KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA
TUNARUNGU KELAS D3 SDLB-B SUKAPURA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh
Syarah Aini Fajrin 1001446
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS D3 SDLB-B SUKAPURA BANDUNG
Oleh Syarah Aini Fajrin
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Syarah Aini Fajrin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang – undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian,
1001446
PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA TUNARUNGU
KELAS D3 SDLB-B SUKAPURA BANDUNG
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd. NIP. 19630208 198703 2 001
Pembimbing II
Dr. H. Dudi Gunawan, M.Pd NIP. 19621121 198403 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
vi
Syarah Aini Fajrin, 2014
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GRAFIK ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Ketunarunguan... 8
1. Pengertian Tunarungu ... 8
2. Klasifikasi Anak Tunarungu ... 9
3. Dampak Ketunarunguan ... 11
B. Konsep Dasar Membaca Pemahaman ... 16
1. Pengertian Membaca Pemahaman ... 16
2. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu .... 21
C. Media Pembelajaran ... 23
D. Komik Sebagai Media Pembelajaran ... 24
E. Penggunaan Media Komik Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Tunarungu ... 26
vii
A. Variabel Penelitian ... 30
1. Definisi Konsep Variabel ... 30
2. Definisi Operasional Variabel ... 31
B. Metode Penelitian... …… 33
1. Desain Penelitian ... 34
2. Prosedur Penelitian ... 35
C. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian ... …… 35
1. Populasi Penelitian ... 35
2. Sampel Penelitian ... 36
3. Lokasi Penelitian ... 37
D. Pengembangan Instrumen Penelitian ... …… 37
E. Uji Coba Instrumen ... …… 39
1. Uji Validitas ... 39
2. Uji Reliabilitas ... 40
F. Teknik Pengolahan Data ... …… 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Hasil Penelitian ... 43
1. Deskripsi Data Penelitian ... 43
2. Pengujian Hipotesis ... 48
B. Pembahasan ... 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 55
A.Simpulan ... 55
B. Saran ... 56
i
Syarah Aini Fajrin, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA TUNARUNGU
KELAS D3 SDLB-B SUKAPURA BANDUNG
Syarah Aini Fajrin 1001446
Anak tunarungu mengalami kehilangan fungsi pendengaran karena terjadi kerusakan pada organ pendengarannya. Hal tersebut mengakibatkan anak tunarungu mengalami hambatan berbahasa, sehingga memiliki kesulitan untuk memahami sesuatu yang bersifat abstrak, khususnya dalam pembelajaran membaca. Kemampuan anak tunarungu dalam membaca pemahaman masih menunjukkan hasil yang rendah, karena ketika anak membaca hanya mengucapkan kata-kata verbal saja tanpa memahami makna yang ia baca. Upaya yang dilakukan peneliti dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan media komik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media komik dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa tunarungu kelas D3 SDLB-B Sukapura Bandung. Pengambilan sampel penelitian dilaksanakan dengan menggunakan teknik
nonprobablility sampling dengan sampel jenuh, artinya jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Jumlah sampel dilakukan pada 6 siswa kelas D3 SDLB-B Sukapura SDLB-Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain one group pre-test post-test. Adapun analisis datanya menggunakan uji wilcoxson. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang peneliti ajukan diterima, artinya adanya pengaruh penggunaan media komik dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa tunarungu, dilihat dari hasil penelitian pada semua sampel yang menunjukkan adanya peningkatan. Hal tersebut terlihat dari ketercapaian dalam indikator meliputi 1) menyebutkan judul cerita, 2) menjelaskan peristiwa yang terjadi sesuai fakta, 3) menyebutkan tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta, 4) menyebutkan pesan yang terkandung dalam suatu cerita. Penggunaan media komik diharapkan dapat dipadukan dengan mata pelajaran sains pada siswa tunarungu, sehingga akan terlihat lebih menarik dan menyenangkan jika siswa dapat belajar sains dengan menggunakan media komik.
ii
the use of the comic media in improving deaf students reading comprehension at grade D3 SDLB-B Sukapura Bandung. The method used in this research is the design of experimental method with one group pre-test post-test. The analysis of data using Wilcoxson test. The results of this study it can be concluded that the hypothesis that researchers ask accepted, meaning that the effect of the use of the comic medium in improving reading comprehension ability of deaf students, judging from the results of research on all samples that showed an increase. It is seen from the achievement of the indicators include 1) mentioning the title of the story, 2) describes the events that happen fit the facts, 3) mentions the site of the story fit the facts, 4) mentions the messages contained in a story. The use of the comic medium is expected to be integrated with science subjects in deaf students, so it will look more interesting and exciting if students can learn science by using the medium of comics.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya
manusia yang gemar belajar. Proses belajar yang sangat mendasar salah satunya
yaitu membaca. Membaca mempunyai peranan sosial yang penting dalam
kehidupan manusia, karena membaca merupakan salah satu alat komunikasi yang
sangat diperlukan dalam suatu masyarakat.
Hampir semua aspek dalam kehidupan melibatkan kegiatan membaca,
sehingga peran membaca sangat penting bagi kehidupan manusia. Burn dkk.
