• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS D3 SDLB-B SUKAPURA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS D3 SDLB-B SUKAPURA BANDUNG."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA

TUNARUNGU KELAS D3 SDLB-B SUKAPURA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh

Syarah Aini Fajrin 1001446

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS D3 SDLB-B SUKAPURA BANDUNG

Oleh Syarah Aini Fajrin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Syarah Aini Fajrin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang – undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian,

(3)

1001446

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA TUNARUNGU

KELAS D3 SDLB-B SUKAPURA BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd. NIP. 19630208 198703 2 001

Pembimbing II

Dr. H. Dudi Gunawan, M.Pd NIP. 19621121 198403 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

(4)

vi

Syarah Aini Fajrin, 2014

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Ketunarunguan... 8

1. Pengertian Tunarungu ... 8

2. Klasifikasi Anak Tunarungu ... 9

3. Dampak Ketunarunguan ... 11

B. Konsep Dasar Membaca Pemahaman ... 16

1. Pengertian Membaca Pemahaman ... 16

2. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu .... 21

C. Media Pembelajaran ... 23

D. Komik Sebagai Media Pembelajaran ... 24

E. Penggunaan Media Komik Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Tunarungu ... 26

(5)

vii

A. Variabel Penelitian ... 30

1. Definisi Konsep Variabel ... 30

2. Definisi Operasional Variabel ... 31

B. Metode Penelitian... …… 33

1. Desain Penelitian ... 34

2. Prosedur Penelitian ... 35

C. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian ... …… 35

1. Populasi Penelitian ... 35

2. Sampel Penelitian ... 36

3. Lokasi Penelitian ... 37

D. Pengembangan Instrumen Penelitian ... …… 37

E. Uji Coba Instrumen ... …… 39

1. Uji Validitas ... 39

2. Uji Reliabilitas ... 40

F. Teknik Pengolahan Data ... …… 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Deskripsi Data Penelitian ... 43

2. Pengujian Hipotesis ... 48

B. Pembahasan ... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 55

A.Simpulan ... 55

B. Saran ... 56

(6)

i

Syarah Aini Fajrin, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA TUNARUNGU

KELAS D3 SDLB-B SUKAPURA BANDUNG

Syarah Aini Fajrin 1001446

Anak tunarungu mengalami kehilangan fungsi pendengaran karena terjadi kerusakan pada organ pendengarannya. Hal tersebut mengakibatkan anak tunarungu mengalami hambatan berbahasa, sehingga memiliki kesulitan untuk memahami sesuatu yang bersifat abstrak, khususnya dalam pembelajaran membaca. Kemampuan anak tunarungu dalam membaca pemahaman masih menunjukkan hasil yang rendah, karena ketika anak membaca hanya mengucapkan kata-kata verbal saja tanpa memahami makna yang ia baca. Upaya yang dilakukan peneliti dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan media komik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media komik dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa tunarungu kelas D3 SDLB-B Sukapura Bandung. Pengambilan sampel penelitian dilaksanakan dengan menggunakan teknik

nonprobablility sampling dengan sampel jenuh, artinya jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Jumlah sampel dilakukan pada 6 siswa kelas D3 SDLB-B Sukapura SDLB-Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain one group pre-test post-test. Adapun analisis datanya menggunakan uji wilcoxson. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang peneliti ajukan diterima, artinya adanya pengaruh penggunaan media komik dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa tunarungu, dilihat dari hasil penelitian pada semua sampel yang menunjukkan adanya peningkatan. Hal tersebut terlihat dari ketercapaian dalam indikator meliputi 1) menyebutkan judul cerita, 2) menjelaskan peristiwa yang terjadi sesuai fakta, 3) menyebutkan tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta, 4) menyebutkan pesan yang terkandung dalam suatu cerita. Penggunaan media komik diharapkan dapat dipadukan dengan mata pelajaran sains pada siswa tunarungu, sehingga akan terlihat lebih menarik dan menyenangkan jika siswa dapat belajar sains dengan menggunakan media komik.

(7)

ii

the use of the comic media in improving deaf students reading comprehension at grade D3 SDLB-B Sukapura Bandung. The method used in this research is the design of experimental method with one group pre-test post-test. The analysis of data using Wilcoxson test. The results of this study it can be concluded that the hypothesis that researchers ask accepted, meaning that the effect of the use of the comic medium in improving reading comprehension ability of deaf students, judging from the results of research on all samples that showed an increase. It is seen from the achievement of the indicators include 1) mentioning the title of the story, 2) describes the events that happen fit the facts, 3) mentions the site of the story fit the facts, 4) mentions the messages contained in a story. The use of the comic medium is expected to be integrated with science subjects in deaf students, so it will look more interesting and exciting if students can learn science by using the medium of comics.

(8)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

manusia yang gemar belajar. Proses belajar yang sangat mendasar salah satunya

yaitu membaca. Membaca mempunyai peranan sosial yang penting dalam

kehidupan manusia, karena membaca merupakan salah satu alat komunikasi yang

sangat diperlukan dalam suatu masyarakat.

Hampir semua aspek dalam kehidupan melibatkan kegiatan membaca,

sehingga peran membaca sangat penting bagi kehidupan manusia. Burn dkk.

(dalam Rahim, 2008, hlm. 6) mengemukakan bahwa “kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar”. Setiap kegiatan dalam kehidupan tidak terlepas dari kegiatan membaca, karena kemampuan

membaca merupakan suatu tuntutan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya

dalam kehidupan sehari-hari ketika seseorang akan meminum obat harus

membaca petunjuk yang terdapat pada obat agar obat yang dikonsumsi sesuai

dengan dosis yang ditentukan. Hal tersebut merupakan suatu contoh dalam

kehidupan sehari-hari dalam memperoleh informasi melalui membaca.

