• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efek Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees)dan Ekstrak Daun Dewa (Gynura segetum (Lour.),Merr) Sebagai Antipiretik Dengan Hewan Coba Mencit Galur Swiss Webster.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Efek Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees)dan Ekstrak Daun Dewa (Gynura segetum (Lour.),Merr) Sebagai Antipiretik Dengan Hewan Coba Mencit Galur Swiss Webster."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees) DAN EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura segetum (Lour.),

Merr) SEBAGAI ANTIPIRETIK DENGAN HEWAN COBA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER

Rafaela Elleny Rinaldy,2013 Tutor 1st: Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes, PA(K) Tutor 2nd : Dr. Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes

Pengobatan demam dapat menggunakan obat sintetis atau dengan tanaman obat.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya efek antipiretik ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa. Metode analisis menggunakan ANAVA satu arah dengan uji lanjut Tukey HSD dengan α = 0,05. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan menggunakan 24 ekor mencit yang terbagi ke dalam 4 kelompok uji.

Kelompok pertama diberi ekstrak sambiloto, kelompok kedua diberi ekstrak daun dewa, satu kontrol positif dan satu kelompok pembanding. Hasil percobaan didapatkan suhu mencit setelah pemberian bahan uji sambiloto, memberikan hasil berbeda sangat bermakna (p = 0,000) dengan kontrol positif yang hanya diinduksi demam dan diberi akuades, sedangkan daun dewa memberikan hasil berbeda bermakna (p = 0,046). Sambiloto dibandingkan daun dewa memberikan hasil berbeda sangat bermakna (p = 0,000).

Simpulan dari penelitian ini yaitu ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa mempunyai efek antipretik, dimana potensi efek antipiretik ekstrak sambiloto lebih baik dibandingkan ekstrak daun dewa.

(2)

  v

ABSTRACT

COMPARISON OF THE SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees) EXTRACT AND THE DEWA LEAF (Gynura segetum (Lour.), Merr) EXTRACT AS AN ANTIPYRETIC TOWARDS SWISS WEBSTER MICE Rafaela Elleny Rinaldy,2013 Tutor 1st: Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes, PA(K)

Tutor 2nd : Dr. Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes

Fever can be cured by using synthetic drugs and traditional medicine, like herbs.

This study aimed to investigate the antipyretic effect of sambiloto extract and dewa leaf extract. The measurement of mice’s temperature was statistically analyzed with one way ANAVA continued by Tukey HSD, with α = 0,05. This study was a laboratory experimental research by using 24 mice were divided into 4 groups.

The first group was given Sambiloto extract, the second group was given dewa leaf extract , positive control and the comparison group. The result of this test proved that the mice body temperature that was given Sambiloto extract decreased the temperature of the group of mices very significantly (p = 0,000) compared to the positive control group that was only given aquadest. Dewa leaf decreased significantly (p = 0,046) the temperature of the group of mices. Temperature after Sambiloto extract was given, show highly significant different (p = 0,000) with Dewa leaf.

The conclusion from this research was Sambiloto’s leaf extract and dewa’s leaf extract had the antipyretic effect, where the potential effect antipyretic of Sambiloto extract was better than dewa leaf.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

PERNYATAAN MAHASISWA... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3

1.5.1 Kerangka Penelitian ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4

1.6 Metodologi Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam... 6

2.1.1 Definisi Demam ... 6

2.1.2 Termoregulasi saat Demam ... 6

2.1.3 Etiologi Demam ... 7

(4)

