• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (NHT) BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V-C SDN Bhakti Winaya Kecamatan Regol Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (NHT) BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V-C SDN Bhakti Winaya Kecamatan Regol Kota Bandung."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V-C SDN Bhakti Winaya

Kecamatan Regol Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Rina Fitriana

1107423

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V-C SDN Bhakti Winaya

Kecamatan Regol Kota Bandung)

Oleh

Rina Fitriana

1107423

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rina Fitriana 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

ABSTRAK

Rina Fitriana: Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (NHT) Berbantuan Media Manipulatif di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V-C SDN Bhakti Winaya Kecamatan Regol Kota Bandung).

(5)

Rina Fitriana. The Application of Cooperative Learning Model with the Assistance of Manipulative Media to Increase the Ability Operation Count Integer of Elementary Student’s. Increasing students' skills in integer arithmetic

(6)

DAFTAR ISI

A.Latar Belakang Masalah ……….

B.Batasan Masalah ……….

A.Tinjauan tentang Matematika ………

B.Tinjauan tentang Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat ……….

C.Tinjauan tentang Media Pembelajaran ………...

D.Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) ………

E. Penelitian yang Relevan ………

14

19

25

33

(7)

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A.Metode Penelitian ………...

B.Seting Penelitian ……….

C.Subjek Penelitian ………

D.Waktu Penelitian ……….

E. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ………

F. Teknik Pengumpulan Data ………

G.Teknik Analisa dan Pengolahan Data ………

56

58

58

58

59

65

67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian tentang Kondisi Sekolah ………

B.Hasil Penelitian tentang PenelitianTindakan Kelas ………

C.Pembahasan Hasil Penelitian ………..

70

81

106

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan ………

B.Rekomendasi ……….

110

111

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk

kemajuan bangsa. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan, akan

menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Oleh sebab itu, salah satu tujuan

bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut,

pemerintah melalui lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat dasar, yang

meliputi Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah

Pertama atau Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas atau Madrasah

Aliyah, Sekolah Kejuruan sampai pada tingkat Universitas atau Perguruan

Tinggi berusaha mencetak generasi-generasi yang cerdas serta dapat

meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Secara umum, pendidikan mempunyai arti suatu proses kehidupan

dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan

melangsungkan kehidupan. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa pendidikan

merupakan jalan yang paling utama untuk mencapai kesuksesan. Dengan

pendidikan, manusia memiliki kecerdasan dan wawasan yang luas. Dengan

pendidikan, terdapat orang-orang yang memiliki martabat yang lebih tinggi

jika dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berpendidikan. Dengan

pendidikan yang dimiliki pula, seseorang dapat mengembangkan potensi diri

dan dapat menentukan jalan hidupnya.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Pasal 1, pengertian pendidikan

adalah sebagai berikut:

(9)

2

Pendidikan merupakan suatu alat untuk mengubah tingkah laku dan

pola pikir manusia dari keadaan belum tahu menjadi tahu, dari keadaan tidak

mampu menjadi mampu, dan dari keadaan tidak memiliki keterampilan

menjadi memiliki keterampilan. Pendidikan juga merupakan alat untuk

memperoleh kemajuan dan bahkan alat untuk mencapai pembangunan

(Astuti, dkk, 2003:9). Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan dan segala

kegiatan pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, maka disusunlah

kurikulum atau disebut juga isi pendidikan, yang merupakan komponen

penting dan atau bagian integral dari sistem pendidikan, sekaligus pedoman

pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat sekolah.

Struktur kurikulum tersebut menggambarkan konseptualisasi konten

kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam

kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban

belajar untuk mata pelajaran, dan beban belajar per minggu untuk setiap

siswa. Salah satu konten/mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum

adalah mata pelajaran Matematika.

Dua puluh tahun lalu, National Research Council (1989:1) dari

Amerika Serikat telah menyatakan pentingnya Matematika dengan

pernyataan “Mathematics is the key to opportunity” (Matematika adalah kunci ke arah peluang-peluang). Bagi seorang siswa, keberhasilan mempelajarinya

akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi para warga negara,

(10)

3

negara, Matematika akan menyiapkan warganya untuk bersaing dan

berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi.

Pernyataan tersebut dapat dilihat dalam realitas kehidupan sehari-hari,

dimana hampir setiap orang tidak bisa lepas dari hitung-menghitung, terutama

penjumlahan dan pengurangan, yang secara sederhana, ilmu hitung tersebut

dikenal dengan istilah Matematika.

Dengan demikian, pembelajaran Matematika yang dimulai dari tingkat

Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi mempunyai kedudukan yang

sangat penting, karena merupakan salah satu komponen yang bisa

meningkatkan sumber daya manusia dalam menjalankan aktifitas

kesehariannya. Bahkan Paul Erdos dalam Evan (2002:11) menyatakan bahwa

“Matematika adalah satu-satunya aktivitas manusia yang tanpa batas”. Hal ini karena di antara berbagai jenis disiplin ilmu, Matematika merupakan salah

satu disiplin ilmu yang penting untuk dikuasai, karena aplikasinya hampir ada

di segala aspek kehidupan.

Walaupun kesadaran terhadap pentingnya Matematika demikian besar,

terutama di kalangan kaum intelektual, sampai saat ini masih ditemukan

sebuah kondisi dimana siswa cenderung bersikap tidak menyukai pelajaran

Matematika. Hal ini disebabkan masih adanya pola pikir yang menyatakan

bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang sukar, membosankan, dan

proses pembelajarannya tidak menyenangkan. Indikasi ini menunjukkan

bahwa siswa belum mampu membangun kepercayaan diri terhadap

kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah Matematika.