Pentingnya membaca tidak dibatasi untuk individu pada umumnya saja.

Individu yang berkebutuhan khusus pun membutuhkan kemampuan membaca,

khususnya tunarungu. Dwidjosumarto (1995, hlm. 27) menyatakan bahwa :

Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks.

Anak tunarungu sering sekali mengalami salah persepsi dalam

berkomunikasi, karena tunarungu mengalami kehilangan fungsi pendengaran,

sehingga menyebabkan kurangnya penerimaan informasi dari lingkungannya.

Somantri (2007, hlm. 95) memandang keterbatasan anak tunarungu memiliki

(9)

Dampak terbatasanya ketajaman pendengaran, anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual.

Keterbatasan yang dialami anak tunarungu mengakibatkan dampak yang sangat

signifikan bagi aspek kehidupannya. Informasi yang diperoleh melalui

pendengarannya sangat terbatas sehingga anak tunarungu lebih memanfaatkan

pada aspek visualnya.

Anak tunarungu tidak pernah atau sedikit sekali mendapatkan umpan balik

mengontrol suara dan ucapannya sendiri melalui pendengarannya. Umpan balik

yang mereka peroleh untuk mengontrol bicaranya hanya diperoleh secara visual,

gerak, dan sisa pendengarannya. Kemampuan visual, gerak dan sisa

pendengannya dapat dimanfaatkan untuk mengotimalkan kemampuannya dalam

berkomunikasi.

Salah satu cara mendapatkan informasi secara visual bagi anak tunarungu

dengan cara membaca. Kemampuan membaca tidak hanya sebatas membaca

tulisan dan menyebutkan kata-kata verbal, namun terdapat informasi yang

terkandung dalam tulisan tersebut kedalam proses kognitif anak. Sebagaimana

dikemukakan oleh Tarigan (2008, hlm. 7) bahwa: “Membaca adalah suatu proses

yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang

hendak disampaikan oleh penulis melalui media/bahasa tulis”.

Kemampuan membaca memiliki tujuan untuk memahami makna bacaan.

Pemahaman dalam membaca dapat terjadi ketika mampu menjawab pertanyaan

yang berkaitan dengan bacaan tersebut secara tersirat maupun tersurat. Hal

tersebut menjadi suatu kendala bagi anak tunarungu dalam memahami bacaan

karena pengalaman bahasa yang diperoleh anak tunarungu cenderung lebih sedikit

dibandingkan anak pada umumnya.

Somadayo (2011, hlm. 28) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi proses membaca pemahaman, yaitu “lingkungan,

intelektual, psikologis, dan fisiologis”. Faktor tersebut dapat mempengaruhi anak

(10)

dalam proses membaca pemahaman agar dapat meningkatkan minat dan motivasi

anak dalam membaca.

Upaya dalam menciptakan minat dan motivasi membaca pada anak tunarungu

dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menggunakan media

pembelajaran yang dapat mendukung minat anak untuk membaca. Penggunaan

media visual mempunyai peranan penting bagi proses pembelajaran, khususnya

bagi siswa tunarungu. Media visual adalah media yang melibatkan indera

penglihatan. Arsyad (2002, hlm. 91) mengemukakan bahwa “media visual dapat

memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi)

dan memperkuat ingatan”.

Salah satu bentuk media visual yaitu komik. Komik dapat mengganti kata

verbal dan mengkongkritkan yang abstrak. Selain itu, komik membuat orang

dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung didalamnya dengan jelas,

lebih jelas daripada yang diungkapkan oleh kata-kata. Sudjana dan Rivai (2009,

hlm. 69) berpendapat bahwa “komik merupakan bentuk kartun dimana

perwatakan sama membentuk suatu cerita dalam urutan gambar-gambar yang

berhubungan erat dirancang untuk menghibur para pembacanya”. Media komik sangat berkaitan erat dengan komunikasi antar tokoh dengan menggunakan

ilustrasi, kartun, dan animasi. Komik salah satu bentuk media penyampaian pesan

secara visual berupa gambar dan tulisan yang diharapkan dapat mempermudah

anak dalam menerima informasi dan deskripsi bacaan yang hendak disampaikan.

Studi pendahuluan yang dilakukan penulis di SLB-B Sukapura Bandung,

terdapat siswa tunarungu kelas D3 berjumlah 6 orang siswa dengan klasifikasi

tunarungu ringan, sedang, dan berat. Berdasarkan informasi wali kelas D3,

klasifikasi tunarungu ringan, sedang, dan berat memiliki kemampuan yang

berbeda-beda. Peneliti menemukan masalah pada siswa kelas D3 dalam membaca

pemahaman. Secara umum, kemampuan siswa D3 tersebut dalam membaca hanya

sebatas pengucapan kata-kata verbal tanpa memaknai kata demi kata. Artinya

informasi, dan pesan penting yang terdapat pada suatu bacaan belum dipahami

(11)

pemahaman anak tunarungu melalui media pembelajaran untuk memudahkan

anak tunarungu dalam membaca pemahaman.

