• Tidak ada hasil yang ditemukan

kasus fraktur os femur 1/3 distal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "kasus fraktur os femur 1/3 distal"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

b. Proyeksi Lateral

1) POSisi Pasien

Pasien sidur supine dengan kedua tungkai lurus 2) POSisi Objek

 Femur  yang diperiksa diatur di tengah kaset dengan batas atas kaset hip  joint dan batas bawah kaset knee joint.

3) Pengaturan sinar:

- Central Ray (CR) : Horizontal tegak lurus terhadap kaset - Central Point : Pertengahan OS Femur 

- FFD : 100 cm

- Faktor EkspOSi : 60 kVp; 16 mAs; grid 4) Kriteria Radiograf:

- Tampak OS. Femur  dextra fraktur di 1/3 distal  - Tampak knee joint

G. Hasil Pembacaan Radiograf

Dari hasil radiograf pemeriksaan  femur   proyeksi Antero POSterior (AP) dan Lateral diperoleh (bacaan dokter):

(2)

-Gambar 3.14 Hasil Radiograf Femur AP & Lateral

H. Pembahasan Kasus

Berikut ini akan penulis uraikan tentang pembahasan pelaksanaan Teknik Pemeriksaan Radiografi OS. Femur dengan kasus fraktur 1/3 distal  yang dilakukan di RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto:

1) Teknik Pemeriksaan Radiografi fraktur OS. Femur   di teori ialah fraktur harus memperlihatkan kedua sendi. Sedangkan pada kasus fraktur di instalasi radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto fokus pada kasus patologi nya sehingga lebih memprioritaskan salah satu sendi yang masuk kedalam objek yang akan difoto. Tujuan dilakukan pemotretan ini adalah untuk mengetahui kondisi tulang yang mengalami fraktur pada bagian  femur   pasien. Sehingga harus

Lateral AP

(3)

dipastikan daerah yang mengalami fraktur tampak jelas pada proyeksi AP maupun Lateral ,dan juga frakturnya tidak terpotong serta tampak. Sehingga dalam  pembuatan radiografnya harus menggunakan kaset minimal 35 x 43 cm dengan tujuan agar salah satu sendi bisa tampak dan objek tidak terpotong. Mengingat kondisi pasien fraktur  femur   biasanya sering non kooperatif, sehingga pembuatan radiografnya bisa dilakukan dengan memanipulasi proyeksi. Pada proyeksi AP yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto sesuai dengan teori sedangkan untuk proyeksi Lateral tidak sesuai dengan teori. Pada proyeksi lateral dengan klinis fraktur  femur   pada Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto dilakukan dengan cara  pOSisi pasien supine, arah sinarnya horizontal dan kaset berdiri. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan hasil radiograf yang true lateral, yang disebabkan karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pOSisi lateral karena dapat memperburuk kondisi patologi pasien tersebut.

2) Penggunakan proyeksi AP dan Lateral pada pemeriksaan fraktur femur  di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto sudah dapat mendukung dalam memberikan informasi yang optimal dari fraktur  femur   tersebut. Pada  proyeksi AP ( Antero POSterior ) bertujuan untuk memperlihatkan anatomi normal

dari OS femur  dan untuk menampakkan fraktur yang ada dari arah depan atau pada  pOSisi AP. Sedangkan proyeksi Lateral bertujuan untuk memperlihatkan OS. femur 

dari arah samping serta memperlihatkan fraktur yang ada pada pOSisi lateral sehingga dapat melengkapi diagnOSa fraktur yang ada dari pOSisi AP. Informasi diagnOStik yang diperoleh pada penggunaan proyeksi AP dan Lateral sudah

(4)

optimal dalam mendukung pada penegakkan diagnOSa fraktur femur  pada pasien tersebut. Yang dapat terlihat dari sudut pandang seorang radiografer yaitu hasil radiograf dan anatomi gambar femur  tersebut.

(5)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah membahas uraian-uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. Teknik radiografi OS. Femur dengan kasus fraktur 1/3 distal   di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto, dilakukan dengan proyeksi AP dan Lateral. Dimana proyeksi lateral yang dilakukan dengan pOSisi pasien supine dan arah sinar horizontal dengan kaset berdiri.

2. Penggunaan proyeksi AP dan Lateral pada pemeriksaan radiografi fraktur  femur  di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto sudah dapat memberikan informasi diagnOStik yang optimal dalam mendukung penegakkan diagnOSa dari fraktur  femur . Selain menghasilkan gambaran radiograf yang optimal dan memberikan informasi yang maksimal, disamping itu juga pasien nyaman ketika dipOSisikan.

B. Saran

Dalam melakukan pOSisioning dengan kasus fraktur femur  1/3 distal  harus hati-hati agar tidak memperburuk kondisi fraktur femur  pasien itu sendiri. Dan dalam memberikan  proteksi radiasi pasien yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto masih kurang karena masih memberikan paparan radiasi terlalu  banyak kepada pasien, seharusnya kolimasi harus selebar obyek bukan selebar kaset.