Cocroft dalam Fatkhurohmah (2010:20) mengungkapkan bahwa

Mathematic is difficult subject both teach and learn” yang artinya “Matematika adalah subjek yang sulit baik untuk diajarkan dan untuk

dipelajari”. Hal ini karena dalam pembelajaran Matematika memerlukan kemampuan berhitung yang baik, dalam menyelesaikan soal dan memperoleh

jawaban dengan benar dan tepat. Padahal tidak semua siswa memiliki

(11)

4

“dalam kenyataannya masih banyak sekali anak didik yang lemah dalam pelajaran berhitung, walaupun sangat pintar dalam pelajaran hafalan”.

Selain hal tersebut di atas, anggapan siswa tentang sulitnya

pembelajaran Matematika juga disebabkan faktor guru, yakni masih banyak

guru yang kurang memerhatikan penggunaan model pembelajaran yang dapat

menarik perhatian atau minat siswa. Guru hanya menggunakan model

pembelajaran konvensional yang membuat siswa merasa bosan, sehingga

suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh seorang guru. Padahal

model pembelajaran merupakan salah satu pendukung yang sangat penting

terhadap keberhasilan pembelajaran.

Astuti, dkk (2007:22) menyebutkan bahwa “model mengajar

merupakan patokan bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar”.

Selain itu juga, terkadang masih ada guru yang seringkali menunjukkan sikap

yang kurang kooperatif dengan siswa, sehingga walaupun guru menerangkan

pelajaran dengan sungguh-sungguh, siswa tetap merasa kesulitan untuk

menguasai materi pelajaran yang diberikan. Kondisi ini menggambarkan

bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik saat ini

masih cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih

mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini

dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu

didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru

menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan

mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa

untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak

kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Kondisi seperti yang digambarkan di atas terjadi pada siswa kelas V-C

SDN Bhakti Winaya Kecamatan Regol Kota Bandung, terutama pada mata

pelajaran Matematika mengenai materi bilangan bulat. Hal tersebut

(12)

5

Bhakti Winaya Bandung, yang menyatakan bahwa salah satu materi yang

dirasakan sulit pada mata pelajaran Matematika kelas V semester I adalah

tentang operasi hitung bilangan bulat. Kesulitan tersebut meliputi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, juga pengerjaan hitung

campuran. Masih banyak siswa yang terkadang bingung dalam

menyelesaikan soal campuran antara bilangan bulat positif dan negatif.

Kondisi ini menyebabkan tidak sedikit siswa yang memperoleh nilai rendah

pada saat mengikuti tes materi bilangan bulat.

Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian materi bilangan

bulat dengan hasil yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai

ulangan harian materi lainnya. Rata-rata nilai ulangan harian materi bilangan

bulat tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Perbandingan nilai rata-rata ulangan harian materi bilangan bulat dengan materi lain

No Tahun Ajaran Materi Rata-rata

Nilai

1 2013/2014 Bilangan Bulat 69

2 2013/2014 Waktu 71

3 2013/2014 Sudut 73

4 2013/2014 Luas Bangun Datar 70

Sumber: Administrasi Kurikulum SDN Bhakti Winaya Bandung

Data lain yang menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan pada

pembelajaran materi bilangan bulat, adalah dilihat dari nilai ulangan harian

siswa kelas V-C SDN Bhakti Winaya pada Tahun Ajaran sebelumnya

(2012/2013). Nilai pada pokok bahasan bilangan bulat menunjukkan masih

banyak siswa yang tidak lulus KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Daftar

kelulusan KKM siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(13)

6

Kelulusan (%)

1 2012/2013 35 69 21 14 60

Sumber: Administrasi Kurikulum SDN Bhakti Winaya Bandung

Dari hasil observasi pendahuluan, diperoleh fakta bahwa guru masih

menggunakan model pembelajaran konvensional, kurang variasi dalam

mengajar, dan tidak menggunakan media pembelajaran/alat peraga yang

mendukung. Keadaan ini membuat siswa merasa bosan dan kurang perhatian

dalam proses pembelajaran. Padahal jika dilihat dari fasilitas yang ada,

sebenarnya guru dapat memanfaatkannya secara maksimal. Namun masih

banyak guru yang merasa belum siap untuk memaksimalkan penggunaan

fasilitas yang ada tersebut.

Memang benar bahwa kurikulum yang digunakan di sekolah saat ini

adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana konsep

pembelajaran secara umum adalah students oriented (berorientasi kepada

siswa), sementara guru lebih bersifat fasilitator. Namun demikian, paradigma

lama dimana guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher

centered) masih dipertahankan, dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah

yang paling praktis dan tidak menyita banyak waktu. Padahal di lain sisi

sering membuat siswa menjadi tidak aktif sebagaimana dipaparkan

sebelumnya.

Untuk mengetahui kondisi yang lebih real mengenai kemampuan siswa

pada materi bilangan bulat, peneliti mencoba melaksanakan pretest/tes awal

yang diadakan sebelum tindakan. Tepatnya pada tanggal 8 Oktober 2013 di

kelas V-C SDN Bhakti Winaya. Dari hasil pretest tersebut, diperoleh nilai

tertinggi 100 dan nilai terendah 20, dengan nilai rata-rata kelas 66,11. KKM

yang harus dicapai siswa untuk mata pelajaran Matematika adalah 70. Dari

keseluruhan siswa yang berjumlah 37, terdapat 19 siswa (51,35%) yang sudah

mencapai KKM, dan masih ada 18 siswa (48,65%) yang belum mencapai

(14)

7

Dengan demikian, kemampuan siswa kelas V-C SDN Bhakti Winaya

dalam berhitung bilangan bulat masih tergolong rendah. Indikator rendahnya

kemampuan berhitung bilangan bulat tersebut adalah berdasarkan hasil nilai

pretest/tes awal yang diadakan sebelum tindakan tersebut di atas.