(dalam Rahim, 2008, hlm. 6) mengemukakan bahwa “kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar”. Setiap kegiatan dalam kehidupan tidak terlepas dari kegiatan membaca, karena kemampuan
membaca merupakan suatu tuntutan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya
dalam kehidupan sehari-hari ketika seseorang akan meminum obat harus
membaca petunjuk yang terdapat pada obat agar obat yang dikonsumsi sesuai
dengan dosis yang ditentukan. Hal tersebut merupakan suatu contoh dalam
kehidupan sehari-hari dalam memperoleh informasi melalui membaca.
Pentingnya membaca tidak dibatasi untuk individu pada umumnya saja.
Individu yang berkebutuhan khusus pun membutuhkan kemampuan membaca,
khususnya tunarungu. Dwidjosumarto (1995, hlm. 27) menyatakan bahwa :
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks.
Anak tunarungu sering sekali mengalami salah persepsi dalam
berkomunikasi, karena tunarungu mengalami kehilangan fungsi pendengaran,
sehingga menyebabkan kurangnya penerimaan informasi dari lingkungannya.
Somantri (2007, hlm. 95) memandang keterbatasan anak tunarungu memiliki
Dampak terbatasanya ketajaman pendengaran, anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual.
Keterbatasan yang dialami anak tunarungu mengakibatkan dampak yang sangat
signifikan bagi aspek kehidupannya. Informasi yang diperoleh melalui
pendengarannya sangat terbatas sehingga anak tunarungu lebih memanfaatkan
pada aspek visualnya.
Anak tunarungu tidak pernah atau sedikit sekali mendapatkan umpan balik
mengontrol suara dan ucapannya sendiri melalui pendengarannya. Umpan balik
yang mereka peroleh untuk mengontrol bicaranya hanya diperoleh secara visual,
gerak, dan sisa pendengarannya. Kemampuan visual, gerak dan sisa
pendengannya dapat dimanfaatkan untuk mengotimalkan kemampuannya dalam
berkomunikasi.
Salah satu cara mendapatkan informasi secara visual bagi anak tunarungu
dengan cara membaca. Kemampuan membaca tidak hanya sebatas membaca
tulisan dan menyebutkan kata-kata verbal, namun terdapat informasi yang
terkandung dalam tulisan tersebut kedalam proses kognitif anak. Sebagaimana
dikemukakan oleh Tarigan (2008, hlm. 7) bahwa: “Membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media/bahasa tulis”.
Kemampuan membaca memiliki tujuan untuk memahami makna bacaan.
Pemahaman dalam membaca dapat terjadi ketika mampu menjawab pertanyaan
yang berkaitan dengan bacaan tersebut secara tersirat maupun tersurat. Hal
tersebut menjadi suatu kendala bagi anak tunarungu dalam memahami bacaan
karena pengalaman bahasa yang diperoleh anak tunarungu cenderung lebih sedikit
dibandingkan anak pada umumnya.
Somadayo (2011, hlm. 28) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi proses membaca pemahaman, yaitu “lingkungan,
intelektual, psikologis, dan fisiologis”. Faktor tersebut dapat mempengaruhi anak
dalam proses membaca pemahaman agar dapat meningkatkan minat dan motivasi
anak dalam membaca.
Upaya dalam menciptakan minat dan motivasi membaca pada anak tunarungu
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menggunakan media
pembelajaran yang dapat mendukung minat anak untuk membaca. Penggunaan
media visual mempunyai peranan penting bagi proses pembelajaran, khususnya
bagi siswa tunarungu. Media visual adalah media yang melibatkan indera
penglihatan. Arsyad (2002, hlm. 91) mengemukakan bahwa “media visual dapat
memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi)
dan memperkuat ingatan”.
Salah satu bentuk media visual yaitu komik. Komik dapat mengganti kata
verbal dan mengkongkritkan yang abstrak. Selain itu, komik membuat orang
dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung didalamnya dengan jelas,
lebih jelas daripada yang diungkapkan oleh kata-kata. Sudjana dan Rivai (2009,
hlm. 69) berpendapat bahwa “komik merupakan bentuk kartun dimana
perwatakan sama membentuk suatu cerita dalam urutan gambar-gambar yang
berhubungan erat dirancang untuk menghibur para pembacanya”. Media komik sangat berkaitan erat dengan komunikasi antar tokoh dengan menggunakan
ilustrasi, kartun, dan animasi. Komik salah satu bentuk media penyampaian pesan
secara visual berupa gambar dan tulisan yang diharapkan dapat mempermudah
anak dalam menerima informasi dan deskripsi bacaan yang hendak disampaikan.
Studi pendahuluan yang dilakukan penulis di SLB-B Sukapura Bandung,
terdapat siswa tunarungu kelas D3 berjumlah 6 orang siswa dengan klasifikasi
tunarungu ringan, sedang, dan berat. Berdasarkan informasi wali kelas D3,
klasifikasi tunarungu ringan, sedang, dan berat memiliki kemampuan yang
berbeda-beda. Peneliti menemukan masalah pada siswa kelas D3 dalam membaca
pemahaman. Secara umum, kemampuan siswa D3 tersebut dalam membaca hanya
sebatas pengucapan kata-kata verbal tanpa memaknai kata demi kata. Artinya
informasi, dan pesan penting yang terdapat pada suatu bacaan belum dipahami
pemahaman anak tunarungu melalui media pembelajaran untuk memudahkan
anak tunarungu dalam membaca pemahaman.
