PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V-C SDN Bhakti Winaya
Kecamatan Regol Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh Rina Fitriana
1107423
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V-C SDN Bhakti Winaya
Kecamatan Regol Kota Bandung)
Oleh
Rina Fitriana
1107423
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Rina Fitriana 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ABSTRAK
Rina Fitriana: Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Bilangan Bulat Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (NHT) Berbantuan Media Manipulatif di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V-C SDN Bhakti Winaya Kecamatan Regol Kota Bandung).
Rina Fitriana. The Application of Cooperative Learning Model with the Assistance of Manipulative Media to Increase the Ability Operation Count Integer of Elementary Student’s. Increasing students' skills in integer arithmetic
DAFTAR ISI
A.Latar Belakang Masalah ……….
B.Batasan Masalah ……….
A.Tinjauan tentang Matematika ………
B.Tinjauan tentang Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat ……….
C.Tinjauan tentang Media Pembelajaran ………...
D.Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) ………
E. Penelitian yang Relevan ………
14
19
25
33
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A.Metode Penelitian ………...
B.Seting Penelitian ……….
C.Subjek Penelitian ………
D.Waktu Penelitian ……….
E. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ………
F. Teknik Pengumpulan Data ………
G.Teknik Analisa dan Pengolahan Data ………
56
58
58
58
59
65
67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian tentang Kondisi Sekolah ………
B.Hasil Penelitian tentang PenelitianTindakan Kelas ………
C.Pembahasan Hasil Penelitian ………..
70
81
106
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan ………
B.Rekomendasi ……….
110
111
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
kemajuan bangsa. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan, akan
menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Oleh sebab itu, salah satu tujuan
bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut,
pemerintah melalui lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat dasar, yang
meliputi Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah
Pertama atau Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas atau Madrasah
Aliyah, Sekolah Kejuruan sampai pada tingkat Universitas atau Perguruan
Tinggi berusaha mencetak generasi-generasi yang cerdas serta dapat
meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Secara umum, pendidikan mempunyai arti suatu proses kehidupan
dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan
melangsungkan kehidupan. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa pendidikan
merupakan jalan yang paling utama untuk mencapai kesuksesan. Dengan
pendidikan, manusia memiliki kecerdasan dan wawasan yang luas. Dengan
pendidikan, terdapat orang-orang yang memiliki martabat yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berpendidikan. Dengan
pendidikan yang dimiliki pula, seseorang dapat mengembangkan potensi diri
dan dapat menentukan jalan hidupnya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Pasal 1, pengertian pendidikan
adalah sebagai berikut:
2
Pendidikan merupakan suatu alat untuk mengubah tingkah laku dan
pola pikir manusia dari keadaan belum tahu menjadi tahu, dari keadaan tidak
mampu menjadi mampu, dan dari keadaan tidak memiliki keterampilan
menjadi memiliki keterampilan. Pendidikan juga merupakan alat untuk
memperoleh kemajuan dan bahkan alat untuk mencapai pembangunan
(Astuti, dkk, 2003:9). Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan dan segala
kegiatan pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, maka disusunlah
kurikulum atau disebut juga isi pendidikan, yang merupakan komponen
penting dan atau bagian integral dari sistem pendidikan, sekaligus pedoman
pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat sekolah.
Struktur kurikulum tersebut menggambarkan konseptualisasi konten
kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam
kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban
belajar untuk mata pelajaran, dan beban belajar per minggu untuk setiap
siswa. Salah satu konten/mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum
adalah mata pelajaran Matematika.
Dua puluh tahun lalu, National Research Council (1989:1) dari
Amerika Serikat telah menyatakan pentingnya Matematika dengan
pernyataan “Mathematics is the key to opportunity” (Matematika adalah kunci ke arah peluang-peluang). Bagi seorang siswa, keberhasilan mempelajarinya
akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi para warga negara,
3
negara, Matematika akan menyiapkan warganya untuk bersaing dan
berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi.
Pernyataan tersebut dapat dilihat dalam realitas kehidupan sehari-hari,
dimana hampir setiap orang tidak bisa lepas dari hitung-menghitung, terutama
penjumlahan dan pengurangan, yang secara sederhana, ilmu hitung tersebut
dikenal dengan istilah Matematika.
Dengan demikian, pembelajaran Matematika yang dimulai dari tingkat
Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi mempunyai kedudukan yang
sangat penting, karena merupakan salah satu komponen yang bisa
meningkatkan sumber daya manusia dalam menjalankan aktifitas
kesehariannya. Bahkan Paul Erdos dalam Evan (2002:11) menyatakan bahwa
“Matematika adalah satu-satunya aktivitas manusia yang tanpa batas”. Hal ini karena di antara berbagai jenis disiplin ilmu, Matematika merupakan salah
satu disiplin ilmu yang penting untuk dikuasai, karena aplikasinya hampir ada
di segala aspek kehidupan.
Walaupun kesadaran terhadap pentingnya Matematika demikian besar,
terutama di kalangan kaum intelektual, sampai saat ini masih ditemukan
sebuah kondisi dimana siswa cenderung bersikap tidak menyukai pelajaran
Matematika. Hal ini disebabkan masih adanya pola pikir yang menyatakan
bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang sukar, membosankan, dan
proses pembelajarannya tidak menyenangkan. Indikasi ini menunjukkan
bahwa siswa belum mampu membangun kepercayaan diri terhadap
kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah Matematika.
