Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA
BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Departemen Pendidikan Sejarah
Oleh:
Fury Ismaya 090605
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
Fury Ismaya (0906905)
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI
WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Dr. Nana Supriatna. M.Ed
NIP. 19611014 198601 1 001
Pembimbing II
Moch. Eryk Kamsori. S.Pd
NIP. 19690430 199802 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Sejarah
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dr. Agus Mulyana, M.Hum
NIP. 19660808 199103 1 002
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Oleh Fury Ismaya
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Sejarah
Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial
©Fury Ismaya 2015
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai peran seorang tokoh bernama Alice Paul dalam pergerakan suffrage atau pergerakan menuntut hak suara bagi wanita di Amerika Serikat. Permasalahan dalam penelitian ini ialah mengenai bagaimana latar belakang dari tokoh tersebut sehingga ia menjadi seorang aktifis suffrage, hal-hal yang ia lakukan dalam pergerakannya, serta dampak dari pergerakannya terhadap kehidupan kaum wanita di negara tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode historis. Dalam metode historis terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Dalam mengkaji permasalahan penulis menggunakan pendekatan interdisipliner, dengan meminjam konsep-konsep dari ilmu sosiologi, politik dan psikologi. Sejak kemerdekaannya Amerika Serikat tidak memberikan hak suara bagi kaum wanita. Padahal Negara tersebut sangat menjunjung tinggi kebebasan dan hak individu warganya. Pergerakan suffrage di Amerika Serikat sebenarnya telah ada sejak pertengahan abad ke-19. Akan tetapi gerakan tersebut tidak mendapatkan hasil yang signifikan, hingga memasuki awal abad ke-20. Alice Paul mulai aktif dalam pergerakan suffrage pada tahun 1900-an. Metode pergerakannya dinilai sangat militan, karena itu ia seringkali mendapat kritikan dari masyarakat maupun dari sesama aktifis suffrage disana. Akan tetap metode pergerakannya telah memberikan kemenangan bagi gerakan suffrage di Negara tersebut.
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACTION
This research is about the role of who named Alice Paul in suffrage movement in the United State. The problem in this research is how the background of her life and her society until she become a suffragist, everything she did in her movement, and the impact of her movement for the women in United State. The method of this research is historical method. The steps of this method is include heuristic, critic, interpretation and historiography. To investigate the problem of this research the author used interdisciplinary approachment. She used a concepts of sociology, politic, and psychology. Since the independence day United State didn’t give woman right to vote, whereas they are really hold in the high esteem about the liberty and individual right of their citizen. That matter is attached in their declaration of independence. The suffrage movement had been existed in the United State since in the middle of 19thcentury, but the movement doesn’t have any significant result until early of 20th century. Alice Paul begin active in the suffrage movement is in early 20th century. The method of her movement is assessed very militant, so she often obtained critical from the people and the other suffragist. But her movement was gave the victory to the suffrage movement at the state.
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
2.6 Teori Psikologi Sosial ... 32
2.7 Penelitian Terdahulu ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
3.1 persiapan Penelitian ... 43
3.1.1 Penentuan Dan Pengajuan Tema Penelitian ... 43
3.1.2 Penyusunan Rencana Penelitian ... 44
3.1.3 Proses Bimbingan ... 45
3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 45
3.2.1 Heuristik Atau Pengumpulan Sumber ... 45
3.2.2 Kritik ... 47
3.2.2.1 Kritik Eksternal ... 47
3.2.2.2 Kritik Internal ... 48
3.2.3 Interpretasi Atau Penafsiran ... 49
3.2.3.1 Pendekatan ... 50
3.2.4 Historiografi ... 55
v Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.1 Latar Belakang pergerakan Alice Paul ... 60
4.1.1Kehidupan Perempuan Amerika Serikat ... 60
4.1.1.1 kehidupan Perempuan Amerika Serikat Pada Masa Revolusi ... 64
4.1.2 Perkembangan Gerakan Suffrage di Amerika Serikat ... 68
4.1.2.1 Periode Awal ... 69
4.1.2.2 Perode Persatuan ... 74
4.1.2.2.1 Masa Sebelum Perang Saudara ... 74
4.1.2.2.2 Masa Setelah Perang Saudara ... 80
4.1.3 Latar Belakang kehidupan Alice Paul ... 85
4.1.3.1 Kehidupan Masa Kecil ... 85
4.1.3.2 Kehidupan Di Inggris ... 89
4.2 Tindakan Alice Paul Dalam Pergerakan Suffrage ... 92
4.2.1 Bergabung Dengan NAWSA ... 92
4.2.1.1 Parade di Washington ... 94
4.2.1.2 keretakan Dengan NAWSA ... 97
4..2.2 The Congressional Union For Woman Suffrage ... 101
4.2.2.1 Menggandeng Partai Penguasa ... 105
4.2.2.2 Parade mengelilingi Amerika Serikat ... 106
4.2.3 National Woman Party (NWP) ... 108
4.2.3.1 Piket, Ditangkap Dan Dipenjara ... 113
4.2.3.1.1 Piket ... 113
4.2.3.1.2 Ditangkap Dan Dipenjara ... 118
4.3 Dampak pergerakan Alice Paul ... 123
4.3.1 Amandemen Ke-19 ... 123
4.3.2 Dampak Amandemen Ke-19 Bagi Perempuan Di Amerika Serikat ... 126
4.3.2.1 Dampak Dalam Bidang politik ... 127
4.3.2.2 Dampak Dalam Bidang Sosial ... 127
4.3.2.3 Dampak Dalam Bidang Ekonomi ... 128
4.3.2.4 Dampak Dalam Bidang Pendidikan ... 128
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi DAFTAR TABEL
vii Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 ... 87
Gambar 4.2 ... 96
Gambar 4.3 ... 108
Gambar 4.4 ... 111
Gambar 4.5 ... 113
Gambar 4.6 ... 115
Gambar 4.7 ... 117
Gambar 4.8 ... 120
Gambar 4.9 ... 122
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Amerika Serikat merupakan negara federasi yang pemerintahannya
berdasarkan konstitusi dan menganut sistem demokrasi perwakilan. Negara
tersebut merdeka pada 4 Juli 1776. Awalnya negara itu terbentuk dari tiga belas
koloni Inggris yaitu Virginia, Maryland, New York, New Jersey, Georgia,
Pennsylvania, Connecticut, Delaware, Massachusetts, New Hampshire, South
Carorila, North Carolina, dan Rhode Island. Ketigabelas koloni tersebut
mencerminkan asal-usul yang beragam.
Dalam naskah deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat yang ditulis
Thomas Jeferson sangat mengutamakan kebebasan dan hak (Gonick, 2008: 80).
Berikut ini merupakan kutipan dari naskah tersebut:
“Bahwasanya kami perpegang teguh kepada kebenaran ini dengan suatu keyakinan bahwa semua manusia diciptakan dalam kadaan sederajat, mereka diberkati oleh Pencipta-Nya hak asasi yang tidak dapat diganggu gugat, bahwa diatara hak-hak asasi itu ialah hak untuk hidup, hak untuk merdeka, dan hak mencari kebahagiaan...” (Morris, 1986: 1215).
Dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat diatas dapat diartikan
bahwa yang dimaksud dengan semua umat manusia ialah tanpa
membeda-bedakan ras, kekayaan atau bahkan jenis kelamin. Namun dalam deklarasi yang
menyerukan “semua manusia diciptakan sederajat” menggunakan kata men yang
berarti laki-laki. Hal ini semakin menegaskan bahwa dalam kehidupan politik
perempuan selalu menjadi pengecualian bahkan mereka percaya bahwa hanya
laki-lakilah yang bisa mengambil keputusan secara logis dan rasional. Pertanyaan
yang timbul ialah, jika hanya laki-laki yang menjadi warga negara dan perempuan
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada awal kemerdekaannya negara itu tidak memberikan hak suara pada
perempuan, yang menurut penulis tidak sesuai dengan makna naskah
deklarasinya. Selain itu hal ini menjadi sangat janggal, karena jauh sebelum
deklarasi kemerdekaan itu telah terlebih dahulu lahir sebuah konsensus mengenai
hak asasi yaitu Magna Charta di Inggris yang memaknai hak azasi manusia lebih
penting dari kedaulatan raja. Seharusnya bagi negara yang mengusung demokrasi
dan kebebasan sebagai landasan negaranya isu mengenai perempuan pasti akan
menjadi perhatian, karena pada dasarnya hak asasi itu dimiliki oleh setiap manusia
termasuk juga perempuan.
Tidak diberikannya hak suara pada kaum perempuan di Amerika Serikat
itu menandakan bahwa kaum perempuan dianggap kaum yang termarginal.
Pandangan masyarakat terhadap perempuan disana pada masa itu dibentuk karena
berbagai faktor, diantaranya budaya kaum victorian Inggris yang menganggap
bahwa seorang perempuan itu harus bersikap halus, lemah lembut, anggun dan
penurut. Pada masa itu banyak orangtua mendidik anak perempuannya dengan
kriteria tersebut dengan tujuan agar mendapatkan suami yang baik. Hal tersebut
menjadi pendidikan formal bagi kaum perempuan di abaikan. Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa tujuan seorang perempuan ialah untuk membina rumah tangga
dan hal itu tidak memerlukan pendidikan yang tinggi (Fakih, 1999: 35). Selain itu
pengaruh agama juga sangatlah kuat, doktrin-doktrin kristen yang pada saat itu
lebih menghendaki kepatuhan perempuan atas laki-laki membuat ruang gerak
perempuan sangat sempit sehingga menghalangi perempuan untuk
mengembangkan dirinya. Hal-hal mengenai pandangan sosial masyarakat
terhadap kaum perempuan, doktrin-doktrin agama dan kebijakan pemerintah
dengan tidak memberikan hak suara bagi perempuan sangatlah berbeda dengan
ide-ide kebebasan dan demokrasi yang diusung oleh Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat sendiri perjuangan kaum perempuan untuk
mendapatkan hak suaranya atau yang lebih dikenal dengan gerakan suffrage telah
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak begitu mendapat kemajuan. Hal itu disebabkan karena pergerakan
perempuan ini terpecah dan tidak terkonsolidasi dengan baik, yakni selain ada
organisasi perempuan yang memperjuangkan emansipasi ada juga organisasi
perempuan yang anti emansipasi (Buechler, 1990: 18). Pergerakan perempuan ini
terpecah hingga tahun 1860’an. Gerakan suffrage di Amerika Serikat di
persatukan kembali dalam organisasi NAWSA. Tahun 1867 dipimpin oleh Susan
B. Anthony dan Elizabeth C. Stanton yang mendirikan National American Woman
Suffrage Association (NAWSA) (Agustina, 2010: 128). Dengan adanya NAWSA
pergerakan perempuan semakin berkembang. Banyak anggota NAWSA yang
terus melakukan tekanan-tekanan terhadap negara untuk melakukan referendum.
Namun hal itu belum dapat memberikan kemajuan yang signifikan bagi
pergerakan suffrage, hal ini berdasarkan ungkapan Flexner dalam Evans (1994:
27-28) yaitu:
“Kampanye-kampanye lokal ini memberikan pengaruh positif karena melibatkan dan mendidik ribuan perempuan maupun generasi baru, serta mendirikan persekutuan-persekutuan lokal. Namun sebagai strategi, pengalaman membuktikan bahwa kampanye-kampanye ditingkat negara memang lemah. Antara tahun 1870 hingga 1910, empat ratus delapan puluh kampanye hanya menghasilkan tujuh belas referendum dan hanya dua diantaranya dianggap sebagai kemenangan bagi perjuangan hak pilih perempuan...”
Pada awal abad ke-20 pergerakan suffrage di Amerika Serikat mulai
memasuki babak baru, hal ini terispirasi oleh keberhasilan pergerakan perempuan
di Inggris yang menuntut agar perempuan dapat duduk di parlemen. Saat itu
keberhasilan organisasi WSPU (Woman’s Social political Union) sangat
mengisnpirasi para aktifis perempuan di Amerika Serikat. Dengan kembalinya
seorang tokoh bernama Alice Paul ke Amerika Serikat pada tahun 1910 dan
memimpin pergerakan suffrage disana hingga dikeluarkannya amandemen ke-19
mengenai kesetaraan hak.
Alice Paul adalah aktifis suffrage yang memimpin perjuangan untuk
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lahir pada 11 januari 1885 di Moorestown, New Jersey Amerika Serikat. Ia
dibesarkan dalam lingkungan keluarga Quaker dan dibesarkan dengan pendidikan
religius serta komitmen yang kuat untuk ide-ide progresif (Commire, 2001: 392).
Dia mulai menjadi aktifis suffrage ialah ketika ia tinggal di Inggris pada tahun
1907. Dia pindah ke Birmingham, Inggris untuk berkerja di dinas Sosial. Ketika
di Inggris ia bertemu dengan Cristabel Pankhurst putri dari Emmeline Pankhusrt
yang merupakan aktifis suffrage yang militan di Inggris, yang tergabung dalam
Woman’s Social political Union (WSPU). Ia pun bergabung dengan WSPU.
Karena cara perjuangan WSPU yang militan membuat para anggota WSPU sering
kali ditangkap oleh polisi. Ia kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1910 sebagai
seorang aktifis suffrage dengan ide “pergerakan militan membawa kesuksesan.”
Pada tahun 1912 tokoh ini bergabung dengan NAWSA (National American
Woman Suffrage Association). Selama bergabung dengan NAWSA dia
menerapkan cara-cara yang militan dalam pergerakannya. Seringkali ia ditangkap
polisi dan masuk penjara. Dia juga melakukan aksi mogok makan yang menyiksa
dirinya sendiri. Alice Paul mengalami beberapa perselisihan dengan presiden
NAWSA saat itu Carrie Chapman Catt mengenai cara-cara mereka
memperjuangkan hak suara bagi wanita. Pada tahun 1915 presiden NAWSA
mengagas rencana “Winning Plan: Grassroot” sebagai upaya mendapatkan
dukungan dari kaum perempuan di negara itu. Namun pergerakan dengan Strategi
Grassroot ini kurang mendapatkan hasil yang signifikan (Boyer, 1990: 772).
Karena itulah Alice Paul kemudian keluar dari NAWSA dan membentuk
organisasi lain bersama sahabatnya Lucy Burn yang sesuai dengan ideologinya
bernama National Woman Party (NWP). Dia membentuk organisasi ini sesuai
dengan Ideologinya mengenai pergerakan yang militan dan progresif. Berdasarkan
pengalamannya di Inggris bersama keluarga Pankhusrt menunjukan bahwa
pergerakan yang militan dan progresif memberikan dampak yang besar bagi
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pergerakan yang militan dan progresif dibandingkan dengan pergerakan yang
moderat.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat ditemukan kesenjangan yaitu
mengenai landasan negara Amerika Serikat yang tertuang dalam naskah deklarasi
kemerdekaannya yang mengutamakan kebabasan hak-hak bagi seluruh manusia.
Namun pada prakteknya sejak awal kemerdekaan Amerika Serikat peran
perempuan masih termarginalkan baik dalam bidang sosial, ekonomi maupun
politik. Selain itu kesenjangan yang kedua ialah mengingat bahwa perjuangan
kaum perempuan disana untuk mendapatkan kesetaraan hak terutama dalam
haknya berpolitik yakni hak suara telah dimulai sejak pertengahan Abad ke-19
namun mengapa hal tersebut baru dapat terwujud pada awal abad ke-20, ketika
seorang tokoh bernama Alice Paul mulai memimpin perjuangan untuk
mendapatkan hak suara bagi wanita disana.
Berdasarkan pada pemikiran diatas maka penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian ini. Perjuangan untuk memperoleh hak suara bagi wanita di
negara tersebut merupakan perjalanan yang panjang. Pergerakan tersebut mulai
berkembang sejak pertengahan abad ke 19, namun mengapa baru pada awal abad
ke-20 ketika seorang tokoh yang bernama Alice Paul muncul akhirnya pergerakan
tersebut mencapai tujuannya. Selain itu penulis menilai tokoh ini merupakan
tokoh yang sangat berperan penting dalam pergerakan hak suara perempuan di
Amerika Serikat, akan tetapi berdasarkan pra-penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis, masih sedikit kajian mengenai tokoh tersebut terutama dalam bentuk
skripsi. Maka dari itu penulis mencoba untuk mengungkapkan peranan Alice Paul
sebagai bagian dari perjuangan untuk memperoleh hak suara bagi wanita di
Amerika Serikat. Dengan demikian peneliti ingin membuat penelitian yang
berjudul “Peranan Alice Paul Dalam Memperoleh Hak Suara Bagi Wanita Di Amerika Serikat (1910-1920).”
Mengenai mengapa penulis memilih periode penelitiannya pada tahun
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
di Amerika Serikat setelah ia kembali dari Inggris pada tahun 1910. Alice Paul
terus melakukan aksinya untuk memperoleh hak suara bagi wanita disana hingga
amandement ke-19 mengenai kesetaraan hak disahkan oleh pemerintah Amerika
Serikat pada 26 Agustus tahun 1920.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasi
permasalahan utama dalam penulisan skripsi ini adalah “ Bagaimana peranan
Alice paul dalam memperjuangkan hak suara untuk wanita di Amerika Serikat.”
Berdasarkan batasan masalah tersebut, untuk memudahkan dalam melakukan
penelitian dan mengarahkan dalam pembahasan maka penulis mengidentifikasi
rumusan masalah kedalam bentuk beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang Alice Paul memperjuangkan hak suara bagi wanita
di Amerika Serikat?
2. Bagaimana tindakan yang dilakukan Alice Paul dalam memperjuangkan hak
suara bagi wanita di Amerika Serikat?
3. Bagaimana dampak dari perjuangan Alice Paul bagi kehidupan sosial kaum
perempuan di Amerika Serikat?
1.3Tujuan Penelitian
Berdaraskan rumusan dan batasan masalah diatas maka tujuan dari
penelitian ini ialah:
1. Untuk mendeskripsikan latar belakang yang menyebabkan Alice Paul
memperjuangkan hak Suara bagi wanita di Amerika Serikat.
2. Untuk mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan Alice Paul dalam
memperjuangakan hak Suara wanita di Amerika Serikat.
3. Untuk mendeskripsikan dampak dari perjuangan Alice Paul dalam
memperjuangkan hak suara bagi wanita di Amerika Serikat terhadap kehidupan
sosial kaum perempuan Amerika Serikat.
1.4Manfaat Penelitian
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Menambah bahan referensi sejarah, khususnya dalam bidang peranan
perempuan dalam sejarah
2. Memberikan informasi mengenai gerakan perempuan di Amerika Serikat
3. Mempermudah dalam mempelajari dan menemukan literatur tentang
pergerakan wanita, khususnya di Amerika Serikat.
4. Dalam mata pelajaran sejarah tingkat SMA kajian ini dapat memperkaya dan
menunjang pemahaman siswa dalam menganalisis sejarah dunia yang
mempengaruhi sejarah Indonesia. Selain itu kajian ini juga diharapkan dapat
memperkaya dan menunjang pemahaman mahasiswa Sejarah dalam mata
kuliah Sejarah Peradaban Barat, khususnya kajian mengenai sejarah Amerika
dan mata kulian Sejarah Sosial mengenai peranan perempuan dalam sejarah.
1.5Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode historis yaitu proses menguji dan
menganalisis secara kritis mengenai peninggalan masa lampau berdasarkan data
yang telah diperoleh dan dikumpulkan. Metode historis ini bertujuan untuk
merekonstruksi kejadian masa lampau secara sistematis. Metode historis memiliki
beberapa langkah yang harus dilakukan agar proses menguji dan menganlisis
fakta dapat tercapai (Ismaun, 2007: 35). Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Heuristik (pengumpulan data), yaitu tahap mencari data dari beberapa sumber
seperti buku, majalah, internet dan lain-lain. Pengumpulan data atau dalam
penelitian ini sumber dilakukan melalui penelitian kepustakaan. Hal ini
disesuaikan dengan sifat penelitian skripsi ini, yakni penelitian literatur.
2. kritik, yaitu tahap menguji keabsahan sumber. Sumber yang telah terkumpul
diuji keaslian (otentisitas) dan kesahihannya (kredibilitas), melalui kritik
ekstern dan intern, dengan cara menguraikan dan mengecek silang data (cross
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang paling dapat dipercaya, sehingga diperoleh sumber yang keotentikan dan
kredibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
3. Interpretasi (penafsiran) yaitu tahap analisis sejarah. Tahap ini bertujuan
melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber
sejarah dan bersama-sama dengan teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu
interpretasi yang menyeluruh.
4. Historiografi, merupakan penyusunan sejarah yang didahului oleh penelitian
(analisis) terhadap peristiwa-peristiwa masa lalu. Penyusunan ini disusun
dengan selalu memperhatikan aspek kronologis, sehingga muncul hubungan
antara fakta-fakta yang ada, tersaji dengan utuh, dan berkesinambungan,
kemudian disajikan dalam bentuk tulisan.
1.6Struktur Organisasi Skripsi
Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yang satu dengan
yang lainnya merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Maka untuk
memudahkan pembahasan dalam skripsi ini perlu disusun sistematika pembahasan
sebagai berikut:
Bab I pendahuluan pada bab ini, berisi mengenai uraian secara terperinci
mengenai latar belakang masalah penulisan yang menjadi alasan penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang ditujukan sebagai bahan penulisan proposal,
ditunjukan dari rumusan masalah yang diuraikan dalam beberapa pertanyaan
penelitian, serta mengenai metode penulisan dan sistematika dalam penyusunan
skripsi.
Bab II kajian pustaka, pada bab ini penulis menjelaskan topik-topik
permasalahan yang terdapat dalam penelitian, dengan mengacu kepada suatu
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat menjadi bahan acuan untuk membantu menerangkan temuan-temuan
penelitian.
Bab III metode penelitian, dalam bab ini penulis menguraikan mengenai
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Lebih lanjut lagi, dalam bab
ini penulis menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian yang berisi langkah-langkah dimulai dari persiapan
sampai dengan langkah terakhir dalam penyelesaian penelitian ini.
Bab IV pembahasan, pada bab ini dibahas menganai peranan Alice Paul
dalam upaya memperoleh hak suara bagi wanita di Amerika serikat. Pembahasan
bab ini meliputi, keadaan sosial-politik wanita di Amerika Serikat pada akhir abad
ke-19 yang menjadi latar belakang munculnya gerakan suffrage di Amerika
Serikat. Kemudian dilanjutkan dengan latar belakang dari Alice Paul yang
menyebabkan dia menjadi seorang aktivis suffrage di negara tersebut. Selanjutnya
pembahasan mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan Alice Paul dalam upaya
memperoleh hak suara bagi wanita di Amerika Serikat. Setelah itu pembahasan
mengenai hasil dari tindakan-tindakannya serta dampaknya bagi wanita Amerika
Serikat pada masa itu dan pada masa mendatang.
Bab V kesimpulan pada bab terakhir ini penulis menuangkan kesimpulan
dari hasil pembahasan, yang berisi interpretasi penulis terhadap kajian yang
menjadi bahan penelitiannya disertai dengan analisis penulis dalam membuat
sebuah kesimpulan atas jawaban-jawaban rumusan masalah yang ada. Selain itu,
dalam bab ini juga terdapat saran atau rekomendasi dari penulis yang diajukan
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan mengenai metode penelitian yang
digunakan untuk mengkaji permasalahan dalam penulisan skripsi ini yaitu
mengenai “Peranan Alice Paul Dalam Memperoleh Hak Suara Bagi Wanita Di Amerika Serikat (1910-1920)”. Metode yang digunakan ialah metode historis atau
metode sejarah, karena bahan dan informasi yang dikaji oleh penulis merupakan
rekaman dari kejadian atau pristiwa di masa lampau. Teknik penelitiannya ialah
studi literatur, dan menggunakan pendekatan interdisipliner hal tersebut karena
penulis menggunakan konsep-konsep dari ilmu lain selain sejarah yaitu politik
dan sosiologi.
Metode historis menurut Gottschalk (2008: 39) ialah proses menguji dan
menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau, rekonstruksi yang
imajinatif daripada masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan
menempuh proses historiografi. Metode historis atau metode sejarah menurut
Ismaun (2005: 34) ialah rekonstruksi imajinatif tentang gambaran masa lampau
peristiwa-peristiwa sejarah secara kritis dan analitis berdasarkan bukti-bukti dan
data peninggalan masa lampau yang disebut sumber sejarah.
Menurut Sjamsuddin (2007: 85-190) terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam metode historis, yaitu: Heuristik, Kritik, Interpretasi dan
Historiografi. Berikut ini ialah penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut:
a. Heuristik atau pengumpulan sumber merupakan kegiatan mencari dan
mengumpulkan sumber atau data-data yang berkaitan dengan tema penelitian,
data atau sumber sejarah itu dapat berupa lisan atau tulisan.
b. Kritik, merupakan kegiatan untuk menilai sumber-sumber sejarah yang telah
didapatkan pada proses heuristik. Tujuan dari tahapan kritik ini ialah untuk
menguji kebenaran dan ketepanan sumber tersebut. Dalam tahapan kritik
terdapat dua langkah yang harus dilakukan. Pertama kritik eksternal untuk
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ialah kritik internal, yaitu menguji sumber berdasarkan aspek isi dari sumber
tersebut.
c. Interpretasi, merupakan tahap selanjutanya dari metode historis. Interperetasi
adalah kegiatan menafsirkan sumber-sumber sejarah yang diperoleh dengan
teori-teori dan konsep-konsep sehingga memberikan makna terhadap sumber
tersebut sehingga membentuk pokok pikiran sebagai kerangka berfikir dalam
menyusun skripsi ini.
d. Historiografi, merupakan tahapan terakhir dalam metode historis yaitu
merupakan kegiatan penulisan sejarah. Tahapan ini meliputi kegiatan
penafsiran, penjelasan dan penyajian, ketiga kegiatan tersebut bukan
merupakan kegiatan yang terpisah melainkan kegiatan yang pelaksanaannya
dilakukan secara bersamaan.
Dalam upaya mengumpulkan sumber dan data untuk keperluan
penyusunan skripsi ini, penulis melakukan teknik penelitian studi literatur. Yaitu
penelitian dengan menggunakan cara meneliti dan mengkaji buku-buku atau
literatur yang berhubungan dengan tema penelitian. Dalam skripsi ini tema
penelitiannya ialah mengenai pergerakan perempuan di Amerika Serikat yakni
Peranan Alice Paul dalam memperoleh hak suara perempuan di Amerika Serikat
(1910-1920).
3.1 Persiapan Penelitian
Persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan penulis dalam menyusun
skripsi ini. Pada tahap ini pertama-tama penulis menentukan tema penelitian,
kemudian menyusun rencana penelitian hingga ke proses bimbingan, berikut ini
merupakan pemaparan dari tahap-tahap persiapan penelitian.
3.1.1 Penentuan Dan Pengajuan Tema Penelitian
Menentukan tema penelitian merupakan langkah pertama penulis dalam
menyusun skripsi ini. tema yang dipilih penulis ialah mengenai pergerakan
feminisme di Amerika Serikat tepatnya mengenai pergerakan menuntut hak pilih
untuk perempuan atau Suffrage. Dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Alice Paul ialah seorang aktifis perempuan di Amerika Serikat yang
memperjuangkan hak-hak perempuan terutama ialah hak untuk memilih dan
dipilih atau hak suara. Alasan kenapa penulis tertarik untuk mengkaji tema
tersebut ialah karena Alice Paul itu sendiri merupakan tokoh pejuang perempuan
yang pada zamannya berjuang dengan cara yang tidak biasa. Ia dalam
perjuangannya banyak sekali mendapat kritikan dan penolakan keras baik itu dari
pemerintah maupun dari rekan-rekan sesama aktifis perempuan. Akan tetapi
pergerakannya ini menghasilkan sebuah amandemen yang mampu merubah
kehidupan kaum perempuan di Amerika Serikat.
Setelah menentukan tema penulis mengajukan judul penelitiannya kepada
Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS). Setelah mendapatkan persetujuan
dari pihak TPPS, selanjutnya, peneliti menyusun rancangan penelitian berupa
proposal penelitian.
3.1.2 Penyusunan Rencana Penelitian
Langkah selanjutnya setelah menentukan tema penelitian dan mengajukan
tema tersebut kepada TPPS, ialah menyusun rencana penelitian atau proposal
penelitian. Adapun subtansi dalam proposal penelitian tersebut ialah:
1. Judul
2. Latar Belakang Masalah Penelitian
3. Rumusan Masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Manfaat Penelitian
6. Kajian Pustaka
7. Metode Penelitian
8. Sistematika Penulisan
9. Daftar Pustaka
Proposal penelitian tersebut kemudian dipaparkan di hadapan tim
pertimbangan penelitian skripsi dan calon pembimbing dalam kegiatan seminar
proposal pada tanggal 12 Novemver 2013 di Laboratorium Jurusan Pendidikan
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.1.3 Proses Bimbingan
Setelah proposal penelitian disetujui oleh pihak TPPS dan calon
pembimbing maka penulis mendapatkan SK penelitian dengan nomor
012/TPPS/JPS/PEM/2013. Kemudian melanjutkan penelitiannya ke proses
bimbingan dengan Pembimbing I ialah Dr. Nana Supriatna, M.Ed dan
Pembimbing II Moch. Eryk Kamsori, S.Pd. proses bimbingan ini dilakukan secara
bertahap dan berkelanjutan. Dalam proses bimbingan ini penulis mendapat saran,
arahan serta masukan dari kedua pembimbing dalam proses penyusunan skirpsi
ini. setiap hasil kerja yang dilakukan penulis akan dikonsultasikan kepada para
pembimbing dan hasilnya akan dicatatan dalam lembar frekuensi bimbingan.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini penulis melaksanakan penelitiannya sesuai dengan metode
historis yang telah di paparkan sebelumnya.
3.2.1 Heuristik Atau Pengumpulan Sumber
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tahapan heuristik merupakan
tahapan dalam mengumpulkan sumber-sumber sejarah. karena teknik penelitian
yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini ialah teknik studi literatur
sehingga penulis hanya menggunakan sumber tulisan dalam penyususnan skripsi
ini.
Dalam tahapan heuristik ini penulis melakukan pengumpulan data dengan
cara mengunjungi perpustakaan-perpustakaan yang ada di indonesia dan juga
mencari berbagai sumber dengan membelinya di toko-toko buku online maupun
ke toko-toko buku yang ada di sekitar wilayah kota bandung, selain itu peneliti
juga mencari sumber dengan menggunakan fasilitas internet seperti Browsing dan
mengunjungi berbagai website yang dinilai dapat membantu penelitian skripsi
penulis.
Pertama penulis mengunjungi perpustakaan Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI). Di perpustakaan ini penulis menemukan cukup banyak sumber
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
buku-buku mengenai sejarah Amerika Serikat dan encyclopedia perempuan serta
buku-buku mengenai feminisme dan konsep demokrasi. Berikut ini merupakan
beberapa buku yang didapat penulis di perpustakaan UPI Women in World
History: A Biography Ensiklopedia Volume 12 karya comire (2001), The
Enduring Vision - A History Of American People Volume 2: From1865 karya
Boyer (1990), Democracy In America karya De Tocqueville (1956). Selanjutnya
ialah penulis mengunjungi American Corner yang berada di perpustakaan Institut
Teknologi Bandung (ITB). Di perpustakaan ini penulis menemukan satu buku
yang dapat menjadi sumber referensi penulis dalam menyusun skripsi ini yaitu, Women’s Movemen in the United State: Woman Suffrage, Equal Right And
Beyond yang ditulis oleh Buechler (1990). Selanjutnya peneliti mengunjungi
perpustakaan Universitas Indonesia (UI), disini penulis mendapatkan cukup
banyak sumber skripsi dan juga buku. Selain itu penulis juga mengunjungi
Perpustakaan Batoe Api di Jatinangor Sumedang, kemudian perpustakaan CSIS di
jakarta dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) serta perpustakaan
KAA di jalan Asia-Afrika Bandung.
Selain mencari sumber buku di perpustakaan peneliti juga mencari sumber
dengan membelinya di toko-toko buku baik itu toko buku online maupun toko
buku yang berada di sekitar kota bandung dan mendapatkan beberapa buku. Buku
yang didapat penulis dari toko buku diantaranya ialah Lahir untuk kebebasan jilid
I dan II karya Evans (1994) dan Alice Paul Equality For Women (Lives Of
American Womens) karya Lunardini (2013) dibeli penulis melalui aplikasi Google
Play Book. Selain itu penulis juga cukup banyak mendapatkan buku-buku lain
yang dinilai relevan dengan penelitian penulis dalam bentuk e-book. Misalnya
seperti buku Alice Paul And The American Suffrage Campaign yang ditulis oleh
Katherine H. Adams dan Michael L. Keene (2008) dan Woman Suffrage In
America yang ditulis oleh Elizabeth Frost-Knappman dan Kathryn Cullen-DuPot
(2005).
Dengan menggunakan media internet penulis juga mendapatkan banyak
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
resmi organisasi Alice Paul fondations yaitu http://www.alicepaul.org/, website
resmi United State Liblary of Congres yaitu http://www.loc.gov/. Selain itu
penulis juga mengunjungi sebuah website yang dikembangkan oleh University of
California yang bernama Calisphere, yaitu http://www.cdlib.org/. Dalam website
tersebut penulis mendapatkan sebuah e-book yang dapat didownload yang
berjudul Conversations with Alice Paul: Woman Suffrage and the Equal Rights
Amendment. Buku tersebut merupakan hasil dari wawancara Amelia R. Fry
dengan Alice Paul pada tahun 1976.
3.2.2 Kritik
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan
langkah-langkah dalam metode historis, ialah setelah melakukan heuristik adalah
melakukan kritik. Tujuan dari kritik ialah untuk menyaring sumber-sumber yang
telah didapatkan agar didapat sumber yang terpercaya, dan relevan dengan tema
penelitian ini. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tahapan kritik terbagi
menjadi dua yaitu, ktitik eksternal dan internal.
3.2.2.1Kritik Eksternal
Kritik Ekternal ialah melakukan telaah terhadap aspek luar dari sumber
tersebut, seperti misalnya siapa yang menulisnya, apa tujuannya dan sebagainya.
Kritik ektsternal memiliki tujuan untuk meminimalisiir unsur subjektifitas yang
terdapat pada sumber sejarah.
Penulis melakukan kritik eksternal pada buku yang berjudul Conversations
With Alice Paul: Woman Suffrage And the Equal Rights Amendmentyang ditulis
oleh Amelia R. Fry (1976). Buku tersebut penulis dapatkan dengan cara
mendowloadnya dalam bentuk PDF di sebuah situs yang dikembangkan oleh
University Of California yang bernama Calisphere. Buku tersebut disusun
berdasarkan sebuah proyek di University of California yaitu Suffrage Oral History
Project. Amelia R. Fry merupakan seorang wartawan di Amerika Seikat. Ia
pernah bekerja sebagai reporter dari suburban daily newspaper dari tahun 1966
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
University of Illinois. Ia mendapat gelar B.A dalam Phsychology and English di
University of Oklahomadan gelar M.A dalam Educational pshychology and
English di University of Illinois. Dia memimpin beberapa seri wawancara dalam
Suffrage Oral History Project di University of California. selain dengan Alice
Paul dia juga mewawancarai Mabel Vernon. Berdasarkan latar belakang
penulisnya, buku ini penulis anggap dapat digunakan sebagai sumber. Buku ini
berbahasa Inggris, karena itu untuk memahami isinya penulis perlu untuk
menerjemahkanya terlebih dahulu. Karena buku ini merupakan sebuah transkrip
dari hasil wawancara, maka penulis memerlukan waktu yang cukup lama untuk
memahami maksudnya. Karena seperti halnya sebuah transkrip wawancara,
sehingga buku tersebut berisi seperti sebuah naskah atau dialog antara dua orang.
Penulis menganggap buku tersebut sebagai sumber primer dalam penelitian ini,
karena buku tersebut berisi percakapan dengan Alice Paul, mengenai
perjalanannya selama ia menjadi aktifis Suffrage. Ia merupakan subjek dari
penelitian penulis. Namun karena buku tersebut merupakan hasil wawancara,
sehingga yang dipaparkanya pun berdasarkan sudut pandang dari tokoh tersebut.
Sementara untuk sumber-sumber lainnya penulis tidak melakukan kritik eksternal,
karena sumber lainya yang penulis dapatkan tergolong kepada sumber sekunder
berupa buku-buku, karya ilmiah seperti skripsi serta artikel-artikel dari internet.
3.2.2.2Kritik Internal
Kritik internal merupakan tahapan selanjutnya dalam proses kritik. Kritik
internal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ialah melakukan uji kredibilitas
terhadap sumber dengan mempertimbangkan aspek isinya.
Penulis membandingkan isi dari sumber satu dengan yang lainnya. Penulis
membandingkan isi dari buku Alice Paul And The American Suffrage Campaign
yang ditulis oleh Adamas dan Keene (2008) dengan buku Alice Paul Equality For
Women (Lives Of American Womens) yang ditulis oleh Lunardini (2013). Kedua
buku tersebut sama-sama menuliskan mengenai perjuangan Alice Paul dalam
memperoleh hak pilih bagi wanita, namun dengan sudut pandang yang berbeda.
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Paul dalam pergerakannya. Penulis buku itu mengkomparasikan latar belakang
Alice paul yang berasal dari kaum Quaker dengan strategi yang digunakan oleh
tokoh tersebut dalam memperjuangkan hak suara perempuan. Buku tersebut juga
membandingkan Alice Paul dengan Gandhi yang percaya bahwa perlawan tanpa
kekerasan merupakan jalan terbaik dalam mencapai kemenangan. Dalam buku
tersebut juga dijelaskan mengani konsep militansi yang dijalankan oleh Alice Paul
dalam pergerakannya. Sementara buku yang ditulis oleh Lunardini (2013) lebih
memfokuskan kajiannya terhadap perjalanan hidup Alice Paul. Ruang lingkup
buku tersebut ialah ketia Paul berada di Inggris dan mulai tertarik pada pergerakan
hak perepuan (Suffrage) hingga ia berhasil meloloskan amandemen ke-19 sebagai
kemenangan dari gerakan suffrage di Amerika Serikat. Kedua buku tersebut
sama-sama menggambarkan sosok tokoh ini sebagai gadis dengan pemikiran yang
progresif dan militan.
Setelah melalui proses kritik internal ini diharapkan sumber yang
didapatkan merupakan data yang valid. Yang kemudian dapat digunakan sebagai
bahan dari penulisan skripsi ini.
3.2.3 Interpretasi atau Penafsiran
Setelah melalui proses heuristik dan kritik, langkah selanjutnya ialah
melakukan interpretasi atau penafsiran. Sjamsudin (2007) mengatakan bahwa
ketika sejarawan menulis, disadari atau tidak, mereka berpegangan pada salah satu
atau kombinasi dari beberapa filsafat sejarah yang menjadi dasar penafsirannya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan filsafat deterministik untuk
menafsirkan fakta-fakta dalam skripsi ini. Filsafat sejarah deterministik menolak
semua penyebab yang berdasarkan kebebasan manusia. Artinya sejarah manusia
ditentukan oleh kekuatan yang berada diluar dirinya. Tenaga yang berada diluar
diri manusia bisa berasal dari faktor-faktor geografis, etnologi, faktor lingkungan
budaya seperti sisten sosial atau ekonomi.
Permasalahan yang di kaji dalam skripsi ini juga dilatarbelakangi oleh
keadaan diluar diri manusia, yaitu keadaan budaya atau sistem sosial. Alice Paul
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Amerika Serikat pada masa itu, dimana kaum perempuan dianggap sebagai
golongan yang inferior dan termarginalkan. dari berbagai macam penafsiran yang
termasuk kedalam filsafat deterministik, penulis menggunakan penafsiran sintetis.
Penafsiran sintetis percaya bahwa ada banyak faktor penggerak sejarah.
penafsiran ini menekankan bahwa sebuah fase dalam periode perkembangan
sejarah tidak dapat ditentukan oleh satu sebab tunggal. Sebuah perkembangan dan
jalannya sejarah ini pada hakikatnya digerakan oleh beberapa faktor dan tenaga
secara bersama-sama dan sebagai penggerak utama tetap adalah manusia.
Penafsiran ini dipilih karena peran Alice Paul dalam pergerakan suffrage dilatar
belakangi oleh berbagai faktor. Selain itu selama ia memimpin pergerakan
tersebut, strategi serta taktik yang ia gunakan dipengaruhi oleh berbagai faktor
pendukung lainnya seperti keadaan sosial, politik, dan budaya yang berlaku di
Amerika Serikat pada masa itu.
3.2.3.1 Pendekatan
Dalam melakukan interpretasi penulis menggunakan pendekatan
interdisipliner. Pendekatan interdisipliner ialah pendekatan dalam memecahkan
suatu masalah dengan menggunakan tinjauan dari berbagai sudut pandang ilmu
serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Yang dimaksud dengan
ilmu-ilmu serumpun ialah karena selain menggunakan ilmu sejarah sebagai
acauan utama untuk mengkaji permasalahan ini, penulis juga menggunakan
konsep-konsep dari displin ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, politik dan
ilmu psikologi. Dalam ilmu sosiologi penulis mengambil konsep gender,
feminisme dan emansipasi. dalam ilmu politik penulis menggunakan konsep
demokrasi dan hak suara untuk mempertajam analisis peremasalahan yang di kaji.
Serta dengan ilmu psikologi penulis meminjam teori psikologi sosial.
Konsep Gender yang digunakan oleh penulis, ialah karena penelitian
mengenai peran Alice Paul ini memiliki akar permasalahan dari pembagian
gender. Pembagian gender merupakan hasil konstruksi masyarakat terhadaip sifat
dan peran yang cocok terhadap dua jenis kelamin. Untuk memahami dirinya
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
munculah sebuah manifestasi maskulin untuk laki-laki dan feminim untuk
perempuan. Dari pembagian gender tersebut berkembang menjadi pembagian
peran yang cocok untuk kedua sifat tersebut. Misalnya laki-laki berperan sebagai
pemimpin, mencari nafkah dan bekerja, sedangkan perempuan mengurus rumah,
mengasuh anak dan membuat makanan. Seiring berjalannya waktu pembagian
peran gender ini menjadi seolah-olah merupakan kodrat. Sementara masyarakat
semakin berkembang, pembagian gender ini pun menjadi semakin kompleks tidak
hanya meliputi pembagian peran tetapi meliputi ruang lingkup. Sehingga terjadi
pemisahan ruang lingkup anatar laki-laki dan perempuan, seperti apa yang boleh
di lakukan laki-laki dan tidak boleh dilakukan perempuan begitupun sebaliknya,
atau dimana seharusnya perempuan berada dan dimana seharusnya laki-laki
berada. Tanpa disadari dampak dari pembagian gender ini ternyata telah
memperkecil peran serta ruang lingkup salah satu pihak yaitu kaum perempuan
dalam masyarakat. Hal tersebut itulah yang kemudian disebut sebagai
ketidakadilan gender yang menurut penafsiran penulis merupakan akar dari
permasalahan ini.
Konsep emansipasi dapat diartikan sebagai upaya untuk meraih kesetaraan
hak dan kedudukan sosial di masyarakat. tujuan emansipasi ialah untuk meraih
kesetaraan antara kaum perempuan dan laki-laki. Emansipasi akan dilakukan jika
seorang atau sekelompok individu merasa tidak sepakat akan peran yang ia harus
mainkan dan situasi ia rasa merugikan dalam masyarakat, maka ia akan berusaha
membebaskan diri dan menuuntut agar ia dapat mengatur kehidupannya sesuai
dengan yang ia kehendaki serta menuntut hak-haknya sebagai manusia.
Emansipasi biasaya selalu di kaitkan dengan kaum perempuan, namun
sesungguhnya tidak hanya kaum perempuan yang melakukan emansipasi tetapi
kaum laki-laki pun dapat melakukan emansipasi. Hanya saja, emanispasi
merupakan bentuk perlawanan akibat dari ketidakadilan gender yang terjadi di
masyarakat, dan sebagian besar yang menerima ketidakadilan gender tersebut
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ketidakadilan dalam peran yang mereka jalankan melakukan emansipasi untuk
meraih kesetaraan dengan kaum laki-laki.
Penulis menafsirkan Pergerakan Alice Paul merupakan sebuah upaya
emansipasi kaum perempuan dalam menuntut persamaan hak dan kedudukan
sosial mereka di masyarakat. ia menyadari bahwa sebagai manusia perempuan
juga memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki. Peran yang telah diberikan
kepada perempuan oleh masyarakat selama ini memang telah membatasi ruang
gerak perempuan. Namun hak-hak kaum perempuan sebagai manusia tidak berarti
hilang karena perannya. Maka dari itulah Alice Paul berupaya untuk
mengembalikan hak-hak kaum perempuan yang tercabut karena pembagian peran
di masyarakat. Upaya emansipasi Alice Paul ini diwujudkan dalam perjuangannya
memperoleh hak suara bagi perempuan.
Konsep demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang segenap rakyat
turut serta memerintah dengan perantara wakil-wakilnya. Dalam demokrasi
kedaulatan rakyat menjai hal utama. Penulis menggunakan konsep demokrasi
dalam pendekatan untuk mengkasi permasalahan dalam penelitian ini, ialah
karena negara Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang menganut
sistem demokrasi, selain itu pergerakan Alice Paul dalam menuntut hak suara
yang merupakan hak kewarganegaraan, merupakan sebuah upaya untuk
mewujudkan demokrasi. Pada era modern, konsep demokrasi tidak hanya meliputi
bidang politik saya, tetapi juga bidang ekonomi, sosial dan HAM. Berdasarkan
konsep demokrasi, kajian mengenai parmasalahan ini merujuk pada konsep
demokrasi individualisme liberal. Yaitu menjelaskan demokrasi sebagai pelindung
manusia dari kesewenang-wenangan kekuasaan pemerintah dan pemerintah
sebagai pelindung kebebasan seluruh rakyat dari ancaman gangguan. Model
demokrasi ini menginginkan kesamaan universal bagi seluruh rakyat dan
kesamaan hak bagi seluruh rakyat dalam proses politik hal ini ditandai dengan
“satu orang satu suara.”
Keadaan dalam model demokrasi individualisme liberal inilah yang
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang sederajat dalam kemerdekaan dan hak-hak dasarnya. Amerika Sendiri
memang menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya. Namun
dikarenakan keadaan sosial budaya disana pemerintahnya tidak memberikan Hak
kewarganegaraan pada kaum perempuan, hal tersebut tentu merupakan sebuah
pelanggaran dalam sistem pemerintahan demokrasi. Dimana kedaulatan rakyat
menjadi hal yang utama dan harus dilindungi oleh negara, tetapi justru tidak
diberikan oleh negara.
Hak memberikan suara atau hak memilih merupakan hak setiap individu
atau warga negara yang pemenuhannya harus dijamin oleh negara. Hak untuk
memberikan suara atau memilih merupakan hak asasi subyektif dari setiap
individu yang tidak boleh diintervensi oleh siapapun, baik itu oleh negara maupun
oleh masyarakat. setiap warga negara bebas menggunakan hak pilihnya tanpa
takut akan ancaman dalam bentuk apapun. Salah satu perwujudan dari
pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yaitu
diberikan pengakuan kepada rakyat untuk berperan serta secara aktif dalam
menentukan wujud penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Dan sarana untuk
mewujudkannya ialah dengan pemilihan umum dimana rakyat memberikan
suaranya atau pilihannya. Hak pilih warga negara dalam pemilihan umum adalah
salah satu substansi terpenting dalam perkembangan demokrasi, sebagai bukti
adanya eksistensi dan kedaulatan yang dimiliki rakyat dalam pemerintahan.
Karena itulah penulis menggunakan konsep hak suara dalam kajian
penelitian ini untuk menjelaskan dan menganalisis hal yang diperjuangkan oleh
Alice Paul. Dalam sebuah sistem pemerintahan demokrasi pemenuhan hak suara
sangat penting sekali. Kaum perempuan di Amerika Serikat pada masa itu tidak
diberikan hak suara dikarenakan keadaaan sosial budaya yang menganggap
perempuan tidak cukup cakap untuk mengambil keputusan dikarenakan
sifat-sifatnya. Pemenuhan hak suara dalam masyarakat demokrasi merupakan hal yang
sangat penting, karena dengan dipenuhinya hak suara maka hal tersebut
melambangkan kedaulatan rakyat, kebebasan bernegara dan kesetaraan dalam
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Konsep atau teori feminisme dan penelitian ini penulis gunakan untuk
mengkaji permasalahan dalam penelitian ini. teori feminisme mengkaji
permasalahan dengan pemecahan yang female centris. Feminisme muncul dilatar
belakangi oleh struktur sosial yang berlaku di masyarakat menimbulkan banyak
terjadi diskriminasi, berbagai penindasan terhadap kaum wanita bahkan
ketidaksetaraan gender. Landasan feminisme ialah ketika kaum wanita mendapat
intimidasi dari kaum laki-laki. Kenyataannya selama ini ada batas yang sangat
kuat dan jelas yang memperlihatkan dominasi kaum laki-laki di berbagai sektor
kehidupan, yang pada akhirnya mengecilkan peran yang dimiliki kaum
perempuan. Oleh karena itu, feminisme mempunyai asumsi dasar bahwa, akibat
perlakuan diskriminatif dan adanya marginalitas terhadap kaum perempuan dalam
memilih jalan hidupnya membuat adanya ketimpangan dalam hak asasi wanita
dan pria yang sangat tidak sebanding. Kajian mengenai peran Alice Paul ini
merupakan salah satu kajian feminisme, dimana kaum perempuan berusaha
melakukan emansipasi untuk melawan ketidak adilan gender dan perlakuan
diskriminatif yang terjadi padanya. Karena menggunakan kajian feminisme, maka
penulis mengkaji penelitian ini berdasarkan sudut pandang female centris, yaitu
permasalahan di kaji berdasarkan sudut pandang dari keadaan sosial, budaya
wanita dimana keadaan tersebut mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat
dan membongkar ketimpangan-ketimpangan yang terjadi di masyarakat.
Kajian penulis mengenai pergerakan Suffrage yang dilakukan oleh Alice
Paul ini termasuk kedalam kajian feminisme liberal klasik yangmuncul pada abad
ke-18. Femnisme liberal klasik memperioritaskan hak lebih tinggi dari pada
kebaikan dan mengharapkan negara melindungi kebebasan sipil, seperti hak
kepemilikan, hak memilih, kebebasan untuk berbicara, kebebasan beragama dan
kebebasan untuk berorganisasi. John Mill salah satu pemikir feminisme liberal
klasik menekankan pentingnya perempua mengekspresikan keinginannya dan
berani meraih kebahagiaan yang mereka inginkan dan bukan berdasarkan apa
yang orang lain inginkan. Karena itu Hak pilih merupakan jalan keluar bagi
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk membesakan perempuan dari penindasan peranan gender, dan upanya untuk
mewujudkan kesetaraan bagi perempuan dilakukan melalui pendekatan legalitas,
melalui jalur hukum dengan cara mereformasikan sistem yang ada.
Teori psikologi sosial digunakan untuk mengkaji bagaimana seorang tokoh
dapat merubah pandangan masyarakat. Bagaiman seorang individu dapat tampil
sebagai seorang pemimpin dalam kelompoknya. Berdasarkan kajian psikologi
sosial mengenai munculnya seorang individu yang berperan sebagai pemimpin
ialah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor dari dalam individu itu
sendiri seperti kecakapan, pengetahuan dam pengalamannya dinilai memiliki
kelebihan dari orang lain yang ada dalam kelompoknya. Yang kedua ialah karena
individu tersebut memang sering tampil dihadapan publik. Yang ketiga ialah
faktor keadaaan yang chaos atau kacau dimana menuntut untuk segeranya tampil
seorang pemimpin. Alice Paul ia telah terbiasa dididik dengan ide-ide kesetaraaan
dalam lingkungan keluarganya, selin itu saat dewasa ia bekerja dalam bidang
sosial sehingga dalam dirinya tumbuh kepedulian sosial yang sangat tinggi.
Meliha keadaan kaum perempuan di negaranya yang dianggap belum mendapat
kemerdekaan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka jika dilihat dalam sudut
pandang psikologi sosial tingkah laku Alice Paul ini termasuk kedalam pola
tingkah laku objektivisme, yaitu faktor lingkungan atau masyarakat yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Dalam psikologi sosial juga terdapat aspek-aspek lain seperti identifikasi,
imitasi, sugesti, dan simpatik. Dalam memimpin gerakan suffrage alice Paul
selalu menerapkan kebijakan anti kekerasan namun dia juga menggunakan
strategi-strategi yang militan dalam pergerakannya, berbagai reaksi yang
ditunjukan oleh masyarakat terhadapnya, namun dari berbagai reaksi tersbut pada
akhirnya Alice Paul dapat meraih simpatik masyarakat melalui pergerakannya.
Hal tersebut ditunjukan dengan banyaknya anggota masyrakat yang bergabung
dengannya dalam organisasi NWP secara sukarela.
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Historiografi merupakan tahapan terakhir dalam proses pelaksanaan
penelitian yang sesuai dengan metode historis. Pada tahapan ini penulis
melakukan historiografi atau penulisan sejarah dengan aturan-atauran yang
disesuaikan dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh UPI
tahun 2013. Dalam historiografi ini terdiri atas lima bab, yaitu bab I mengenai
pendahuluan, bab II mengenai kajian pustaka, bab II ialah mengenai metode
penelitian, bab IV merupakan pembahasan dan bab V merupakan kesimpulan dan
saran.
Untuk memudahkan dalam historiografi, dalam bab IV, penulis
membaginya kedalam beberapa sub-bab berdasarkan kronologi waktunya. Yaitu,
pada sub-bab pertama penulis membahas mengenai gambaran umum kehidupan
perempuan Amerika Serikat, kemudian perkembangan pergerakan perempuan di
Amerika Serikat, setelah itu penulis membahas mengenai peranan Alice Paul
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN
Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi ini, yang berjudul
Peranan Alice Paul Dalam MemperolehHak Suara Bagi Wanita Di Amerika Serikat (1910-1920). Kesimpulan ini merujuk pada jawaban atas permasalahan
yang telah dikaji pada bab sebelumnya yang tertuang dalam rumusan masalah.
5.1 Kesimpulan
Secara umum penulis berkesimpulan bahwa sosok Alice Paul merupakan
sosok pemimpin gerakan suffrage yang berbeda dengan para pemimpin lainnya
pada masa itu, seperti Carrie Capman Catt atau Dr Anna Howard Shaw. Ia, berani
mengambil tindakan yang radikal tanpa menghiraukan pandangan subordinat
terhadap perempuan. Berkaitan dengan kesimpualan penelitian ini, penulis
merumuskan tiga hal yang merujuk pada permasalahan penelitian ini, yaitu:
Pertama, latar belakang Alice Paul memperjuangkan hak suara bagi wanita
di Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang
mengaplikasikan sistem demokrasi dalam sistem pemerintahannya. Sistem
demokrasi sangat mengutamakan kebebasan dan hak dari rakyat. Karena itu dalam
proses pemilihan pemimpinnya juga harus melalui persetujuan rakyat. Hal
tersebut diwujudkan dalam sebuah pemilihan umum, dengan kata lain dalam
sistem demokrasi kedaulatan rakyat merupakan hal yang sangat penting. Tentu
saja hal tersebut juga tertuang dalam naskah deklarasi kemerdekaan Amerika
Serikat Sendiri. Dalam naskah tersebut para bapak pendiri negara itu menyatakan
bahwa “We hold these truths to be self-evident, that all men are created equal, that they are endowed by their Creator with certain unalineable Right...”.
berdasarkan pernyataan tersebut, dapat terlihat bahwa Negara itu Mengakui
bahwa setiap manusia diciptakan sederajat dan telah di karuniai dengan hak azasi
yang tak tercabutkan. Penulis meyakini bahwa hak kewarganegaraan juga
merupakan bagian dari hak azasi tersebut, apalagi jika dikaitkan dengan sistem
Fury Ismaya, 2015
PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kewarganegaraan juga termasuk hak suara atau hak untuk dipilih dan memilih.
Hak-hak tersebut seharusnya diberikan secara penuh bagi seluruh warga negara
dan merupakan tugas pemerintah untuk menjamin dan melindunginya. Namun
pada masa itu kehidupan sosial di Amerika Serikat sangat didominasi oleh kaum
laki-laki. Hal tersrbut dikarenakan oleh pembagian peran gender yang
memarginalkan kaum perempuan. Masyarakat Amerika Serikat percaya bahwa
peran perempuan ialah untuk mengurus rumah tangga, dan mengasuh anak.
karena itulah kegiatan perempuan pada masa itu hanya berada di sekitar rumah.
Selain itu pembagian peran pada masa itu yang seringkali menimbulkan bias
gender yang menyebabkan kesalahpahaman mengenai konsep gender dan jenis
kelamin. Jenis kelamin merupakan kodrat tuhan, berlangsung selamanya di segala
tempat dan waktu. Sementara gender merupakan sifat hasil dari rekonstruksi
sosial. Sehingga gender bersifat tidak tetap, dapat berubah dari masa-kemasa dan
berbeda-beda dalam setiap tempat. Masyarakat Amerika Serikat pada masa itu
sering kali menyamakan gender dengan jenis kelamin sehingga, seolah-olah
perempuan itu memang telah dikodtratkan untuk menjadi lemah-lembut, penurut
dan emosional. Karena itu masyarakat memberikan peran pada perempuan untuk
menegurus rumah tangga dan membesarkan anak. Masyarakat menganggap
perempuan tidak cocok untuk tampil di hadapan publik, berpartisipasi dalam
politik maupun mengambil keputusan dikarenakan sifat perempuan yang
emosional dan tidak rasional. Selain itu keadaaan perempuan disana juga sangat
dipengaruhi oleh adat istiadat Eropa, mengenai citra perempuan Victorian, yang
cantik, lemah-lembut, penurut dan anggun. Sehingga selain kegiatan rumah
tangga dan mengurus anak kegiatan lain yang cocok untuk perempuan ialah
mempercantik diri. Kehidupan beragama di masyarakat Amerika Serikat pada
masa itu juga semakin memperkecil peran perempuan. Agama kristen Protestan
yang berkembang disana sangat menuntut kepatuhan perempuan terhadap
suaminya. John Calvin menyatakan bahwa kepatuhan perempuan terhadap suami