KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh Nur Ela 0905606
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP
Oleh Nur Ela
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Nur Ela 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.4Manfaat Penelitian ... 4
1.5Definisi Operasional ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Hakikat Matematika ... 7
2.2Pembelajaran Matematika ... 8
2.3Sistem Kluster Sekolah ... 9
2.4Pendekatan Matematika Realistik ... 10
2.5Kemampuan Pemecahan Masalah ... 17
2.6Keterkaitan Pendekatan Matematika Realistik dengan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 21
2.7Penelitian yang Relevan ... 21
2.8Hipotesis Penelitian ... 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Metode dan Desain Penelitian ... 23
vi
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3Variabel Penelitian ... 24
3.4Instrumen Penelitian ... 25
1. InstrumenTes ... 25
2. Instrumen Non-Tes ... 30
3.5Perangkat Pembelajaran ... 31
3.6Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 31
3.7Teknik Pengolahan Data ... 32
1. Pengolahan Data Kuantitatif ... 33
2. Pengolahan Data Kualitatif ... 34
3.8Teknik Analisis Data ... 34
1. Analisis Data Kuantitatif ... 34
(1) Uji Normalitas ... 35
(2) Uji Homogenitas ... 36
(3) Uji Statistik Parametrik ... 36
(4) Uji Statistik Non-Parametrik ... 36
(5) Uji Hipotesis ... 36
2. Analisis Data Kualitatif ... 37
(1) Analisis Data Lembar Observasi ... 37
(2) Analisis Data Angket ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 40
1. Analisis Data Hasil Tes ... 42
2. Analisis Data Hasil Observasi ... 60
3. Analisis Data Hasil Angket ... 68
4.2Pembahasan ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA ... 100 LAMPIRAN
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Nur Ela (0905606)
Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengkaji kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik dan belajar biasa ditinjau dari sekolah kategori baik, 2) untuk mengkaji kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik dan belajar biasa ditinjau dari sekolah kategori sedang, 3) untuk mengkaji kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik pada sekolah kategori baik dan sekolah kategori sedang, serta 4) untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan pendekatan matematika realistik. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian berbentuk desain kelompok kontrol non-ekivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 7 Bandung dan SMPN 15 Bandung. Adapun sampel sebanyak 2 kelas dari SMPN 7 Bandung dan 2 kelas dari SMPN 15 Bandung diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Hasil analisis menunjukan bahwa: (1) kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar secara biasa untuk sekolah kategori baik, (2) kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar secara biasa untuk sekolah kategori sedang, (3) kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik pada sekolah kategori baik lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik pada sekolah kategori sedang, dan (4) hasil analisis angket siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merespon positif terhadap penerapan pendekatan matematika realistik.
ii
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Nur Ela (0905606)
Mathematics Education Department, UPI
This research is motivated by low ability junior high school students’ mathematical problem solving. The aims of this research is : 1) to assess the mathematical problem solving ability of students who get learning using realistic mathematics approach and ordinary mathematics learning in the category of good schools, 2) to assess the mathematical problem solving ability of students who get learning using realistic mathematics approach and ordinary mathematics learning in the category of medium schools, 3) to assess the mathematical problem solving ability of students who get learning using realistic mathematics approach in the category of good schools and medium schools, and 4) to see the response of students about learning mathematics using realistic mathematics approach. This research use experiment quasi method and the non-equivalent control group design. Population of this research are all of the students of SMPN 7 Bandung and SMPN 15 Bandung. And the sample are two classes of SMPN 7 Bandung and two classes of SMPN 15 Bandung which taken using technical purposive sampling. The conclusion of this research show that : 1) mathematical problem solving ability of students who get learning using realistic mathematics approach is higher than mathematical problem solving ability of students who get ordinary mathematics learning in the category of good schools, 2) mathematical problem solving ability of students who get learning using realistic mathematics approach is higher than mathematical problem solving ability of students who get ordinary mathematics learning in the category of medium schools, 3) mathematical problem solving ability of students who get learning using realistic mathematics approach in the category of good schools is higher than in the category of medium schools, and 4) student questionnaire analysis results show that most of students respond positively to the implementation of realistic mathematics approach.
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Sabandar (2007) mengemukakan bahwa “konsep-konsep
matematika berasal dari aktivitas manusia yang kemudian disadari dan
dikembangkan menjadi suatu pengetahuan yang selanjutnya digunakan untuk
membantu manusia dalam memecahkan masalah”. Perkembangan yang
terjadi dalam kehidupan manusia saat ini pun tidak terlepas dari
perkembangan matematika, sehingga matematika menjadi salah satu mata
pelajaran yang penting yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa.
