigi juga memengaruhi terjadinya penyakit periodontal.

Radiografi

(18)

4

atau penyakit metabolit yang diduga menjadi penyebab penyakit periodontal (Holmstrom 2013).

Radiografi dapat dilakukan pada seluruh mulut atau masing-masing gigi untuk merepresentasikan bentuk dan ukuran gigi. Ukuran film dan jumlah film yang digunakan tergantung pada jenis, ukuran dan bentuk mulut anjing (Gorrel 2008). Radiografi dapat membantu dalam menentukan gejala penyakit periodontal dengan melihat hilangnya ketajaman atau berkurangnya warna atau densitas pada bone ridge. Bone ridge pada hewan normal terlihat seperti garis radiopaque, dengan lebar sekitar 1-2 mm. Tanda-tanda periodontitis yang dapat dilihat dengan radiografi adalah membulatnya tepi alveolar bone, terputusnya lamina dura, meluasnya ruang periodontal, dan hilangnya alveolar bone (Pieri et al. 2012).

Penanganan Penyakit periodontal

Penyakit periodontal dapat ditangani dengan dua cara terapi, yaitu tanpa operasi dan dengan operasi. Tujuan utama dalam melakukan terapi periodontal adalah mencegah penyakit semakin menyebar dan memberikan perlindungan jangka lama kepada jaringan periodontal yang sudah terinfeksi serta melindungi jaringan lain yang tidak terinfeksi (Caiafa 2006).

Terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam melakukan penanganan pada penyakit periodontal antara lain probing, radiografi, pencatatan evaluasi rongga mulut, penghilangan plak dan kalkulus. Plak dan kalkulus dihilangkan dengan alat extraction forceps dan perangkat scaler. Scaler yang paling umum digunakan adalah ultrasonic scalers (Caiafa 2006).

Beberapa alasan dalam melakukan ekstraksi antara lain adalah keparahan penyakit periodontal dengan indeks mobilitas dan furcation yang tinggi, supernumerary gigi, patah gigi, caries gigi, gigi deciduous yang permanen serta trauma. Pencabutan gigi pada anjing dan kucing sulit dilakukan karena terdapat perbedaan rasio antara akar dan crown, ukuran, dan jumlah akar pada setiap gigi (Caiafa 2006). Setelah penanganan penyakit periodontal diberikan antibiotik lokal (Perrone 2013) dan antibiotik sistemik (Caiafa 2006).

METODE

Waktu dan Tempat Studi Kasus

Studi kasus dilaksanakan pada bulan Januari 2015, di My Vets Animal Clinic Kemang - Jakarta Selatan.

Alat

(19)

5

CR reader dan perangkat lunak ImageJ® dalam komputer, hook explorer, elevator, probe, scaler, currete, extractor forceps, ultrasonic scaler, polisher, suction, dan 3 ways syringe.

Bahan

Bahan yang digunakan pada studi kasus ini adalah satu ekor anjing Yorkshire Terrier berumur 10 tahun, atropine sulfat 0.25 mg/ml , ketamine 100 mg/ml dan diazepam 5 mg/ml, isofluran, chlorhexidine rinse 0.12%, dan fluoride.

Prosedur Percobaan

1. Pemeriksaan fisik hewan

Hewan diperiksa keadaan fisiknya dengan cara inspeksi dan palpasi untuk melihat gejala klinis yang terlihat. Berat badan dan suhu tubuh hewan diukur menggunakan timbangan dan termometer.

2. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah yang dilakukan adalah Complete Blood Count dan kimia darah. Pengambilan darah dilakukan di vena cephalica antebrachii dorsalis sebanyak 1.5 ml, kemudian 1 ml darah dimasukkan ke dalam tabung vakum tanpa antikoagulan untuk dilakukan pemeriksaan kimia darah dengan reader kimia darah. 0.5 ml darah dimasukkan ke dalam tabung vakum dengan antikoagulan heparin untuk dilakukan pemeriksaan Complete Blood Count dengan hematology analyzer.

