JURNAL ILMIAH
PERLINDUNGAN HUKUM PROFESIONAL COLLECTOR DALAM EKSEKUSI OBYEK JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR
WANPRESTASI.
(STUDI DI PERUSAHAAN FINANCE KOTA MATARAM) Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
ZAKI HAMDANI
D1A011362
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
Halaman Pengesahan Jurnal Ilmiah
PERLINDUNGAN HUKUM PROFESIONAL COLLECTOR DALAM EKSEKUSI OBYEK JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR
WANPRESTASI.
(STUDI DI PERUSAHAAN FINANCE KOTA MATARAM)
Oleh :
ZAKI HAMDANI
D1A011362
Menyetujui,
Pembimbing Pertama,
Dr. ARIS MUNANDAR, S.H.,M.Hum.
NIP. 19610610 198703 1 001
PERLINDUNGAN HUKUM PROFESIONAL COLLECTOR DALAM EKSEKUSI OBYEK JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR
WANPRESTASI.
(STUDI DI PERUSAHAAN FINANCE KOTA MATARAM) ZAKI HAMDANI
D1A 011 362
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur eksekusi objek jaminan fidusia, bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan finance serta hambatan perlindungan yang diberikan oleh perusahaan finance. Penelitian ini menggunakan penelitian Normatif – Empiris. Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis. Metode pendekatan yang digunakan dengan perundang- undangan,pendekatan konseptual serta pendekatan sosiologis. Prosedur penarikan objek jaminan fidusia yang digunakan oleh perusahaan finance sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Bentuk perlindungan hukum diberikan oleh perusahan finance berupa perlindungan dalam bentuk represif. Hambatan perlindungan hukum kepada profesional collector terkendala pada status yaitu sebagai pegawai tenaga lepas.
Kata kunci : perlindungan hukum, profesional collector,
LEGAL PROTECATION [ROFESIONAL COLLECTOR IN THE EXECUTION OF THE OBJECT FIDUCIARY DUE TO THE DEBITUR
DEFAULTS
( STUDIES IN FINANCE COMPANY TOWN MATARAM ) ABSTRACT
This research is purpose to knowing about procedure of execution of the guarantee of fiducia object, the structure of protection by law that being given by finance company and obstacle protection by law that given to finance company. This research using the research of normative-empirical. The advantage of this research is advantage of teoritical and practicality. The approach of this method is statue approach, conceptual approach, and sosiological approach. The procedure of object fiducia guarantee removal that being use of finance company as by The Acts, the structure of protection by law that being given by finance company is represive protection. The obstacle of protection by law to profesional collector is the contract status freelance worker.
Keywords : protection by law, professional collector,
I . PENDAHULUAN
Lembaga pembiayaan ini diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 dan dijabarkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 Jo. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468/KMK.017/1995 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Menurut Pasal 1 ayat 2 Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 yang dimaksud dengan Lembaga Pembiayaan adalah: “Badan Usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.”
Sehingga dari pengertian tadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa paling tidak Lembaga Pembiayaan memuat 2 unsur pokok, yaitu : 1)Melakukan kegiatan da)lam bentuk penyediaan dana dan/atau barang modal;2Tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat sehingga sering disebut Non – Depository Finansial Institution.
Berdasarkan hal di atas, jelas bahwa hukum mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembangunan, namun pembangunan dalam perekonomian di Indonesia tidak selalu diikuti dengan pembangunan hukum yang menunjang, sehingga timbul suatu masalah yang tidak dapat diantisipasi oleh hukum positif yang berlaku. Masyarakat kita sekarang sudah terjebak dengan janji manis dari produk-produk baru yang bermunculan.
Adanya peluang dengan melihat animo masyarakat yang begitu antusias dengan
produk baru yang menjanjikan kemudahan dan keistimewaan itu oleh para pejuang bisnis
sang kapitalis situasi tersebut dimanfatkan. Mereka pun memfasilitasi masyarakat
golongan tertentu yang terjebak dalam dunia konsumerisme ini untuk bisa mewujudkan
mimpinya. Dengan dallil menyediakan kerjasama modal dalam bentuk barang, konsumen
dipersilakan memilih barang produk-produk baru kesukaannya, persyaratan mudah bunga rendah.
1Lembaga pembiayaan tersebut merupakan lembaga pembiayaan non Bank yang tidak mengambil dana secara langsung dari masyarakat. Salah satu lembaga pembiayaan non bank tersebut dinamakan perusahaan finance.
Perusahaan finance dalam hal pembelian kendaraan bermotor secara kredit melakukan kerja sama dengan pihak dealer. Kerja sama tersebut dilakukan oleh finance dan Dealer dalam bentuk perjanjian tertulis. Dalam perjanjian tersebut mengandung subtansi bahwa pihak finance melunasi harga barang dalam hal ini kendaraan kepada pihak Dealer. Kemudian konsumen selaku pihak pertama dalam hal pembelian kendaraan bermotor memenuhi prestasi berupa angsuran kepada pihak ketiga yaitu finance.
Dalam hal pembayaran angsuran oleh konsumen dilakukan setiap bulannya dengan jumlah angsuran serta jangka waktu yang telah disepakati oleh para pihak secara tertulis.
Pembayaran angsuran oleh konsumen dengan cara datang langsung ke kantor perusahaan finance tersebut. Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan pihak konsumen tidak melakukan pembayaran, maka pihak finance akan mengirimkan somasi untuk melakukan pembayaran oleh pihak konsumen. Somasi tersebut apabila tidak diindahkan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan oleh pihak konsumen maka pihak finance akan mengirimkan petugas untuk melakukan penarikan benda yang menjadi objek jaminan dari perjanjian.
Petugas yang dimaksud adalah Debt collector (juru tagih), tetapi dalam prakteknya istilah debt collector ini tidak digunakan lagi dan berubah menjadi profesional collector.
Profesional collector ini memiliki suatu perjanjian dengan pihak finance, perjanjian tertulis untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam memberikan somasi hingga penarikan daripada objek perjanjian. Namun dalam melakukan suatu somasi ataupun
1http: //repository.fhunia.ac.id/q=node/23 diakses tanggal 19 desember 2015 pukul 22.00 WITA
penarikan barang tersebut, seringkali terjadi suatu hambatan dimana pihak konsumen merasa keberatan dan melakukan perlawanan berupa anacaman hingga kekerasan terhadap profesional collector (juru tagih). 1) Bagaimana Prosedur penarikan barang jaminan yang dilakukan oleh profesional collector ( juru tagih) .2)Bagaimana bentuk perlindungan hukum pada perusahaan finance terhadap profesional collector (juru tagih) dalam menjalankan tugas.
Dalam rangka menunjang penyusunan ini, digunakan jenis penelitian normatif dan
empiris, dengan metode pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) dengan cara
mengkaji Peraturan Perundang-Undangan Pendekatan Sosiologis (Sosiological Approach),
yaitu pendekatan yang mencoba mengkaji dan melihat secara langsung hukum dalam
masyarakat.
II. PEMBAHASAN
Prosedur Penarikan barang jaminan Oleh Profesional Collector Kota Mataram Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia dalam pembiayaan konsumen
Setiap perjanjian pembiayaan haruslah memiliki akta jaminan fidusia, guna memberikan kepastian hukum dari perjanjian antara kedua belah pihak, sehingga apabila suatu hari terjadi wanprestasi dari salah satu pihak dapat ditindak sesuai dengan apa yang telah ditulis dalam perjanjian pembiayaan dengan jaminan fidusia tersebut. Akta jaminan fidusia adalah akta yang dibuat oleh notaris atas pengalihan hak kepemilikan suatu benda dalam parjanjian hutang piutang antara kreditur dan debitur. Kemudian akan didaftarkan pada kantor pendaftaran fidusia dalam tenggang waktu tertentu, maka terbitlah yang disebut sertifikat jaminan fidusia.
Benda jaminan fidusia adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotik.
1Prosedur Penarikan barang Jaminan Fidusia
Penarikan barang jaminan fidusia merupakan suatu tugas yang dilakukan oleh Collector hingga profesional collector. Dalam melakukan penarikan haruslah melewati beberapa tahapan penarikan dimulai dari peranan collector.
Berdasarkan hasil wawancara penyusun dengan Bapak Budi Selaku Asset Recovery Specialist menerangkan sebagai berikut:
2“...Dalam melakukan pengihan objek fidusia dilakukan beberapa tahap melalui Collector dimana tahap pertama dilakukan dengan cara mengingatkan (Reminder)
1Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, Alumni, Bandung, 2006.
2Hasil wawancara dengan BapakBudiselakuAsset Recovery SpecialistPT. MPM Mataram pada tanggal 12 maret 2016 pukul 14.10 WITA.
untuk melakukan pembayaran terhadap objek fidusia yang dilakukan melalui telepon, kedua dengan cara mengunjungi rumah apabila debitur yang telah dihubungi tidak membayar sehingga menyebabkan keterlambatan dalam melakukan pembayaran, yang ketiga dilakukan penutup bukuan dan akan dilakukan penarikan terhadap asset guna untuk menutupi kerugian dari ketelambtan pembayaran”
Collector adalah petugas multifinance yang mempunyai tugas menagih.
Collector terbagi menjadi 4 (empat) tahap dalam perusahaan finance khususnya pada finance yang penyusun melakukan penelitian.tahapan tersebut berdasarkan tingkat keterlambatan pembayaran angsuran oleh konsumen yang dikenal istilah bucket dalam perusahaan finance, adapun tahapan tersebut terdiri dari : 1.Collector satu (K1) yaitu tahap ini menangani konsumen pada bucket (0-30) UP yaitu melakukan penagihan piutang baik yang jatuh tempo maupun yang lewat tempo, biasanya collector ini hanya berfungsi sebagai pengingat saja kepada pihak konsumen atas kewajiban pembayaran cicilan.dengan cara menghubungi melalui media telephone. Bahasa yang digunakan sangat sopan dan halus, mengingat orientasinya sebagai pelayan konsumen. 2. Collector dua (k2) yaitu collector pada level ini merupakan lanjutan dari level sebelumnya, apabila ternyata konsumen yang telah di hubungi tersebut belum melakukan pembayaran, sehingga terjadinya keterlambatan pembayaran.
Collector- collector ini menangani konsumen macet pada bucket (31-60) UP.
Cara kerja oleh collector pada tahap ini adalah mengunjungi konsumen dengan
harapan mengetahui kondisi konsumen beserta kondisi keuanganya dan kondisi
objek jaminan fidusia. Pada tahap ini, collector biasanya memberikan pengertian
persuasif mengenai kewajiban konsumen dalam hal melakukan pembayaran
angsuran. Menurut hasil wawancara penyusan dengan salah seorang collector
perusahaan Kreditplus finance yang tidak ingin disebutkan namanya. Menyebutkan
bahwa Mengenai hal yang dijelaskan biasanya mengenai akibat yang dapat
ditimbulkan apabila keterlambatan pembayaran tersebut tidak diselesaikan, kami
juga memberikan kesempatan atau tenggang waktu bagi konsumen untuk membayar angsurannya tidak lebih dari tujuh hari kerja. Mengenai kesempatan dan tenggang waktu yang diberikan oleh collector tujuh hari kerja, tetapi dari pihak finance memberikan waktu hingga maksimal akhir bulan dari bulan yang berjalan. “ kami
sengaja memberi tenggang waktu lebih cepat daripada pihak kantor dikarenakan berhubungan dengan target collector dalam tahap ini” sambung collector tersebut.
3.Remedial collector satu sering disebut (R1) Pada tahap ini collector menangani konsumen macet dengan bucket 61 – 120 UP, dengan cara kerja kunjungan penagihan kerumah konsumen yang bermasalah dengan tujuan yang sama collector tahap sebelumnya yaitu mengupayakan pemulihan pembayaran angsuran konsumen kembali lancar. Menurut hasil wawancara penyusun dengan bapak I Dw Gede Agung Md Oka Adnyana selaku head collection PT.OTO finance yang mengatakan:
3
“...bahwa pada tahap ini collector memiliki tugas tambahan yaitu melacak
keberadaan konsumen dan barang jaminan karena sering terjadi pada backet ini, barang jaminan biasanya sudah dipindah tangan kepihak lain.”. 3.Remedial collector
dua (R2) pada tahap ini collector yang menangani konsumen macet pada bucket 121 – 180 UP, cara kerja collector mendatangi rumah konsumen dengan membuat kesepakatan yang pasti dengan konsumen akan kelancaran pembayaran angsuran berikutnya, dengan menandatangani perjanjian.
Tahap remedial collector ini sebenarnya telah dapat dilakukan penarikan pada objek jaminan fidusia dari tangan konsumen atau tangan pihak ketiga lainnya jika tidak ada kepastian mengenai pembayaran tunggakan atau jika barang tersebut sudah dipindah tangankan dan tidak jarang juga pada tahap remedial collector ini, collector yang dapat menarik barang jaminan dari konsumen yang sadar akan
3Hasil wawancara dengan bapak I Dw Gede Agung Md Oka Adnyana selaku head collection pada PT.Oto Mitraartha Lombok. Pada tanggal 28 februari 2016 pukul 09.30 WITA.
ketidakmampuannya untuk membayar angsurannya. Tetapi tidak sedikit juga remedial collector yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya yaitu menarik barang jaminan konsumen.
Apabila setelah semua tahapan pada collector telah dilakukan tetapi tidak mendapatkan hasil, maka tahapan ini ialah tahapan puncak dalam penarikan barang jaminan, yang ditangani oleh bidang ARS (Asset Recovery Spesialist). tahap ini dikatagorikan ”WRITE OFF” atau WO yang artinya dihapus bukukan dari daftar
piutang perusahaan finance (kerugian), tetapi tetap dikelola aset dengan cara menarik aset tersebut guna meminimalisir kerugian piutang perusahaan tersebut.
Profesional collector juga dibagi dalam 2 jenis berdasarkan cara kerjanya yaitu : 1. FISIK adalah kegiatan penagihan hutang oleh Profesional Collector dengan cara mengunjungi rumah konsumen, dengan maksud untuk menarik objek jaminan yang di perjanjikan.. 2. SWIPING adalah kegiatan penagihan hutang yang dilakukan oleh Profesional Collector dengan cara “ngetem” atau mangkal di pinggir jalan sembari menunggu target sasaran yang ditujuh yaitu konsumen macet.
Bentuk perlindungan hukum profesional collector dalam eksekusi jaminan fidusia Perlindungan dalam bentuk preventif terhadap profesional collector
Perlindungan preventif adalah sebuah tindakan yang diambil untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan terjadinya yang tidak diinginkan.
4Perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan finance berbeda antara perusahaan finance yang satu dengan yang lainnya mengenai cara dan bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada profesional collector pada perusahaan finance. Perlindungan kepada profesional collector haruslah sangat diperhatikan oleh perusahaan finance karena masyarakat pada umumnya menganggap profesional
4 http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-preventif/ diakses pada tanggal 13 maret 2016 pukul 23.08 WITA
collector, identik dengan watak yang keras, gertakan, selalu main otot, dan perampas barang orang.
Berdasarkan hasil penelitian penyusun dilapangan, terdapat faktor faktor yang menyebabkan profesional collector bertindak agresif. diantaranya beberapa faktor: 1.
Faktor ketentuan dari kantor jika kita lihat dari ketentuan pada perusahaan finance yaitu adanya jatuh tempo dalam setiap penanganan konsumen atau debitur macet, yang membuat profesional collector sedikit lebih gesit dalam bertindak. 2. Faktor keadaan ekonomi profesional collector itu sendiri yang sering dijadikan sebagai dasar mereka melakukan hal tersebut. 3. Faktor situasi dan kondisi dilapangan, dalam faktor ini penyusun melihat bahwa bela diri profesional collector dalam artian bertindak untuk mengamankan diri sendiri.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan yang diberikan oleh responden pada PT.Kreditplus finance, responden mengatakan bahwa memang benar ada profesional collector yang bekerja seperti itu, hal-hal seperti jatuh tempo atau target ini yang membuat Profesional Collector sering bertindak sedikit nekat. Masalahnya jika tidak mencapai target pada saat evaluasi, maka profesional collector tersebut akan out atau dikeluar.
Penyusun disini mengkhususkan membahas mengenai perlindungan hukum bagi
profesional collector yang menjalankan tugas sesuai prosedur yang berlaku dan tidak
melakukan perbuatan melawan hukum. Meskipun tidak semua debitur bertindak lebih
beringas daripada profesional collector. Berdasarkan penjelasan diatas penyusun dapat
menyimpulkan bahwa seharusnya perlindungan terhadap profesional collector tidak
hanya diberikan perlindungan dalam bentuk represif saja, akan tetapi perusahaan juga
harus memperhatikan dan membuat suatu cara agar profesional collector terhindar dari
suatu kekerasan yakni sebagai bentuk perlindungan preventif.
Faktor – faktor penghambat terjadinya perlindungan hukum bagi profesional collector
Dalam mewujudkan perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan finance, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga tidak diberikannya perlindungan kepada profesional collector tersebut. Dalam hal ini, penyusun memberikan penjelasan mengenai perlindungan hukum dari perusahaan penyedia jasa penagih melalui faktor penghambat terjadinya perlindungan hukum bagi profesional collector pada setiap perusahaan finance, adapun faktor-faktor yang menghambat diberkannya perlindungan dari perusahaan finance. 1.Profesional collector tersebut bukan merupakan pegawai tetap pada perusahaan finance. Berdasarkan hasil wawancara penyusun dengan bapak I Dw Gede Agung Md Oka Adnyana selaku head collection pada PT. OTO finance beliau menyebutkan.
5“...Profesional Collector bukan pegawai tetap melainkan hanya bersifat freelance saja, jadi perlindungannya tidak ada, berbeda dengan collector pegawai tetap, selain mendapat perlindungan serta tunjangan dan lain sebagainya...”
Sedangkan pada MPM finance menyebutkan bahwa jika profesional collector bertindak tidak sesuai prosedur maka pihak perusahaan tidak memberikan perlindungan hukum kepada profesional collector. 2. Perusahaan finance menganggap bahwa Profesional collector adalah tanggung jawab dari perusahan badan hukum pemberi jasa penagih utang.
Menurut penyusun yang menjadi kendala atau penghambat tidak diberikannya perlindungan hukum kepada Profesional collector bahwa Profesional collector sering kali bertindak sendiri atau sebagai personal, dalam mengikatkan diri pada perusahaan finance.
5Hasil wawancara dengan bapak I Dw Gede Agung Md Oka Adnyana selaku head collection pada PT.
OTO finance tanggal 29 februari 2016 pukul 11.30 WITA.