Menyimak permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti secara
sistematis mengenai penggunaan media komik dalam meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman pada siswa tunarungu kelas D3 SDLB-B Sukapura
Bandung. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
penggunaan media komik dalam meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman pada siswa tunarungu. Penggunaan media komik diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa tunarungu dalam membaca pemahaman,
sehingga tujuan pelajaran dalam materi memahami teks bacaan pada mata
pelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada umumnya menjelaskan aspek permasalahan yang
muncul berkaitan dengan variabel yang akan diteliti yaitu variabel terikat. Adapun
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Anak tunarungu memiliki hambatan dalam bahasa yang erat kaitannya
dengan membaca, salah satunya dengan membaca pemahaman. Melalui
observasi yang telah dilakukan, kemampuan siswa dalam membaca hanya
sebatas pengucapan kata-kata verbal tanpa memaknai kata demi kata. Artinya
informasi, dan pesan yang terdapat pada bacaan belum dipahami dengan baik.
2. Kemampuan daya abstraksi anak tunarungu dalam membaca yang kurang
menjadikan anak tunarungu mengalami kesulitan dalam memahami isi
bacaan.
3. Penggunaan media bergambar komunikatif terkadang diabaikan dalam
pembelajaran di sekolah, mengingat informasi belajar anak tunarungu lebih
mengoptimalkan melalui indera visualnya. Salah satu media pembelajaran
bergambar adalah media komik.
4. Kurangnya bimbingan belajar membaca pada siswa setelah proses belajar
mengajar di sekolah, sehingga kemampuan membaca anak hanya dilakukan
C. Batasan Masalah
Batasan masalah diperlukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan
sistematis. Penulis membatasi masalah pada penelitian ini dengan menerapkan
penggunaan media komik dalam meningkatkan membaca pemahaman pada siswa
tunarungu kelas D3 SDLB-B Sukapura Bandung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah penggunaan media
komik dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa
tunarungu kelas D3 SDLB-B Sukapura Bandung?”.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media komik dapat
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa tunarungu kelas D3
SDLB-B Sukapura Bandung.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara jelas
tentang penggunaan media komik terhadap peningkatan kemampuan membaca
pemahaman pada siswa tunarungu. Adapun kegunaan dari penelitian ini,
diantaranya:
a. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini sebagai sebuah karya tulis ilmiah yang mengkaji ilmu
pengetahuan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya untuk
b. Kegunaan Praktis
1) Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dalam membaca
pemahaman. Melalui penggunaan media komik, siswa mampu
menginformasikan isi cerita sehingga penggunaan media komik dapat efektif
dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bagi siswa
tunarungu kelas D3.
2) Bagi Guru
Hasil penelitian ini sebagai suatu rekomendasi bagi guru dalam menggunakan
media pembelajaran yang menarik bagi siswa sebagai upaya meningkatkan
membaca pemahaman.
3) Bagi Lembaga Sekolah
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi lembaga sekolah untuk
meningkatkan pemanfaatan media pembelajaran dalam proses mengajar
khususnya media komik dalam pembelajaran membaca pemahaman.
4) Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi suatu pengetahuan bagi peneliti ketika membuat suatu
karya ilmiah tentang meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada
anak tunarungu. Selain itu, dapat dijadikan suatu pengalaman dalam
mengaplikasikan media komik dalam meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman di SLB B Sukapura Bandung.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Bab I : Berisikan latar belakang masalah yang diteliti, identifikasi penelitian,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
struktur organisasi skripsi.
Bab II : Berisikan deskripsi teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir
dan hipotesis. Deskripsi teori yang dipaparkan diantaranya mengenai
konsep dasar ketunarunguan, konsep dasar membaca pemahaman,
media komik dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman
siswa tunarungu, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan
hipotesis.
Bab III : Metode penelitian berisi tentang metode penelitian yang digunakan,
variabel penelitian (definisi konsep variabel dan definisi operasional
variabel), metode penelitian, populasi, sampel penelitian, serta lokasi
penelitian, pengembangan instrumen penelitian, uji coba instrumen (uji
validitas dan reliabilitas), teknik pengolahan data.
Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hasil pre-test, treatment dan post-test yang diberikan pada siswa. Hasil analisis dan pembahasannya.
Bab V : Simpulan dari hasil penelitian dan saran bagi lembaga serta peneliti
Ketika akan melakukan penelitian terdapat beberapa objek yang akan diteliti.
Objek yang akan diteliti berupa variabel. Ketika melakukan penelitian akan sangat
berhubungan dengan variabel yang akan diteliti. Sugiyono (2010, hlm. 61)
mengemukakan bahwa “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Sehingga dalam suatu penelitian terdapat variabel yang diteliti dan hasilnya dapat
disimpulkan berdasarkan data yang telah diolah.
1. Definisi Konsep Variabel
Terdapat dua konsep variabel berupa variabel bebas dan variabel terikat
dalam penelitian ini. Variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu penggunaan media
komik, sedangkan variabel terikatnya adalah membaca pemahaman. Berikut ini
merupakan definisi konsep variabel dalam penelitian ini.
a. Penggunaan Media Komik
Penggunaan media komik merupakan variabel bebas dalam penelitian ini.
Komik dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Menurut Desmasary, D.
(2012, hlm. 27) mengemukakan bahwa:
Media komik adalah rangkaian cerita bergambar yang dilengkapi dengan tulisan sederhana yang memperjelas sajian gambar, dimana gambar tersebut merupakan media untuk mendeskripsikan cerita sehingga membentuk suatu informasi yang mudah dipahami siswa.