3. Anestesi

Anjing diberikan atropine sebagai premedikasi sebanyak 0.025 mg/kgBB. Pemberian diazepam dengan dosis 0.5 mg/kg berat badan dan ketamine dengan dosis 10 mg/kg berat badan. Kombinasi diazepam dengan ketamine umum digunakan pada anjing. Diazepam digunakan bersamaan dengan ketamine untuk menghasilkan relaksasi otot yang baik, mempercepat proses kehilangan kesadaran, dan tidak menimbulkan efek terhadap kardiopulmonari (Ferreira et al 2015). Hewan dijaga anestesinya dengan isofluran melalui endotracheal tube yang dimasukkan dengan bantuan laryngoscope. Isofluran diberikan secara per inhalasi sebanyak 1.5-3% dengan aliran oksigen 20 mL/kg/menit melalui endotracheal tube (Lee 1998). Isofluran merupakan sedasi inhalasi dengan pemulihan kesadaran yang cepat (L’Her et al. 2008)

4. Pemeriksaan keadaan gigi

(20)

6

nilai indeks tiap parameter dari angka 0-3. Nilai 0 untuk gigi sehat dan nilai 3 untuk tingkat keparahan yang tinggi. Pemeriksaan gigi juga dibantu dengan alat probe.

5. Pengambilan gambaran radiografi

Pengambilan gambaran radiografi dilakukan setelah hewan teranestesi. Hewan diposisikan latero lateral. Kaset film yang terbungkus plastik diletakkan di dalam rongga mulut atau di bagian gigi molar dan premolar mandibula kemudian dilakukan pengambilan gambar radiografi dengan menggunakan portable sinar-X. Kaset film dikeluarkan dari plastik pelindungnya lalu dimasukkan ke dalam CR reader yang terhubung dengan perangkat lunak pada komputer.

Pengambilan gambar radiografi dilakukan pada gigi yang memiliki nilai indeks parameter plak, gingivitis, dan furcation yang tinggi. Gigi tersebut antara lain gigi 305, 306, 307, 308, dan 309. Teknik yang digunakan untuk melakukan pengambilan gambaran radiografi adalah teknik paralel. Seperti yang terlihat pada Gambar 2 teknik paralel dilakukan dengan memposisikan film secara paralel dengan objek yang dicitrakan dan bertolak belakang dengan mesin sumber paparan sinar X sehingga didapatkan gambaran seluruh bagian gigi (Noviana et al. 2014).

Tampilan gambar radiografi yang muncul pada perangkat lunak merupakan hasil pencitraan yang akan diamati. Interpretasi dilakukan dengan perangkat lunak ImageJ® untuk mengukur densitas bagian-bagian gigi molar 308 dan 309. Seperti yang terlihat pada Gambar 3, pengukuran dilakukan pada titik-titik yang diberi warna. Titik biru diukur densitas dan diukur kedalaman periodontal pocket yang terbentuk dan titik jingga diukur densitasnya kemudian dibandingkan dengan titik biru. Titik merah diukur jarak antara garis terbawah mandibula dengan ujung akar pertama gigi molar 309.

(21)

7

Pengukuran jarak antara akar gigi pertama molar 308 dengan tulang mandibula

Pengukuran densitas periodontal gigi premolar 308 dan pengukuran kedalaman sulkus gingiva

Gambar 3 Hasil radiografi gigi premolar dan molar dengan titik-titik lokasi pengukuran densitas

Keterangan:

Pengukuran densitas periodontal gigi molar 306

6. Dental scalling dan dental extraction

Dental scalling dilakukan pada gigi dengan plak yang tipis. Plak atau kalkulus yang tebal pada gigi dihilangkan dengan alat extraction forceps. Kemudian dibersihkan dengan scaling ultrasonic kemudian gigi dilapisi dengan fluoride.