Sehubungan dengan kondisi tersebut di atas, peneliti ingin memberikan

alternatif pemecahan masalah yang diharapkan dapat membantu guru

memperbaiki proses pembelajaran, juga membantu siswa agar kemampuan

dalam operasi hitung bilangan bulat lebih meningkat. Baik bilangan bulat

positif maupun negatif, baik dalam penjumlahan, pengurangan, maupun

operasi hitung bilangan bulat campuran.

Upaya meningkatkan kemampuan siswa tersebut tentunya tidak terlepas

dari berbagai faktor yang memengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru

kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai

oleh siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa

dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, agar siswa dapat

memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain, sehingga pada

gilirannya dapat meningkatkan kemampuan siswa dan diperoleh prestasi

belajar yang optimal.

Alternatif pemecahan masalah yang diajukan peneliti adalah melalui

penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran.

Peneliti beranggapan bahwa pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

pembelajaran secara kelompok dan kerja sama, dapat memberikan hasil yang

lebih baik daripada pembelajaran individu yang menggunakan model

pembelajaran konvensional.

Anggapan peneliti terhadap alternatif pemecahan masalah tersebut

didasarkan pada hasil penelitian Cohen, Slavin, dan Oickle dalam

International Journal for Mathematics Teaching and Learning, yang berjudul

”Cooperative Learning, Mathematical Problem Solving, and Latinos” yang

ditulis oleh Morgan (http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/morgan.pdf),

(15)

8

Researchers found that students of color showed greater academic gains incooperative learning settings than in traditional classrooms, and that cooperative learning strategies improved student performance in mathematics, language arts, science, and social studies.

Kutipan dari hasil penelitian tersebut dapat dipahami bahwa siswa

menunjukkan capaian akademik yang lebih tinggi dengan pembelajaran

kooperatif, dibandingkan dengan pembelajaran tradisional atau konvensional.

Strategi pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan penampilan siswa

dalam pembelajaran Matematika, Seni Berbahasa, Ilmu Pengetahuan Alam

dan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan dalam tindakan

ini adalah tipe NHT (Numbered Heads Together). NHT merupakan salah satu

tipe model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan

pada tahun 1993, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah

materi yang tercakup dalam suatu pelajaran, dan mengecek pemahaman

mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim dkk, 2000:28).

Menurut Lie (2007:59) pengertian Numbered Heads Together atau

kepala bernomor adalah “suatu tipe dari pengajaran kooperatif pendekatan

struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”.

Model ini, jika merujuk kepada pendapat Cohen, Slavin, dan Oickle di

atas, dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan

peserta didik, juga dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat

kerja sama mereka. Selain itu, aspek penting dalam pembelajaran kooperatif

adalah bahwa di samping pengajaran kooperatif membantu mengembangkan

tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik di antara siswa, secara

bersamaan, pembelajaran kooperatif juga membantu siswa dalam peningkatan

akademis mereka.

Ketertarikan peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

(16)

9

pembelajaran ini menggunakan sistem kelompok kecil, sehingga siswa bisa

meningkatkan kerja sama, saling membagikan ide-ide, dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dalam menyelesaikan soal.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa dengan skala kelompok

kecil, guru dapat dengan mudah mengontrol kegiatan kelompok siswa.

Selain itu, dalam model pembelajaran kooperatif model NHT ini, siswa

menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran. Semua siswa

akan berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan, dan

bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing, karena salah satu

ciri utama model pembelajaran ini adalah adanya penomoran, dan setiap

nomor yang diberikan harus dipertanggungjawabkan oleh siswa. Dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, diharapkan

pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang

kuat kepada siswa, sehingga secara bersamaan dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam operasi hitung bilangan bulat.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melaksanakan Penelitian

Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Bilangan Bulat melalui Penerapan Belajar Kooperatif Berbantuan Media

Manipulatif di Sekolah Dasar” (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas

V-C SDN Bhakti Winaya Kecamatan Regol Kota Bandung).

B. Batasan Masalah

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang spesifik, maka permasalahan

dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan adalah tipe Numbered

Heads Together (NHT)

2. Materi pokok dalam pelaksanaan pembelajaran adalah operasi hitung

bilangan bulat, dengan fokus kajian pada kemampuan siswa secara

(17)

10

dengan negatif.

3. Media manipulatif dalam penelitian ini adalah media pembelajaran

berbentuk kotak dengan warna yang berbeda (hitam dan putih).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif (NHT) berbantuan media manipulatif dapat meningkatkan kemampuan

operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas V-C SDN Bhakti Winaya?”

Rumusan masalah di atas dirinci dalam pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana gambaran perencanaan pembelajaran dalam operasi hitung

bilangan bulat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

(NHT)?

2. Bagaimana gambaran aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran operasi

bilangan bulat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

(NHT)?

3. Bagaimana kemampuan siswa dalam operasi hitung bilangan bulat dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif (NHT)?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah “Meningkatkan kemampuan operasi

hitung bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

(NHT) berbantuan media manipulatif pada siswa kelas V-C SDN Bhakti

Winaya”.

Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran operasi hitung bilangan bulat

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (NHT) berbantuan

(18)

11

2. Mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran operasi

hitung bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

(NHT) berbantuan media manipulatif.