(6)

Keluarga pasien yang ikut membantu dalam pemeriksaan seharusnya menggunakan apron serta memanfaatkan dan memaksimalkan penggunaan alat-alat imobilisasi yang ada.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, Kenneth L. 2010. Textbox of Radiographic P OSition and Related anatomi  seventh edition, M OSby: United State of America

Ballinger, Philip W. 2003.  Merrill’s Atlas Of Radiographic P OSition & Radiologic  Pr OSedures. USA: MOSby.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Pemula. Jakarta : Penerbit EGC

Potter, Patricia A and Perry, Anne Griffin. (2005).  Buku Ajar Fundamental Keperawatan (edisi ke-4). Jakarta: EGC

Appley, A.G and Louis Solomon.(1995).Terjemahan Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley (edisi ke7).Widya Medika

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Caput femoris ( Netter, Frank H.,)... 12

Gambar 2.2. Anatomi OS Femur ( Netter, Frank H.,)... 14

Gambar 2.3. Otot  femur  anterior ( Netter, Frank H.,) ... 15

Gambar 2.4. Otot  femur  posterior( Netter, Frank H.,) ... 16

Gambar 2.5. Posisi Pasien AP Mid dan Distal  Femur (Bontrager, 2010)... 21

Gambar 2.6. Radiograf Pryeksi AP Mid dan Distal  Femur (Bontrager, 2010)... 22

Gambar 2.7. Posisi Pasien Mediolateral Mid dan Distal  femur ( Bontrager, 2010) ... 22

Gambar 2.8. Posisi Pasien Lateromedial (Bontrager, 2010) ... 23

Gambar 2.9. Radiograf Femur  Lateral (Bontrager, 2010) ... 24

Gambar 2.10. Posisi Pasien Mediolateral- Mid dan Proksimal  Femur  ( Bontrager,2010) .... 25

Gambar 2.11. Radiograf Mediolateral Mid dan Proksimal  Femur (Bontrager, 2010)…...….25

Gambar 2.12. Posisi pasien- Axiolateral Inferosuperior (Bontrager, 2010)… ……….25

Gambar 2.13. Radiograf Axiolateral Inferosuperior (Bontrager, 2010)… ………25

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tulang  femur   adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat pada tubuh manusia. Ia menghubungkan tubuh bagian pinggul dan lutut. Femur   terdiri dari  bagian kepala dan leher pada bagian  proksimal   dan dua condylus  pada bagian distal .Kepala  femur   akan membentuk sendi pada pinggul. Bagian  proksimal  lainnya yaitu trochanter  major   dan trochanter minor   menjadi tempat perlekatan otot. Pada bagian proksimal  posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan kasar tempat melekatnya otot gluteus maximus. Di dekatnya terdapat bagian linea aspera, tempat melekatnya otot biceps  femoris. Salah satu fungsi penting kepala  femur   adalah tempat produksi sel darah merah pada sumsum tulangnya. Pada ujung distal   tulang paha terdapat condylus  yang akan membuat sendi condylar  bersama lutut. Terdapat dua condylus  yakni condylus medialis  dan condylus lateralis. Di antara kedua condylus  terdapat jeda yang disebut fossa intercondylaris.(wikipedia)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang  besar dari yang dapat diabsorbsinya. (smeltzer, 2001)

(10)

Fraktur  femur   adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang  femur  (mansjoer, 2000). Sedangkan menurut sjamsuhidajat & jong (2005) fraktur femur  adalah fraktur pada tulang femur  yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung. fraktur  femur   juga didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang  paha, kondisi fraktur femur  secara klinis bisa berupa fraktur femur  terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha.

Dari beberapa penjelasan tentang fraktur  femur  di atas, dapat disimpulkan bahwa fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan kontinuitas tulang  femur   yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung

disertai dengan adanya kerusakan jaringan lunak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka dapat dirumuskan data sebagai berikut:

1. Bagaimana teknik pemeriksaan  femur   dengan kasus fraktur 1/3 distal  di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto?

2. Apakah radiograf yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi yang diharapkan?

(11)

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi femur  pada kasus fraktur 1/3 distal  2. Untuk mengetahui informasi anatomi dan patologi kasus fraktur 1/3 distal 

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Kepustakaan

Yaitu metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencetak serta mengolah  bahan penelitian. Penulis lakukan pada metode ini yaitu mengumpulkan informasi dari  berbagai buku dan media internet yang berhubungan dengan masalah yang dikemukakan

untuk mendukung pembahasan masalah. 2. Metode Observasi

Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan observasi secara langsung mengenai teknik pemeriksaan radiografi femur  dengan kasus fraktur 1/3 distal  di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

3. Metode Dokumentasi

Yakni metode pengumpulan data dengan mengambil data dari dokumen-dokumen antara lain dari hasil radiograf, rekam medik dan hasil pembacaan radiograf.

(12)

E. Manfaat Penulisan

Manfaat dari pembuatan laporan kasus ini yakni diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya bagi para pembaca pada umumnya mengenai patologi fraktur 1/3 distal  serta tata laksana pemeriksaan radiografi  femur .

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca untuk memahami isi laporan kasus ini. Penulis menyajikan sistematika penulisan dengan rincian sebagai berikut :

BAB I, Pendahuluan

Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II, Dasar Teori

Bab ini menjelaskan tentang anatomi, patologi dan teknik pemeriksaan radiologi serta proteksi radiasi yang dijadikan sebagai dasar teori dalam penulisan laporan kasus ini.

BAB III, Profil Kasus dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang profil kasus pasien yang mengalami fraktur, prOSedur  pemeriksaan, hasil pembacaan radiograf serta pembahasannya.

BAB IV, Penutup

Pada bab ini, dikemukakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis.

(13)

BAB II DASAR TEORI

A. Anatomi Fisiologi

OS F emur

Tulang  femur   merupakan tulang terbesar dari tubuh manusia dan membentuk sistem muskuloskeletal dari daerah paha.(Netter,2006),(Carolla,1990) Regio  femur terletak diantara pinggul (hip) dan lutut (knee). Daerah ini merupakan struktur yang  penting karena merupakan struktur utama penyangga tubuh serta berperanan penting dalam pergerakan melalui sendi pinggul (hip joint ) dan sendi lutut (knee joint ). Tulang femur  dapat menahan beban tekanan sebesar 3500 kg/cm. Tekanan sebesar ini mampu menahan tekanan yang didapatkan pada saat berjalan, berlari, atau melompat. Tulang  femur merupakan tulang yang terkuat, terberat, dan terpanjang dari tulang manusia. Tinggi badan manusia biasanya sekitar empat kali dari panjang tulang femur . Daerah femur  mempunyai dua persendian yang utama, yaitu hip joint di proximal dan knee joint di distal .