ix   

2.1.5 Patogenesis Demam ... 8

2.1.5.1 Pirogen Eksogen... 9

2.1.5.2 Pirogen Endogen ... 10

2.1.6 Gejala yang Terjadi Pada Saat Demam ... 11

2.1.7 Penatalaksanaan Demam ... 11

2.1.7.1 Terapi Non Farmakologi ... 12

2.1.7.2 Terapi Farmakologi ... 12

2.1.8 Cara Pengukuran Suhu... 13

2.1.9 Obat Herbal... 14

2.2 Sambiloto... 15

2.2.1 Klasifikasi ... 16

2.2.2 Kandungan Kimia Sambiloto... 16

2.3 Daun Dewa ... 18

2.3.1 Klasifikasi ... 19

2.3.2 Kandungan Kimia ... 19

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 20

3.1.1 Alat – alat Penelitian... 20

3.1.2 Bahan-bahan penelitian... 20

3.2 Subjek Penelitian ... 20

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 20

3.4 Metode Penelitian ... 21

3.4.1 Desain Penelitian ... 21

3.4.2 Variabel Penelitian... 21

3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 21

3.4.2.2 Definisi Operasional Variabel... 21

3.4.3 Perhitungan Besar Sampel ... 22

3.4.2 Prosedur Kerja ... 22

3.4.2.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji ... 22

(5)

3.4.2.3 Prosedur Penelitian... 23 3.4.2.4 Metode Analisis ... 24 3.5 Aspek Etik Penelitian ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian... 25 4.2 Pembahasan ... 27 4.3 Uji Hipotesis ... 28

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 31 5.2 Saran ... 31  

(6)

 

  1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Keadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah diketahui sebagai penanda

penyakit (Nelwan, 2006). Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang

berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk

mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan, dan

rangsangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih

dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh

secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka sitokin

ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik tersebut sejauh ini

belum diketahui (Lauralee, 2001).

Hasil penelitian prospektif di New York, 10% dari kunjungan ke tempat

praktik disertai gejala demam. Di Indonesia diperkirakan prevalensi jauh lebih

tinggi, mengingat banyaknya kejadian infeksi (Soeroso, 1989).

Usaha-usaha untuk mengatasi demam biasanya diawali dengan pengobatan

sendiri (self-medication) yaitu dengan pengobatan simtomatis, dan biasanya

konsultasi ke dokter dilakukan bila demam berkelanjutan yang tidak bisa diatasi

sendiri. Pengobatan untuk demam, dapat dilakukan dengan obat-obat sintetis atau

dengan obat-obat tradisional, yaitu dengan menggunakan tanaman obat atau

herbal medicine (Juckett, 2004).

Obat-obatan yang dapat menurunkan demam disebut obat-obat antipiretik.

Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi demam antara lain parasetamol,

asetosal, fenasetin, dan antipirin (Rahardja, 2002). Obat-obat tersebut dengan

penggunaan jangka panjang dan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati

dan pendarahan pada saluran cerna (Ganiswarna, 2005). Oleh karena itu, dapat

digunakan tanaman obat sebagai alternatif pengobatan. Pemanfaatan tanaman obat

yang digunakan secara tepat kurang menimbulkan efek samping dibandingkan

dengan obat sintetis. Pemanfaatan tanaman obat untuk menjaga kesehatan atau

(7)

 

   

 

2

keluarga (Santoso, 1999). Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai

tanaman obat tradisional antara lain sambiloto dan daun dewa.

Secara kimiawi sambiloto mengandung flavonoid dan lakton. Pada lakton,

komponen utamanya adalah andrographolide, yang juga merupakan zat aktif

utama dari tanaman ini. Khasiat sambiloto diketahui yaitu sebagai anti-bakteri,

antiradang, imunostimulan, penghilang nyeri, dan pereda demam (Hadi, 2008).

Berdasarkan pengalaman empiris diketahui bahwa daun dewa bersifat

antikoagulan, menurunkan panas, membersihkan racun, dan diuretic (Muhlisah,

2001). Berdasarkan penelitian, sari daun dewa segar dosis 0,01 ml/10 g BB yang

diberikan secara oral pada mencit memberikan efek analgesik lebih baik daripada

asetosal sebagai pembanding (Pudjiastuti, 1996).

Masyarakat sering menggunakan sambiloto dan daun dewa sebagai obat untuk

mengatasi demam, namun data ilmiah mengenai efek sambiloto dan daun dewa

sebagai antipiretik masih kurang. Sehingga dilakukan penelitian untuk

mengetahui potensi antipiretik ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa.

