• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya peningkatan hasil belajar IPS kelas V B melalui cooperative learning Student Teams Achievement Divisions (STAD) di Sekolah Dasar Muhammadiyah Kalinampu II.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya peningkatan hasil belajar IPS kelas V B melalui cooperative learning Student Teams Achievement Divisions (STAD) di Sekolah Dasar Muhammadiyah Kalinampu II."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

Dian Rositasari : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V B Melalui Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) Di Sekolah Dasar Muhammadiyah Kalinampu II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan melalui Cooperative Leraning model Student Teams Achievement Divisiona (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS bagi siswa SD Muhammadiyah Kalinampu II tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.Subjek penelitian ini adalah siswa SD Muhammadiyah Kalinampu II kelas V Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPS. Pelaksana pembelajaran dalam penelitian ini adalah guru kelas V. Peneliti berperan sebagai pengamat.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pre-test, ulangan dan observasi. Selanjutnya data dianalisis dan dikaji dengan teknik membandingkan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM dari siklus I dan siklus II. Teknik analisis data didapat dari evaluasi akhir siswa. Kemudian, peneliti mencari banyaknya siswa yang telah mencapai KKM pada siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa yang mencapai KKM mencapai 51,6% hal ini lebih besar dari kondisi awal yang hanya mencapai 25,8%. Sedangkan siswa yang mencapai KKM pada siklus II yaitu 70,83% sehingga dapat ditarik kesimpulan peningkatan banyaknya siswa yang mencapai KKM sebesar 95,83%. Dari hal ini dapat diketahui bahwa skor rata-rata kelas sebelum tindakan 59,52 pada siklus I yaitu 68,09 dan siklus II yaitu 75,95.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Cooperative Learning model STAD di SD Muhammadiyah Kalinampu II dapat meningkatkan nilai IPS sehingga prestasi belajar IPS pada siswa kelas V dapat meningkat.

(2)

Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) In Primary Schools Muhammadiyah Kalinampu II

This study aims to determine whether learning through Cooperative leraning models Student Teams Achievement Divisiona ( STAD ) can improve learning achievement in social studies for elementary school students Muhammadiyah Kalinampu II academic year 2013/2014.

This research is kelas.Subjek action were students of SD Muhammadiyah Kalinampu V class II Academic Year 2013/2014 which amounted to 31 siswa. Research implemented in the second semester of the academic year 2013/2014. Research conducted on subjects in the study of learning IPS. This Executive is the class teacher V. Researchers act as observers.

Data collection techniques in this study using pre -test , repeat and observe. Further the data were analyzed and assessed by comparing the technique of increasing the number of students who meet the KKM of the first cycle and the cycle II. Technic analysis of data obtained from the final evaluation students. Then, researchers looked for many KKM students who have achieved in the first cycle and second cycle.

The results showed that in the first cycle, students who achieve 51.6 % KKM this case greater than the initial conditions, which only reached 25.8 %. While students who reach KKM in the second cycle is 70.83 %, so it can be deduced increase in the number of students who reach KKM amounted to 95.83 %. From this it can be seen that the average score of the class before action, namely 59.52 in the first cycle 68.09 and the second cycle 75.95.

It can be concluded that the use of cooperative learning model of STAD in SD Muhammadiyah Kalinampu II can increase value IPS. IPS that learning achievement in grade V can be increased.

(3)

i

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V B

MELALUI COOPERATIVE LEARNING STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DI SEKOLAH DASAR

MUHAMMADIYAH KALINAMPU II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Dian Rositasari

NIM: 091134169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karyatulis ini saya persembahkan kepada :

1. Allah SAW yang selalu melimpahkan kasih, berkat,

rahmat, dan karunia-Nya

2. Ayah dan ibuku atas doa dan dukungannya

3. Keluarga kecilku, Briptu Widodo dan Icha tersayang

yang memberiku semangat

4. Saudaraku, dan teman-teman di SD M. Kalinampu II

5. Segenap Bapak dan ibu dosen atas bimbingan dan ilmu

yang diberikan

6. Teman-temanku atas semangat, motivasi, dan kerja

samanya selama menempuh pendidikan di PGSD USD

(7)

v

MOTO

Bersyukur adalah yang terbaik daei semua hal yang

baik.

Menjadi orang yang bijak tidak terlepas dari campur

tangan TUHAN

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Maret 2014

Penulis

(9)

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Dian Rositasari

NIM : 091134169

Demi pengembangan pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V B MELALUI COOPERATIVE LEARNING MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DI SEKOLAH DASARMUHAMMADIYAH KALINAMPU II

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Maret 2014

Yang menyatakan

(10)

viii ABSTRAK

Dian Rositasari : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V B Melalui Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) Di Sekolah Dasar Muhammadiyah Kalinampu II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan melalui Cooperative Leraning model Student Teams Achievement Divisiona (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS bagi siswa SD Muhammadiyah Kalinampu II tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.Subjek penelitian ini adalah siswa SD Muhammadiyah Kalinampu II kelas V Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa.Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPS.Pelaksana pembelajaran dalam penelitian ini adalah guru kelas V. Peneliti berperan sebagai pengamat.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pre-test, ulangan dan observasi.Selanjutnya data dianalisis dan dikaji dengan teknik membandingkan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM dari siklus I dan siklus II.Teknik analisis data didapat dari evaluasi akhir siswa.Kemudian, peneliti mencari banyaknya siswa yang telah mencapai KKM pada siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa yang mencapai KKM mencapai 51,6% hal ini lebih besar dari kondisi awal yang hanya mencapai 25,8%. Sedangkan siswa yang mencapai KKM pada siklus II yaitu 70,83% sehingga dapat ditarik kesimpulan peningkatan banyaknya siswa yang mencapai KKM sebesar 95,83%. Dari hal ini dapat diketahui bahwa skor rata-rata kelas sebelum tindakan 59,52 pada siklus I yaitu 68,09 dan siklus II yaitu 75,95.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Cooperative

Learning model STAD di SD Muhammadiyah Kalinampu II dapat meningkatkan

nilai IPS sehingga prestasi belajar IPS pada siswa kelas V dapat meningkat.

(11)

ix ABSTRACT

Dian Rositasari : Efforts to Improve Learning Outcomes IPS Class VB Through Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) In Primary Schools Muhammadiyah Kalinampu II

This study aims to determine whether learning through Cooperative leraning models Student Teams Achievement Divisiona ( STAD ) can improve learning achievement in social studies for elementary school students Muhammadiyah Kalinampu II academic year 2013/2014.

This research is kelas.Subjek action were students of SD Muhammadiyah Kalinampu V class II Academic Year 2013/2014 which amounted to 31 siswa. Research implemented in the second semester of the academic year 2013/2014. Research conducted on subjects in the study of learning IPS. This Executive is the class teacher V. Researchers act as observers.

Data collection techniques in this study using pre -test , repeat and observe. Further the data were analyzed and assessed by comparing the technique of increasing the number of students who meet the KKM of the first cycle and the cycle II.Technic analysis of data obtained from the final evaluation students. Then, researchers looked for many KKM students who have achieved in the first cycle and second cycle.

The results showed that in the first cycle, students who achieve 51.6 % KKM this case greater than the initial conditions, which only reached 25.8 %. While students who reach KKM in the second cycle is 70.83 %, so it can be deduced increase in the number of students who reach KKM amounted to 95.83 %. From this it can be seen that the average score of the class before action, namely 59.52 in the first cycle 68.09 and the second cycle 75.95.

It can be concluded that the use of cooperative learning model of STAD in SD Muhammadiyah Kalinampu II can increase valueIPS. IPS that learning achievement in grade V can be increased.

(12)

x

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah, yang telah memberkati dan

menyertai sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V melalui Cooperative Learning model

Student Teams Achievement Divisions (STAD) di SD Muhammadiyah Kalinampu II.

Penyusunan skripsi ini bukan hanya untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

program studi S-I PGSD Universitas Sanata Dharma tetapi juga membantu

mengembangkan pengetahuan dan pengalaman penulis untuk bekal di masa

mendatang, dan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini bukan hanya perjuangan

sendiri.Melainkan, tidak lepas dari bantuan, perhatian, dan dukungan dari semua

pihak.Terselesainya skripsi ini merupakan anugerah yang begitu besar bagi

penulis.Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan dalam perwujudan

skripsi ini. Pada kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A selaku Ketua Program Studi S-I PGSD

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan

(13)

xi

dan saran kepada penulis demi terwujudnya skripsi ini.

4. Dra. Titik Eni Suryani kepala sekolah SD Muhammadiyah Kalinampu II beserta

guru yang te;ah memberi dukungan, kesempatan, dan berbagai kemudahan bagi

peneliti dalam melakukan penelitian.

5. Para dosen PGSD yang secara tidak langsung telah memberikan kontribusi yang

berarti sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Para staf sekertariat PGSD yang secara tidak langsung telah memberikan

kontribusi yang berarti sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik.

7. Sri Astuti selaku wali kelas V SD Muhammadiyah Kalinampu II yang telah

bersedia menjadi kolaborator dalam penelitian ini.

8. Orang Tua dan keluargaku yang selalu memberiku semangat dan yang selalu

membawaku dalam setiap doanya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

sebagai penyempurnaan skripsi ini.Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi

para pembaca.

Yogyakarta, 28 Maret 2014

Penyusun

(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

(15)

xiii

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar ... 10

a. Hakikat Belajar ... 10

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 12

c. Pengertian Hasil Belajar ... 13

d. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 21

1. Pengertian Pendidikan IPS ... 21

2. Tujuan Pendidikan IPS ... 23

e. Karakteristik Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Kalinampu II .... 24

B. Tinjauan Tentang Cooperative Learning ... 26

a. Pengertian Cooperative Learning ... 26

b. Unsur Pembelajaran Cooperative Learning ... 27

C. Cooperative Leraning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) ... 29

a. Pengertian STAD ... 29

b. Tahapan Pembelajaran Model STAD ... 31

D. Hasil Kajian Penelitian yang Relevan ... 34

E. Kerangka Berfikir ... 35

(16)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian ... 41

B. Subyek Penelitian ... 41

C. Prosedur Penelitian ... 41

D. Indikator Keberhasilan ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tindakan Tiap Siklus ... 46

B. Data Lengkap Tiap Siklus ... 63

C. Peningkatan pada Siswa, Guru dan Kelas ... 76

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79

BAB V KESIMPULAN, SARAN-SARAN, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 85

B. Saran-saran ... 87

C. Rekomendasi ... 89

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Hasil Tes Pra Tindakan ... 26

Tabel 2 Hasil Tes Siklus I ... 35

Tabel 3 Hasil Tes Siklus II ... 36

Tabel 4 Daftar Nilai Pre Test Siswa... 39

Tabel 5 Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus I ... 41

Tabel 6 Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus II ... 41

Tabel 7 Daftar Rata-rata Nilai Tiap Siklus ... 44

Tabel 8 Hasil Observasi Kerjasama Siklus I dan Siklus II ... 48

Tabel 9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 50

Tabel 10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 51

Tabel 11 Hasil Observasi Guru Tentang Proses Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ... 53

Tabel 12 Hasil Observasi Guru Tentang Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ... 54

Tabel 13 Hasil Observasi Guru Tentang Proses Pembelajaran Siklus I Pertemuan II ... 56

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus ... 60

Lampiran 2 RPP Siklus I ... 61

Lampiran 3 LKS Siklus I ... 64

Lampiran 4 RPP Siklus II ... 74

Lampiran 5 LKS Siklus II ... 77

Lampiran 6 Soal Evaluasi Siklus I ... 87

Lampiran 7 Soal Evaluasi Siklus II ... 91

Lampiran 8 Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 94

Lampiran 9 Lembar Pengamatan Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Guru ... 95

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang besar untuk menciptakan masa

depan gemilang yang menjadi idaman kita bersama. Dengan usaha yang terus

menerus ditingkatkan melalui pembangunan dibidang pendidikan, dapat

dihasilkan pribadi-pribadi yang telah mengembangkan potensi dan

kemampuannya secara optimal dalam melaksanakan pembangunan dan

perkembangan masyarakat itu sendiri. H.Abu Ahmadi dan Nur

Uhbiyanti(2003:78)

Menurut UU sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 Bab I

ketentuan umum pasal I ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.

Kemajuan suatu bangsa dan mutu pendidikan sangat ditentukan oleh

kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia

tergantung pada kualitas pendidikannya. Salah satu permasalahan pendidikan

(20)

2

setiap jenjang satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan

menengah. Usaha peningkatan mutu pendidikan berkaitan dengan bagaimana

ilmu pendidikan itu dapat dikembangkan sesuai tuntutan pembangunan

masyarakat, semua itu bukan hanya tanggung jawab negara tetapi merupakan

tanggung jawab setiap warga negara untuk kehidupan yang lebih baik serta

semua pihak dalam pendidikan terutama bagi guru sekolah dasar sebagai ujung

tombak dalam pendidikan dasar.Guru SD adalah orang yang paling berperan

dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing

dengan perkembangan zaman.

Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan

program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun. Pendidikan

disekolah dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dan

ketrampilan peserta didik dimasa yang akan datang. Pendidikan di SD sebagai

bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Akan tetapi, pada

kenyataan yang ada pada sekarang ini sangat jauh berbeda dengan apa yang

(21)

3

Pembelajaran di SD saat ini pada umumnya menghasilkan siswa yang

cenderung pasif karena kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru masih

banyak menggunakan metode yang kurang efektif. Untuk mencapai hasil

pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang

selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu proses belajar mengajar dikelas (Kusnandar 2008:48)

Keberhasilan pembelajaran juga tergantung pada keberhasilan siswa

dalam proses belajar mengajar, sedangkan keberhasilan siswa tidak hanya

tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan. Metode mempunyai posisi

yang sangat strategis dalam meningkatkan hasil belajar siswa.Pemilihan metode

yang tepat juga menentukan tujuan efektifitas dan efisiensi pembelajaran,

sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hal yang menjadi hambatan dalam pembelajaran IPS adalah kurangnya

kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran IPS dengan metode yang

menarik, menantang dan menyenangkan.Guru hanya memfokuskan pada

penyampaian informasi dan mentransfer ilmu kepada siswa melalui ceramah,

sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian guru

tidak melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Guru mendesain siswa

untuk menghafal seperangkat fakta materi yang disampaikan guru, seolah-olah

(22)

4

Tekhnik pembelajaran seperti itu tentu saja mengakibatkan kurangnya

partisipasi siswa dalam pembelajaran karena pembelajaran bersifat monoton

dan siswa cenderung pasif. Selain itu hal tersebut juga menimbulkan kebosanan

pada siswa dan kurang minatnya siswa pada mata pelajaran ini yang pada

akhirnya akan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Pada mata

pelajaran IPS standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan adalah 7. Pada

semester I rata-rata nilai IPS siswa yaitu 6,83 dan masih ada 11 nilai siswa yang

di bawah KKM. Maka dari itu peneliti berusaha meningkatkan hasil belajar IPS

agar keseluruhan nilai siswa dapat mencapai KKM yang ditetapkan.

Masalah tersebut menuntut guru untuk dapat mengolah pembelajaran

semenarik mungkin sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar

siswa.Salah satu upaya yang dilakukan adalah memilih tekhnik pembelajaran

yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk

berkembang sesuai keinginan dan kemampuan siswa.

Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar

mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik, akan

ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai tujuan.

Tujuan pembelajaran akan dicapai dengan penggunaaan metode yang tepat.

Salah satu metode yang dapat digunakan guru agar siswa dapat

mencapai hasil belajar yang maksimal adalah Cooperative

(23)

5

learning merupakan satu tekhnik pembelajaran yang terstruktur dan sistematis,

dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan

bersama(Nur Asma, 2006:11). Cooperative learning telah terbukti sebagai

sebuah pembelajaran yang menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi bagi

penguasaan materi pelajaran maupun pengembangan sikap ketrampilan sosial,

dalam pembelajaran dengan menggunakan tekhnik Cooperative learning, sikap

dan perilaku siswa berkembang kearah suasana demokratisasi dalam kelas.

Disamping itu, penggunaan kelompok kecil siswa mendorong siswa lebih

bergairah dan termotivasi dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Cooperative learningtekhnikStudent Teams Achievement Division

(STAD) cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,

dengan Cooperative learningtekhnik (STAD) dimana siswa ditempatkan pada

kelompok-kelompok kecil diharapkan dapat menumbuhkan kerja sama dan

setiap orang merasakan tanggung jawab secara individual untuk keberhasilan

kelompok mereka.

Berbagai permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran seperti yang

dikemukakan diatas, telah dilakukan beberapa upaya untuk memperbaiki

kendala-kendala tersebut. Guru memberikan latihan-latihan soal yang sudah ada

dibuku paket. Setiap selesai pembelajaran, guru selalu memberikan tugas

rumah, selain memperdalam pengetahuan siswa tentang materi diharapkan

(24)

6

seluruhnya bisa memotivasi siswa untuk belajar yang pada akhirnya hasil

belajar masih rendah. Oleh karena itu, dilakukan suatu penelitian tindakan kelas

dengan menerapkan Cooperative learningtekhnikStudent Teams Achievement

Division (STAD) pada siswa kelas V SD Muhammadiyah kalinampu II.

B. Identifikasi Masalah

1. Hasil belajar siswa kelas V masih ada yang dibawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah.

2. Pada saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak memperhatikan

penjelasan guru

3. Minat belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD

Muhammadiyah Kalinampu II masih rendah.

4. Guru masih kesulitan menentukan metode yang tepat untuk mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

5. Kebermaknaan belajar siswa masih kurang karena tidak adanya keterlibatan

siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah

pada hasil belajar pada pelajaran IPS menggunakan Cooperative

(25)

7

mempertahankan kemerdekaan.Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini

meliputi kerjasama, keaktifan, dan prestasi (nilai).

D. Rumusan Masalah

1 Bagaimana penggunaan Cooperative learningtekhnikStudent

Teams Achievement Division (STAD )dalam usaha

meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS kelas V

di SD Muhammadiyah Kalinampu II?

2 Apakah penggunaan tekhnik Cooperative

learningtekhnikStudent Teams Achievement Division (STAD )

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kel/as V SD

Muhamadiyah kalinampu II ?

E. Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yaitu dengan menerapkan Cooperative

learningtekhnikStudent Teams Achievement Division (STAD ) dalam mata

(26)

8 F. Tujuan Penelitian

1. M mengetahui bagaimana penggunaan Cooperative learningtekhnikStudent

Teams Achievement Division (STAD ) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPS kelas V di SD Muhammadiyah Kalinampu II.

2. Mengetahui dan mengusahakan apakah penggunaan Cooperative learning

tekhnik Stutent Temas Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan

hasil belajar.

G. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari Penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan

pengetahuan terhadap peningkatan mutu pendidikan melalui proses belajar

mengajar dan dapat digunakan sebagai Literatur dalam pelaksanaan penelitian

di masa yang akan datang.

2. Manfaaat Praktis

a. Bagi Peneliti

1) Merupakan sarana belajar bagi peneliti untuk mengembangkan dan

menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah.

2) Meningkatkan pengetahuan dan peka terhadap fenomena yang terjadi

(27)

9

3) Melatih kreatifitas sebagai calon pendidik.

4) Lebih memahami karakteristik peserta didik.

b. Bagi Guru

1) Sebagai sumbangan pemikiran untuk mengembangkan kemampuan

merancang dan melaksanakan metode pembelajaran yang efektif.

2) Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan bermakna

dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam

pelajaran IPS.

3) Pembelajaran lebih berkualitas.

c. Bagi siswa

1) Dapat memberikan motivasi dan meningkatkan keaktifan siswa dalam

mengikuti pembelajaran IPS

2) Dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran IPS.

d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini sebagai kajian guru dalam peningkatan hasil belajar

siswa dan dapat dijadikan rujukan baru bagi sekolah untuk meningkatkan

(28)

10 BAB II LANDASAN TEORI

A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar

a. Hakikat belajar

Baharudin dan Esa Nur Wahyumi (2007:11-12), belajar

merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,

ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir

hayat, kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik yang

membedakan manusia dengan makhluk lainnya.Belajar merupakan

aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam

dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.

Menurut Slameto (2010:2), belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Wasty Soemanto (2006:104), belajar merupakan proses

dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia

melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah

(29)

11

lain adalah hasil dari belajar.belajar adalah suatu proses dan bukan sebagai

hasil.

Sedangkan menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2008:4)

perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungan

yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai

aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan

bersifat positif terjadi karena peran aktif pembelajar, tidak bersifat

sementara, bertujuan dan perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan

tingkah laku pada sikap, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.

Prinsip belajar menurut Agus Suprijono (2010:4), pertama, belajar

adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Kedua, belajar merupakan

proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin

dicapai.Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman pada dasarnya

adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

William Burton mengemukakan bahwa A good learning situation consist

of a rich and varied series of learning experience unified around a

vigorous purpose and carried on interaction with a rich varied and

propocative environtment.

Patta Bundu (2006:15) menjelaskan hakikat belajar sebagai

(30)

12

Kata kunci pembelajaran adalah perubahan.Tidak ada tujuan

pengajaran yang dicapai sebelum setiap siswa menjadi berbeda dalam

beberapa hal antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Lebih

jauh dikemukakan bahwa untuk melihat perubahan yang terjadi perlu

dijawab beberapa pertanyaan sebagai indikator: (1) apakah siswa

mengetahui lebih banyak daripada yang diketahui sebelumnya, (2) apakah

siswa memahami sesuatu yang tidak dipahami sebelumnya, (3) apakah

siswa mengembangkan ketrampilan yang belum dikembangkan

sebelumnya, (4) apakah siswa merasakan sesuatu yang berbeda dari aspek

yang dipelajari dari pada yang dirasakan sebelumnya dan (5) apakah siswa

mengembangkan sesuatu yang tidak ada sebelumnya.

Ditegaskan pula oleh Moh. User Usman (2006:5), bahwa belajar

diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat

adanya interaksi antar individu dan individu dengan lingkungannya.

Burton (Moh. User Usman, 2006:5) menyatakan “learning is a change in

the individual and his environment, wich fells a need and makes him more

capable of dealing adequately with his environment. Dalam pengertian ini

terdapat kata change atau “perubahan” yang berarti bahwa seseorang

setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tinggah

(31)

13 b. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Patta Bundu (2006:15), hasil belajar seseorang sering

tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk

memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun

demikian, karena hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan

manusia berubah dalam setiap tingkah lakunya.

Dimyati dan Mudjiono (2009:3-4), hasil belajar merupakan hasil

dari suatu tindak interaksi belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,

tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses

belajar. Hasil belajar dibedakan menjadi dampak pengajaran.Dampak

pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka

raport, angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan.

Gagne (Agus Suprijono 2010:5-6), hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1) Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.Kemampuan

merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.Kemampuan

tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah

(32)

14

2) Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta konsep dan

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.Ketrampilan intelektual

merupakan aktivitas kognitif bersifat khas.

3). Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme

gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut.

Usman menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa

sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang

direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan kedalam tiga

kategori (Asep Jihad dan Abdul Haris 2008:16-19), yaitu :

1) Domain Kognitif

a) Pengetahuan (knowledge) meliputi pengingatan tentang hal-hal

yang bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan

(33)

15

Dalam hal ini tekanan utama pada pengenalan kembali fakta,

prinsip. Kata-kata yang dapat dipakai: definisikan, ulang, laporkan,

ingat, garis bawahi, sebutkan, daftar dan sambungkan.

b) Pemahaman (comprehension) meliputi penerimaan dalam

komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam

bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara

setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksplorasikan.

Kata yang dapat dipakai : menterjemahkan, nyatakan kembali,

diskusikan, gambarkan, reorganisasikan, jelaskan, identifikasi,

tempatkan, review, ceritakan, paparkan.

c) Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi baru.

Kata-kata yang dapat dipakai: interpretasikan, terapkan,

laksanakan, gunakan, demonstrasikan, praktekkan, ilustrasikan,

operasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan.

d) Analisa.

Menyangkut kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap

suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya,

medeteksi hubungan diantara bagian-bagian itu dan cara materi itu

diorganisir. Kata yang dapat dipakai: pisahkan, analisa, bedakan,

(34)

16

e) Sintesa.

Meliputi anak untuk menaruhkan/menempatkan bagian-bagian

atau elemen satu/bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan

yang koheren. Kata yang dapat dipakai: komposisi, desain,

formulasi, atur, rakit, kumpulkan ciptakan, susun, organisasikan,

memanage, siapkan, rancang, sederhanakan

f) Evaluasi.

Jenjang ini dianggap paling sulit dalam kemampuan pengetahuan

anak, meliputi kemampuan anak didik dalam mengambil

keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai suatu

tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah, metoda, materi

dll.Dalam pengambilan keputusan ataupun dalam menyatakan

pendapat, termasuk juga kriteria yang dipergunakan, sehingga

akurat dan standar penilaian/penghargaan. Kata yang dipakai:

putuskan, hargai, nilai, skala, bandingkan, revisi, skor, perkiraan.

2) Domain kemampuan sikap (affective)

a) Menerima atau memperhatikan. Meliputi sifat sensitive terhadap

adanya eksistensi suatu fenomena tertentu atau suatu stimulus dan

kesadaran yang merupakan perilaku kognitif, termasuk didalamnya

(35)

17

b) Merespon. Anak dilibatkan secara puas dalam suatu objek tertentu,

phenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan mencari-cari dan

menambah kepuasan dari bekerja dengannya atau terlibat

didalamnya.

c) Penghargaan. Perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil, tidak

hanya persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan

terhadapnya dan keterikatannya pada suatu pandangan atau ide

tertentu.

d) Mengorganisasikan. Anak didik membentuk suatu system nilai

yang dapat menuntun perilaku, meliputi konseptualisasi dan

mengorganisasikan.

e) Mempribadi (mewatak). Ada internalisasi, nilai-nilai telah

mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir kedalam suatu

system yang bersifat internal, memiliki control perilaku.

3) Ranah Psikomotorik

a) Menirukan. Apabila ditunjukan kepada anak didik suatu action

yang dapat diamati(observable), maka ia akan mulai membuat

suatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat sistim

otot-ototnya dan dituntun oleh dorongan kata hati untuk menirukan.

b) Memanipulasi. Anak dapat menampilkan action seperti yang

(36)

18

c) Keseksamaan (precision). Meliputi kemampuan anak dalam

penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih

tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu.

d) Artikulasi (articulation). Anak didik telah dapat

mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan

urutan/sikuen secara tepat diantara action yang berbeda-beda.

e) Naturalisasi. Apabila anak telah dapat melakukan secara alami satu

action atau sejumlah action yang urut.Ketrampilan penampilan ini

telah sampai pada kemampuan yang paling tinggi dengan

pengeluaran energy yang minimum.

Hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan ketiga

domain tersebut yang dialami siswa setelah menjalani proses belajar. Baik

buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran berupa evaluasi,

selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditunjukan kepada

proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik proses

pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,

maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi

sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Berdasarkan definisi diatas maka hasil belajar merupakan

(37)

19

sehingga bertambah pengetahuannya baik yang bersifat kognitif, afektif,

dan psikomotor setelah ia melakukan pengalaman belajar.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Baharudin dan Esa Nur Wahyumi (2007:19-28), secara umum

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua

kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut

saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menetukan

kualitas hasil belajar.

1) Faktor internal

Faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi

hasil belajar individu. Faktor internal meliputi:

a) Faktor fisiologis

Faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu yaitu,

keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani/fisiologis

(pancaindra)

b) Faktor psikologis

Keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi proses belajar.

Beberapa Faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses

(38)

20

2) Faktor- Faktor eksogen/eksternal

a) Lingkungan sosial meliputi lingkungan sosial sekolah, lingkungan

sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga.

b) Lingkungan non sosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan

non sosial adalah lingkungan alamiah, faktor instrumental, dan

faktor materi pelajaran.

Sedangkan menurut Slameto (2010:54-) faktor- faktor yang

mempengaruhi belajar banyak jenisnya yaitu:

1) Faktor- faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar

a) Faktor jasmaniah meliputi Faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan dibedakan dua macam, yaitu kelelahan jasmani

dan kelelahan rohani (bersifat psikis)

2) Faktor-faktor ekstern

a) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

(39)

21

b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,

standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas

rumah.

3) Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,

mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial a) Pengertian Pendidikan IPS

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu

mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai

SMP/MTs/SMPLB.IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,

dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.Pada jenjang SD/MI

mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan

Ekonomi.Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk

dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan

bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Saidihardjo (2008:2), Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

(40)

22

kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Dalam kurikulum berbasis

kompetensi (KBK), Ilmu Pengetahuan Sosial dimaknai sebagai

seperangkat fakta, peristiwa, konsep, generalisasi yang berkaitan

dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membanguun dirinya,

masyarakat, bangsa dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman

masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk

masa yang akan datang.

Martorella (Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:14) mengatakan

bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek

“pendidikan” daripada transfer “konsep”, karena dalam pembelajaran

pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap

sejumlah konsep dan pengembangan serta melatih sikap, nilai, moral,

dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.

Dengan demikian, pembelajaran IPS harus difokuskan pada aspek

kependidikannya.

Etin Solihatin dan Raharjo (2007 : 15) menyatakan bahwa

tujuan dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk

mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan diri sesuai bakat.

Sapriya (2009:20) menyatakan bahwa istilah IPS di sekolah

(41)

23

integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu social, humaniora, sains

bahkan berbagai isu dan masalah social kehidupan. Materi IPS untuk

jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang

lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta

karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan program pendidikan

yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi

pengetahuan tentang kehidupan social manusia dan lingkungan

sekelilingnya.

b) Tujuan Pendidikan IPS

Secara garis besar tujuan pendidikan IPS adalah:

a) Membentuk nilai moral dan etik

Pendidikan Ilmu pengetahuan sosial menekankan pada

pembentukan pengetahuan dengan dasar sosial dan etika yang

baik.Filosofi sosialnya adalah bahwa manusia yang merupakan

manusia Indonesia yang memliki moral (moral force), mental

sosial, intelektual tinggi serta spiritual.

b) Membentuk manusia yang berbudaya dan memiliki mental social

Pendidikan Ilmu pengetahuan social merupakan rangkaian

ilmu social yang memberikan kontribusi dalam membentuk watak

(42)

24

memiliki dedikasi tinggi, berkompetisi dan berkomitmen terhadap

nasionalisme bangsa.

c) Membentuk kecerdasan individual dan masyarakat

Pendidikan Ilmu pengetahuan sosial sebagai sebagai suatu

komponen dalam pendidikan menjadi sumber pengetahuan tentang

dinamika social dan sosok masyarakat yang memiliki tingkat

kecerdasan tinggi.Hal belajar dalam dunia pendidikan tidak bisa

lepas dari kurikulum yang menitik beratkan cara-cara membangun

sifat kreatif dan kemauan untuk belajar.Tujuan belajar tidak hanya

memenuhi kebutuhan individu agar menjadi orang cerdas tetapi

tujuan belajar itu sendiri adalah terpenuhinya kebutuhan sosial

masyarakat.

3. Karakteristik siswa kelas V SD

Syamsu Yusuf (2007:24), menyatakan bahwa anak usia

sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa

keserasian bersekolah. Pada masa umur berapa tepatnya anak matang

untuk masuk SD, sebenarnya sukar dikatakan karena kematangan

tidak ditentukan oleh umur semata-mata.Namun pada umur 6 atau

7tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah

dasar.Pada masa keserasian sekolah ini secara relatif, anak-anak lebih

(43)

25

1) Masa kelas-kelas rendah SD, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur

9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain

seperti berikut.

a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani

dengan prestasi(apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang

diperoleh)

b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang

tradisional.

c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama

sendiri)

d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.

e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu

dianggap tidak penting.

f) Pada masa ini (terutama usia 6,0 - 8,0 tahun) anak

menghendaki nilai (angka raport) yang baik, tanpa mengingat

apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

2) Masa kelas tinggi SD, kira-kira umur 9 atau 10 sampai umur 12

atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah.

a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang

konkret, hal ini menimbulkan kecenderungan untuk

(44)

26

b) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar

c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan

mata pelajaran khusus yang oleh para ahli yang mengikuti teori

faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor

(bakat khusus).

d) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau

orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan

keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak

menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha

menyelesaikannya.

e) Pada masa ini, anak memandang nilai(angka Rapor) sebagai

ukuran yang tepat(sebaik-baiknya)mengenai prestasi sekolah.

f) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya

untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu

biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan

yang tradisional (yang sudah ada) mereka membuat peraturan

sendiri.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa

kelas V SD mempunyai karakteristik antara lain : mempunyai rasa

ingin tahu yang tinggi, mempunyai minat untuk belajar, berfikir

(45)

27

keinginan untuk mendapatkan pengetahuan baru dari pengalaman

yang dilakukan.

4. Tinjauan tentang Cooperative learning a. Pengertian Cooperative learning

Berdasarkan pendapat Etin Solihatin dan Raharjo (2007:4)

Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau

perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam

struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua

orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh

keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Dikemukakan oleh isjoni (2009:20) bahwa pembelajaran

kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa saling

bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok

kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama

lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif

mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam

kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar.

Sedangkan menurut Robert Slavin (2005:4) pembelajaran

kooperatif merupakan metode pengajaran dimana para siswa bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama

(46)

28

siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan

berargumentasi, untuk mengesah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu

dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

b. Unsur pembelajaranCooperative learning

Agus Suprijono (2010:5-6), mengatakan bahwa pembelajaran

kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Tekhnik

pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif

yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1)”memudahkan siswa belajar”

sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan

bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan

ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2003:31) mengatakan bahwa

tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk

mencapai hasil maksimal, lima unsur tekhnik pembelajaran gotong-royong

harus diterapkan.

1) Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu

menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok

harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai

tujuan mereka. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi siswa

(47)

29

anggota merasa bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugasnya agar

yang lain bisa berhasil.

2) Tanggung jawab perorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika

tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur tekhnik

pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa

bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik.

3) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi.Kegiatan interaksi ini memberikan pembelajar untuk

membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.Hasil

kerjasama jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing

anggota.

4) Komunikasi antar anggota

Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok merupakan proses

panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi

komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun proses ini

merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk

memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan

(48)

30

5) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar

selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

3. Cooperative learning Tekhnik Student Team Achievement Division (STAD) a. Pengertian STAD

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana, dan merupakan tekhnik yang paling baik untuk

permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis,

skor kemajuan individual, rekognisi tim. Robert E.Slavin (2005:143)

Robert E.Slavin (2005:11) menjelaskan bahwa dalam STAD, para

siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang

berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang

etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa belajar dalam tim

mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai

pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi

secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk

saling membantu.

Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya

(49)

31

kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya

mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu

timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukan norma bahwa

belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Para siswa bekerjasama

setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Mereka boleh bekerja

berpasangan mendiskusikan setiap ketidaksesuaian, dan saling membantu

satu sama lain jika ada yang salah dalam memahami.

Penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas

pada siswa kelas V SD Muhammadiyah kalinampu II pada mata pelajaran

IPS menggunakan Cooperative learningtekhnikStudent Team

Achievement Division (STAD), karena tekhnik STAD adalah tekhnik

pembelajaran dimana siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok dan

keberhasilan kelompok ditentukan oleh setiap anggota kelompok,

sehingga akan terjalin kerjasama yang baik didalam kelompok. Dengan

digunakannya Cooperative learningtekhnikStudent Team Achievement

Division (STAD) diharapkan hasil pembelajaran IPS di SD

Muhammadiyah Kalinampu II akan meningkat.

b. Tahapan pembelajaran tekhnikStudent Team Achievement Division (STAD)

Nur Asma (2006:51) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran

(50)

32

1) Tahap pertama: persiapan pembelajaran.

Persiapan pembelajaran meliputi: persiapan materi yang akan

diajarkan dan telah dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran

secara kelompok, menempatkan siswa secara heterogen, menentukan

skor dasar dengan memberikan tes kemampuan prasyarat atau tes

pengetahuan awal, nilai siswa pada semester sebelumnya dapat

digunakan sebagai skor dasar.

2) Tahap kedua: penyajian materi

Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45

menit.Setiap pembelajaran dengan tekhnik ini selalu dimulai dengan

penyajian materi oleh guru.Dalam penyajian, kelas dapat digunakan

tekhnik ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan sebagainya, disesuaikan

dengan isi bahan ajar dan kemampuan pembelajar.

3) Tahap ketiga:kegiatan belajar kelompok

Pada awal pelaksanaan kegiatan kelompok dengan tekhnikStudent

Team Achievement Division (STAD) diperlukan adanya diskusi

dengan siswa tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam

kelompok kooperatif.Hal-hal yang perlu dilakukan pembelajar untuk

menunjukkan tanggungjawab terhadap kelompoknya.

(51)

33

Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan

mempresentasikan hasil kegiatan kelompok didepan kelas oleh wakil

dari setiap kelompok.Kegiatan ini dilakukan secara bergantian.Pada

tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan

memberikan kunci jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri

hasil pekerjaaannya serta memperbaiki jika masih terdapat

kesalahan-kesalahan.

5) Tahap kelima:siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual

Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan

menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara

menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa dalam tahap

ini tidak diperkenankan bekerjasama.

6) Tahap keenam:pemeriksaan hasil tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor

peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi skor

kelompok.Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan

sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.

7) Tahap ketujuh:penghargaan kelompok

Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan

individu berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu(skor dasar)

(52)

34

dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang

disusun oleh Salvin sebagai berikut :

a) > 10 poin di bawah skor dasar 5 poin

e) Pekerjaan sempurna (tanpa menghentikan

skor dasar) 30 poin

Poin perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan rumus

sebagai berikut :

a) Kelompok dengan poin rata-rata 15 = baik

b) Kelompok dengan poin rata-rata 20 = hebat

c) Kelompok dengan poin rata-rata 25 = super

Penelitian yang dilakukan menggunakan langkah-langkah sesuai

(53)

35

(STAD) yang meliputi tujuh tahap persiapan pembelajaran, penyajian

materi, kegiatan belajar kelompok, pemeriksaan terhadap hasil kegiatan

kelompok, siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual,

pemeriksaan hasil tes, dan penghargaan kelompok.

B. Hasil Kajian Penelitian Yang Relevan.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diambil dari skripsi yang

ditulis oleh Diah Saraswati, Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar,

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, Bulan Juni, Tahun

2010. Skripsi tersebut berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Menggunakan Student Team Achievement Division (STAD) di Kelas V SD

Muhammadiyah kalinampu II. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)

kerjasama siswa dalam belajar kelompok mengalami peningkatan yang sangat

baik. (2) hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika meningkat, hal ini

dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kemampuan

kerjasama siswa dalam belajar kelompok meningkat dari rata-rata skor 11,6

menjadi skor 16. Berdasarkan hasil belajar matematika siswa pada siklus I dan II

dapat dilihat pencapaian hasil belajar siswa menunjukkan nilai siswa meningkat

dari nilai awal hingga nilai pada siklus II. Ini dapat dilihat dari total hasil belajar

(54)

36

meningkat menjadi 1311 dengan rata-rata 62,4 meningkat menjadi 1653 dengan

rata-rata kelas 78,7. Nilai siswa pada siklus II sudah memenuhi KKM yang telah

ditentukan yaitu 60, pada nilai awal masih terdapat 13 anak yang belum mencapai

KKM, sedangkan pada siklus I masih terdapat 8 siswa yang belum mencapai

KKM, dan pada siklus II semua siswa telah mencapai nilai KKM.

C. Kerangka Berfikir

Hasil pembelajaran IPS di SD Muhammadiyah Kalinampu II masih

terdapat beberapa anak yang mempunyai nilai rendah atau dibawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Rendahnya hasil pembelajaran ini disebabkan

antara lain, dalam melakukan proses pembelajaran guru kurang menggunakan

metode yang sesuai, minat belajar IPS pada kebanyakan siswa masih rendah dan

tidak menyukai mata pelajaran IPS, guru tidak banyak melibatkan siswa dalam

pembelajaran.

Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti berusaha membantu

meningkatkan hasil belajar IPS.Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

memilih tekhnik pembelajaran yang dapat meningkatkan kerjasama dan keaktifan

siswa dalam belajar kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa yaitu dengan menggunakan Cooperative learningtekhnikStudent Team

Achievement Division (STAD).

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan Cooperative

(55)

37

mengajarkan siswa untuk belajar bekerjasama dalam satu team (sebagai team

work), belajar bertanggungjawab, belajar memimpin dan dipimpin dan belajar

menghargai pendapat (berdemokrasi). Jadi Cooperative learningtekhnikStudent

Team Achievement Division (STAD) memiliki kelebihan dibanding tekhnik

pembelajaran biasa (ekspositori) dalam dua aspek yaitu keterampilan sosial dan

pengetahuan.

Gambaran pola pemecahannya melalui tahapan sebagai berikut:

Diskusi pemecahan masalah Penerapan STAD

Evaluasi Awal Evaluasi Efek Evaluasi Akhir

Gambar 1.Kerangka berfikir

Perlakuan Hasil yang diharapkan Keadaan Sekarang

2.Minat belajar IPS siswa rendah

(56)

38 D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, dapat diajukan hipotesis

tindakan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Cooperative learning tekhnik Student Tema Achievement

Division (STAD) adalah sebagai :

a. Tahap pertama: persiapan pembelajaran.

Persiapan pembelajaran meliputi: persiapan materi yang akan diajarkan

dan telah dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara

kelompok, menempatkan siswa secara heterogen, menentukan skor dasar

dengan memberikan tes kemampuan prasyarat atau tes pengetahuan awal,

nilai siswa pada semester sebelumnya dapat digunakan sebagai skor

dasar.

2. Tahap kedua: penyajian materi

Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45

menit.Setiap pembelajaran dengan tekhnik ini selalu dimulai dengan

penyajian materi oleh guru.Dalam penyajian, kelas dapat digunakan

tekhnik ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan sebagainya, disesuaikan

dengan isi bahan ajar dan kemampuan pembelajar.

b. Tahap ketiga:kegiatan belajar kelompok

Pada awal pelaksanaan kegiatan kelompok dengan tekhnikStudent Team

(57)

39

tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam kelompok

kooperatif.Hal-hal yang perlu dilakukan pembelajar untuk menunjukkan

tanggungjawab terhadap kelompoknya.

c. Tahap keempat:pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan

mempresentasikan hasil kegiatan kelompok didepan kelas oleh wakil dari

setiap kelompok.Kegiatan ini dilakukan secara bergantian.Pada tahap ini

pula dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan memberikan

kunci jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil

pekerjaaannya serta memperbaiki jika masih terdapat

kesalahan-kesalahan.

d. Tahap kelima:siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual

Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan

menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara

menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa dalam tahap ini

tidak diperkenankan bekerjasama.

e. Tahap keenam:pemeriksaan hasil tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor

peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi skor

kelompok.Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan

(58)

40

f. Tahap ketujuh:penghargaan kelompok

Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan

individu berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu(skor dasar)

dengan skor kuis terakhir

g. “Penerapan Cooperative learning Tekhnik Student Team Achievement

Division (STAD) pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Muhammadiyah

(59)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian.

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 yaitu

pada bulan Januari – Februari 2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah Kalinampu II, Pundong,

Bantul, Yogyakarta.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Muhammadiyah

Kalinampu II, Pundong, Bantul,Yogyakarta. Jumlah siswa dikelas V SD

Muhammadiyah Kalinampu II semester 2 tahun ajaran 2010/2011 adalah 31

siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

C. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan desain putar spiral yang dikemukakan

(60)

42

meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan (perlakuan), observasi (pengamatan),

dan refleksi.

Gambar 2. Penelitian tindakan tekhnik spiral Kemmis & Taggart

(Suharsimi Arikunto,2002:84)

Langkah-langkah prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

1. Rencana tindakan

a. Menentukan materi pokok yang dibahas pada kegiatan pembelajaran

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

c. Menyusun dan mempersiapkan lembar Observasi berkaitan dengan

hasil belajar siswa.

d. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan

Gambar

Gambaran pola pemecahannya melalui tahapan sebagai berikut:
Gambar 2. Penelitian tindakan tekhnik spiral  Kemmis & Taggart
Tabel 1.Hasil Tes Pra Tindakan
Gambar 3. Jumlah siswa tuntas belajar pre test
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Masa sewa sama dengan 75% (atau lebih) umur ekonomis aset yang dipersewakan, dan masa jatuh tempo sewa periode pertama (lease’s inception) tidak kurang dari 25% umur ekonomis

Kegiatan : Program Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Pekerjaan : Pengadaan Alat Peraga Pembelajaran Bahasa SD.. Volume :

// Berperahu mengelilingi waduk dan mendatangi rumah makan terapung menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.// Mereka dengan mudah juga bisa mendapatkan ragam ikan segar

Hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju dan guru sangat setuju bahwa penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan metode Saintifik dapat membuat

YOGYAKARTA / MENARGETKAN PADA TAHUN 2010 / PEMKOT TELAH MEMILIKI PARAMETER PENGANGGURAN SEHINGGA ANGKA YANG DITEMUKAN DAPAT SESUAI DENGAN. KENYATAAN

meminda hkan loyang- loyang yang telah kosong ke stasiun pemoton gan meminda hkan loyang- loyang yang telah kosong ke stasiun pemoton gan dari meja kerja 6 Operator mengamb il roti

Bertolak dari berbagai permasalahan di atas, dalam penelitian ini penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran dari pemerintah daerah Kabupaten