(22)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyakit periodontal merupakan hasil dari respon peradangan akibat plak pada gigi. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sering terjadi pada anjing umur lebih dari 3 tahun (Gorrel 2008). Penyakit periodontal merupakan peradangan yang disebabkan bakteri di ruang periodontium (Perrone 2013). Salah satu penunjang diagnosa untuk mengetahui adanya penyakit periodontal dengan menggunakan radiografi.

Studi kasus ini menggunakan anjing jantan jenis Yorkshire Terrier bernama Twix berumur 10 tahun. Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan anjing memiliki berat badan 2.8 Kg, dengan suhu 38.5°C. Anjing juga mengalami halitosis (bau mulut). Halitosis merupakan salah satu gejala klinis hewan yang mengalami penyakit periodontal (Santin et al. 2013)

Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Complete Blood Count

(23)

9

Pemeriksaan keadaan gigi dilakukan setelah hewan hilang kesadarannya. Gambar 4 menunjukkan keadaan beberapa gigi anjing saat dilakukan pemeriksasan keadaan gigi yang tertutup oleh plak dan kebengkakan pada gusi atau gingivitis. Plak merupakan lapisan tipis yang terbentuk akibat adanya kontaminasi antara saliva dengan bakteri pada gigi. Gingivitis terjadi akibat mineralisasi plak pada gigi dan berlanjut menjadi kalkulus. Kalkulus menyebar ke sulkus gingiva yang menyebabkan reaksi peradangan, kehilangan ligamen periodontal, dan yang paling parah kehilangan gigi (Pieri et al. 2012).

Pemeriksaan gigi dilakukan untuk melihat gigi yang hilang, penilaian indeks gingivitis, plak, dan furcation yang akan terlihat setelah plak dihilangkan menggunakan extractoion forceps. Furcation hanya ada pada gigi yang memiliki akar lebih dari satu (multi-root) (Pieri et al. 2012). Pemeriksaan gigi anjing bertujuan untuk menentukan tindakan operasi yang akan dilakukan. Menurut Kylarr dan Witter (2005) pemeriksaan klinis penyakit periodontal dapat dinilai dengan melihat indeks plak, kalkulus, gingivitis, dan furcation dengan alat bantu probe.

Gambar 5 Diagram hasil pemeriksaan gigi anjing Keterangan: Plak ; Gingivitis; Furcation; Gigi hilang

(24)

10

Hasil pemeriksaan keadaan gigi anjing yang terlihat pada Gambar 5 menunjukan bahwa anjing kehilangan gigi 101, 102, 103, 105, 108, 201, 202, 203, 204, 406, dan 407. Kehilangan gigi disebabkan karena anjing menderita periodontitis yang tidak ditangani (Gorman 2012). Menurut Kyllar dan Witter (2005) umumnya gigi anjing yang hilang pertama kali akibat penyakit periodontal adalah premolar pertama, kemudian incisor, lalu premolar dan molar lainnya.

Keadaan gigi yang memiliki nilai indeks plak, furcation, dan gingivitis yang tinggi antara lain 109, 208, 209, 308, 309, 408, dan 409. Gigi yang memiliki nilai indeks plak, furcation, dan gingivitis yang tinggi adalah gigi molar. Gigi molar merupakan gigi yang berfungsi untuk menghancurkan makanan. Berdasarkan fungsinya memungkinkan terdapat banyak sisa makanan yang akan menyebabkan terbentuknya plak dan peradangan oleh bakteri (Pieri et al. 2012). Menurut Kyllar dan Witter (2005) bagian gigi molar dan premolar merupakan bagian yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi biasa.