1.2Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) berefek

antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

2. Apakah ekstrak daun dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr) berefek

antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

3. Apakah ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dan ekstrak

daun dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr) memiliki potensi yang sama

(8)

 

   

 

 

3

1.3Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh alternatif untuk mengatasi

demam.

Tujuan penelitian ini adalah:

- Menilai efek ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) sebagai

antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

- Menilai efek ekstrak daun dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr) sebagai

antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

- Menilai potensi antara ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees)

dan ekstrak daun daun dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr) sebagai

antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas cakrawala pengetahuan di

bidang farmakologi tumbuhan obat, khususnya sambiloto dan daun dewa yang

mempunyai efek antipiretik.

1.4.2Manfaat Praktis

Sambiloto dan daun dewa dapat menjadi obat alternatif untuk menurunkan

demam bila sudah dilakukan uji coba klinis dan diharapkan memiliki efek

samping yang minimal dibandingkan dengan obat sintetis lain.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Pirogen adalah substansi yang dapat menyebabkan demam. Pirogen eksogen

adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien biasanya berupa produk

mikroba, toksin, atau keseluruhan mikroba tersebut. Endotoksin adalah molekul

(9)

 

   

 

4

memproduksi sitokin pirogen yaitu IL-1, IL-6, tumor necrosis factor (TNF),

ciliary neurotropic factor (CNTF), dan interferon α (IFN-α). Sitokin pirogen

dilepaskan dari sel dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Sitokin tersebut akan

menginduksi sintesis dari prostaglandin E2 (PGE2). Kemudian prostaglandin E2

(PGE2) mencapai hipotalamus melalui arteri carotis interna. Peningkatan

prostaglandin E2 (PGE2) di dalam otak akan mengaktifkan proses peningkatan

set point hipotalamus. Peningkatan set point hipotalamus akan meningkatkan

produksi panas sehingga mengakibatkan terjadinya demam (Anthony S. Fauci,

2008).

Kandungan dalam ekstrak sambiloto yang memiliki efek sebagai antipiretik

adalah andrographolid, flavanoid, derivat 14-acetyl – dan 3,19- isopropylidenyl- .

Zat tersebut telah teruji mampu menurunkan suhu rektal tikus (Suebsasana S,

2009).

Daun dewa mengandung senyawa flavonoid, saponin, minyak atsiri, asam

fenolat, asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat

dan asam vanilat, alkaloid, tanin dan polifenol. Minyak atsiri pada daun dewa

diduga dapat merangsang sirkulasi darah, juga bersifat analgetik dan anti

inflamasi (Winarto, 2003) .

1.5.2 Hipotesis Penelitian

- Ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) memiliki efek antipiretik

pada mencit galur Swiss Webster.

- Ekstrak daun dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr) memiliki efek antipiretik

pada mencit galur Swiss Webster.

- Ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dan ekstrak daun dewa

(Gynura segetum (Lour.), Merr) memiliki potensi yang sama sebagai

(10)

 

   

 

 

5

1.6Metodologi Penelitian

Metode penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan, bersifat

komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan hewan coba

mencit galur Swiss Webster. Pada penelitian ini dilakukan uji pemberian ekstrak

sambiloto dan ekstrak daun dewa terhadap mencit jantan galur Swiss Webster

untuk melihat efeknya terhadap suhu tubuh mencit setelah diinduksi dengan

vaksin Diptheri Pertusis Tetanus (DPT). Data yang diukur adalah suhu tubuh

mencit dalam derajat Celsius setelah pemberian ekstrak sambiloto dan ekstrak

daun dewa. Metode analisis menggunakan ANAVA satu arah dengan uji lanjut

(11)

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

- Ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) memiliki efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

- Ekstrak daun dewa (Gynura pseudochina (Lour.), Merr.) memiliki efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

- Ekstrak sambiloto (Andrographispaniculata, Nees) memiliki potensi yang lebih baik sebagai antipiretik dibandingkan ekstrak daun dewa (Gynura pseudochina (Lour.), Merr.) pada mencit galur Swiss Webster.