Komik menggambarkan suatu karakter pada tokoh cerita dan memuat isi
cerita berdasarkan gambar keadaan yang sesuai isi cerita. Selain itu komik
memiliki unsur urutan cerita yang memuat cerita yang besar tetapi dapat dipahami
secara singkat sehingga akan memudahkan pembaca dalam memahami isi bacaan.
Sehingga, penggunaan media komik diharapkan dapat menarik minat anak dalam
b. Kemampuan Membaca Pemahaman
Kemampuan membaca pemahaman merupakan variabel terikat dalam
penelitian ini. Membaca dapat dikatakan sebagai proses memperoleh informasi.
Kemampuan membaca adalah mampu memahami pesan yang terkandung dalam
teks sehingga menghasilkan informasi yang didapatkan dari penulis. Smith (dalam
Somadayo, 2012, hlm. 60) memandang bahwa “membaca pemahaman adalah
suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan
informasi baru dengan informasi lama dengan maksud untuk mendapat
pengetahuan baru”. Kegitan ini minimalnya akan melibatkan dua keterampilan dasar membaca, yakni keterampilan visual dan keterampilan kognitif.
Keterampilan visual merupakan keterampilan membaca lambang-lambang bahasa
tulis dalam teks dan keterampilan kognitif merupakan kemampuan memaknai
informasi dan pesan yang terdapat dalam teks tersebut. Kedua keterampilan akan
berperan secara timbal balik selama seseorang melakukan kegiatan membaca
pemahaman.
Membaca pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memahami
isi bacaan dibatasi oleh beberapa indikator dengan menyebutkan judul cerita,
peristiwa yang terjadi sesuai fakta, tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta, dan
pesan yang terkandung dalam suatu cerita. Berdasarkan pernyataan diatas,
penelitian ini berupaya untuk meningkatkan membaca pemahaman dengan
menggunakan media komik.
2. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat atau
variabel penyebab yang mempengaruhi objek yang diteliti. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah penggunaan media komik. Penggunaan media komik
diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman karena
komik berisi tentang rangkaian alur cerita dengan menggunakan gambar yang
berwarna disertakan percakapan dan kalimat yang sesuai dengan cerita, sehingga
dapat menarik minat siswa dalam memahami dan membaca isi cerita. Terdapat
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media komik diantaranya
sebagai berikut.
1) Komik ditunjukan pada siswa.
2) Siswa membaca judul yang tercantum pada cover komik. Terdapat tiga judul komik yang digunakan dalam penelitian ini, komik pertama berjudul “Paket
dari Kakek”, yang diadaptasi dari komik anak islami karya Lukis Cindera Wiwitan. Cerita kedua berjudul “Jatuh dari Sepeda”, yang didaptasi dari buku
Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas 3 ditulis oleh Umri Nur’aini dan Indriyani. Cerita ketiga berjudul “Kado dari Nenek”, yang diadaptasi dari
buku cerita bergambar yang disusun oleh Yulianti S, M. Pd diterbitkan oleh
PT. Mandira.
3) Siswa menyimak penjelasan mengenai pengenalan tokoh yang terdapat pada
cerita.
4) Siswa membaca isi komik dari setiap balon kalimat yang terdapat pada
halaman pertama dan seterusnya serta menyimak urutan gambar yang
menceritakan isi cerita secara sistematis.
5) Siswa dan guru bertanya jawab mengenai judul cerita, peristiwa yang terjadi
sesuai fakta, tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta, dan pesan yang
terkandung dalam suatu cerita.
6) Siswa melakukan evaluasi berupa soal pilihan ganda yang sesuai dengan
judul cerita yang disampaikan pada komik.
Penggunaan media komik dalam penelitian ini telah disesuaikan dengan
kondisi anak tunarungu yang pada dasarnya memiliki minat membaca yang
kurang sehingga kalimat yang terdapat dalam komik tidak terlalu panjang. Selain
itu, isi cerita tersebut terwakilkan dengan adegan cerita yang divisualisasikan
melalui gambar yang berwarna sehingga diharapkan dapat memudakan anak
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang mengalami perubahan dari pengaruh
variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan membaca
pemahaman. Kemampuan membaca pemahaman pada penelitian ini dibatasi oleh
beberapa indikator sebagai berikut.
1) Menyebutkan judul cerita.
2) Menjelaskan peristiwa sesuai fakta.
3) Menyebutkan tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta.
4) Menyebutkan pesan yang terkandung dalam suatu cerita.
Berdasarkan pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa penelitian ini
memiliki tujuan dalam mengupayakan penggunaan media komik dalam
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu kelas D3
dengan menunjukkan kemampuannya dalam menyebutkan judul, peristiwa yang
terjadi sesuai fakta, tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta, dan pesan yang
terkandung dalam suatu cerita.
B. Metode Penelitian
Suatu penelitian tidak terlepas dari suatu masalah. Memecahkan masalah
dalam suatu penelitian dibutuhkan metode penelitian. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Menurut Ali
(2010, hlm. 84) mengemukakan bahwa :
Eksperimen adalah riset yang dilaksanakan melalui eksperimentasi atau percobaan. Eksperimentasi menunjukkan kepada suatu upaya sengaja dalam memodifikasi kondisi yang menentukan munculnya suatu peristiwa, serta pengamatan dan interpretasi perubahan-perubahan yang terjadi pada peristiwa itu yang dilakukan secara terkontrol.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman dengan menggunakan media komik yang ditujukan kepada anak
tunarungu kelas D3. Metode eksperimen dapat berguna untuk menguji pengaruh
setiap peristiwa yang muncul diamati serta di kontrol secermat mungkin sehingga
dapat diketahui perubahannya.