Berdasarkan gambaran radiografi yang terlihat pada Gambar 6a, dapat terlihat urutan gigi dan jumlah akar dari gigi 305, 306, 307, 308, dan 309. Gigi normal memiliki bagian-bagian seperti crown, neck, dan akar (root) seperti yang terlihat pada Gambar 6b. Crown terletak di atas gusi sedangkan root merupakan bagian gigi yang terdapat di dalam gusi. Gambaran radiografi juga memperlihatkan alveolar bone dan lapisan gigi seperti enamel, dentin, dan pulpa. Rongga pulpa terisi oleh pembuluh darah dan syaraf gigi yang masuk melalui kanal pada bagian akar gigi (Noviana 2014)

Hasil gambaran radiografi pada Gambar 6b juga memperlihatkan gigi, gusi, Sulkus gingiva, dan tulang mandibula. Berdasarkan densitasnya tulang dan gigi memiliki densitas yang lebih besar dibandingkan dengan gusi. Hal ini dikarenakan enamel yang melapisi gigi mengandung 96% bahan inorganik berupa hydroxyapatite crystal dan 4% bahan organic berupa air dan jaringan fibrosa. Bahan inorganik tersebut merupakan terkeras dalam tubuh dan hanya melapisi bagian crown gigi (Unit RVC 2002).

Sulkus Gingiva Dentin

Pulpa

Alveolar bone

Gambar 6 a) Hasil radiografi gigi premolar dan molar mandibular anjing b) Gambaran radiografi bagian-bagiuan gigi anjing

(25)

11

Hasil analisis gambaran radiografi dengan ImageJ®, didapatkan nilai intensitas densitas dari periodontal sekitar gigi premolar 306 memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan gigi molar 308 seperti yang terlihat pada Gambar 7. Penurunan densitas yang terjadi pada gigi molar 308 menunjukkan hilangnya jaringan yang melekatkan gusi dengan gigi. Hilangnya perlekatan gusi dengan gigi dikarenakan efek peradangan yang disebabkan toksin yang dihasilkan bakteri dan sistem kekebalan tubuh inang (Caiafa 2006). Penyakit periodontal umumnya terjadi karena bakteri gram positif yang bersifat aerobik (Pieri et al. 2012).

Hasil gambaran radiografi juga menunjukan kedalaman sulkus gingiva pada gigi molar 308 sebesar 4 mm. Menurut Pieri et al. (2012) sulkus gingiva pada anjing normal yang diukur dengan probe adalah 1-3 mm. Sulkus gingiva yang memiliki kedalaman lebih dari 3 mm akan membentuk periodontal pocket. Periodontal pocket dapat menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme, sehingga dalam penanganannya perlu dilakukan kuret untuk menghilangkan mikroorganisme.

Hasil gambaran radiografi menunjukan bahwa akar pertama dari gigi molar 308 telah menembus tulang mandibula sedalam 12 mm. Tulang mandibula yang tertembus akar gigi molar 308 hanya tersisa 9 mm. Menurut Niemiec (2010) penyakit periodontal dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya tulang mandibula. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko fracture iatrogenic saat ekstraksi gigi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi dan radiografi, dilakukan scaling dan ekstraksi pada beberapa gigi. Pembersihan gigi dengan menggunakan alat ultrasonic scaler seperti yang terlihat pada Gambar 8a dilakukan setelah dilakukan pembersihan gigi menggunakan extraction forceps (Gambar 8b). Pembersihan gigi menggunakan extraction forceps bertujuan untuk menghilangkan plak atau kalkulus yang telah terbentuk pada gigi.