Hip joint adalah jenis persendian yang multi axial, tipenya ball and socket , dan merupakan jenis persendian synovial (diarthrosis).(Carolla,1990) Pada saat ini implantasi dari hip joint adalah salah satu prosedur operasi yang paling berhasil dan  jamak dilakukan di bidang ortopedi sebagai operasi penggantian sendi. Knee joint adalah jenis persendian yang paling kompleks dari tubuh manusia. Persendian ini juga merupakan salah satu persendian yang paling lemah dan paling mudah terjadi trauma Knee joint merupakan jenis persendian synovial (diarthrosis) dengan beberapa

(14)

modifikasi pada struktur engselnya. Persendian pada lutut mampu melakukan  beberapa pergerakan rotasi. Otot –   otot pada daerah femur   dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu kelompok otot anterior, kelompok otot posterior, dan kelompok otot medial.(Shuler,2008) Kelompok otot anterior mempunyai fungsi utama untuk fleksi padahip jointdan ekstensi padaknee joint , kelompok otot posterior mempunyai fungsi utama untuk ekstensi pada hip joint dan fleksi pada knee joint , sedangkan kelompok otot medial mempunyai fungsi utama adduksi pada hip joint .Persarafan utama pada daerah  femur   berasal dari nervus  femoralis  dan nervus ischiadicus yang merupakan cabang dari pleksus lumbosakralis yang keluar dari medulla spinalis setinggi Vertebra torakalis 12 sampai dengan Vertebra sakralis 5, sed angkan pembuluh darah utama pada daerah femur  berasal dari arteri  femoralis  yang merupakan cabang dari arteri iliaka eksterna.

(15)

Caput femoris berbentuk hampir lebih dari setengah lingkaran, berartikulasi dengan asetabulum pada tulang panggul. Pada bagian tengah caput femoris terdapat cekungan kecil yang disebut sebagai fovea capitis. Pada bagian ini terdapat ligamen dan pembuluh darah yang berhubungan dengan caput femoris. Apabila pembuluh darah pada caput femoris ruptur oleh karena trauma maka dapat terjadi kerusakan yang berat dari caput femoris.

Leher dari tulang femur , atau yang biasa disebut sebagai collum femoris,

menghubungkan antara caput femoris dengan corpus femoris. Pada daerah ini sering didapatkan fraktur femur , terutama pada penderita usia lanjut. Lateral dari collum  femoris terdapat trochanter mayor , sedangkan medial dari collum femoris terdapat

trochanter minor . Struktur ini penting karena merupakan tempat melekatnya beberapa otot utama pada paha dan pantat.(Carolla,1990)

Daerah antara collum femoris dan korpus femoris membentuk sudut yang disebut sebagai sudut collum femoris. Sudut collum femoris disebut juga sebagai sudut

kolodifisis. Sudut ini besarnya bervariasi. Pada bayi baru lahir besarnya kira-kira 150° dan pada orang dewasa besarnya kira-kira 126°.(R. Putz; R.Pabst,2000) Coxa valga adalah terminologi yang dipakai untuk menunjukkan sudut collum femoris yang lebih  besar dari 135°, sedangkan coxa vara adalah terminologi yang dipakai untuk

menunjukkan sudut collum femoris yang kurang dari 115°. Pada keadaaan coxa valga caput femoris terletak lebih tinggi daripada trochanter mayor  sehingga merupakan salah satu predisposisi terjadinya subluksasi, sedangkan pada coxa vara terdapat  penurunan fungsi dari otot abduktor sehingga dapat menyebabkan terjadinya

(16)

sudut anteversi terhadap bidang coronal dengan variasi sekitar 1° sampai dengan 40° dengan sudut rata-rata 14°. (Shuler,2008)

Aliran pembuluh darah pada caput femoris berasal dari arteri sirkumfleksa  femoralis medialis melalui pembuluh darah retinakuler yang terletak

subsinovial.(Netter,2006) Badan dari tulang femur , atau biasa disebut sebagai corpus  femoris berbentuk sedikit melengkung ke anterior.(Carolla,1990),(Shuler,2008)

Corpus femoris mempunyai struktur yang lembut kecuali pada garis longitudinal yang kasar pada bagian posterior yang disebut sebagai linea aspera. Struktur ini juga merupakan tempat melekatnya beberapa otot. Pada bagian distal  dari tulang femur , di atas dari lutut terdapat condylus lateralis dan condylus medialis. Condylus berartikulasi dengan tulang tibia. Proximal dari condylus terdapat epicondylus lateralis dan

epicondylus medialis.(Carolla,1990)

Epicondylus merupakan tempat melekatnya beberapa otot, sedangkan condylus  berperan dalam pergerakan dari persendian. Condylus medialis mempunyai ukuran

yang lebih besar daripada condylus lateralis. Struktur ini bermanfaat pada saat lutut atau patella bergerak saat berjalan, maka tulang femur  melakukanrotasi ke medial sehingga “mengunci” sendi lutut.

(17)

Gambar 2.2 Anatomi OS Femur ( Netter,frank H.)

 Otot

F emur 

Otot Anterior

Rektus femur : bagian tengah di depan paha anterior; merentang dari pelvis bagian

 bawah melewati persendian pangul dan femur . Berfungsi untuk ekstensi tungkai di lutut dan fleksi paha di panggul.

(18)

Vastus lateralis: otot terbesar dari keempat vastus lainnya, terletak di sisi lateral

 paha; merentang dari sisi  proksimal   paha ke superior tibia. Berfungsi untuk ekstensi tungkai pada lutut.

Vastus medialis: otot tebal yang terletak pada permukaan medial paha;

membentuk tonjolan yang besar di sisi inferior medial paha. Berfungsi untuk ekstensi tungkai pada lutut.

Vastus intermedius: terletak pada bagian anterior tulang  femur   di antara vastus

lateralis dan vastus medialis, lebih dalam dari rektus  femur . Berfungsi untuk ekstensi tungkai pada lutut.

Sartorius: otot superfisial yang panjang berbentuk pita yang berasal dari bahian

atas sisi lateral pelvis, melewati paha secara melintang. Berfungsi untuk fleksi tungkai pada paha; fleksi paha pada pelvis.

Grasilis: otot superfisial tipis yang panjang pada paha bagian dalam; terletak di

antara sisi medial bawah pelvis dan sisi medial atas (tibia). Berfungsi untuk fleksi dan rotasi tungkai kearah medial; aduksi paha. (R. Putz; R.Pabst,2000)

(19)

Gambar2.3 otot femoris amterior (  Netter, Frank H., Netter’s Orthopaedic

Otot Posterior

Biseps  femur : otot berkepala dua yang melapisi sisi posterior dan lateral paha

terletak di antara pelvis interior dan tiia superior. Berfungsi untuk fleksi dan rotasi secara lateral tungkai pada lutut.

Semitendinosus: terletak di bagian belakang di antara pelvis bagian bawah dan

tungkai bagian atas (tibia). Berfungsi untuk fleksi dan rotasi secara medial tungkai  pada lutut; ekstensi paha pada panggul.

(20)

Semimembranosus: otot dengan tendon membranosus yang origo nya terletak

elbih dalam dari semitedinosus. Berfungsi untuk fleksi dan rotasi secara medial tungkai pada lutut; ekstensi paha pada panggul. (R. Putz; R.Pabst,2000)

Gambar 2.4 otot femoris pOSterior (  Netter, Frank H., Netter’s Orthopaedic

 Fasia Superfisialis

F emur 

Kulit pada  femur  bagian anterior dipersarafi oleh cabang  femoralis  dari nervus genito femoralis, cabang medial, intermedia, dan nervus kutaneus femoris lateralis

(21)

dan cabang-cabang nervus obturatorius. Paha bagian belakang mendapat persarafan sensoris dari nervus kutaneus posterior  femur .

Arteri superfisialis termasuk empat cabang superfisialis arteri  femoralis; arteri sirkumfleksa iliaka superfisialis, arteri epigastrika superfisiaias, arteri pudenda eksterna superfisialis dan arteri pudenda eksterna profunda.

Vena dan limfatik superfisialis: cabang-cabang vena dari bagia anterior paha mengalirkan darah ke vena safena magna sedangkan sebagian vena dari paha  posterior bagian bawah mengalirkan darah ke vena popliteal. Vena safena megna  juga berjalan bersama pembuluh limfe besar mengalir menuju kelenjar getah bening inguinalis superfisialis, dan dari sana melalui fasia kribriformis menuju kelenjar getah bening inguinalis profunda. (R. Putz; R.Pabst,2000)

B. Patologi

1. Deskripsi Fraktur

Angulasi dan oposisi tulang adalah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur tulang panjang. Derajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang panjang dapat menunjukan derajat keparahan fraktur dan tipe  penatalaksanaan yang harus diberikan.

Deskripsi fraktur ada dua, yaitu: 1) Fraktur tertutup

Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.

(22)

2) Fraktur terbuka

Fraktur terbuka adalah fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus. Konsep penting yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur tersebut. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat terjadinya cedera, terkontaminasi, kemudian kembali hampir pada posisinya semula. Pada keadaan semacam ini maka operasi untuk irigasi, debridement, dan pemberian antibiotika secara intra vena mungkin diperlukan untuk mencegah terjadinya osteomielitis. Pada umumnya operasi irigasi dan debridement pada fraktur terbuka harus dilakukan dalam waktu 6 jam setelah terjadinya cedera untuk mengurangi kemungkinan infeksi. (Potter, Patricia A and (Perry, Anne Griffin. (2005).

2. Jenis-jenis Fraktur

 Fraktur adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tulang. Berdasarkan penyebab fraktur dibedakan menjadi :

1. Fraktur yang disebabkan trauma berat

Fraktur ini disebabkan oleh trauma / retak paksa yang terjadi tiba-tiba dan sangat berat. Kerusakan yang dihasilkan sangat bervariasi tergantung dari besar dan kuatnya trauma, trauma langsung atau tidak langsung, umur  penderita dan lokasi fraktur.

2. Fraktur Patologi

Fraktur patologi adalah yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses patologi seperti tumor tulang primer atau sekunder,

(23)

myeloma multiple, cista tulang, osteomilitis dan sebagainya. Trauma ringan saja sudah dapat menimbulkan fraktur.

3. Fraktur Stress

Disebabkan oleh trauma ringan tapi terus menerus misalnya fraktur march pada metatarsal, fraktur fibula pada pelari jarak jauh dan sebagainya.  Beberapa tipe fraktur / dilihat dari segi sudut patahnya :

1. Fraktur Transversal

Fraktur transversal adalah yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu  panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.

2. Fraktur Oblik

Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

3. Fraktur Komunitif yaitu bila lebih dari 2 fragmen 4. Fraktur multiple pada tulang

Fraktur multiple pada tulang dibagi menjadi: a) Fraktur Segmental

Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada suatu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai daerahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani, biasanya satu ujung yang tidak memiliki  pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh. Dan keadaan ini mungkin

(24)

 b) Fraktur Impraksi

Fraktur impraksi adalah terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. c) Fraktur Spiral

Fraktur Spiral adalah timbul akibat torsi pada ekstrimitas. Fraktur ini khas  pada cidera main sky, dimana ujung sky terbenam pada tumpukan salju dan

sky berputar sampai patah tulang. Dan yang menarik adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

d) Fraktur Avulasi

Memisahkan satu frakmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligament. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan.  Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali frakmen tulang tersebut.

e) Fraktur Greenstick

Fraktur greenstick adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk dan fungsi normal.

(25)

 Tanda dan gejala fraktur, antara lain : 1. Adanya deformitas

2. Adanya krepitasi 3.  Nyeri tekan 4.  Nyeri ketuk

5. Fungsiolesa (Potter, Patricia A and Perry, Anne Griffin. (2005)

C. Prosedur Pemeriksaan Radiografi

F emur 

A. Indikasi Pemeriksaan

(Bontrager, 2010

)

a. Kondrosarkoma  b. Sarkoma Ewing

c. Efusi sendi

d. Osteoklastoma atau sel tumor besar e. Sarkoma osteogenik f. Osteoma osteoid g. Penyakit paget h. Lesi i. Fraktur B. Persiapan Pemeriksaan

a. Persiapan Pasien (Frank, 2007)

Pada dasarnya pemeriksaan femur  tidak membutuhkan persiapan khusus, hanya  pasien dianjurkan memakai baju pasien sehingga memudahkan dalam pengaturan  posisi dan melepaskan benda-benda yang dapat menimbulkan bayangan artefak 

(26)

 pada radiograf, selain itu sebelum pemeriksaan petugas memberitahu prosedur  pemeriksaan sehingga tidak terjadi kesalah pahaman pasien dan tidak terjadi  pengulangan foto.

b. Persiapan Alat & Bahan

(Bontrager, 2010

)

Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan OS femur  adalah: - Unit pesawat rontgen

- Kaset dan film ukuran 35 x 43 cm - Marker R atau L

- Grid ukuran 35 cm x 43 cm - Baju pasien

- Alat fiksasi (sand bag)

- Alat proteksi (apron, gonad shield, ovarium shield)

C. Teknik Pemeriksaan Radiografi

F emur 

Teknik pemeriksaan radiografi  femur   menurut Bontrager (2010) yaitu sebagai  berikut:

a. proyeksi antero posterior (AP : Mid dan

Distal F emur 

)

1. Posisi Pasien

Pasien supine diatas meja pemeriksaan,  femur   tepat di tengah meja  pemeriksaan, berikan bantal untuk kepala sebagai fiksasi.

2. Posisi Objek

- Posisikan  femur   sejajar dengan central ray  tepat di tengah meja  pemeriksaan atau image receptor.

(27)

- Rotasikan kaki kedalam (internal) sekitar 50  supaya true AP. (Untuk  proksimal femur , internal rotasi pada kaki 150 sampai 200 jika dibutuhkan

untuk AP Hip.

- Pastikan knee joint  mencakup pada IR

Berikut ini adalah gambar posisi pasien AP mid  dan distal  femur .

Gambar 2.5. P OSisi Pasien AP Mid dan Distal Femur (Bontrager, 2010)

3. Central Ray

Arah sinar tegak lurus terhadap femur  dan IR, dan FFD 100 cm 4. Kolimasi

Kolimasi mencakup keseluruhan femur  5. Faktor ekspOSi

Menggunakan tegangan tabung 75 kV dan arus tabung 12 mAs, dengan ukuran kaset 35 cm x 43 cm, menggunakan grid (jika diperlukan).

6. Kriteria Radiograf:

- Tampak knee joint, space knee joint  tidak terlalu terlihat terbuka - Tidak ada rotasi, femorotibial condylus tampak simetris.

(28)

-  Femur  tepat berada di tengah lapangan kolimasi dan sejajar dengan IR, mencakup minimal 1 inchi dari space knee joint  di bagian distal  IR. Berikut ini adalah gambaran radiograf femur  proyeksi AP mid dan distal :

Gambar 2.6. Radiograf Pryeksi AP Mid dan Distal Femur (Bontrager, 2010).

b. Proyeksi Lateral (Mediolateral : Mid dan

Distal F emur 

)

1) Posisi Pasien

Posisikan pasien lateral recumbent, atau supine pada pasien trauma. 2) Posisi Objek

a) Lateral Recumbent (Mediolateral)

POSisi ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan kondisi trauma.

- Fleksikan  knee  sekitar 450 pada objek yang akan diperiksa, dan  femur  lurus ditengah meja pemeriksaan atau IR.

- Tempatkan  femur   yang tidak diperiksa di belakang untuk menghindari over rotasi

(29)

- Atur IR mencakup knee joint   (bagian bawah IR setidaknya mencakup sekitar 2 inch dibawah knee joint ). IR yang kedua mencakup proksimal femur  dan hip joint.

Berikut ini adalah gambar posisi pasien mediolateral mid d an distal  femur :

Gambar2.7 . P OSisi Pasien Mediolateral Mid dan Distal femur ( Bontrager, 2010)

 b) Lateromedial pada trauma

- Berikan pengganjal dibawah kaki yang akan diperiksa supaya ankle  pada pOSisi true AP.

- Tempatkan kaset di aspek tepi terhadap femur  dan mencakup knee, dengan arah sinar horizontal dari sisi lateral.

(30)

Berikut ini adalah gambar pemeriksaan femur  dengan pOSisi pasien lateromedial :

Gambar2.8. P OSisi Pasien Lateromedial (Bontrager, 2010)

3) Central Ray (CR)

Arah sinar horizontal tegak lurus dengan femur  dan IR, dengan FFD 100 CM

4) Kolimasi

Kolimasi mencakup keseluruhan femur  dan bagian tepi pada IR

5) Faktor ekspOSi

Menggunakan tegangan tabung 75 kV dan arus tabung 7 mAs, dengan ukuran kaset 35 cm x 43 cm, menggunakan grid (jika diperlukan).

6) Kriteria Radiograf:

- Tampak bagian distal  dari femur  termasuk knee joint

- True lateral ditandai dengan margin anterior dan pOSterior dari medial dan lateral condylus tampak superpOSisi dan lurus dengan femoropatellar joint space terbuka.

(31)

Berikut ini adalah gambaran radiograf femur  dengan proyeksi lateral:

Gambar 2.9 Radiograf Femur Lateral (Bontrager, 2010)

c. Proyeksi Lateral (Mediolateral : Mid dan

Proksimal F emur 

)

1) POSisi Pasien

Pasien dipOSisikan lateral recumbent, beri bantalan pada kepala pasien untuk fiksasi.

2) POSisi Objek

- Knee difleksikan sekitar 450  dan femur  tepat di tengah meja pemeriksaan atau IR. (Ingat, bagian  proksimal   dan pertengahan femur  berada di aspek anterior dari femur ).

- Tempatkan kaki yang tidak diperiksa di belakang supaya tidak superpOSisi dengan objek yang akan diperiksa.

(32)

Berikut ini adalah gambaran pOSisi pasien mediolateral  –  mid  dan proksimal femur :

Gambar2.10 P OSisi Pasien Mediolateral- Mid dan Proksimal Femur (Bontrager, 2010)

3) Central ray

Arah sinar tegak lurus dengan femur  dan IR, tepat di tengah IR, dan FFD 100 cm

4) Kolimasi

Luas lapangan mencakup keseluruhan femur  dan mencakup tepidari IR. 5) Faktor ekspOSi

Menggunakan tegangan tabung 75 kV dan arus tabung 7 mAs, denga ukuran kaset 35 cm x 43 cm, menggunakan grid (jika diperlukan) 6) Kriteria radiograf

- Tampak bagian proksimal  dari femur  dan terlihat pula hip joint.

- Proksimal  femur  dan hip joint tidak saling superpOSisi dengan anggota tubuh lain (kaki yang tidak sakit)

(33)

- Femur   tepat di tengah lapangan kolimasi dengan hip joint   tampak minimal 2,5 cm dari bagian proksimal  IR.

Berikut ini adalah gambaran radiograf mediolaterl mid dan proksimal  femur :

Gambar 2.11.Radiograf Mediolateral Mid dan Proksimal Femur (Bontrager, 2010)

d. Proyeksi Axiolateral InferOSuperior : Hip dan

Proksimal F emur 

-Trauma

1) POSisi Pasien

- Pasien tetap diatas brankar atau diatas kasur pasien, jika tidak dapat  berpindah ke meja pemeriksaan.

- Pasien supine dengan bantalan di kepala, berikan pengganjal di bawah  pelvis supaya pOSisi pelvis lebih tinggi 3-5 cm. (lebih penting untuk  pasien dengan tubuh kurus dengan bantalan yang empuk)

(34)

2) POSisi Objek

- Tekuk dan angkat kaki yang tidak sakit sehingga  femur   pada pOSisi vertikal dan diluar dari lapangan kolimasi.

- Pastikan tidak ada rotasi pada pelvis.

- Tempatkan kaset di lipatan atas crista iliaka dan luruskan kaset sehingga  paralel dengan femoral neck dan tegak lurus dengan arah sinar. Gunakan

holder kaset jika tersedia, atau gunakan sandbag untuk memegang kaset  pada tempatnya.

- Rotasi internal pada kaki berpengaruh 150  sampai 200  kecuali kontra indikasi dari kemungkinan fraktur atau patologi lain.

Berikut ini adalah pOSisi pasien pada pemeriksaan femur  dengan proyeksi axiolateral infer OSuperior :

Gambar2.12 P OSisi pasien- Axiolateral Infer OSuperior (Bontrager, 2010)

(35)

Arah sinar tegak lurus dengan femoral neck dan IR, menggunakan FFD 100 cm.

4) Kolimasi

Rapatkan luas lapangan pada empat sisi dan head  femoralis  serta bagian neck femoralis

5) Faktor ekspOSi

Menggunakan tegangan tabung 80 kV dan arus tabung 40 mAs dengan kaset ukuran 35 cm x 43 cm, menggunakan grid jika diperlukan, tahan nafas saat ekspOSi.

6) Kriteria radiograf

- Tampak keseluruhan dari head dan neck  femur , trochanter   dan acetabulum

- Hanya tampak sebagian kecil dari lesser trochanter 

- Bagian distal   dari femoral neck tampak superpOSisi dengan greater trochante

(36)

Gambar 2.13. Radiograf Axiolateral Infer OSuperior (Bontrager, 2010

D. Proteksi Radiasi

1. Proteksi bagi pasien

 Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan dokter   Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan

 Menggunakan faktor ekspOSi yang tepat untuk menghindari pengulangan foto  Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan

 Waktu penyinaran sesingkat mungkin  Pasien menggunakan apron

 Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda pemeriksaannya

2. Proteksi bagi petugas

 Tidak menggunakan berkas sinar  – x yang mengarah ke petugas  Berlindung dibalik tabir / tirai saat melakukan eksp OSi

 Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama b ertugas

3. Proteksi bagi masyarakat umum

 Pintu pemeriksaan tertutup rapat

 Tidak mengarahkan sinar sumber sinar –  X keruangan umum

 Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang pemeriksaan

 Apabila diperlukan orang lain untuk membantu jalannya pemeriksaan, orang tersebut harus menggunakan apr 

(37)

BAB III

PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Pasien

 Nama : Muhammad Rifqi Fauzi ,AN

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 13 Tahun

Alamat :

 No. RM : 18-30925

 No. Foto : 02070861

Dr. Pengirim : Abdillah,dr.

Tanggal Pemeriksaan : 09 Oktober 2018

Permintaan Pemeriksaan : Femur  dextra AP & lateral

DiagnOSa : Fraktur femur   1/3 distal 

B. Riwayat Pasien

Pada tanggal 09 Oktober 2018, pasien mendatangi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto bersama keluarga dan perawat dengan membawa lembar permintaan foto. untuk melakukan pemeriksaan foto AP & lateral femur  dextra dengan klinis fraktur di 1/3 distal 

Adapun identitas pasien tersebut adalah sebagai berikut :

(38)

Umur : 13 tahun

Alamat :

Permintaan foto : femur  dextra AP & lateral

 No RM : 18-30925

C. PrOSedur Pemeriksaan

PrOSedur pemeriksaan femur   dengan kasus fraktur  femur   dextra 1/3 distal   yang dilakukan di instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto meliputi  persiapan pasien, persiapan alat, teknik pemeriksaan radiografi, pengolahan film pada

CR, serta pembacaan radiograf.

D. Persiapan Alat

a) Pesawat Sinar-X siap pakai

 b) Film dan kaset radiografi ukuran 30 x 40 cm c) Timbal d) Marker R e) Plester f) Gunting g) Computer Radiografi (CR) E. Persiapan Pasien

Pada dasarnya pemeriksaan Femur   tidak membutuhkan persiapan khusus, hanya saja pasien dianjurkan melepaskan benda-benda asing yang berada di sekitar daerah paha

(39)

agar tidak menimbulkan bayangan radio opaq pada radiograf. Dalam hal ini diantaranya yakni ikat pinggang, resleting, kancing celana dan uang logam pada saku maupun benda  –  benda logam lainnya.

Selain itu juga sebelum pemeriksaan petugas harus memberitahu prOSedur  pemeriksaan kepada pasien agar tidak terjadi kesalah pahamaan dari pasien tersebut.

F. Pelaksanaan Pemeriksaan

a. Proyeksi Anterior POSterior

1) POSisi Pasien

Pasien sidur supine dengan kedua tungkai lurus 2) POSisi Objek

 Femur  yang diperiksa diatur di tengah kaset dengan batas atas kaset hip joint dan  batas bawah kaset knee joint.

3) Pengaturan sinar dan ekspOSi:

- Central Ray (CR) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset - Central Point : Pertengahan OS Femur 

- FFD : 100 cm

- Faktor EkspOSi : 56 kVp; 16 mAs; grid 4) Kriteria Radiograf:

- Tampak OS. Femur  dalam pOSisi true AP - Tampak OS. Femur  1/3 distal  fraktur - Tampak knee joint sedikit terpotong

(40)
(41)

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan guna Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan guna memenuhi tugas Praktek Lapangan Kerja 1 Program Studi Diploma IV Teknik Radiologi memenuhi tugas Praktek Lapangan Kerja 1 Program Studi Diploma IV Teknik Radiologi Jurusan Teknik RadiodiagnOStik dan Radioterapi Semarang.

Jurusan Teknik RadiodiagnOStik dan Radioterapi Semarang.

 Nama

 Nama : May Sarah: May Sarah

 NIM

 NIM : P133743021701: P13374302170144

Kelas

Kelas : : 2D2D

Judul Laporan Kasus

Judul Laporan Kasus : “Teknik Pemeriksaan Radiografi: “Teknik Pemeriksaan Radiografi OSOS  Femur   Femur   Dengan Kasus Fraktur  Dengan Kasus Fraktur 1/3

1/3 Distal  Distal  Di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo””

Purwokerto,

Purwokerto, 23 Oktober 23 Oktober 20182018 Pembimbing PKL

Pembimbing PKL

Hening fitra dewi , Amd.Rad. Hening fitra dewi , Amd.Rad.

(42)

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke-hadirat Allah swt karena atas segala rahmat yang dilimpahkan-Nya, Puji syukur ke-hadirat Allah swt karena atas segala rahmat yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “Teknik Pemeriksaan RadiografiTeknik Pemeriksaan Radiografi OSOS

FF e

em

mur 

ur 

 Dengan Kasus fraktur 1/3 Dengan Kasus fraktur 1/3

distal

distal

 Di Instalasi Radiologi Rsud Prof. Dr. Margono Di Instalasi Radiologi Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Soekarjo Purwokerto” ini.” ini.

Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 Semester III, Prodi D-IV Teknik Radiologi Poltekkes Kemenkes Lapangan (PKL) 1 Semester III, Prodi D-IV Teknik Radiologi Poltekkes Kemenkes Semarang,

Semarang, yang yang bertempat bertempat di di Instalasi Instalasi Radiologi Radiologi RSUD RSUD Prof. Prof. Dr. Dr. Margono Margono soekarjosoekarjo Purwokerto.

Purwokerto.

Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan dan Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan dan  bimbingan

 bimbingan dari dari berbagai berbagai pihak. pihak. Untuk Untuk itu, itu, penulis penulis juga juga mengucapkan mengucapkan terima terima kasih kasih yangyang sebesar-besarnya kepada :

sebesar-besarnya kepada : 1.

1. Bapak Warijan, SPd, A.Kep, M. Kes, selaku direktur Poltekkes Kemenkes SemarangBapak Warijan, SPd, A.Kep, M. Kes, selaku direktur Poltekkes Kemenkes Semarang 2.

2. Pihak RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang telah berkenanPihak RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang telah berkenan mengijinkan penulis melakukan PKL 1 hingga tersusunnya laporan kasus

mengijinkan penulis melakukan PKL 1 hingga tersusunnya laporan kasus ini.ini. 3.

3. Ibu Rini Indrati, S.Si, M. Kes, selaku ketua jurusan Teknik RadiodiagnOStik danIbu Rini Indrati, S.Si, M. Kes, selaku ketua jurusan Teknik RadiodiagnOStik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang

Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang 4.

4. Ibu Siti Masrochah, S.Si, M. Kes. selaku Ketua Prodi D-IV Teknik RadiologiIbu Siti Masrochah, S.Si, M. Kes. selaku Ketua Prodi D-IV Teknik Radiologi Poltekkes Kemenkes Semarang

Poltekkes Kemenkes Semarang 5.

5. Ibu dr. Esti E.,Sp.Rad. Selaku Kepala Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. MargonoIbu dr. Esti E.,Sp.Rad. Selaku Kepala Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

(43)

7.

7. Ibu Hening Fitra Dewi , Amd Rad. Selaku pembimbing penulisan laporan kasus ini.Ibu Hening Fitra Dewi , Amd Rad. Selaku pembimbing penulisan laporan kasus ini. 8.

8. Seluruh Radiografer dan Staff Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono SoekarjoSeluruh Radiografer dan Staff Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Purwokerto 9.

9. Kedua orang tua saya yang selalu memberi dukungan terhadap sayaKedua orang tua saya yang selalu memberi dukungan terhadap saya 10.

10. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kasus iniSemua pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kasus ini

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya.

memperbaiki laporan kasus selanjutnya.

Penulis juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para Penulis juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para  pembaca.  pembaca. Purwokerto, 23 Oktober 2018 Purwokerto, 23 Oktober 2018 Penulis Penulis

(44)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penulisan ... 3

D. Metode Pengumpulan Data ... 3

E. Manfaat Penulisan ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II DASAR TEORI ... 5

A. Anatomi Fisiologi ... 5

B. Patologi ... 13

C. Teknik Pemeriksaan Radiografi OS Femur  ... Error! Bookmark not defined. D. Proteksi Radiasi ... 28

(45)

B. Riwayat Pasien ... 29

C. PrOSedur Pemeriksaan ... 30

D. Persiapan Alat ... 30

E. Persiapan Pasien... 30

F. Pelaksanaan Pemeriksaan ... 31

G. Hasil Pembacaan Radiograf ... 32

H. Pembahasan Kasus ... 33 BAB IV PENUTUP ... 36 A. Kesimpulan ... 36 B. Saran ... 36 DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN ... 39

(46)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Caput femoris ( Netter, Frank H.,)... 12

Gambar 2.2. Anatomi OS Femur ( Netter, Frank H.,)... 14

Gambar 2.3. Otot  femur  anterior ( Netter, Frank H.,) ... 15

Gambar 2.4. Otot  femur  posterior( Netter, Frank H.,) ... 16

Gambar 2.5. Posisi Pasien AP Mid dan Distal  Femur (Bontrager, 2010)... 21

Gambar 2.6. Radiograf Pryeksi AP Mid dan Distal  Femur (Bontrager, 2010)... 22

Gambar 2.7. Posisi Pasien Mediolateral Mid dan Distal  femur ( Bontrager, 2010) ... 22

Gambar 2.8. Posisi Pasien Lateromedial (Bontrager, 2010) ... 23

Gambar 2.9. Radiograf Femur  Lateral (Bontrager, 2010) ... 24

Gambar 2.10. Posisi Pasien Mediolateral- Mid dan Proksimal  Femur  ( Bontrager,2010) .... 25

Gambar 2.11. Radiograf Mediolateral Mid dan Proksimal  Femur (Bontrager, 2010)…...….25

Gambar 2.12. Posisi pasien- Axiolateral Inferosuperior (Bontrager, 2010)… ……….25

Gambar 2.13. Radiograf Axiolateral Inferosuperior (Bontrager, 2010)… ………25

Gambar

Gambar 3. 14  Hasil Radiograf Femur AP & Lateral
Gambar 2.1 caput femoris(  Netter, Frank H., Netter’s Orthopaedic )
Gambar 2 .2  Anatomi OS Femur ( Netter,frank H.)
Gambar 2.3 otot femoris amterior (   Netter, Frank H., Netter’s Orthopaedic
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Radiologis Pergelangan Tangan Proyeksi Antero-Posterior dan Lateral Pada Fraktur Radius Distal Ekstraartikuler Tipe Colles .. Parameter Radiologis pada Radius Distal

Tujuan: Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, bengkak, meningkatkan LGS, kekuaktan otot dan kemampuan fungsional pada kasus fraktur

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR FEMUR 1/3 PROXIMAL DEXTRA DI PUSKESMAS KARTASURA” telah disetujui dan disahkan oleh

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Infra Red (IR) dan Terapi Latihan pada fraktur femur 1/3 proksimal dextra dengan pemasangan plate and screw terhadap :

Pada masalah yang muncul pada kasus post ORIF fraktur cruris 1/3 distal sinistra dengan menggunakan Infra red dan terapi latihan.. Kata kunci : post ORIF fraktur cruris

Pada masalah yang muncul pada kasus post ORIF fraktur cruris 1/3 distal sinistra dengan menggunakan Infra red dan terapi latihan.. Kata kunci : post ORIF fraktur cruris

Pada fraktur femur, pasien biasanya datang dengan gejala trauma hebat disertai pembengkakan pada daerah tungkai atas dan tidak dapat menggerakkan tungkai..

Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan menggunakan tungkai yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu dari tempat yang cedera suatu pukulan dapat