• Tidak ada hasil yang ditemukan

Enkripsi dan Dekripsi Data Menggunakan Garis Telapak Tangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Enkripsi dan Dekripsi Data Menggunakan Garis Telapak Tangan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Enkripsi dan Dekripsi Data

Menggunakan Garis Telapak Tangan

Adityo Ashari W, Student of Sarmag Program, Gunadarma University,

adityo.ashari@student. gunadarma.ac.id

Bima Shakti Ramadhan U, Student of Sarmag Program, Gunadarma University,

bima 1990@student. gunadarma.ac.id

and Muhammad Razi A, Student of Sarmag Program, Gunadarma University

razi 08@student. gunadarma.ac.id

Abstract—This paper discuss the use of hand lines to encrypt and decrypt the data. Encryption and decryption of data are important in the the world of information technology. Encryption is the process of securing an information with the aim of making the information unreadable or not easily understand without the help of specialized knowledge (the key). Decryption is the process of returning a result of information that had been encrypted with the aim to make the information can be read or understood with the help of specialized knowledge (the key). It’s need a unique key to encrypt and decrypt an information. The use of palm lines can serve as a unique key. To make the palms line to be a necessary key, users palms line image needed. The images will be processed and analyzed with edge detection method to determine the pattern of palm lines. Furthermore, the results of the drawing process will be used to make histogram to determine a number or value. The numbers or values can be used as a reference key to encrypt the data using encryption algorithm which has been made.

Index Terms—Kriptografi, Pengolahan Citra, Deteksi Tepi.

F

1

I

NTRODUCTION

P

Ada saat ini keamanan data merupakan suatau hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan banyaknya pihak yang tidak berwenang yang ingin mencoba untuk mencari tahu data-data yang menjadi privasi kita. Un-tuk itu dibutuhkan sebuah sistem yang kuat, namun dapat dengan mudah digunakan oleh user. Untuk membuat suatu sistem keamanan yang tinggi, maka dibutuhkan sebuah sistem yang memiliki kunci unik yang tidak dapat di-tiru oleh user yang tidak berkenan. Kunci terse-but akan dipakai untuk mengenkripsi data.

Garis telapak tangan merupakan suatu ben-tuk khusus atau karakteristik tersendiri yang dimiliki setiap orang. Garis telapak tangan • Gunadarma University.

E-mail: see http://www.gunadarma.ac.id

SARMAG

4 September 2010

merupakan bagian tubuh yang unik dan dapat dijadikan sebagai media keamanan. Oleh sebab itu garis telapak tangan dapat digunakan seba-gai kunci yang unik dalam mengenkripsi suatu data.

Salah satu cara yang dapat membantu proses pembuatan kunci enkripsi adalah dengan menggunakan teknik pengolahan citra. Pen-gelohan citra merupakan sebuah pemrosesan citra yang bertujuan untuk menjadikan kualitas sebuah citra menjadi lebih baik serta mem-buat citra tersebut berguna bagi manusia. Den-gan berkembangnya teknologi perangkat lu-nak pengolah citra, maka teknik - teknik yang dapat digunakan semakin banyak dan mu-dah.Selain itu dengan berkembangnya dunia komputasi yang ditandai dengan semakin meningkatnya kapasitas dan kecepatan proses komputer, serta munculnya ilmu-ilmu kom-putasi yang memungkinkan manusia dapat mengambil informasi dari suatu citra, maka

(2)

pengolahan citra tidak dapat dilepaskan den-gan bidang computer vision.

2

R

ELATED

W

ORKS

Deteksi tepi merupakan salah satu metode yang ada di dalam grafika komputer.Deteksi tepi mempunyai beberapa metode. salah satu Metode yang digunakan di dalam paper ini adalah prewitt operator [3] . Prewitt opera-tor adalah sebuah metode deteksi tepi dalam pengolahan citra yang menghitung respon maksimum satu set kernel konvolusi untuk menemukan orientasi tepi lokal untuk setiap pixel.Pada teknik ini digunakan matrik neigh-borhood berukuran 3x3 dengan titik yang diperiksa sebagai titik tengah matrik[4]. Matrik ini juga menggunakan cara yang tepat untuk memperkirakan besar dan orientasi keuntun-gan [6].