Gambar 7 Grafik nilai intensitas densitas periodontal sekitar gigi 306 dan 308

(26)

12

Gigi anjing yang diekstraksi adalah incisor 301, 302, 303, 401, 402, 403, dan 405. Menurut Caiafa (2006) ada beberapa alasan melakukan ekstraksi antara lain fraktur pada gigi, supernumery, dan penyakit periodontal dengan nilai indeks furcation dan mobilitas yang tinggi. Gigi molar 308 dan 309 memiliki nilai indeks plak, gingivitis, dan furcation yang tinggi tetapi tidak dilakukan ekstraksi. Gigi incisor pada mandibula diekstraksi dengan memotong ligamen periodontal terlebih dahulu dengan menggunakan elevator (Gambar 9a), kemudian ekstraksi dilakukan dengan menggunakan extraction forceps (gambar 9b). Gigi incisor diekstraksi meskipun memiliki nilai indeks dari ketiga parameter yang kecil. Hal ini dikarenakan selain dari ketiga parameter tersebut ada parameter lain yang perlu dipertimbangkan yaitu mobilitas gigi. Mobilitas gigi menunjukan telah terjadinya kehilangan perlekatan antara gigi dan gusi. (Pieri et al. 2012)

Setelah dilakukan scaling dan ekstraksi gigi terlihat seperti pada Gambar 10, gigi sudah tidak tertutupi dengan plak ataupun kalkulus. Lubang pada gusi akibat ekstraksi disemprot dengan antibakteri chlorhexidine rinse Gambar 9 a) Pemotongan ligamen periodontal pada gigi incisor 403 anjing b)

pencabutan gigi incisor 403 anjing

(27)

13

dengan menggunakan alat 3-ways syringes. Menurut Caiafa (2006) chlorexidine merupakan antimikrobial dengan spektrum luas dengan efektivitas yang tinggi di rongga mulut. Chlorexidine memerlukan jumlah yang banyak dan waktu kontak yang lama agar kerjanya lebih efektif.

Gigi yang masih ada digosok (polishing) menggunakan alat polisher yang mengandung fluoride. Tujuan polishing adalah menghilangkan sisa plak yang masih tersisa. Tujuan utama dari terapi penyakit periodontal adalah mengontrol mikroorganisme, mengembalikan keadaan anatomi dan fisiologi hewan, dan mencegah melekatnya plak yang disebabkan bakteri pada permukaan gigi (Pieri et al. 2012).

Setelah dilakukan pembersihan gigi dan ekstraksi perlu dilakukan pemeriksaan gigi rutin selama 5-7 hari. Perlu diberikan antibiotik selama 2 minggu dan pakan lunak setelah operasi untuk membantu proses persembuhan. Perlu dilakukan pembersihan plak dengan menggunakan sikat gigi yang dilakukan secara rutin (Kyllar dan Witter 2005) dan manipulasi pakan (Gorman 2012).

Berkurangnya bakteri akibat pemberian chlorexidine dan polishing dengan flouride juga dapat membantu dalam proses persembuhan. Persembuhan pada luka melalui beberapa tahapan yaitu fase peradangan, fase proliferasi (granulasi) dan fase remodeling. Persembuhan pada mukosa akan lebih cepat dibandingkan persembuhan pada kulit karena vaskularisasi pada mukosa lebih tinggi dibandingkan di kulit. Hal tersebut mempermudah sel peradangan, faktor-faktor pertumbuhan dan nutrisi bekerja pada luka (Brand dan Veerman 2013).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Peneguhan diagnosa penyakit periodontal dapat dilakukan dengan radiografi. Penanganan penyakit periodontal pada anjing ditentukan dengan melihat hasil pemeriksaan klinis gigi anjing yang dicatat pada diagram gigi anjing serta hasil gambaran radiografi. Terdapat parameter selain indeks plak, gingivitis, dan furcation untuk melakukan pencabutan gigi yaitu mobilitas gigi. Gambar 10 Hasil gigi anjing yang sudah dibersihkan dari plak a) Tampak kiri b)

(28)

14

Saran

(29)

15

DAFTAR PUSTAKA

Brand HS, Veerman ECI. 2013. Saliva and wound healing. Chin J Dent 16(1): 7-12.

