• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kehilangan tulang alveolar mandibula regio kiri secara radiografi panoramik dihubungkan dengan penyakit periodontal pada masyarakat Kecamatan Medan Selayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kehilangan tulang alveolar mandibula regio kiri secara radiografi panoramik dihubungkan dengan penyakit periodontal pada masyarakat Kecamatan Medan Selayang"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR MANDIBULA

REGIO KIRI SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK

DIHUBUNGKAN DENGAN PENYAKIT

PERIODONTAL PADA MASYARAKAT

KECAMATAN MEDAN SELAYANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SUBADRA DEVI A/P DEVANDARAN

NIM:090600158

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Radiologi Dental

Tahun 2013

Subadra Devi a/p Devandaran

Kehilangan tulang alveolar mandibula regio kiri secara radiografi panoramik

dihubungkan dengan penyakit periodontal pada masyarakat Kecamatan Medan

Selayang.

xi + 48 halaman

Radiologi dalam kedokteran gigi mempunyai peranan penting dalam

memperoleh informasi diagostik. Kehilangan tulang alveolar yang disebabkan oleh

penyakit periodontal dapat deteksi melalui radiografi panoramik. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat kehilangan tulang alveolar dikaitkan dengan penyakit

periodontal yang dihubungan dengan berbagai faktor risiko. Penelitian ini merupakan

penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden

adalah 137 orang masayarakat di Kecamatan Medan Selayang baik pria dan wanita

yang berusia 30-70 tahun.

Hasil penelitian menunjukan 86,1% masyarakat mengalami penyakit periodontal

dengan kehilangan tulang alveolar yang parah dan mengalami kehilangan tulang

alveolar pada mandibula regio kiri lebih dari 4mm adalah 75%. Kesimpulannya,

adanya hubungan antara usia, jenis kelamin dan merokok terhadap penyakit

periodontal dan kehilangan tulang alveolar.

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan hasil penelitian ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji laporan hasil penelitian

Medan,

Pembimbing: Tanda tangan

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp,RKG (K) ……..……… NIP : 19650214 199203 2 004

2. Amrin Thahir, drg ……..………

NIP : 19510421 198403 1 001

3. Dewi Kartika,drg ……..………

(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 22 Februari 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp,RKG (K)

ANGGOTA : 1. Amrin Thahir, drg

2. Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG

3. Dewi Kartika, drg

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Ayah saya, Devandaran a/l Murugesan dan Ibu saya, Sulochana a/p Karunakaran yang memberikan nasehat, cinta dan kasih sayang, didikan, dukungan secara moral dan materil kepada penulis.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort, Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku ketua Departemen Radiologi Dental Fakultas Kedokteran Gigi Unuversitas Sumatera Utara atas segala saran dan masukan yang telah diberikan.

3. Dewi Kartika, drg selaku staf pembimbing dalam melakukan kegiatan penelitian dan atas segala saran dan masukan yang telah diberikan. 4. H. Amrin Thahir, drg., Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG serta seluruh

staf pengajar dan pegawai di Departemen Radiologi Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Ruth Marina, Jasween Kaur, Siti Firdhanty Tridiany Hamid, Leni Khairani Irawan, Nabilah Khairiyah, Wilan Dita Nesyia, Elvita Srie Wahyuni, Savena a/p Bala Kumar yang merupakan teman-teman penelitian yang telah banyak berkontribusi dalam membantu penulis dalam mengumpulkan data di lapangan.

.

(6)

7. Sahabat-sahabat saya, Melinder Kaur a/p Delwill Singh, Cindy, How Fon Yee, Jihan , Fatin dan Vassanty dan sahabat lainnya yang telah memberikan do’a dan dukungan serta tunjuk ajar dalam menyiapkan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi sumbangan pemikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, Januari 2013 Penulis,

(……….……) Subadra Devi a/p Devandaran

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI...

KATA PENGANTAR ... iv

2.1.1 Peran Radiografi Panoramik... 9

2.2 Penyakit Periodontal... 10

2.2.1 Diagnosis Penyakit Periodontal Berdasarkan Klasifikasi... 14

2.3 Etiologi Penyakit Periodontal ... ... 15

2.3.1 Usia dan Jenis Kelamin... 16

2.3.2 Merokok... 16

(8)

2.4.1 Agen Farmakologi Resorpsi Tulang ... 19

2.4.2 Bentuk Kehilangan Tulang Alveolar pada Penyakit... 20

Periodontal 2.4.3 Jalur Peradangan ke dalam Tulang ... 20

2.5 Indeks Periodontal ... 21

2.6 Kerangka... 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.5 Prosedur Pengumpulan Data dan Alur Penelitian ... . 29

3.5.1 Prosedur Pengumpulan Data ... 29

4.3 Hubungan Penyakit Periodontal Dengan Jenis Kelamin .... 36

4.4 Hubungan Penyakit Periodontal Dengan Kebiasaan Merokok 37 4.5 Kehilangan Tulang Alveolar pada Mandibula Kiri ... 38

BAB 5 PEMBAHASAN ... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 43

(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Indeks Periodontal Russell ... 22

2 Kondisi klinis dan skor periodontal menurut Russel……….. 23

3 Definisi operasional... 27

4 Data statistik jumlah responden berdasarkan status

periodontal... 33

5 Data statistik jumlah responden berdasarkan usia……... 34

6 Data statistik jumlah responden berdasarkan jenis kelamin . 34

7 Data statistik jumlah responden berdasarkan kebiasaan

merokok ... 34

8 Data statistik jumlah responden berdasarkan pendidikan ….. 35

9 Hubungan penyakit periodontal dengan usia pada

kategori resorpsi tulang alveolar………. 36

10 Hubungan penyakit periodontal dengan jenis kelamin pada

kategori resorpsi tulang alveolar ... 36

11 Hubungan penyakit periodontal dengan kebiasaan

merokok pada kategori resorpsi tulang alveolar ……... 37

12 Hubungan kehilangan tulang mandibula kiri pada

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Ronsen Foto Panoramik. ... 10

2 Perbedaan Gingivitis, Periodontitis dan Periodontitis Kronik 14

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Surat Persetujuan Komisi Etik

2 Lembar Data Personil Peneliti

3 Anggaran Penelitian

4 Jadwal Penelitian

5 Kuesioner

6 Hasil Perhitungan SPSS

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam gambar-gambar pada film. Pemeriksaan radiografi telah menjadi salah satu alat diagnostik utama di bidang kedokteran gigi karena dapat membantu dokter gigi untuk mendiagnosa karies, lesi dan kondisi-kondisi lain yang tidak dapat dideteksi melalui pemeriksaan klinis rongga mulut.1

Radiografi, bersama dengan pemeriksaan klinis, memungkinkan dokter gigi untuk mengevaluasi penyakit periodontal.1 Penyakit periodontal memiliki tanda-tanda klinis seperti pembesaran ruang ligamen periodontal, hilangnya lamina dura, adanya cacat tulang (horizontal dan vertikal) dan gambaran diffuse pada bagian furkasi.2 Radiografi dental adalah penting karena dapat memberikan gambaran dari jumlah tulang alveolar yang masih ada dan menunjukkan pola, distribusi, dan keparahan kehilangan tulang yang telah dihasilkan dari penyakit periodontal.1 Radiografi dental memungkinkan dokter gigi untuk mendokumentasikan penyakit periodontal.2 Informasi ini penting dalam melakukan penilaian mengenai tingkat keparahan penyakit periodontal dalam menentukan prognosis gigi dan tulang serta

menentukan rencana perawatan.3

Radiografi terdiri radiografi intraoral dan ekstraoral. Radiografi intra oral merupakan radiografi yang filmnya terletak di dalam mulut pasien sedangkan pada radiografi ektraoral, film terletak diluar rongga mulut pasien dan biasanya digunakan untuk membuat penilaian periodontal meliputi radiografi bitewing horizontal dan vertikal, radiografi periapikal dan radiografi panoramik.4

(14)

memberikan gambaran umum dari struktur mulut. Radiografi panoramik berguna untuk mendeteksi pola kehilangan tulang secara umum pada pasien penyakit periodontitis. Selain itu, dari segi kenyamanan pasien lebih baik karena pasien tidak perlu membuka mulut. Dosis radiasinya adalah sepertiga lebih rendah daripada menggunakan film intra oral dan biaya yang digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang bagi kasus periodontitis secara umum juga lebih murah.5

Gingivitis dan periodontitis adalah dua bentuk utama dari penyakit peradangan yang mempengaruhi periodonsium. Etiologi utama mereka adalah plak bakteri, yang dapat memulai penghancuran jaringan gingiva dan perlekatan jaringan pendukung periodontal. Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang tidak mengakibatkan kehilangan perlekatan klinis. Periodontitis adalah peradangan gingiva dan jaringan pendukung yang berdekatan dan ditandai dengan hilangnya perlekatan jaringan ikat dan tulang alveolar.6