Operator Prewitt bekerja dengan men-gaproksimasikan turunan pertama. Detektor tepi prewitt didefinisikan sebagai:

h(x, y) = |hx(x, y)| + |hy(x, y)|

hx mendeteksi lokasi tepi horizontal sedan-gkan hy mendeteksi tepi vertikal dengan titik acuan adalah titik pusat mask [1].

Teknik deteksi tepi ini digunakan untuk menjadikan sebuah gambar garis telapak tan-gan ke dalam bentuk histogram.Sehingga di dapat hasil berupa pola dan angka agar nantinya dari hasil tersebut dapat dienkripsi dan didekripsi data. Metode yang dilakukan untuk mengubah gambar garis telapak tangan yang masih dalam bentuk warna ke dalam bentuk grayscale terdapat pada paper [5].Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam melakukan pengubahan bentuk citra asli ke dalam bentuk grayscale.Salah satunya dengan melakukan perhitungan pada paper ini [7]. Hasil tersebut akan digunakan untuk men-dapatkan nilai histogram.Untuk mencari nilai histogram yang di dapat dari hasil grayscale digunakan teknik prewitt operator[1]. Sete-lah mengetahui hasil dari histogram maka akan dengan mudah untuk membuat sebuah kunci enkripsi. Kami menggunakan algoritma enkripsi rc6 sebagai pembuatan kunci [2]

3

M

ETHODOLOGY

Pembuatan sebuah kunci enkripsi dan dekripsi berdasarkan garis telapak tangan memerlukan sebuah citra yang merepresentasikan garis tela-pak tangan yang sesungguhnya. Untuk itu diperlukan sebuah citra yang di ambil dari sebuah perangkat keras berupa kamera. Con-tohnya seperti kamera pada laptop. Citra terse-but kemudian akan diubah menjadi sebuah citra berwarna hitam putih dan kemudian akan diolah dengan metode deteksi tepi (Prewitt Operator) untuk menghasilkan sebuah pola garis telapak tangan. Kemudian pola terse-but akan dimanfaatkan untuk pembuatan his-togram. Berdasarkan histogram tersebut akan diambil sebuah nilai atau angka. Angka terse-but akan dijadikan acuan pembuatan kunci bagi algoritma enkripsi.

3.1 Konversi Citra

Teknik awal yang dilakukan adalah merubah citra hasil menjadi citra hitam putih. Proses ini adalah tahap penyederhanaan warna, untuk mendapat citra gray scale dari representasi warna RGB (red, green, blue). Warna disederhanakan dari citra 24 bit menjadi citra 8 bit atau 256 warna pokok. Nilai gray scale diperoleh dengan menggunakan rumus konversi yang dikeluarkan oleh CCIR Recommendation 601-1 seperti berikut ini:

Y= 0,299 * R + 0,587 * G + 0,114 * B (14) keterangan:

Y: nilai piksel yang baru pada mode gray scale R: nilai piksel red

G: nilai piksel green B: nilai piksel blue

3.2 Deteksi Tepi

Setelah didapatkan sebuah citra garis telapak tangan yang telah diproses menjadi citra hitam putih, langkah selanjutnya ialah melakukan pemrosesan citra berupa deteksi tepi. Terda-pat banyak cara untuk melakukan penyeder-hanaan gambar, salah satu cara yang biasa digunakan dalam image processing adalah de-teksi tepi (edge detection).