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan pendahuluan yang perlu dilanjutkan dengan penelitian-penelitian lain seperti :

1. Uji toksisitas

(12)

 

 

  43

RIWAYAT HIDUP

- Nama : Rafaela Elleny Rinaldy - Nomor Pokok Mahasiswa : 1010105

- Tempat dan Tanggal Lahir : Purwokerto, 17 Desember 1992 - Alamat Asal : Perumahan Limas Agung blok T2-11,

Purwokerto

- Alamat di Bandung : Jl. Babakan Jeruk Indah 1 no 1 - Riwayat Pendidikan :

TK Santa Maria, Purwokerto, lulus tahun 1998 SD Santa Maria, Purwokerto, lulus tahun 2004 SMP Susteran, Purwokerto, lulus tahun 2007 SMA Stella Duce 1, Yogyakarta, lulus tahun 2010

(13)

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK SAMBILOTO (

Andrographis

paniculata,

Nees) DAN EKSTRAK DAUN DEWA (

Gynura segetum

(Lour.), Merr) SEBAGAI ANTIPIRETIK DENGAN HEWAN COBA

MENCIT GALUR SWISS WEBSTER

Rafaela Elleny Rinaldy

1

, Hanna Ratnawati

2

, Diana Krisanti

Jasaputra

3

1. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

2. Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung 3. Bagian Ilmu Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Fakultas Kedokteran, Universitas Maranatha

Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Pengobatan demam dapat menggunakan obat sintetis atau dengan tanaman obat.Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya efek antipiretik ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa. Metode analisis menggunakan ANAVA satu arah dengan uji lanjut Tukey HSD dengan  = 0,05. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan menggunakan 24 ekor mencit yang terbagi ke dalam 4 kelompok uji.

Kelompok pertama diberi ekstrak sambiloto, kelompok kedua diberi ekstrak daun dewa, satu kontrol positif dan satu kelompok pembanding.Hasil percobaan didapatkan suhu mencit setelah pemberian bahan uji sambiloto, memberikan hasil berbeda sangat bermakna (p = 0,000) dengan kontrol positif yang hanya diinduksi demam dan diberi akuades, sedangkan daun dewa memberikan hasil berbeda bermakna (p = 0,046).Sambiloto dibandingkan daun dewa memberikan hasil berbeda sangat bermakna (p = 0,000).

Simpulan dari penelitian ini yaitu ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa mempunyai efek antipretik, dimana potensi efek antipiretik ekstrak sambiloto lebih baik dibandingkan ekstrak daun dewa.

Kata kunci : antipiretik, ekstrak, sambiloto, daun dewa, mencit

ABSTRACT

Fever can be cured by using synthetic drugs and traditional medicine, like herbs. This study aimed to investigate the antipyretic effect of sambiloto extract and dewa leaf extract. The measurement of mice’s temperature was statistically analyzed with one way ANAVA continued by Tukey HSD, with  = 0,05. This study was a laboratory experimental research by using 24 mice were divided into 4 groups. The first group was given Sambiloto extract, the second group was given dewa leafextract , positive control and the comparison group. The result of this test proved that the mice body temperature that was given Sambiloto extract decreased the temperature of the group of mices very significantly (p = 0,000) compared to the positive control group that was only given aquadest. Dewa leaf decreased significantly (p = 0,046) the temperature of the group of mices. Temperature after Sambiloto extract was given, show highly significant different (p = 0,000) with Dewa leaf.

The conclusion from this research wasSambiloto’s leaf extract and dewa’s leaf extract had the antipyretic effect, where the potential effect antipyretic of Sambiloto extract was better than dewa leaf.

(14)

PENDAHULUAN

Keadaan demam sejak zaman

Hippocrates sudah diketahui sebagai

pertanda penyakit(4). Obat-obatan

yang dapat menurunkan demam

disebut obat-obat antipiretik.

Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi

demam antara lain parasetamol,

asetosal, fenasetin dan antipirin(6).