Menyimak permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti secara

sistematis mengenai penggunaan media komik dalam meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman pada siswa tunarungu kelas D3 SDLB-B Sukapura

Bandung. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang

penggunaan media komik dalam meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman pada siswa tunarungu. Penggunaan media komik diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan siswa tunarungu dalam membaca pemahaman,

sehingga tujuan pelajaran dalam materi memahami teks bacaan pada mata

pelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada umumnya menjelaskan aspek permasalahan yang

muncul berkaitan dengan variabel yang akan diteliti yaitu variabel terikat. Adapun

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Anak tunarungu memiliki hambatan dalam bahasa yang erat kaitannya

dengan membaca, salah satunya dengan membaca pemahaman. Melalui

observasi yang telah dilakukan, kemampuan siswa dalam membaca hanya

sebatas pengucapan kata-kata verbal tanpa memaknai kata demi kata. Artinya

informasi, dan pesan yang terdapat pada bacaan belum dipahami dengan baik.

2. Kemampuan daya abstraksi anak tunarungu dalam membaca yang kurang

menjadikan anak tunarungu mengalami kesulitan dalam memahami isi

bacaan.

3. Penggunaan media bergambar komunikatif terkadang diabaikan dalam

pembelajaran di sekolah, mengingat informasi belajar anak tunarungu lebih

mengoptimalkan melalui indera visualnya. Salah satu media pembelajaran

bergambar adalah media komik.

4. Kurangnya bimbingan belajar membaca pada siswa setelah proses belajar

mengajar di sekolah, sehingga kemampuan membaca anak hanya dilakukan

(12)

C. Batasan Masalah

Batasan masalah diperlukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan

sistematis. Penulis membatasi masalah pada penelitian ini dengan menerapkan

penggunaan media komik dalam meningkatkan membaca pemahaman pada siswa

tunarungu kelas D3 SDLB-B Sukapura Bandung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah penggunaan media

komik dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa

tunarungu kelas D3 SDLB-B Sukapura Bandung?”.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media komik dapat

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa tunarungu kelas D3

SDLB-B Sukapura Bandung.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara jelas

tentang penggunaan media komik terhadap peningkatan kemampuan membaca

pemahaman pada siswa tunarungu. Adapun kegunaan dari penelitian ini,

diantaranya:

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini sebagai sebuah karya tulis ilmiah yang mengkaji ilmu

pengetahuan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya untuk

(13)

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dalam membaca

pemahaman. Melalui penggunaan media komik, siswa mampu

menginformasikan isi cerita sehingga penggunaan media komik dapat efektif

dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bagi siswa

tunarungu kelas D3.

2) Bagi Guru

Hasil penelitian ini sebagai suatu rekomendasi bagi guru dalam menggunakan

media pembelajaran yang menarik bagi siswa sebagai upaya meningkatkan

membaca pemahaman.

3) Bagi Lembaga Sekolah

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi lembaga sekolah untuk

meningkatkan pemanfaatan media pembelajaran dalam proses mengajar

khususnya media komik dalam pembelajaran membaca pemahaman.

4) Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi suatu pengetahuan bagi peneliti ketika membuat suatu

karya ilmiah tentang meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada

anak tunarungu. Selain itu, dapat dijadikan suatu pengalaman dalam

mengaplikasikan media komik dalam meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman di SLB B Sukapura Bandung.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I : Berisikan latar belakang masalah yang diteliti, identifikasi penelitian,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

struktur organisasi skripsi.

Bab II : Berisikan deskripsi teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir

dan hipotesis. Deskripsi teori yang dipaparkan diantaranya mengenai

konsep dasar ketunarunguan, konsep dasar membaca pemahaman,

(14)

media komik dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman

siswa tunarungu, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan

hipotesis.

Bab III : Metode penelitian berisi tentang metode penelitian yang digunakan,

variabel penelitian (definisi konsep variabel dan definisi operasional

variabel), metode penelitian, populasi, sampel penelitian, serta lokasi

penelitian, pengembangan instrumen penelitian, uji coba instrumen (uji

validitas dan reliabilitas), teknik pengolahan data.

Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hasil pre-test, treatment dan post-test yang diberikan pada siswa. Hasil analisis dan pembahasannya.

Bab V : Simpulan dari hasil penelitian dan saran bagi lembaga serta peneliti

(15)

Ketika akan melakukan penelitian terdapat beberapa objek yang akan diteliti.

Objek yang akan diteliti berupa variabel. Ketika melakukan penelitian akan sangat

berhubungan dengan variabel yang akan diteliti. Sugiyono (2010, hlm. 61)

mengemukakan bahwa “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Sehingga dalam suatu penelitian terdapat variabel yang diteliti dan hasilnya dapat

disimpulkan berdasarkan data yang telah diolah.

1. Definisi Konsep Variabel

Terdapat dua konsep variabel berupa variabel bebas dan variabel terikat

dalam penelitian ini. Variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu penggunaan media

komik, sedangkan variabel terikatnya adalah membaca pemahaman. Berikut ini

merupakan definisi konsep variabel dalam penelitian ini.

a. Penggunaan Media Komik

Penggunaan media komik merupakan variabel bebas dalam penelitian ini.

Komik dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Menurut Desmasary, D.

(2012, hlm. 27) mengemukakan bahwa:

Media komik adalah rangkaian cerita bergambar yang dilengkapi dengan tulisan sederhana yang memperjelas sajian gambar, dimana gambar tersebut merupakan media untuk mendeskripsikan cerita sehingga membentuk suatu informasi yang mudah dipahami siswa.

Komik menggambarkan suatu karakter pada tokoh cerita dan memuat isi

cerita berdasarkan gambar keadaan yang sesuai isi cerita. Selain itu komik

memiliki unsur urutan cerita yang memuat cerita yang besar tetapi dapat dipahami

secara singkat sehingga akan memudahkan pembaca dalam memahami isi bacaan.

Sehingga, penggunaan media komik diharapkan dapat menarik minat anak dalam

(16)

b. Kemampuan Membaca Pemahaman

Kemampuan membaca pemahaman merupakan variabel terikat dalam

penelitian ini. Membaca dapat dikatakan sebagai proses memperoleh informasi.

Kemampuan membaca adalah mampu memahami pesan yang terkandung dalam

teks sehingga menghasilkan informasi yang didapatkan dari penulis. Smith (dalam

Somadayo, 2012, hlm. 60) memandang bahwa “membaca pemahaman adalah

suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan

informasi baru dengan informasi lama dengan maksud untuk mendapat

pengetahuan baru”. Kegitan ini minimalnya akan melibatkan dua keterampilan dasar membaca, yakni keterampilan visual dan keterampilan kognitif.

Keterampilan visual merupakan keterampilan membaca lambang-lambang bahasa

tulis dalam teks dan keterampilan kognitif merupakan kemampuan memaknai

informasi dan pesan yang terdapat dalam teks tersebut. Kedua keterampilan akan

berperan secara timbal balik selama seseorang melakukan kegiatan membaca

pemahaman.

Membaca pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memahami

isi bacaan dibatasi oleh beberapa indikator dengan menyebutkan judul cerita,

peristiwa yang terjadi sesuai fakta, tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta, dan

pesan yang terkandung dalam suatu cerita. Berdasarkan pernyataan diatas,

penelitian ini berupaya untuk meningkatkan membaca pemahaman dengan

menggunakan media komik.

2. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat.

a. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat atau

variabel penyebab yang mempengaruhi objek yang diteliti. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah penggunaan media komik. Penggunaan media komik

diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman karena

(17)

komik berisi tentang rangkaian alur cerita dengan menggunakan gambar yang

berwarna disertakan percakapan dan kalimat yang sesuai dengan cerita, sehingga

dapat menarik minat siswa dalam memahami dan membaca isi cerita. Terdapat

langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media komik diantaranya

sebagai berikut.

1) Komik ditunjukan pada siswa.

2) Siswa membaca judul yang tercantum pada cover komik. Terdapat tiga judul komik yang digunakan dalam penelitian ini, komik pertama berjudul “Paket

dari Kakek”, yang diadaptasi dari komik anak islami karya Lukis Cindera Wiwitan. Cerita kedua berjudul “Jatuh dari Sepeda”, yang didaptasi dari buku

Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas 3 ditulis oleh Umri Nur’aini dan Indriyani. Cerita ketiga berjudul “Kado dari Nenek”, yang diadaptasi dari

buku cerita bergambar yang disusun oleh Yulianti S, M. Pd diterbitkan oleh

PT. Mandira.

3) Siswa menyimak penjelasan mengenai pengenalan tokoh yang terdapat pada

cerita.

4) Siswa membaca isi komik dari setiap balon kalimat yang terdapat pada

halaman pertama dan seterusnya serta menyimak urutan gambar yang

menceritakan isi cerita secara sistematis.

5) Siswa dan guru bertanya jawab mengenai judul cerita, peristiwa yang terjadi

sesuai fakta, tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta, dan pesan yang

terkandung dalam suatu cerita.

6) Siswa melakukan evaluasi berupa soal pilihan ganda yang sesuai dengan

judul cerita yang disampaikan pada komik.

Penggunaan media komik dalam penelitian ini telah disesuaikan dengan

kondisi anak tunarungu yang pada dasarnya memiliki minat membaca yang

kurang sehingga kalimat yang terdapat dalam komik tidak terlalu panjang. Selain

itu, isi cerita tersebut terwakilkan dengan adegan cerita yang divisualisasikan

melalui gambar yang berwarna sehingga diharapkan dapat memudakan anak

(18)

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang mengalami perubahan dari pengaruh

variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan membaca

pemahaman. Kemampuan membaca pemahaman pada penelitian ini dibatasi oleh

beberapa indikator sebagai berikut.

1) Menyebutkan judul cerita.

2) Menjelaskan peristiwa sesuai fakta.

3) Menyebutkan tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta.

4) Menyebutkan pesan yang terkandung dalam suatu cerita.

Berdasarkan pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa penelitian ini

memiliki tujuan dalam mengupayakan penggunaan media komik dalam

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu kelas D3

dengan menunjukkan kemampuannya dalam menyebutkan judul, peristiwa yang

terjadi sesuai fakta, tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta, dan pesan yang

terkandung dalam suatu cerita.

B. Metode Penelitian

Suatu penelitian tidak terlepas dari suatu masalah. Memecahkan masalah

dalam suatu penelitian dibutuhkan metode penelitian. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Menurut Ali

(2010, hlm. 84) mengemukakan bahwa :

Eksperimen adalah riset yang dilaksanakan melalui eksperimentasi atau percobaan. Eksperimentasi menunjukkan kepada suatu upaya sengaja dalam memodifikasi kondisi yang menentukan munculnya suatu peristiwa, serta pengamatan dan interpretasi perubahan-perubahan yang terjadi pada peristiwa itu yang dilakukan secara terkontrol.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman dengan menggunakan media komik yang ditujukan kepada anak

tunarungu kelas D3. Metode eksperimen dapat berguna untuk menguji pengaruh

(19)

setiap peristiwa yang muncul diamati serta di kontrol secermat mungkin sehingga

dapat diketahui perubahannya.