(3)

Fig. 1. Hasil Proses Gray Scale

Banyak sekali detektor tepi yang dapat digu-nakan untuk mendeteksi tepi pada citra dig-ital. Setiap detektor memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ide dasar dari de-teksi tepi ialah mencari suatu lokasi(pixel) pada sebuah citra dimana ada perubahan in-tensitas yang cukup besar. Berdasarkan ide tersebut sebuah detektor tepi dapat memi-liki dua teknik dasar dalam menemukan lokasi dimana turunan pertama dari intensi-tas yang memiliki magnitude lebih besar dari-pada batasan(Threshold) yang telah ditentukan atau menemukan lokasi berdasarkan kriteria dimana turunan kedua dari intensitas telah melewati nol.

Salah satu pengembangan edge detection adalah dengan teknik Prewitt Operator. Pada teknik ini digunakan matrik neighborhood berukuran 3x3 dengan titik yang diperiksa sebagai titik tengah matrik. Kriteria dasar dalam menggunakan detektor tepi Prewitt untuk mendeteksi tepi pada citra digital ialah citra harus memiliki intensitas transisi yang tajam dan memiliki noise yang sedikit dari tipe Poisson yang ada. Ketika menggunakan Prewitt, deteksi tepi citra terkonvolusi dengan sebuah himpunan (secara umum 8) kernel konvolusi, dimana citra yang terkonvolusi sangat sensitif terhadap tepi yang memiliki perbedaan orientasi. Untuk setiap pixel, magnitude gradient tepi lokal diperkirakan memiliki respon maksimum dari semua delapan kernel pada lokasi pixel berikut:

|G| = max (|Gi|: i=1 to n) (3)

Dimana Gi ialah respon dari kernel i pada posisi pixel tertentu dan n ialah nilai dari

kernel konvolusi. Orientasi tepi lokal diperki-rakan dengan orientasi dari kernel yang meng-hasilkan respon maksimum. Berbagai macam kernel dapat digunakan untuk operasi ini. Dua template diluar dari himpunan 8 ditunjukkan pada Gambar 1 :

Fig. 2. Template dari Prewitt deteksi tepi sensitif terhadap tepi 00

dan 450

Seluruh himpunan 8 kernel diproduksi den-gan mengambil 1 dari kernel yang ada ke-mudian dirotasikan dengan koefisien yang berputar. Setiap hasil kernel sangat terpen-garuh dari rentang orientasi tepi dari 00

sampai 3150

pada langkah ke 450

, dimana 00

berkore-spondensi dengan tepi vertikal. Respon maksi-mum —G— untuk setiap pixel adalah nilai dari pixel korespondensi pada output magnitude citra. Nilai untuk orientasi output citra berkisar dari 1 sampai 8, berdasarkan pada 8 kernel mana yang memproduksi respon maksimum.

Setelah menghitung magnitude dari turunan pertama menggunakan konvolusi citra den-gan topeng(mask), pekerjaan selanjutnya ialah mengidentifikasi pixel yang berkorespondensi dengan sebuah tepi. Cara termudah ialah den-gan menentukan ambang batas pada gradien citra, asumsikan semua pixel memiliki lokal gradien di atas batas ambang yang merepre-sentasikan sebuah tepi.

Semakin rendah ambang batas, lebih banyak garis yang akan terdeteksi, dan akan semakin rentan terhadap noise, dan juga mengelu-arkan fitur-fitur yang tidak relevan dari citra. Sebaliknya ambang batas yang tinggi dapat menghilangkan garis halus, atau garis yang tersegmentasi. Jadi nilai ambang batas yang tepat harus dipilih oleh kita untuk mendap-atkan tepi yang sesungguhnya dan membuang tepi yang salah. Pemilihan nilai ambang batas

(4)

merupakan keputusan desain yang penting berdasarkan beberapa faktor seperti brightness, contrast, level dari noise, dan bahkan arah tepi. Ambang batas dipilih berdasarkan analisis dari gradien citra histogram. Jadi, Pemilihan nilai ambang batas merupakan paramater yang sangat penting untuk mendapatkan performa yang lebih baik untuk gambar yang memiliki noise. Hasil dari tahap ambang batas sangatlah sensitif dan tidak ada prosedur otomatis untuk menentukan ambang batas yang memuaskan yang dapat bekerja pada semua citra.

Kekuatan dari penggunaan detektor Prewitt ialah pada pengimplementasian yang mudah, lebih sedikit biaya komputasi dibandingkan dengan detektor tepi yang lain seperti Lapla-cian of Gaussian, zero-crossing, canny, dan lain-lain. 3x3 filter mask menjadi topeng dari ukuran yang lebih besar yang menyediakan operasi smoothing yang baik dan mengurangi noice menjadi pada level yang lebih baik. De-tektor tepi Prewitt adalah cara yang tepat un-tuk memperkirakan magnitude dan orientasi dari sebuah tepi.

Metode deteksi tepi dapat juga disebut ”Edge Template Matching”, karena himpunan template tepi cocok dengan citra, setiap tepi merepresentasikan sebuah tepi dalam suatu orientasi tertentu. Magnitude dan orientasi tepi dari sebuah pixel kemudian dideterminasikan oleh template yang cocok dengan area lokal dari pixel terbaik.

Fig. 3. Hasil Proses Edge Detection

3.3 Pembuatan kunci

Setelah hasil dateksi tepi didapatkan, maka metode selanjutnya adalah menggunakan hasil output tersebut untuk dijadikan sebuah nilai

unik. Untuk mendapatkanya, maka dilakukan-lah sebuah proses yang disebut histogramisasi. Konsep dasarnya adalah membuat sebuah his-togram yang mempunyai rentang nilai x seba-gai nilai pixel, serta y sebaseba-gai jumlah pixel.

Tahap selanjutnya adalah normalisasi histogram dengan tujuan untuk mendapatkan nilai-nilai seperti,

mean (rata- rata gray level): M = Pg g h(g) varians : V = Pg(g-M) 2 h(g) standar deviasi : D = sqrt(V)

Fig. 4. Histogram Gray Scale

Kemudian dibuat sebuah rumusan kunci simetri: K = M + D dimana : K = Kunci M = nilai mean D = standar deviasi 3.4 Proses Enkripsi

Setelah didapatkan kunci dari hasil perhitun-gan sebelumnya, maka kunci ini dapat di-gunakan atau dimanipulasi untuk berbagai macam algoritma enkripsi data. Dalam kasus ini diambil algoritma enkripsi rc6

(5)

Fig. 5. Enkripsi

4

P

EKERJAAN

M

ASA

D

EPAN

Pengembangan yang dapat dilakukan ke depan ialah dengan melakukan pembaharuan metode penelitian ini atau penambahan metode untuk memperkuat proses keamanan data. Untuk pembaharuan metode dapat dilakukan dengan memperbaiki kelemahan metode yang dipakai sekarang. Dapat juga ditambahkan beberapa metode untuk memperkuat proses keamanan data seperti penambahan teknik matching citra digital dengan citra digital yang ada pada database. Kedua citra tersebut dibandingkan dan bila memiliki kesamaan yang cukup banyak maka pengguna dapat melanjutkan proses enkripsi atau dekripsi data. Dapat juga membuat kunci asimetris bagi proses enkripsi dan dekripsi data. Tangan kanan dijadikan kunci enkripsi dan tangan kiri dijadikan kunci dekripsi.

5

C

ONCLUSION

Keamanan suatu data merupakan hal yang sangat penting. Garis telapak tangan meru-pakan suatu bentuk karakteristik tersendiri yang dimiliki setiap orang yang dapat digu-nakan untuk membantu pengamanan suatu data. Salah satu bentuk kegunaan garis tela-pak tangan dalam bidang pengamanan data ialah dapat dijadikan sebagai acuan pembuatan kunci sebuah algoritma enkripsi data. Garis telapak tangan tersebut dijadikan sebuah citra digital. Kemudian citra tersebut diolah dengan mengkonversi warna citra tersebut dari mode RGB ke mode grayscale. Hasil olah citra digital tersebut kemudian diolah lagi dengan meng-gunakan deteksi tepi untuk memperjelas pola garis tangan. Detektor tepi yang digunakan

dalam penelitian ini ialah detektor tepi Prewitt. Selanjutnya dengan menggunakan metode his-togramisasi diambil nilai unik dari citra dig-ital yang telah di deteksi tepinya. Nilai unik tersebut kemudian dijadikan acuan kunci bagi algortima enkripsi data.

R

EFERENCES

[1] D. Febrianty, D. R.A, and Aradea. ANALISIS

JARINGAN SYARAF TIRUAN RPROP UNTUK

MENGENALI POLA ELEKTROKARDIOGRAFI DALAM MENDETEKSI PENYAKIT JANTUNG KORONER. page 2, YOGYAKARTA, 16 June 2007. Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2005. [2] L. R. Knudsen and W. Meier. Correlation in RC6 with

a Reduced Number of Rounds. N-5020 Bergen, CH-5210 Windisch, 2001. Departement of Informatics Universitas Of Bergen, FH-Aargau.

[3] R. Maini and J. Sohal. Performance Evaluation of Prewitt Detector for Noisy Images. volume 6, page 1, Punjabi Uni-versity, Patiala-147002 (India), Dec. 2006. University Col-lege of Engineering, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2005.

[4] F. Nugroho. PENGENALAN WAJAH DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACK PROPOGATION. page 1, YOGYAKARTA, 18 June 2005. STMIK AKAKOM, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2005. [5] F. Nugroho. PENGENALAN WAJAH DENGAN

JARINGAN SARAF TIRUAN BACK PROPOGATION. page 3, YOGYAKARTA, 18 June 2005. STMIK AKAKOM, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2005. [6] N. Senthilkumaran and R. Rajesh. Edge Detection

Tech-niques for Image Segmentation - A Survey of Soft Com-puting Approaches. volume 1, page 2, Coimbatore - 640 046, India, May 2009. School of Computer Science and Engineering,Bharathiar University, International Journal of Recent Trends in Engineering.

[7] Z. S. G. Tari, J. Shah, and H. Pien. Extraction of Shape Skeletons from Grayscale Images. pages 12–15. North-eastern University Boston, Draper Laboratory Cambridge, 1997.

Gambar

Fig. 2. Template dari Prewitt deteksi tepi sensitif terhadap tepi 0 0 dan 45 0
Fig. 5. Enkripsi

Referensi

Dokumen terkait

a. Jenis penelitian ini diperuntukkan bagi dosen baru dengan kepangkatan asisten ahli. Selain untuk kepentingan akademik, adanya penelitian ini juga dimaksudkan

pesantren menganggap politik bisa dijadikan sebagai salah satu alat perjuangan dan mempermudah dakwah mereka, mereka berpendapat partai politik sebagai alat perjuangan

Pada dasarnya kondisi hidrologi Kota Palopo dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu air laut pada daerah pesisir (bagian timur kecamatan), dan air permukaan yang

[r]

Kerusakan mekanis yang terjadi pasca transportasi adalah 20.87% untuk jambu air pada kemasan kontrol (petani), 7.70% pada kemasan hasil rancangan dengan

Dengan alur proses tersebut, minat pembaca terhadap suatu aplikasi media publikasi komik digital sangat bergantung pada kualitas komik yang disediakan serta konsistensi dari

Kasein merupakan hasil pengolahan susu yang larut dalam larutan alkali dan asam pekat, mengendap dalam asam lemak, dan tidak larut dalam air, digunakan dalam

Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru Al-Qur’an Hadits dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa adalah dengan bekerjasama dengan lembaga pendidikan lain,