3. Mendeskripsikan kemampuan siswa dalam pembelajaran operasi hitung

bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (NHT)

berbantuan media manipulatif.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa,

membiasakan siswa bekerja sama dengan benar dalam memecahkan suatu

permasalahan, meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap tugas atau

pekerjaan yang diembannya dalam pelajaran Matematika, khususnya

materi bilangan bulat. Secara kontekstual, dengan pembelajaran model

kooperatif tipe NHT ini, siswa dapat bertanggung jawab dan memiliki

kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari

secara efektif.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

a. membantu guru mengenal dan mengembangkan model pembelajaran

Matematika yang lebih variatif, sehingga dapat memperbaiki serta

meningkatkan proses pembelajaran Matematika, terutama pada

pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat;

b. mengembangkan profesionalisme guru, karena dengan melakukan PTK

guru dapat berkembang dengan cara menunjukkan bahwa ia mampu

menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika

(19)

12

bilangan bulat.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitan ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian

tentang pembelajaran di Sekolah Dasar, terutama untuk teman-teman yang

berprofesi sebagai guru.

F. Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang dibuat khusus

oleh guru, dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis, untuk

diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Joice dan Weil dalam

Isjoni (2009:50) mengungkapkan:

Model pembelajaran adalah “suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.

Model pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan

belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu,

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Alma, dkk

(2008:81) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif merupakan

suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil dan

bekerja sama”.

2. Numbered Heads Together (NHT)

Dalam penelitian ini, model pembelajaran kooperatif yang

digunakan adalah tipe Numbered Heads Together (NHT). Menurut

Ibrahim, dkk (2000:28), model NHT ini dikembangkan oleh Spencer

Kagan pada tahun 1993, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam

menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran, dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Menurut Lie (2007:59), pengertian Numbered Heads Together atau

(20)

13

struktural, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”.

3. Media Pembelajaran

Untuk mempermudah dan memperlancar penerapan model

pembelajaran kooperatif (NHT), dalam penelitian tindakan ini peneliti

menggunakan media pembelajaran. Media tersebut merupakan media

manipulatif yang dibuat dari kertas berbentuk kotak dengan warna hitam

(menggambarkan bilangan negatif) dan putih (menggambarkan bilangan

positif).

Ibrahim dan Syaodih (2003:112) mengemukakan bahwa:

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan suatu pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar.

4. Kemampuan

Kemampuan atau abilities ialah bakat yang melekat pada seseorang

untuk melakukan suatu kegiatan secara fisik atau mental yang ia peroleh

sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman (Soehardi, 2003:24).

Kemampuan (abilities) tersebut akan turut serta menentukan perilaku

seseorang dan hasilnya. Dalam tataran praksis, jika kemampuan seorang

siswa dalam suatu materi meningkat, maka perilaku mampu akan

diperlihatkannya dalam proses pembelajaran, yang serta-merta hasil

pembelajarannya pun akan meningkat.

5. Bilangan Bulat

Bilangan bulat meliputi bilangan negatif, mulai dari bilangan -1

(negatif satu), -2 (negatif dua), -3 (negatif tiga) dan seterusnya; bilangan

nol (0); dan bilangan positif, mulai dari bilangan 1 (positif satu), 2 (positif

(21)

14

Penjabaran tersebut sesuai dengan pendapat Sinaga, dkk. (2007:136)

(22)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut Sugiyanto (2005:56), Penelitian Tindakan Kelas ini mampu

menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

propesionalisme guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan melihat

berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi

pada siswa. Bahkan Mc Niff dalam Hermawan et al. (2007:79) memandang

PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri

yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan

kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar dan

sebagainya.

PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan

pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai: (a) alat

untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi

pembelajaran di kelas; (b) alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru

dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya

kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat; (c) alat untuk memasukkan ke

dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif; (d)

alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan

peneliti; (e) alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif,

impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.

Ada tiga butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil

penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang

lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi

nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya

langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti

tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus

(23)

57

Secara sederhana, penelitian tindakan ini merupakan suatu cara dalam

mengoordinasikan kondisi praktik pembelajaran dan belajar dari pengalaman

untuk dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik

pembelajaran dan memperoleh pengaruh nyata dari upaya yang telah

dilakukan tersebut.

Model penelitian tindakan yang akan digunakan dalam penelitian ini

merupakan pengembangan PTK berbentuk siklus (cycle). Tiap siklus

dilakukan sesuai dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan proses

pembelajaran. Model siklus yang digunakan adalah model spiral seperti yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Hermawan et al., 2007:128),

yakni momen-momen dalam bentuk spiral yang meliputi perencanaan (plan),

tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect).

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri

dari rangkaian kegiatan atau langkah-langkah yang sudah ditentukan. Pada

setiap siklus, peneliti dan guru terlibat langsung secara aktif dalam

mengamati setiap kegiatan dengan cermat. Melalui langkah-langkah yang

telah ditentukan tersebut, peneliti dan guru dapat bersama-sama menentukan

tindakan yang dianggap tepat guna meningkatkan pembelajaran.

Siklus kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

REFLECT PLAN

OBSERVE

ACT

REFLECT PLAN

OBSERVE

(24)

58

Gambar 3.1 Model Desain Kemmis dan Mc Taggart (Hermawan et al., 2007:128)

B. Seting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas V-C SDN Bahkti Winaya yang

beralamat di Jl. Pasirjaya VI No. 1 RT. 03 RW. 06 Kelurahan Pasirluyu –

Kecamatan Regol – Kota Bandung – Provinsi Jawa Barat.

Beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan lokasi

tersebut adalah:

a. Hasil observasi pendahuluan pada siswa kelas V-C SDN Bhakti Winaya

memenuhi syarat untuk dilaksanakan penelitian. Hal ini dengan melihat

situasi pembelajaran Matematika pada siswa kelas V-C SDN Bhakti

Winaya yang belum optimal, karena masih menggunakan model

pembelajaran konvensional, dan belum pernah digunakan untuk penelitian

dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Untuk memudahkan penulis dalam memperoleh data yang dibutuhkan

dalam penelitian, karena aktivitas rutin penulis berada di sekolah tersebut.

c. Harapan penulis untuk menyumbangkan karya ilmiah yang dapat

dijadikan sebagai salah satu referensi, dalam rangka meningkatkan proses

pembelajaran di sekolah tersebut, khususnya dalam mata pelajaran

Matematika.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V-C SDN Bahkti Winaya

Bandung yang berjumlah 37 orang siswa, yang terdiri dari 17 orang

perempuan dan 20 orang laki-laki.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/ 2014.

Rencana tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan

(25)

59

Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

8 Praktik Lapangan untuk

Pelaksanaan Siklus I 

9 Praktik Lapangan untuk Pelaksanaan Siklus II

10 Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

Beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan

penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi Pendahuluan

Kegiatan observasi pendahuluan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal

1 Oktober 2013. Kegiatan ini dilakukan untuk meminta izin

pelaksanaan penelitian kepada kepala SDN Bhakti Winaya. Selang satu

minggu, tepatnya pada tanggal 8 Oktober 2013, peneliti dizinkan

melakukan pretest di kelas V-C SDN Bhakti Winaya.

(26)

60

Langkah selanjutnya adalah pembuatan proposal penelitian yang

ditujukan kepada bagian akademik Prodi PGSD .

c. Menentukan Kelas

Berdasarkan hasil pretest, peneliti memutuskan untuk melaksanakan

penelitian tindakan di kelas V-C SDN Bhakti Winaya.

d. Mengurus Dokumen Perizinan

Untuk kelengkapan penelitian, selanjutnya peneliti mengurus beberapa

dokumen perizinan dari sekolah bersangkutan.

e. Menentukan Waktu

Setelah berdiskusi dengan guru kelas V-C SDN Bhakti Winaya,

akhirnya disepakati bahwa waktu untuk pelaksanaan penelitian dimulai

sejak bulan Oktober sampai Desember 2013, dengan pelaksanaan

tindakan (Siklus I dan II) pada minggu ke-4 November sampai minggu

ke-2 Desember

f. Mempersiapkan Instrumen

Untuk melengkapi persiapan penelitian, selanjutnya peneliti

mempersiapkan beberapa instrumen penelitian. Instrumen tersebut

berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), lembar observasi

siswa dan guru, LKS (Lembar Kerja Siswa), pedoman wawancara, dan

kuisioner.

2. Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam

bentuk siklus, dimana pad setiap siklusnya mencakup empat kegiatan,

sesuai dengan model desain yang digunakan dalam penelitian ini.

Tahapan-tahapan tersebut adalah perencanaan tindakan (plan),

pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi

(27)

61

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap

siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan, yang masing-masing

menggunakan waktu 2 x 35 menit, sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran.

a. Rancangan Siklus I

1) Tahap Perencanaan Tindakan (Plan)

Pada tahap perencanaan ini, peneliti menyusun rencana tindakan

yang didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan.

Dalam hal ini, guru dan peneliti menyamakan persepsi tentang

permasalahan yang ditemui dan menjabarkannya serinci mungkin.

Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a) Merencanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

kooperatif (NHT)

b) Menentukan pokok bahasan

c) Mengembangkan skenario pembelajaran

d) Menyusun soal

e) Menyiapkan sumber belajar

f) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran

2) Tahap pelaksanaan Tindakan (Action)

Setelah membuat rencana yang matang, maka langkah

selanjutnya adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan

yang mengacu pada skenario dan langkah kegiatan mengajar.

Dalam pelaksanaannya, guru harus mengingat dan berusaha

menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan dan berlaku

secara wajar.

Kegiatan awal yang dilaksanakan meliputi: 1) Guru membuka

pelajaran, 2) Guru memberikan apersepsi, 3) Guru mempersiapkan

media, 4) Guru menyampaikan indikator dan kompetensi, 5) Guru

(28)

62

Kegiatan inti adalah sebagai berikut: 1) Siswa memerhatikan media

yang ditunjukkan oleh guru, 2) Siswa memerhatikan penjelasan

guru tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, 3) Guru

memberi contoh soal dan beberapa siswa mengerjakan soal di depan

kelas, 4) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif (NHT)

yaitu siswa dibagi menjadi 7 kelompok (terdapat dua kelompok yang

beranggotakan 6 orang), setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Siswa

dalam setiap kelompok diberi nomor urut sehingga setiap siswa

dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda, 5) Setiap kelompok

diberi soal dan siswa diminta berdiskusi bersama teman

sekelompoknya untuk mengerjakan soal sesuai dengan yang

dicontohkan oleh guru sesuai waktu yang ditentukan, 6) Setelah

waktu diskusi kelompok habis, guru mengacak nomor urut siswa

yang akan menjawab soal. Siswa yang nomor urutnya keluar

mengangkat tangan dan guru mengacak menunjuk siswa yang maju,

7) Perwakilan dari kelompok maju untuk menyampaikan hasil

diskusinya dan kelompok lain menanggapi, 8) Guru dan siswa

menyimpulkan hasil diskusi, 9) Siswa mengumpulkan hasil kerja

kelompok, 10) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu.

Kegiatan akhir: 1) Guru memantapkan materi siswa, 2)

memberikan tindak lanjut, 3) Guru mengakhiri pelajaran.

3) Tahap Observasi (Observation)

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran

siswa dan kinerja guru. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam

pedoman yang telah disiapkan peneliti. Yang menjadi observer

adalah guru kelas yang berkolaborasi dengan peneliti.

4) Tahap Refleksi (Reflection)

Setelah mendapatkan data-data pada siklus I, peneliti mengadakan

refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan yang telah

(29)

63

b. Rancangan Siklus II

1) Tahap Perencanaan Tindakan

a) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah

b) Merencanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

kooperatif (NHT)

c) Menentukan pokok bahasan

d) Mengembangkan skenario pembelajaran

e) Menyusun soal

f) Menyiapkan sumber belajar

g) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Setelah membuat rencana yang matang maka langkah

selanjutnya adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan

yang mengacu pada skenario dan langkah kegiatan mengajar, yaitu

melakukan tindakan perbaikan dari apa yang telah dilaksanakan pada

siklus I.

Dalam pelaksanaannya, guru harus mengingat dan berusaha

menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan dan berlaku

secara wajar.

Kegiatan awal yang dilaksanakan meliputi: 1) Guru membuka

pelajaran, 2) Guru memotivasi siswa dengan permainan, 3) Guru

melakukan apersepsi, 4) Guru mempersiapkan media pembelajaran

atau alat peraga yang dibutuhkan, 5) Guru menyampaikan indikator

dan kompetensi yang diharapkan, 6) Guru mengulang pelajaran yang

telah lalu.

Kegiatan inti adalah sebagai berikut: 1) Siswa memerhatikan media

yang ditunjukkan oleh guru, 2) Siswa memerhatikan penjelasan guru

(30)

64

memberi contoh soal, 4) Guru memberi soal sebagai latihan awal, 5)

Guru memberi soal rebutan, 6) Guru memberi reward bagi siswa yang

telah maju, 7) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, setiap kelompok

terdiri dari 5 siswa (terdapat dua kelompok yang beranggotakan 6

orang). Siswa dalam setiap kelompok diberi nomor urut sehingga

setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda, 8) Setiap

kelompok diberi soal, dan siswa diminta berdiskusi bersama teman

sekelompoknya untuk mengerjakan soal, sesuai dengan yang

dicontohkan oleh guru dan waktu yang ditentukan, 9) Setelah waktu

diskusi kelompok habis, guru mengacak nomor urut siswa yang akan

menjawab soal. Siswa yang nomor urutnya keluar mengangkat tangan

dan guru membuat variasi cara untuk menentukan siswa kelompok

mana yang maju, 10) Perwakilan dari kelompok maju untuk

menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi, 11)

Siswa mengerjakan soal evaluasi individu.

Kegiatan akhir: 1) Guru memberi kesempatan bagi siswa yang belum

paham untuk menanyakannya pada guru, 2) Guru mengajak siswa

untuk menyimpulkan tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan

bulat yang telah mereka pelajari, 3) Guru memantapkan materi dan

memberi tindak lanjut, 4) Guru menutup pelajaran.

3) Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran

siswa dan kinerja guru. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam

pedoman yang telah disiapkan peneliti. Observer dalam penelitian ini

adalah guru kelas yang berkolaborasi dengan peneliti.

4) Tahap Refleksi

Hasil observasi yang telah diperoleh dianalisis untuk menentukan

tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan

(31)

65

Tahapan pelaksanaan tindakan penelitian tersebut, dapat digambarkan

dalam bentuk bagan berikut ini:

Gambar 3.2 Bagan Tahapan Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data yang dipergunakan adalah

sebagai berikut:

1. Teknik Observasi Langsung

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara

mengamati baik secara langsung maupun tidak langsung, serta mencatatnya SIKLUS II

Permasalahan Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

SIKLUS I

Pengamatan/ Pengumpulan

Data Refleksi I

Permasalahan Barus

Hasil Refleksi Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Pengamatan/ Pengumpulan

Data Refleksi II

Apabila target

(32)

66

dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti

(Sanjaya, 2005:94).

Observasi ini dilakukan untuk memantau proses dan dampak

pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar

lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan

pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya.

Hasil observasi didiskusikan bersama dengan guru pengamat untuk

kemudian dianalisis bersama untuk mengetahui berbagai kelemahan atau

kelebihan dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif (NHT) dalam

pembelajaran berhitung bilangan bulat untuk kemudian diupayakan solusinya.

Solusi yang telah disepakati bersama dapat direncanakan dan dilaksanakan

pada siklus berikutnya.

Langkah-langkah observasi meliputi perencanaan (planning),

pelaksanaan observasi kelas (class room) dan pembahasan balikan (feeed

back) yang dapat dilihat dalam bagan berikut:

Gambar 3.3 Siklus Observasi (David Hopkins dalam Amir, 2007:135)

2. Model Wawancara

Menurut Goetz dan LeCompte dalam Soehartono (1999:27)

wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal

kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau

penjelasan hal-hal yang diapandang perlu.

Dalam hal ini, wawancara yang dimaksud merupakan daftar pertanyaan

yang ditanyakan kepada guru dan siswa untuk memperoleh data/respons

tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif (NHT)

dan sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif (NHT). Planning

(33)

67

3. Model Tes

Tes merupakan alat pengumpul data yang bersifat mengukur, karena

berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki

standar jawaban tertentu. Tes bisa dilakukan secara tertulis, lisan ,atau tes

kinerja (Hermawan et al., 2007:170).

Dengan demikian, maka tes hasil belajar merupakan salah satu

instrumen yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur hasil belajar

siswa terhadap penguasaan materi bilangan bulat dengan menggunakan

model pembelajaran NHT, yang kemudian dijadikan sebagai dasar

pertimbangan dalam mengambil keputusan.

4. Metode Dokumentasi

Dokumen adalah bahan tertulis maupun film yang digunakan sebagai

sumber data (Slamet dan Suwarto, 2007: 53). Dokumen resmi untuk

mendapatkan data awal berupa silabus dan daftar nilai siswa kelas V mata

pelajaran Matematika (satu tahun sebelumnya), serta nilai hasil pretest

sebelum tindakan. Sedangkan dokumen yang digunakan untuk mengetahui

perkembangan anak selama proses pembelajaran pada waktu

tindakan berupa lembar observasi, foto dan video pembelajaran serta nilai

siswa tentang berhitung bilangan bulat dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif (NHT).

G. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah

semua data yang diperoleh melalui tes hasil belajar dan observasi.

1. Pengolahan Tes Hasil Belajar

Data mentah yang diperoleh dari tes hasil belajar (pre-test dan

post-test) kemudian diolah melalui cara penyekoran, menilai setiap siswa,

menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran

(34)

68

pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dengan

negatif.

Untuk menghitung nilai dan rata-rata nilai siswa, digunakan rumus

(Sukardi, 2008:146) sebagai berikut:

Rumus menghitung nilai siswa

Rumus menghitung rata-rata nilai siswa

Rata-rata nilai siswa ini menunjukkan tingkat hasil belajar siswa dalam

satu kelas terhadap materi yang dipelajari. Setelah perhitungan rata-rata, maka

hasil rata-rata tersebut di konversikan dalam katagori penafsiran rata-rata pada

tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Kategori tafsiran rata-rata hasil belajar siswa terhadap materi

Nilai Rata-rata Keterangan

40-55 Sangat rendah

56-65 Rendah

66-75 Normal

76-85 Tinggi

86-100 Tinggi Sekali

2. Pengolahan Data Hasil Observasi

N = Skor Perolehan Siswa x 100 Skor Maksimal

Ket: N = Nilai

=

x

N

Ket:

= Rata-rata nilai = Jumlah nilai N = Nilai

x

x

(35)

69

Data observasi menggunakan skala penilaian dengan rentang nilai

dalam bentuk angka (4, 3, 2, 1). Untuk penilaian keterlaksanaan guru

dalam pembelajaran yang berarti angka 4 = baik sekali, 3 = baik, 2 =

cukup, 1 = kurang (Sudjana, 2006:77-78) dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom skala nilai. Setelah semua hal itu selesai, kemudian nilai dihitung dengan rumus:

Kemudian dikonversikan pada skala nilai dengan rentang seratus, untuk

menilai keterlaksanan pembelajaran yang dilakukan guru peneliti. Konversi

tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.3 Konversi nilai keterlaksanaan pembelajaran oleh guru

Nilai Keterangan

10 – 29 Sangat kurang

30 – 49 Kurang

50 – 69 Cukup Baik

70 – 89 Baik

90 – 100 Baik Sekali

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

dalam dua siklus dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (NHT)

dalam pembelajaran Matematika materi operasi hitung bilangan bulat pada

siswa kelas V-C SDN Bhakti Winaya Bandung, maka secara umum dapat

ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif (NHT)

berbantuan media manipulatif dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung

bilangan bulat pada siswa kelas V-C SD Negeri Bhakti Winaya, Kecamatan

Regol, Kota Bandung tahun pelajaran 2013/2014.

Secara rinci, beberapa kesimpulan berdasarkan temuan hasil penelitian

tindakan kelas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dalam merencanakan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif (NHT) berbantuan media manipulatif (si Hipu),

guru senantiasa melakukan persiapan dan telaah atas beberapa hal yang

berhubungan dengan pembelajaran, mulai dari silabus, karakteristik siswa,

kesulitan siswa, sumber belajar, dan media atau alat-alat peraga yang akan

digunakan.

2. Aktivitas guru dalam pembelajaran operasi bilangan bulat dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif (NHT) berbantuan media

manipulatif (si Hipu) menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat

dilihat dari 10 aspek yang telah dijadikan ukuran kriteria keberhasilan

dalam lembar observasi, yaitu: (1) persiapan guru memulai kegiatan

pembelajaran; (2) kemampuan memberikan apersepsi; (3) kemampuan guru

mengelola kelas; (4) kemampuan mengelola waktu pelajaran dalam; (5)

diskusi dan penjelasan konsep; (6) pengembangan aplikasi; (7)

kemampuan menutup pelajaran, masing-masing dalam kategori baik; dan

(8) keterampilan guru mengajukan pertanyaan; (9) kemampuan guru

(37)

111

berada dalam kategori sangat baik. Selain itu, aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran pun menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini

ditunjukkan dengan: (1) kedisiplinan siswa; (2) kesiapan siswa menerima

pelajaran; (3) keaktifan siswa; (4) kemauan siswa berdiskusi; (5)

kemampuan siswa melakukan diskusi; (6) kemampuan siswa

mengerjakan soal evaluasi; (7) keaktifan siswa saat pelajaran akan berakhir,

masing-masing dalam kategori baik; dan (8) keadaan siswa dengan

lingkungan belajar; (9) respons siswa dalam pembelajaran; (10)

kemampuan siswa mengembangkan kreativitas dan inisiatif, masing-masing

dalam kategori sangat baik.

3. Kemampuan siswa kelas V SDN Bhakti Winaya dalam operasi hitung

bilangan bulat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

(NHT) berbantuan media manipulatif (si Hipu) ternyata mengalami

peningkatan dan memberikan hasil yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan

oleh hasil temuan di lapangan, bahwa perubahan nilai siswa dari

pra-siklus, siklus I, sampai siklus II menunjukan hasil belajar yang meningkat

cukup signifikan.

B. Rekomendasi

Setelah pelaksanaan penelitian tindakan kelas di SDN Bhakti Winaya

kelas V-C sebagaimana diuraikan sebelumnya, diperoleh data bahwa

penerapan penerapan model pembelajaran kooperatif (NHT) berbantuan

media manipulatif sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam operasi hitung bilangan bulat, yang ditunjukkan dengan hasil belajar

siswa yang terus meningkat.

Oleh karena itu, penulis merekomendasikan beberapa hal yang dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran berikut

(38)

112

1. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan berbagai model dan metode

pembelajaran bagi guru, supaya semua guru memiliki banyak pilihan

model atau metode pembelajaran yang dapat mendukung pelaksanaan

pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan

harapan.

2. Bagi Guru

a . Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan

merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif, sehingga

siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.

b . Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap penerapan

model pembelajaran kooperatif (NHT) pada pembelajaran yang

dilaksanakan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama, hendaknya

lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang

berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif (NHT) guna

melengkapi kekurangan yang ada, serta sebagai salah satu alternatif

dalam meningkatkan kemampuan berhitung siswa yang belum tercakup

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aisyiah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Alma, dkk. 2008. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Astuti, Dwiji M.G., Hadi Mulyono, dan Lies Lestari. 2003. Landasan-Landasan

Pendidikan Sekolah Dasar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

_______. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

BNSP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar

Nasional Pendidikan.

Buchari, Alma. 2008. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Evan, M.M., dan Sobel, M.A. 2002. Mengajar Matematika. Jakarta: Erlangga.

Fatkhurohmah. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif (NHT). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Hermawan, R., Mujono, dan Suherman, A. 2007. Metode Penelitian Pendidikan

Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Http://id.wikipedia.org/wiki/Kemampuan (diakses pada tanggal 15 November 2013).

Hudoyo.1996. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar. Nomor 2, tahun I, 1996. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP.

Ibrahim dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

(40)

Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (Daring) (http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php)

Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Versi. 1.3

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta: Balai Pustaka.

Karso. 1998. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Setara DII.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2007. Jakarta: Depdiknas.

Kuswana, Wowo Sunaryo (2012). Taksonomi Kognitif: Perkembangan Ragam

Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning

di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Morgan, Bobbette M. 30 Juni 2005. Cooperative Learning, MathematicalProblem Solving, and Latinos. International Journal for

Mathematics Teaching and Learning (http://www.cimt.plymouth. ac.uk/journal/morgan.pdf) diakses tanggal 15 November 2013.

Mustaqim, B., dan Astuty, Ary. 2008. BSE Ayo Belajar Matematika untuk SD

dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

Nasional.

National Research Council. 1989. Everybody Counts: A Report to the Nation on

the Future of Mathematics Education. Washington DC: National

Academy Press.

Nurhasanah dan Tuminto, D. 2007. Kamus Bergambar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Saryanto. 2014. Suatu Tinjauan Strategi Pemecahan Masalah Model

Menghitung Urutan Mundur (Invers) Suatu Bilangan Dalam Pembelajaran Matematika SD.FKIP UT

Sigit,Soehardi, 2003. Perilaku Organisasional. BPFE UST, Yogyakarta.

Sinaga, Mangatur, dkk. 2007. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas

V. Jakarta: Erlangga.

(41)

Sudjana. 2005. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

Sugiyanto. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UPT Perpustakaan UM.

________. 2008. Model-Model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Sukayati. 2009. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Sulis. 2007. Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Berhitung,

Sumber Bahan Ajar dan Suasana Kelas. Makalah. Tidak diterbitkan.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran

Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan

Indonesia.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945.

Winantaputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wiyanti, Sri. 2008. Eksperimentasi Perpaduan Model Demonstrasi dan Model

Gambar

Tabel 1.1  Perbandingan nilai rata-rata ulangan harian materi bilangan bulat
Gambar 3.1 Model Desain Kemmis dan Mc Taggart (Hermawan et al., 2007:128)
Tabel 3.1  Jadwal Penelitian
Gambar 3.2 Bagan Tahapan Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan belanja modal dan efisiensi belanja barang untuk mendukung belanja produktif dalam rangka pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

This study used a hybrid approach between triangular fuzzy and neural network that is Fuzzy- Neuro for the many and complex ERP selection criteria.

Penelitian ini bertujuan untuk: mengembangkan Media Pembelajaran Akuntansi Modul Interaktif Berbasis Adobe Flash dan meningkatkan motivasi bagi siswa kelas X Akuntansi

Merujuk pada panduan Pos PAUD, “ Pos PAUD merupakan aktivitas yang dilaksanakan masyarakat dilingkungan RW yang diselenggarakan oleh PKK RW dan dibina oleh PKK Desa serta

Figure 2.1 Translation

Dari hasil analisa protein dengan metode Kjedahl diperoleh kadar protein pakan buatan sendiri 32,655%, pakan buatan pabrik 30,992% dan pakan alami 38,653% , dimana kadar

Dengan adanya Sistem Informasi E-Commerce Berbasis Web diharapkan para konsumen dapat melakukan pemesanan setiap waktu dan dimanapun tempatnya tanpa ada

Idhn Djide sehingga bcrhasil mcnjadi ader bulu lanskh lelas duia: 2) Prof. Dr Rusli L0taD. yaDg ncnyaiikan topik: Pcranan PembiD.rn