1. Desain Penelitian
Desain metode eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah
kelompok tunggal dengan pretes dan postes atau one-group pre-test post-test
design. Sugiyono (2010, hlm. 111) mengemukakan bahwa:
Desain ini biasanya digunakan dalam pre-eksperimen, yang pelaksanaannya dilakukan dengan memilih secara random satu kelompok, dan terhadap kelompok itu diberikan tes awal sebelum diberikan perlakuan atau pretes (O1), kemudian kelompok itu diberi perlakuan (X), dan pasca pemberian perlakuan dilakukan postes (O2).
Berikut ini merupakan desain eksperimen pre-test dan post-test:
(Sugiyono, 2010 hlm. 111)
Terdapat langkah langkah dalam menggunakan desain kelompok tunggal dengan
pre-test dan post-test menurut Ali, M (2010, hlm. 93) sebagai berikut. a. Memilih secara random sekelompok subjek untuk dijadikan sampel. b. Mengadakan pretes (O1).
c. Memberikan perlakuan (X).
d. Mengadakan postes (O2) setelah pemberian perlakuan.
e. Menganalisis data dengan menggunakan metode statistika yang sesuai. f. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.
Desain eksperimen kelompok tunggal dengan pre-test dan post-test ini diharapkan dapat menghasilkan perlakuan yang lebih akurat. Sejalan dengan
pendapat Sugiyono (2010, hlm. 74) bahwa “Dengan demikian hasil perlakuan
dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan”. Desain ini dapat di laksanakan dengan uraian dalam
prosedur penelitian dibawah ini.
2. Prosedur Penelitian
Uraian prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut.
a. Pre-test (O1)
Prosedur penelitian ini diawali dengan pengukuran variabel terikat yaitu
membaca pemahaman. Pengukuran variabel terikat ini dilakukan sebanyak 3 kali
sesi. Alat yang digunakan untuk mengukur variabel terikat ini dalam bentuk tes
tulis berupa soal pilihan ganda sebanyak 25 soal dilengkapi dengan teks bacaan.
Soal tersebut mengacu kepada indikator membaca pemahaman diantaranya
menyebutkan judul cerita, menjelaskan peristiwa sesuai fakta, menyebutkan
tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta, menyebutkan pesan yang terkandung
dalam suatu cerita.
b. Perlakuan (X)
Setelah mengetahui kemampuan awal siswa, dilakukan tahap perlakuan
terhadap membaca pemahaman dengan menggunakan media komik yang
dilakukan sebanyak 6 kali sesi. Setiap sesinya akan dicatat berdasarkan hasil
kemampuan siswa berupa jawaban benar yang akan dihitung skor pada setiap
sesinya.
c. Post-tes (O2)
Tahap ini merupakan pengulangan kondisi pre-test sebagai evaluasi dari perlakuan (X) berupa media komik yang telah diberikan. Pada tahap ini dilakukan
sebanyak 3 kali sesi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan yang
dicapai setelah diberikannya perlakuan media komik dalam meningkatkan
membaca pemahaman.
C. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan jumlah dan karakteristik yang dimiliki
subjek penelitian. Sugiyono (2010, hlm. 117) mengemukakan bahwa “Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek subjek yang mempunyai
dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
tunarungu kelas D3 SDLB-B Sukapura Bandung.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian subjek yang diambil dari populasi. Menurut Sugiyono
(2003, hlm 56) mengemukakan bahwa “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Jika populasi besar maka dapat
digunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sehingga sampel yang
diambil dalam suatu penelitian harus bersifat representatif (mewakili).
Terdapat beberapa teknik dalam menentukan sampel pada suatu penelitian.
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling. “Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel” Sugiyono (2003, hlm 60). Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Peneliti menggunakan sampling jenuh karena
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel karena populasinya relatif
kecil.
Sampel pada penelitian ini yaitu anak tunarungu kelas D3 yang berjumlah 6
siswa, berikut adalah data siswa kelas D3.
Tabel 3.1
Sampel Penelitian
No. Nama Kelas
1 DN D3
2 DL D3
3 MY D3
4 SH D3
5 TM D3
6 TS D3
Pertimbangan sampel di atas, didasarkan pada kemampuan anak dalam
di kelas D3 kemampuan siswa dalam membaca pemahaman masih menunjukkan
hasil yang rendah, sehingga penelitian ini berupaya untuk meningkatkan membaca
pemahaman pada siswa kelas D3 SDLB-B Sukapura Bandung.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB B Sukapura, yang beralamat di Jalan Kiara
Condong Nomor 04 Bandung 40285 Jawa Barat Telp. (022) 7334520.
Pertimbangan memilih lokasi penelitian di SLB-B Sukapura, karena masalah
kemampuan anak dalam membaca hanya sebatas membaca kata-kata verbal
sehingga belum memahami informasi yang terdapat pada bacaan. Untuk itu,
penelitian ini dilaksanakan di SLB-B Sukapura Bandung kelas D3 yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.
D. Pengembangan Instrumen Penelitian
Mengetahui meningkat atau tidaknya suatu penelitian, maka diperlukan suatu
pengukuran. Dalam melakukan pengukuran tentu saja diperlukan suatu alat ukur
untuk mengukur penelitian tersebut. Alat ukur yang biasa digunakan dalam
penelitian dapat disebut dengan instrumen. Sugiyono (2010, hlm. 102)
mengemukakan bahwa “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.
Instrumen penelitian ini mengacu kepada aspek yang dikemukakan oleh
Abidin (2012, hlm. 60) untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna yang
terkandung dalam sebuah bacaan, sehingga dapat dikembangkan menjadi sebuah
indikator. Indikator dalam intrumen penelitian ini meliputi menyebutkan judul
cerita, menjelaskan peristiwa sesuai fakta, menyebutkan tempat berlangsungnya
cerita sesuai fakta, menyebutkan pesan yang terkandung dalam suatu cerita.
Selain itu, penyusunan instrumen ini mengacu pada Kurikulum Pendidikan dalam
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu
SDLB-B. Pengembangan instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini berupa kisi-kisi, instrumen, butir tes, rencana pelaksanaan pembelajaran
1. Kisi-kisi
Pembuatan kisi-kisi disesuaikan juga dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Kisi-kisi digunakan untuk memudahkan peneliti dalam pembuatan
tes. Tes yang di buat berupa soal tentang membaca pemahaman yang sesuai
dengan teks bacaan. (Kisi-kisi instrumen pada penelitian ini dapat dilihat dalam
lampiran 1).
2. Instrumen
Instrumen penelitian dibuat berdasarkan pengembangan dari indikator yang
telah ditentukan. Instrumen bertujuan untuk mengukur tingkat validitas dan
reliabilitas dari butir soal yang telah dibuat. Untuk mengukur tingkat validitas,
maka dilakukan expert judgement yang dilakukan oleh ahli, sedangkan mengukur tingkat reliabilitas dilakukan oleh subjek lain yang memiliki hambatan yang sama
untuk menguji soal yang akan digunakan. (Instrumen penelitian dapat dilihat
dalam lampiran 1)
3. Butir Soal
Tes diberikan kepada siswa untuk mengetahui hasil belajar khususnya pada
materi membaca pemahaman. Pada penelitian ini butir soal yang diberikan berupa
tes tulis dengan bentuk pilihan ganda sebanyak 25 butir soal. Butir soal tersebut
terdiri dari 5 soal pada cerita “Paket dari Kakek” (cerita 1) , 10 soal pada cerita “Jatuh dari Sepeda” (cerita 2), dan 10 soal pada cerita “Kado dari Nenek” (cerita
3).
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat berdasarkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SDLB-B Tunarungu
tahun 2006. Rencana pelaksanaan pembelajaran digunakan sebagai pedoman
dalam melaksanakan perlakuan terhadap beberapa sampel siswa. Penggunaan
rencana pelaksanaan pembelajaran juga dimaksudkan agar kegiatan pada tahap
perlakuan berjalan sistematis. (Rencana pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat
5. Kriteria Penilaian
Kriteria penilaian dibuat untuk menetapkan sekor untuk setiap soal yang
diberikan, sehingga dapat diketahui nilai hasil belajar siswa. Setiap butir soal
dengan jawaban benar akan berikan skor 1, sedangkan untuk soal dengan jawaban
salah akan diberikan skor 0. Skor maksimal pada dalam instrumen ini adalah 25.
Penilaian digunakan untuk mendapatkan skor pada tahap pre-test dan post-test.
E. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen penelitian dilakukan agar mendapatkan kualitas instrumen
yang baik, sehingga instrumen sebaiknya diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba
instrumen yang dilakukan adalah uji validitas dan uji reliabilitas instrumen.
Pelakasanaan uji coba instrumen ini diakukan untuk anak kelas 3 SDLB-B di SLB
N Taruna Mandiri Kuningan.
1. Uji Validitas
Validitas dilakukan untuk menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen.
Validitas dalam pengukuran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas
berkaitan dengan kriteria, dan validitas konstruk. Validitas yang digunakan dalam
pengukuran ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi adalah validitas yang mengecek kecocokan diantara butir-butir tes yang dibuat dengan indikator,
materi, atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Suatu tes dikatakan
memiliki validitas isi, bila butir-butir yang disusun sesuai dengan materi-materi
pelajaran dan indikator yang telah ditetapkan.
Pengujian instrumen diujicobakan dilakukan dengan “analisis rasional atau
lewat profesional judgment” Azwar (dalam Susetyo 2011, hlm. 89) yaitu mengadakan diskusi atau penilaian para ahli dalam bidang tertentu. Experts judgement bertujuan untuk membuktikan layak atau tidaknya instrumen yang
digunakan pada sampel. Proses experts judgement ini melibatkan lima orang ahli, yaitu dua dosen jurusan Pendidikan Khusus dan tiga guru. Adapun nama penilai
Tabel 3.2
Daftar Penilai Ekspert Judgement
No Nama Jabatan Instansi
1 Dr. H. Endang Rochyadi, M. Pd Dosen PLB UPI
2 Dr. Endang Rusyani, M.Pd Dosen PLB UPI
3 Nani Fitriani, S.Pd Wali Kelas D3
SDLB-B Sukapura SLB-B Sukapura
4 H. Dikdik D. Koswara, S. Pd Guru SLB-B Sukapura SLB-B Sukapura
5 Siska Sugiarti, S.Pd Guru SLB B Sukapura SLB-B Sukapura
Menentukan instrumen valid atau tidak, maka dapat ditentukan
perhitungannya. Butir tes dinyatakan valid jika kecocokannya dengan indikator
menjacap lebih dari 50% dengan perhitungan rumus validitas sebagai berikut.
Keterangan : P : Presentase
f : Frekuensi cocok menurut penilai
∑f : Jumlah penilai ahli
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas melalui expert judgement oleh para ahli dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian yang telah dibuat dikatakan
valid 100%, maka instrumen tersebut layak untuk digunakan untuk keperluan
penelitian. (Perhitungan validitas dapat dilihat pada lampiran 2).
2. Uji Reliabilitas
Setelah instrumen dinyatakan layak untuk di uji cobakan melalui uji validitas,
maka langkah selanjutnya yaitu uji reliabilitas. Suatu perangkat ukur yang dapat
dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama
jika dilakukan pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian
dinamakan dengan reliabel. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf kepercayaan
Sebuah tes dapat dikatakan reliabel tetapi tidak valid sebaliknya jika sebuah
tes valid sudah pasti reliabel. Untuk mengetahui instrumen dikatakan reliabel,
maka dilakukan uji reliabilitas instrumen. Reliabilitas instrumen dilakukan pada
siswa yang memiliki hambatan yang sama dalam kemampuan membaca
pemahaman.
Pengujian reliabilitas pada instrumen penelitian ini menggunakan perhitungan
reliabilitas rulon, karena skor butir soal yang digunakan dikotomi. Rumus yang
digunakan adalah:
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Tes
= Varian beda
d = difference yaitu perbedaan antara skor belahan pertama (awal)
dengan skor kedua (akhir)
= varian total yaitu varians skor total
Uji reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan pada 6 sampel siswa
tunarungu kelas 3 di SLB N Taruna Mandiri Kuningan. Peneliti menggunakan
reliabilitas konsistensi internal karena dilakukan satu kali pengukuran pada
sampel. Diketahui bahwa hasil uji relibilitas pada instrumen penelitian dengan
materi judul cerita, memahami peristiwa yang terjadi sesuai fakta, menyebutkan
tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta, dan menyebutkan pesan yang
terkandung dalam suatu cerita menggunakan tiga teks cerita mendapatkan hasil
hitungan 0,72. Hasil tersebut menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas tergolong
cukup tinggi, sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel. (Perhitungan
reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 2)
F. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan tahap setelah mempeloleh data pelaksanaan
penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara sistematis agar memperoleh
menghasilkan data. Setelah data terkumpul, data dianalisis dengan statistik
nonparametris melalui uji wilcoxon. Uji wilcoxon digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan dengan data yang berbentuk
ordinal. Pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Memberikan pengarahan kepada subjek penelitian atau siswa.
2. Memeberikan tes dan mengkoreksi hasil tes siswa.
3. Memberikan skor data pretest dan postest membaca pemahaman.
4. Membuat tabel perhitungan skor pretest dan postest.
5. Menghitung selisih skor pretest dan postest.
6. Menyusun rangking.
7. Membubuhkan tanda (+) untuk selisih sekor positif atau tanda (-) untuk selisih
sekor negatif pada setiap rangking.
8. Menjumlahkan seluruh rangking baik yang bertanda positif maupun negatif
tergantung dimana yang memberi jumlah kecil untuk tanda dihilangkan dan
menulis dengan tanda J maka di peroleh .
9. Membandingkan nilai J yang diperoleh dengan J dari tabel nilai-nilai kritis
untuk uji wilcoxon.
10. Membuat kesimpulan, yaitu:
H1 diterima apabila ≤
H0 ditolak apabila ≥
55
Syarah Aini Fajrin, 2014
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak
tunarungu dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan
menggunakan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran harus
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak tunarungu. Kondisi kehilangan
fungsi pendengaran mengakibatkan anak tunarungu sulit untuk memperoleh
informasi melalui pendengarannya, sehingga dapat dioptimalkan dengan
menggunakan kemampuan selain mendengar, khususnya kemampuan visual.
Membaca merupakan suatu kegiatan yang melibatkan visual berupa
simbol-simbol abstrak yang telah disepakati, dinamakan bahasa. Kemampuan membaca
pada anak tunarungu sering terjadi kesalah pahaman dalam membaca, karena
keterbatasannya dalam memahami bahasa. Terkadang anak hanya mampu
membaca secara verbal saja, namun tidak mengetahui makna yang ia baca.
Penggunaan media sangat berperan penting dalam suatu pembelajaran, khususnya
dalam membaca pemahaman. Penggunaan gambar untuk anak tunarungu
cenderung lebih memahami makna dalam membaca.
Media komik merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman suatu cerita, karena media
komik mengandung unsur rangkaian gambar sesuai dengan cerita yang diangkat
oleh penulis. Unsur rangkaian gambar tersebut akan lebih mudah dicerna oleh
anak tunarungu dalam memahami alur dan makna cerita. Penggunaan media
komik ini dibuat berdasarkan tokoh, alur, tempat dan peristiwa yang terjadi dalam
suatu cerita yang divisualisasikan melalui gambar yang berwarna, sehingga hal
tersebut dapat menarik minat siswa dalam membaca.
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan hipotesis melalui uji
dengan perhitungan uji wilcoxson yang bertujuan untuk menguji perbedaan data skor pre-test dan post-test dengan jumlah sampel yang diteliti. Hasil hitung dari
ternyata menunjukkan > , yaitu 21 > 0, maka ditolak dan
diterima. Berdasarkan data skor sampel penelitian menunjukkan adanya
peningkatan setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan media komik.
Masing-masing sampel mengalami peningkatan dalam 1) judul cerita, 2)
memahami peristiwa yang terjadi sesuai fakta, 3) menyebutkan tempat
berlangsungnya cerita sesuai fakta, dan 4) menyebutkan pesan yang terkandung
dalam suatu cerita, sehingga media komik ini dapat digunakan dalam membaca
pemahaman pada anak tunarungu.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal
yang perlu disampaikan kepada berbagai pihak terkait mengenai tindak lanjut dari
hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Kepada Pihak Sekolah
Peranan media komik dapat menciptkan minat siswa dalam membaca.
Keberadaan komik pada saat ini sangat beragam, karena terdapat berbagai
macam komik untuk anak hingga dewasa. Melalui penggunaan media
komik ini pihak sekolah disarankan menyedikan media komik untuk
menunjang pembelajaran anak, khususnya media komik yang mendidik dan
sesuai dengan usia anak.
2. Kepada Pihak Guru
Kegiatan pembelajaran di kelas dirasa efektif apabila guru dapat menciptkan
suatu kondisi belajar yang menyenangkan. Peran seorang guru sangat
berpengaruh dalam proses pembelajaran. Melalui bimbingan guru,
penggunaan media komik yang dapat menumbuhkan minat anak dalam
membaca. Selain untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman,
Syarah Aini Fajrin, 2014
siswa tunarungu dengan menggunakan media komik, sehingga siswa dapat
memahami berbagai macam ekspresi yang dialami tokoh cerita.
3. Kepada Pihak Orangtua
Orangtua dapat melatih kemampuan membaca anak setelah pembelajaran di
sekolah selesai, agar kemampuan membaca anak selalu terlatih setiap hari.
Kemampuan membaca pada anak tunarungu sebaiknya dilatih sejak dini,
karena hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi anak untuk
kesiapan pendidikan yang lebih lanjut. Selain itu, orangtua pun dapat
memilih jenis komik yang sesuai dengan umur anak, dan lebih dibimbing ke
arah membaca dan pemahaman dalam membaca tersebut sehingga anak
terbiasa dengan membaca dan memaknai bacaan.
4. Kepada Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian menggunakan
media komik dapat membahas kajian yang lebih inovatif lagi. Penggunaan
media komik dapat dipadukan dengan mata pelajaran sains pada siswa
tunarungu, sehingga akan terlihat lebih menarik dan menyenangkan jika
Ali, M. (2010). Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.
Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Aulia, R. (2012). Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak
Tunarungu. [online]. Tersedia:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=24434&val=1496&title =MENINGKATKAN%20KEMAMPUAN%20MEMBACA%20PEMAHA MAN%20%20PADA%20ANAK%20TUNARUNGU. Diakses 07 Juli 2014
Bunawan, L dan Yuwati, C.S. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Santi Rama
Desmasary, D. (2012). Penggunaan Media Komik Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunagrahita Ringan Kelas D6 di SLB Pambudi Dharma II Cimahi. Skripsi pada FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Dwidjosumarto, A. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Depdikbud
Efendi, M. (2005). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkebutuhan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Hallahan, D. P., Kauffman, J. M., dan Pullen, P.C. (2012). Exceptional Learners. New Jersey: Pearson Education
McCloud, S. (2008). Reinventing Comis Mencipta Ulang Komik. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
Natawidjaya, R., dan Alimin, Z. (1996). Penelitian Bagi Guru Pendidikan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Nura’aini, U., dan Indriyani. (2008). Bahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar Kelas III. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Nora Tri, S. (2012). Penerapan Metode Mind Map Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Tunarungu Kelas 3 Di SLB
http://eprints.uny.ac.id/9894/3/BAB%202%20-%2008103244025.pdf. Diakses 18 Agustus 2014
Rahim, F. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Ranang, AS., Bannendar, H., Asmoro, NP. (2010). Animasi Kartun Analog Sampai Digital. Jakarta: PT. Indeks
Rohani, A. (1997). Media Intruksional Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Somad, P. (2009). Definisi Ketunarunguan. [online]. Tersedia:
http://permanariansomad.blogspot.com/2009/11/definisi-ketunarunguan.html?m=1. Diakses 05 Agustus 2014
Somad, P. (2008). Definisi dan Klasifikasi Anak Tunarungu. [online]. Tersedia:
http://permanarian16.blogspot.com/2008/04/definisi-dan-klasifikasi-tunarungu.html. Diakses 05 Agustus 2014
Somad, P., Casmini, M., Pujiasri. (2008). Modul Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Tidak diterbitkan
Somadayo, S. (2011). Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta; Graha Ilmu
Somantri, T.S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjana, N., dan Rivai, A. (2009). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: C.V Alfabeta
Sugiyono. (2003). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: C.V Alfabeta
Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: CV Cakra
Tarigan, H.G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa