• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN OPERASI BILANGAN BULAT SISWA SMP MELALUI PEMBERIAN BALIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN OPERASI BILANGAN BULAT SISWA SMP MELALUI PEMBERIAN BALIKAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN OPERASI BILANGAN BULAT SISWA SMP MELALUI PEMBERIAN BALIKAN

Nanang

Dosen Pendidikan Matematika STKIP Garut [email protected]

ABSTRAK

Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran Matematika tentang cara menentukan Operasi Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 1 Cilawu, diperoleh persentase sebagai berikut: rata-rata hasil tes akhir dari 18 siswa hanya 2 siswa (10%) yang mendapat nilai sama atau di atas nilai KKM yang ditetapkan yakni 70, dan 16 siswa (90%) mendapat nilai di bawah KKM yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan hasil pembelajaran yang masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Metode Pembelajaran Pemberian Balikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 1 Cilawu Kab. Garut. Sedangkan metode peneltian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pemberian balikan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 1 Cilawu Kab. Garut dari peningkatan nilai rata-rata kelas dari Pra-siklus 57 dan 63 pada Siklus I, meningkat menjadi 76 pada Siklus II.

Kata Kunci : Operasi bilangan bulat, pemberian balikan.

PENDAHULUAN

Praktik-praktik pembelajaran di sekolah- sekolah saat ini sudah saatnya dikaji kembali.

Dunia pendidikan harus memainkan peran dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat sekarang akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dikendalikan oleh sekolah-sekolah. Ada persepsi umum yang menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi. Lebih celaka lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan,

karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.

Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia, pendidikan, sarana dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut, setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia seutuhnya.

Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam

aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa

menggunakan metode pembelajaran yang

(5)

cocok, seperti metode pemberian balikan, juga memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran dalam penyampaian materi sehingga mudah diserap peserta didik atau siswa berbeda.

Khususnya dalam pembelajaran matematika, agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses pembelajaran dengan pemberian balikan, guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada siswa.

Ada beberapa pandangan tentang pengertian pemberian balikan. Rustiyah (1991:23) mengemukakan tentang pengertian metode pemberian balikan sebagai berikut:

1. Cardelle dan Corno, pemberian balikan adalah pemberian informasi kepada siswa tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes atau latihan.

2. Menurut Daw dan Gage, pemberian balikan adalah pemberian informasi kepada peserta didik sampai sejauh mana ia telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

3. Menurut Kulik dan Kulik, pemberian balikan adalah pemberian informasi kepada siswa seberapa jauh ia telah memahami isi pembelajaran sesuai dengan tes dan latihan yang diberikan guru kepadanya.

4. Measn, dkk, memberi defisini pemberian balikan adalah suatu komunikasi antara guru dan siswa dalam hal memudahkan siswa memperbaiki kekurangannya dalam proses pembelajaran.

5. Rochim dan Thomson, pemberian balikan adalah pemberian informasi kepada siswa

tentang pemahamannya dalam mengerjakan tes atau latihan setelah menyelesaikan suatu topik atau satu sub pokok bahasan yang diberikan guru setelah selang waktu tertentu.

6. Anderson dan Faust memberi pengertian, pemberian balikan adalah salah satu cara untuk memudahkan siswa belajar, yaitu memberi informsi kepada siswa tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes atau latihan.

7. Menurut Hill, pemberian balikan adalah merupakan interaksi antara guru dan siswa yang digunakan sebagai korekasi terhadap jawaban siswa dalam mengerjakan tes atau latihan agar siswa tahu apakah jawabannya dalam mengerjakan tes atau latihan menjawab soal-soal itu benar atau salah.

8. Benne, menyatakan bahwa dengan pemberian balikan siswa akan mengetahui kesalahan/kekurangan dan penilain serta komentar yang diberikan oleh guru tentang tampilannya dalam mengerjakan tes atau latihan dengan maksud agar memudahkan siswa dalam memperbaikinya.

9. Skodmore, mendefinisikan pemberian balikan adalah informasi yang diberikan kepada siswa setalah ia memberikan respon atas tes atau latihan yang diberikan guru setelah melakukan proses pembelajaran sesuai dengan program yang dirancang oleh guru.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut di

atas, makna pengertian pemberian balikan

dalam pembelajaran, adalah informasi atau

pemberitahuan guru kepada siswa, baik secara

lisan atau tertulis terhadap salah benarnya

jawaban siswa dari hasil dalam mengerjakan tes

(6)

atau latihan, setelah selesai mengikuti program pembelajaran yang dirumuskan oleh guru dengan tujuan agar siswa terangsang atau termotivasi untuk berusaha merespon mencari pembetulan.

