5 2.1 Kajian Teori
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadinya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika seseorang itu dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Belajar merupakan suatu aktivitas yang didalamnya suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal dari proses pembelajaran.
Slameto (2003:3) berpendapat bahwa “ belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang. Pendapat lain Winkel dalam Purwanto (2008:38) “ belajar adalah aktifitas mental/phikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Sedangkan menurut Morgan dalam Suprijono (2009:3) mengemukakan “
learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience ( belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pengertian belajar adalah suatu proses usaha/aktivitas yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap secara permanen sebagai hasil dari latihan atau pengalaman
Pembelajaran adalah suatu proses perubahan yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang kekal yang merupakan hasil dari pengalaman ataupun latihan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah yaitu pendidik dan peserta didik (DR. H Syaiful Sagala, 2008). Pembelajaran merupakan salah satu tindakan edukatif yang dilakukan pendidik kepada peserta didik. Tindakan dapat bersifat edukatif apabila tindakan itu berorientasi pada pengembangan diri siswa secara utuh, artinya pengembangan pengetahuan, keterampilan serta sikap
Menurut Agus Suprijono (2009:45) “model pembelajaran ialah suatu perencananan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial”. Sedang menurut Arends dalam Suprijono (2009:46) “model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahapan-tahapan dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”. Pendapat lain Soekamto (dalam Nurulwati,2000:10) mengemukakan “model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tententu”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekpresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan ativitas belajar mengajar. Dalam model pembelajaran dapat diketahui bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan khas oleh guru di kelas.
pembelajaran, dan pengelolaan kelas yang dikemas secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Matematika Di SD
Hakikat pembelajaran matematika SD adalah suatu proses membelajarkan peserta didik SD untuk menguraikan apa sebenarnya matematika itu, baik ditinjau kata matematika, karakteristik matematika sebagai ilmu, maupun peran dan kedudukan matematika diantara cabang ilmu pengetahuan dan manfaatnya. Matematika adalah ilmu logika tentang bentuk susunan besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, matematika dapat dibagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Belajar Matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika.
2.1.3 Langkah - Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika di SD dalam upaya mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, guru hendaknya menyajikan pembelajaran secara efektif dan efisien sesuai kurikulum dan pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika guru harus memahami bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika. Pembelajaran matematika di SD bertujuan agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Heruman (2007:2) Konsep-konsep pembelajaran matematika di SD sesuai kurikulum matematika dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar, guru dapat mengunakan media tau alat peraga untuk membantu pola pikir siswa.
2. Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep memiliki dua pengertian yaitu pertama, merupakan lanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan yang kedua pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda tetapi masih pada lanjutan dari pemahaman konsep seperti pada pertemuan sebelumnya, di semester atau di kelas sebelumnya.
3. Pembinaan Keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) Melakukan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsir solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam meperlajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Ruang lingkup matematika menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 KTSP meliputi aspek-aspek sebagai berikut : (1) bilangan (2) geometri dan pengukuran (3) pengolahan data. Memperkuat tujuan pembelajaran matematika di atas, maka perlu adanya Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar yang disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan pembelajaran matematika. Adapun SK dan KD mata pelajaran Matematika kelas V tentang sifat-sifat bangun datar sebagai berikut :
Tabel 2.1
SK-KD Matematika Kelas 5, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Geometri dan Pengukuran 6. Memahami sifat-sifat bangun
dan hubungan antar bangun 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
2.1.3 Metode Pembelajaran Aktif
mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensi siswa. Rusman (2012:324) berpendapat bahwa “dengan pembelajaran aktif siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari”. Sejalan dengan pendapat tersebut Rosyada (dalam Nurhayati, 2008) juga menyatakan “pembelajaran aktif adalah belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis”. Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran, baik interaksinya dengan pendidik, sesama peserta didik atau media yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk dapat berpikir tingkat tinggi dan memperbanyak aktivitas guna memperoleh pengalaman dan pemahaman terhadap pengetahuan.
pembelajaran aktif, guru berperan sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan dalam belajar (to facilitate of learning) kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal hingga akhir pembelajaran melalui aktivitas-aktivitas yang membangun dalam kerja kelompok dalam waktu singkat sehingga mereka berfikir tentang materi pelajaran (Silberman, 2007:1). Dalam pembelajaran aktif materi pelajaran dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang sebelumnya yang dimiliki siswa. Cara pembelajaran inilah yang ditunggu-tunggu peserta didik karena mereka dapat terlibat langsung dalam pembelajaran tidak hanya mendengarkan penjelasan guru (ceramah) yang membuat siswa merasa jenuh dan bosan.
Berikut ini perbedaan antara pembelajaran aktif dengan pembelajaran konvensional menurut Handayani (2012) .
Tabel 2.2
Perbedaan Pembelajaran Konvensional dengan Pembelajaran Aktif
Pembelajaran Aktif Pembelajaran Konvensional
Berpusat pada peserta didik Berpusat pada guru
Penekanan pada menemukan Penekanan pada penerima
pengetahuan
Sangat menyenangkan Kurang menyenangkan
Memberdayakan semua Kurang memberdayakan semua
Menggunakan banyak metode Menggunakan metode yang monoton
Menggunakan banyak media Kurang banyak media yang
digunakan Mengaitkan dengan pengetahuan yang
sudah ada
Tidak mengaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada
mengarahkan siswa untuk belajar mandiri guna mendapatkan pengetahuan ataupun informasi sebagai pengalaman yang bermakna.
2.1.4 Model Pembelajaran Tipe Quiz Team
2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Quiz team
Salah satu model pembelajaran aktif yang mampu membangkitkan siswa belajar aktif pada mata pelajaran matematika yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Quis team. Tipe Quis team merupakan model pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam tipe quiz team ini siswa di bagi menjadi tiga tim. Sedangkan menurut Nurhayati (2007) “ team quiz merupakan metode pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam tipe team quiz ini siswa dibagi menjadi tiga tim”. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan”. Jadi dapat disimpulkan bahawa model pembelajaran tipe quiz team adalah model pembelajaran aktif yang mana siswa dibagi menjadi tiga kelompok besar dan semua anggota bersama-sama mempelajari materi tersebut, mendiskusikan materi, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban, setelah materi selesai diadakan suatu pertandingan akademis.
Menurut Dalvi (2006:53) menyatakan bahwa “model pembelajaran tipe quiz
team dapat menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa untuk bertanya
ataupun menjawab”. Kemudian untuk memperkuat pendapatnya lagi Dalvi (2006:68) juga mengemukakan bahwa “Model pembelajaran aktif tipe quiz team merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar”. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan hal penting dan mendasar yang harus dipahami dan dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan demikian keaktifan siswa perlu digali dari potensi-potensinya yang dapat diaktualisasikan melalui aktifitas-aktifitas dalam proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2007:101-106) “aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional”..
Berdasarkan uraian diatas sangatlah tepat apabila guru dalam membelajarkan siswa mampu mendesaian pembelajaran dengan model-model pembelajaran aktif yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar dengan melakukan aktifitas-aktifitas belajar sebagai bukti keaktifannya dalam menggali potensi-potensi yang dimiliki peserta didik. Apabila dalam proses pembelajaran matematika guru mengunakan metode yang tepat maka proses pembelajaran yang dilaksanakan secara langsung dapat memperbaiki hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.
2.1.4.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tipe Quiz Team
Agus Suprijono dan Silberman (2009:114) mengungkapkan prosedur pembelajaran aktif menggunakan tipe Quiz Team adalah sebagai berikut:
1. Guru memilih topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian 2. Membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B, dan C
3. Guru menyampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran kemudian mulai menyampaikan materi. Guru membatasi waktu penyampaian materi maksimal 10 menit.
Kelompok B dan C menggunakan waktu yang telah ditentukan untuk memeriksa catatan mereka.
5. Guru meminta kelompok A untuk bertanya kepada kelompok B, jika kelompok B tidak dapat menjawab maka pertanyaan dilempar kepada kelompok C.
6. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, maka pertanyaan dilempar kepada kelompok B.
7. Jika tanya jawab selesai, lanjut pada pembelajaran kedua dan tunjuk kelompok B sebagai penanya seperti proses untuk kelompok A.
8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaan, lanjutkan penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai penanya.
9. Akhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan menjelaskan pemahaman siswa yang keliru.
Dalam prosedur pembelajaran dengan menggunakan tipe Quiz team dilakukan pada kelas penelitian adalah sebagai berikut.