Cocroft dalam Fatkhurohmah (2010:20) mengungkapkan bahwa
“Mathematic is difficult subject both teach and learn” yang artinya “Matematika adalah subjek yang sulit baik untuk diajarkan dan untuk
dipelajari”. Hal ini karena dalam pembelajaran Matematika memerlukan kemampuan berhitung yang baik, dalam menyelesaikan soal dan memperoleh
jawaban dengan benar dan tepat. Padahal tidak semua siswa memiliki
4
“dalam kenyataannya masih banyak sekali anak didik yang lemah dalam pelajaran berhitung, walaupun sangat pintar dalam pelajaran hafalan”.
Selain hal tersebut di atas, anggapan siswa tentang sulitnya
pembelajaran Matematika juga disebabkan faktor guru, yakni masih banyak
guru yang kurang memerhatikan penggunaan model pembelajaran yang dapat
menarik perhatian atau minat siswa. Guru hanya menggunakan model
pembelajaran konvensional yang membuat siswa merasa bosan, sehingga
suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh seorang guru. Padahal
model pembelajaran merupakan salah satu pendukung yang sangat penting
terhadap keberhasilan pembelajaran.
Astuti, dkk (2007:22) menyebutkan bahwa “model mengajar
merupakan patokan bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar”.
Selain itu juga, terkadang masih ada guru yang seringkali menunjukkan sikap
yang kurang kooperatif dengan siswa, sehingga walaupun guru menerangkan
pelajaran dengan sungguh-sungguh, siswa tetap merasa kesulitan untuk
menguasai materi pelajaran yang diberikan. Kondisi ini menggambarkan
bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik saat ini
masih cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih
mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu
didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru
menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan
mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa
untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak
kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Kondisi seperti yang digambarkan di atas terjadi pada siswa kelas V-C
SDN Bhakti Winaya Kecamatan Regol Kota Bandung, terutama pada mata
pelajaran Matematika mengenai materi bilangan bulat. Hal tersebut
5
Bhakti Winaya Bandung, yang menyatakan bahwa salah satu materi yang
dirasakan sulit pada mata pelajaran Matematika kelas V semester I adalah
tentang operasi hitung bilangan bulat. Kesulitan tersebut meliputi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, juga pengerjaan hitung
campuran. Masih banyak siswa yang terkadang bingung dalam
menyelesaikan soal campuran antara bilangan bulat positif dan negatif.
Kondisi ini menyebabkan tidak sedikit siswa yang memperoleh nilai rendah
pada saat mengikuti tes materi bilangan bulat.
Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian materi bilangan
bulat dengan hasil yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai
ulangan harian materi lainnya. Rata-rata nilai ulangan harian materi bilangan
bulat tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Perbandingan nilai rata-rata ulangan harian materi bilangan bulat dengan materi lain
No Tahun Ajaran Materi Rata-rata
Nilai
1 2013/2014 Bilangan Bulat 69
2 2013/2014 Waktu 71
3 2013/2014 Sudut 73
4 2013/2014 Luas Bangun Datar 70
Sumber: Administrasi Kurikulum SDN Bhakti Winaya Bandung
Data lain yang menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan pada
pembelajaran materi bilangan bulat, adalah dilihat dari nilai ulangan harian
siswa kelas V-C SDN Bhakti Winaya pada Tahun Ajaran sebelumnya
(2012/2013). Nilai pada pokok bahasan bilangan bulat menunjukkan masih
banyak siswa yang tidak lulus KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Daftar
kelulusan KKM siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
6
Kelulusan (%)
1 2012/2013 35 69 21 14 60
Sumber: Administrasi Kurikulum SDN Bhakti Winaya Bandung
Dari hasil observasi pendahuluan, diperoleh fakta bahwa guru masih
menggunakan model pembelajaran konvensional, kurang variasi dalam
mengajar, dan tidak menggunakan media pembelajaran/alat peraga yang
mendukung. Keadaan ini membuat siswa merasa bosan dan kurang perhatian
dalam proses pembelajaran. Padahal jika dilihat dari fasilitas yang ada,
sebenarnya guru dapat memanfaatkannya secara maksimal. Namun masih
banyak guru yang merasa belum siap untuk memaksimalkan penggunaan
fasilitas yang ada tersebut.
Memang benar bahwa kurikulum yang digunakan di sekolah saat ini
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana konsep
pembelajaran secara umum adalah students oriented (berorientasi kepada
siswa), sementara guru lebih bersifat fasilitator. Namun demikian, paradigma
lama dimana guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher
centered) masih dipertahankan, dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah
yang paling praktis dan tidak menyita banyak waktu. Padahal di lain sisi
sering membuat siswa menjadi tidak aktif sebagaimana dipaparkan
sebelumnya.
