• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun Oleh OLGA GULTOM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Disusun Oleh OLGA GULTOM"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, NILAI TUKAR DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM( Studi pada Sub-Sektor Perbankan yang

Terdaftar di BEIPeriode Tahun 2012-2017)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh OLGA GULTOM

140907113

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTARSI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)

ABSTRAK

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar dan Inflasi Terhadap Harga Saham(Studi pada Sub-sektor Keuangan uang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode Tahun 2012-2017)

Nama : Olga Gultom NIM : 140907113

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis Dosen Pembimbing : Dr. Ihsan Effendi S.E M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga, nilai tukar dan inflasi terhadap harga saham pada sub-sektor keuangan yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI).

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purpose Sampling, jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda dengan data panel. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan Eviews 7.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Nilai Tukar berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham sedangkan variabel Tingkat Suku Bunga dan Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham di sub- sektor keuangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) periode tahun 2012- 2017.

Kata Kunci : Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar, Inflasi, Harga Saham

(3)

ABSTRACT

The Influence of Interest Rate, Exchange Rate and Inflation To The Stock Price (Study Atfinancial sub-sector listed on the Indonesia stock exchange

(IDX) for the period 2012-2017)

Name : Olga Gultom NIM : 140907113

Study Program Business Administration Science Advisor : Dr. Ihsan Effendi S.E M.Si

This study aims to determine the effect of interest rates, exchange rates and inflation on stock exchange (IDX).

This study uses quantative methods, determination of samples in this study using the purpose sampling method, the type of data in this study uses secondary data, while the data analysis method used in this study is a multiple linear regression model with panel data. Testing is done using the help of eviews 7.

The results showed that the exchange rate variabel had an effect on and significant on stock prices while the interest rate and inflation variabels had a negative and not significant effect on stock prices in the financial sub-sector listed on the Indonesia stock exchange (IDX) for the period 2012-2017.

Keywords : Interest Rate, Exchange Rate, Inflation, Stock Price

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, atas berkat kasih dan penyertaan Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar dan Inflasi Terhadap Harga Saham” (Studi pada Sub-sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2017).

Skripsi ini dibuat guna memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis (S.AB), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Ucapan terimakasih dari hati yang paling dalam penulis ucapkan kepada kedua orangtua penulis, Bapak Sampe Gultom dan Uma MerduSinaga yang telah mendidik dan memberikan seluruh kebutuhan penulis dalam bentuk moril maupun materi, yang selalu mendoakan dan mendukung serta memberikan doa dan semangat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

Kepada semua saudara-saudara kandung penulis Ka Yuniati Gultom, Abang AnggiatGultom, AdekkuAnita Gultom dan Meiati Gultom serta Abang IparJohanson WilliamSihombing. Terimakasih untuk segala perhatian dan dukungan serta doa-doa tulus dari kalian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih secara khusus kepada adekku Anita Gultom, sebagai saudara dan sahabat yang selalu memberi waktu dan tenaga serta saudara seperjuangan di

(5)

perantauan ini. Terimakasih untuk tetap menguatkan dan memahamiku dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Terimakasih yang setulus – tulusnya kepada Bapak Dr. Ihsan Effendi, S.E M.Si, sebagai dosen pembimbing penulis, yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan kontribusi tenaga dan pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa bimbingan beliau, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Beti Nasution M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh dosen-dosen Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis yang telah membimbing dan mendidik penulis selama kuliah.

5. Kak Siswati, S.Sos, M.SP dan Bang Farid, S.H selaku staf pegawai Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

(6)

Sumatera Utara yang berperan membantu penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

6. Kakak-kakak staf pengajar Study A+ (Ka Dewi, Ka Elfrida, Ka Eva, Ka Christ dan Ka Vera) yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

7. Sahabat-sahabat penulis (Lammauli, Lamiur, Dena, Ika Delima Indah) yang turut menyemengati dan mendoakan penulis.

8. Teman-teman seperjuangan AB stambuk 2014 yang menjadi teman belajar dan berbagi informasi.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis ucapkan satu- persatu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Medan, 29 Januari 2019 Penulis

Olga Gultom NIM : 140907113

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB IPENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Pembatasan Masalah ... 7

1.4. Rumusan Masalah ... 7

1.5. Tujuan Penelitian ... 7

1.6. Manfaat Penelitian ... 8

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Kebijakan Moneter ... 9

2.1.1. Pengertian Kebijakan Moneter ... 9

2.1.2. Fungsi Kebijaksanaan Moneter ... 10

2.2. Suku Bunga ... 10

2.2.1. Pengertian Suku Bunga ... 10

2.2.2. Dampak Perubahan Suku Bunga Bagi Perusahaan ... 12

2.2.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Suku Bunga ... 12

2.2.4. Komponen-Komponen dalam Menentukan Bunga Kredit ... 14

(8)

2.3. Nilai Tukar ... 16

2.3.1. Pengertian Nilai Tukar ... 16

2.3.2. Faktor – Faktor Penggerak Foreign Exchange ... 18

2.3.3. Kebijakan Nilai Tukar Uang ... 18

2.4. Inflasi ... 19

2.4.1. Pengertian Inflasi ... 19

2.4.2. Efek Inflasi Terhadap Perkembangan Ekonomi ... 20

2.4.3. Jenis Inflasi ... 21

2.5. Saham ... 23

2.5.1. Pengertian Saham ... 23

2.5.2. Jenis Saham ... 23

2.5.3. Hak Pemegang Saham ... 24

2.6. Penelitian Terdahulu ... 25

2.7. Kerangka Berpikir ... 28

2.8. Hipotesis ... 28

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1. Bentuk Penelitian ... 29

3.2. Defenisi Operasional Variabel ... 29

3.2.1. Variabel Independen ... 29

3.2.2. Variabel Dependen ... 30

3.3. Populasi dan Sampel ... 30

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 36

3.5. Teknik Analisis Data ... 37

3.5.1. Estimasi Model Data Panel ... 38

(9)

3.5.2. Pemilihan Model Regresi Data Panel ... 41

3.5.3. Uji Asumsi Klasik ... 43

3.5.4. Analisis Regresi Linear Berganda ... 46

3.5.5. Uji Hipotesis ... 47

BAB IVGAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 50

4.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 50

4.2. Gambaran Perusahaan Perbankan ... 55

4.2.1. Bank Central Asia ... 55

4.2.2. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ... 55

4.2.3. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ... 58

4.2.4. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk ... 59

4.2.5. Bank Mandiri (Persero) Tbk ... 62

4.3. Analisis Deskriptif ... 63

4.4. Pemilihan Model Regresi Data Panel ... 64

4.4.1. F Test (Chow-Test) ... 65

4.4.2. Hausman Test ... 66

4.5. Uji Asumsi Klasik ... 67

4.5.1. Uji Normalitas ... 67

4.5.2. Uji Multikolinieritas ... 67

4.5.3. Uji Autokolerasi ... 68

4.5.4. Uji Heteroskedastisitas ... 69

4.6. Analisis Regresi Linear Berganda ... 71

4.7. Pengujian Hipotesis ... 72

(10)

4.7.2. Pengujian dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji T) ... 74

4.7.3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 76

4.8. Pembahasan ... 76

BAB VPENUTUP ... 81

5.1. Kesimpulan ... 81

5.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Indikator Makro Ekonomi Indonesia ... 3

Tabel 1.2 Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Perbankan ... 5

Tabel 3.1 Nama-Nama Sampel Perusahaan ... 31

Tabel 3.2 Data Harga Saham dan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2012 ... 32

Tabel 3.3 Data Harga Saham dan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2013 ... 32

Tabel 3.4 Data Harga Saham dan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2014 ... 33

Tabel 3.5 Data Harga Saham dan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2015 ... 34

Tabel 3.6 Data Harga Saham dan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2016 ... 35

Tabel 3.7 Data Harga Saham dan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2017 ... 36

Tabel 4.1Sejarah BEI ... 51

Tabel 4.2Statistik Deskriptif Variabel Harga Saham, Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah ... 62

Tabel 4.3Hasil Uji Chow ... 65

Tabel 4.4Hail Uji Hausman... 66

Tabel 4.5Hasil Uji Normalitas ... 66

Tabel 4.6Uji Multikolinieritas ... 67

Tabel 4.7Uji Autokolerasi ... 67

Tabel 4.8Uji Heteroskedastisitas ... 68

Tabel 4.9Hasil Regresi Data Panel Dengan Metode Random Effects ... 69

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 28

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik obligasi, saham, reksadana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.( Darmadji dan Fakhruddin, 2006:1).

Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat atau pemodal (investor).

Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lan-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan resiko masing-masing instrument.

Bagi masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan berminat untuk melakukan investasi, hadirnya lembaga pasar modal di Indonesia menambah deretan alternatif untuk menanamkan dananya. Banyak jenis surat berharga (securities) yang di jual di pasar tersebut, salah satunya adalah saham. Saham perusahaan go public sebagai komoditi investasi tergolong beresiko tinggi karena sifat nya yang peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik oleh karena pengaruh yang bersumber dari luar ataupun dari dalam negeri.

Biasanya, investor melakukan pertimbangan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu kinerja fundamental keuangan perusahaan

(14)

untuk menganalisis laba, pergerakan suku bunga bank, tingkat inflasi, kurs nilai tukar mata uang, serta kondisi sosial politik suatu negara.

Krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998 menunjukkan pengaruh kondisi makro ekonomi terhadap kinerja saham, dimana dengan melemahnya nilai tukar rupiah telah berdampak besar terhadap pasar modal di Indonesia. Dengan naiknya kurs Dollar, suku bunga akan naik karena Bank Indonesia akan menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningktat. Fluktuasi krisis ekonomi tersebut akan memacu orang tidak lagi memilih pasar modal sebagai tempat yang menarik untuk berinvestasi karena kondisi makro ekonomi yang kurang mendukung (Adiwarman, 2008).

Pada perekonomian terbuka seperti Indonesia, perubahan variabel makroekonomi dapat sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dalam berbagai industri, terutama dalam industri yang banyak melakukan transaksi dalam mata uang asing misalnya industri sektor keuangan ( Bank, intitusi keuangan, perusahaan sekuritas, dan asuransi) yang juga berdampak pada harga saham sektor keuangan pada pasar modal di Indonesia.

Kondisi perekonomian Indonesia selama periode 2012 sampai dengan 2017 mulai mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian dari data tersebut menunjukkan indikator makro ekonomi antara tahun 2012-2017 masih cenderung melemah. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel 1.1 sebagai berikut :

(15)

Tabel 1.1

Indikator Makro Ekonomi Indonesia

N o

Indikator Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Suku

Bunga 5,75 % 7,50 % 7,75 % 7,50 % 6,50% 4,25%

2 Nilai

Tukar Rp. 9.380,39 Rp.10.451,37 Rp.11.878,30 Rp.13.391,97 Rp.13.307,38 Rp.

13.884

3 Inflasi 4,30 % 8,38 % 8,36 % 3,35 % 3,02 % 3,61%

Sumber : www.bi.go.id(di unduh 05- September-2018)

Suku bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh pemilik modal dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atas penggunaan dan dari pemilik modal, Suseno dalam Naf ‘ an (2014:158).

Perkembangan suku bunga sertifikat bank indonesia (SBI Rate) tahun 2012- 2017 cenderung menurun hal ini berdampak pada keinginan konsumen untuk berinvestasi. Kenaikan suku bunga memicu masyarakat untuk berinvestasi dalam bentuk deposito daripada berinvestasi di pasar modal yang memiliki resiko tinggi.

Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Dalam pengertian yang lain, inflasi merupakan persentase kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga, Natsir (2014:253).

(16)

Kenaikan inflasi akan menyebabkan harga – harga keseluruhan naik sehingga menyebabkan keinginan investasi menurun, karena masyarakat akan cenderung memenuhi kebutuhan primer terlebih dahulu, sedangkan data inflasi tahun 2012- 2017 menunjukkan bahwa inflasi cenderung menurun hal ini berdampak pada keinginan berinvestasi semakin meningkat.

Nilai tukar adalah perbandingan nilai mata uang Rupiah dengan mata uang asing. Nilai tukar atau kurs satu mata uang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika tahun 2012-2017 mengalami penurunan hal ini menjadi malapetaka bagi industri-industri di Indonesia, terutama bagi perusahaan yang meminjam dana dari luar negeri, mereka harus membayar hutang lebih besar, sehingga kinerja perusahaan tersebut akan terlihat melemah, yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham. Pengaruh nilai tukar juga berkaitan dengan adanya investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Para investor asing tetntunya akan mempertimbangkan secara rasional faktor perubahan nilai tukar mata uang sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi.

Pertumbuhan elemen-elemen ekonomi tersebut diatas memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada harga saham sub sektor perbankan beberapa emiten mengalami penurunan harga, beberapa mengalami fluktuasi, dan beberapa mengalami kenaikan harga saham yang signifikan selama periode tahun 2012 sampai dengan 2017. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel 1.2 sebagai berikut

(17)

Tabel 1.2

Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Perbankan (dalam rupiah)

No Nama Emiten

Kode Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017 1 Bank Central

Asia Tbk

BBCA 9.100 9.600 13.125 13.300 15.500 21.900

2 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

BBNI 3.700 3.950 6.100 4.990 5.525 9.900

3 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

BBRI 1.390 1.450 2.330 2.285 2.335 3.640

4 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

BBTN 1.440 8.70 1.205 1.295 1.740 3.570

5 Bank Mandiri (Persero) Tbk

BMRI 4.050 3.925 5.388 4.625 5.788 8.000

(18)

Saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Dengan menyertakan modal tersebuat, maka pihak tersebut memilki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RPUS), Sawidji Widioatmojo, dalam Hadi (2013:67).

Harga saham berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya dapat menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Dengan adanya harga saham kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham pada saat ini, apakah sedang naik, stabil, atau turun. Fluktuasi harga saham dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suku bunga, nilai tukar dan inflasi.

Berdasarkan uraian pemaparan fenomena diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti masalah pengaruh suku bunga, nilai tukar dan inflasi terhadap Harga Saham pada sub-sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan membahasnya dalam bentuk skripsi dengan judul “ Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar, dan Inflasi Terhadap Harga Saham pada Sub-Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012- 2017”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis mengidentifikasi masalah yang terjadi pada hubungan makroekonomi terhadap harga saham sub-sektor perbankan pada pasar modal:

1. Suku Bunga berpengaruh terhadap Harga Saham sub-sektor perbankan.

2. Nilai Tukar berpengaruh terhadap Harga Saham sub-sektor perbankan.

(19)

3. Inflasi berpengaruh terhadap Harga Saham sub-sektor perbankan.

4. Suku Bunga, Nilai Tukar, dan Inflasi berpengaruh terhadap Harga Saham sub –sektor perbankan.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi pembahasan dalam penelitian ini agar tidak meluas, maka penulis membatasi ruang lingkup masalah agar dapat diperoleh hasil yang diharapkan. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah tentang suku bunga, nilai tukar, dan inflasi serta pengaruhnya terhadap harga saham sub-sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2012-2017.

1.4. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham pada sub- sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2012-2017 ?

2. Bagaimana pengaruh nilai tukar terhadap harga saham pada sub-sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2012- 2017 ?

3. Bagaiman pengaruh inflasi terhadap harga saham pada sub-sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2012-2017 ? 1.5. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham pada

(20)

2. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap harga saham pada sub-sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2017.

3. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap harga saham pada sub-sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2017.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak seperti:

1. Bagi Penulis

Sebagai salah satu persyratan dalam memperoleh gelar sarjana dan untuk menambah wawasan di bidang keuangan terutama dalam memahami pengaruh suku bunga, nilai tukar, dan inflasi terhadap harga saham.

2. Bagi Investor

Sebagai referensi yang bermanfaat dalam menambah wawasan ataupun masukan dalam hal pembelian ataupun penjualan saham.

3. Bagi Lembaga/ Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian bagi para akademisi.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi, masukan, dan bahan perbandingan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis pada masa yang akan datang.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Moneter

2.1.1. PengertianKebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan kebijaksanaan yang berhubungan dengan pengendalian jumlah uang yang beredar, dalam hal ini pihak yang bertanggungjawab adalah bank sentral (central banking) lebih tepatnya untuk Indonesia adalah Bank Indonesia yang biasa disebut dengan the last of resort.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dijelaskan Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara lain melalui pengendalian jumah uang beredar dan atau suku bunga, ( Fahmi, 2014:51).

Menurut Syamsi dalam Fahmi (2014:51) mengatakan bahwa kebijaksanaan moneter adalah kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah dibidang keuangan yang berkenaan dengan jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Kebijakan moneter mencakup manajemen tingkat bunga dan jumlah uang beredar. “ Kebijakan moneter bank sentral mempengaruhi tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar mata uang, siklus bisnis, penggunaan tenaga kerja, stabilitas lembaga keuangan, dan pertumbuhan ekonomi “.

(22)

Berdasarkan teori diatas, maka kebijakan moneter dapat diartikan sebagai kebijakan mengenai uang yang berlangsung dimasyarakat dan di awasi secara langsung oleh pemerintah.

2.1.2. Fungsi Kebijaksanaan Moneter

Menurut Sethi dalam Fahmi (2014:56), kebijaksanaan moneter dapat berfungsi untuk

1. Mendapatkan dan juga mengambil manfaat dari struktur suku bunga yang paling sesuai

2. Meraih peribmangan yang tepat antara permintaan dan penawaran uang.

3. Menyediakan fasilitas kredit yang tepat bagi perekonomian yang sedang berkembang dan menghentikan perkembangan yang tidak semestinya 4. juga penyaluran kredit kepada para pengguna sesuai dengan investasi yang

direncanakan sebelumnya.

5. Pendirian, pelaksanaan dan perluasan lembaga keuangan.

6. Manajemen utang

Berdasarkan teori di atas, fungsi kebijakan moneter antara lain untuk memperoleh keuntungan yaitu dengan membebankan suku bunga kepada masyarakat, lembaga, ataupun perusahaan.

2.2. Suku Bunga

2.2.1. Pengertian Suku Bunga

Bunga Bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar

(23)

kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman), Kasmir, (2014:114).

Suku bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh pemilik modal dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atas penggunaan dan dari pemilik modal, Suseno dalam Naf ‘ an (2014:158). Bagi investor bunga deposito menguntungkan karena suku bunganya relatif tinggi dibandingkan bentuk simpanan lain, selain itu bunga deposito tanpa resiko (risk free) kebijkan bunga rendah akan mendorong masyarakat untuk memilih investasi dan konsumsinya daripada menabung, sebaliknya kebijakan meningkatkan suku bunga simpanan akan mengakibatkan masyarakat lebih senang menabung daripadaa melakukan investasi atau konsumsi. Dari sisi perusahaan Weston dan Brigham dalam Naf” an (2014:158) mengatakan bahwa suku bunga mempengaruhi laba perusahaan dengan dua cara yaitu:

1. Karena bunga merupakan biaya. Maka makin tinggi tingkat suku bunga makin rendah laba perusahaan apabila hal-hal lain dianggap konstan.

2. Suku bunga mempengaruhi tingkat aktivitas ekonomi dan karena itu mempengaruhi laba perusahaan, karena pengaruhnya terhadap biaya dan modal.

Berdasarkan teori tersebut diatas maka suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh lembaga ataupun perusahaan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.

(24)

Suku bunga dapat mempengaruhi laba suatu perusahaan yaitu karena bunga merupakan biaya dan suku bunga mempengaruhi tingkat aktivitas ekonomi.

2.2.2. Dampak Perubahan Suku Bunga Bagi Perusahaan

Menurut Mamduh M. Hanafi dalam Fahmi (2014:130), perubahan tingkat bunga menyebabkan perusahaan menghadapi dua tipe resiko, yaitu :

1. Resiko perubahan pendapatan : pendapatan bersih ( hasil investasi dikurangi biaya ) berubah yaitu berkurang dari yang diharapkan).

2. Resiko perubahan nilai pasar berubah karena perubahan tingkat bunga, yaitu berubah karena lebih kecil ( turun nilainya).

Berdasarkan teori tersebut diatas maka ada 2 faktor yang mengakibatkan perusahaan menghadapi dua resiko yaitu: resiko perubahan pendapatan dan resiko perubahan nilai pasar.

2.2.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Suku Bunga

Menurut Kasmir, (2014:115), faktor-faktor utama yang memengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangn dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan.

2. Persaingan

(25)

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memerhatikan pesaing.

3. Kebijaksanaan pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang ditetapkan oleh pemerintah.

4. Target laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman ikut besar, dan sebaliknya.

5. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang.

6. Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan begitu juga sebaliknya.

7. Reputasi perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

8. Produk yang kompetitif

Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut lakudi pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.

(26)

9. Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank.

10. Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit.

Biasanya jika pihak yang memberikan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitas terhadap bank, maka bunga yang diberikan pun berbeda.

Berdasarkan teori diatas maka dapat dikatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya tingkat suku bunga yaitu antara lain: kebijakan dana, yaitu apabila peminjaman meningkat maka bank akan menaikkan suku bunga.

Persaingan, kebijakan pemerintah yaitu bank dan lembaga sejenisnya tidak boleh menetapkan suku bunga melebihi dari yang telah ditetapkan pemerintah.

Target laba yang diinginkan, jangka waktu, yaitu biasanya semakin lama masa pinjaman yang diajukan oleh nasabah maka akan semakin tinggi bunga yang akan dibebankan.

2.2.4. Komponen-Komponen dalam Menentukan Bunga Kredit

Adapun komponen dalam menentukan suku bunga kredit antara lain sebagai berikut, Kasmir (2014:117)

1. Total biaya dana (cost found)

(27)

Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito.

2. Biaya operasi

Dalam melakukan setiap kegiatan bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat.

3. Cadangan risiko kredit macet

Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko tidak terbayar.

4. Laba yang diinginkan

Setiap kali melakukan transakasi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal.

5. Pajak

Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya.

Komponen- komponen dalam menetukan suku bunga kredit antara lain total biaya dana, cadangan resiko kredit macet, biaya operasi,pajak, serta laba yang diinginkan.

2.2.5. Jenis-Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit

Dalam Kasmir, (2014:114) Metode pemebebanan bunga yang dimaksud adalah sebagai berikut,

1. Sliding rate

(28)

Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamnnya sehingga jumlah bunga yang dibayar nasabah setiap bulan menurun seiring dengan turunnya poko pinjaman.

2. Flat rate

Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian pula pokok pinjamn setiap bulan juga dibayar sama sehingga cicilan setiap bulan sama sampai kredit tersebut lunas.

3. Floating rate

Jenis ini membebankan bunga yang dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang dari bulan tersebut.

Berdasarkan teori diatas maka, terdapat 3 metode pembebanan suku bunga kredit yaitu : 1. Sliding rate merupakan pembebanan bunga yang ditagih setiap bulan. 2. Flat rate merupakan merupakan pembebanan suku bunga berdasarkan jumlah pinjaman. 3. Floating rateyaitu pembebanan bunga yang dilkukan berdasarkan pertimbangan suku bunga yang ditetapkan di pasar uang.

2.3. Nilai Tukar

2.3.1. Pengertian Nilai Tukar

Exchanges rates ( nilai tukar uang) atau yang lebih populer dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quatation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata

(29)

uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas- batas hukum, Karim Adiwarman (2006:157).

Uang merupakan nilai tukar yang dapat diterima secara umum.

Persoalannya lebih rumit jika menyangkut urusan diluar negara. Karena pada umumnya perdagangan antar negara dapat berlangsung jika dimungkinkan menukar mata uang suatu negara menjadi mata uang negara lain. Nilai tukar adalah perbandingan nilai mata uang Rupiah dengan mata uang asing. Nilai tukar atau kurs satu mata uang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing.

Kenaikan harga valuta asing disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri.

Mata uuang asing menjadi lebuh mahal, ini berarti nilai mata uang dalam negeri merosot. Turunnya harga valuta asing disebut apresiasi mata uang dalam negeri.

Mata uang asing menjadi lebih murah, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri meningkat. Perubahan nilai tukar valuta asing disebabkan karena adanya perubahan permintaan atau penawaran dalam bursa valuta asing ( hukum penawaran dan permintaan ).

Berdasarkan teori diatas maka dapat dikatakan bahwa nilai tukar adalah harga pasar dari mata uang asing dalam harga mata uang domestik maupun sebaliknya.

(30)

2.3.2. Faktor – Faktor Penggerak Foreign Exchange

Dalam Silalahi (2014:233) dikatakan bahwa, faktor utama yang mempengaruhi nilai tukar uang suatu negara adalah neraca pembayaran, kondisi ekonomi, faktor politik dan implikasi yang disebabkan oleh hasil analisa grafik maupun psikologi pasar. Pasang surut aliran modal antar negara atau yang dikenal dengan purchasing power parity adalah faktor utama yang menentukan momentum pasar. Kekuatan fundamental ekonomi seperti tingkat bunga dan inflasi adalah dua contoh yang mempengaruhi harga mata uang, hal ini dilakukan dengan dua cara yaitu (1) kontrol dan (2) investasi

1. Instrumen Kontrol

Yaitu membatasi warga negaranya untuk melakukan sesuatu yang memiliki efek negatif terhadap niali tukar ( seperti mengirim uang ke negara lain) 2. Instrumen Investasi

Yaitu dengan mengubah tingkat suku bunga untuk menjadikannya kurang menarik bagi orang asing untuk membeli dan menjual mata uangnya untukmenaikkan dan menurunkan nilai pasarnya.

Faktor- faktor penggerak nilai tukar mata uang antara lain adalah neraca pembayaran, kondisi ekonomi, faktor politik, dan implikasi maupun psikologi pasar.

2.3.3. Kebijakan Nilai Tukar Uang

Mata uang asing dapat digunakan untuk membeli barang-barang dari luar negeri ataupun juga aset finansial seperti saham, obligasi, treasurry bills, options, futures, warrants, dan lain-lain.

(31)

Dalam suatu negara, satu-satunya institusi resmi yang dapat mengubah penawaran mata uangnya adalah bank sentral dari negara tersebut. Bank sentral dalam kesehariannya acap kali menjual dan membeli mata uang asing. Setiap bank sentral dapat memilih antara dua rezim kebijakan nilai tukar yang berbeda yaitu:

1. Rezim Nilai Tukar Dipagu ( fixed Exchange Rate Regime ) : yaitu bila otoritas keuangan suatu negara menetapkan suatu nilai tukar uang tertentu untuk mata uangnya.

2. Rezim Nilai Tukar Fleksibel ( flexibel Exchange Rate Regime ) : yaitu bila nilai tukar mata uang suatu negara adalah ditentukan keseimbangan yang terjadi di pasar pertukaran uangnya, Karim, (2006:160).

Kebijkaan nilai tukar mata uang di dalam suatu negara berbeda-beda. Ada yang menggunakan rezim nilai tukar dipagu yaitu, apabila suatu negara menetapkan suatu nilai tukar tertentu untuk mata uangnya. Dan rezim nilai tukar fleksibel yaitu, bila nilai tukar mata uang suatu negara mengikuti keseimbangan pasar pertimbnagan uangnya.

2.4. Inflasi

2.4.1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Dalam pengertian yang lain, inflasi merupakan persentase kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga, Natsir (2014:253).

(32)

Sementara itu, menurut Nopirin dalam Natsir (2014:253) inflasi adalah proses kenaikan harga - harga umum secara terus menerus, jadi inflasi tidak berarti bahwa harga-harga barang dan jasa meningkat dalam persentase yang sama.

Inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu, Karim Adiwarman (2006:135).

Berdasarkan teori tersebut diatas maka inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang secara umum yang berlansung dalam kurun waktu lama ataupun secara terus- menerus.

2.4.2. Efek Inflasi Terhadap Perkembangan Ekonomi

Inflasi yang tinggi tingaktannya akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan biaya produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta harta tetap seperti rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kkegiatan ekonomi menurun sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran, Naf ‘ an (2013:126).

Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan bahwa, inflasi yang tinggi dapat mengakibatkan perkembangan ekonomi ataupun sebaliknya.

(33)

2.4.3. Jenis Inflasi

Menurut Silalahi (2014:225), Ada berbagai cara untuk menggolongkan inflasi dari sudut pandang, sebagi berikut:

1. Penggolongan inflasi berdasarkan tingkat keparahannya 2. Penggolongan inflasi dari sebab musababnya

3. Penggolongan inflasi dari asal muasalnya

Berdasarkan tingkat keparahannya dapat dibagi menjadi empat, sebagai berikut:

1. Inflasi ringan, kurang dari 10 % per tahun

2. Inflasi sedang, antara 10% sampai 30% per tahun 3. Inflasi berat, antara 30% sampai 100% per tahun 4. Hiperinflasi, lebih dari 100% per tahun

Penyebab terjadinya inflasi disebabkan dua faktor penting yaitu (1) demand inflation (2) cost inflation, sebagai berikut:

1. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan- perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi barang melebihi dari jumlah barang yang tersedia dipasar.

Dapat diartikan bahwa tingkat konsumsi yamg tinggi mendorong konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya, para pengusaha akan mencoba menahan barangnya dan hanya menjual kepada pembeli- pembeli yang bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi. Pada kondisi

(34)

argumentasi diatas bahwa inflasi karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat, inflasi semacam itu disebut demand inflation.

2. Para pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah. Faktor yang menuntut para pekerja untuk menaikkan upah mereka yaitu (1) gaji yang diperoleh mereka tidak mencukupi untuk mengkonsumsi barang dan jasa (2) para pengusaha mulai menghadapi permasalahan kesukaran dalam mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya, sehingga pekerja menuntut kenaikan upah. Apabila tutntutan kenaikan upah berlangsung secara luas akan menaikkan biaya produksi perusahaan, sehingga pada kondisi ini perusahaan akan menjual barang pada harga yang lebih tinggi untuk menutupi biaya produksi tersebut. Dari argumentasi diatas dapat disimpulkan bahwa inflasi yang timbil karena kenaikan ongkos produksi, hal ini disebut dengan cost inflation.

Menurut asal muasalnya penggolongan inflasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) (2) inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri misalnya akibat dari defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

Inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat dari biaya produksi barang dari luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

(35)

Berdasarkan teori tersebut diatas, inflasi dapat digolongkan berdasarkan tingkat keparahannya yaitu yang terdiri atas inflasi ringan, sedang, berat, serta hiperinflasi. Inflasi berdasarkan sebab musababnya yaitu, demand inflation dan cost inflation. Inflasi berdasarkan asal muasalnya yaitu, inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri.

2.5. Saham

2.5.1. Pengertian Saham

Saham adalah surat berharga yang dapat dibeli atau dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelikan, Hadi (2013:67)

Saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Dengan menyertakan modal tersebuat, maka pihak tersebut memilki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RPUS), Sawidji Widioatmojo, dalam Hadi (2013:67).

Berdasarkan teori tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga yang dapat dibeli dan dijual oleh lembaga ataupun perorangan.

2.5.2. Jenis Saham

Menurut, Hadi (2013:68), sejalan dengan pertumbuhan industri keuangan, saham mengalami perkembangan dengan variance return danresiko investasi.

Adapun pembagian jenis saham dijelaskan sebagai berikut:

(36)

a. Dilihat dari hak yang melekat pada saham 1. Saham biasa (common stock)

Saham biasa (common stock) adalah saham yang paling dikenal di lingkungan masayarakat. Diantara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa merupakan saham yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat.

2. Saham preferen (preferred stock)

Saham preferen (preferred stock) merupakan gabungan antara obligasi dan saham biasa. Artinya, disamping memiliki karakteristik seperti obligasi, juga memiliki karakteristik seperti saham biasa.

b. Dilihat dari cara peralihan

1. Saham atas unjuk, artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemilik. Saham jenis ini sangat mudah dipindah tangankan (dialihkan) kepemilikan seperti uang sehingga memiliki likuiditas lebih tinggi.

2. Saham atas nama, merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya dan cara peralihannya melalui prosedur tertentu.

Saham berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Dilihat dari hak yang melekat pada sahamnya yaitu saham biasa dan saham preferen. 2. Dilihat dari cara peralihan yaitu, saham atas unjuk dan saham atas nama.

2.5.3. Hak Pemegang Saham

Dalam Hadi (2013:68), pemegang saham memiliki hak-hak antara lain:

1. Berhak atas pendapatan perusahaan (claims on income)

(37)

Memiliki hak atas pendapatan bersih perusahaan, yang berupa pembagian deviden. Perusahaan berkewajiban memberikan deviden secara berkala (deviden reguler), dan deviden lain.

2. Berhak atas harta perusahaan (claims on asset)

Memilikihak atas aset-aset perusahaan, termasuk ketika perusahaan dilikuidasi, setelah segala bentuk kewajiban perusahaan diselesaikan, termasuk setelah penyelesaian hak pemegang saham preferen . hal ini dinyatakan dalam UUPT No. 1/1995 ayat (2) yang berbunyi “ sisa kekayaan hasil likuidasi dipergunakan bagi para pemegang saham “.

3. Berhak mengeluarkan suara (voting rights)

Memiliki hak untuk menentukan arah dan kebijakan perusahaan dimasa datang ketika Rapat Umum Pemegang Saham (RPUS). Pemegang saham memiliki hak suara dalam RUPS sesuai dengan porsi kepemilikan saham.

4. Hak memesan efek terlebih dahulu/HEMTD (preemptive rights)

Memilik hak untuk memesan efek terlebih dahulu ketika listed terbatas. Hal ini merupakan hak istimewa yang diberikan emiten terhadap pemegang saham lama untuk memiliki saham baru dengan harga dan waktu yang telah ditentukan.

Berdasarkan teori tersebut diatas maka ada bebrapa hak pemegang saham antara lain : berhak atas pendapatan perusahaan, berhak mengeluarkan suara, berhak atas harta perusahaan, serta memiliki hak memesan efek terlebih dahulu.

2.6. Penelitian Terdahulu

(38)

pertumbuhan aktiva terhadap harga saham perusahaan pembiayaan di bursa efek Indonesia (BEI). Hasil analisis linear berganda bahwa inflasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan pembiayaan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan nilai tukar rupiah terhadap USD memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan pembiayaan di BEI.

2. Kewal (2012) penelitian berjudul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis berganda , dan memberikan hasil bahwa hanya kurs yang berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hal ini berarti semakin kuat rupiah terhadap USD (rupiah terapresiasi) maka akan meningkatkan harga saham, dan sebaliknya. Sedangkan tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan pertumbuhan PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sitepu (2011) dengan judul “ Pengaruh Nilai Tukar dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham industri tekstil di Bursa Efek Indonesia, sementara suku bunga mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap saham industri tekstil di Bursa Efek Indonesia.

4. Penelitian oleh Tarigan (2009) dengan judul Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Adapun hasil pengujian hipotesis secara parsial

(39)

(uji t) adalah variabel suku bunga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan variabel tingkat inflasi dan nilai tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil pengujian secara serempak (uji F) menunjukkan bahwa tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham. Koefisien determinasi (R2) dari hasil penelitian menunjukkan 18,7 % variasi dari harga saham dijelaskan oleh ketiga variabel bebas. Sedangkan sisanya 81,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model.

5. Penelitian oleh Susi Ulandari (2017) dengan judul “Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham di Sektor Industri Barang Konsumsi pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham di sektor industri barang konsumsi pada indeks dalam saham syariah Indonesia (ISSI) periode 2012-2016.

(40)

2.7. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.8. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang dibahas, yang kebenarannya masih perlu diuji. Hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari kerangka teoritis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Terdapat pengaruh negatif Suku Bunga terhadap Harga Saham yang terdaftar di BEI tahun 2012-2017.

H2 : Terdapat pengaruh negatif Nilai Tukar terhadap Harga Saham di BEI tahun 2012-2017.

H3 : Terdapat pengaruh positif Inflasi terhadap Harga Saham di BEI tahun 2012- 2017.

H4 : Terdapat pengaruh Suku Bunga, Nilai Tukar, dan Inflasi secara bersama- sama terhadap Harga Saham di BEI tahun 2012-2017.

Suku Bunga

Nilai Tukar

Inflasi

Harga Saham

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, Sujarweni (2015:74)

3.2. Defenisi Operasional Variabel 3.2.1. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen, Sujarweni (2015:75). Variabel independen dalam penelitian ini adalah :

a. Suku Bunga

Suku bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh pemilik modal dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan atas penggunaan dan dari pemilik modal, Suseno dalam Naf’ an (2014:158).

b. Nilai Tukar

Nilai tukar adalah perbandingan nilai mata uang Rupiah dengan mata uang asing. Nilai tukar atau kurs satu mata uang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing.

(42)

c. Inflasi

Inflasi adalah persentase kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga, Natsir (2014:253).

3.2.2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas, Sujarweni (2015:75). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham.

Saham adalah surat berharga yang dapat dijual atau dibeli oleh perorangan atau lembaga dimana dimana surat tersebut diperjualbelikan, Hadi, (2013:67) 3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya, Sujarweni (2015:80), populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank yang terdaftar di BEI tahun 2012 sampai dengan 2016 yang berjumlah 43 bank.

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian, Sujarweni (2015:81).

Teknik pengambilan sampel ialah purposive sampling. Teknik pengambilan purposive sampling ialah teknik penentuan sampel dengan kriteria tertentu.

Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel adalah:

a. Emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sahamnya aktif diperdagangkan selama periode 2012-2017.

(43)

b. Emiten yang menerbitkan laporan keuangan berturut-turut dan nilai harga saham pertahun selama periode 2012-2017.

c. Emiten yang menerbitkan laporan pengumuman deviden selama periode waktu 2012-2017.

Berdasarkan kriteria tersebut jumlah populasi yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel adalah sebanyak 5 perusahaan yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1

Nama-Nama Sampel Perusahaan

No Kode Nama Emiten Tanggal Listing

1 BBCA Bank Central Asia Tbk 31-Mei-2000

2 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 25-November-1996 3 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk 10-November-2003 4 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17-Desember-2009 5 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14-Juli-2003

Sumber : www.idx.co.id (di unduh pada 05-september-2018)

(44)

Berikut adalah data Harga Saham dan Indikator Makro Ekonomi Tahun 2012- 2017:

Tabel 3.2

Data Harga Saham dan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2012

No Nama Emiten

Harga Saham

Suku Bunga

Nilai Tukar

Inflasi

1 Bank Central Asia Rp.9.100 5,75% Rp.9.380,39 4,30%

2

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Rp. 3.700 5,75% Rp.9.380,39 4,30%

3

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Rp. 1.390 5,75% Rp.9.380,39 4,30%

4

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Rp. 1.440 5,75% Rp.9.380,39 4,30%

5 Bank Mandiri (Persero) Tbk Rp.4.050 5,75% Rp.9.380,39 4,30%

Sumber: www.bi.go.id dan www.idx.co.id (di unduh 05-september-2018)

Tabel 3.3

Data Harga Saham dan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2013

No Nama Emiten

Harga Saham

Suku Bunga

Nilai Tukar Inflasi

1 Bank Central Asia Rp. 9.600 7,50% Rp.10.451,37 8,38%

2

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Rp. 3.950 7,50% Rp.10.451,37 8,38%

3 Bank Rakyat Indonesia Rp. 1.450 7,50% Rp.10.451,37 8,38%

(45)

(Persero) Tbk

4

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Rp. 8.70 7,50% Rp.10.451,37 8,38%

5

Bank Mandiri (Persero) Tbk

Rp.3.925 7,50% Rp.10.451,37 8,38%

Sumber: www.bi.go.id dan www.idx.co.id (di unduh 05-september-2018

Tabel 3.4

Data Harga Saham dan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2014 No Nama Emiten Harga

Saham

Suku Bunga

Nilai Tukar Inflasi

1 Bank Central Asia Rp.13.125 7,75% Rp.11.878,30 8,36%

2 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Rp.6.100 7,75% Rp.11.878,30 8,36%

3 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Rp. 2.330 7,75% Rp.11.878,30 8,36%

4 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Rp. 1.205 7,75% Rp.11.878,30 8,36%

5 Bank Mandiri (Persero) Tbk

Rp. 5.388 7,75% Rp.11.878,30 8,36%

Sumber: www.bi.go.id dan www.idx.co.id (di unduh 05-september-2018)

(46)

Tabel 3.5

Data Harga Saham dan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2015

No Nama Emiten

Harga Saham

Suku Bunga

Nilai Tukar Inflasi

1 Bank Central Asia Rp. 13.300 7,50% Rp.13.391,97 3,35%

2 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Rp. 4.990 7,50% Rp.13.391,97 3,35%

3 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Rp. 2.285 7,50% Rp.13.391,97 3,35%

4 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Rp.1.295 7,50% Rp.13.391,97 3,35%

5 Bank Mandiri (Persero) Tbk

Rp. 4.625 7,50% Rp.13.391,97 3,35%

Sumber: www.bi.go.id dan www.idx.co.id (di unduh 05-september-2018)

(47)

Tabel 3.6

Data Harga Saham dan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2016

No Nama Emiten Harga

Saham

Suku Bunga

Nilai Tukar Inflasi

1 Bank Central Asia Rp.15.500 6,50% Rp.13.307,38 3,02%

2 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Rp. 5.525 6,50% Rp.13.307,38 3,02%

3 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Rp. 2.335 6,50% Rp.13.307,38 3,02%

4 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Rp.1.740 6,50% Rp.13.307,38 3,02%

5 Bank Mandiri (Persero) Tbk

Rp.5.788 6,50% Rp.13.307,38 3,02%

Sumber: www.bi.go.id dan www.idx.co.id (di unduh 05-september-2018)

(48)

Tabel 3.7

Data Harga Saham dan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2017

No Nama Emiten Harga Saham

Suku Bunga

Nilai Tukar

Inflasi

1 Bank Central Asia Rp.21.900 4,25% Rp.13.884 3.61%

2 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Rp.9.900 4,25% Rp.13.884 3.61%

3 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Rp.3.640 4,25% Rp.13.884 3.61%

4 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Rp.3.570 4,25% Rp.13.884 3.61%

5 Bank Mandiri (Persero) Tbk

Rp.8000 4,25% Rp.13.884 3.61%

Sumber: www.bi.go.id dan www.idx.co.id (di unduh 05-september-2018) 3.4. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sifatnya data dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, misalnya: harga saham, profitabilitas, aktiva, hutang, Sujarweni (2015:89).

Jenis data yang digunakan dala penelitian ini yaitu data Suku Bunga tahun 2012-2017, data Inflasi tahun 2012-2017, data Nilai Tukar tahun 2012-2017 serta data Harga Saham Sub Sektor Perbankan tahun 2012-2017.

(49)

Berdasarkan cara memperolehnya data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat dari catatan,buku dan majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan,laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori,majalah dan lain sebagainya, Sujarweni (2015:89).

Data dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan bulanan Bank Indonesia, situs resmi bank Indonesia (www.bi.go.id), situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variabel independen secara bersama-sama ataupun secara sendiri-sendiri terhadap variabel dependen. Hubungan fungsional antara suatu variabel independen dapat dilakukan dengan menggunakan regresi berganda dan menggunakan data panel, Prahutana (2014 : 40 )

Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Data runtut waktu biasanya meliputi suatu objek atau individu (misalnya harga saham, kurs mata uang asing, SBI, atau tingkat inflasi), tetapi meliputi beberapa periode (bisa harian, bulanan, kuartalan, atau tahunan), Gujarati (2015:185).

Secara umum model persamaan regresi data panel menggunakan alat bantu eviews adalah sebagai berikut

(50)

Dimana : Ŷ= variabel dependen, α= koefisien konstanta, b1 = koefisien regresi, ε = error term

Dari persamaan model data panel tersebut maka persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

HS = a + b1 Tingkat Suku Bunga + b2 Nilai Tukar Rupiah + b3 Inflasi + ε

Dimana:

Ŷ = Variabel dependen (HS)

X1 = Variabel independen pertama ( Tingkat Suku Bunga) X2 = Variabel independen kedua (Nilai Tukar Rupiah)

X3 = Variabel independen ketiga (Inflasi) ε = Error term

3.5.1.Estimasi Model Data Panel

Untuk mengestimasi paramater model dengan data panel, terdapat tiga teknik ( model )pendekatan yang terdiri dari common effect, pendekatan efek tetap (fixed effect ), dan pendekatan efek acak (random effect ). Ketiga model pendekatan dalam analisis data panel tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.5.1.1 Common Effect Model

Merupakan pendekatan paling sederhana yang disebut estimasi CEM atau pooled least square. Model ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu sehingga diasumsikan ahwa perilaku antar individu sama dalam berbagai

(51)

waktu. Model ini hanya mengkombinasikan data time series dan cross section dalam bentuk pool. Mengestimasinya dengan menggunakan pendekatan kuadrat terkecil/ pooled least square.

Pada pendekatan ini diasumsikan bahwa nilai intersep masing-masing variabel adalah sama, begitu pula slope koefisien untuk semua unit cross section dan time series. Berdasarkan asumsi ini maka model CEM dinyatakan sebagai berikut:

Yit = α + β Xit + uit ; i =1,2,....,N;=1,2,...,T

Dimana i menunjukkan cross section (individu) dan t menunjukkan periode waktunya. Dengan asumsi komponen error dalam pengolalahan kuadrat terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross section dapat dilakukan.

3.5.1.2. Model Efek Tetap ( Fixed Effect Model)

Model fixed effect mengasumsikan bahwa terdapat effect yang berbeda antar individu. Perbedaan itu dapat diakomodasi melalui perbedaan pada intersepnya. Oleh karena itu, dalam model fixed effect, setiap individu merupakan paramater yang tidak diketahui dan akan diestimasi dengan menggunakan teknik variabel dummy.

Salah satu cara memperhatikan unit cross-section pada model regresi panel adalah dengan mengizinkan nilai intersep berbeda-beda untuk setiap unit cross- section tetapi masih mengasumsikan slope koefisien tetap. Model FEM

(52)

Yit i + βXit + uit; i = 1,2,....,N; t =1,2,....,T

Teknik seperti diatas dinamakan least square dummy variabel (LSDV). Selain diterapkan untuk efek tiap individu, LSDV ini juga dapat mengakomodasi efek waktu bersifat sistemik. Hal ini dapat dilakukan melalui penambahan variabel dummy waktu didalam model.

3.5.1.3. Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)

Berbeda dengan fixed effects model, efek spesifik dari masing-masing individu diperlakukan sebagai bagian dari komponen error yang bersifat acak dan tidak berkolerasi dengan variabel penjelas teramati, model seperti ini dinamakan random effects model (REM). Model ini sering disebut juga dengan error component model (ECM).

Pada model REM, diasumsikan αi merupakan variabel random dengan mean α0, sehingga intersep dapat dinyatakan sebagai αi = α0 + εi dengan εi

merupakan error mempunyai mean 0 dan varians σ2 εi, εi tidak secara langsung diobeservasi atau disebut juga variabel laten. Persamaan model REM adalah sebagai berikut:

Yit = α0 + ß Xit + wit ; i = 1,2,....,N; t = 1,2,….., T

Dengan wit = εi + uit ,suku error gabungan wit membuat dua komponen error yaitu εi komponen errorcross section dan uit yang merupakan kombinasi komponen errorcross section dan time series.

Karaena itu, metode OLS tidak bisa digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien bagi model random effects. Metode yang tepat untuk

(53)

mengestimasi model random effects adalah Generalized Least Squares (GLS) dengan asumsi homoskedastik dan tidak ada cross-sectional correlation. Untuk menentukan model estimasi yang akan dilakukan maka dilakukan Uji Chow-Test dan Uji Hausman –Test.

3.5.2.Pemilihan Model Regresi Data Panel

Dari ketiga model yang telah diestimasi akan dipilih model mana yang paling tepat atau sesuai dengan tujuan penelitian. Ada tahapan uji (test) yang dapat dijadikan alat dalam memilih model regresi data panel (CE,FE atau RE) Berdasarkan karakteristik data yang dimiliki, yaitu F Test (ChowTest) dan (Hausman Test), Prahutana (2014 : 40 ).

3.5.2.1. F Test (Chow-Test)

Uji Chow-Test bertujuan untuk menguji atau membandingkan atau model mana yang terbaik apakah model Common Effect atau Fixed Effect yang akan digunakan untuk melakukan regresi data panel.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji Chow-Test adalah sebagai berikut:

1. Estimasi dengan Fixed Effect

2. Uji dengan menggunakan Chow-Test

3. Melihat nilai probability F dan Chi-Square dengan asumsi:

a. Bila probability F dan Chi-Square> α = 5 %, maka uji regresi data panel menggunakan model common effect.

b. Bila nilai probability F dan Chi-Square< α = 5%, maka uji regresi data

(54)

Atau pengujian F Test ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikt:

H0: Common Effect (CE) H1 : Fixed Effect Model

H0: ditolak jika F hitung > F tabel, atau bisa juga dengan :

H0 : ditolak jika nilai probabilitas F< α (dengan α 5%) Uji F dilakukan dengan memperhatikan nilai probabilitas (Prob.) untuk cross-section F.

Jika nilainya > 0,05 ( ditentukan di awal sebagai tingkat sgnifikansi atau alpha) maka model yang terpilih adalah CE, tetapi jika < 0,05 maka model yang terpilih adalah FE.

4) Bila berdasarkan uji Chow-Test model yang terpilih adalah Common Effect, maka langsung dilakukan uji regresi data panel. Tetapi bila yang terpilih adalah model Fixed Effect, maka dilakukan Uji Hausman-Test untuk menentukan antara Fixed Effect atau Random Effect yang akan dilakukan untuk melakukan uji regresi data panel.

3.5.2.2. Uji Hausman Test

Uji Hausman Test dilakukan untuk membandingkan memilih model mana yang terbaik antara FE dan RE yang akan digunakan untuk melakukan regresi data panel. Langkah-langkah yang dilakukan dalam Hausman Test adalah sebagai berikut:

1. Estimasi dengan Random Efffect

2. Uji dengan menggunakan Hausman –Test 3. Melihat nilai probability F dengan asumsi

(55)

a. Bila nilai probability F dan Chi Square> α = 5%, maka uji regresi panel data menggunakan model Random Effect

b. Bila nilai probability F dan Chi-Square< α = 5%, maka uji regresi panel data menggunakan model Fixed Effect.

Atau dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model H1 : Fixed Effect Model

Ho : ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai α.

Ho : diterima jika P-value lebih bes ar dari nilai α.

Nilai α yang digunakan adalah 5%

Uji Hausman dilihat menggunakan nilai probabilitas dari cross sectionrandom effect model. Jika nilai probabilitas dalam uji Hausman lebih kecil dari 5% maka HO ditolak yang berarti bahwa model yang cocok digunakan dalam persamaan analisis regresi tersebut adalah model fixed effect. Dan sebaliknya jika nilai probabilitas dalam uji Hausman lebih besar dari 5% maka Ho diterima.

3.5.3.Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dalam eviews dilakukan jika menggunakan prosedur regresi linear dengan menggunakan data silang (cross section), dan runtut waktu (time series) atau data panel yang merupakan data gabungan data silang dan runtut waktu.

(56)

3.5.3.1. Uji Normalitas

Menurut Rahmanta (2009:18), untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan melalui uji Jarque Bera menggunakan ukuran skewness dan kurtosis.

Mendeteksi apakah residualnya berdistribusi normal atau tidak dengan membandingkan nilai Jarque Bera (JB) dengan X2 tabel, yaitu:

1. Jika nilai JB > X2 tabel, maka residualnya berdistribusi tidak normal.

2. Jika nilai JB < X2 tabel, maka residualnya berdistribusi normal.

3.5.3.2. Uji Autokolerasi

Menurut Ghozali (2011:111), Autokolerasi muncul karena residual yang tidak bebas antar satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini disebabkan karena error pada individu cenderung mempengaruhi individu yang sama pada periode berikutnya. Masalah autokolerasi sering terjadi pada time series (runtut waktu).

Deteksi autokolerasi pada data panel dapat melalui uji Durbin Watson. Nilai uji Durbin-Watson dibandingkan dengan nilai tabel Durbin- Watson untuk mengetahui keberadaan korelasi positif atau negatif. Keputusan mengenai keberadaan autokolerasi sebagai berikut:

1. Jika d < dl, berarti terdapat autokolerasi positif.

2. Jika d > (4-dl), berarti terdapat autokolerasi negatif 3. Jika du < d < (4-dl), berarti tidak terdapat autokolerasi.

4. Jika dl < d < du atau (4-du), maka tidak dapat disimpulkan.

(57)

3.5.3.3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk apakah model regresi ditemukan adanaya korelasi antara variabel bebas ( independen). Model regeresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut:

1. Nilai R2 yang dihasilkan tinggi (signifikan), namun nilai standar error dan tingkat signifikansi masing-masing variabel sangat rendah.

2. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,80), maka hal tersebut mengindikasikan adanya multikolinieritas.

3.5.3.4. Uji Heterokedastisitas

Heteroskedasitas timbul apabila nilai residual dari model tidak memiliki varians yang konstan. Artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda-beda akibat perubahan kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkul dari model. Gejala ini sering terjadi pada data cross section sehingga sanagat dimungkinkan terjadi heterokedastisitas paada data panel.

Untuk mendeteksi adanaya heterokedastisitas dapat di lakukan dengan menbandingkan nilai Sum Square Resid (SSR) pada metode Fixed Effect Model

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

1) JNE melakukan penagihan berdasarkan tarif yang telah diberitahukan kepada para pengirim dari waktu kewaktu untuk menyampaikan kiriman dokumen atau barang milik pengirim,

Jadi kurva LM menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten dengan keseimbangan dalam pasar untuk. keseimbangan

3.2.1 Menunjukkan huruf-huruf hijaiyah yang disertai tanda bacanya dengan tepat 3.2.2 Melafalkan huruf- huruf hijaiyah sesuai dengan tanda bacanya (fathah,

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil

Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) untuk menguji dan menganalisis pengaruh earning per share, debt to equity ratio, return on investment dan return on assets terhadap dividend

Dari hasil tersebut menunjukkan kenaikan bobot limfa relatif disetiap dosis, kenaikan bobot limfa relatif ini menunjukkan adanya efek ekstrak herba ciplukan terhadap

Oleh karenanya penguasaan konsep dasar Akidah Akhlak, serta landasan dan implementasinya dalam pembelajaran di kelas patut pula diberikan kepada mahasiswa calon

Berdasarkan hasil penelitian “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Tamaire Terhadap Keterampilan Menyimak Secara Aktif Bab Watashi No Kazoku Pada Siswa Kelas X MIPA 5