Selanjutnya Rustiyah (1991:24) menjelaskan ada 2 cara pemberian balikan dalam proses pembelajaran, yaitu:

a. Pemberian Balikan Secara Simbol

Pemberian balikan secara simbol adalah pemberian informasi guru kepada siswa secara tertulis yang dituangkan pada lembar jawaban hasil kerja siswa dalam mengerjakan tes atau latihan, dengan memberikan tanda Benar (B) pada jawaban yang benar, dan memberikan tanda Salah (S) pada jawaban yang salah tanpa memberikan keterangan apapun. Tanda-tanda tersebut sebagai simbol apakah pekerjaan siswa benar atau salah.

b. Pemberian Balikan Secara Ekspositorik Pemberian balikan secara ekspositorik, adalah pemberian informasi guru kepada siswa secara tertulis yang dituangkan pada lembar jawaban hasil kerja siswa dalam mengerjakan tes atau latihan, yaitu dengan memberikan tanda benar (B) pada jawaban yang benar, dan memberikan tanda Salah (S) pada jawaban yang salah dan sekaligus memberi penjelasan singkat/terperinci atas kesalahannya dan petunjuk perbaikan serta buku sumber acuannya agar siswa dapat memperbaiki kekurangannya dan kesalahannya yang telah diperbuatnya.

Catatan yang diberikan oleh guru (pada umumnya untuk jawaban yang salah) dapat diberikan dengan jelas atau petunjuk lain

yang dapat membantu siswa memperbaiki pekerjaannya yang salah.

Namun perlu diingat juga bahwa seseorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatan- kekuatan yang datang dari dalam dirinya, atau oleh stimulus yang datang dari dalam dirinya, atau oleh stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi timbal balik dari determinan-determinan individu dan determinan-determinan lingkungan (Bandura, 1977).

Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.

Observasi awal dilakukan pada hari Sabtu, 4 April 2016 untuk mengamati pembelajaran Matematika tentang cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 1 Cilawu, diperoleh persentase rata- rata hasil tes akhir dari 18 siswa hanya 2 siswa (10%) yang mendapat nilai sama atau di atas nilai KKM yang ditetapkan yakni 70, dan 16 siswa (90%) mendapat nilai dibawah KKM yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan hasil pembelajaran yang masih rendah.

Berdasarkan uraian di atas, masalah

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut: Apakah metode pembelajaran

(7)

Pemberian Balikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat di Kelas VII di SMPN 1 Cilawu Kab.

Garut?

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pembelajaran Pemberian Balikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 1 Cilawu Kab. Garut.

Manfaat hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam mata pelajaran matematika,sedangkan manfaat bagi siswa yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi penentuan Operasi Bilangan Bulat serta proses pembelajarannya menjadi aktif dan atraktif,juga diharapkan mampu memberi masukan bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman dalam rangka meningkatkan hasil belajarnya. Manfaat bagi guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas mengajar Matematika dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan edukatif. Sedangkan manfaat bagi sekolah yakni dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk mengembangkan metode pembelajaran, serta dapat meningkatkan prestasi pendidikan khususnya di SMPN 1 Cilawu Kab. Garut.

METODE PENELITIAN

Sasaran dari penelitian adalah guru dan siswa Kelas VII SMPN 1 Cilawu Kab. Garut semester II, dengan jumlah siswa 18 orang,

yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.

Penelitian ini dilakukan 2 siklus. Siklus I dilaksanakan 2 pertemuan. Pertemuan 1 dilaksanakan tanggal 4 April 2016 materinya Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat.

Pertemuan 2 dilaksanakan tanggal 10 April 2016 materinya Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat (materi lanjutan). Tes akhir untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa terhadap materi yang telah diajarkan dilaksnakan tanggal 17 April 2016 bersamaan dengan berakhirnya pembelajaran siklus I.

Siklus II dilaksanakan 2 pertemuan.

Pertemuan 1 dilaksanakan tanggal 1 Mei 2016 materinya Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat Pertemuan 2 dilaksanakan tanggal 8 Mei 2016 materinya Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat (materi pendalaman). Tes dilaksanakan tanggal 15 Mei 2016 bersamaan dengan berakhirnya pembelajaran siklus II.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2008:3). Karakteristik dari PTK itu sendiri antara lain, yaitu: (1) Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang harus diselesaikan; (2) Penelitian melalui refleksi diri; (3) Penelitian dilakukan di dalam kelas; dan (4) Penelitian bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.

Metode penelitian ini diharapkan dapat

memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran

(8)

yang selama ini telah dilaksanakan agar pembelajaran dapat berlangsung lebih efesien dengan memperhatikan perkembangan pemahaman siswa. Selain itu metode ini, dapat meningkatkan keprofesionalan guru dalam menangani proses belajar mengajar.

Gambar 1. Desain PTK

Berdasarkan gambar di atas, model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian tindakan model Kemmis dan Mc. Taggart ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan perencanaan (planing), tindakan (acting), pengamatan (observing), reflektif (reflecting) dan perencanaan kembali.

Instrumen yang digunakan adalah:

Lembar Observasi dan Tes. Lembar observasi digunakan untuk mengamati keaktifan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran, sedang tes digunakan untuk mengukur prestasi hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi

tentang cara menentukan Operasi Bilangan Bulat.

Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilakukan dalam PTK ini, yaitu: (1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan; (3) Pengamatan;

dan (4) Refleksi. Adapun langkah masing- masing tahapan adalah sebagai berikut:

1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tesebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara fihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamai proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi.

Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti. Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrurmen.

Dikarenakan pelaksana guru peneliti adalah pihak yang paling berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan guru peneliti, agar

PERENCANAAN PENGAMATAN

PELAKSANAAN

REFLEKSI SIKLUS I

PERENCANAAN

SIKLUS II PELAKSANAAN

PENGAMATAN REFLEKSI

(9)

pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realistis, dan dapat dikelola dengan mudah.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merurpakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

3. Pengamatan (Observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dpisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang

keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali a

dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realistis, dan dapat dikelola dengan

Acting)

2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merurpakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ngat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dpisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang 2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat.

4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan

HASIL PENELIAN DAN PEMBAHASAN

Data Hasil Penelitian

Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan observasi awal kelas. Hasil observasi menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang Cara Menentukan

Bulat masih tergolong rendah. Data hasil observasi awal tersaji dalam grafik berikut:

Gambar 2. Nilai Matematika Awal

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa siswa hanya memperoleh rata

dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah adalah 45. Siswa yang motivasi dan belajarnya diatas KKM hanya 5 orang atau sekitar 25% dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Hal ini memberi gambaran bahwa hasil belajar siswa

Menentukan Operasi Bilangan Bulat mata pelajaran Matematika masih tergolong rendah.

Untuk mengetahui besaran

siswa, maka pada akhir kegiatan pembelajaran pada Siklus I dilakukan tes yang mengukur belajar. Adapun hasilnya tertera pada grafik di bawah ini:

0 20 40 60 80 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Rentang Nilai

Nomor Urut Absen

HASIL PENELIAN DAN

Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan observasi awal kelas. Hasil observasi menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang Cara Menentukan Operasi Bilangan masih tergolong rendah. Data hasil observasi awal tersaji dalam grafik berikut:

Gambar 2. Nilai Matematika Awal

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa siswa hanya memperoleh rata-rata 63 dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah adalah 45. Siswa yang motivasi dan hasil nya diatas KKM hanya 5 orang atau sekitar 25% dari nilai KKM yang ditetapkan 0. Hal ini memberi gambaran bahwa pada materi Cara Operasi Bilangan Bulat pada mata pelajaran Matematika masih tergolong

Untuk mengetahui besaran hasil belajar siswa, maka pada akhir kegiatan pembelajaran I dilakukan tes yang mengukur hasil . Adapun hasilnya tertera pada grafik di

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nomor Urut Absen

(10)

Gambar 3. Nilai Matematika Siklus I

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa siswa hanya memperoleh rata rata 76 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah adalah 68. Siswa yang motivasi dan hasil belajarnya sama atau diatas KKM 17 orang atau sekitar 85% dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Hal ini memberi gambaran bahwa hasil belajar siswa pada materi Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat mata pelajaran Matematika menunjukkan adanya peningkatan, jika dibanding dengan hasil observasi awal.

Kemudian dapat dianalisis kek

kekurangan tersebut antara lain guru kurang memotovasi siswa, guru terlalu cepat menjelaskan dan kurang memotivasi siswa.

Dengan adanya kekurangan

tersebut, maka perlu adanya perbaikan perbaikan dalam KBM pada siklus II. Perbaikan tersebut yaitu dengan cara lebih memotivasi siswa. Selain itu guru harus lebih dapat mengondisikan siswa, sehingga siswa benar benar terlibat dalam KBM.

Gambar 4. Nilai Matematika Siklus II 0,0

20,0 40,0 60,0 80,0 100,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

Rentang Nilai

Nomor Urut Absen

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Rentang Nilai

Nomor Urut Absen Gambar 3. Nilai Matematika Siklus I

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa siswa hanya memperoleh rata- rata 76 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah adalah 68. Siswa yang motivasi dan nya sama atau diatas KKM 17 orang atau sekitar 85% dari nilai KKM yang etapkan yaitu 70. Hal ini memberi gambaran siswa pada materi Cara Operasi Bilangan Bulat pada mata pelajaran Matematika menunjukkan adanya peningkatan, jika dibanding dengan

Kemudian dapat dianalisis kekurangan- kekurangan tersebut antara lain guru kurang memotovasi siswa, guru terlalu cepat menjelaskan dan kurang memotivasi siswa.

Dengan adanya kekurangan-kekurangan tersebut, maka perlu adanya perbaikan- perbaikan dalam KBM pada siklus II. Perbaikan

ebut yaitu dengan cara lebih memotivasi siswa. Selain itu guru harus lebih dapat mengondisikan siswa, sehingga siswa benar-

Gambar 4. Nilai Matematika Siklus II

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa siswa memperoleh rata-rata 76 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah adalah 68. Siswa yang motivasi dan hasil belajar

17 orang atau sekitar 85% dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Hal ini

bahwa ada peningkatan yang cukup signifikan dari hasil belajar siswa dari S

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dalam 2 siklus yang bertujuan untuk meningkatkan belajar siswa pada materi Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat

pelaksanaan siklus pertama dan ke dua telah menunjukkan hal-hal berikut yaitu proses pembelajaran Matematikadengan menggunakan metode Pemberian Balikan di tinjau dari berbagai segi interaksi siswa dan guru pada awal pembelajaran, guru membuka pelajaran Matematikadengan menggunakan metode Pemberian Balikan sebagai titik tolak pembelajaran. Kemudian guru mengarahkan dan menjelaskan bagaimana siswa belajar dengan baik. Lalu pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru m

KBM secara interaktif, membimbing siswa, dan memotivasi siswa untuk aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai

12131415161718 Nomor Urut Absen

11 12 13 14 15 16 17 18 Nomor Urut Absen

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa rata 76 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah adalah 68. Siswa hasil belajarnya diatas KKM 17 orang atau sekitar 85% dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Hal ini memberi gambaran bahwa ada peningkatan yang cukup signifikan ari Siklus I ke Siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian dalam 2

siklus yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

siswa pada materi Cara Menentukan

Operasi Bilangan Bulat , terlihat pada

pelaksanaan siklus pertama dan ke dua telah

hal berikut yaitu proses

pembelajaran Matematikadengan menggunakan

metode Pemberian Balikan di tinjau dari

berbagai segi interaksi siswa dan guru pada

mbelajaran, guru membuka pelajaran

Matematikadengan menggunakan metode

Pemberian Balikan sebagai titik tolak

pembelajaran. Kemudian guru mengarahkan

dan menjelaskan bagaimana siswa belajar

dengan baik. Lalu pada saat proses

pembelajaran berlangsung, guru melaksanakan

KBM secara interaktif, membimbing siswa, dan

memotivasi siswa untuk aktif berperan dalam

kegiatan pembelajaran. Pada akhir

pembelajaran, guru bersama siswa

menyimpulkan pelajaran yang telah

dilaksanakan. Berdasarkan hal tersebut, dapat

pulkan bahwa telah terjadi peningkatan

aktivitas siswa dalam pembelajaran

Matematika. Hal ini dapat dilihat dari

rata nilai hasil belajar siswa

(11)

dari prasiklus, siklus I, dan siklus II yang tersaji dalam grafik berikut ini:

Gambar 5. Peningkatan Nilai Tiap Siklus

Gambar 6. Peningkatan Nilai Tertinggi dan Terendah Tiap Siklus

Gambar 7. Peningkatan Ketuntasan Tiap Siklus

57 63

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Pra-siklus Siklus I Pra-siklus Siklus I

45 45

70

83

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Pra-siklus Siklus I Terendah

10

63

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Pra-siklus Siklus I Pra-siklus Siklus I

dari prasiklus, siklus I, dan siklus II yang tersaji

ingkatan Nilai Tiap Siklus

Gambar 6. Peningkatan Nilai Tertinggi dan Terendah Tiap Siklus

Gambar 7. Peningkatan Ketuntasan Tiap Siklus

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMPN 1 Cilawu

Kabupaten Garut tentang penerapan metode pemberian balikan untuk

dapat disimpulkan:

1. Penerapan Metode Pemberian Balikan dapat meningkatkan hasil belajar

SMPN 1 Cilawu Kab. Garut. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai rata

Pra-siklus 57, dan 63 pada Siklus I serta meningkat menjadi 76 pada Siklus II.

2. Proses peningkatan hasil belajar dan sesudah diterapkan

Balikan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini tergambar dari kenaikan nilai terendah pada Pr

tetap 45 pada siklus I, serta 68 pada siklus II.

3. Besar persentase KKM dengan metode pemberian balikan cukup memuaskan. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan Kriteria 4. Ketuntasan Minimal (KKM) dar

Pra-siklus menjadi 63% pada Siklus I serta menjadi 85% pada Siklus II.

Saran-Saran

Setelah melaksanakan PTK ini, saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Variasi metode pembelajaran diperlukan oleh guru untuk menghindari kejenuhan siswa. Salah satunya mencoba menerapkan berbagai macam metode pembelajaran.

2. Perlu diadakan sosialisasi berbagai macam metode pembelajaran agar para tenaga guru

76

Siklus II Siklus II

68 92

Siklus II Tertinggi

76

Siklus II Siklus II

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah 1 Cilawu Kecamatan tentang penerapan metode pemberian balikan untuk hasil belajar siswa

Penerapan Metode Pemberian Balikan dapat hasil belajar siswa Kelas VII Kab. Garut. Hal ini terlihat eningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus 57, dan 63 pada Siklus I serta meningkat menjadi 76 pada Siklus II.

hasil belajar sebelum dan sesudah diterapkan Metode Pemberian mengalami peningkatan yang cukup ini tergambar dari kenaikan Pra-siklus 45 kemudian tetap 45 pada siklus I, serta 68 pada siklus

Besar persentase KKM dengan metode pemberian balikan cukup memuaskan. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan Kriteria

mal (KKM) dari 10% pada

% pada Siklus I serta iklus II.

Setelah melaksanakan PTK ini, saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai

Variasi metode pembelajaran diperlukan menghindari kejenuhan siswa. Salah satunya mencoba menerapkan berbagai macam metode pembelajaran.

Perlu diadakan sosialisasi berbagai macam

metode pembelajaran agar para tenaga guru

(12)

bisa memahami dan menerapkan secara baik di lapangan.

3. Model pembelajaran dengan memakai Metode Pemberian Balikan dapat dikembangkan dan diterapkan pada pembelajaran materi Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat dan materi pelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi dan Supriyanto. (1990). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Combs, A.W. (1984). The Profesional Education of Teachers. Boston: Allin and Bacon, Inc.

Djamarah dan Bahri, S. (1994). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Banjarmasin: Fakultas Tarbiyah IAIN Antasasi..

Djamarah dan Bahri, S. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Djamarah dan Bahri, S. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hamalik, O. (1992). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Hamalik, O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. (1998). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nur, M. (2001). Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press.

Universitas Negeri Surabaya.

Rustiyah. (1991). Didaktik dan Metodik Belajar.

Bandung: Armico

Sardiman, A.M. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Slameto, (1988). Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bina Aksara.

Soetomo. (1993). Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.

Penulis:

Dr. H. Nanang, Lahir di Bandung pada Tanggal 1 Juli 1964. Saat ini bekerja sebagai Dosen

Pendidikan Matematika di STKIP Garut.

Gambar

Gambar 1. Desain PTK
Gambar 2. Nilai Matematika Awal
Gambar 3. Nilai Matematika Siklus I
Gambar 5. Peningkatan Nilai Tiap Siklus

Referensi

Dokumen terkait

skills; most of the students thought that their teaching ability was good; most of the students were certain that they could teach well; the teacher personal efficacy did influence

Di Indonesia, permasalahan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) berkisar pada penyesuaian materi belajar, perbedaan kemampuan intelektual, keterbatasan waktu

diajukan untuk memenuhi sebagian Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Bahasa dan Sastra

Sementara, dalam laporan inisiatif e-government pemerintah Federal Amerika Syarikat (Executive Office of the President Office of Management And Budget Washington DC

Sahabat MQ/ peringatan hari AIDS sedunia akan jatuh pada tanggal 1 Desember mendatang// Komisi Penanggulangan AIDS kota Yogyakarta/ bekerjasama dengan Lembaga

Scene 3 berdurasi 6 detik, menunjukkan bangunan pertokoan bagian depan dengan adanya aktifitas manusia yang berlalu-lalang ataupun berinteraksi, maka dari itu interaksi-

Dengan adanya Sistem Informasi E-Commerce Berbasis Web diharapkan para konsumen dapat melakukan pemesanan setiap waktu dan dimanapun tempatnya tanpa ada

Pada hari ini selasa tanggal dua puluh tiga bulan Juni tahun Dua Ribu Lima Belas (23-06-2015) , yang bertanda tangan di bawah ini Pokja Jasa Konsultansi pada Unit Layanan