Untuk mengetahui kondisi yang lebih real mengenai kemampuan siswa
pada materi bilangan bulat, peneliti mencoba melaksanakan pretest/tes awal
yang diadakan sebelum tindakan. Tepatnya pada tanggal 8 Oktober 2013 di
kelas V-C SDN Bhakti Winaya. Dari hasil pretest tersebut, diperoleh nilai
tertinggi 100 dan nilai terendah 20, dengan nilai rata-rata kelas 66,11. KKM
yang harus dicapai siswa untuk mata pelajaran Matematika adalah 70. Dari
keseluruhan siswa yang berjumlah 37, terdapat 19 siswa (51,35%) yang sudah
mencapai KKM, dan masih ada 18 siswa (48,65%) yang belum mencapai
7
Dengan demikian, kemampuan siswa kelas V-C SDN Bhakti Winaya
dalam berhitung bilangan bulat masih tergolong rendah. Indikator rendahnya
kemampuan berhitung bilangan bulat tersebut adalah berdasarkan hasil nilai
pretest/tes awal yang diadakan sebelum tindakan tersebut di atas.
Sehubungan dengan kondisi tersebut di atas, peneliti ingin memberikan
alternatif pemecahan masalah yang diharapkan dapat membantu guru
memperbaiki proses pembelajaran, juga membantu siswa agar kemampuan
dalam operasi hitung bilangan bulat lebih meningkat. Baik bilangan bulat
positif maupun negatif, baik dalam penjumlahan, pengurangan, maupun
operasi hitung bilangan bulat campuran.
Upaya meningkatkan kemampuan siswa tersebut tentunya tidak terlepas
dari berbagai faktor yang memengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru
kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai
oleh siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa
dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, agar siswa dapat
memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain, sehingga pada
gilirannya dapat meningkatkan kemampuan siswa dan diperoleh prestasi
belajar yang optimal.
Alternatif pemecahan masalah yang diajukan peneliti adalah melalui
penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran.
Peneliti beranggapan bahwa pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
pembelajaran secara kelompok dan kerja sama, dapat memberikan hasil yang
lebih baik daripada pembelajaran individu yang menggunakan model
pembelajaran konvensional.
Anggapan peneliti terhadap alternatif pemecahan masalah tersebut
didasarkan pada hasil penelitian Cohen, Slavin, dan Oickle dalam
International Journal for Mathematics Teaching and Learning, yang berjudul
”Cooperative Learning, Mathematical Problem Solving, and Latinos” yang
ditulis oleh Morgan (http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/morgan.pdf),
8
Researchers found that students of color showed greater academic gains incooperative learning settings than in traditional classrooms, and that cooperative learning strategies improved student performance in mathematics, language arts, science, and social studies.
Kutipan dari hasil penelitian tersebut dapat dipahami bahwa siswa
menunjukkan capaian akademik yang lebih tinggi dengan pembelajaran
kooperatif, dibandingkan dengan pembelajaran tradisional atau konvensional.
Strategi pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan penampilan siswa
dalam pembelajaran Matematika, Seni Berbahasa, Ilmu Pengetahuan Alam
dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan dalam tindakan
ini adalah tipe NHT (Numbered Heads Together). NHT merupakan salah satu
tipe model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan
pada tahun 1993, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran, dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim dkk, 2000:28).
Menurut Lie (2007:59) pengertian Numbered Heads Together atau
kepala bernomor adalah “suatu tipe dari pengajaran kooperatif pendekatan
struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”.
Model ini, jika merujuk kepada pendapat Cohen, Slavin, dan Oickle di
atas, dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
peserta didik, juga dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat
kerja sama mereka. Selain itu, aspek penting dalam pembelajaran kooperatif
adalah bahwa di samping pengajaran kooperatif membantu mengembangkan
tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik di antara siswa, secara
bersamaan, pembelajaran kooperatif juga membantu siswa dalam peningkatan
akademis mereka.
Ketertarikan peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
9
pembelajaran ini menggunakan sistem kelompok kecil, sehingga siswa bisa
meningkatkan kerja sama, saling membagikan ide-ide, dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dalam menyelesaikan soal.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa dengan skala kelompok
kecil, guru dapat dengan mudah mengontrol kegiatan kelompok siswa.
Selain itu, dalam model pembelajaran kooperatif model NHT ini, siswa
menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran. Semua siswa
akan berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan, dan
bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing, karena salah satu
ciri utama model pembelajaran ini adalah adanya penomoran, dan setiap
nomor yang diberikan harus dipertanggungjawabkan oleh siswa. Dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, diharapkan
pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang
kuat kepada siswa, sehingga secara bersamaan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam operasi hitung bilangan bulat.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Bilangan Bulat melalui Penerapan Belajar Kooperatif Berbantuan Media
Manipulatif di Sekolah Dasar” (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas
V-C SDN Bhakti Winaya Kecamatan Regol Kota Bandung).
B. Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang spesifik, maka permasalahan
dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan adalah tipe Numbered
Heads Together (NHT)
2. Materi pokok dalam pelaksanaan pembelajaran adalah operasi hitung
bilangan bulat, dengan fokus kajian pada kemampuan siswa secara
10
dengan negatif.
3. Media manipulatif dalam penelitian ini adalah media pembelajaran
berbentuk kotak dengan warna yang berbeda (hitam dan putih).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif (NHT) berbantuan media manipulatif dapat meningkatkan kemampuan
operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas V-C SDN Bhakti Winaya?”
Rumusan masalah di atas dirinci dalam pertanyaan penelitian berikut:
1. Bagaimana gambaran perencanaan pembelajaran dalam operasi hitung
bilangan bulat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
(NHT)?
2. Bagaimana gambaran aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran operasi
bilangan bulat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
(NHT)?
3. Bagaimana kemampuan siswa dalam operasi hitung bilangan bulat dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif (NHT)?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah “Meningkatkan kemampuan operasi
hitung bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
(NHT) berbantuan media manipulatif pada siswa kelas V-C SDN Bhakti
Winaya”.
Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran operasi hitung bilangan bulat
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (NHT) berbantuan
11
2. Mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran operasi
hitung bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
(NHT) berbantuan media manipulatif.
3. Mendeskripsikan kemampuan siswa dalam pembelajaran operasi hitung
bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (NHT)
berbantuan media manipulatif.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa,
membiasakan siswa bekerja sama dengan benar dalam memecahkan suatu
permasalahan, meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap tugas atau
pekerjaan yang diembannya dalam pelajaran Matematika, khususnya
materi bilangan bulat. Secara kontekstual, dengan pembelajaran model
kooperatif tipe NHT ini, siswa dapat bertanggung jawab dan memiliki
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari
secara efektif.
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat:
a. membantu guru mengenal dan mengembangkan model pembelajaran
Matematika yang lebih variatif, sehingga dapat memperbaiki serta
meningkatkan proses pembelajaran Matematika, terutama pada
pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat;
b. mengembangkan profesionalisme guru, karena dengan melakukan PTK
guru dapat berkembang dengan cara menunjukkan bahwa ia mampu
menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika
12
bilangan bulat.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitan ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian
tentang pembelajaran di Sekolah Dasar, terutama untuk teman-teman yang
berprofesi sebagai guru.
F. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang dibuat khusus
oleh guru, dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis, untuk
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Joice dan Weil dalam
Isjoni (2009:50) mengungkapkan:
Model pembelajaran adalah “suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.
Model pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu,
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Alma, dkk
(2008:81) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil dan
bekerja sama”.
2. Numbered Heads Together (NHT)
Dalam penelitian ini, model pembelajaran kooperatif yang
digunakan adalah tipe Numbered Heads Together (NHT). Menurut
Ibrahim, dkk (2000:28), model NHT ini dikembangkan oleh Spencer
Kagan pada tahun 1993, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran, dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Menurut Lie (2007:59), pengertian Numbered Heads Together atau
13
struktural, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”.
3. Media Pembelajaran
Untuk mempermudah dan memperlancar penerapan model
pembelajaran kooperatif (NHT), dalam penelitian tindakan ini peneliti
menggunakan media pembelajaran. Media tersebut merupakan media
manipulatif yang dibuat dari kertas berbentuk kotak dengan warna hitam
(menggambarkan bilangan negatif) dan putih (menggambarkan bilangan
positif).
Ibrahim dan Syaodih (2003:112) mengemukakan bahwa:
Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan suatu pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar.
4. Kemampuan
Kemampuan atau abilities ialah bakat yang melekat pada seseorang
untuk melakukan suatu kegiatan secara fisik atau mental yang ia peroleh
sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman (Soehardi, 2003:24).
Kemampuan (abilities) tersebut akan turut serta menentukan perilaku
seseorang dan hasilnya. Dalam tataran praksis, jika kemampuan seorang
siswa dalam suatu materi meningkat, maka perilaku mampu akan
diperlihatkannya dalam proses pembelajaran, yang serta-merta hasil
pembelajarannya pun akan meningkat.
5. Bilangan Bulat
Bilangan bulat meliputi bilangan negatif, mulai dari bilangan -1
(negatif satu), -2 (negatif dua), -3 (negatif tiga) dan seterusnya; bilangan
nol (0); dan bilangan positif, mulai dari bilangan 1 (positif satu), 2 (positif
14
Penjabaran tersebut sesuai dengan pendapat Sinaga, dkk. (2007:136)
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Sugiyanto (2005:56), Penelitian Tindakan Kelas ini mampu
menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan
propesionalisme guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan melihat
berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi
pada siswa. Bahkan Mc Niff dalam Hermawan et al. (2007:79) memandang
PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri
yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan
kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar dan
sebagainya.
PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan
pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai: (a) alat
untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi
pembelajaran di kelas; (b) alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru
dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya
kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat; (c) alat untuk memasukkan ke
dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif; (d)
alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan
peneliti; (e) alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif,
impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.
Ada tiga butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil
penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang
lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi
nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya
langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti
tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus
57
Secara sederhana, penelitian tindakan ini merupakan suatu cara dalam
mengoordinasikan kondisi praktik pembelajaran dan belajar dari pengalaman
untuk dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik
pembelajaran dan memperoleh pengaruh nyata dari upaya yang telah
dilakukan tersebut.
Model penelitian tindakan yang akan digunakan dalam penelitian ini
merupakan pengembangan PTK berbentuk siklus (cycle). Tiap siklus
dilakukan sesuai dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan proses
pembelajaran. Model siklus yang digunakan adalah model spiral seperti yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Hermawan et al., 2007:128),
yakni momen-momen dalam bentuk spiral yang meliputi perencanaan (plan),
tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect).
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri
dari rangkaian kegiatan atau langkah-langkah yang sudah ditentukan. Pada
setiap siklus, peneliti dan guru terlibat langsung secara aktif dalam
mengamati setiap kegiatan dengan cermat. Melalui langkah-langkah yang
telah ditentukan tersebut, peneliti dan guru dapat bersama-sama menentukan
tindakan yang dianggap tepat guna meningkatkan pembelajaran.
Siklus kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
REFLECT PLAN
OBSERVE
ACT
REFLECT PLAN
OBSERVE
58
Gambar 3.1 Model Desain Kemmis dan Mc Taggart (Hermawan et al., 2007:128)
B. Seting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas V-C SDN Bahkti Winaya yang
beralamat di Jl. Pasirjaya VI No. 1 RT. 03 RW. 06 Kelurahan Pasirluyu –
Kecamatan Regol – Kota Bandung – Provinsi Jawa Barat.
Beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan lokasi
tersebut adalah:
a. Hasil observasi pendahuluan pada siswa kelas V-C SDN Bhakti Winaya
memenuhi syarat untuk dilaksanakan penelitian. Hal ini dengan melihat
situasi pembelajaran Matematika pada siswa kelas V-C SDN Bhakti
Winaya yang belum optimal, karena masih menggunakan model
pembelajaran konvensional, dan belum pernah digunakan untuk penelitian
dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b. Untuk memudahkan penulis dalam memperoleh data yang dibutuhkan
dalam penelitian, karena aktivitas rutin penulis berada di sekolah tersebut.
c. Harapan penulis untuk menyumbangkan karya ilmiah yang dapat
dijadikan sebagai salah satu referensi, dalam rangka meningkatkan proses
pembelajaran di sekolah tersebut, khususnya dalam mata pelajaran
Matematika.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V-C SDN Bahkti Winaya
Bandung yang berjumlah 37 orang siswa, yang terdiri dari 17 orang
perempuan dan 20 orang laki-laki.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/ 2014.
Rencana tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan
59
Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
8 Praktik Lapangan untuk
Pelaksanaan Siklus I
9 Praktik Lapangan untuk Pelaksanaan Siklus II
10 Pengolahan dan Analisis Data Penelitian
Beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan
penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi Pendahuluan
Kegiatan observasi pendahuluan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal
1 Oktober 2013. Kegiatan ini dilakukan untuk meminta izin
pelaksanaan penelitian kepada kepala SDN Bhakti Winaya. Selang satu
minggu, tepatnya pada tanggal 8 Oktober 2013, peneliti dizinkan
melakukan pretest di kelas V-C SDN Bhakti Winaya.
60
Langkah selanjutnya adalah pembuatan proposal penelitian yang
ditujukan kepada bagian akademik Prodi PGSD .
c. Menentukan Kelas
Berdasarkan hasil pretest, peneliti memutuskan untuk melaksanakan
penelitian tindakan di kelas V-C SDN Bhakti Winaya.
d. Mengurus Dokumen Perizinan
Untuk kelengkapan penelitian, selanjutnya peneliti mengurus beberapa
dokumen perizinan dari sekolah bersangkutan.
e. Menentukan Waktu
Setelah berdiskusi dengan guru kelas V-C SDN Bhakti Winaya,
akhirnya disepakati bahwa waktu untuk pelaksanaan penelitian dimulai
sejak bulan Oktober sampai Desember 2013, dengan pelaksanaan
tindakan (Siklus I dan II) pada minggu ke-4 November sampai minggu
ke-2 Desember
f. Mempersiapkan Instrumen
Untuk melengkapi persiapan penelitian, selanjutnya peneliti
mempersiapkan beberapa instrumen penelitian. Instrumen tersebut
berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), lembar observasi
siswa dan guru, LKS (Lembar Kerja Siswa), pedoman wawancara, dan
kuisioner.
2. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam
bentuk siklus, dimana pad setiap siklusnya mencakup empat kegiatan,
sesuai dengan model desain yang digunakan dalam penelitian ini.
Tahapan-tahapan tersebut adalah perencanaan tindakan (plan),
pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi
61
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap
siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan, yang masing-masing
menggunakan waktu 2 x 35 menit, sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
a. Rancangan Siklus I
1) Tahap Perencanaan Tindakan (Plan)
Pada tahap perencanaan ini, peneliti menyusun rencana tindakan
yang didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan.
Dalam hal ini, guru dan peneliti menyamakan persepsi tentang
permasalahan yang ditemui dan menjabarkannya serinci mungkin.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a) Merencanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif (NHT)
b) Menentukan pokok bahasan
c) Mengembangkan skenario pembelajaran
d) Menyusun soal
e) Menyiapkan sumber belajar
f) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran
2) Tahap pelaksanaan Tindakan (Action)
Setelah membuat rencana yang matang, maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan
yang mengacu pada skenario dan langkah kegiatan mengajar.
Dalam pelaksanaannya, guru harus mengingat dan berusaha
menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan dan berlaku
secara wajar.
Kegiatan awal yang dilaksanakan meliputi: 1) Guru membuka
pelajaran, 2) Guru memberikan apersepsi, 3) Guru mempersiapkan
media, 4) Guru menyampaikan indikator dan kompetensi, 5) Guru
62
Kegiatan inti adalah sebagai berikut: 1) Siswa memerhatikan media
yang ditunjukkan oleh guru, 2) Siswa memerhatikan penjelasan
guru tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, 3) Guru
memberi contoh soal dan beberapa siswa mengerjakan soal di depan
kelas, 4) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif (NHT)
yaitu siswa dibagi menjadi 7 kelompok (terdapat dua kelompok yang
beranggotakan 6 orang), setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Siswa
dalam setiap kelompok diberi nomor urut sehingga setiap siswa
dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda, 5) Setiap kelompok
diberi soal dan siswa diminta berdiskusi bersama teman
sekelompoknya untuk mengerjakan soal sesuai dengan yang
dicontohkan oleh guru sesuai waktu yang ditentukan, 6) Setelah
waktu diskusi kelompok habis, guru mengacak nomor urut siswa
yang akan menjawab soal. Siswa yang nomor urutnya keluar
mengangkat tangan dan guru mengacak menunjuk siswa yang maju,
7) Perwakilan dari kelompok maju untuk menyampaikan hasil
diskusinya dan kelompok lain menanggapi, 8) Guru dan siswa
menyimpulkan hasil diskusi, 9) Siswa mengumpulkan hasil kerja
kelompok, 10) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu.
Kegiatan akhir: 1) Guru memantapkan materi siswa, 2)
memberikan tindak lanjut, 3) Guru mengakhiri pelajaran.
3) Tahap Observasi (Observation)
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
siswa dan kinerja guru. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam
pedoman yang telah disiapkan peneliti. Yang menjadi observer
adalah guru kelas yang berkolaborasi dengan peneliti.
4) Tahap Refleksi (Reflection)
Setelah mendapatkan data-data pada siklus I, peneliti mengadakan
refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan yang telah
63
b. Rancangan Siklus II
1) Tahap Perencanaan Tindakan
a) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
b) Merencanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif (NHT)
c) Menentukan pokok bahasan
d) Mengembangkan skenario pembelajaran
e) Menyusun soal
f) Menyiapkan sumber belajar
g) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setelah membuat rencana yang matang maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan
yang mengacu pada skenario dan langkah kegiatan mengajar, yaitu
melakukan tindakan perbaikan dari apa yang telah dilaksanakan pada
siklus I.
Dalam pelaksanaannya, guru harus mengingat dan berusaha
menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan dan berlaku
secara wajar.
Kegiatan awal yang dilaksanakan meliputi: 1) Guru membuka
pelajaran, 2) Guru memotivasi siswa dengan permainan, 3) Guru
melakukan apersepsi, 4) Guru mempersiapkan media pembelajaran
atau alat peraga yang dibutuhkan, 5) Guru menyampaikan indikator
dan kompetensi yang diharapkan, 6) Guru mengulang pelajaran yang
telah lalu.
Kegiatan inti adalah sebagai berikut: 1) Siswa memerhatikan media
yang ditunjukkan oleh guru, 2) Siswa memerhatikan penjelasan guru
64
memberi contoh soal, 4) Guru memberi soal sebagai latihan awal, 5)
Guru memberi soal rebutan, 6) Guru memberi reward bagi siswa yang
telah maju, 7) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 5 siswa (terdapat dua kelompok yang beranggotakan 6
orang). Siswa dalam setiap kelompok diberi nomor urut sehingga
setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda, 8) Setiap
kelompok diberi soal, dan siswa diminta berdiskusi bersama teman
sekelompoknya untuk mengerjakan soal, sesuai dengan yang
dicontohkan oleh guru dan waktu yang ditentukan, 9) Setelah waktu
diskusi kelompok habis, guru mengacak nomor urut siswa yang akan
menjawab soal. Siswa yang nomor urutnya keluar mengangkat tangan
dan guru membuat variasi cara untuk menentukan siswa kelompok
mana yang maju, 10) Perwakilan dari kelompok maju untuk
menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi, 11)
Siswa mengerjakan soal evaluasi individu.
Kegiatan akhir: 1) Guru memberi kesempatan bagi siswa yang belum
paham untuk menanyakannya pada guru, 2) Guru mengajak siswa
untuk menyimpulkan tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat yang telah mereka pelajari, 3) Guru memantapkan materi dan
memberi tindak lanjut, 4) Guru menutup pelajaran.
3) Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
siswa dan kinerja guru. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam
pedoman yang telah disiapkan peneliti. Observer dalam penelitian ini
adalah guru kelas yang berkolaborasi dengan peneliti.
4) Tahap Refleksi
Hasil observasi yang telah diperoleh dianalisis untuk menentukan
tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan
65
Tahapan pelaksanaan tindakan penelitian tersebut, dapat digambarkan
dalam bentuk bagan berikut ini:
Gambar 3.2 Bagan Tahapan Penelitian
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data yang dipergunakan adalah
sebagai berikut:
1. Teknik Observasi Langsung
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mengamati baik secara langsung maupun tidak langsung, serta mencatatnya SIKLUS II
Permasalahan Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
SIKLUS I
Pengamatan/ Pengumpulan
Data Refleksi I
Permasalahan Barus
Hasil Refleksi Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan/ Pengumpulan
Data Refleksi II
Apabila target
66
dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti
(Sanjaya, 2005:94).
Observasi ini dilakukan untuk memantau proses dan dampak
pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar
lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan
pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya.
Hasil observasi didiskusikan bersama dengan guru pengamat untuk
kemudian dianalisis bersama untuk mengetahui berbagai kelemahan atau
kelebihan dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif (NHT) dalam
pembelajaran berhitung bilangan bulat untuk kemudian diupayakan solusinya.
Solusi yang telah disepakati bersama dapat direncanakan dan dilaksanakan
pada siklus berikutnya.
Langkah-langkah observasi meliputi perencanaan (planning),
pelaksanaan observasi kelas (class room) dan pembahasan balikan (feeed
back) yang dapat dilihat dalam bagan berikut:
Gambar 3.3 Siklus Observasi (David Hopkins dalam Amir, 2007:135)
2. Model Wawancara
Menurut Goetz dan LeCompte dalam Soehartono (1999:27)
wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal
kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau
penjelasan hal-hal yang diapandang perlu.
Dalam hal ini, wawancara yang dimaksud merupakan daftar pertanyaan
yang ditanyakan kepada guru dan siswa untuk memperoleh data/respons
tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif (NHT)
dan sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif (NHT). Planning
67
3. Model Tes
Tes merupakan alat pengumpul data yang bersifat mengukur, karena
berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki
standar jawaban tertentu. Tes bisa dilakukan secara tertulis, lisan ,atau tes
kinerja (Hermawan et al., 2007:170).
Dengan demikian, maka tes hasil belajar merupakan salah satu
instrumen yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur hasil belajar
siswa terhadap penguasaan materi bilangan bulat dengan menggunakan
model pembelajaran NHT, yang kemudian dijadikan sebagai dasar
pertimbangan dalam mengambil keputusan.
4. Metode Dokumentasi
Dokumen adalah bahan tertulis maupun film yang digunakan sebagai
sumber data (Slamet dan Suwarto, 2007: 53). Dokumen resmi untuk
mendapatkan data awal berupa silabus dan daftar nilai siswa kelas V mata
pelajaran Matematika (satu tahun sebelumnya), serta nilai hasil pretest
sebelum tindakan. Sedangkan dokumen yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan anak selama proses pembelajaran pada waktu
tindakan berupa lembar observasi, foto dan video pembelajaran serta nilai
siswa tentang berhitung bilangan bulat dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif (NHT).
G. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah
semua data yang diperoleh melalui tes hasil belajar dan observasi.
1. Pengolahan Tes Hasil Belajar
Data mentah yang diperoleh dari tes hasil belajar (pre-test dan
post-test) kemudian diolah melalui cara penyekoran, menilai setiap siswa,
menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran
68
pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dengan
negatif.
Untuk menghitung nilai dan rata-rata nilai siswa, digunakan rumus
(Sukardi, 2008:146) sebagai berikut:
Rumus menghitung nilai siswa
Rumus menghitung rata-rata nilai siswa
Rata-rata nilai siswa ini menunjukkan tingkat hasil belajar siswa dalam
satu kelas terhadap materi yang dipelajari. Setelah perhitungan rata-rata, maka
hasil rata-rata tersebut di konversikan dalam katagori penafsiran rata-rata pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.2 Kategori tafsiran rata-rata hasil belajar siswa terhadap materi
Nilai Rata-rata Keterangan
40-55 Sangat rendah
56-65 Rendah
66-75 Normal
76-85 Tinggi
86-100 Tinggi Sekali
2. Pengolahan Data Hasil Observasi
N = Skor Perolehan Siswa x 100 Skor Maksimal
Ket: N = Nilai
=
∑x
N
Ket:
= Rata-rata nilai = Jumlah nilai N = Nilai
x
x
69
Data observasi menggunakan skala penilaian dengan rentang nilai
dalam bentuk angka (4, 3, 2, 1). Untuk penilaian keterlaksanaan guru
dalam pembelajaran yang berarti angka 4 = baik sekali, 3 = baik, 2 =
cukup, 1 = kurang (Sudjana, 2006:77-78) dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom skala nilai. Setelah semua hal itu selesai, kemudian nilai dihitung dengan rumus:
Kemudian dikonversikan pada skala nilai dengan rentang seratus, untuk
menilai keterlaksanan pembelajaran yang dilakukan guru peneliti. Konversi
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.3 Konversi nilai keterlaksanaan pembelajaran oleh guru
Nilai Keterangan
10 – 29 Sangat kurang
30 – 49 Kurang
50 – 69 Cukup Baik
70 – 89 Baik
90 – 100 Baik Sekali
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (NHT)
dalam pembelajaran Matematika materi operasi hitung bilangan bulat pada
siswa kelas V-C SDN Bhakti Winaya Bandung, maka secara umum dapat
ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif (NHT)
berbantuan media manipulatif dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung
bilangan bulat pada siswa kelas V-C SD Negeri Bhakti Winaya, Kecamatan
Regol, Kota Bandung tahun pelajaran 2013/2014.
Secara rinci, beberapa kesimpulan berdasarkan temuan hasil penelitian
tindakan kelas tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dalam merencanakan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif (NHT) berbantuan media manipulatif (si Hipu),
guru senantiasa melakukan persiapan dan telaah atas beberapa hal yang
berhubungan dengan pembelajaran, mulai dari silabus, karakteristik siswa,
kesulitan siswa, sumber belajar, dan media atau alat-alat peraga yang akan
digunakan.
2. Aktivitas guru dalam pembelajaran operasi bilangan bulat dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif (NHT) berbantuan media
manipulatif (si Hipu) menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari 10 aspek yang telah dijadikan ukuran kriteria keberhasilan
dalam lembar observasi, yaitu: (1) persiapan guru memulai kegiatan
pembelajaran; (2) kemampuan memberikan apersepsi; (3) kemampuan guru
mengelola kelas; (4) kemampuan mengelola waktu pelajaran dalam; (5)
diskusi dan penjelasan konsep; (6) pengembangan aplikasi; (7)
kemampuan menutup pelajaran, masing-masing dalam kategori baik; dan
(8) keterampilan guru mengajukan pertanyaan; (9) kemampuan guru
111
berada dalam kategori sangat baik. Selain itu, aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran pun menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini
ditunjukkan dengan: (1) kedisiplinan siswa; (2) kesiapan siswa menerima
pelajaran; (3) keaktifan siswa; (4) kemauan siswa berdiskusi; (5)
kemampuan siswa melakukan diskusi; (6) kemampuan siswa
mengerjakan soal evaluasi; (7) keaktifan siswa saat pelajaran akan berakhir,
masing-masing dalam kategori baik; dan (8) keadaan siswa dengan
lingkungan belajar; (9) respons siswa dalam pembelajaran; (10)
kemampuan siswa mengembangkan kreativitas dan inisiatif, masing-masing
dalam kategori sangat baik.
3. Kemampuan siswa kelas V SDN Bhakti Winaya dalam operasi hitung
bilangan bulat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
(NHT) berbantuan media manipulatif (si Hipu) ternyata mengalami
peningkatan dan memberikan hasil yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan
oleh hasil temuan di lapangan, bahwa perubahan nilai siswa dari
pra-siklus, siklus I, sampai siklus II menunjukan hasil belajar yang meningkat
cukup signifikan.
B. Rekomendasi
Setelah pelaksanaan penelitian tindakan kelas di SDN Bhakti Winaya
kelas V-C sebagaimana diuraikan sebelumnya, diperoleh data bahwa
penerapan penerapan model pembelajaran kooperatif (NHT) berbantuan
media manipulatif sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam operasi hitung bilangan bulat, yang ditunjukkan dengan hasil belajar
siswa yang terus meningkat.
Oleh karena itu, penulis merekomendasikan beberapa hal yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran berikut
112
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan berbagai model dan metode
pembelajaran bagi guru, supaya semua guru memiliki banyak pilihan
model atau metode pembelajaran yang dapat mendukung pelaksanaan
pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan
harapan.
2. Bagi Guru
a . Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif, sehingga
siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.
b . Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap penerapan
model pembelajaran kooperatif (NHT) pada pembelajaran yang
dilaksanakan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama, hendaknya
lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang
berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif (NHT) guna
melengkapi kekurangan yang ada, serta sebagai salah satu alternatif
dalam meningkatkan kemampuan berhitung siswa yang belum tercakup
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Aisyiah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Alma, dkk. 2008. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.
Astuti, Dwiji M.G., Hadi Mulyono, dan Lies Lestari. 2003. Landasan-Landasan
Pendidikan Sekolah Dasar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
_______. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
BNSP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar
Nasional Pendidikan.
Buchari, Alma. 2008. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.
Evan, M.M., dan Sobel, M.A. 2002. Mengajar Matematika. Jakarta: Erlangga.
Fatkhurohmah. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif (NHT). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Hermawan, R., Mujono, dan Suherman, A. 2007. Metode Penelitian Pendidikan
Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Kemampuan (diakses pada tanggal 15 November 2013).
Hudoyo.1996. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar. Nomor 2, tahun I, 1996. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP.
Ibrahim dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (Daring) (http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php)
Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Versi. 1.3
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta: Balai Pustaka.
Karso. 1998. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Setara DII.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2007. Jakarta: Depdiknas.
Kuswana, Wowo Sunaryo (2012). Taksonomi Kognitif: Perkembangan Ragam
Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning
di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Morgan, Bobbette M. 30 Juni 2005. Cooperative Learning, MathematicalProblem Solving, and Latinos. International Journal for
Mathematics Teaching and Learning (http://www.cimt.plymouth. ac.uk/journal/morgan.pdf) diakses tanggal 15 November 2013.
Mustaqim, B., dan Astuty, Ary. 2008. BSE Ayo Belajar Matematika untuk SD
dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
National Research Council. 1989. Everybody Counts: A Report to the Nation on
the Future of Mathematics Education. Washington DC: National
Academy Press.
Nurhasanah dan Tuminto, D. 2007. Kamus Bergambar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saryanto. 2014. Suatu Tinjauan Strategi Pemecahan Masalah Model
Menghitung Urutan Mundur (Invers) Suatu Bilangan Dalam Pembelajaran Matematika SD.FKIP UT
Sigit,Soehardi, 2003. Perilaku Organisasional. BPFE UST, Yogyakarta.
Sinaga, Mangatur, dkk. 2007. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas
V. Jakarta: Erlangga.
Sudjana. 2005. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Sugiyanto. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UPT Perpustakaan UM.
________. 2008. Model-Model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Sukayati. 2009. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sulis. 2007. Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Berhitung,
Sumber Bahan Ajar dan Suasana Kelas. Makalah. Tidak diterbitkan.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan
Indonesia.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945.
Winantaputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wiyanti, Sri. 2008. Eksperimentasi Perpaduan Model Demonstrasi dan Model