1. Desain Penelitian

Desain metode eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah

kelompok tunggal dengan pretes dan postes atau one-group pre-test post-test

design. Sugiyono (2010, hlm. 111) mengemukakan bahwa:

Desain ini biasanya digunakan dalam pre-eksperimen, yang pelaksanaannya dilakukan dengan memilih secara random satu kelompok, dan terhadap kelompok itu diberikan tes awal sebelum diberikan perlakuan atau pretes (O1), kemudian kelompok itu diberi perlakuan (X), dan pasca pemberian perlakuan dilakukan postes (O2).

Berikut ini merupakan desain eksperimen pre-test dan post-test:

(Sugiyono, 2010 hlm. 111)

Terdapat langkah langkah dalam menggunakan desain kelompok tunggal dengan

pre-test dan post-test menurut Ali, M (2010, hlm. 93) sebagai berikut. a. Memilih secara random sekelompok subjek untuk dijadikan sampel. b. Mengadakan pretes (O1).

c. Memberikan perlakuan (X).

d. Mengadakan postes (O2) setelah pemberian perlakuan.

e. Menganalisis data dengan menggunakan metode statistika yang sesuai. f. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.

Desain eksperimen kelompok tunggal dengan pre-test dan post-test ini diharapkan dapat menghasilkan perlakuan yang lebih akurat. Sejalan dengan

pendapat Sugiyono (2010, hlm. 74) bahwa “Dengan demikian hasil perlakuan

dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan

sebelum diberi perlakuan”. Desain ini dapat di laksanakan dengan uraian dalam

prosedur penelitian dibawah ini.

(20)

2. Prosedur Penelitian

Uraian prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut.

a. Pre-test (O1)

Prosedur penelitian ini diawali dengan pengukuran variabel terikat yaitu

membaca pemahaman. Pengukuran variabel terikat ini dilakukan sebanyak 3 kali

sesi. Alat yang digunakan untuk mengukur variabel terikat ini dalam bentuk tes

tulis berupa soal pilihan ganda sebanyak 25 soal dilengkapi dengan teks bacaan.

Soal tersebut mengacu kepada indikator membaca pemahaman diantaranya

menyebutkan judul cerita, menjelaskan peristiwa sesuai fakta, menyebutkan

tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta, menyebutkan pesan yang terkandung

dalam suatu cerita.

b. Perlakuan (X)

Setelah mengetahui kemampuan awal siswa, dilakukan tahap perlakuan

terhadap membaca pemahaman dengan menggunakan media komik yang

dilakukan sebanyak 6 kali sesi. Setiap sesinya akan dicatat berdasarkan hasil

kemampuan siswa berupa jawaban benar yang akan dihitung skor pada setiap

sesinya.

c. Post-tes (O2)

Tahap ini merupakan pengulangan kondisi pre-test sebagai evaluasi dari perlakuan (X) berupa media komik yang telah diberikan. Pada tahap ini dilakukan

sebanyak 3 kali sesi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan yang

dicapai setelah diberikannya perlakuan media komik dalam meningkatkan

membaca pemahaman.

C. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan jumlah dan karakteristik yang dimiliki

subjek penelitian. Sugiyono (2010, hlm. 117) mengemukakan bahwa “Populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek subjek yang mempunyai

(21)

dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

tunarungu kelas D3 SDLB-B Sukapura Bandung.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian subjek yang diambil dari populasi. Menurut Sugiyono

(2003, hlm 56) mengemukakan bahwa “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Jika populasi besar maka dapat

digunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sehingga sampel yang

diambil dalam suatu penelitian harus bersifat representatif (mewakili).

Terdapat beberapa teknik dalam menentukan sampel pada suatu penelitian.

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling. “Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel” Sugiyono (2003, hlm 60). Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Peneliti menggunakan sampling jenuh karena

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel karena populasinya relatif

kecil.

Sampel pada penelitian ini yaitu anak tunarungu kelas D3 yang berjumlah 6

siswa, berikut adalah data siswa kelas D3.

Tabel 3.1

Sampel Penelitian

No. Nama Kelas

1 DN D3

2 DL D3

3 MY D3

4 SH D3

5 TM D3

6 TS D3

Pertimbangan sampel di atas, didasarkan pada kemampuan anak dalam

(22)

di kelas D3 kemampuan siswa dalam membaca pemahaman masih menunjukkan

hasil yang rendah, sehingga penelitian ini berupaya untuk meningkatkan membaca

pemahaman pada siswa kelas D3 SDLB-B Sukapura Bandung.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB B Sukapura, yang beralamat di Jalan Kiara

Condong Nomor 04 Bandung 40285 Jawa Barat Telp. (022) 7334520.

Pertimbangan memilih lokasi penelitian di SLB-B Sukapura, karena masalah

kemampuan anak dalam membaca hanya sebatas membaca kata-kata verbal

sehingga belum memahami informasi yang terdapat pada bacaan. Untuk itu,

penelitian ini dilaksanakan di SLB-B Sukapura Bandung kelas D3 yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Mengetahui meningkat atau tidaknya suatu penelitian, maka diperlukan suatu

pengukuran. Dalam melakukan pengukuran tentu saja diperlukan suatu alat ukur

untuk mengukur penelitian tersebut. Alat ukur yang biasa digunakan dalam

penelitian dapat disebut dengan instrumen. Sugiyono (2010, hlm. 102)

mengemukakan bahwa “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

Instrumen penelitian ini mengacu kepada aspek yang dikemukakan oleh

Abidin (2012, hlm. 60) untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna yang

terkandung dalam sebuah bacaan, sehingga dapat dikembangkan menjadi sebuah

indikator. Indikator dalam intrumen penelitian ini meliputi menyebutkan judul

cerita, menjelaskan peristiwa sesuai fakta, menyebutkan tempat berlangsungnya

cerita sesuai fakta, menyebutkan pesan yang terkandung dalam suatu cerita.

