• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Fraktur Os Tibia Fibula Sinistra Pada Anjing Lokal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kasus Fraktur Os Tibia Fibula Sinistra Pada Anjing Lokal."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

FRAKTUR OS TIBIA FIBULA PADA ANJING LOKAL

Oleh

DEWA AYU WIDIA KUSUMA NINGRAT I G.A. GDE PUTRA PEMAYUN

LABORATORIUM BEDAH VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan koasistensi bedah yang berjudulFraktur Os Tibia Fibula pada Anjing Lokal.

Penulis menyadari penulisan laporan ini didukung oleh bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak drh. I. G. A. Gde Putra Pemayun, MP selaku koordinator Koasistensi Laboratorium Bedah Veteriner dan dosen pembimbing kasus. 2. Bapak drh. A. A. Gde Jayawardhita, M.Kes selaku dosen pembimbing

kelompok Koasistensi Laboratorium Bedah Veteriner.

3. Bapak drh I Wayan Gorda, M.Kes selaku penguji kasus mandiri Koasistensi Laboratorium Bedah Veteriner

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan.

Denpasar, Januari 2016

(6)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN KASUS... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR... vi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Tujuan Penulisan... 2

1.3 Manfaat Penulisan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1 Fraktur Os. Tibia Fibula ... 3

2.2 Etiologi ... 4

2.2 Tanda Klinis ... 4

2.3 Diagnosis ... 4

2.4 Prognosa ... 5

2.5 Penanganan ... 5

BAB III MATERI DAN METODE... 7

3.1 Materi... 7

3.2.3 Pasca operasi ... 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 12

4.1 Hasil ... 12

4.2 Pembahasan... 16

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 19

5.1 Simpulan ... 19

5.2 Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA... 20

(7)

DAFTAR TABEL

(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anjing merupakan salah satu hewan yang sangat dekat keberadaannya dengan manusia. Selain sebagai hewan kesayangan, anjing juga banyak dipelihara oleh manusia untuk membantu berburu, menggembalakan ternak, hingga mencari jejak atau sebagai anjing pelacak. Karena kepribadian yang mudah akrab dengan manusia ini, anjing sering dipelihara oleh manusia dengan cara dilepas liarkan. Pemeliharaan dengan cara ini memang mudah dilakukan, namun hal ini berakibat pada kurangnya tanggung jawab pemilik anjing terhadap kesehatan dan keselamatan anjing peliharaannya.

Anjing yang dipelihara dengan cara dilepas liarkan beresiko tinggi terhadap penyebaran penyakit seperti rabies dan sering kali anjing-anjing tersebut terluka ketika berkeliaran diluar lingkungan tempat tinggal pemiliknya. Adapun penyakit atau gangguan kesehatan yang sering diderita oleh anjing yang dilepas liarkan adalah patah tulang atau fraktur akibat tertabrak oleh kendaraan bermotor.

Fraktur pada anjing akibat tertabrak oleh kendaraan bermotor dapat dialami oleh anjing dari semua usia yang dilepas liarkan diluar rumah. Tulang pada daerah ekstrimitas kaki belakang merupakan tulang yang paling sering mengalami fraktur. Penanganan terhadap anjing yang mengalami fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tepat, bila terlambat dilakukan penanganan, maka akan terbentuk callus yang akan menyelimuti tulang yang mengalami fraktur sehingga akan menyulitkan dalam proses penanganan fraktur (Denny et al., 2008).

(10)

2

membahayakan keselamatan hewan, maka penanganan yang harus dilakukan adalah amputasi (Fossum, 2002).

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosa, prosedur operasi serta rencana terapi kasus fraktur os. tibia fibula pada anjing lokal dengan cara amputasi.

1.3 Manfaat

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fraktur Os. Tibia Fibula

Fraktur adalah keadaan patahnya tulang atau kartilago akibat dari kekuaan eksternal (traumatik) atau bisa juga terjadi akibat suatu penyakit (Sudisma et al., 2009). Fraktur pada tibia fibula sering terjadi pada hewan kesayangan seperti anjing dan kucing akibat kecelakaan lalu lintas seperti tertabrak kendaraan bermotor, berkelahi, ataupun tersandung ketika hewan bergerak cepat (Butterworth, 2006).

Secara umum ada dua jenis fraktur yaitu : (a) Simple fracture (Closed fracture) yaitu fraktur tertutup dimana tidak ada komplikasi luka dan biasanya tidak terjadi perdarahan, namun bila dibiarkan akan terjadi kerusakan baik pada pembuluh darah maupun system syaraf disekitar fraktur yang dapat membahayakan nyawa hewan tersebut. (b) Compound fracture

(Open fracture) yaitu fraktur terbuka dimana tulang yang patah dapat terlihat dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi (Piermatteiet al.,2006).

Berdasarkan atas struktur kerusakan tulang, fraktur dapat dibedakan menjadi : (a) Incomplete fracture yang ditandai dengan hilangnya kesinambungan tulang yang bersifat partial dan hanya sedikit tulang yang mengalami pemisahan jaringan. (b) Complete fracture yaitu adanya pemisahan sempurna kesinambungan tulang dimana garis patahan bisa tunggal/ single atau bisa multiple, misalnya padacomminuted fracture

Berdasarkan arah patahannya, fraktur dapat dibagi menjadi : a. Fraktur transversal.

b. Fraktur miring/oblique fracture.

(12)

4 1.2 Etiologi

Ada dua hal penyebab terjadinya fraktur yakni akibat traumatik (fraktur traumatik) dan akibat penyakit lainya (fraktur patologik). Fraktur traumatik dapat terjadi bila tulang mendapatkan tekanan keras dari eksternal misalnya fraktur akibat pukulan benda keras, tertabrak kendaraan bermotor, terjatuh dari tempat tinggi, tersandungnya kaki hewan ketika bergerak cepat.

Fraktur akibat traumatik dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung (Direct) merupakan patah tulang yang terjadi langsung ditempat terjadinya trauma. Biasanya arah patahan dari fraktur akibat traumatik langsung bersifat transversal. Sedangkan secara tidak langusng (indirect), fraktur terjadi ditempat lain akibat kekuatan yang diantarkan lewat tulang.

Fraktur patologik merupakan fraktur yang terjadi akibat penyakit sehingga kerusakan minor dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Adapun penyakit yang dapat menyebabkan fraktur adalah osteoma, osteosarcoma, osteomyelitis, dan rakhitis (Piermatteiet al.,2006).

1.3 Tanda Klinik

Tanda klinik yang nampak pada anjing yang mengalami fraktur adalah kesulitan dan kesakitan ketika anjing bergerak, hewan terlihat mengangkat kaki yang mengalami fraktur sehingga nampak pincang ketika berjalan atau bahkan tidak bisa berjalan sama sekali, terdengar suara krepitasi pada fragmen tulang. Deformitas tulang ditandai dengan adanya angulasi, rotasi, pemendekan tulang, abduksi, adduksi dan nampak terjadi penyimpangan dari posisi nomalnya (Sudismaet al.,2006).

1.4 Diagnosis

(13)

1.5 Prognosa

Prognosis dari kasus fraktur umumnya bervariasi tergantung dari berat ringannya fraktur, tempat terjadinya fraktur, cepat lambatnya penanganan dan teknik penanganan fraktur serta perawatan pasca operasi. Untuk prognosa dari operasi amputasi kasus fraktur os. tibia fibula pada anjing lokal adalah fausta.

1.6 Penanganan

Treatment atau penanganan pada kasus fraktur harus mengacu pada 4 konsep dasar yaitu 4R: rekognisi, reposisi, retensi, dan rehabilitasi. Rekognisi harus dilakukan sedini mungkin untuk mengetahui lokasi dan tingkat keparahan fraktur serta untuk membantu menentukan jenis penanganan yang tepat. Dalam beberapa kasus dimana fiksasi internal dan eksternal tidak dapat dilakukan, maka dapat dilakukan penanganan lain yakni amputasi.

Amputasi adalah tindakan memisahkan sebagian atau seluruh bagian ekstremitas tubuh. Tindakan ini merupakan pilihan terakhir bila masalah organ sudah tidak dapat diperbaiki lagi menggunakan teknik lain atau dalam kondisi yang dapat membahayakan keselamatan tubuh pasien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan infeksi yang berat (Fossum, 2002). Adapun indikasi dari amputasi adalah keadaan fraktur multiple dimana tulang patah menjadi potongan tulang yang lebih kecil sehingga tidak dapat dilakukan fiksasi internal dan eksternal, nekrosis jaringan disekitar fraktur, adanya tumor pada tulang, deformitas organ serta adanya infeksi yang berat atau yang beresiko tinggi menyebar ke organ lainnya.

Pada kasus ini, anjing mengalami fraktur pada bagian distal os. tibia fibula bagian sinister akibat tertabrak oleh kendaraan bermotor dan tidak mendapatkan penanganan selama ± 3 bulan sehingga terjadi pembentukan

(14)

6

(15)

BAB III

MATERI DAN METODE 3.1 Materi

3.1.1 Hewan

A. Signalemen

Materi yang digunakan adalah anjing jantan lokal dengan nama Benzy, berwarna putih- hitam, berat 5,3 kg dan berumur ± 6 bulan. Anjing ini milik Bapak Angga yang beralamat di Padangsambian.

Gambar 1. Kondisi anjing yang mengalami frakturos. tibia fibula. B. Anamnesa

(16)

8

C. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik anjing lokal yang mengalami fraktur pada bagian distal os. tibia fibula sinister diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 3.1) :

Tabel 3.1Hasil pemeriksaan fisik anjing lokal. No Jenis Pemeriksaan Fisik Keterangan

1. Berat Badan 5,3 Kg 2. Temperatur 37,80C 3. Pulsus 102x/menit 4. Respirasi 17x/menit 5. CRT < 2 detik

3.1.2 Alat

Alat yang digunakan dalam pembedahan ini : stetoskop, termometer, tube endotrakeal (ETT), alat pencukur, skalpel, pinset, needle holder, jarum, benang jahit absorbable, klam arteri, tampon, gunting (lurus tumpul, lurus tajam, lurus bengkok), perban, dan plester.

3.1.3 Bahan-Bahan dan Obat

Bahan-bahan dan obat yang dipersiapkan adalah alkohol 70%, Lactat Ringer, dan antiseptik (betadine). Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu atropin sulfat, anestesi umum yaitu xylazin dan ketamin, anestesi inhalasi yaitu isofluran, antibiotik dan anti inflamasi.

3.2 Metode 3.2.1 Preoperasi

Sebelum operasi dilakukan perlu persiapan yang matang pada hewan agar berjalan dengan sukses dan lancar tanpa adanya hal-hal yang menggangu jalannya operasi dan menghambat kesembuhan hewan tersebut. Persiapan yang perlu dilakukan meliputi persiapan alat, bahan dan obat, persiapan ruang operasi, persiapan pasien, dan persiapan operator.

a. Persiapan alat, bahan dan obat

Alat-alat yang digunakan adalah skalpel, pisau bedah, gunting, arteri clamp, Allis forceps, needle holder, pinset, spuit, jarum operasi, dan benang

vicryl. Sebelum menggunakan alat tersebut harus di sterilisasi dengan

(17)

adalah tampon, alkohol 70%, Iodium tincture 3%, dan NaCl fisiologi atau Ringer Laktat. Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu atropine sulfat, anestesi umum adalah ketamin dan xylazin, anestesi inhalasi dengan isofluran, antibiotika dan anti inflamasi.

b. Persiapan ruang operasi

Ruang operasi harus dalam keadaan bersih, meja operasi harus bersih dan telah di sterilisasi dengan desinfektan.

c. Persiapan pasien atau hewan kasus

Sebelum pembedahan terhadap hewan kasus, dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi ; signalemen, berat badan, umur, pulsus, frekuensi nafas, suhu tubuh, sistem digestivus, respirasi, sirkulasi, syaraf, reproduksi, perubahan anggota gerak dan perubahan kulit yang telah dicatat semua pada ambulator yang telah terlampir. Untuk kasus fraktur pada anjing, dilakukan pemeriksaan radiografi untuk melihat lokasi dan tingkat keparahan fraktur, serta menentukan jenis penanganan terhadap hewan kasus.

Gambar 2. Foto rontgen anjing kasus yang mengalami fraktur pada os. tibia fibula.

(18)

10

dengan posisi rebah dorsal dan pemasangan ETT dilakukan untuk pemberian anestesi inhalasi isofluran.

3.2.2 Operasi

Hewan dibaringkan diatas meja operasi dengan posisi rebah dorsal.Lokasi yang akan dilakukan amputasi dicukur dan diberikanpovidone iodine. Penyayatan dilakukan pada daerah tarsal atau ±5cm dibawah lokasi fraktur. Kulit di preparir sampai pada persendian antara os.tibia fibula dengan ossa tarsal lalu lakukan ligasi pada pembuluh darah untuk menghindari adanya perdarahan. Karena bagian tulang yang mengalami fraktur telah mengalami callus hingga menutupi persendian, maka gergaji digunakan untuk mengamputasi.

Gambar 3.Insisi kulit pada lokasi fraktur.

(19)

Gambar 4.Penjahitan kulit.

Gambar 5.Foto setelah penjahitan luka amputasi.

3.2.3 Pasca operasi

Hewan diberikan antibiotik berupa amoksisilin dalam bentuk sirup amoxan sebanyak 5 ml per pemberian 3 kali sehari selama 5 hari dan pemberian asam mefenamat tablet sebanyak ¼ tablet selama 5 hari. Pasang Elisabeth colar

(20)

12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pengamatan pasca operasi amputasi dilakukan selama 14 hari. Hasil pengamatan anjing pasca operasi amputasi pada persendian antara os. tibia fibula dengan ossa tarsal (Tabel 4.1).

Tabel 4.1Hasil pengamatan pasca operasi Pengamatan pergerakkan (pasif) dan luka operasi terlihat mengalami peradangan.

Anjing tampak lemah dengan tidak ada pergerakkan (pasif) dan luka operasi nampak mengalami peradangan.

Anjing masih tampak lemah namun mulai ada pergerakkan dan luka operasi mengalami peradangan.

Amoxan, asam mefenamat, salep

(21)

4

Anjing sudah mulai bergerak dan luka operasi terlihat masih terjadi peradangan.

Amoxan, asam mefenamat, salep

oksitetrasiklin.

5

Anjing sudah mulai berjalan kembali dengan ketiga kakinya dan luka operasi masih terjadi peradangan.

Amoxan, asam mefenamat, salep

oksitetrasiklin.

6

Anjing sudah mulai berjalan normal, luka operasi sudah mulai kering, peradangan mulai berkurang dan nafsu makan membaik.

Salep

(22)

14

7

Anjing sudah mulai berjalan kembali dengan dua kali belakangnya, luka operasi sudah mulai kering dan nafsu makan membaik

Salep

oksitetrasiklin.

8

Anjing sudah mulai berjalan kembali dengan dua kali belakangnya, luka operasi sudah mulai kering dan nafsu makan membaik

Salep

oksitetrasiklin.

9

Anjing sudah mulai berjalan kembali dengan dua kali belakangnya, luka operasi sudah mulai kering dan nafsu makan membaik

Salep

(23)

10

Anjing sudah mulai berjalan kembali dengan dua kali belakangnya, luka operasi sudah mulai kering dan nafsu makan membaik

.

Salep

oksitetrasiklin.

11

Anjing sudah mulai berjalan kembali dengan dua kali belakangnya, luka operasi sudah mulai kering dan nafsu makan membaik.

12

(24)

16

13

Anjing sudah mulai berjalan kembali dengan dua kali belakangnya, luka operasi mengering dan nafsu makan normal.

14

Anjing sudah mulai berjalan kembali dengan dua kali belakangnya, luka operasi mengering dan nafsu makan normal.

4.2 Pembahasan

(25)

Amputasi dapat juga dilakukan pada kasus paralisis permanen yang komplit (Jhonson, 2014)

Pasca operasi anjing diberikan obat antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri yang dapat menghambat proses kesembuhan, serta asam mefenamat untuk mengobati efek peradangan pasca operasi. Hewan diamati proses kesembuhannya selama 2 minggu. Pada hari ke-1 sampai hari ke-3 pasca operasi, hewan terlihat pasif dalam melakukan pergerakan, dan luka operasi terlihat membengkak. Pergerakan yang pasif pada anjing disebabkan oleh luka amputasi yang belum mengering dan terasa sakit bila digerakkan, sedangkan kemerahan dan pembengkakkan pada luka operasi disebabkan oleh reaksi radang yang umum terjadi ketika terjadi perlukaan.

Pada hari ke-4 sampai hari ke-6 anjing mulai melakukan pergerakan dan radang mulai berangsur-angsur berkurang. Luka operasi terlihat mulai mengering. Nafsu makan anjing yang mulai membaik serta pemenuhan gizi anjing melalui pemberian makanan yang bergizi membantu mempercepat proses pemulihan hewan sehingga hewan terlihat mulai mampu berjalan menggunakan ketiga kakinya. Kebersihan luka operasi dijaga sebaik mungkin sehingga tidak terjadi infeksi sekunder. Pemberian antibiotika topikal berupa salep oksitetrasiklin mampu mencegah terjadinya infeksi sekunder dan mengurangi efek radang pada luka sehingga peradangan terlihat berangsur-angsur berkurang.

Hari ke-6 sampai ke-14 pemberian antibiotika secara oral dan asam mefenamat di hentikan untuk menghindari resistensi hewan terhadap obat, namun pemberian antibiotika salep oksitetrasiklin tetap dilakukan. Pada hari ke-6 sampai ke-10, hewan mulai aktif bergerak dan mampu berjalan dengan ketiga kakinya, luka hewan terlihat berangsur-angsur mengering dan nafsu makan hewan normal.

(26)

18

(27)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Penanganan kasus fraktur bagian distal os. tibia fibula sinister pada anjing lokal dilakukan dengan cara amputasi pada persendian antara os. tibia fibula dangan ossa tarsal.

2. Kesembuhan anjing yang menjalani operasi amputasi tercapai pada hari ke-14 yang ditunjukkan oleh luka hewan yang telah mengering, nafsu makan hewan kembali normal dan hewan mampu aktif bergerak dengan menggunakan ketiga kakinya. Prognosa dari kasus ini adalah fausta.

5.2 Saran

1. Penanganan fraktur pada extremitas caudalis anjing sebaiknya dilakukan secepat mungkin untuk menghindari terjadinya pembentukan callus dan terjadi infeksi yang dapat membahayakan keselamatan hewan.

2. Kebersihan kandang dan luka perlu diperhatikan dengan baik untuk menghindari terjadinya infeksi pada luka pasca operasi yang dapat menghambat proses kesembuhan. 3. Pemenuhan nutrisi hewan melalui pemberian makanan bergizi dapat

(28)

20

DAFTAR PUSTAKA

Butterworth, Steven J. 2006. Tibia Fibula:Fracture Repair and Management. BSAVA. Page; 228-248.

Denny, H. R ., dan S. J. Butterworth. 2008. A Guide to Canine and Feline Orthopaedic Surgery, 4thed. John Wiley & Sons.

Fossum, T.W. 2002. Small Animal Surgery, ed 2nd Mosby, St. Lois London. Philandelphia Sydney. Toronto.

Jhonson, K.A. 2014. Surgical Approaches to the Bones and Joint of the Dog and Cat. Edisi 5. Australia : Associates Dean of Veterinary Clinical Sciences. Piermattei, D., G. Flo., C. DeCamp. 2006. Handbook of Small Animal

Orthopedics and Fracture Repair, 4thed. SAUNDERS.

Sudisma, I G.N., I G.A.G.P. Pemayun., A.A.G.J. Warditha., I W. Gorda. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Pelawa Sari. Denpasar.

(29)

LAMPIRAN Dosis pemberian obat

Premedikasi

1. Atropin Sulfat

Jumlah pemberian = berat badan x dosis Sediaan

= 5,3 kg x (0,02-0,04) mg/kg 0,25 mg/ml

= 0,420,85 ml

Jumlah pemberian = 0,6 ml Anestesi

2. Xylazin

Jumlah pemberian = berat badan x dosis Sediaan

= 5,3 kg x ( 1 - 3) mg/kg 20 mg/ml

= 0,3–0,8 ml

Jumlah pemberian = 0,6 ml 3. Ketamin

Jumlah pemberian = berat badan x dosis Sediaan

= 5,3 kg x (10 - 15) mg/kg 100 mg/ml

= 0,530,8 ml

Jumlah pemberian = 0,7 ml Pasca Operasi

4. Amoxan

Jumlah pemberian = berat badan x dosis Sediaan

Jumlah pemberian = berat badan x dosis Sediaan

= 5,3 kg x (30-60) mg/kg 500 mg/tab = 0,3-0,5 tab

Gambar

Gambar 1. Kondisi anjing yang mengalami fraktur os. tibia fibula.
Gambar 2. Foto rontgen anjing kasus yang mengalami fraktur pada os. tibiafibula.
Gambar 3. Insisi kulit pada lokasi fraktur.
Gambar 4. Penjahitan kulit.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui manfaat terapi latihan untuk kekuatan otot tangan kiri. pada kondisi fraktur os radius 1/3

Modalitas infra merah mampu mengurangi oedema dan spasme otot pada kondisi fraktur os radius 1/3 distal sinistra. Modalitas massage mampu mengurangi nyeri pada kondisi

UNILATERAL FRAME DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF.DR SOEHARSO SURAKARTA ”, ini telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing karya tulis ilmiah untukdipertahankan didepan tim

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah dengan kasus paska operasi fraktur cruris 1/3 distal sinistra dengan open reduction external fixator unilateral frame yaitu

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Kebumen bahwa insiden fraktur klavikula sebanyak 25%, fraktur yang terjadi pada tangan sebanyak 50%, fraktur yang terjadi pada kaki

Judul KTI : Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus Pasca Operasi Fraktur Tibia Plateau Sinistra Dengan Pemasangan Plate and Screw di Rumah sakit PKU

Lateral AP.. dipastikan daerah yang mengalami fraktur tampak jelas pada proyeksi AP maupun Lateral ,dan juga frakturnya tidak terpotong serta tampak. Sehingga dalam  pembuatan

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan penulis melaksanakan penelitian mengenai “Studi Kasus Distokia pada Anjing Kintamani Bali”... ii