Langkah 1: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Langkah 2: Guru mempersiapkan alat-alat peraga berupa bangun datar untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran di dalam kelas
Langkah 3: Pada awal pertemuan siswa dijelaskan terlebih dahulu skenario pembelajaran yang akan dilakukan di kelas supaya siswa mengikuti alur pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru
Langkah 4 : Guru memilih topik yang akan dibahas atau disajikan tiap tim yang sudah dibentuk sebelumnya dan peserta didik dibagi menjadi tiga tim Langkah 5 : Guru menjelaskan materi tentang sifat-sifat bangun datar
Langkah 6 : Guru memulai diskusi keompok dengan menunjuk tim A sebagai pemimpin kuiz.
menjawab pertanyaan dari tim A. Tim A melanjutkan pertanyaan kepada anggota tim C, jika tim C tidak bisa menjawab pertanyaan dari tim A maka tim B diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim A. Setelah kuis selesai dari tim A, guru menunjuk tim B untuk menjadi pemimpin kuis yang akan dilakukan kembali. Tim B menyiapkan pertanyaan dengan jawaban singkat. Sementara tim A dan tim C memanfaatkan waktu yang ditentukan untuk membaca catatan masing-masing anggota. Tim B menguji anggota tim C, jika tim C tida dapat menjawab pertanyaan, tim A diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim B. Tim B melanjutkan pertanyaan pada tim A, jika tim A tidak bisa menjawab pertanyaan dari tim B, tim C diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim B. Setelah kuis selesai dari tim B, guru menunjuk tim C untuk memimpin kuis yang akan dilakukan lagi. Tim C menyiapkan pertanyaan dengan jawaban yang singkat untuk tim A dan tim B. Tim A dan tim B memanfaatkan waktu untuk membaca catatan masing-masing anggota. Tim C menguji tim A, jika tim A tidak bisa menjawab pertanyaan dari pertanyaan dari tim C, maka tim B diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan tim C pada tim A sebelumnya. Tim C menguji tim B, jika tim B tidak bisa menjawab pertanyaan, maka tim A diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari tim C yang diberikan pada tim B sebelumnya.
2.1.7 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Tipe Quiz Team Setiap model pembelajaran terdapat kelebihan dan kelemahan, adapun kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran tipe quis team sebagai berikut. 1. Kelebihan model pembelajaran tipe quiz team
a. Dapat meningkatkan keseriusan
b. Dapat menghilangkan kebosanan dalam lingkungan belajar c. Mengajak siswa untuk terlibat penuh
d. Meningkat proses belajar e. Membangun kreatifitas diri
f. Meraih makna belajar melalui pengalaman g. Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar h. Menambah semangat dan minat belajar siswa 2. Kelemahan model pembelajaran tipe quiz team
a. Memerlukan kendali yang ketat dalam mengkondisikan kelas saat keributan terjadi.
b. Hanya siswa tertentu yang dianggap pintar dalam kelompok tersebut, yakni yang bisa menjawab soal quiz. Karena permainan yang dituntut cepat dan memberikan kesempatan diskusi yang singkat.
c. Waktu yang diberikan sangat terbatas jika quiz dilaksanakan oleh seluruh tim dalam satu pertemuan.
2.1.5 Alat Peraga
peraga di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian alat peraga adalah suatu alat yang diserap oleh mata dan telingga sebagai media yang bertujuan membantu guru dalam proses belajar menggajar sehingga berjalan efektif dan efisien.
Penggunaan dan pemilihan media untuk pengajaran di kelas harus disesuaikan dengan kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Nana Syaodih (2010:120) mengemukakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media yang tepat sebagai berikut: 1. Jenis kemampuan yang akan dicapai, sesuai dengan tujuan pengajaran (TIK).
Tujuan pengajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. bila akan memilih media pengajaran, perlu mempertimbangkan sejauh mana media mampu mengembangkan kemampuan atau perilaku yang terkandung dalam rumusan tujuan yang akan dicapai.
2. Kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri.
Setiap jenis media mempunyai nilai kegunaan sendiri-sendiri, sehingga perlu pertimbangan dalam memilih jenis media yang digunakan.
3. Kemampuan guru menggunakan suatu jenis media.
Tingginya nilai kegunaan media tidak akan memberikan manfaat yang maksimal apabila guru kurang/belum mampu menangani dengan baik. oleh karena itu, kesederhanaan pembuatan dan penggunaan media sering menjadi faktor penentu bagi guru dalam memilih media.
4. Keluwesan atau fleksibilitas dalam penggunaannya yaitu seberapa jauh media dapat digunakan dengan praktis dalam berbagai situasi dan mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.
5. Kesesuaian dengan alokasi waktu dan sarana pendukung yang ada. salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media ialah seberapa jauh penggunaan media tersebut masih sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia bagi pengajaran yang bersangkutan.
6. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa 7. Biaya dan kemampuan penyediannnya.
Penentuan alat yang digunakan sebaiknya berdasarkan pertimbangan sejauh mana sekolah atau siswa dapat menyediakan dilihat dari kemudahan mendapatkan maupun harganya.
Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dapat memberikan permasalahan-permasalahan menjadi lebih menarik bagi anak yang sedang melakukan kegiatan belajar. Karena penemuan-penemuan yang diperoleh dari aktivitas anak biasanya bermula dari munculnya hal-hal yang merupakan tanda tanya, permasalahan yang diselidiki dan mendapat jawaban yang didasarkan pada obyek yang menarik perhatian anak.
2.2 Hasil belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah mengalami proses belajar yang berlangsung yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, sikap, keterampilan sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.
Sedangkan Sudjana (Nurkancana & Sunartana, 1990:110), mendefinisikan evaluasi hasil belajar adalah “suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu priode tertentu”. Pernyataan tersebut, menekankan bahwa hasil belajar sebagai hasil dari proses pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu peningkatan kemampuan siswa yang diperoleh setelah siswa mengalami interaksi proses pembelajaran melalui penyampaian informasi dan pesan oleh guru setelah proses pembelajaran berlangsung yang dapat diukur dalam bentuk angka. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar diperlukan serangkaian pengukuran dengan menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan
Hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut Munawan (2009:1-2) adalah sebagai berikut :
1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual 2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai
3. Ranah Psikomotorik, menekankan pada gerakan-gerakan fisik. kecakapan-kecakapan fisik dapat berupa gerakan-gerakan atau keterampilan fisik, baik keterampilan fisik halus maupun kasar.
macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat penilaian yaitu skala sikap (ceklist) untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
51,11%, siklus 1 mengalami peningkatan hasil belajar sebesar 84,44%, siklus 2 dengan presentase ketuntasan sebesar 93,33%.
Wijayanti, pada tahun 2012 judul : “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Quiz Team Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Kartasura 6 Tahun Pelajaran 2011/2013”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran aktif tipe quiz team dapat meningkatakan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Kartasura 6 Tahun Pelajaran 2011/2013. Peningkatan hasil belajar terbukti pada siklus 1 dari 24 siswa terdapat 79,17% yang mendapat nilai KKM ≥ 65. Pada siklus 2 dari 24 siswa yang hadir terdapat 87,5% yang mendapat nilai KKM ≥ 65.
Mulyanto, Tri, pada tahun 2011 judul :” Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Pembelajaran Team Quiz Dengan Alat Peraga Mozaik Matematika Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Mantingan 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran aktif tipe quiz team dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas 5 SD Negeri Mantingan 2 tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil belajar terbukti pada siklus 1 dari 34 siswa terdapat 79% yang mendapat nilai KKM ≥ 65. Pada siklus 2 dari 24 siswa yang hadir terdapat 97% yang mendapat nilai KKM≥ 65.
2.4 Kerangka Berfikir
Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran Matematika di kelas 5 SD Negeri Dukuh 01 Salatiga yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional yaitu hanya menggunakan ceramah dan sedikit tanya jawab (teacher centered). Guru jarang menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa kurang terlibatkan secara langsung dalam belajar. Kurang terlibatnya siswa secara aktif dalam pembelajaran sangat bertentangan dalam hakekat belajar yaitu perubahan perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.
Perbaikan pembelajaran ini diharapkan pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan dan siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran serta siswa dapat bekerja sama dalam kelompok untuk berkompetisi akademis dengan kelompoknya. Dalam model ini siswa akan belajar keras untuk memperebutkan pemenang dalam pertandingan akademis sehingga siswa akan bersemangat mengikuti pelajaran. Selain penggunaan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, guru juga menggunakan alat peraga bangun datar sehingga siswa akan lebih dalam memahami konsep tentang sifat-sifat bangun datar sehingga hasil belajar dapat tercapai secara optimal. Dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan maka diharapkan tujuan yang telah ditentukan peneliti akan tercapai yaitu meningkatkan hasil belajar matematika.
2.5 Hipotesis Penelitian