Penelitian yang dilakukan oleh Fehrenbach MJ (2002) menyatakan lebih dari setengah orang dewasa di Amerika mengalami penyakit gingivitis yang merupakan tahap awal dari penyakit periodontal dan semakin parah pada usia 70 tahun dimana, 86% dari masyarakat berusia 70 tahun tersebut mengalami peridontitis sedang dan periodontitis berat.7

Sebuah penelitian (2003-2005) menunjukkan dari 8462 penduduk Keelung , 94,8% memiliki beberapa tanda-tanda periodontitis kronis dimana 29,7% memiliki kantong periodontal lebih dalam dari 3mm dan 35% mengalami kehilangan

perlekatan lebih daripada 3mm sedangkan prevalansi kalkulus pada penduduk tersebut adalah 49,6%.8

(15)

Periodontitis moderate terlihat pada 17,5% dari kelompok 35-44 tahun, dan 21,4%, pada kelompok 65-74 tahun, sedangkan penyakit berat,( setidaknya satu gigi memiliki kedalaman probing ≥ 6 mm, terlihat pada 7,8% kelompok usia 35-44 tahun dan 18,1% pada kelompok 65-74 tahun. (National Oral Health Survey and Fluoride

Mapping (2002-2003), Dental Council of India, New Delhi, 2004).9

Jagadeesan dkk. melakukan penelitian dengan teknik systematic random

sampling dari wanita pedesaan di Puducherry. Penelitian ini juga menemukan

prevalensi periodontitis meningkat seiring dengan usia, yakni risiko periodontitis adalah 2,3 kali lebih besar bagi orang-orang di atas usia 35 tahun.9

Menurut penelitian Bergstorm J (2006) dan Keilani H (2006), pertambahan usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit periodontal karena penuaan dikaitkan dengan perubahan jaringan periodontal, yang secara teoritis dapat merubah respon hospes. Se4bagai contoh, kepadatan tulang berkurang dan terjadinya penurunan kemampuan penyembuhan karena proses metabolik melambatkan secara fisiologis.10

Heitz-Mayfield (2005) menyimpulkan bahwa efek merokok tembakau mempunyai pengaruh terhadap prevalansi dan tingkat keparahan penyakit periodontal dan bukan sekadar membiri efek pewarnaan gigi saja.11

Berdasarkan studi Chen et al. (2001), Weijden et al.(2001), Albandar (2003), dan Natto et al. (2005), kedalaman probing, kehilangan perlekatan klinis, kehilangan tulang alveolar dan tanggalnya gigi-geligi pada usia dini adalah lebih prevalen dan

lebih parah pada individu perokok dibandingkan pada non perokok.12

Bergstrom (2006) membuktikan bahwa merokok adalah faktor resiko penyakit periodontal. Berdasarkan 70 studi cross-sectional, 14 studi case-control dan 21 studi

chort, dapat ditarik kesimpulan bahwa merokok mempunyai efek negatif terhadap

kondisi periodontal.11

(16)

disebabkan oleh peningkatan penggunaan tembakau pada laki-laki dan kecenderungan laki-laki untuk mengabaikan kebersihan mulut.11

Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 2011) Departemen Kesehatan RI menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut termasuk karies dan penyakit periodontal merupakan masalah yang cukup tinggi (60%) yang dikeluhkan oleh masyarakat.13

Penelitian Drg.Halimah Daeng Sikati di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Makassar (2012) mengenai prevalensi keterpaparan poket periodontal menunjukkan hubungan antara jenis kelamin, kelompok umur, dan klasifikasi poket. Berdasarkan jenis kelamin tampak bahwa umumnya sampel adalah laki-laki 22 orang (73.3%) dan perempuan sebanyak 8 orang (26,7%). Sedangkan berdasarkan kelompok umur umumnya sample laki-laki yang mempunyai kelompok umur 18-44 tahun sebanyak 12 orang (63%) yang mengalami poket periodontal dan 7 orang (36%) yang mengalami poket gingiva sedangkan kelompok umur jenis kelamin laki-laki dari umur 45-64 tahun sebanyak 3 orang (100%) mengalami poket periodontal, sedangkan kelompok umur pada jenis kelamin perempuan dari umur 18-44 tahun sebanyak 6 orang (75%) yang mengalami poket periodontal dan 2 orang (25%) mengalami poket gingiva. Rata-rata kedalaman poket yang dialami responden dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada usia 18-44 tahun sebesar 4,08 mm dengan standar deviasi adalah 0,533.14

Survei Albert dkk (2012) mengenai prevalensi penyakit periodontal pada

masyarakat Kecamatan Medan Belawan adalah 90,4% dari total sampel 125 orang. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan jenis kelamin, prevalensi penyakit periodontal tinggi pada laki-laki. Hasil yang diperoleh dari hubungan umur adalah prevalensi tingkat keparahan paling tinggi pada kelompok umur 61-70 tahun. Penelitian tersebut melihat prevelensi penyakit periodontal dan kehilangan tulang alveolar dihubungkan dengan jenis kelamin , umur , kebiasaan merokok dan stress ataupun keadaan sosioekonomi.15

(17)

dilakukan pada masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Selayang. Akan tetapi pada penelitian ini hanya subjek dengan penyakit periodontal yang telah mengalami kehilangan tulang alveolar saja yang akan ditinjau melalui gambaran radiografi panoramik. Subjek yang menjadi sampel penelitian adalah penduduk Kecamatan Medan Selayang yang berusia 30-70 tahun. Alasan peneliti memilih diatas 30 tahun dikarenakan penyakit periodontal biasanya banyak ditemukan pada usia tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dan selama ini, belum adanya data mengenai penyakit periodontal, khususya pada daerah Kecamatan Medan Selayang, maka perumusan masalah yang timbul adalah sebagai berikut:

1. Berapa prevalensi masyarakat yang mengalami penyakit periodontal di Kecamatan Medan Selayang?

2. Berapa prevalensi masyarakat yang mengalami kehilangan tulang alveolar mandibula kiri yang disebabkan oleh penyakit periodontal ditinjau secara radiografi panoramik di Kecamatan Medan Selayang.

3. Apakah ada hubungan antara umur dengan penyakit periodontal pada masyarakat Kecamatan Medan Selayang.

4. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit periodontal

pada masyarakat Kecamatan Medan Selayang.

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui prevalensi masyarakat yang mengalami penyakit periodontal di Kecamatan Medan Selayang

b. Untuk mengetahui prevalensi masyarakat yang mengalami kehilangan tulang alveolar yang disebabkan oleh penyakit periodontal ditinjau secara radiografi panoramik di Kecamatan Medan Selayang.

c. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan penyakit periodontal pada masyarakat Kecamatan Medan Selayang.

d. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit periodontal pada masyarakat Kecamatan Medan Selayang.

e. Untuk mengetahui hubungan antara merokok dengan penyakit periodontal pada masyarakat Kecamatan Medan Selayang.

1.4 Hipotesis Penelitian

(19)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan kepada instansi kesehatan maupun menjadi bahan ajar yang berguna bagi fakultas-fakultas kedokteran gigi.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit periodontal dan dampak dari penyakit periodontal tersebut sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan perubahan tingkah laku masyarakat.

1.5.2 Manfaat Aplikatif

Manfaat aplikatif dari penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan penyuluhan bagi tenaga-tenaga kesehatan.

b. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi yang benar sehingga dapat mencegah dan meminimalkan terjadinya penyakit periodontal.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi dalam Kedokteraan Gigi

Dalam kedokteran gigi, pemeriksaan radiografi sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Radiografi memungkinkan dokter gigi mengidentifikasi berbagai kondisi yang tidak tampak secara klinis. Dengan penggunaan radiografi dental, dokter gigi akan mendapatkan banyak informasi mengenai kondisi gigi dan tulang pendukung.3

Radiografi memegang peranan penting dalam diagnosis penyakit gigi dan jaringan pendukung dengan mengidentifikasi faktor-faktor inisiasi dan status periodonsium yaitu:4

a. menentukan panjang akar gigi; b. menentukan morfologi akar gigi; c. menentukan rasio mahkota-akar; d. mengevaluasi kondisi tulang alveolar;

e. mengevaluasi sejauh mana kehilangan tulang alveolar; f. mengidentifikasi furkasi;

g. menentukan bentuk kehilangan tulang; h. membantu dalam merencanakan perawatan;

i. mengevaluasi perawatan.

(21)

yang kurang parah daripada yang aslinya. Kerusakan ringan pada tulang yang disebabkan lesi awal tidak menyebabkan perubahan yang cukup dalam kepadatan tulang dalam gambar radiografi untuk dapat dideteksi. Selain itu, radiografi tidak menunjukkan hubungan antara jaringan lunak dengan jaringan keras.16

Oleh karena itu, gambaran gadiografi tidak memberikan informasi tentang kedalaman saku jaringan lunak. Tingkat tulang yang sering diukur dari batas

cementoenamel dalam radiografi gigi, namun tidak valid dalam situasi di mana

terjadi overeruption atau atrisi berat dengan erupsi pasif.16

2.1.1 Peran Radiografi Panoramik

Film panoramik menunjukkan gambaran yang luas dari rahang atas dan bawah (Gambar 1). Radiografi panoramik adalah teknik radiografi ekstraoral yang digunakan untuk memeriksa rahang atas dan bawah pada satu film. Seperti yang didefinisikan, teknik radiografi ekstraoral adalah keadaan dimana sebuah film ekstraoral diposisikan di luar mulut selama penyinaran sinar-x. Dalam radiografi panoramik, baik film dan tubehead berputar di sekitar pasien menciptakan serangkaian gambar individu. Ketika gambar-gambar tersebut digabungkan pada satu film maka akan diperoleh gambaran menyeluruh dari rahang atas dan rahang bawah.4

Radiografi panoramik dalam periodontologi memberikan gambaran umum mengenai struktur oral, dan digunakan untuk menentukan pola kehilangan tulang secara umum. Radiografi panoramik tidak cocok untuk menentukan derajat

(22)

Gambar 1 : Ronsen Foto Panoramik.17

2.2 Penyakit Periodontal

Jaringan periodonsium adalah jaringan yang mengelilingi dan memdukung gigi tempat gigi-geligi tertanam di dalamnya. Secara anatomi struktur jaringan periodonsium terdiri atas gingival, ligamentum periodontal, sementum dan tulang alveolar.18

Gingivitis adalah inflamasi pada gusi. Gingivitis biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut sehingga terbentuk plak dan karang gigi di bagian gigi yang berbatas dengan tepi gusi. Plak dan karang gigi mengandung banyak bakteri yang akan menyebabkan infeksi pada gusi. Gejalanya adalah gusi tampak bengkak, kemerahan dan mudah berdarah pada saat sikat gigi atau ketika menggunakan dental

floss. Gingivitis juga menyebabkan bau mulut (halitosis). Bila kebersihan mulut tidak

diperbaiki, gingivitis akan bertambah parah dan berkembang menjadi periodontitis.19 Periodontitis merupakan penyakit rongga mulut yang paling umum terjadi

dan merupakan hasil dari perluasan proses peradangan pada gingiva ke jaringan periodonsium pendukung, yaitu tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum.20

(23)

Tahap lesi awal

Bakteri adalah penyebab utama dari penyakit periodontal. Namun, pada tahap ini bakteri hanya menyerang jaringan dalam batas normal dan hanya berpenetrasi secara superfisial. Bakteri plak memproduksi beberapa faktor yang dapat meyerang jaringan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara merangsang reaksi imun dan inflamasi. Plak yang terakumulasi secara terus menerus khususnya di regio interdental mengakibat inflamasi yang cenderung dimulai pada daerah papila interdental dan menyebar ke sekitar leher gigi. Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil, disebelah apikal dari epithelium junction. Pembuluh ini mulai pecah dan kolagen perivaskular mulai menghilang, digantikan dengan beberapa sel inflamasi, sel plasma dan limfosit (terutama limfosit T), cairan jaringan dan protein serum. Di sini terlihat peningkatan migrasi leukosit melalui epitelium fungsional dan eksudat dari cairan sulkus gingiva. Selain meningkatnya aliran eksudat cairan sulkus gingiva dan PMN, tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis dari perubahan jaringan pada tahap ini.21

Tahap Gingivitis Dini

Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan sulkus gingiva dan migrasi PMN. Perubahan yang terjadi baik pada epithelium junction maupun pada epithelium krevikular merupakan tanda dari pemisahan sel dan beberapa proliferasi dari sel

(24)

Gingivitis tahap lanjut

Dalam waktu 2-3 minggu, gingivitis dapat bertambah parah. Secara mikroskopik terlihat perubahan yang terus berlanjut, dimana pada tahap ini sel-sel plasma terlihat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap ini sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan di daerah epithelium dan jaringan ikat. Gingiva berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah. Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan terjadinya inflamasi, tepi gingiva dapat dengan mudah dilepas dari permukaan gigi. Hal ini memperbesar kemungkinan terbentuknya poket gingiva atau poket palsu (‘false

pocket’). Bila oedem inflamasi dan pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket

gingiva biasanya juga cukup dalam. Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel

epitelium junction dan beberapa berproliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di

bawahnya, namun pada tahap ini belum terlihat adanya migrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke permukaan akar.21

Bila inflamasi sudah menyebar di sepanjang serabut transeptal, maka akan terlihat adanya resorpsi puncak tulang alveolar. Resorpsi ini bersifat reversibel terutama dalam hubungannya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda penting dari penyakit ini adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium maupun pada jaringan ikat. Karena jaringan fibrosa rusak pada daerah inflamsi aktif, pada beberapa daerah agak jauh terlihat adanya proliferasi jaringan fibrosa dan pembentukan pembuluh darah baru. Aktivitas pemulihan yang produktif ini merupakan

(25)

Tahap Periodontitis

Bila iritasi plak dan inflamsi terus berlanjut, integritas dari epithelium junction akan semakin rusak. Sel-sel epithelial akan degenarasi dan perlekatannya terpisah pada permukaan gigi akan terlepas sama sekali. Pada saat bersamaan, epithelium

junction akan berproliferasi ke jaringan ikat dan ke bawah pada permukaan akar bila

serabut dentogingiva dan serabut puncak tulang alveolar rusak. Migrasi ke apikal dari

epithelium junction akan terus berlangsung dan epithelium ini akan terlepas dari

permukaan gigi, membentuk poket periodontal atau poket asli. Keadaan ini tampaknya merupakan perubahan irreversibel. Bila poket periodontal sudah terbentuk plak berkontak dengan sementum. Jaringan ikat akan menjadi oedem; pembuluh darah terdilatasi dan trombosis dinding pembuluh pecah disertai dengan timbulnya perdarahan ke jaringan sekitarnya. Disini terlihat infiltrat inflamasi yang besar dari sel-sel plasma, limfosit dan makrofag. IgG merupakan imunoglobulin yang dominan tetapi beberapa IgM dan IgA juga dapat di temukan disini. Epitelium dinding poket mungkin tetap utuh atau terulserasi. Disini tidak terlihat adanya perbedaan karena produk-produk plak berdifusi melalui epitelium. Aliran cairan jaringan dan imigrasi dari PMN akan berlanjut dan agaknya aliran cairan jaringan ini ikut membantu meningkatkan deposisi kalkulus subgingiva.

Penyebaran inflamasi ke puncak tulang alveolar. Ditandai dengan adanya infiltrasi sel-sel ke ruang-ruang trabekula, daerah-daerah resorpsi tulang dan bertambah besarnya ruang trabekula. Ada kecenderungan resorpsi tulang di imbangi

(26)

Gambar 2: Gambaran perbedaan gingivitis, periodontitis dan periodontitis kronik.22

2.2.1 Diagnosis Penyakit Periodontal Berdasarkan Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi penyakit periodontal, tipe 1 merupakan penyakit gingivitis. Seseorang yang mempunyai penyakit gingivitis akan mengalami pendarahan semasa probing. Gingiva juga tampak merah dan mengalami inflamasi. Namun, tidak terdapat kehilangan perlekatan connective tissue maupun kehilangan tulang alveolar. Gingivitis boleh diobati dengan mengikut terapi yang benar dan penjagaan oral hygiene yang baik.3

Tipe 2, merupakan periodontitis ringan. Ia melibatkan pendarahan semasa probing dan mempunyai probing depth dan kehilangan perlekatan sebanyak 3-4mm. Selain itu, mungkin juga ada ressesi gingival dan mild furcation. Berdasarkan radiografi panoramik boleh diidentifikasi kehilangan tulang secara horizontal dan tingkat tulang alveolar berada kira-kira 3-4mm dari cemento-enamel junction.3

Tipe 3, diklasifikasikan sebagai moderate periodontitis. Gigi yang terpengaruh mempunyai kedalaman probing sebanyak 4-6mm, terdapat pendarahan semasa melakukan probing, furikasi dan mobility gigi. Pembacaan radiografi sering termasuk kehilangan tulang alveolar diantara 4-6mm dari CEJ keliling akar gigi.3

(27)

jumlah gigi yang boleh dilihat adalah sama seperti besar akar gigi yang mempertahankan gigi. Oleh karena itu, terdapat kehilangan kekuatan dan kestabilan gigi. 3

Tipe 4, merupakan periodontitis lanjutan. Kedalaman probing lebih dari 6mm dan mempuntai furikasi yang berluasan dari satu sisi gigi ke sisi yang lain(furkasi klas 3). Selain itu, terdapat mobility gigi yang parah serta terdapat kehilangan tulang secara vertikal maupun horizontal.3

Kehilangan tulang pada tipe ini biasanya lebih dari 6mm dan ratio mahkota dengan akar adalah 2:1 yang bermaksud struktur gigi yang masih ada di rongga mulut adalah 2 kali lebih besar berbanding struktur akar dibawahnya. Bila advanced

periodontitis terjadi, ini bermaksud stabilitas dan prognosis gigi berada dalam

keadaaan yang sangat parah.3

2.3 Etiologi Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal disebabkan oleh beberapa faktor. Para ahli mengemukakan bahwa etiologi penyakit periodontal dapat dikelompokkan ke dalam faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal dan faktor sistemik sangat erat hubungannya sebagai penyebab terjadinya kerusakan jaringan periodontal. Umumnya, penyebab utama penyakit periodontal adalah faktor lokal. Keadaan ini dapat diperparah dengan keadaan sistemik yang kurang baik. 23

Faktor lokal adalah faktor yang secara langsung mempengaruhi jaringan

periodonsium, yang mana dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu faktor iritasi lokal dan fungsi lokal. Yang dimaksud dengan faktor lokal adalah plak bakteri sebagai penyebab utama. Dan faktor-faktor lainnya antara lain adalah bentuk gigi yang kurang baik dan letak gigi yang tidak teratur, maloklusi, over hanging restoration dan bruksism.23

(28)

2.3.1 Usia dan Jenis Kelamin

Gingivitis, dalam berbagai derajat, hampir ditemukan secara umum pada anak-anak dan remaja. Para peneliti mengamati beberapa organisme penyebab penyakit periodontal terlihat pada anak-anak muda tanpa tanda-tanda masalah gusi. Anak yang sehat, umumnya tidak mempunyai bakteri periodontal primer, yakni

Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola. Penyakit ini juga jarang

ditemukan pada remaja.24

Semakin meningkatnya usia, risiko penyakit periodontal semakin meningkat. Lebih dari setengah orang dewasa Amerika memiliki gingivitis sekitar 3 - 4 gigi, dan 30% memiliki penyakit periodontal signifikan sekitar 3 - 4 gigi. Dalam sebuah studi dari kelompok usia 70 tahun, 86% setidaknya memiliki periodontitis moderat, dan lebih dari seperempat dari mereka telah kehilangan gigi.7

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meisel pada tahun 2002, laki-laki berada pada risiko yang lebih tinggi pada penyakit periodontal dan menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh adanya enzim Myeloperoxidase (MPO) yang lebih tinggi pada wanita dari pada pria. Enzim Myeloperoxidase (MPO) adalah suatu enzim yang pengeluarannya dipengaruhi estrogen dan berada didalam leukosit polimorfonuklear. Enzim ini dapat merangsang pembentukan suatu asam yang mencegah bakteri infeksi.24 Selain itu, laki-laki biasanya menunjukkan kebersihan mulut lebih buruk daripada perempuan bila diukur dari akumulasi kalkulus dan deposit plak lunak. Hal ini berhubungan dengan oral hygiene yang kurang baik dan kurangnya kunjungan ke dokter gigi.24

2.3.2 Merokok

(29)

Selanjutnya, nikotin yang bergabung dengan bakteri oral, seperti

Porphyromonas gingivalis akan memicu pelepasan sitokin yang berlebihan sehingga

menyebabkan kerusakan jaringan ikat periodontal. Perokok memiliki resiko 10 kali lebih besar dibanding bukan perokok. Hal ini dikarenakan perokok secara tidak langsung menyediakan tempat tinggal bagi bakteri yang menyebabkan penyakit periodontal.24

Beberapa investigasi crossectional menunjukkan bahwa inflamasi gingiva yang disebabkan oleh plak pada perokok lebih rendah dibandingkan non-perokok. Inflamasi gingiva dalam respon terhadap akumulasi plak tidak dijelaskan baik pada perokok dan non-perokok.24

Beberapa studi menunjukkan perokok memiliki perdarahan gingiva kurang dibanding bukan perokok. Pada perokok, aliran darah gingiva secara signifikan meningkat oleh rokok. Namun, nikotin mengurangi suhu marginal gingiva dan menyebabkan penurunan aliran darah gingiva yang disebabkan oleh vasokonstriksi karena nikotin dan stres. Ada pula studi menggunakan laser Doppler yang membandingkan respon terhadap merokok satu batang rokok dalam perokok ringan dan kebiasaan perokok berat. Perubahan dalam pembuluh darah gingiva secara statistik tidak signifikan, tetapi menunjukkan perbedaan yang cukup dramatis terhadap respon pada kulit dahi. Perokok ringan memiliki peningkatan aliran darah yang signifikan, tapi perokok berat tidak menunjukkan adanya respon dimana hal ini menunjukkan tingkat toleransi yang tinggi. 11

Selain itu, merokok dapat menyebabkan GCF istirahat yakni dengan merendahkan daya alirannya. Penelitian telah menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari TNF-α24 dan penurunan tingkat IL-1α dan IL-1β25 dan enzim elastase di GCF bila dibandingkan antara perokok dan non-perokok. Penelitian ini telah menunjukkan ada penurunan kadar sitokin, enzim, dan mungkin polimorfonuklear leukosit (PMN). Ini berkorelasi dengan tingkat yang lebih rendah peradangan yang amati secara klinis dan dalam jaringan. 11

(30)

tembakau untuk mengurangi kapasitas proliferasi T dan limfosit B mungkin menyebabkan produksi antibodi pelindung berkurang. Beberapa penelitian menunjukkan fagositosis PMN ditekan oleh saliva perokok yang memiliki jumlah darah tinggi dan kemotaksis. PMN relatif berkurang dibanding bukan perokok. Sebaliknya, beberapa penelitian tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam kemampuan kemotaksis dari PMN antara perokok dan yang tidak merokok.11

2.4 Resorpsi Tulang Alveolar pada Penyakit Periodontal

Penjalaran inflamasi kronis dari gingival ke tulang alveolar merupakan penyebab dari kehilangan tulang pada penyakit periodontal. Kehilangan tulang pada penyakit periodontal bukanlah proses nekrosis tulang.26

Ada dua tipe sel yang berperan dalam proses resorpsi tulang alveolar, yaitu osteoklas yang berperan menyingkirkan bagian mineral dari tulang dan sel mononekleus yang berperan dalam degrasi matriks organik. Kedua tipe sel tersebut ditemukan pada permukaan tulang alveolar yang mengalami resorpsi.26

Hausmann mengemukakan lima mekanisme bagaimana produk plak bakteri dapat menyebabkan kehilangan tulang pada penyakit periodontal: 26

1. Aksi langsung dari produk plak terhadap sel-sel progenitor tersebut menjadi osteoklas.

2. Produk beraksi secara langsung terhadap tulang alveolar dan merusaknya melalui mekanisme nonseluler.

3. Produk plak menstimulasi sel-sel gingival, sehingga sel-sel gingival tersebut melepaskan mediator, yang pada akhirnya menginduksi sel-sel progenitor tulang berdiferensiasi menjadi osteoklas.

4. Produk plak menyebabkan sel-sel gingival melepaskan agen atau substansi yang bertindak sebagai ko-faktor pada resorpsi tulang.

(31)

2.4.1 Agen Farmakologi dan Resorpsi Tulang

Beberapa agen lokal yang terbukti berkemampuan menginduksi resorpsi tulang secara invitro boleh berperan dalam penyakit periodontal. Termasuk disini adalah: 26

1. Prostaglandin dan prekursornya, Interleukin 1-α dan β, serta Tumor Necrosis Factor (TNF)-α yang dijumpai pada inflamasi yang dihasilkan oleh host.

2. Osteoclast-activating factor (faktor pengaktif osteoklas), yang dijumpai

pada inflamasi dan yang terbukti berkemampuan menginduksi resorpsi tulang

3. Endotoksin yang diproduksi oleh bakteri. Endotoksin yang berasal dari organism Bacteroides asam lipoteihooi berperan dengan cara yang sama.

Prostaglandin adalah kelompok lemah yang secara alamiah dan berpatisipasi dalam proses inflamasi serta mempunyai efek seperti hormon. Bila disuntikkan secara intradermal, substansi ini menyebabkan perubahan vaskular seperti yang terjadi pada inflamasi. Apabila telah berkontak dengan permukaan tulang, substansi ini akan menginduksi resorpsi tulang, walaupun tanpa keberadaan sel-sel inflamasi dan dengan hanya sedikit osteoklas multinukleus. Pembentukan prostaglandin dari asam lemak misalnya asam arachidonat, yang dikontrol oleh siklooksigenase (sintesa prostaglandin), yang akan menkonversi asam lemak perkursornya prostaglandin menjadi endoperoksidase siklik (cyclic endoperoxidases).26

Resorpsi tulang juga diinduksi oleh kultur lekosit yang distimulasi antigen

yang berasal dari plak dental. Ditemukan bahwa limfosit memproduksi

osteoclast-activating faktor yang menginduksi pembentukan dan aktivitas osteoklas. Enzim

proteolitik yang diproduksi pada waktu berkembangnya penyakit periodontal atau yang diproduksi oleh bakteri dapat berperan pada resorpsi tulang. Aktivitas kolagenolisis terjadi pada tulang yang teresorpsi secara in vitro, namun kandungan kolagen tidak berkorelasi dengan keparahan kehilangan tulang. 26

Hialuronidase yang diproduksi enzim Hialuronidase yang diproduksi oleh

(32)

2.4.2 Bentuk Kehilangan Tulang Alveolar pada Penyakit Periodontal

1. Terdapat dua tipe kehilangan tulang yaitu kehilangan tulang secara horizontal dan kehilangan tulang secara vertikal.3

A) Kehilangan tulang secara horizontal

Kehilangan tulang secara horizontal merupakan bentuk kehilangan tulang yang paling banyak dijumpai. Tipe kehilangan tulang ini mengakibatkan pengurangan ketinggian secara merata dan secara keseluruhan pada tulang alveolar. Bentuk kehilangan tulang ini menghasilkan poket periodontal supraboni.2

B) Kehilangan tulang secara vertikal

Kehilangan tulang secara vertikal merupakan bentuk kehilangan tulang alveolar yang kurang umum terjadi dan mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar secara tidak seimbang dengan terjadinya resorpsi tulang yang lebih cepat pada tulang yang bersebelahan dengan permukaan akar gigi. Kehilangan tulang secara vertikal juga dikenali sebagai kehilangan tulang angular. Kehilangan tulang secara tidak merata ini meninggalkan daerah kehilangan tulang seperti parit sepanjang sisi permukaan akar. Tipe kehilangan tulang ini menghasilkan poket periodontal infraboni.2

Telah dibuktikan bahwa tidak diterapinya periodontal secara sistemik, pada cacat tulang angular menyebabkan peningkatan risiko hilangnya tulang pendukung periodontal. Oleh karena itu, deteksi dan penilaian cacat tulang angular merupakan faktor penting untuk prognosis gigi dan rencana perawatan ditujukan secara aktif

menghilangkan cacat tulang.2

2.4.3 Jalur Peradangan ke Dalam Tulang

A) Jalur peradangan di tulang horizontal2

1. Hilangnya tulang horizontal, peradangan menyebar ke dalam jaringan dalam urutan sebagai berikut:

(33)

b) Ke dalam tulang alveolar;

c) Akhirnya, ke dalam ruang ligamen periodontal.

2. Inflamasi biasanya menyebar dengan cara ini karena itu adalah jalur yang paling kurang resistan, fiber bundles pada ligamen periodontal bertindak sebagai penghalang efektif terhadap penyebaran peradangan. Oleh karena hal tersebut, penyebaran peradangan bermula dengan masuk ke dalam tulang alveolar dan kemudian ke ruang ligamen periodontal.2

B)Jalur peradangan di kehilangan tulang vertikal2

1. hilangnya tulang vertikal, peradangan menyebar ke dalam jaringan dalam urutan sabagai berikut:

a)Ke dalam jaringan ikat gingiva;

b) Langsung ke ruang ligamen periodontal; c) Akhirnya, ke dalam tulang alveolar.

2. Peradangan menyebar dengan cara ini setiap kali serat crestal ligamen periodontal melemah dan tidak lagi menyajikan penghalang yang efektif. Peristiwa seperti trauma oklusal berperan atas kondisi lemah dari ikatan serat tersebut.2

2.5 Indeks Periodontal Menurut Russell

Indeks yang paling banyak digunakan unruk mengukur keparahan penyakit periodontal adalah indeks Russell dan Ramfjord. Kedua indeks ini mengukur inflamasi gingival dan kerusakan jaringan periodontal bahkan sampai kehilangan

(34)

Tabel 1. Indeks Periodontal Russel28

Skor Kriteria dan Penilaian dalam Studi Lapangan Penambahan Kriteria X-ray Diikuti dalam Uji Klinis

0 Negatif: tidak ada inflamasi pada jaringan yang dilihat ataupun kehilangan fungsi akibat kerusakan jaringan pendukung

Penampilan radiografis normal

1 Gingivitis ringan: ada area inflamasi pada

gingival bebas, tetapi area tersebut tidak membatasi gigi

2 Gingivitis: inflamasi telah membatasi gigi sepenuhnya, tetapi tidak tampak kerusakan

perlekatan pada epitel

4 Digunakan bila terdapat alat radiografi Ada seperti cengkukan awal resorpsi tulang alveolar

6 Gingivitis disertai dengan poket periodontal: ada kerusakan pada perlekatan epitel dan terdapat saku. Tidak ada ganguan fungsi pengunyahan. Gigi masih melekat erat dan tidak melayang. Adanya kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang alveolar sampai setengah dari panjang akar gigi

Kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang alveolar sampai setengah dari panjang gigi

8 Kerusakan lanjutan dengan hilangnya fungsi pengunyahan. Gigi mungkin tanggal ataupun melayang. Gusi tampak pudar saat diperkusi, dan mungkin tertekan dalam soket.

(35)

Tabel 2: Kondisi klinis dan skor periodontal menurut Russell28

Kondisi Klinis Grup-Skor Indeks

Periodontal

Tahap penyakit

Jaringan pendukung normal secara klinis

0,0-0,2 Reversible

Gingivitis ringan 0,3-0,9 Reversible

Permulaan penyakit

periodontal destruktif

0,7-1,9 Reversible

Penyakit periodontal destruktif

1,6-5,0 Irreversible

Stadium lanjut penyakit periodontal

3,8-8,0 Irreversible

2.6 Kerangka Konsep

Penyakit Periodontal Foto Panoramik

Umur

Jenis Kelamin

Kebiasaan Merokok

(36)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional (sekali waktu). Disebut dengan penelitian deksriptif analitik karena penelitian diarahkan untuk menguraikan atau menjelaskan apa yang menjadi permasalahan, tujuan penelitian dan mencari hubungan antar variabel. Sedangkan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu) karena pemeriksaan, observasi atau pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat

(point time approach). Artinya tiap responden penelitian hanya diobservasi sekali

saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel responden pada saat pemeriksaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Selayang dan Laboratorium PRAMITA.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan September sampai Desember tahun 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(37)

Padang Bulan I, Kelurahan Padang Bulan II, Kelurahan Sempakata, Kelurahan Tanjung Sari dan Kelurahan Beringin.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita yang berusia diantara 30 – 70 tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Selayang yang memiliki penyakit periodontal.

Jumlah sampel minimum dihitung menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut :

Keterangan :

= besar sampel

= derajat batas atas, untuk = 0,05  = 1,96

= derajat batas bawah, untuk = 0,01  = 1,282

= proporsi dari penelitian sebelumnya = 50% = 0,5

= proporsi yang diharapkan oleh peneliti = 36% = 0,36

Maka,

(38)

≥ 129,8 ≥130

Jadi, minimal populasi yang diteliti pada penelitian ini ialah 130 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dimana peneliti akan mengambil sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sampai besar sampel minimal terpenuhi pada masing-masing kelurahan. Kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh dengan wawancara, pengisian kuesioner dan melakukan pemeriksaan pada responden untuk memperoleh identitas dan keadaan jaringan

periodontal dari responden.

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.3.3.1 Kriteria Inklusi

a.Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang berusia 30-70 tahun dan menyetujui informed consent.

b.Masyarakat pada Kecamatan Medan Selayang yang hadir pada saat hari pemeriksaan.

c.Masyarakat pada Kecamatan Medan Selayang yang bersedia mengikuti pemeriksaan.

3.3.3.2 Kriteria Eksklusi

a. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang memiliki penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan hipertensi.

(39)

c. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang sedang atau melakukan perawatan penyakit periodontal.

d. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang sedang perawatan ortodontik.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel

Variabel Bebas :Usia

Jenis Kelamin

Kebiasaan Merokok

Pendidikan

Variabel Terikat : Radiografi Kehilangan Tulang Alveolar

3.4.2 Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi operasional

(40)

Lanjutan Tabel 3

No. Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran

Rontgen Foto Penilaian: 1= ada

Kuesioner 30-70 tahun Numerik

(41)

Lanjutan Tabel 3

Kuesioner Ya atau Tidak

Ordinal

6. Pendidikan Pendidikan akademis terakhir

3.5 Prosedur Pengumpulan Data dan Alur Penelitian

3.5.1 Prosedur Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara observasi menggunakan teknik wawancara dan pemeriksaan yang sebelumnya telah dilakukan kalibrasi pada semua tenaga peneliti.

(42)

Pemeriksaan klinis pada rongga mulut ini mencakup pemeriksaan terhadap status periodontal dimana gigi yang diperiksa adalah gigi 11, 16, 26, 31, 36 dan 46. Pemeriksaan status periodontal dilakukan secara visual kemudian ditentukan skor yang diperoleh berdasarkan Indeks Periodontal Russels. Setelah diperoleh data dari responden, dilakukan pemilihan atau seleksi.

Pada responden yang mempunyai masalah dengan jaringan periodontium maka dilanjutkan dengan pemeriksaan radiografi panoramik untuk memeriksa besar kehilangan tulang alveolar. Pengambilan radiografi dengan mesin radiografi panoramik merek ASAHI model AUTOIIIE dengan sistem sensor digital. Kemudian hasil foto panoramik diproses dengan Fujifilm FCR CAPSULA XL II yang kemudian menghasilkan film radiografi panoramik.

Hasil derajat kehilangan tulang pada regio mandibula kiri dibaca oleh ahli radiologis berdasarkan pengurangan tinggi tulang alveolar dari batas normal yaitu dari batas cementoenamel junction ke crestal cortical plate (>3mm atau >4mm) pada bagian gigi posterior.

Setelah diperoleh seluruh data, maka data diolah oleh ahli statistik untuk memperoleh prevalensi periodontitis dan hubungannya dengan faktor-faktor penyebab yang telah diitentukan.

3.5.2 Alur Penelitian

a. Survey Lapangan Penelitian

Pemilihan Responden

Wawancara dan Kuisioner

(43)

b. Pemeriksaan Keadaan Jaringan Periodontal

Pemeriksaan Keadaan Jaringan Periodontal

Pengambilan Data Hasil Pemeriksaan

Analisis Data

c. Seleksi Sampel untuk Foto Ronsen Panoramik

Seleksi Sampel untuk dibawa ke Laboratorium Radiologi Dental FKG USU

Pengambilan Foto Ronsen Panoramik

Analisa Hasil Foto Ronsen (dibaca oleh Radiologist)

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan piranti lunak pengolah data.

3.6.2 Analisis Data

Analisa data diperoleh dengan menghitung:

1) Data Univariant

1. Prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang.

(44)

2) Data Bivariant

1. Hubungan umur dengan penyakit periodontal

Untuk menguji hubungan umur dengan penyakit periodontal digunakan uji chi square.

2. Hubungan jenis kelamin dengan penyakit periodontal

Untuk menguji hubungan jenis kelamin dengan penyakit periodontal digunakan uji chi square.

3. Hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal

Untuk menguji hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal digunakan uji chi square.

4. Hubungan pendidikan dengan penyakit periodontal

Untuk menguji hubungan pendidikan dengan penyakit periodontal digunakan uji chi square.

3.7 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari komisi etik

(Health Research Ethical Committee of North Sumatera) dengan nombor surat

316/KOMET/FKUSU/2012. Sebelum menjadi subjek penelitian, peneliti akan memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada subjek penelitian. Subjek penelitian dapat menerima ataupun menolak dijadikan subjek penelitian. Bagi mereka yang menyetujui diminta untuk menandatangani informed

consent secara sadar dan tanpa paksaan. Informed consent ini mencakup tujuan,

(45)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Demografis Sampel

Sampel pada penelitan ini berjumlah 137 orang yang melibatkan 30 responden laki-laki dan 107 perempuan. Penelitian ini memeriksa status periodontal dan penurunan tulang alveolar dari CEJ, gigi 11, 16, 26, 31, 36 dan 46 dan kemudian dihubungkan dengan umur, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok serta dikategorikan berdasarkan tingkat keparahannya.

Tabel 4. Data statistik jumlah responden berdasarkan status periodontal

Satatus Periodontal Frekuensi

(orang)

(46)

Tabel 5. Data statistik jumlah responden berdasarkan usia

Umur (Tahun) Frekuensi (orang) Persentase (%)

30-40 59 43,1

41-50 44 32,1

51-60 27 19,7.

61-70 7 5,1

Total 137 100

Tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa masyarakat yang turut berperan serta paling banyak adalah masyarakat dengan usia 30-40 tahun 59 orang (43,1%), 41-50 tahun (32,1%), 51-60 tahun (19,7%), dan 61-70 tahun (5,1%).

Tabel 6. Data statistik jumlah responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Pria 30 21,9

Wanita 107 78,1

Total 137 100

Dari Tabel 6 juga dapat dilihat responden laki-laki sebesar 30 orang (21,9%) dan wanita sebesar 107 orang (78,1%).

Tabel 7. Data statistik jumlah responden berdasarkan kebiasaan merokok

Kebiasaan Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Merokok 20 14,6

Tidak merokok 117 85,4

(47)

Pada Tabel 7 dapat dilihat kebiasaan merokok sebanyak 20 orang (14,7%) dari 137 orang sampel dan yang tidak merokok 117 orang (85,4%).

Tabel 8. Data Statistik jumlah responden berdasarkan pendidikan

Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Tidak ada 5 3,6

SD 32 23,4

SMP 40 29,2

SMA 47 34,3

Perguruan Tinggi 13 9,5

Total 137 100

(48)

4.2 Hubungan Penyakit Periodontal dengan Usia

Tabel 9. Hubungan penyakit periodontal dengan usia pada kategori resorpsi tulang alveolar

Umur (Tahun) Frekuensi (orang)

Pada tabel diatas dapat dilihat hubungan penyakit periodontal dengan usia dimana persentase paling tinggi terdapat pada usia 61-70 tahun (42,7%) dan kemudian diikuti dengan usia 51-60 tahun (37%), 41-50 tahun (18,2%), dan 30-40 tahun (11,8%).

4.3Hubungan Penyakit Periodntal dengan Jenis Kelamin

Tabel 10. Hubungan penyakit periodontal dengan jenis kelamin pada kategori resorpsi tulang alveolar

Jenis Kelamin Frekuensi (Orang)

(49)

Pada Tabel 10 dapat dilihat dari 107 oramg responden wanita 23 orang (21,5%) mengalami resorpsi tulang alveolar yang lebih dibandingkan dengan 30 orang responden laki-laki 5 orang (16,7%) mengalami resoprsi tulang alveolar.

4.4 Hubungan Penyakit Periodontal dengan Kebiasaan Merokok

Tabel 11. Hubungan penyakit periodontal dengan kebiasaan merokok pada kategori resorpsi tulang alveolar

Kebiasaan Frekuensi (orang)

Resorpsi Tulang Alveolar Berdasarkan Radiografi Panoramik (orang)

Persentase (%)

Merokok 20 4 20

Tidak merokok 117 24 20,5

Total 137 28

(50)

4.5 Kehilangan Tulang Pada Regio Mandibula Kiri

Tabel 12. Kehilangan tulang mandibula kiri pada kategori resorpsi tulang alveolar Mandibula Kiri Resorpsi Tulang Alveolar

Berdasarkan Radiografi Panoramik

Persentase(%)

3-4mm 7 25

>4mm 21 75

Total 28 100

Pada hasil penelitian ini responden yang mengalami kehilangan tulang 3-4

mm terdapat 7 orang (21%) dan >4mm terdapat 21 orang (75%) dari total 28 orang responden yang mengalami penyakit periodontal yang irreversible.

(51)

BAB 5

PEMBAHASAN

Gingivitis dan periodontitis adalah dua bentuk utama dari penyakit peradangan yang mempengaruhi periodonsium. Etiologi utama mereka adalah plak bakteri, yang dapat memulai penghancuran jaringan gingiva dan perlekatan jaringan pendukung periodontal. Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang tidak mengakibatkan kehilangan perlekatan klinis. Periodontitis adalah peradangan gingiva dan jaringan pendukung yang berdekatan dan ditandai dengan hilangnya perlekatan jaringan ikat dan tulang alveolar.6

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 137 orang yang terbagi atas pria sebesar 30 orang (21,9%) dan wanita 107 orang (78,1%) (Tabel 8). Dari penelitian ini didapati prevalensi penyakit periodontal irreversible yang terbagi atas penyakit periodontal destruktif sebesar 58,4% dan destruktif tahap akhir sebesar (27,7%) pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang (Tabel 4). Dari hasil tersebut dapat diperoleh data prevalensi penyakit periodontal yang irreversible pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang sebesar 86,1%.

Dari hasil penelitian ini, diperoleh responden yang mengalami kehilangan tulang alveolar pada mandibular kiri bawah >4mm sebesar 75%.

Prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan

Selayang adalah sebesar 86,1% dari total 137 orang sampel adalah lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian Albert dkk 2012 pada penelitian sebelumnya di Kecamatan Medan Belawan yaitu sebesar 90,4%.15

(52)

Hal ini juga telah dibuktikan oleh studi Bergstorm J (2006) dan Keilani H (2006), yang menyatakan bahwa pertambahan usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit periodontal karena penuaan dikaitkan dengan perubahan jaringan periodontal, yang secara teoritis dapat merubah respon hospes. Sebagai contoh, kepadatan tulang berkurang dan terjadinya penurunan kemampuan penyembuhan karena proses metabolik melambatkan secara fisiologis.10 Menurut Nurmala, berdasarkan skor penyakit periodontal, yang tertinggi adalah pada usia 45-65 tahun (18,75%), dan paling rendah adalah usia 25-34 tahun (6,12%).10

Secara teroritis, semakin bertambahnya usia, semakin meningkat resiko mendapat penyakit periodontal disebabkan efek penuaan pada jaringan periodontal didasarkan pada perubahan molekul dalam sel periodontal, yang mengintensifkan keropos tulang pada pasien usia lanjut dengan periodontitis. Efek ini mungkin berhubungan dengan perubahan dalam diferensiasi dan proliferasi osteoblas dan osteoklas, peningkatan respon sel periodontal terhadap mikroorganisme rongga mulut dan stres mekanik yang memperbanyak sekresi sitokin yang terlibat dalam resorpsi tulang, dan perubahan sistemik endokrin dalam orang tua.29

Penelitian ini diperoleh adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan jenis kelamin, dimana resiko untuk mendapat penyakit periodontal pada wanita sebanyak 21,5% adalah lebih besar dibandingkan dengan pria (Tabel 12).

Berdasarkan penelitian Albandar (2002) dan Meisel et al. (2007) yang lain pria mempunyai risiko yang lebih besar untuk mendapat penyakit periodontal

(53)

Dari segi teoritis, wanita mempunyai resiko lebih rendah untuk mendapat penyakit periodontal disebabkan hormon estrogen pada wanita. Bukti experimental Markou et al (2009) menunjukkan bahwa estrogen mencegah resorpsi tulang dengan mengatur fungsi sel T dan interaksi sel imun tulang.11 Secara klinis dilaporkan bahwa pasien dengan kadar estrogen yang mencukupi mempunyai plak periodontal tanpa peningkatan infamasi gingiva berbanding dengan pasien dengan kadar estrogen yang kurang. Ini menunjukkan bahwa mediator inflamasi dipengaruhi oleh hormon estrogen yang mempengaruhi produksi prostaglandin dengan keterlibatan estradiol dan progesterone. Efek estrogen pada periodonsium adalah meningkatkan jumlah plak tanpa peningkatan inflamasi gingival, menghambat sitokin proinflammation yang diproduksi oleh sumsum tulang manusia, pengurangan inflamasi yang disebabkan oleh sel T, mengahambat produksi leukosit dan menghambat kematosis PMN. Kesimpulannya, tahap hormon estrogen yang normal adalah penting untuk perlindungan periodontium.30

Perbedaan hasil statistik ini dikarenakan jumlah responden wanita yang lebih banyak berbanding dengan pria. Selain itu, hormon wanita mempengaruhi gusi, dan wanita sangat rentan terhadap masalah periodontal beberapa hari sebelum mereka menstruasi ketika tingkat progesteron tinggi.31 Progesteron melebarkan pembuluh darah menyebabkan peradangan, dan menghalang perbaikan kolagen, protein struktural yang mendukung gingiva.30 Selama menopause, konsentarasi estrogen menurun sedangkan follicle stimulating hormone (FSH) dan leutenizing hormone (LH) meningkat. Akibatnya, efek anti inflamasi estrogen terhadap periodontium berkurang.29 Selain itu, beberapa wanita juga dapat mengembangkan kondisi yang disebut menopause gingivostomatitis, di mana gusi kering, mengkilap, dan mudah berdarah.31

(54)

Namun, dari penelitian Heitz-Mayfield (2005) menunjukan bahwa merokok mempunyai pengaruh terhadap tingkat keparahan penyakit periodontal.12

Secara teoritis, Imirzalio et al (2005) menunjukkan bahwa merokok mengurangkan mekanisme apoptotic dalam rongga muulut yang menyebabkan hiperplasia sel epithelium dan pembesaran secara signifikan terhadap ketebalan

overlying orthokeratin layer.12 Sejumlah studi menunjukkan bahwa merokok dan

nikotin meningkatkan peradangan dengan mengurangi oksigen dalam jaringan gusi dan memicu kelebihan produksi-faktor kekebalan yang disebut sitokin (khusus yang disebut interleukin), yang lebih berbahaya bagi sel-sel dan jaringan. Selanjutnya, ketika nikotin bergabung dengan bakteri oral, seperti Porphyromonas Gingivalis., efeknya adalah menghasilkan tingkat sitokin yang lebih besar dan akhirnya menyebabkan kerusakan jaringan periodontal ikat. Menurut sebuah studi pada tahun 2001, resiko penyakit periodontal meningkat dengan jumlah rokok yang dihisap per hari.Paparan asap rokok juga berhubungan dengan peningkatan risiko untuk mengembangkan penyakit periodontal.32

(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan Selayang sebesar 86,1%.

2. Masyarakat di Kecamatan Medan Selayang yang mengalami kehilagan tulang alveolar pada regio mandibula kiri adalah sebesar 25% dengan kehilangan tulang 3-4 mm dan 75% dengan kehilangan tulang lebih dari 4mm.

3. Terdapat hubungan antara usia dengan penyakit periodontal yang dihubungkan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi panoramik. Dimana semakin meningkatnya usia semakin tinggi resiko terkena penyakit periodontal.

4. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit periodontal yang dihubungkan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi panoramik. Dimana wanita lebih berisiko daripada laki-laki.

5. Terdapat hubungan antara penyakit periodontal dengan kebiasaan merokok yang dihubungkan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi

panoramik. Dimana orang yang tidak merokok lebih rentan terkena penyakit periodontal. Hal ini dikarenakan oleh perbedaan kebiasaan dan demografi tempat tersebut.

6.2Saran

(56)
(57)

DAFTAR PUSTAKA

1. King YS.

2. Jill S. Nield-Gehrig, Donald. Willmann E. Foundations of periodontics for the

dental hygienist. 2 nd ed.,Philadelphia:Lippincott Williams and Wilkins., 2003: 47-50.

3. Whaites E. Radiography and radiology for dental care professionals. 2 nd ed., London: Elsevier, 2009: 235-45.

4. Haring JI, Howerton LJ. Dental radiography principles and techniques. 3 rd ed.,London, 2006: 469-90.

5. Needleman I. Young practitioners guide to periodontology.

6. American Academy of Periodontology. Treatment of plaque-inducced gingivitis, chronic periodontitis and other clinical conditions, 2004;34(6): 318-26.

7. Fehrenbach MJ. Rick factors for periodontal disease. The Preventive Angle. 2006: 1-4.

8. Shaju J. Global prevalence of Periodontitis: A literature review. http://www.iajd.org/files/16_116.pdf. (December 25. 2012)

9.

population: A literature review. J Indian Soc Periodontol 2011; 15(1): 29–34. 10. Hamrun N, Hatta M. Polimorfisme gen vitamin D reseptor pada penderita

periodontitis kronis. JST Kesehatan 2011; 1(2) :165-172.

11. Brian H, Mullaly. The influence of tobacco smoking on the onset of

(58)

12. Amaliya, Oscandar F, Susanto A. Perbedaan kalkulus subgingiva dan ketinggian tulang alveolar pada perokok kretek dan sigaret. Maj Ked Gigi 2007; 14(1): 79-85.

13. Annonymus. Promosi Doktor Yuniarti Soeroso;

http://www.ui.ac.id/id/news/archive/5185. (December 30. 2012).

14. Sampara AW. Prevalensi keterpaparan poket periodontal di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Drg. Halimah Daeng Sikati Kandea-Makassar. Fakultas Kedokteraan Gigi;

15. Albert. Gambaran Radiografi Kehilangan Tulang Alveolar Kaitannya dengan Prevalensi Penyakit Periodontal pada Kecamatan Medan Belawan. Fakultas Kedokteran Gigi; USU: Departemen Radiologi Dental; 2012.

16. White SC, Pharoah MJ. Oral radiology: Principles and interpretation. 6th ed. Mosby, St. Louis 2009:282-93.

17. Annonymus. Panoramik rontgen.

20. Anonymous. Penyakit Periodntal.

2013).

21. Anonymus. Histopatologi dan patogenesis penyakit periodontal. http://dentistrymolar.wordpress.com/2011/01/26/histopatologi-dan-patogenesis-penyakit-periodontal/ (Desember 20. 2012).

22. Annonymus. Periodontal disease.

(59)

23. Anonymus. Periodontitis kronis. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=

rja&ved=0CDEQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.unhas.ac.id%2Fbitstr eam%2Fhandle%2F123456789%2F1112%2FBAB%2520II.docx%3Fsequence %3D2&ei=BRpOUZrPCM3HrQei7YCQDA&usg=AFQjCNE1ClXB0QLa7S8 UleicvioVp_aPYg&bvm=bv.44158598,d.bmk (Desember 20. 2012).

24. Annonymus. Periodontal disease; risk factors;

25. Meisel P.et al. Gender and smoking related risk reduction of periodontal disease with variant Myeloperoxidase alleles. Genes And Immunity 2002; (3) :102-106 26. Hendry C R Ulaen. Periodontitis.

27. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. revisi ed., Medan: USU Press., 2012: 29-48.

28. Annonymus. Indeks periodontal Russel.

29. Huttner EA, Machado DC, de Oliviera RB, Antunes AG, Hebling E, Spec Care

Dentist,2009;29(4):149-55.

30. Rizki A. Perbedaan jumlah actinobacillus actinomycetemcomitans pada periodontitis kronis berdasarkan jenis kelamin. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=

0CDoQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjournal.unissula.ac.id%2Fmajalahilmiahs ultanagung%2Farticle%2Fdownload%2F23%2F23&ei=j1YLUcDiHMysrAeU_

(60)

31. Vandana k. Tobacco use and its effect on the periodontium and periodontal theraphy.J of Cotemporary Den Prac 2006;9(7):1-9.

32. Mascarenhas P, Gapski R, Al-Shammari K, Wang H-L. Influence of Sex Hormones on the Periodontium. J of Clinical Periodontology. 2003; (30):678-81.

(61)

LAMPIRAN 2

LEMBAR DATA PERSONIL PENELITI

1. KETUA PENELITI

Nama : Subadra Devi a/p Devandaran

Jenis Kelamin : Perempuan

Jurusan/Fakultas/Pusat Penelitian : Radiologi Dental FKG Alamat Kantor : Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan – 20155

1. Dr. Trelia Boel, drg, M.Kes, Sp.RKG(K) Tempat/ Tanggal Lahir :

2. Dewi Kartika, drg

Tempat / Tanggal Lahir : Padang Sidempuan / 1 September 1986. 3. Leni Khairani Irawan

Tempat / Tanggal Lahir : Tanjung Beringin/ 1 Desember 1991 3. Elvita Srie Wahyuni

Tempat / Tanggal Lahir : Krueng Geukuh/ 12 Oktober 1990. 4. Wilan Dita Nesyia

Tempat / Tanggal Lahir : Medan/ 20 Mei 1991 5. Nabilah Khairiyah

(62)

Tempat / Tanggal Lahir : Tebing Tinggi/ 24 April 1990 7. Ruth Marina

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta/ 12 Maret 1991 8. Savena a/p Bala Kumar

Tempat / Tanggal Lahir : Kuala Lumpur Malaysia/ 4 Oktober 1990 9. Siti Firdhayanty

(63)

LAMPIRAN 3

ANGGARAN PENELITIAN

1. Alat-alat

• Sonde : 10 @ Rp 20.000,- : Rp 200.000,- • Kaca mulut :10 @ Rp 25.000,- : Rp 250.000,- • Probe periodontal : 10 @ Rp 25.000,- : Rp 250.000,- • Masker : 1 @ Rp 32.000,- : Rp 32.000,- • Sarung tangan : 2@ Rp 35.000,- : Rp 70.000,-

2. Bahan-bahan

• Antiseptik : 3 @ Rp 25.000,- : Rp 75.000,-

• Tisu : 2 @ Rp 12.000,- : Rp 24.000,-

3. Persiapan : Rp 150.000,-

4. Biaya foto panoramik : 130 @ Rp 60.000,- : Rp7.800.000,-

5. Biaya transpotasi : Rp 600.000,-

6. Biaya akomodasi : Rp 6.500.000,-

7. Biaya fotokopi lembar pemeriksaan : Rp 100.000,- 8. Biaya seminar :2@Rp 300.000,- : Rp 600.000,- 9. Biaya penggandaan proposal dan hasil penelitian : Rp 120.000,-

10. Biaya lain-lain : Rp 500.000.-

+

Total : Rp

(64)

LAMPIRAN 4

No Kegiatan WAKTU PENELITIAN

Agustus September Oktober November Desember

1. Pembuatan

Proposal

Minggu I, II, III,IV

Minggu I

2. Pelaksanaan

Penelitian Minggu II,

III, IV

Minggu I, II, III,

IV

Minggu I, II

3. Pembuatan

laporan hasil penelitian

Minggu III, IV

4. Penggandaan laporan

(65)

LAMPIRAN 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI BAGIAN RADIOLOGI DENTAL

GAMBARAN RADIOGRAFI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR REGIO MAKSILA KIRI DIHUBUNGKAN DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL

PADA MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN SELAYANG

No Kartu :

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

3. Umur :

e. Perguruan Tinggi (Diploma/Sarjana)

5. Apakah bapak/ibu memiliki penyakit sistemik? (Diabetes, Hipertensi, Jantung Koroner,dll)

a. Ya b. Tidak

6. Apakah bapak/ibu sekarang memiliki kebiasaan merokok? a. Ya

b. Tidak

7. Apakah bapak/ibu sedang dalam perawatan dokter gigi (behel)? a. Ya

(66)

8. Apakah ada gigi geraham bapak/ibu yang sudah lepas/tanggal? a. Ya

(67)

Pemeriksaan Periodontal Berdasarkan Indeks Periodontal menurut Russell

Negatif : tidak ada peradangan yang jelas, juga tidak ada kehilangan fungsi

gigi karena hancurnya jaringan-jaringan menahannya.

Penampilan radiografis normal

1

Gingivitis Ringan : ada suatu peradangan pada sebagian free

gingiva dan peradangan ini tidak mengelilingi seluruh giginya.

2

Gingivitis : peradangan mengelilingi seluruh gingiva tetapi tidak ada epithelial attachment yang keliatan terputus

4 Digunakan bila terdapat alat radiografi

Adanya kerusakan pada alveolar bone crest tahap awal

6

Gingivitis dengan pembentukan poket: epithelial attachment telah putus dan terlihat poket (bukan hanya satu celah gingiva yang mendalam karena pembengkakan free gingiva). Tidak ada gangguan fungsi

Kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang alveolar sampai setengah dari akar gigi

16 11 26

(68)

pengunyahan, gigi masih kuat dalam poketnya dan tidak berpindah tempat

8

Destruksi yang lebih hebat dengan kehilangan fungsi pengunyahan. Gigi mungkin tanggal ataupun melayang. Gigi tampak pudar saat diperkusi, dan mungkin tertekan dalam soket.

Ada kehilangan tulang lanjutan, meliputi lebih dari satu setengah panjang akar gigi. Terjadi perluasan ligamen periodontal bukan resorpsi

Indeks Periodontal : Jumlah Skor = =

Jumlah gigi yang diperiksa

Kondisi Klinis Grup-Skor Periodontal

Indeks

Level penyakit

Jaringan pendukung normal secara

klinis 0,0-0,2

Reversible Gingivitis Sederhana 0,3-0,9

Penyakit periodontal destruktif

awal 0,7-1,9

Penyakit periodontal destruktif 1,6–5,0 Irreversible

Gambar

Tabel
Gambar 1 : Ronsen Foto Panoramik.17
Tabel 1. Indeks Periodontal Russel28
Tabel 2: Kondisi klinis dan skor periodontal menurut Russell28
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik radiografi konvensional yang dapat digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang alveolar antara lain foto periapikal, bitewing dan panoramik. Sebelum pengambilan foto, gigi

Posisi foramen mentale regio kiri mandibula ditinjau secara radiografi panoramik pada masyarakat di kecamatan medan selayang.. x +

 Menambah pengetahuan dokter gigi / tenaga medis mengenai kehilangan tulang alveolar ditinjau secara radiografi panoramik pada penyirih.  Menambah pengetahuan

Terdapat beberapa alasan mengapa krater tulang lebih sering terjadi pada bagian interdental adalah karena daerah interdental merupakan tempat penumpukan plak yang sulit

Alveolar Bone Loss In A Selected Group of Dental Students In

Gingivitis: peradangan mengelilingi seluruh gingiva tetapi tidak ada epithelial attachment yang keliatan terputus.. 4 Digunakan bila terdapat alat

Skripsi ini yang berjudul Hubungan Antara Keparahan Penyakit Periodontal Secara Klinis dengan Kehilangan Tulang Alveolar pada Perempuan Menopause disusun dengan

Gingivitis : peradangan mengelilingi seluruh gingiva tetapi tidak ada epithelial attachment yang keliatan terputus.. 4 Digunakan bila terdapat alat