• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review Dokumen. Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang keciptakaryaan Kota Palopo Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Review Dokumen. Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang keciptakaryaan Kota Palopo Tahun"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

VI - 1

Bab VI

Profil Kota Palopo

6.1 Geografis dan Adminitrasi Wilayah

Kota Palopo terletak di bagian utara wilayah Provinsi Sulawesi Selatan atau disebelah utara Kota Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan) dengan jarak tempuh antara 6-7 jam (366 km). Kota Palopo secara geografis terletak antara 2º53’15” - 3º04’08” Lintang Selatan dan 120º03'10" - 120º14'34" Bujur Timur. Kota Palopo yang merupakan daerah otonom kedua terakhir dari empat daerah otonom di Tanah Luwu.

Adapun batasan administrasi wilayah Kota Palopo terdiri dari :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatam Bua Kabupaten Luwu

 Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone dan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tondon Nanggala Kabupaten Toraja Utara.

Luas wilayah administrasi Kota Palopo sekitar 258,52 km2 atau seluas 0,39% dar luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Seccara administratif terbagi menjadi 9 kecamatan dan 48 kelurahan.

(2)

VI - 2

Gambar 6.1. Peta Administrasi Kota Palopo

(3)

VI - 3 6.2 Demografi

Penduduk Kota Palopo pada akhir 2013 tercatat sebanyak 160.819 jiwa, secara terinci menurut jenis kelamin masing-masing 78.509 jiwa laki-laki dan 82.310 jiwa perempuan, dengan demikian maka Rasio Jenis Kelamin sebesar 95,38 angka ini menunjukkan bahwa bilamana terdapat 100 penduduk perempuan ada 95-96 penduduk laki-laki.

Tabel 6.1

Jamlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Palopo Tahun 2013

Kecamatan Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) Wara Selatan Sendana Wara Wara Timur Mungkajang Wara Utara Bara Tellu Wanua Bwara Barat 5.073 3.047 16.518 16.690 3.599 9.935 12.302 6.263 5.082 5.649 3.010 17.883 17.536 37.58 10.679 12.728 6.086 4.981 10.722 6.057 34.401 34.226 7.357 20.614 25.030 12.349 10.063 1.006 163 2.994 2.833 137 1.948 1.072 360 186 Jumlah 78.509 82.310 160.819 650

Sumber: Kota Palopo dalam Angka 2014

Berdasarkan tabel 6.1 menunjukkan penyebaran penduduk Kota Palopo di setiap kecamatan sangat tidak merata atau cukup bervariasi. Kepadatan penduduk di Kota Palopo 650 jiwa/km2. Kecamatan dengan kepadatan tertinggi Kecamatan Wara dengan 2.994 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah Kecamatan Mungkajang yaitu 137 jiwa/km2.

Tabel 6.2

Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kota Palopo Tahun 2010-2013

Kecamatan 2010 2011 2012 2013 Wara Selatan Sendana Wara 10.124 5.732 30.983 10.226 5.790 31.335 10.448 5.915 32.026 10.722 6.057 34.401

(4)

VI - 4 Wara Timur Mungkajang Wara Utara Bara Tellu Wanua Bwara Barat 30.997 6.981 19.006 22.750 11.701 9.403 31.308 7.052 19.203 23.190 11.819 9.496 31.998 7.205 19.628 23.701 12.076 9.706 34.226 7.357 20.614 25.030 12.349 10.063 Jumlah 147.677 149.419 152.703 160.819

Sumber: Kota Palopo dalam Angka 2014

Berdasarkan tabel 6.2 menunjukkan pertumbuhan jumlah penduduk Kota Palopo tahun 2010-2013. Pertumbuhan penduduk tahun 2011 sebesar 1.742 jiwa (1,18%), tahun 2012 sebesar 3.284 jiwa (2,2%) dan tahun 2013 meningkat sebesar 8.116 jiwa (5,31%). Tampak peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2010-2013 cukup signifikan dengan pertumbuhan penduduk pertahun rata-rata sebesar 2,9 persen.

6.3 Gambaran Topografi

Kondisi topografi Kota Palopo berada pada ketinggian 0-1.500 meter dari permukaan laut, dengan bentuk permukaan datar hingga berbukit dan pegunungan. Tingkat kemiringan lereng wilayah cukup bervariasi yaitu 0 – 2%, 2 – 15%, 15 – 40% dan kemiringan diatas 40%. Kondisi topografi (ketinggian dan kemiringan lereng) tersebut dipengaruhi oleh letak geografis kota yang merupakan daerah pesisir pada bagian Timur, sedangkan pada bagian barat merupakan daerah berbukit.

Sebagian besar wilayah Kota Palopo merupakan dataran rendah, sesuai dengan keberadaannya sebagai daerah yang terletak di pesisir pantai. sekitar 62,85 % dari luas Kota Palopo merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0–500 m dari permukaan laut, 24,00 % terletak pada ketinggian 501– 1000 m dan sekitar 14,00 % yang terletak diatas ketinggian lebih dari 1000 m.

Keadaan permukaan tanah bergunung dan berbukit terutama pada sebelah Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Toraja Utara. Daerah dengan

(5)

VI - 5

kondisi topografi relatif rendah dan berbukit pada bagian Utara, sedangkan pada bagian timur merupakan daerah pantai yang membujur dari Utara ke Selatan dengan panjang pantainya kurang lebih 25 Km. Bagian Selatan berbukit terutama bagian Barat, sedangkan bagian lainnya merupakan dataran rendah yang datar dan bergelombang.

Ada tiga kecamatan yang sebagian besar daerahnya merupakan daerah pegunungan yaitu Kecamatan Sendana, Kecamatan Mungkajang dan Kecamatan Wara Barat, sedangkan enam kecamatan lainnya sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah. Selanjutnya dari segi luas nampak bahwa kecamatan terluas adalah Kecamatan Wara Barat dengan luas 54,13 km2 dan yang tersempit adalah Kecamatan Wara Utara dengan luas 10,58 km2.

Kemiringan Lereng merupakan bentuk dari variasi perubahan permukaan bumi secara global, regional atau di khususkan dalam bentuk suatu wilayah tertentu variabel yang di gunakan dalam pengidentifikasian kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng, titik ketinggian di atas muka laut dan bentang alam berupa bentukan akibat gaya satuan geomorfologi yang bekerja.

Secara definisi bahasanya lereng merupakan bagian dari bentang alam yang memiliki sudut miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu, sehingga dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa dari sudut (kemiringan) lereng merupakan suatu variabel beda tinggi antara dua tempat, yang di bandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Kemiringan lereng Kota Palopo dilihat dari titik ketinggiannya di atas permukaan air laut. antara 0-25, 26-100, 101-500, 501-1000 dan 1000+. Adapun luas daerah dan ketinggian daerah di Kota Palopo dapat dilihat pada tabel 6.3 di bawah ini:

Tabel 6.3

Luas Daerah dan Ketinggian Daerah di Kota Palopo

No Kecamatan Luas Area (Km²) Ketinggian Daerah 0-25 (Km²) 26-100 (Km²) 101-500 (Km²) 501-1000 (Km²) 1000+ (Km²) 1 Wara Selatan 10,66 7,462 1,066 - 2,132 - 2 Sendana 37,09 5,564 - 22,254 9,272 -

(6)

VI - 6 3 Wara 11,49 11,490 - - - - 4 Wara Timur 12,08 12,080 - - - - 5 Mungkajang 53,80 2,690 - 16,140 13,450 21,520 6 Wara Utara 10,58 6,348 2,116 2,116 - - 7 Bara 23,35 7,005 2,335 14,010 - - 8 Tellu Wanua 34,34 24,038 3,434 6,868 - - 9 Wara Barat 54,13 - - 5,413 35,184 13,533 Jumlah 247,52 76,677 8,951 66,801 60,038 35,053

Sumber: Kota Palopo dalam Angka 2014

6.4 Geohidrologi

Keadaan Hidrologi di Kota Palopo umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari Sungai Bambalu/Sungai Battang, Sungai Latuppa, Sungai Boting dan anak sungai serta mata air dengan debit yang bervariasi. Disatu sisi keberadaan sungai-sungai tersebut sangat potensi dikembangkan bagi kepentingan pariwisata, misalnya wisata permandian alam dan rafting.

Kondisi hidrologi Kota Palopo secara umum adalah sebagai berikut :

 Air tanah pada umumnya terdapat pada kedalaman 40-100 meter

 Air Permukaan pada umumnya berupa sungai dan genangan-genangan. Kota Palopo memiliki enam wilayah DAS yaitu DAS Purangi, DAS Bua, DAS Songkamati, DAS Pacangkuda, DAS Boting dan DAS Salubattang. Keenam DAS tersebut dapat disajikan pada tabel 6.4.

Tabel 6.4

Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kota Palopo

Nama DAS Luas (ha)

DAS Purangi 1.037

DAS Bua 1.168,04

DAS Songka Mati 136,20

(7)

VI - 7

DAS Boting 3.087,25

DAS Salubattang 13.760,59

Luas Total 25.601,88

Sumber : Dokumen RTRW Tahun 2012-2032

Potensi sumber daya air di wilayah Kota Palopo yang telah termanfaatkan oleh penduduk dalam kehidupan kesehariannya untuk berbagai keperluan bersumber dari air tanah dangkal (air permukaan dan air tanah dangkal/permukaan dapat berupa air sungai, sumur, rawa-rawa, bendungan, mata air dan lain sebagainya, sedangkan potensi air tanah dalam dengan pemanfaatan air melalui pengeboran.

Pada dasarnya kondisi hidrologi Kota Palopo dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu air laut pada daerah pesisir (bagian timur kecamatan), dan air permukaan yang merupakan daerah lintasan Sungai Amassangang, yang melintas dari arah Barat ke bagian Timur wilayah kecamatan. Untuk kebutuhan air baku sebagian besar masyarakat memanfaatkan beberapa sumber mata air dan air tanah dangkal (sumur). Umumnya air tanah dangkal memiliki kedalaman 5-7 meter, sedangkan untuk air tanah dalam digunakan sumur bor dengan kedalaman 15–30 meter. Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengolahan air bersih yang layak konsumsi.

Potensi sumberdaya air di Kota Palopo selain dipengaruhi oleh kondisi klimatologi wilayah, juga dipengaruhi oleh beberapa aliran sungai yang melintas pada beberapa kawasan. Potensi sumber daya air tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian dan sumber air baku untuk kebutuhan lainnya. Lebih jelas mengetahui kondisi hidrologi / daerah aliran sungai Kota Palopo dapat dilihat pada gambar 6.2.

(8)

VI - 8

Gambar 6.2. Peta Daerah Aliran Sungai Kota Palopo

(9)

VI - 9 6.5 Geologi

Berdasarkan hasil pengamatan langsung dan pengumpulan data di lapangan terhadap kondisi jenis tanah di Kota Palopo dapat diindentifikasi bahwa jenis tanah yang ada pada umumnya merupakan jenis tanah alluvial yang dapat ditemukan penyebarannya sepanjang pantai dari Kecamatan Wara Utara, Kecamatan Wara Selatan dan Kecamatan Telluwanua. Selain jenis tanah alluvial juga terdapat jenis tanah tergolong mediteran coklat yang merupakan jenis yang produktif dengan tingkat kedalaman efektif tanah antara 20-60 cm dengan tekstur tanah kasar terdiri atas batuan yang secara umum berlokasi di daerah pinggiran Kota Palopo dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk kegiatan pertanian.

Struktur batuan di Kota Palopo pada umumnya terdiri dari 3 jenis batuan beku. Batuan metamorf, batuan vulkanik dan endapan alluvial yang hampir mendominasi seluruh wilayah Kota Palopo. Batuan beku yang dijumpai secara umum terdiri dari intrusi batuan beku granit dan gebro serta beberapa intrusi kecil lainnya. Kemudian dijumpai pula batua beku yang merupakan jejak aliran larva yang telah membeku yang bersusunan balstik hingga andesitik.Batuan sedimen yang dijumpai meliputi batu gamping, batu pasir, dan konglomerat, sedangkan batuan metamorf yang dijumpai meliputi batuan meta sedimen. Batuan vulkanik yang dijumpai terdiri dari tufa dan breksi vulkanik. Sedangkan endapan-endapan alluvial terdiri dari material-matrial bersusunan berangkal, kerakai, kerikil, pasir hingga lempung, kondisi geologi ini akan menunjukkan potensi lahan yang dapat digunakan untuk mendukung pembangunan dan bangunan Kota Palopo.

Diwilayah Kota Palopo mempunyai struktur batuan yang merupakan bahan galian sebagai bahan induk pembentuk tanah, secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Bahan tanah liat untuk pembentuk batu bata, banyak diupayakan oleh masyarakat di areal sawah di Kecamatan wara, wara selatan.

b. Batuan endapan sungai berupa sirtu (pasir dan batu), banyak terdapat di sungai latuppa didominasi oleh batuan beku yang merupakan batuan sedimen beku, ukurannjya bervariasi dari yang sangat besar sampai yang kecil dan merupakan pecahan batu sampai butiran.

(10)

VI - 10

c. bahan galian atau butiran emas, terdapat di sungai latuppa pada bagian hulu di atas bukit, merupakan daerah bekas penambangan emas di beberapa tempat pada zaman belanda. Dan pada saat ini masih diusahan oleh masyarakat secara tradisional.

d. Batuan sedimen, menyebar di bagian barat yang berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja

e. Batuan terobosan, yang menyebar di bagian utara yang merupakan daerah pegunungan.

Jenis batuan lainnya yang merupakan pelapukan bahan pembentuk tanah, yang mempunyai kandungan potensial di Kota Palopo, adalah:

a. Batuan gamping dan marmer (limestone dan marble), dimana lokasi penyebarannya di Kecamatan Telluwanua.

b. Batuan Granit dan Granodiorit, untuk bahan bangunan lantai rumah, batu hias dinding dan sebagainya serta untuk pengerasan jalan (aggrogat) dimana lokasi penyebarannya di Kecamatan Wara dan Wara Selatan. c. Batu sabak, filit, kuarsil, batu gamping, dan batu lamau, terdapat di

Kecamatan Wara, Wara Utara dan Bagian Barat Kota Palopo.

Jenis batuan ini dikelompokkan menurut umur pembentukannya yang diurut dari batuan yang termuda hingga yang tertua, maka batuan-batuan ini tersusun atas 5 (lima) kelompok, yaitu;

a. Kelompok endapan alluvial (termasuk didalamnya endapan Qal atau terumbu lokal) yang termasuk didalamnya endapan alluvial berupa karakal, kerikil, pasir dan batu, serta terumbu koral yang tersebar disepanjang pantai adan alur aliran sungai latuppa.

b. Batuan Tmb; terdiri dari napal dan sisipan batu gamping setempat-tempat, mengandung batu pasir gamping, konglomerat dan breksi. Selain itu terdapat beberapa kelompok intrusi batuan beku yang terdiiri dari batuan beku granit dan gabro. Batuan granit ini dijumpai pada Kecamatan Wara dan Kecamatan Telluwanua.

c. Batu Tol, yaitu kelompok batuan hasil pembukuan aliran larva yang bersusun balastik hingga andesitic, kemudian breksi vulkanik, batu

(11)

VI - 11

pasir dan batu lamau, serta batuan setempat-tempat mengandung fieldsphatoid. Batuan ini terususun di Bagian Selatan Kota Palopo dan banyak tersebar di daerah Kecamatan Wara Selatan.

d. Batuan Tet, yaitu terdiri dari serpih, batu gamping dan batu pasir dengan sisipan konlomerat. Kelompok batuan ini terdapat di Kecamatan Wara dan Kecamatan Telluwanua.

e. Batuan TKI, yaitu terdiri dari batuan-batuan yang mengalami metamorfisme, antara lain serpihan, filit, rijang, marmer, kuarsit dan beberapa bagian di utara Kota Palopo masuk dalam wilayah Kecamatan Wara dan Kecamatan Wara Selatan.

Persebaran kelompok batuan seperti tersebut diatas digambarkan dalam Peta Sebaran Batuan Kota Palopo pada gambar berikut :

(12)

VI - 12

Gambar 6.3. Peta Sebaran Batuan Kota Palopo

(13)

VI - 13 6.6 Klimatologi

Pada umumnya, Kota Palopo mempunyai iklim tropis basah yang sama seperti keadaan di Kabupaten Luwu atau di Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya, dengan kelembaban udara bervariasi antara 78,8%-85% tergantung dari lamanya penyinaran matahari yang bervariasi antara 5,2-8,5 jam/hari.Keadaan iklim dan curah hujan umumnya dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan laut. Iklim di Kota Palopo merupakan iklim subtropis dengan suhu rata - rata 29oC sampai 31oC. Suhu maksimum terjadi pada bulan Juli hingga September mencapai 31oC, dan suhu minimum terjadi pada bulan Januari hingga Juni dan Oktober hingga Desember dengan suhu rata-rata 29–30 o

C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu rata-rata Kota Palopo tergolong rendah.

Berdasarkan data curah hujan Kota Palopo dari Badan Meteriologi dan Geofisika di pusat pencatatan di wilayah Pelabuhan Tanjung Ringgit Kota Palopo, menunjukkan curah hujan untuk daerah dataran rendah mempunyai variasi antara 500-1000 mm/tahun, sedangkan untuk daerah hulu (pegunungan) berkisar antara 1000-2000 mm/tahun.Kondisi hari hujan harian di Kota Palopo tidak menentu karena udara dan butir air yang diuapkan dari laut mengumpul menjadi awan dan mengenai pegunungan, akhirnya menjadi hujan sewaktu-waktu di Kota Palopo.

Sedangkan keadaan curah hujan umumnya dinilai berdasarkan intensitas curah hujan dan banyaknya hari hujan setiap bulan. Intensitas curah hujan di Kota Palopo pada setiap bulannya memiliki kelembaban yang beragam, intensitas curah rata-rata 2.391 MmHg. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dan bulan Desember yang mencapai 434 hingga 396 MmHg. Sedangkan hari hujan rata-rata 14 hari hujan setiap bulannya. Data curah hujan dan banyaknya hari hujan pada tahun 2008 dapat lihat pada tabel berikut :

Tabel 6.5

Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan di Kota Palopo Tahun 2012

Bulan Curah Hujan (MM) Hari Hujan (HH)

Januari 276 25

(14)

VI - 14 Maret 191 20 April 369 23 Mei 251 14 Juni 229 19 Juli 52 6 Agustus 15 5 September 14 3 Oktober 9 1 November 434 11 Desember 396 25 Rata-rata 2.391 165

Sumber : Dokumen RPIJM Kota Palopo Tahun 2013

6.7 Sosial dan Ekonomi 6.7.1 Sosial

A. Pendidikan

Bidang pendidikan, status pendidikan penduduk Kota Palopo usia 7-24 tahun pada tahun 2013 sebanyak 61.281 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 236 orang tidak/belum pernah sekolah, 25.126 orang berstatus sekolah dan 14.381 orang tdak bersekolah lagi. Jumlah sekolah di Kota Palopo sebanyak unit, masing-masing 76 unit SD, 20 unit SLTP, 13 unit SLTA, 19 unit SMK. Selain itu terdapat 4 unit MI dan 7 unit MTs dan 1 unit MA. Sedangkan jumlah universitas/perguruan tinggi sebanyak 9 dan 5 unit sekolah jenjang pendidikan akademi/diploma.

Untuk kegiatan pendidikan yang kemungkinan dapat memacu perkembangan daerah sekitarnyayaitu di sekitar jalan Jend. Sudirman,Jl. Abdul Razak, Jl. Anggrek dan Jl. DR. Ratulangi. Di kawasan – kawasan ini terdapat beberapa perguruan tinggi seperti Universitas danSekolah Tinggi , seperti Universitas Muhammadya, STIKIP Cokroaminoto, STIK Kesehatan, STAIN Palopo. Selain itu juga terdapat kawasan baru kegiatan pendidikan

(15)

VI - 15

menengah yaitu di Kelurahan Maroangin yaitu adanya pengembangan SMK yang terpadu dengan BBI.

Sampai saat ini, Kota Palopo telah mampu memanuhi kebutuhan pendidikan bagi warganya mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi, sehingga untuk warga di sekitar Palopo (kabupaten dan bakorwil) yang menginginkan pendidikan yang lebih memadai atau lebih tinggi daripada yang dimiliki di wilayahnya, biasanya memilih atau melanjutkan di Kota Palopo. Diantara banyak sekolah yang ada di Kota Palopo yang banyak menjadi pilihan warga sekitar Palopo (Luwu, Luwu Utara, Toraja Utara dan lainnya) seperti SMU Negeri 1, 2 dan 3, SMK 1 dan 3, SMK Keperawatan/Kebidanan/Farmasi, Universitas Andi Djemma, Universitas Muhammadya, STIK/Akademi Kesehatan/ Kebidanan dan Universitas Veteran Cokroaminoto. Fasilitas ini berlokasi di Jl. Imam Bonjol, Jl. Andi Djemma, Jl. DR. Ratulangi , Jl. Anggrek, Jl. Balai Kota, Jl. Ahmad Razak dan jl. Jend. Sudirman dan Jl. Tandipau.

B. Kesehatan

Bidang kesehatan, tersedianya sarana kesehatan yang cukup memadai tentu sangat menunjang peningkatan kesehatan masyarakat. Rumah sakit yang ada di Kota Palopo sebanyak 2 unit. Sampai 2013 jumlah tenaga kesehatan tercatat sebanyak 495 orang yang bertugas pada Dinas Kesehatan dan Puskesmas.

Terdapat berbagai macam fasilitas kesehatan di Kota Palopo yang melayani kebutuhan pengobatan kesehatan bagi warga Palopo, antara lain mulai puskesmas, praktek dokter, bidan, rumah sakit bersalin hingga rumah sakit umum baik milik Pemerintah Daerah Kota Palopo (RSUD Sawerigading lama), RSU Tentara (Milik ABRI), RSU Regional Rampoang dan Rumah Sakit Ad-Medika, ST. Madyan. Fasilitas ini tersebar di Jl. DR. Ratulangi , Jl. Andi Djemma dan Jalan Andi Kambo. Fasilitas RSU Regional Sawerigading mempunyai perlengkapan peralatan dan tenaga medis yang paling lengkap diantara fasilitas kesehatan lainnya, sehingga rumah sakit ini sering dijadikan

(16)

VI - 16

sebagai rujukan bagi warga yang memerlukan pengobatan lebih memadai. Rumah sakit ini juga mempunyai pelayanan dengan skala regional, khususnya meliputi Kota Palopo, Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan Toraja Utara dan Tana Toraja, dll.

c. Keagamaan

Bidang keagamaan, Kota Palopo adalah daerah yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Jumlah masjid sampai tahun 2013 sebanyak 172 unit, gereja 73 unit, tempat peribadatan umat Budha 2 unit dan Hindu 1 unit.

6.7.2 Ekonomi

Bidang ekonomi, hingga tahun 2013 perekonomian Kota Palopo menunjukkan perkembangan yang terus membaik. Hal ini terlihat dari nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2013, PDRB Kota Palopo atas dasar harga berlaku sebesar 3,08 triliun rupiah atau naik sebesar 444,1 milyar rupiah dari tahun sebelumnya. Meskipun demikian kontribusi yang diberikan terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan sangat kecil, kontribusinya sekitar 1,71 persen.Perbandingan perkembangan PDRB perkapita selama 3 tahun dapat dilihat pada tabel 6.6

Tabel 6.6

PDRB Perkapita Kota Palopo dan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011-2013 (rupiah)

Tahun Kota Palopo Prov. Sul Sel

2011 15.291.036 16.929.022

2012 17.272.388 19.465.540

2013 19.162.176 22.150.805

(17)

VI - 17

Selama periode 2009-2013, pertumbuhan ekonomi Kota Palopo sangat baik. Secara rata-rata pertumbuhannya sebesar 8,2 persen. Rata-rata pertumbuhan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan yang mencapai 7,62 persen. Hal ini menginindikasikan bahwa kinerja ekonomi Kota palopo selama periode tersebut cenderung lebih baik bila dibandingkan dengan kinerja ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan.

Gambar

Gambar 6.1. Peta Administrasi Kota Palopo
Gambar 6.2. Peta Daerah Aliran Sungai Kota Palopo
Gambar 6.3. Peta Sebaran Batuan Kota Palopo

Referensi

Dokumen terkait

mengalami tindakan bullying adalah siswa yang memiliki tingkat. asertifitas

akan dilakukan ini berjudul : “ Pengaruh Citra Perusahaan dan Atribut Produk Terhadap Keputusan Menabung Nasabah Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat terdapat perbedaan kemampuan disposisi matematis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal ini menunjukkan

Dalam pembelajaran, macromedia flash merupakan gabungan konsep pembelajaran dengan teknologi audio-visual yang mampu menghasilkan fitur-fitur baru yang dapat

Secara ekonomis, penggunaan faktor produksi ternak, konsentrat, tenaga kerja dan perawatan biogas belum mencapai efisiensi ekonomi, sedangkan faktor produksi hijauan, biaya

Göz ucuyla Murat’ın Hayat’ın arkasındaki derinlikte belirdiğini fark eden Didem, genç adamı görmemiş gibi yapıp konuşmayı sürdürecek ve yine o masum/mazlum

Berdasarkan data diatas diperoleh kesimpulan bahwa zeolit teraktivasi terbaik yang digunakan untuk menurunkan salinitas air payau adalah zeolit alam teraktivasi ammonium nitrat 2 N

Hasil analisis pada uji homogenitas ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna dalam karakteristik responden pada kedua kelompok sehingga membantu