Caiafa T. 2006. The Complete Dental Prophylaxis: Protocols including Oral Examination, Oral Radiography, Canine and Feline Extraction Techniques. Di dalam: Proceedings of annual seminars of the companion animal society of the NZ Veterinary Nurses Association [Internet]. [2006 cross-sectional survey of bacterial species in plaque from client owned dogs with healthy gingiva, gingivitis, or mild periodontitis. PLoS ONE. 8(12):e83158. doi:10.1371/journal.pone.0083158.

Fernandes LA, Martins TM, Almeida JMD, Nagata MJH, Theodoro LH, Garcia VG, Bosco AF. 2010. Experimental periodontal disease treatment by subgingival irrigation with tetracycline hydrochloride in rats. J Appl Oral Science. 18(6):635-40. doi: 10.1590/S1678-77572010000600017.

Ferreira RRF, Gopegui RR, Matos AJFD. 2015. Volume-dependent hemodynamic effect of blood collection in canine donors evaluation of 13% and 15% of total blood volume depletion. Anais da Academia Brasileira de Ciencias 87(1):381-383. Doi: 10.1590/0001-376520152014210.

Gorman G. 2012. Dental Anatomy and Pathology. Di dalam: Proceedings of the annual conference of the New Zealand Veterinary Nursing Association [Internet]. [2012 Juni di Claudelands Events Centre]; NZ: New Zealand Veterinary Association. Hlm 1-6.

Gorrel C. 2008. Small Animal Dentistry. Nind F, editor. US: Elsevier Science. Hlm: 3, 22, 31.

Hirai N, Shirai M, Kato Y, Murakami M, Nomura R, Yamasaki Y, Takahashi S, Kondo C, Nakano MM, Nakano K, Asai F. 2013. Correlation of age with distribution of periodontitis-related bacteria in japanese dogs. J Vet Med Sci. 75(7): 999–1001. doi: 10.1292/jvms.13-0041.

Holmstrom LA, Holmstrom SE, Lewis JR, Reiter AM. 2013. Veterinary Dentistry. US: Elsevier Science. Hlm: 4, 8, 80-109, 151, 153, 242.

Kortegaard HE, Eriksen T, Baelum V. 2014. Screening for periodontal disease in research dogs - a methodology study. ActaVetScand. 56(1):77. Doi:10.1186/s13028-014-0077-8.

Kyllar M, Witter K. 2005. Prevalence of dental disorders in pet dogs. Vet. Med Czech 50(11): 496-505.

L’Her E, Dy L, Pili R, Prat G, Tonnelier JM, Lefevre M, Renault A, Boles JM.

(30)

16

Lee L. 1998.Canine and Feline Anesthesia. US: Center of Veterinary Health Sciences OSU.

Marshall Wallis CV, Milella L, Colyer A, Tweedie AD, Harris S. 2014. A longitudinal assessment of periodontal disease in 52 miniature schnauzers. BMC VetRes 10(1):166.doi:10.1186/1746-6148-10-166.

Niemiec BA. 2010. The importance of dental radiology. EJCAP 20(3): 219-229 Noviana D, Ulum MF, Zaenab S. 2014. Pencitraan Digital Radiografi Gigi

Kucing dan Anjing. Bogor (ID): IPB.

O’Neil DG, Church DB, McGreevy PD, Thomson PC, Brodbelt DC. 2014.

Prevalence of disorders recorded in dogs attending primary-care veterinary practices in England. PLoS ONE. 9(3): e90501. doi:10.1371/journal.pone.0090501.

Oz HS, Puleo DA. 2011. Animal models for periodontal disease. J Biomed Biotechnol 2011(2011):754857. doi: 10.1155/2011/754857.

Perrone JR. 2013. Small Animal Dental Procedures for Veterinary Technicians and Nurses. US: J Wiley. Hlm: 4, 106, 219.

Pieri FA, Daibert APF, Bourguignon E, Moreira MAS. 2012. Periodontal Disease

in Dogs, A Bird’s-Eye View of Veterinary Medicine [internet]. [diunduh

2015 Juni 29]; 119-140. Tersedia pada:

http://www.intechopen.com/books/a-bird-s-eye-view-of-veterinary-medicine/periodontal-disease-in-dogs.

Santin R, Mattei AS, Waller SB, Madrid IM, Cleff MB, Xavier MO, Nobre MdO, Nascente PdS, Mello JRBd, Meireles MCA. 2013. Clinical and mycological analysis of dog’s oral cavity. Braz J Microbiol 44(1):139-143.

Soares PBF, Magalhaes D, Neto AJF, Castro CG, Filho PCFS, Soares CJ. 2010. Effect of periodontal therapies on indirect restoration: a scanning electron microscopic analysis. Braz Dent J 21(2): 130-136. doi: 10.1590/S0103-64402010000200007.

Unit RVC. 2002. Veterinary Dentistry Basics. [Internet]. [diunduh 7 Juli 2015]. Tersedia pada: http://www.rvc.ac.uk/review/Dentistry/.html.

(31)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1

TABEL ISTILAH

Istilah Kepanjangan

BAS Basophils

EOS Eosinophils

HCT Hematocrit

HGB Hemoglobins

LYM Lymphocytes

MCH Mean Corpuscular Hemoglobin

MCHC Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration

MCV Mean Cell Volume

MON Monocytes

NEU Neutrophils

RBC Red Blood Cells

RDWc Red Cell Distribution Width

WBC White Blood Cells

PLT Platelet

PCT Platelet Hematocrit

MPV Mean Platelet Volume

PDWc Platelet Distribution Width

L Liters

g/dl Gram Per Deciliter

fl Femtoliters

pg Picogram

u/l Unit Per Liter

mg/dl Milligram Per

(32)

18

RIWAYAT HIDU[P

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 6 Januari 1994 dan merupakan anak ketiga dari pasangan orang tua bapak Sambas Waemata dan Ibu Zulminarni. Tahun 2005 penulis lulus dari SD Negeri Jatiberning VIII Bekasi, tahun 2008 lulus dari SMP Negeri 20 Bekasi, Tahun 2011 lulus dari SMA Negeri 5 Bekasi. Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN Undangan.

Gambar

Gambar 1. Diagram Gigi Anjing (Crossley 2002)
Gambar 2 Teknik pengambilan gambaran radiografi pada gigi premolar dan molar mandibular anjing
Gambar 3 Hasil radiografi gigi premolar dan molar dengan titik-titik lokasi pengukuran densitas
Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Complete Blood Count
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit anjing dengan pembelajaran mesin dan pembelajaran data histori ini dibuat untuk membantu pemilik hewan peliharaan anjing dan juga pakar

Memaparkan bagaimana cara mendapatkan data mengenai diagnosa penyakit pencernaan anak dan solusi penanganan dengan metode forward chaining berbasis web. Pada

Aplikasi “Sistem Pakar Diagnosa Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) dan Demam Tifoid ” 96, 875% dapat berjalan sesuai dengan perancangan dari hasil analisa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai sistem pakar diagnosa dan penanganan penyakit pada tanaman bawang merah dengan menggunakan probabilitas dan Theorema

Sistem pakar diagnosa penyakit tanaman jagung menggunakan Metode fuzzy inference tsukamoto ini bisa dikembangkan dengan menambah data baru seperti data penyakit

Sistem pakar mendianogsa penyakit pada anjing jenis herder dengan metode forward chaining ini dibuat untuk memberikan informasi mengenai kesehatan anjing jenis

Skripsi ini yang berjudul Hubungan Antara Keparahan Penyakit Periodontal Secara Klinis dengan Kehilangan Tulang Alveolar pada Perempuan Menopause disusun dengan

Untuk mengetahui prevalensi masyarakat yang mengalami kehilangan tulang alveolar maksila regio kiri yang disebabkan oleh penyakit periodontal ditinjau secara radiografi panoramik