Seiring perkembangan zaman, pembaruan dalam bidang pendidikan terus
dilakukan. Salah satunya meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran
matematika pun dituntut untuk mengalami perubahan menuju arah yang lebih
baik. Sebagaimana dikemukakan oleh Suherman (2003) bahwa “paradigma
pembelajaran matematika mulai diubah, dari teacher learner menjadi learner
centered, dari teaching centered menjadi learning centered, dari content based menjadi competency based, dan dari product of learning menjadi
process of learning”.
Saat ini, proses pembelajaran matematika di sekolah masih didominasi
oleh pembelajaran biasa. Siswa diposisikan sebagai objek yang dianggap
belum atau tidak tahu apa-apa, sedangkan guru memiliki pengetahuan dan
memegang otoritas tertinggi. Pembelajaran seperti ini menyebabkan kegiatan
belajar matematika hanya sekedar menghafal rumus tanpa disertai
keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Akibatnya, siswa hanya
mengenal dan mampu mengerjakan soal-soal yang biasa dicontohkan guru,
namun akan mengalami kesulitan untuk memecahkan permasalahan yang
tidak biasa diberikan guru. Kesulitan ini diantaranya disebabkan siswa belum
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain itu, pada saat pembelajaran matematika guru masuk kelas dan
langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan
memberikan contoh soal sebagai latihan. Ini merupakan salah satu penyebab
munculnya sikap yang kurang baik dari siswa terhadap matematika. Siswa
merasa cemas dan takut setiap mengikuti pelajaran matematika. Hudoyo
(dalam Nurhanurawati, 2008) mengungkapkan bahwa “beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anxiety (kecemasan) tertinggi dialami siswa pada saat
siswa belajar matematika”.
Pembelajaran matematika yang seperti ini tentu kurang memberikan
peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah matematis yang dimilikinya. Wijaya (2012) memaparkan hasil PISA
(Programme for International Student Assessment) matematika 2009
menunjukkan bahwa :
Hampir setengah dari siswa Indonesia (yaitu 43,5%) tidak mampu menyelesaikan soal PISA yang paling sederhana (the most basic PISA
tasks). Sekitar sepertiga siswa Indonesia (yaitu 33,1%) hanya bisa
mengerjakan soal jika pertanyaan dari soal kontekstual diberikan secara eksplisit serta semua data yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal diberikan secara tepat. Dan hanya 0,1% siswa Indonesia yang mampu mengembangkan dan mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut keterampilan berpikir dan penalaran.
Melihat hasil PISA di atas, kemampuan pemecahan masalah di negara
kita masih rendah. Padahal salah satu tujuan mata pelajaran matematika
berdasarkan Standar Isi Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 adalah agar
peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Sumarmo (dalam Wirantiwi, 2011) menjelaskan bahwa :
3
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, dan menerapkan matematika secara bermakna.
Melihat pentingnya kemampuan pemecahan masalah dimiliki oleh siswa
dalam pembelajaran matematika, maka diperlukan suatu proses pembelajaran
yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah yang dimilikinya. Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa pemecahan masalah
merupakan salah satu fokus dalam pembelajaran matematika, dan
pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pemecahan masalah
yang sesuai situasi. Pemanfaatan situasi nyata dalam mengawali proses
pembelajaran merupakan salah satu karakteristik dari suatu pendekatan
pembelajaran yaitu Realistic Mathematics Education (RME), atau di
Indonesia dikenal dengan pendidikan matematika realistik. Pembelajaran
dengan pendekatan matematika realistik diawali dengan pemberian masalah
realistik. “Suatu masalah disebut realistik jika masalah tersebut dapat
dibayangkan atau nyata dalam pikiran siswa” (Wijaya, 2012).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan pengkajian tentang “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik Di SMP”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik
memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih tinggi
daripada siswa yang belajar secara biasa, ditinjau dari sekolah kategori
baik?
2. Apakah siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik
memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih tinggi
daripada siswa yang belajar secara biasa, ditinjau dari sekolah kategori
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Apakah siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik pada
sekolah kategori baik memiliki kemampuan pemecahan masalah
matematis yang lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan
pendekatan matematika realistik pada sekolah kategori sedang?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan matematika realistik?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
belajar dengan pendekatan matematika realistik dan belajar biasa ditinjau
dari sekolah kategori baik.
2. Untuk mengkaji kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
belajar dengan pendekatan matematika realistik dan belajar biasa ditinjau
dari sekolah kategori sedang.
3. Untuk mengkaji kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
belajar dengan pendekatan matematika realistik pada sekolah kategori baik
dan sekolah kategori sedang.
4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan matematika realistik.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak :
1. Bagi Peneliti
a. Dapat menambah wawasan tentang pelaksanaan pembelajaran
menggunakan pendekatan matematika realistik.
b. Mampu mengetahui dan memahami kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa SMP ketika diterapkan pembelajaran menggunakan
5
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagi Guru, dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk memilih dan
mengembangkan alternatif pendekatan matematika realistik untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
3. Bagi Siswa
a. Dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis.
b. Melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika
realistik ini diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan daya tarik
siswa terhadap mata pelajaran matematika.
1.5 Definisi Operasional
Demi menghindari terjadinya perbedaan persepsi terhadap istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu pencantuman
definisi operasional sebagai berikut:
1. Pendekatan matematika realistik adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran matematika dengan karakteristik: (1) menggunakan konteks,
(2) menggunakan model, (3) memanfaatkan hasil kontribusi siswa, (4)
interaktivitas, dan (5) keterkaitan.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu kemampuan
mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan
unsur yang diperlukan, merumuskan masalah matematis atau menyusun
model matematis dari masalah sehari-hari dan menyelesaikannya, memilih
dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan
atau di luar matematika, menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai
permasalahan asal, dan menerapkan matematika secara bermakna.
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada
jenjang Pendidikan Dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain
yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara
SD atau MI (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Sistem kluster sekolah adalah pengelompokan sekolah-sekolah
berdasarkan passing grade Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) atau
hasil Ujian Nasional (UN) tahun sebelumnya, kinerja sekolah, serta
pertimbangan lokasi/rayon sekolah, dan atau pertimbangan lainnya dalam
rangka pemerataan pendidikan.
5. Sekolah kluster pertama (sekolah kategori baik) adalah kelompok sekolah
dengan perolehan rata-rata nilai UN yang tinggi.
6. Sekolah kluster kedua (sekolah kategori sedang) adalah kelompok sekolah
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara variabel kontrol
dan variabel terikat. Penelitian ini ditujukan untuk melihat hubungan sebab
akibat antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika
realistik dengan kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa SMP.
Adapun desain penelitian yang digunakan yaitu desain kelompok kontrol
non-ekivalen. Penelitian ini melibatkan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas dipilih dari kelas yang sudah ada, sehingga peneliti tinggal menentukan
kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen
adalah kelas yang mendapat perlakuan khusus yang dalam penelitian ini
yakni kelas yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan matematika
realistik. Sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang memperoleh
pembelajaran secara biasa. Desain penelitian yang digunakan dapat
digambarkan sebagai berikut (Sugiyono, 2012) :
O1 X O2
O1 O2
Keterangan :
O1 : Tes awal (pretest)
O2 : Tes akhir (posttest)
X : Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan matematika
realistik
: Subjek penelitian tidak dipilih secara acak
Pretest yang diterapkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan awal siswa kelas
eksperimen sama dengan kemampuan awal siswa kelas kontrol. Setelah
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik, sedangkan pada
kelas kontrol diterapkan pembelajaran matematika menggunakan
pembelajaran secara biasa. Pada tahap akhir dilaksanakan posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 7
Bandung dan SMPN 15 Bandung. SMPN 7 Bandung merupakan sekolah
kategori baik, sedangkan SMPN 15 Bandung merupakan sekolah kategori
sedang. Dari kedua sekolah tersebut diambil masing-masing dua kelas untuk
dijadikan sampel penelitian. Pada sekolah kategori baik (SMPN 7 Bandung)
dipilih dua kelas yang selanjutnya satu kelas dijadikan kelas eksperimen dan
satu kelas lagi dijadikan kelas kontrol. Pemilihan kelas berdasarkan
pertimbangan guru matematika yang bersangkutan. Begitu pula dengan
sekolah kategori sedang (SMPN 15 Bandung), dipilih dua kelas untuk
dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jadi, pada masing-masing
sekolah terdapat satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui sekolah kategori baik atau sekolah kategori
sedang yang memiliki peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis yang lebih tinggi jika diterapkan pembelajaran menggunakan
pendekatan matematika realistik.
3.3 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas adalah faktor yang dipilih untuk melihat
pengaruh terhadap gejala yang diamati. Variabel bebas dapat dikatakan
sebagai variabel sebab. Sedangkan variabel terikat adalah faktor yang diukur
dan diamati untuk mengetahui efek variabel bebas. Variabel terikat dapat
dikatakan sebagai variabel akibat. Dalam penelitian ini, variabel bebasnya
adalah pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik, dan
variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis pada
25
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.4 Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang diinginkan, ada dua jenis instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes dan non-tes.
1. Instrumen tes
Instrumen tes yang digunakan yaitu tes kemampuan pemecahan masalah
matematis yang berupa pretest dan posttest. Pretest dan posttest diberikan
kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada kedua sekolah. Pretest
merupakan tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan. Pretest
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa Sedangkan posttest
merupakan tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan. Posttest bertujuan
untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberikan perlakuan. Perlakuan
tersebut yakni pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
matematika realistik pada kelas eksperimen.
Pretest dan posttest yang digunakan adalah tes tipe uraian. Pemilihan tipe
tes uraian tersebut dikarenakan tes uraian lebih mencerminkan kemampuan
siswa yang sebenarnya (Suherman, 1990). Dalam tes uraian, siswa yang bisa
menjawab dengan baik dan benar adalah siswa yang benar-benar menguasai
materi. Melalui tes uraian juga dapat diketahui strategi yang digunakan siswa
untuk memecahkan masalah pada soal tersebut.
“Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik tentu diperlukan alat evaluasi yang kualitasnya baik pula” (Suherman, 1990). Oleh karena itu,
instrumen tes yang telah dibuat, diuji kualitasnya dengan menganalisis
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari soal-soal
tersebut.
a. Validitas
Suherman dan Kusumah (1990) mengemukakan bahwa suatu “alat
evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu, keabsahannya
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
fungsinya. Pengukuran validitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah
instrumen yang digunakan sesuai atau tidak untuk mengukur kemampuan
siswa. Untuk mendapatkan validitas butir soal dapat menggunakan rumus
korelasi produk-moment memakai angka kasar (raw score) (Suherman dan
Kusumah, 1990) yaitu:
rxy = N XY− X ( Y)
N X2− X2 N Y2− Y 2 Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = skor siswa pada tiap butir soal
Y = rata-rata nilai harian
N = banyak subjek (testi)
Dalam hal ini nilai rxy diartikan sebagai koefisien validitas. Kriteria
koefisien validitas tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Suherman
dan Kusumah, 1990), yaitu:
Tabel 3.1 Klasifikasi Validitas
Besarnya rxy Keterangan
0,80 < rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tingggi (sangat baik)
0,60 < rxy ≤ 0,80 Validitas tinggi (baik)
0,40 < rxy ≤ 0,60 Validitas sedang (cukup)
0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas rendah (kurang)
0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah
rxy ≤0,00 Tidak valid
Setelah dilakukan pengujian instrumen, data yang diperoleh kemudian
diolah menggunakan Software Anates V4 dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3.2
Validitas Butir Soal Hasil Uji Instrumen No. Butir Soal Koefisien
Validitas Kategori
27
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan Tabel 3.2, butir soal nomor 1 dan nomor 2 memiliki
validitas yang sangat tinggi, serta butir soal nomor memiliki validitas yang
tinggi. Untuk data hasil uji anates selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
b. Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang
memberikan hasil yang tetap sama (konsisten), hasil pengukuran itu harus
tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang
sama meskipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda, tidak
terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi (Suherman dan Kusumah, 1990).
Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas soal tipe uraian
menggunakan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990), yaitu :
r11=
Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat
digunakan tolak ukur yang dibuat oleh Guilford (Suherman dan Kusumah,
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3
Klasifikasi Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas (���) Keterangan 0,80 < r11 ≤1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 ≤0,80 Derajat reliabilitas tinggi
0,40 < r11 ≤0,60 Derajat reliabilitas sedang
0,20 < r11 ≤ 040 Derajat reliabilitas rendah
r11≤0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
Setelah dilakukan pengujian instrumen, data yang diperoleh kemudian
diolah menggunakan Software Anates V4 dan diperoleh koefisien reliabilitas
sebesar 0,70. Dari Tabel 3.3 dapat disimpulkan bahwa butir-butir soal
instrumen tes memiliki derajat reliabilitas tinggi. Untuk data hasil uji anates
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
c. Daya Pembeda
Menurut Suherman dan Kusumah (1990) daya pembeda dari sebuah butir
soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu
membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar
dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau siswa yang
menjawab salah. Dengan kata lain, daya pembeda suatu butir soal adalah
kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Rumus
untuk menentukan daya pembeda soal bentuk uraian adalah sebagai berikut :
DP =XA−XB SMI
Keterangan:
DP = daya pembeda
XA = rata-rata skor siswa kelompok atas yang menjawab benar untuk butir
soal yang dicari daya pembedanya
XB = rata-rata skor siswa kelompok bawah yang menjawab benar untuk
butir soal yang dicari daya pembedanya
SMI = Skor Maksimal Ideal
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan daya pembeda adalah
29
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.4
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda (DP) Keterangan
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
Setelah dilakukan pengujian instrumen, data yang diperoleh kemudian
diolah menggunakan Software Anates V4 dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3.5
Daya Pembeda Butir Soal Hasil Uji Instrumen No. Butir Soal Daya Pembeda (DP) Kategori
1 0,2025 Cukup
2 0,2917 Cukup
3 0,3250 Cukup
Berdasarkan Tabel 3.5 ketiga butir soal uji instrumen memiliki daya
pembeda yang cukup sehingga soal tersebut cukup untuk dapat membedakan
kemampuan setiap siswa. Untuk data hasil uji anates selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 3.
d. Indeks Kesukaran
Suherman dan Kusumah (1990) mengungkapkan bahwa “derajat
kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks
Kesukaran (IK)”. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00
sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti
butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran
1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.
Rumus untuk menentukan indeks kesukaran soal uraian adalah sebagai
berikut:
IK = X SMI
Keterangan:
IK = Indeks Kesukaran
X = rata-rata skor dari siswa yang menjawab benar
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks kesukaran
adalah sebagai berikut (Suherman dan Kusumah, 1990) :
Tabel 3.6
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran (IK) Keterangan
IK = 1,00 Soal terlalu mudah 0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah
0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
Setelah dilakukan pengujian instrumen, data yang diperoleh kemudian
diolah menggunakan Software Anates V4 dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3.7
Indeks Kesukaran Butir Soal Hasil Uji Instrumen No. Butir Soal Indeks kesukaran (IK) Kategori
1 0,3413 Soal sedang
2 0,3750 Soal sedang
3 0,6875 Soal sedang
Berdasarkan Tabel 3.7, ketiga butir soal uji instrumen termasuk dalam
kategori soal yang mempunyai tingkat kesukaran sedang. Untuk data hasil uji
anates selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
Adapun rekapitulasi analisis hasil uji instrumen disajikan secara lengkap
dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.8
31
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran
yang terjadi di kelas. Lembar observasi ini diisi oleh observer diluar peneliti.
Adapun pengisian lembar observasi dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung. Data hasil observasi ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi
bagi guru, apakah pembelajaran yang dilaksanakan sudah sesuai rencana atau
belum.
b. Angket
Angket merupakan instrumen non-tes yang digunakan untuk mengukur
sikap siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan. Dalam penelitian
ini angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik. Angket yang
digunakan adalah angket skala sikap. Pengisian angket skala sikap ini pada
akhir penelitian, setelah posttest dilakukan, dan hanya diberikan pada kelas
eksperimen.
3.5 Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi. RPP ini dibuat untuk setiap pertemuan. RPP
untuk kelas eksperimen berbeda dengan RPP untuk kelas kontrol. RPP kelas
eksperimen mengarah pada pendidikan matematika realistik, sedangkan RPP
kelas kontrol mengarah pada pembelajaran biasa. RPP kelas eksperimen
disajikan pada lampiran 1.
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan
oleh siswa. Lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dapat mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis. LKS
untuk kelas eksperimen disajikan pada lampiran 1.
3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan seperti menyusun
proposal penelitian, mengkaji teori pendukung, menentukan pokok bahasan
yang akan digunakan dalam penelitian, menyusun instrumen tes kemampuan
pemecahan masalah matematis, menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menentukan
populasi dan sampel penelitian, melakukan observasi ke sekolah yang akan
dijadikan tempat penelitian, mengurus perizinan ke sekolah yang akan
dijadikan tempat penelitian, melakukan uji coba instrumen tes, menghitung
kualitas instrumen tes, dan merevisi instrumen tes jika terdapat kekurangan.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan pretest di kelas eskperimen dan kelas kontrol,
melakukan kegiatan pembelajaran pada kelas eskperimen menggunakan
pendekatan matematika realistik dan kelas kontrol menggunakan
pembelajaran matematika biasa, pelaksanaan observasi pada kelas
eskperimen, pengisian lembar observasi oleh observer, pengisian angket oleh
siswa di kelas eksperimen, melakukan posttest pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Soal pretest dan posttest yang digunakan pada kelas ekperimen
sama dengan kelas kontrol.
3. Tahap Akhir
Setelah melaksanakan penelitian, maka langkah selanjutnya yaitu
mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif hasil penelitian, menganalisis
data kuantitatif terhadap pretest dan posttest, menganalisis data kualitatif
terhadap lembar observasi dan angket, membandingkan hasil tes kelas
eksperimen terhadap kelas kontrol, dan membandingkan hasil tes kelas
33
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada sekolah kategori sedang. Setelah semua data dianalisis, selanjutnya
membuat kesimpulan hasil penelitian dan membuat penulisan laporan hasil
penelitian.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data hasil penelitian terkumpul maka langkah selanjutnya
yaitu mengolah data tersebut. Adapun pengolahan data yang harus dilakukan
yaitu pengolahan data kuantitatif yaitu data hasil pretest dan posttest, dan
pengolahan data kualitatif yang meliputi data hasil observasi dan angket.
1. Pengolahan Data Kuantitatif
Data-data yang didapat dari hasil belajar meliputi data pretest, posttest,
dan indeks gain. Untuk data pretest dan posttest dilakukan pengolahan berupa
penyekoran yang dilakukan setelah pretest dan posttest dilaksanakan. Model
penyekoran untuk pemecahan masalah matematis yang dijadikan acuan
adalah model penyekoran yang dikemukakan oleh Charles (1994). Model
penyekoran tersebut yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.9
Acuan Pemberian Skor Pemecahan Masalah Analytic Scoring Scale
Understanding the problem
0 : Complete misunderstanding of the problem 1 : Part of the problem misunderstood or
misinterpreted
2 : Complete understanding of the problem Planning of
solution
0 : No attempt, or totally inappropriate plan
1 : Partially correct plan based on part of the problem being interpreted correctly
1 : Copying error; computational error; partial answer for a problem with multiple answer 2 : Correct answer and correct label for the answer
Pengolahan data indeks gain bertujuan untuk melihat kualitas
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diterapkan proses pembelajaran menggunakan pendekatan matematika
realistik. Indeks gain dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
g = � − �
� �� − �
Keterangan:
g = indeks gain
� = skor pretest
� = skor posttest
� �� = skor maksimal
Adapun kriteria indeks gain adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10 Kriteria Indeks Gain
Skor Gain Interpretasi
> 0,70 Tinggi
0,30 < ≤ 0,70 Sedang
≤ 0,30 Rendah
2. Pengolahan Data Kualitatif
a. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan data pendukung yang menggambarkan
suasana pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
matematika realistik. Data hasil observasi diolah dan dianalisis secara
deskriptif.
b. Angket
Angket dianalisis dengan memisahkan antara respon yang positif dengan
respon yang negatif, kemudian membuat kesimpulan berdasarkan hasil yang
didapat tersebut. Hasil analisis data tersebut disajikan secara deskriptif dalam
bentuk persentase. Dalam penelitian ini, angket skala sikap yang digunakan
adalah Skala Likert. Skala Likert memungkinkan siswa untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan dengan empat buah pilihan jawaban, yaitu Sangat
35
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.8 Teknik Analisis Data
Setelah proses pengolahan data selesai, data yang diperoleh kemudian
dianalisis untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan. Data yang dianalisis
meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Proses analisis data tersebut
adalah :
1. Analisis Data Kuantitatif
Pengolahan data kuantitatif menggunakan uji statistik terhadap data
pretest, data posttest, dan indeks gain. Pengolahan data dilakukan dengan
bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16 for
Windows dan Microsoft Excel 2007. Proses analisis data kuantitatif tersebut
adalah :
(1) Uji Normalitas
Setelah dilakukan penyekoran, proses selanjutnya adalah uji
normalitas data pretest, posttest, dan indeks gain. Uji normalitas
bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi
normal atau tidak. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji
normalitas data pretest, posttest, dan indeks gain adalah :
a) Data Pretest
Hipotesis yang dirumuskan untuk uji normalitas data pretest adalah
sebagai berikut :
H0 : Data pretest berdistribusi normal.
H1 : Data pretest berdistribusi tidak normal.
b) Data Posttest
Hipotesis yang dirumuskan untuk uji normalitas data posttest adalah
sebagai berikut :
H0 : Data posttest berdistribusi normal.
H1 : Data posttest berdistribusi tidak normal.
c) Data Indeks Gain
Hipotesis yang dirumuskan untuk uji normalitas data indeks gain
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H0 : Data indeks gain berdistribusi normal.
H1 : Data indeks gain berdistribusi tidak normal.
Uji normalitas yang digunakan untuk data pretest, posttest dan
indeks gain yaitu uji Shapiro Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Suatu
hipotesis terbukti mempunyai kesalahan sebesar 5% (� = 0,05) berarti
kira-kira 5 dari setiap 100 kesimpulan bahwa kita akan menolak hipotesis
yang seharusnya diterima. Adapun kriteria pengujian hipotesis di atas
adalah:
a. Jika signifikansi (sig.) ˂ 0,05, maka H0 ditolak.
b. Jika signifikansi (sig.) ≥ 0,05, maka H0 diterima.
(2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan ketika kedua kelas dalam kondisi yang
normal. Uji homogenitas varians ini dilakukan untuk mengetahui apakah
setiap kelas memiliki varians yang sama atau tidak. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan Uji Levene Test dengan taraf
signifikansi 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji
homogenitas data pretest yaitu:
H0 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol bervariansi homogen.
H1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol bervariansi tidak homogen.
Dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 5% maka kriteria
pengujian hipotesis di atas adalah:
a. Jika signifikansi (sig.) ˂ 0,05, maka H0 ditolak.
b. Jika signifikansi (sig.) ≥ 0,05, maka H0 diterima.
(3) Uji Statistik Parametrik
Uji statistik parametrik dilakukan jika data memenuhi uji normalitas
dan uji homogenitas. Uji statistik yang digunakan adalah uji t atau
37
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
homogen maka dilanjutkan dengan uji t’ atau Independent Sample T’ -Test. Ini digunakan untuk menguji kesamaan dua rata-rata.
(4) Uji Statistik Non-Parametrik
Uji statistik non-parametrik dilakukan jika data berdistribusi tidak
normal. Alat uji yang akan digunakan adalah Uji Mann-Whitney. Uji
Mann-Whitney digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
(5) Uji Hipotesis masalah matematis yang lebih tinggi daripada siswa
Indeks gain
- Independent Sample T-Test (apabila data berdistribusi normal dan homogen), atau ditinjau dari sekolah kategori baik.
tidak homogen) - Mann-Whitney
(Apabila data berdistribusi tidak normal)
Siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih tinggi daripada siswa yang belajar secara biasa ditinjau dari sekolah kategori sedang.
Posttest - Independent Sample T-Test
(apabila data berdistribusi normal dan homogen), atau - Independent Sample T’ –
Test (apabila data
berdistribusi normal tetapi tidak homogen)
- Mann-Whitney
(Apabila data berdistribusi tidak normal)
Siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik pada sekolah kategori baik memiliki kemampuan pemecahan
Indeks gain
- Independent Sample T-Test (apabila data berdistribusi normal dan homogen), atau
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah matematis yang lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik pada sekolah kategori sedang.
Test (apabila data
berdistribusi normal tetapi tidak homogen)
- Mann-Whitney
(Apabila data berdistribusi tidak normal)
2. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif pada penelitian ini yaitu lembar observasi dan angket.
(1) Analisis Data Lembar Observasi
Kriteria penilaian hasil observasi tersebut dilihat dari terpenuhi atau
tidaknya hal-hal yang harus dilaksanakan selama proses pembelajaran
menggunakan pendekatan matematika realistik.
(2) Analisis Data Angket
Data kualitatif dari angket akan diubah menjadi data kuantitatif
menggunakan Skala Likert. Suherman dan Kusumah (1990)
mengemukakan pembobotan yang paling sering dipakai dalam
mentransfer skala kualitatif kedalam skala kuantitatif yaitu sebagai
berikut :
Tabel 3.12
Bobot untuk Pernyataan Favorable (Positif)
Pernyataan Bobot
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak setuju 1
Tabel 3.13
Bobot untuk Pernyataan Unfavorable (Negatif)
Pernyataan Bobot
Sangat Setuju 1
Setuju 2
Tidak Setuju 4
Sangat Tidak setuju 5
Pengolahan skor angket tersebut yaitu dengan cara menghitung
rerata skor setiap siswa pada setiap aspek dan rerata setiap aspek. Kriteria
39
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelompok yang memiliki sikap positif, sedangkan apabila reratanya di
bawah tiga maka termasuk kelompok yang memiliki sikap negatif
(Suherman dan Kusumah, 1990).
Selain itu, untuk mempermudah penafsiran, data yang telah
diperoleh dibuat dalam bentuk persentase terlebih dahulu dengan
menggunakan rumus :
= × 100%
Keterangan :
= persentase jawaban
= frekuensi jawaban
= banyak responden
Kemudian dilakukan penafsiran data dengan kriteria sebagai berikut
(Kunntjaraningrat dalam Anita, 2007) :
= 0% Tak Seorangpun
0% < ≤ 25% Sebagian Kecil
25% < < 50% Hampir Setengahnya
≤50% Setengahnya
50% < ≤75% Sebagian Besar
75% < < 100% Hampir Seluruhnya
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat berdasarkan analisis dan pembahasan
dari data-data yang diperoleh adalah:
1. Siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik memiliki
kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih tinggi daripada
siswa yang belajar secara biasa untuk sekolah kategori baik.
2. Siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik memiliki
kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih tinggi daripada
siswa yang belajar secara biasa untuk sekolah kategori sedang.
3. Siswa yang belajar dengan pendekatan matematika realistik pada
sekolah kategori baik, memiliki kemampuan pemecahan masalah
matematis yang lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan
pendekatan matematika realistik pada sekolah kategori sedang.
4. Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan
matematika realistik tergolong positif.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dan kesimpulan
diatas, maka saran penulis adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan matematika realistik bisa dipilih dalam proses
pembelajaran di kelas demi meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa dan menarik minat siswa dalam mempelajari
konsep matematika.
2. Penelitian ini dilakukan dalam lingkup populasi yang terbatas, yakni
sekolah kategori baik dan sekolah kategori sedang. Untuk itu, agar
hasil penelitian dapat digeneralisasikan, perlu diadakan penelitian lain
pada populasi yang berbeda yaitu dengan menambahkan populasi
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Anita, T. (2007). Pembelajaran Matematika dengan Metode Proyek untuk
Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah. Skripsi UPI
Bandung : Tidak Diterbitkan.
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan pendidikan dasar dan Menengah. Jakarta.
Charles, R. (1994). How To Evaluate Progress In Problem Solving. National Council of Teachers of Mathematics.
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Hadi, S. (2002). Teaching Multiplication and Division Realistically In Indonesian
Primary Schools : A Prototype of Local Instructional Theory. Thesis
University of Twente, Enschede.
Hartono, Y. (2007). Pendekatan Matematika Realistik. [Online]. Tersedia di: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PengembanganPembelajaranMatemati ka_UNIT_7_0.pdf [Diakses 9 Mei 2012].
Haryanti, S. (2010). Mathematical Ideas In Primary School; Rancangan Projek
Data Handling. [Online]. Tersedia di:
http://mathematicalidea.blogspot.com/2010/10/projek-penaksiran-matematik-statistik.html [Diakses 22 April 2013].
Iwan, N. (2009). Pengertian Pembelajaran Menurut Beberapa Ahli. [Online]. Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/50015294/13/B-Pengertian-pembelajaran-menurut-beberapa-ahli#page=14 [Diakses 19 April 2012].
Kosim, A. (2007). Pembelajaran Matematika Kelas II MTs Di Ponpes Darul
Hijrah Putera Cindai Alus Martapura Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi
Sarjana Pendidikan pada IAIN Antasari Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Matematika Banjarmasin: Diterbitkan.
Kusumah, Y.S. & Sugiman.(2010). Dampak Pendidikan Matematika Realistik
terhadap Peningkatan kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa
SMP. [Online]. Tersedia di:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131930135/2010a_RME+PS_0.pdf [Diakses 4 April 2013].
Lubis, A. (2008). “Pembelajaran Matematika Realistik untuk Topik Dimendi Tiga
Di Kelas X SMA Negeri 2 Medan Tahun Ajaran 2006/2007”. Jurnal
Pendidikan Matematika dan Sains. 3, (2), 89-105.
Nainggolan, A.C. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
101
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melalui pendekatan matematika Realistik. Tesis Universitas Negeri Medan:
Diterbitkan.
Nurhanurawati & Sutiarso, S. (2008). Mengatasi Kecemasan (Anxiety) dalam Pembelajaran Matematika. JPMIPA, 9, (1).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2008). Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. [Online]. Tersedia
di:http://datahukum.pnri.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view
=category&download=2771:pp74tahun2008&id=28:tahun-2008&Itemid=28&start=80 [Diakses 1 September 2013].
Sabandar, J. (2007). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model
dalam Pembelajaran Matematika Inovatif. Jakarta: Ditnaga Dirjen Dikti.
Sahidin, L. (2007). Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Belahketupat
di Kelas VII SMP Negeri 32 Surabaya. Selami IPS. 2, (22), 54-56.
Sartika. (2009). Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan masalah matematis Siswa SMP.
Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Shadiq, F. (2009).Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.
Sugiman, dkk. (2009). Pemecahan Masalah Matematik dalam Matematika
Realistik. [Online]. Tersedia di:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131930135/2009a_PM_dalam_PMR.p df [Diakses 26 April 2012].
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E. (1990). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA.
Suherman, E., dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Sumardyono. (2010). Pengertian Dasar Problem Solving [Online]. Tersedia di: http://erlisilitonga.files.wordpress.com/2011/12/pengertiandasarproblemsolv ing_smd.pdf [Diakses 29 Februari 2012].
Sumitro, N.K. (2008). “Pembelajaran Matematika Realistik untuk Pokok Bahasan
Kesebangunan Di Kelas III SMP Negeri 3 Porong”. Paradigma. 13, (25),
204-218.
Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (2008). Pedoman Pendidikan
Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia di:
http://kimiaindah.files.wordpress.com/2011/05/keputusan-dikdasmen-pusat-muhammadiyah.docx [Diakses 25 Mei 2014].
Tarudin. (2012). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Antara Siswa
Yang Mendapatkan Pembelajaran Tipe Murder Dengan Tipe Jigsaw.Skripsi
Nur Ela, 2014
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik; Suatu Alternatif Pendekatan
Pembelajaran Matematika.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wirantiwi, A. (2011). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). Skripsi S1 FPMIPA UPI Bandung: Tidak