Obat-obat tersebut dengan

penggunaan jangka panjang dan

berlebihan dapat menyebabkan

kerusakan hati dan pendarahan pada

saluran cerna(1). Pemanfaatan tanaman

obat yang digunakan secara tepat

kurang menimbulkan efek samping

dibandingkan dengan obat sintetis.

Pemanfaatan tanaman obat untuk

menjaga kesehatan atau penyakit

tergolong murah dan mudah

dilaksanakan oleh setiap keluarga(7).

Beberapa tanaman yang dapat

dimanfaatkansebagai tanaman obat

tradisional antara lain sambiloto dan

daun dewa. Secara kimiawi sambiloto

mengandung flavonoid dan

lakton.Pada lakton, komponen

utamanya adalah andrographolide,

yang juga merupakan zat aktif utama

dari tanaman ini. Khasiat sambiloto

diketahui yaitu sebagai anti-bakteri,

antiradang, imunostimulan,

penghilang nyeri (analgesik), pereda

demam(2). Berdasarkanpengalaman

empiris diketahui bahwa daun dewa

bersifat antikoagulan, menurunkan

panas, membersihkan racun, dan

diuretik(3). Berdasarkan penelitian, sari

daun dewa segar dosis 0,01 ml/10 g

BB yang diberikan secara oral pada

mencit memberikan efek analgesik

lebih baik daripada asetosal sebagai

pembanding(5).

TUJUAN PENELITIAN

Menilai efek ekstrak sambiloto

(Andrographis paniculata, Nees)

sebagai antipiretik pada mencit galur

Swiss Webster, menilai efek ekstrak

daun dewa (Gynura segetum (Lour.)

Merr) sebagai antipiretik pada mencit

galur Swiss Webster dan menilai

potensi antara ekstrak sambiloto

(Andrographis paniculata, Nees) dan

ekstrak daun daun dewa (Gynura

segetum (Lour.) Merr) sebagai

antipiretik pada mencit galur Swiss

Webster.

ALAT, BAHAN DAN CARA

Penelitian ini bersifat prospektif

eksperimental sungguhan, bersifat

komparatif, menggunakan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan subjek

penelitian hewan coba mencit galur

Swiss Webster.Metode analisis

menggunakan ANAVA satu arah

(15)

mencitdiletakkandalamkotakplastikuk

uran 30x40 cm,

diberisekam.Seluruhmencitdibagiseca

raacakkedalam 4 kelompok,

masing-masing 7 ekor (1 ekor untuk

cadangan). Mencit dipuasakan ± 18

jam, minum tetap

diberikan.Kemudian dilakukan uji

pemberian ekstrak sambiloto dan

ekstrak daun dewa terhadap mencit

jantan galur Swiss Webster untuk

melihat efeknya terhadap suhu tubuh

mencit setelah diinduksi dengan

vaksin Diptheri Pertusis Tetanus

(DPT)sebanyak 0,5 ml dan ditunggu

selama 30 menit. Data yang diukur

adalah suhu tubuh mencit dalam

derajat Celsius setiap 15 menit hinga

menit ke-120 setelah pemberian

ekstrak sambiloto dan ekstrak daun

dewa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1 Suhu mencit sebelum

induksi demam

menunjukkan bahwa suhu mencit

awal sebelum induksi adalah

homogen.

Setelah pengukuran suhu awal,

mencit diinduksi demam dengan

menggunakan vaksin DPT, tiga puluh

menit kemudian, diberikan bahan uji,

lalu pengukuran suhu mencit

dilakukan setiap 15 menit setelah

pemberian bahan uji sampai menit ke

120. Hasil pengukuran suhu tersebut

yaitu pada menit ke 15 sampai menit

ke 120 dirata-rata.Hasilnya disajikan

dalam tabel 2.

(16)

4

ANAVA satu arah dan diperoleh nilai

p= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa

adanya perbedaan minimal pada

sepasang kelompok.Perbedaan antar

kelompok selanjutnya diuji

menggunakan uji lanjut dengan

metode Tukey HSD.Hasilnya disajikan

pada tabel 3.

Tabel 3 Hasil Uji Lanjut Perbedaan

Suhu Pada Tiap Kelompok

Perlakuan

Pemberian bahan uji berupa sambiloto

(36,14OC) memberikan penurunan

suhu pada mencit yang diinduksi

demam menggunakan vaksin DPT

yang berbeda sangat bermakna (p =

0,000) dengan kontrol positif

(37,90OC). Sedangkan daun dewa

(37,33OC) memberikan penurunan

suhu pada mencit yang diinduksi

demam menggunakan vaksin DPT

dengan perbedaan yang bermakna (p

= 0,046) secara statistik. Potensi

pemberian bahan uji sambiloto

sebagai antipiretik lebih baik

dibandingkan daun dewa. Pemberian

sambiloto sebagai antipiretik memiliki

potensi yang sama (p = 0,904) dengan

paracetamol (36,00 OC).

DISKUSI

Pada penelitian ini didapatkan

perbedaan sangat bermakna (p=0,000)

antara kelompok perlakuan sambiloto

dengan kelompok perlakuan kontrol

positif yang hanya diinduksi demam

menggunakan vaksin DPT.Hal ini

menunjukkan bahwa sambiloto

berkhasiat menurunkan demam.

Kelompok perlakuan daun dewa

dibandingkan dengan kelompok

perlakuan kontrol positif

menunjukkan perbedaan bermakna,

hal ini berarti daun dewa dapat

menurunkan demam tetapi tidak

sampai suhu normal. Pernyataan daun

dewa mempunyai efek antipiretik

(17)

Marmuwati, sedangkan sambiloto

sesuai dengan penelitian yang

mengatakan bahwa flavanoid yang

terkandung dalam sambiloto dan

daun dewa bekerja dengan

menghambat sintesis prostaglandin

sehingga menurunkan demam(8).

SIMPULAN

Ekstrak daun sambiloto

(Andrographispaniculata, Nees)

memiliki efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster, ekstrak daun dewa (Gynura pseudochina (Lour.), Merr.) memiliki efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster, ekstrak sambiloto (Andrographispaniculata, Nees) memiliki potensi yang lebih baik sebagai antipiretik dibandingkan ekstrak daun dewa (Gynura

pseudochina (Lour.), Merr.) pada

mencit galur Swiss Webster.

SARAN

Penelitian ini merupakan

pendahuluan yang perlu dilanjutkan

dengan penelitian-penelitian lain

seperti uji toksisitas, penentuan dosis

yang optimal dan uji pada manusia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswarna, S.G. Farmakologi dan

Terapi. 4. Jakarta: Gaya Baru, 2005.

2. Hadi, Dalimartha S dan. sambiloto.

Juli 14, 2008. (accessed 2007).

3. Muhlisah, Ir. Fauziah. Tanaman

Obat Keluarga. Jakarta: Penebar

Swadaya, 2001.

4. Nelwan, R.H.H. IPD.

Internapublishing, 2006.

5. Pudjiastuti.Penelitian khasiat biji ketumbar (Coriandrum sativum L.)

sebagai analgesik pada mencit. Bogor:

Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) dengan Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PERHIPBA). , 1996.

6. Rahardja, Tan Hoan Djay dan Kirana. Obat-obat

Penting:Khasiat,Penggunaan dan

Efek-efek Sampingnya. 5. Jakarta: Elex Media

Komputindo, 2002.

7. Santoso, Hieronymus Budi. Toga 1 Tanaman Obat Keluarga,Penyembuh: Asma,Batuk Pilek,Bronchitis,Luka,Sakit

Perut. Yogyakarta: Kanisius, 1999.

8. Setoaji, and Prambudi Arie. Efek Antipiretik Ekstrak Tanaman Sambiloto (ANdrograpis paniculata Ness) Pada

(18)

 

  31

DAFTAR PUSTAKA

 

Anthony S. Fauci, M. 2008. Harrison's Principle of Internal Medicine (17 ed.). USA: McGraw-Hill.

Arifin, A. M. 1996. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Bates. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC.

Chaerunnisa, A. 2009. Farmasetika Dasar. Bandung: Widya Padjadjaran.

Ganiswarna, S. 2005. Farmakologi dan Terapi (4 ed.). Jakarta: Gaya Baru.

Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (20 ed.). Jakarta: EGC.

Hadi, D. S. 2007. Sambiloto. Retrieved 07 14, 2008, from

http://tanamanobatalami.blogspot.com/2007/12/sambiloto-anrographispaniculata-burm-f.html.

Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11 ed.). Jakarta: EGC.

Jeffrey, A. G., Charles, A. D., & Sheldon, M. W. 2008. Harisson's Principles of Internal Medicine (17 ed.). New York: McGraw-Hill.

Juckett, G. 2004. Modern Pharmacology (6 ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wlkins.

Mick, N.W. 2009. Rosen’s Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice

(7ed.). Philadelphia: Mosby Elsevier

Karyadi. 2006. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam urat, Jantung Koroner. Jakarta: Gramedia.

Lauralee, S. 2001. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem (2 ed.). Jakarta: EGC.

Mangan, Y. 2003. Cara Bijak Menaklukan Kanker. Jakarta: Argo Media Pustaka

Jakarta.

Muhlisah, I. F. 2001. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nelson, W. 2000. Ilmu Kesehatan Anak (15 ed.). Volume 2. Editor bahasa Indonesia A. Jamik Wahab. Jakarta: EGC.

Nelwan. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (4 ed.). Jakarta: FKUI.

(19)

  32

Pudjiastuti. 1996. Penelitian khasiat biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) sebagai analgesik pada mencit. Bogor: Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) dengan Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PERHIPBA). .

Rahardja, T. H. 2002. Obat-obat Penting:Khasiat,Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya (5 ed.). Jakarta, Indonesia: Elex Media Komputindo.

Santoso, H. B. 1999. Toga 1 Tanaman Obat Keluarga,Penyembuh: Asma,Batuk Pilek,Bronchitis,Luka,Sakit Perut. Yogyakarta: Kanisius.

Setoaji, & Arie, P. 2004. Efek Antipiretik Ekstrak Tanaman Sambiloto (Andrograpis paniculata Ness) Pada Tikus Putih , 1.

Subali, M. A. 2005. Daun Kehidupan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Suebsasana S, P. P. 2009. Analgesic, antipyretic, anti-inflammatory and toxic effects of andrographolide derivatives in experimental animals. Arch Pharm Res 32: 1191-200.

Wibowo. 2006. DEMAM. Retrieved from www.suryo-wibowo.blogspot.com.

Wilmana, F., & Gan, S. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Winarto, W. 2003. Daun Dewa: Budi Daya Dan Pemanfaatan Untuk Obat.

Gambar

Tabel 3 Hasil Uji Lanjut Perbedaan

Referensi

Dokumen terkait

Hal-hal tersebut merupakan permasalahan umum yang sering dijumpai selama survei pendahuluan di unit rawat inap Dokmil RSPAD Gatot Soebroto. Untuk mendapatkan solusi terhadap

1. Bagi siswa lompat jauh gaya jongkok kurang menyenangkan. Guru belum mengemas pembelajaran dengan menarik sehingga para siswa kurang antusias dalam mengikuti

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak didik dalam belajar matematika adalah intelegensi. Untuk mengetahui intelegensi seseorang digunakan tes

Pengawasan Pemerintah Kabupaten Agam dalam Pemanfaatan Sumber Daya Air Danau. M aninjau ………

[r]

Development of Light Mayonnaise Formula Using Carbohydrate-Based Fat Replacement.. Pengaruh Air Perasan Buah Belimbing Wuluh ( Averrhoa bilimbi L.) terhadap Kadar Kolesterol

Batuk adalah gejala paling umum pada penderita bronkhitis, seringkali.. pada penderita bronkhitis mengalami batuk- batuk hampir

Jika sel hidup tertentu memiliki 30 kromosom, dari pernyataan berikut yang benar tentang jumlah kromosom sel dalam siklus hidup adalah .... Zigot sel gamet