Selain itu, penyusunan instrumen ini mengacu pada Kurikulum Pendidikan dalam

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu

SDLB-B. Pengembangan instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini berupa kisi-kisi, instrumen, butir tes, rencana pelaksanaan pembelajaran

(23)

1. Kisi-kisi

Pembuatan kisi-kisi disesuaikan juga dengan kurikulum tingkat satuan

pendidikan. Kisi-kisi digunakan untuk memudahkan peneliti dalam pembuatan

tes. Tes yang di buat berupa soal tentang membaca pemahaman yang sesuai

dengan teks bacaan. (Kisi-kisi instrumen pada penelitian ini dapat dilihat dalam

lampiran 1).

2. Instrumen

Instrumen penelitian dibuat berdasarkan pengembangan dari indikator yang

telah ditentukan. Instrumen bertujuan untuk mengukur tingkat validitas dan

reliabilitas dari butir soal yang telah dibuat. Untuk mengukur tingkat validitas,

maka dilakukan expert judgement yang dilakukan oleh ahli, sedangkan mengukur tingkat reliabilitas dilakukan oleh subjek lain yang memiliki hambatan yang sama

untuk menguji soal yang akan digunakan. (Instrumen penelitian dapat dilihat

dalam lampiran 1)

3. Butir Soal

Tes diberikan kepada siswa untuk mengetahui hasil belajar khususnya pada

materi membaca pemahaman. Pada penelitian ini butir soal yang diberikan berupa

tes tulis dengan bentuk pilihan ganda sebanyak 25 butir soal. Butir soal tersebut

terdiri dari 5 soal pada cerita “Paket dari Kakek” (cerita 1) , 10 soal pada cerita “Jatuh dari Sepeda” (cerita 2), dan 10 soal pada cerita “Kado dari Nenek” (cerita

3).

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat berdasarkan standar kompetensi

dan kompetensi dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SDLB-B Tunarungu

tahun 2006. Rencana pelaksanaan pembelajaran digunakan sebagai pedoman

dalam melaksanakan perlakuan terhadap beberapa sampel siswa. Penggunaan

rencana pelaksanaan pembelajaran juga dimaksudkan agar kegiatan pada tahap

perlakuan berjalan sistematis. (Rencana pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat

(24)

5. Kriteria Penilaian

Kriteria penilaian dibuat untuk menetapkan sekor untuk setiap soal yang

diberikan, sehingga dapat diketahui nilai hasil belajar siswa. Setiap butir soal

dengan jawaban benar akan berikan skor 1, sedangkan untuk soal dengan jawaban

salah akan diberikan skor 0. Skor maksimal pada dalam instrumen ini adalah 25.

Penilaian digunakan untuk mendapatkan skor pada tahap pre-test dan post-test.

E. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen penelitian dilakukan agar mendapatkan kualitas instrumen

yang baik, sehingga instrumen sebaiknya diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba

instrumen yang dilakukan adalah uji validitas dan uji reliabilitas instrumen.

Pelakasanaan uji coba instrumen ini diakukan untuk anak kelas 3 SDLB-B di SLB

N Taruna Mandiri Kuningan.

1. Uji Validitas

Validitas dilakukan untuk menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen.

Validitas dalam pengukuran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas

berkaitan dengan kriteria, dan validitas konstruk. Validitas yang digunakan dalam

pengukuran ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi adalah validitas yang mengecek kecocokan diantara butir-butir tes yang dibuat dengan indikator,

materi, atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Suatu tes dikatakan

memiliki validitas isi, bila butir-butir yang disusun sesuai dengan materi-materi

pelajaran dan indikator yang telah ditetapkan.

Pengujian instrumen diujicobakan dilakukan dengan “analisis rasional atau

lewat profesional judgment” Azwar (dalam Susetyo 2011, hlm. 89) yaitu mengadakan diskusi atau penilaian para ahli dalam bidang tertentu. Experts judgement bertujuan untuk membuktikan layak atau tidaknya instrumen yang

digunakan pada sampel. Proses experts judgement ini melibatkan lima orang ahli, yaitu dua dosen jurusan Pendidikan Khusus dan tiga guru. Adapun nama penilai

(25)

Tabel 3.2

Daftar Penilai Ekspert Judgement

No Nama Jabatan Instansi

1 Dr. H. Endang Rochyadi, M. Pd Dosen PLB UPI

2 Dr. Endang Rusyani, M.Pd Dosen PLB UPI

3 Nani Fitriani, S.Pd Wali Kelas D3

SDLB-B Sukapura SLB-B Sukapura

4 H. Dikdik D. Koswara, S. Pd Guru SLB-B Sukapura SLB-B Sukapura

5 Siska Sugiarti, S.Pd Guru SLB B Sukapura SLB-B Sukapura

Menentukan instrumen valid atau tidak, maka dapat ditentukan

perhitungannya. Butir tes dinyatakan valid jika kecocokannya dengan indikator

menjacap lebih dari 50% dengan perhitungan rumus validitas sebagai berikut.

Keterangan : P : Presentase

f : Frekuensi cocok menurut penilai

∑f : Jumlah penilai ahli

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas melalui expert judgement oleh para ahli dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian yang telah dibuat dikatakan

valid 100%, maka instrumen tersebut layak untuk digunakan untuk keperluan

penelitian. (Perhitungan validitas dapat dilihat pada lampiran 2).

2. Uji Reliabilitas

Setelah instrumen dinyatakan layak untuk di uji cobakan melalui uji validitas,

maka langkah selanjutnya yaitu uji reliabilitas. Suatu perangkat ukur yang dapat

dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama

jika dilakukan pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian

dinamakan dengan reliabel. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf kepercayaan

(26)

Sebuah tes dapat dikatakan reliabel tetapi tidak valid sebaliknya jika sebuah

tes valid sudah pasti reliabel. Untuk mengetahui instrumen dikatakan reliabel,

maka dilakukan uji reliabilitas instrumen. Reliabilitas instrumen dilakukan pada

siswa yang memiliki hambatan yang sama dalam kemampuan membaca

pemahaman.

Pengujian reliabilitas pada instrumen penelitian ini menggunakan perhitungan

reliabilitas rulon, karena skor butir soal yang digunakan dikotomi. Rumus yang

digunakan adalah:

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Tes

= Varian beda

d = difference yaitu perbedaan antara skor belahan pertama (awal)

dengan skor kedua (akhir)

= varian total yaitu varians skor total

Uji reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan pada 6 sampel siswa

tunarungu kelas 3 di SLB N Taruna Mandiri Kuningan. Peneliti menggunakan

reliabilitas konsistensi internal karena dilakukan satu kali pengukuran pada

sampel. Diketahui bahwa hasil uji relibilitas pada instrumen penelitian dengan

materi judul cerita, memahami peristiwa yang terjadi sesuai fakta, menyebutkan

tempat berlangsungnya cerita sesuai fakta, dan menyebutkan pesan yang

terkandung dalam suatu cerita menggunakan tiga teks cerita mendapatkan hasil

hitungan 0,72. Hasil tersebut menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas tergolong

cukup tinggi, sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel. (Perhitungan

reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 2)

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan tahap setelah mempeloleh data pelaksanaan

penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara sistematis agar memperoleh

(27)

menghasilkan data. Setelah data terkumpul, data dianalisis dengan statistik

nonparametris melalui uji wilcoxon. Uji wilcoxon digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan dengan data yang berbentuk

ordinal. Pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memberikan pengarahan kepada subjek penelitian atau siswa.

2. Memeberikan tes dan mengkoreksi hasil tes siswa.

3. Memberikan skor data pretest dan postest membaca pemahaman.

4. Membuat tabel perhitungan skor pretest dan postest.

5. Menghitung selisih skor pretest dan postest.

6. Menyusun rangking.

7. Membubuhkan tanda (+) untuk selisih sekor positif atau tanda (-) untuk selisih

sekor negatif pada setiap rangking.

8. Menjumlahkan seluruh rangking baik yang bertanda positif maupun negatif

tergantung dimana yang memberi jumlah kecil untuk tanda dihilangkan dan

menulis dengan tanda J maka di peroleh .

9. Membandingkan nilai J yang diperoleh dengan J dari tabel nilai-nilai kritis

untuk uji wilcoxon.

10. Membuat kesimpulan, yaitu:

H1 diterima apabila

H0 ditolak apabila

(28)

55

Syarah Aini Fajrin, 2014

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak

tunarungu dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan

menggunakan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran harus

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak tunarungu. Kondisi kehilangan

fungsi pendengaran mengakibatkan anak tunarungu sulit untuk memperoleh

informasi melalui pendengarannya, sehingga dapat dioptimalkan dengan

menggunakan kemampuan selain mendengar, khususnya kemampuan visual.

Membaca merupakan suatu kegiatan yang melibatkan visual berupa

simbol-simbol abstrak yang telah disepakati, dinamakan bahasa. Kemampuan membaca

pada anak tunarungu sering terjadi kesalah pahaman dalam membaca, karena

keterbatasannya dalam memahami bahasa. Terkadang anak hanya mampu

membaca secara verbal saja, namun tidak mengetahui makna yang ia baca.

Penggunaan media sangat berperan penting dalam suatu pembelajaran, khususnya

dalam membaca pemahaman. Penggunaan gambar untuk anak tunarungu

cenderung lebih memahami makna dalam membaca.

Media komik merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat

digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman suatu cerita, karena media

komik mengandung unsur rangkaian gambar sesuai dengan cerita yang diangkat

oleh penulis. Unsur rangkaian gambar tersebut akan lebih mudah dicerna oleh

anak tunarungu dalam memahami alur dan makna cerita. Penggunaan media

komik ini dibuat berdasarkan tokoh, alur, tempat dan peristiwa yang terjadi dalam

suatu cerita yang divisualisasikan melalui gambar yang berwarna, sehingga hal

tersebut dapat menarik minat siswa dalam membaca.

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan hipotesis melalui uji

(29)

dengan perhitungan uji wilcoxson yang bertujuan untuk menguji perbedaan data skor pre-test dan post-test dengan jumlah sampel yang diteliti. Hasil hitung dari

ternyata menunjukkan > , yaitu 21 > 0, maka ditolak dan

diterima. Berdasarkan data skor sampel penelitian menunjukkan adanya

peningkatan setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan media komik.

Masing-masing sampel mengalami peningkatan dalam 1) judul cerita, 2)

memahami peristiwa yang terjadi sesuai fakta, 3) menyebutkan tempat

berlangsungnya cerita sesuai fakta, dan 4) menyebutkan pesan yang terkandung

dalam suatu cerita, sehingga media komik ini dapat digunakan dalam membaca

pemahaman pada anak tunarungu.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal

yang perlu disampaikan kepada berbagai pihak terkait mengenai tindak lanjut dari

hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Kepada Pihak Sekolah

Peranan media komik dapat menciptkan minat siswa dalam membaca.

Keberadaan komik pada saat ini sangat beragam, karena terdapat berbagai

macam komik untuk anak hingga dewasa. Melalui penggunaan media

komik ini pihak sekolah disarankan menyedikan media komik untuk

menunjang pembelajaran anak, khususnya media komik yang mendidik dan

sesuai dengan usia anak.

2. Kepada Pihak Guru

Kegiatan pembelajaran di kelas dirasa efektif apabila guru dapat menciptkan

suatu kondisi belajar yang menyenangkan. Peran seorang guru sangat

berpengaruh dalam proses pembelajaran. Melalui bimbingan guru,

penggunaan media komik yang dapat menumbuhkan minat anak dalam

membaca. Selain untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman,

(30)

Syarah Aini Fajrin, 2014

siswa tunarungu dengan menggunakan media komik, sehingga siswa dapat

memahami berbagai macam ekspresi yang dialami tokoh cerita.

3. Kepada Pihak Orangtua

Orangtua dapat melatih kemampuan membaca anak setelah pembelajaran di

sekolah selesai, agar kemampuan membaca anak selalu terlatih setiap hari.

Kemampuan membaca pada anak tunarungu sebaiknya dilatih sejak dini,

karena hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi anak untuk

kesiapan pendidikan yang lebih lanjut. Selain itu, orangtua pun dapat

memilih jenis komik yang sesuai dengan umur anak, dan lebih dibimbing ke

arah membaca dan pemahaman dalam membaca tersebut sehingga anak

terbiasa dengan membaca dan memaknai bacaan.

4. Kepada Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian menggunakan

media komik dapat membahas kajian yang lebih inovatif lagi. Penggunaan

media komik dapat dipadukan dengan mata pelajaran sains pada siswa

tunarungu, sehingga akan terlihat lebih menarik dan menyenangkan jika

(31)

Ali, M. (2010). Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Aulia, R. (2012). Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak

Tunarungu. [online]. Tersedia:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=24434&val=1496&title =MENINGKATKAN%20KEMAMPUAN%20MEMBACA%20PEMAHA MAN%20%20PADA%20ANAK%20TUNARUNGU. Diakses 07 Juli 2014

Bunawan, L dan Yuwati, C.S. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Santi Rama

Desmasary, D. (2012). Penggunaan Media Komik Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunagrahita Ringan Kelas D6 di SLB Pambudi Dharma II Cimahi. Skripsi pada FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Dwidjosumarto, A. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Depdikbud

Efendi, M. (2005). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkebutuhan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Hallahan, D. P., Kauffman, J. M., dan Pullen, P.C. (2012). Exceptional Learners. New Jersey: Pearson Education

McCloud, S. (2008). Reinventing Comis Mencipta Ulang Komik. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Natawidjaya, R., dan Alimin, Z. (1996). Penelitian Bagi Guru Pendidikan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Nura’aini, U., dan Indriyani. (2008). Bahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar Kelas III. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Nora Tri, S. (2012). Penerapan Metode Mind Map Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Tunarungu Kelas 3 Di SLB

(32)

http://eprints.uny.ac.id/9894/3/BAB%202%20-%2008103244025.pdf. Diakses 18 Agustus 2014

Rahim, F. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Ranang, AS., Bannendar, H., Asmoro, NP. (2010). Animasi Kartun Analog Sampai Digital. Jakarta: PT. Indeks

Rohani, A. (1997). Media Intruksional Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Somad, P. (2009). Definisi Ketunarunguan. [online]. Tersedia:

http://permanariansomad.blogspot.com/2009/11/definisi-ketunarunguan.html?m=1. Diakses 05 Agustus 2014

Somad, P. (2008). Definisi dan Klasifikasi Anak Tunarungu. [online]. Tersedia:

http://permanarian16.blogspot.com/2008/04/definisi-dan-klasifikasi-tunarungu.html. Diakses 05 Agustus 2014

Somad, P., Casmini, M., Pujiasri. (2008). Modul Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Tidak diterbitkan

Somadayo, S. (2011). Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta; Graha Ilmu

Somantri, T.S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana, N., dan Rivai, A. (2009). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: C.V Alfabeta

Sugiyono. (2003). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: C.V Alfabeta

Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: CV Cakra

Tarigan, H.G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Bimbingan karir dengan teknik genogram, dimaksudkan sebagai penyelenggaraan layanan yang difokuskan untuk membantu peserta didik dalam memahami diri, mengambil keputusan

Pantai Pasir Putih Parbaba yang berada di Danau Toba dapat dijadikan sebagai pilihan yang tepat untuk dikunjungi karena memiliki potensi sumberdaya untuk dijadikan wisata

Pemerintahan yang bersih dan professional adalah prasyarat mutlak yang harus dipenuhi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah tidak boleh hanya

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor.. 89,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

tanah-tanah lainnya, yang dikenakan pajak bumi, dikecualikan dari pengenaan pajak peralihan; bahwa dipandang dari sudut sistim peraturan pajak, tidak seharusnya

[r]

Analisis Perawatan Sistem Pengisian Pada Mobil Toyota Kijang Innova 1tr-Fe Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu. pembelajaran untuk perawatan sistem pengisian

tipe investigasi kelompok pada materi keanekaragaman makhluk hidup ?.. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran