Dian Rositasari : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V B Melalui Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) Di Sekolah Dasar Muhammadiyah Kalinampu II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan melalui Cooperative Leraning model Student Teams Achievement Divisiona (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS bagi siswa SD Muhammadiyah Kalinampu II tahun ajaran 2013/2014.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.Subjek penelitian ini adalah siswa SD Muhammadiyah Kalinampu II kelas V Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPS. Pelaksana pembelajaran dalam penelitian ini adalah guru kelas V. Peneliti berperan sebagai pengamat.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pre-test, ulangan dan observasi. Selanjutnya data dianalisis dan dikaji dengan teknik membandingkan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM dari siklus I dan siklus II. Teknik analisis data didapat dari evaluasi akhir siswa. Kemudian, peneliti mencari banyaknya siswa yang telah mencapai KKM pada siklus I dan siklus II.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa yang mencapai KKM mencapai 51,6% hal ini lebih besar dari kondisi awal yang hanya mencapai 25,8%. Sedangkan siswa yang mencapai KKM pada siklus II yaitu 70,83% sehingga dapat ditarik kesimpulan peningkatan banyaknya siswa yang mencapai KKM sebesar 95,83%. Dari hal ini dapat diketahui bahwa skor rata-rata kelas sebelum tindakan 59,52 pada siklus I yaitu 68,09 dan siklus II yaitu 75,95.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Cooperative Learning model STAD di SD Muhammadiyah Kalinampu II dapat meningkatkan nilai IPS sehingga prestasi belajar IPS pada siswa kelas V dapat meningkat.
Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) In Primary Schools Muhammadiyah Kalinampu II
This study aims to determine whether learning through Cooperative leraning models Student Teams Achievement Divisiona ( STAD ) can improve learning achievement in social studies for elementary school students Muhammadiyah Kalinampu II academic year 2013/2014.
This research is kelas.Subjek action were students of SD Muhammadiyah Kalinampu V class II Academic Year 2013/2014 which amounted to 31 siswa. Research implemented in the second semester of the academic year 2013/2014. Research conducted on subjects in the study of learning IPS. This Executive is the class teacher V. Researchers act as observers.
Data collection techniques in this study using pre -test , repeat and observe. Further the data were analyzed and assessed by comparing the technique of increasing the number of students who meet the KKM of the first cycle and the cycle II. Technic analysis of data obtained from the final evaluation students. Then, researchers looked for many KKM students who have achieved in the first cycle and second cycle.
The results showed that in the first cycle, students who achieve 51.6 % KKM this case greater than the initial conditions, which only reached 25.8 %. While students who reach KKM in the second cycle is 70.83 %, so it can be deduced increase in the number of students who reach KKM amounted to 95.83 %. From this it can be seen that the average score of the class before action, namely 59.52 in the first cycle 68.09 and the second cycle 75.95.
It can be concluded that the use of cooperative learning model of STAD in SD Muhammadiyah Kalinampu II can increase value IPS. IPS that learning achievement in grade V can be increased.
i
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V B
MELALUI COOPERATIVE LEARNING STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DI SEKOLAH DASAR
MUHAMMADIYAH KALINAMPU II
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Dian Rositasari
NIM: 091134169
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Karyatulis ini saya persembahkan kepada :
1. Allah SAW yang selalu melimpahkan kasih, berkat,
rahmat, dan karunia-Nya
2. Ayah dan ibuku atas doa dan dukungannya
3. Keluarga kecilku, Briptu Widodo dan Icha tersayang
yang memberiku semangat
4. Saudaraku, dan teman-teman di SD M. Kalinampu II
5. Segenap Bapak dan ibu dosen atas bimbingan dan ilmu
yang diberikan
6. Teman-temanku atas semangat, motivasi, dan kerja
samanya selama menempuh pendidikan di PGSD USD
v
MOTO
Bersyukur adalah yang terbaik daei semua hal yang
baik.
Menjadi orang yang bijak tidak terlepas dari campur
tangan TUHAN
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Maret 2014
Penulis
vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Dian Rositasari
NIM : 091134169
Demi pengembangan pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V B MELALUI COOPERATIVE LEARNING MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DI SEKOLAH DASARMUHAMMADIYAH KALINAMPU II
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 28 Maret 2014
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
Dian Rositasari : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V B Melalui Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) Di Sekolah Dasar Muhammadiyah Kalinampu II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan melalui Cooperative Leraning model Student Teams Achievement Divisiona (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS bagi siswa SD Muhammadiyah Kalinampu II tahun ajaran 2013/2014.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.Subjek penelitian ini adalah siswa SD Muhammadiyah Kalinampu II kelas V Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa.Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPS.Pelaksana pembelajaran dalam penelitian ini adalah guru kelas V. Peneliti berperan sebagai pengamat.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pre-test, ulangan dan observasi.Selanjutnya data dianalisis dan dikaji dengan teknik membandingkan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM dari siklus I dan siklus II.Teknik analisis data didapat dari evaluasi akhir siswa.Kemudian, peneliti mencari banyaknya siswa yang telah mencapai KKM pada siklus I dan siklus II.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa yang mencapai KKM mencapai 51,6% hal ini lebih besar dari kondisi awal yang hanya mencapai 25,8%. Sedangkan siswa yang mencapai KKM pada siklus II yaitu 70,83% sehingga dapat ditarik kesimpulan peningkatan banyaknya siswa yang mencapai KKM sebesar 95,83%. Dari hal ini dapat diketahui bahwa skor rata-rata kelas sebelum tindakan 59,52 pada siklus I yaitu 68,09 dan siklus II yaitu 75,95.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Cooperative
Learning model STAD di SD Muhammadiyah Kalinampu II dapat meningkatkan
nilai IPS sehingga prestasi belajar IPS pada siswa kelas V dapat meningkat.
ix ABSTRACT
Dian Rositasari : Efforts to Improve Learning Outcomes IPS Class VB Through Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) In Primary Schools Muhammadiyah Kalinampu II
This study aims to determine whether learning through Cooperative leraning models Student Teams Achievement Divisiona ( STAD ) can improve learning achievement in social studies for elementary school students Muhammadiyah Kalinampu II academic year 2013/2014.
This research is kelas.Subjek action were students of SD Muhammadiyah Kalinampu V class II Academic Year 2013/2014 which amounted to 31 siswa. Research implemented in the second semester of the academic year 2013/2014. Research conducted on subjects in the study of learning IPS. This Executive is the class teacher V. Researchers act as observers.
Data collection techniques in this study using pre -test , repeat and observe. Further the data were analyzed and assessed by comparing the technique of increasing the number of students who meet the KKM of the first cycle and the cycle II.Technic analysis of data obtained from the final evaluation students. Then, researchers looked for many KKM students who have achieved in the first cycle and second cycle.
The results showed that in the first cycle, students who achieve 51.6 % KKM this case greater than the initial conditions, which only reached 25.8 %. While students who reach KKM in the second cycle is 70.83 %, so it can be deduced increase in the number of students who reach KKM amounted to 95.83 %. From this it can be seen that the average score of the class before action, namely 59.52 in the first cycle 68.09 and the second cycle 75.95.
It can be concluded that the use of cooperative learning model of STAD in SD Muhammadiyah Kalinampu II can increase valueIPS. IPS that learning achievement in grade V can be increased.
x
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah, yang telah memberkati dan
menyertai sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V melalui Cooperative Learning model
Student Teams Achievement Divisions (STAD) di SD Muhammadiyah Kalinampu II.
Penyusunan skripsi ini bukan hanya untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
program studi S-I PGSD Universitas Sanata Dharma tetapi juga membantu
mengembangkan pengetahuan dan pengalaman penulis untuk bekal di masa
mendatang, dan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini bukan hanya perjuangan
sendiri.Melainkan, tidak lepas dari bantuan, perhatian, dan dukungan dari semua
pihak.Terselesainya skripsi ini merupakan anugerah yang begitu besar bagi
penulis.Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan dalam perwujudan
skripsi ini. Pada kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A selaku Ketua Program Studi S-I PGSD
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan
xi
dan saran kepada penulis demi terwujudnya skripsi ini.
4. Dra. Titik Eni Suryani kepala sekolah SD Muhammadiyah Kalinampu II beserta
guru yang te;ah memberi dukungan, kesempatan, dan berbagai kemudahan bagi
peneliti dalam melakukan penelitian.
5. Para dosen PGSD yang secara tidak langsung telah memberikan kontribusi yang
berarti sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Para staf sekertariat PGSD yang secara tidak langsung telah memberikan
kontribusi yang berarti sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
7. Sri Astuti selaku wali kelas V SD Muhammadiyah Kalinampu II yang telah
bersedia menjadi kolaborator dalam penelitian ini.
8. Orang Tua dan keluargaku yang selalu memberiku semangat dan yang selalu
membawaku dalam setiap doanya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sebagai penyempurnaan skripsi ini.Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca.
Yogyakarta, 28 Maret 2014
Penyusun
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ...viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
xiii
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar ... 10
a. Hakikat Belajar ... 10
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 12
c. Pengertian Hasil Belajar ... 13
d. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 21
1. Pengertian Pendidikan IPS ... 21
2. Tujuan Pendidikan IPS ... 23
e. Karakteristik Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Kalinampu II .... 24
B. Tinjauan Tentang Cooperative Learning ... 26
a. Pengertian Cooperative Learning ... 26
b. Unsur Pembelajaran Cooperative Learning ... 27
C. Cooperative Leraning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) ... 29
a. Pengertian STAD ... 29
b. Tahapan Pembelajaran Model STAD ... 31
D. Hasil Kajian Penelitian yang Relevan ... 34
E. Kerangka Berfikir ... 35
xiv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian ... 41
B. Subyek Penelitian ... 41
C. Prosedur Penelitian ... 41
D. Indikator Keberhasilan ... 44
E. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tindakan Tiap Siklus ... 46
B. Data Lengkap Tiap Siklus ... 63
C. Peningkatan pada Siswa, Guru dan Kelas ... 76
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79
BAB V KESIMPULAN, SARAN-SARAN, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 85
B. Saran-saran ... 87
C. Rekomendasi ... 89
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Hasil Tes Pra Tindakan ... 26
Tabel 2 Hasil Tes Siklus I ... 35
Tabel 3 Hasil Tes Siklus II ... 36
Tabel 4 Daftar Nilai Pre Test Siswa... 39
Tabel 5 Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus I ... 41
Tabel 6 Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus II ... 41
Tabel 7 Daftar Rata-rata Nilai Tiap Siklus ... 44
Tabel 8 Hasil Observasi Kerjasama Siklus I dan Siklus II ... 48
Tabel 9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 50
Tabel 10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 51
Tabel 11 Hasil Observasi Guru Tentang Proses Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ... 53
Tabel 12 Hasil Observasi Guru Tentang Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ... 54
Tabel 13 Hasil Observasi Guru Tentang Proses Pembelajaran Siklus I Pertemuan II ... 56
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus ... 60
Lampiran 2 RPP Siklus I ... 61
Lampiran 3 LKS Siklus I ... 64
Lampiran 4 RPP Siklus II ... 74
Lampiran 5 LKS Siklus II ... 77
Lampiran 6 Soal Evaluasi Siklus I ... 87
Lampiran 7 Soal Evaluasi Siklus II ... 91
Lampiran 8 Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 94
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Guru ... 95
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang besar untuk menciptakan masa
depan gemilang yang menjadi idaman kita bersama. Dengan usaha yang terus
menerus ditingkatkan melalui pembangunan dibidang pendidikan, dapat
dihasilkan pribadi-pribadi yang telah mengembangkan potensi dan
kemampuannya secara optimal dalam melaksanakan pembangunan dan
perkembangan masyarakat itu sendiri. H.Abu Ahmadi dan Nur
Uhbiyanti(2003:78)
Menurut UU sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 Bab I
ketentuan umum pasal I ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.
Kemajuan suatu bangsa dan mutu pendidikan sangat ditentukan oleh
kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia
tergantung pada kualitas pendidikannya. Salah satu permasalahan pendidikan
2
setiap jenjang satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan
menengah. Usaha peningkatan mutu pendidikan berkaitan dengan bagaimana
ilmu pendidikan itu dapat dikembangkan sesuai tuntutan pembangunan
masyarakat, semua itu bukan hanya tanggung jawab negara tetapi merupakan
tanggung jawab setiap warga negara untuk kehidupan yang lebih baik serta
semua pihak dalam pendidikan terutama bagi guru sekolah dasar sebagai ujung
tombak dalam pendidikan dasar.Guru SD adalah orang yang paling berperan
dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing
dengan perkembangan zaman.
Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun. Pendidikan
disekolah dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dan
ketrampilan peserta didik dimasa yang akan datang. Pendidikan di SD sebagai
bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Akan tetapi, pada
kenyataan yang ada pada sekarang ini sangat jauh berbeda dengan apa yang
3
Pembelajaran di SD saat ini pada umumnya menghasilkan siswa yang
cenderung pasif karena kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru masih
banyak menggunakan metode yang kurang efektif. Untuk mencapai hasil
pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang
selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu proses belajar mengajar dikelas (Kusnandar 2008:48)
Keberhasilan pembelajaran juga tergantung pada keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar, sedangkan keberhasilan siswa tidak hanya
tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan. Metode mempunyai posisi
yang sangat strategis dalam meningkatkan hasil belajar siswa.Pemilihan metode
yang tepat juga menentukan tujuan efektifitas dan efisiensi pembelajaran,
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal yang menjadi hambatan dalam pembelajaran IPS adalah kurangnya
kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran IPS dengan metode yang
menarik, menantang dan menyenangkan.Guru hanya memfokuskan pada
penyampaian informasi dan mentransfer ilmu kepada siswa melalui ceramah,
sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian guru
tidak melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Guru mendesain siswa
untuk menghafal seperangkat fakta materi yang disampaikan guru, seolah-olah
4
Tekhnik pembelajaran seperti itu tentu saja mengakibatkan kurangnya
partisipasi siswa dalam pembelajaran karena pembelajaran bersifat monoton
dan siswa cenderung pasif. Selain itu hal tersebut juga menimbulkan kebosanan
pada siswa dan kurang minatnya siswa pada mata pelajaran ini yang pada
akhirnya akan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Pada mata
pelajaran IPS standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan adalah 7. Pada
semester I rata-rata nilai IPS siswa yaitu 6,83 dan masih ada 11 nilai siswa yang
di bawah KKM. Maka dari itu peneliti berusaha meningkatkan hasil belajar IPS
agar keseluruhan nilai siswa dapat mencapai KKM yang ditetapkan.
Masalah tersebut menuntut guru untuk dapat mengolah pembelajaran
semenarik mungkin sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar
siswa.Salah satu upaya yang dilakukan adalah memilih tekhnik pembelajaran
yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
berkembang sesuai keinginan dan kemampuan siswa.
Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar
mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik, akan
ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai tujuan.
Tujuan pembelajaran akan dicapai dengan penggunaaan metode yang tepat.
Salah satu metode yang dapat digunakan guru agar siswa dapat
mencapai hasil belajar yang maksimal adalah Cooperative
5
learning merupakan satu tekhnik pembelajaran yang terstruktur dan sistematis,
dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama(Nur Asma, 2006:11). Cooperative learning telah terbukti sebagai
sebuah pembelajaran yang menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi bagi
penguasaan materi pelajaran maupun pengembangan sikap ketrampilan sosial,
dalam pembelajaran dengan menggunakan tekhnik Cooperative learning, sikap
dan perilaku siswa berkembang kearah suasana demokratisasi dalam kelas.
Disamping itu, penggunaan kelompok kecil siswa mendorong siswa lebih
bergairah dan termotivasi dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Cooperative learningtekhnikStudent Teams Achievement Division
(STAD) cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,
dengan Cooperative learningtekhnik (STAD) dimana siswa ditempatkan pada
kelompok-kelompok kecil diharapkan dapat menumbuhkan kerja sama dan
setiap orang merasakan tanggung jawab secara individual untuk keberhasilan
kelompok mereka.
Berbagai permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran seperti yang
dikemukakan diatas, telah dilakukan beberapa upaya untuk memperbaiki
kendala-kendala tersebut. Guru memberikan latihan-latihan soal yang sudah ada
dibuku paket. Setiap selesai pembelajaran, guru selalu memberikan tugas
rumah, selain memperdalam pengetahuan siswa tentang materi diharapkan
6
seluruhnya bisa memotivasi siswa untuk belajar yang pada akhirnya hasil
belajar masih rendah. Oleh karena itu, dilakukan suatu penelitian tindakan kelas
dengan menerapkan Cooperative learningtekhnikStudent Teams Achievement
Division (STAD) pada siswa kelas V SD Muhammadiyah kalinampu II.
B. Identifikasi Masalah
1. Hasil belajar siswa kelas V masih ada yang dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah.
2. Pada saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan guru
3. Minat belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD
Muhammadiyah Kalinampu II masih rendah.
4. Guru masih kesulitan menentukan metode yang tepat untuk mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
5. Kebermaknaan belajar siswa masih kurang karena tidak adanya keterlibatan
siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah
pada hasil belajar pada pelajaran IPS menggunakan Cooperative
7
mempertahankan kemerdekaan.Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini
meliputi kerjasama, keaktifan, dan prestasi (nilai).
D. Rumusan Masalah
1 Bagaimana penggunaan Cooperative learningtekhnikStudent
Teams Achievement Division (STAD )dalam usaha
meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS kelas V
di SD Muhammadiyah Kalinampu II?
2 Apakah penggunaan tekhnik Cooperative
learningtekhnikStudent Teams Achievement Division (STAD )
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kel/as V SD
Muhamadiyah kalinampu II ?
E. Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yaitu dengan menerapkan Cooperative
learningtekhnikStudent Teams Achievement Division (STAD ) dalam mata
8 F. Tujuan Penelitian
1. M mengetahui bagaimana penggunaan Cooperative learningtekhnikStudent
Teams Achievement Division (STAD ) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS kelas V di SD Muhammadiyah Kalinampu II.
2. Mengetahui dan mengusahakan apakah penggunaan Cooperative learning
tekhnik Stutent Temas Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan
hasil belajar.
G. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari Penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan
pengetahuan terhadap peningkatan mutu pendidikan melalui proses belajar
mengajar dan dapat digunakan sebagai Literatur dalam pelaksanaan penelitian
di masa yang akan datang.
2. Manfaaat Praktis
a. Bagi Peneliti
1) Merupakan sarana belajar bagi peneliti untuk mengembangkan dan
menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah.
2) Meningkatkan pengetahuan dan peka terhadap fenomena yang terjadi
9
3) Melatih kreatifitas sebagai calon pendidik.
4) Lebih memahami karakteristik peserta didik.
b. Bagi Guru
1) Sebagai sumbangan pemikiran untuk mengembangkan kemampuan
merancang dan melaksanakan metode pembelajaran yang efektif.
2) Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan bermakna
dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam
pelajaran IPS.
3) Pembelajaran lebih berkualitas.
c. Bagi siswa
1) Dapat memberikan motivasi dan meningkatkan keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran IPS
2) Dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS.
d. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini sebagai kajian guru dalam peningkatan hasil belajar
siswa dan dapat dijadikan rujukan baru bagi sekolah untuk meningkatkan
10 BAB II LANDASAN TEORI
A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar
a. Hakikat belajar
Baharudin dan Esa Nur Wahyumi (2007:11-12), belajar
merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir
hayat, kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya.Belajar merupakan
aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam
dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.
Menurut Slameto (2010:2), belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Wasty Soemanto (2006:104), belajar merupakan proses
dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia
melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah
11
lain adalah hasil dari belajar.belajar adalah suatu proses dan bukan sebagai
hasil.
Sedangkan menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2008:4)
perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungan
yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai
aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan
bersifat positif terjadi karena peran aktif pembelajar, tidak bersifat
sementara, bertujuan dan perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan
tingkah laku pada sikap, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.
Prinsip belajar menurut Agus Suprijono (2010:4), pertama, belajar
adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Kedua, belajar merupakan
proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai.Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman pada dasarnya
adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
William Burton mengemukakan bahwa A good learning situation consist
of a rich and varied series of learning experience unified around a
vigorous purpose and carried on interaction with a rich varied and
propocative environtment.
Patta Bundu (2006:15) menjelaskan hakikat belajar sebagai
12
Kata kunci pembelajaran adalah perubahan.Tidak ada tujuan
pengajaran yang dicapai sebelum setiap siswa menjadi berbeda dalam
beberapa hal antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Lebih
jauh dikemukakan bahwa untuk melihat perubahan yang terjadi perlu
dijawab beberapa pertanyaan sebagai indikator: (1) apakah siswa
mengetahui lebih banyak daripada yang diketahui sebelumnya, (2) apakah
siswa memahami sesuatu yang tidak dipahami sebelumnya, (3) apakah
siswa mengembangkan ketrampilan yang belum dikembangkan
sebelumnya, (4) apakah siswa merasakan sesuatu yang berbeda dari aspek
yang dipelajari dari pada yang dirasakan sebelumnya dan (5) apakah siswa
mengembangkan sesuatu yang tidak ada sebelumnya.
Ditegaskan pula oleh Moh. User Usman (2006:5), bahwa belajar
diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi antar individu dan individu dengan lingkungannya.
Burton (Moh. User Usman, 2006:5) menyatakan “learning is a change in
the individual and his environment, wich fells a need and makes him more
capable of dealing adequately with his environment. Dalam pengertian ini
terdapat kata change atau “perubahan” yang berarti bahwa seseorang
setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tinggah
13 b. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Patta Bundu (2006:15), hasil belajar seseorang sering
tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk
memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun
demikian, karena hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam setiap tingkah lakunya.
Dimyati dan Mudjiono (2009:3-4), hasil belajar merupakan hasil
dari suatu tindak interaksi belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses
belajar. Hasil belajar dibedakan menjadi dampak pengajaran.Dampak
pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka
raport, angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan.
Gagne (Agus Suprijono 2010:5-6), hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
1) Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.Kemampuan
merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.Kemampuan
tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah
14
2) Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.Ketrampilan intelektual
merupakan aktivitas kognitif bersifat khas.
3). Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Usman menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa
sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang
direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan kedalam tiga
kategori (Asep Jihad dan Abdul Haris 2008:16-19), yaitu :
1) Domain Kognitif
a) Pengetahuan (knowledge) meliputi pengingatan tentang hal-hal
yang bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan
15
Dalam hal ini tekanan utama pada pengenalan kembali fakta,
prinsip. Kata-kata yang dapat dipakai: definisikan, ulang, laporkan,
ingat, garis bawahi, sebutkan, daftar dan sambungkan.
b) Pemahaman (comprehension) meliputi penerimaan dalam
komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam
bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara
setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksplorasikan.
Kata yang dapat dipakai : menterjemahkan, nyatakan kembali,
diskusikan, gambarkan, reorganisasikan, jelaskan, identifikasi,
tempatkan, review, ceritakan, paparkan.
c) Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi baru.
Kata-kata yang dapat dipakai: interpretasikan, terapkan,
laksanakan, gunakan, demonstrasikan, praktekkan, ilustrasikan,
operasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan.
d) Analisa.
Menyangkut kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap
suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya,
medeteksi hubungan diantara bagian-bagian itu dan cara materi itu
diorganisir. Kata yang dapat dipakai: pisahkan, analisa, bedakan,
16
e) Sintesa.
Meliputi anak untuk menaruhkan/menempatkan bagian-bagian
atau elemen satu/bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan
yang koheren. Kata yang dapat dipakai: komposisi, desain,
formulasi, atur, rakit, kumpulkan ciptakan, susun, organisasikan,
memanage, siapkan, rancang, sederhanakan
f) Evaluasi.
Jenjang ini dianggap paling sulit dalam kemampuan pengetahuan
anak, meliputi kemampuan anak didik dalam mengambil
keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai suatu
tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah, metoda, materi
dll.Dalam pengambilan keputusan ataupun dalam menyatakan
pendapat, termasuk juga kriteria yang dipergunakan, sehingga
akurat dan standar penilaian/penghargaan. Kata yang dipakai:
putuskan, hargai, nilai, skala, bandingkan, revisi, skor, perkiraan.
2) Domain kemampuan sikap (affective)
a) Menerima atau memperhatikan. Meliputi sifat sensitive terhadap
adanya eksistensi suatu fenomena tertentu atau suatu stimulus dan
kesadaran yang merupakan perilaku kognitif, termasuk didalamnya
17
b) Merespon. Anak dilibatkan secara puas dalam suatu objek tertentu,
phenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan mencari-cari dan
menambah kepuasan dari bekerja dengannya atau terlibat
didalamnya.
c) Penghargaan. Perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil, tidak
hanya persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan
terhadapnya dan keterikatannya pada suatu pandangan atau ide
tertentu.
d) Mengorganisasikan. Anak didik membentuk suatu system nilai
yang dapat menuntun perilaku, meliputi konseptualisasi dan
mengorganisasikan.
e) Mempribadi (mewatak). Ada internalisasi, nilai-nilai telah
mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir kedalam suatu
system yang bersifat internal, memiliki control perilaku.
3) Ranah Psikomotorik
a) Menirukan. Apabila ditunjukan kepada anak didik suatu action
yang dapat diamati(observable), maka ia akan mulai membuat
suatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat sistim
otot-ototnya dan dituntun oleh dorongan kata hati untuk menirukan.
b) Memanipulasi. Anak dapat menampilkan action seperti yang
18
c) Keseksamaan (precision). Meliputi kemampuan anak dalam
penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih
tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu.
d) Artikulasi (articulation). Anak didik telah dapat
mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan
urutan/sikuen secara tepat diantara action yang berbeda-beda.
e) Naturalisasi. Apabila anak telah dapat melakukan secara alami satu
action atau sejumlah action yang urut.Ketrampilan penampilan ini
telah sampai pada kemampuan yang paling tinggi dengan
pengeluaran energy yang minimum.
Hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan ketiga
domain tersebut yang dialami siswa setelah menjalani proses belajar. Baik
buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran berupa evaluasi,
selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditunjukan kepada
proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik proses
pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,
maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi
sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Berdasarkan definisi diatas maka hasil belajar merupakan
19
sehingga bertambah pengetahuannya baik yang bersifat kognitif, afektif,
dan psikomotor setelah ia melakukan pengalaman belajar.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Baharudin dan Esa Nur Wahyumi (2007:19-28), secara umum
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut
saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menetukan
kualitas hasil belajar.
1) Faktor internal
Faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi
hasil belajar individu. Faktor internal meliputi:
a) Faktor fisiologis
Faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu yaitu,
keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani/fisiologis
(pancaindra)
b) Faktor psikologis
Keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi proses belajar.
Beberapa Faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses
20
2) Faktor- Faktor eksogen/eksternal
a) Lingkungan sosial meliputi lingkungan sosial sekolah, lingkungan
sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga.
b) Lingkungan non sosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan
non sosial adalah lingkungan alamiah, faktor instrumental, dan
faktor materi pelajaran.
Sedangkan menurut Slameto (2010:54-) faktor- faktor yang
mempengaruhi belajar banyak jenisnya yaitu:
1) Faktor- faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar
a) Faktor jasmaniah meliputi Faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan dibedakan dua macam, yaitu kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani (bersifat psikis)
2) Faktor-faktor ekstern
a) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
21
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas
rumah.
3) Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial a) Pengertian Pendidikan IPS
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu
mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTs/SMPLB.IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.Pada jenjang SD/MI
mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan
Ekonomi.Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk
dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Saidihardjo (2008:2), Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
22
kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Dalam kurikulum berbasis
kompetensi (KBK), Ilmu Pengetahuan Sosial dimaknai sebagai
seperangkat fakta, peristiwa, konsep, generalisasi yang berkaitan
dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membanguun dirinya,
masyarakat, bangsa dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman
masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk
masa yang akan datang.
Martorella (Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:14) mengatakan
bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek
“pendidikan” daripada transfer “konsep”, karena dalam pembelajaran
pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap
sejumlah konsep dan pengembangan serta melatih sikap, nilai, moral,
dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.
Dengan demikian, pembelajaran IPS harus difokuskan pada aspek
kependidikannya.
Etin Solihatin dan Raharjo (2007 : 15) menyatakan bahwa
tujuan dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk
mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan diri sesuai bakat.
Sapriya (2009:20) menyatakan bahwa istilah IPS di sekolah
23
integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu social, humaniora, sains
bahkan berbagai isu dan masalah social kehidupan. Materi IPS untuk
jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang
lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta
karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan program pendidikan
yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi
pengetahuan tentang kehidupan social manusia dan lingkungan
sekelilingnya.
b) Tujuan Pendidikan IPS
Secara garis besar tujuan pendidikan IPS adalah:
a) Membentuk nilai moral dan etik
Pendidikan Ilmu pengetahuan sosial menekankan pada
pembentukan pengetahuan dengan dasar sosial dan etika yang
baik.Filosofi sosialnya adalah bahwa manusia yang merupakan
manusia Indonesia yang memliki moral (moral force), mental
sosial, intelektual tinggi serta spiritual.
b) Membentuk manusia yang berbudaya dan memiliki mental social
Pendidikan Ilmu pengetahuan social merupakan rangkaian
ilmu social yang memberikan kontribusi dalam membentuk watak
24
memiliki dedikasi tinggi, berkompetisi dan berkomitmen terhadap
nasionalisme bangsa.
c) Membentuk kecerdasan individual dan masyarakat
Pendidikan Ilmu pengetahuan sosial sebagai sebagai suatu
komponen dalam pendidikan menjadi sumber pengetahuan tentang
dinamika social dan sosok masyarakat yang memiliki tingkat
kecerdasan tinggi.Hal belajar dalam dunia pendidikan tidak bisa
lepas dari kurikulum yang menitik beratkan cara-cara membangun
sifat kreatif dan kemauan untuk belajar.Tujuan belajar tidak hanya
memenuhi kebutuhan individu agar menjadi orang cerdas tetapi
tujuan belajar itu sendiri adalah terpenuhinya kebutuhan sosial
masyarakat.
3. Karakteristik siswa kelas V SD
Syamsu Yusuf (2007:24), menyatakan bahwa anak usia
sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa
keserasian bersekolah. Pada masa umur berapa tepatnya anak matang
untuk masuk SD, sebenarnya sukar dikatakan karena kematangan
tidak ditentukan oleh umur semata-mata.Namun pada umur 6 atau
7tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah
dasar.Pada masa keserasian sekolah ini secara relatif, anak-anak lebih
25
1) Masa kelas-kelas rendah SD, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur
9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain
seperti berikut.
a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani
dengan prestasi(apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang
diperoleh)
b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang
tradisional.
c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama
sendiri)
d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.
e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu
dianggap tidak penting.
f) Pada masa ini (terutama usia 6,0 - 8,0 tahun) anak
menghendaki nilai (angka raport) yang baik, tanpa mengingat
apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
2) Masa kelas tinggi SD, kira-kira umur 9 atau 10 sampai umur 12
atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah.
a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
konkret, hal ini menimbulkan kecenderungan untuk
26
b) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar
c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan
mata pelajaran khusus yang oleh para ahli yang mengikuti teori
faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor
(bakat khusus).
d) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau
orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan
keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak
menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha
menyelesaikannya.
e) Pada masa ini, anak memandang nilai(angka Rapor) sebagai
ukuran yang tepat(sebaik-baiknya)mengenai prestasi sekolah.
f) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya
untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu
biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan
yang tradisional (yang sudah ada) mereka membuat peraturan
sendiri.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa
kelas V SD mempunyai karakteristik antara lain : mempunyai rasa
ingin tahu yang tinggi, mempunyai minat untuk belajar, berfikir
27
keinginan untuk mendapatkan pengetahuan baru dari pengalaman
yang dilakukan.
4. Tinjauan tentang Cooperative learning a. Pengertian Cooperative learning
Berdasarkan pendapat Etin Solihatin dan Raharjo (2007:4)
Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Dikemukakan oleh isjoni (2009:20) bahwa pembelajaran
kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa saling
bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok
kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama
lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif
mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam
kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar.
Sedangkan menurut Robert Slavin (2005:4) pembelajaran
kooperatif merupakan metode pengajaran dimana para siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama
28
siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan
berargumentasi, untuk mengesah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu
dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
b. Unsur pembelajaranCooperative learning
Agus Suprijono (2010:5-6), mengatakan bahwa pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Tekhnik
pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif
yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1)”memudahkan siswa belajar”
sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan
bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan
ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2003:31) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk
mencapai hasil maksimal, lima unsur tekhnik pembelajaran gotong-royong
harus diterapkan.
1) Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok
harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai
tujuan mereka. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi siswa
29
anggota merasa bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugasnya agar
yang lain bisa berhasil.
2) Tanggung jawab perorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur tekhnik
pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa
bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik.
3) Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi.Kegiatan interaksi ini memberikan pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.Hasil
kerjasama jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing
anggota.
4) Komunikasi antar anggota
Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok merupakan proses
panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi
komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun proses ini
merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk
memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan
30
5) Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar
selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
3. Cooperative learning Tekhnik Student Team Achievement Division (STAD) a. Pengertian STAD
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana, dan merupakan tekhnik yang paling baik untuk
permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis,
skor kemajuan individual, rekognisi tim. Robert E.Slavin (2005:143)
Robert E.Slavin (2005:11) menjelaskan bahwa dalam STAD, para
siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang
berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang
etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa belajar dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai
pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi
secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk
saling membantu.
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya
31
kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya
mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu
timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukan norma bahwa
belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Para siswa bekerjasama
setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Mereka boleh bekerja
berpasangan mendiskusikan setiap ketidaksesuaian, dan saling membantu
satu sama lain jika ada yang salah dalam memahami.
Penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas
pada siswa kelas V SD Muhammadiyah kalinampu II pada mata pelajaran
IPS menggunakan Cooperative learningtekhnikStudent Team
Achievement Division (STAD), karena tekhnik STAD adalah tekhnik
pembelajaran dimana siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok dan
keberhasilan kelompok ditentukan oleh setiap anggota kelompok,
sehingga akan terjalin kerjasama yang baik didalam kelompok. Dengan
digunakannya Cooperative learningtekhnikStudent Team Achievement
Division (STAD) diharapkan hasil pembelajaran IPS di SD
Muhammadiyah Kalinampu II akan meningkat.
b. Tahapan pembelajaran tekhnikStudent Team Achievement Division (STAD)
Nur Asma (2006:51) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran
32
1) Tahap pertama: persiapan pembelajaran.
Persiapan pembelajaran meliputi: persiapan materi yang akan
diajarkan dan telah dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran
secara kelompok, menempatkan siswa secara heterogen, menentukan
skor dasar dengan memberikan tes kemampuan prasyarat atau tes
pengetahuan awal, nilai siswa pada semester sebelumnya dapat
digunakan sebagai skor dasar.
2) Tahap kedua: penyajian materi
Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45
menit.Setiap pembelajaran dengan tekhnik ini selalu dimulai dengan
penyajian materi oleh guru.Dalam penyajian, kelas dapat digunakan
tekhnik ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan sebagainya, disesuaikan
dengan isi bahan ajar dan kemampuan pembelajar.
3) Tahap ketiga:kegiatan belajar kelompok
Pada awal pelaksanaan kegiatan kelompok dengan tekhnikStudent
Team Achievement Division (STAD) diperlukan adanya diskusi
dengan siswa tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam
kelompok kooperatif.Hal-hal yang perlu dilakukan pembelajar untuk
menunjukkan tanggungjawab terhadap kelompoknya.
33
Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan
mempresentasikan hasil kegiatan kelompok didepan kelas oleh wakil
dari setiap kelompok.Kegiatan ini dilakukan secara bergantian.Pada
tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan
memberikan kunci jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri
hasil pekerjaaannya serta memperbaiki jika masih terdapat
kesalahan-kesalahan.
5) Tahap kelima:siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual
Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan
menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara
menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa dalam tahap
ini tidak diperkenankan bekerjasama.
6) Tahap keenam:pemeriksaan hasil tes
Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor
peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi skor
kelompok.Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan
sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.
7) Tahap ketujuh:penghargaan kelompok
Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan
individu berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu(skor dasar)
34
dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang
disusun oleh Salvin sebagai berikut :
a) > 10 poin di bawah skor dasar 5 poin
e) Pekerjaan sempurna (tanpa menghentikan
skor dasar) 30 poin
Poin perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :
a) Kelompok dengan poin rata-rata 15 = baik
b) Kelompok dengan poin rata-rata 20 = hebat
c) Kelompok dengan poin rata-rata 25 = super
Penelitian yang dilakukan menggunakan langkah-langkah sesuai
35
(STAD) yang meliputi tujuh tahap persiapan pembelajaran, penyajian
materi, kegiatan belajar kelompok, pemeriksaan terhadap hasil kegiatan
kelompok, siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual,
pemeriksaan hasil tes, dan penghargaan kelompok.
B. Hasil Kajian Penelitian Yang Relevan.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diambil dari skripsi yang
ditulis oleh Diah Saraswati, Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, Bulan Juni, Tahun
2010. Skripsi tersebut berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Student Team Achievement Division (STAD) di Kelas V SD
Muhammadiyah kalinampu II. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)
kerjasama siswa dalam belajar kelompok mengalami peningkatan yang sangat
baik. (2) hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika meningkat, hal ini
dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kemampuan
kerjasama siswa dalam belajar kelompok meningkat dari rata-rata skor 11,6
menjadi skor 16. Berdasarkan hasil belajar matematika siswa pada siklus I dan II
dapat dilihat pencapaian hasil belajar siswa menunjukkan nilai siswa meningkat
dari nilai awal hingga nilai pada siklus II. Ini dapat dilihat dari total hasil belajar
36
meningkat menjadi 1311 dengan rata-rata 62,4 meningkat menjadi 1653 dengan
rata-rata kelas 78,7. Nilai siswa pada siklus II sudah memenuhi KKM yang telah
ditentukan yaitu 60, pada nilai awal masih terdapat 13 anak yang belum mencapai
KKM, sedangkan pada siklus I masih terdapat 8 siswa yang belum mencapai
KKM, dan pada siklus II semua siswa telah mencapai nilai KKM.
C. Kerangka Berfikir
Hasil pembelajaran IPS di SD Muhammadiyah Kalinampu II masih
terdapat beberapa anak yang mempunyai nilai rendah atau dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Rendahnya hasil pembelajaran ini disebabkan
antara lain, dalam melakukan proses pembelajaran guru kurang menggunakan
metode yang sesuai, minat belajar IPS pada kebanyakan siswa masih rendah dan
tidak menyukai mata pelajaran IPS, guru tidak banyak melibatkan siswa dalam
pembelajaran.
Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti berusaha membantu
meningkatkan hasil belajar IPS.Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
memilih tekhnik pembelajaran yang dapat meningkatkan kerjasama dan keaktifan
siswa dalam belajar kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa yaitu dengan menggunakan Cooperative learningtekhnikStudent Team
Achievement Division (STAD).
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan Cooperative
37
mengajarkan siswa untuk belajar bekerjasama dalam satu team (sebagai team
work), belajar bertanggungjawab, belajar memimpin dan dipimpin dan belajar
menghargai pendapat (berdemokrasi). Jadi Cooperative learningtekhnikStudent
Team Achievement Division (STAD) memiliki kelebihan dibanding tekhnik
pembelajaran biasa (ekspositori) dalam dua aspek yaitu keterampilan sosial dan
pengetahuan.
Gambaran pola pemecahannya melalui tahapan sebagai berikut:
Diskusi pemecahan masalah Penerapan STAD
Evaluasi Awal Evaluasi Efek Evaluasi Akhir
Gambar 1.Kerangka berfikir
Perlakuan Hasil yang diharapkan Keadaan Sekarang
2.Minat belajar IPS siswa rendah
38 D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, dapat diajukan hipotesis
tindakan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Cooperative learning tekhnik Student Tema Achievement
Division (STAD) adalah sebagai :
a. Tahap pertama: persiapan pembelajaran.
Persiapan pembelajaran meliputi: persiapan materi yang akan diajarkan
dan telah dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara
kelompok, menempatkan siswa secara heterogen, menentukan skor dasar
dengan memberikan tes kemampuan prasyarat atau tes pengetahuan awal,
nilai siswa pada semester sebelumnya dapat digunakan sebagai skor
dasar.
2. Tahap kedua: penyajian materi
Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45
menit.Setiap pembelajaran dengan tekhnik ini selalu dimulai dengan
penyajian materi oleh guru.Dalam penyajian, kelas dapat digunakan
tekhnik ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan sebagainya, disesuaikan
dengan isi bahan ajar dan kemampuan pembelajar.
b. Tahap ketiga:kegiatan belajar kelompok
Pada awal pelaksanaan kegiatan kelompok dengan tekhnikStudent Team
39
tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam kelompok
kooperatif.Hal-hal yang perlu dilakukan pembelajar untuk menunjukkan
tanggungjawab terhadap kelompoknya.
c. Tahap keempat:pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok
Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan
mempresentasikan hasil kegiatan kelompok didepan kelas oleh wakil dari
setiap kelompok.Kegiatan ini dilakukan secara bergantian.Pada tahap ini
pula dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan memberikan
kunci jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil
pekerjaaannya serta memperbaiki jika masih terdapat
kesalahan-kesalahan.
d. Tahap kelima:siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual
Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan
menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara
menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa dalam tahap ini
tidak diperkenankan bekerjasama.
e. Tahap keenam:pemeriksaan hasil tes
Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor
peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi skor
kelompok.Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan
40
f. Tahap ketujuh:penghargaan kelompok
Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan
individu berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu(skor dasar)
dengan skor kuis terakhir
g. “Penerapan Cooperative learning Tekhnik Student Team Achievement
Division (STAD) pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Muhammadiyah
41 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian.
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 yaitu
pada bulan Januari – Februari 2014.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah Kalinampu II, Pundong,
Bantul, Yogyakarta.
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Muhammadiyah
Kalinampu II, Pundong, Bantul,Yogyakarta. Jumlah siswa dikelas V SD
Muhammadiyah Kalinampu II semester 2 tahun ajaran 2010/2011 adalah 31
siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
C. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan desain putar spiral yang dikemukakan
42
meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan (perlakuan), observasi (pengamatan),
dan refleksi.
Gambar 2. Penelitian tindakan tekhnik spiral Kemmis & Taggart
(Suharsimi Arikunto,2002:84)
Langkah-langkah prosedur penelitian adalah sebagai berikut:
1. Rencana tindakan
a. Menentukan materi pokok yang dibahas pada kegiatan pembelajaran
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c. Menyusun dan mempersiapkan lembar Observasi berkaitan dengan
hasil belajar siswa.
d. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan