LAPORAN TUGAS AKHIR
INOVASI KEPATUHAN WAJIB PAJAK USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA
OLEH :
NAMA : AJI SETYA WIGUNA NIM : 152600005
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Adminitrasi Perpajakan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
ABSTRAK
INOVASI KEPATUHAN WAJIB PAJAK USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 terhadap kepatuhan dan penerimaan pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.
Data penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara dan dokumentasi. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dari tahun 2015 – 2017.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak, dan kontribusi PP Nomor 46 Tahun 2013 terhadap penerimaan pajak meningkat. Secara keseluruhan, pertumbuhan kepatuhan Wajib Pajak mengalami perubahan signifikan yaitu dari sebesar 5,43% menjadi 6,02%. Sedangkan untuk kontribusi terhadap penerimaan pajak juga meningkat sebesar ±2,75% yaitu dari sebesar 6,69% menjadi 9,44%.
Kata Kunci: UMKM, PP Nomor 46, Kepatuhan Wajib Pajak, Penerimaan Pajak
ABSTRACT
THE INNOVATION OF TAXPAYER COMPLIANCE OF MICRO SMALL MEDIUM ENTERPRISES (SMEs) TO FULFILLMENT OF TAX OBLIGATIONS IN
KPP PRATAMA MEDAN POLONIA
Micro Small Medium Enterprises (SMEs) is a bussiness activity that is able to expand employment, stimulate economic growth, and play a role in realizing national stability. This study aims to analyse and to know the influence of application government regulation number 46 year 2013 at growth of individual taxpayers and tax revenue of Micro Small Medium Enterprises in KPP Pratama Medan Polonia.
This research uses qualitative method. The methode of collecting the data is interview and documentation. The data of this research used the primary data and secondary data since 2015 until 2017.
The results of this study indicate that the level of taxpayer compliance, and the contribution of PP Number 46 year 2013 to tax revenue indeed increased. Overall, the growth of taxpayer compliance experienced a significant change from 5,43% to 6,02%. As for the contribution to tax revenue also increased by ± 2,27% ie from 6.69% to 9,44%.
Keywords: SMEs, Government Regulation Number 46 year 2013, Growth of Individual Taxpayers, Tax Revenue
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan berkat dan limpahan rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan dan keselamatan serta pengetahuan, kemampuan dan senantiasa memberikan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Inovasi Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”. Penulisan Tugas Akhir ini ialah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis telah banyak menerima bantuan moril, spiritual, dorongan serta bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak yang sangat berperan aktif mulai dari tahap awal hingga selesainya Tugas Akhir ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulisan mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Husni Thamrin, S.Sos., M.S.P selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Kariono, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu saya serta membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini dari awal hingga selesai.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan terutama dibidang perpajakan kepada penulis dari
7. Ibu Diana Irmawati yang telah banyak membantu penulis dalam pengurusan berkas- berkas dalam rangka penyelesaian Tugas Akhir.
8. Teristimewa kepada Ayah saya Johan Wahyudi dan Ibu saya Dwy Astuti yang selalu memberikan semangat dan motivasi dan yang tidak pernah lelah mengasihi, mendoakan dan memberikan dukungan yang luar biasa bagi penulis dalam menjalani masa perkuliahan dan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Kepada abang dan adik penulis Widy Pranda, Kannya Salsabillah Tasya, Azly Fadhillah Pasha dan Razky Diaz Ramadhan yang selalu memberikan semangat motivasi dan dukungan kepada penulis.
10. Kepada Doharman Lumbanbatu yang selalu memberikan dukungan, cinta kasih, bantuan dan yang selalu menyemangati penulis dalam proses penulisan Tugas Akhir ini sampai selesai.
11. Kepada teman-teman penulis yang selalu memberikan semangat dan masukan kepada penulis dalam masa perkuliahan dan proses penulisan Tugas Akhir.
12. Seluruh keluarga besar dari Ayah dan Ibu penulis yang turut membantu dan selalu memberikan dukungan, motivasi dan mendoakan penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.
13. Seluruh mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang selama ini memberikan dukungan kepada penulis dan berjuang bersama dalam menuntut ilmu.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari kekurangan dan kelemahan baik dalam teknik penulisan maupunisi, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Medan, Juni 2018 Penulis
Aji Setya Wiguna
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ...i
ABSTRAK ...ii
KATA PENGANTAR ...iv
DAFTAR ISI ...vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang LaporanTugas Akhir ...1
B. Batasan Masalah ...5
C. Tujuan dan Manfaat Laporan Tugas Akhir ...6
D. Uraian Teoritis Laporan Tugas Akhir ...7
E. Metodologi Penelitian Laporan Tugas Akhir ...14
F. Sistematika Pembahasan ...15
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ...17
B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Serta Nilai-Nilai Kementerian Keuangan ...21
C. Letak Geografis Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ...22
D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ...23
E. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ...24
BAB II PENYAJIAN DATA A. Usaha Mikro Kecil Menengah ...29
B. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 ...36
C. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018 ...46
D. Sistem Pemungutan Pajak UMKM ...48
E. Kepatuhan Wajib Pajak ...51 F. Tindak Pidana Bidang Usaha Mikro Kecil Menengah ...52 G. Hasil Wawancara ...55
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Wajib Pajak Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Polonia ...63
B. Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dan Tingkat Pelaporan Terhadap Penerimaan Pajak Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2013 di KPP Pratama Medan Polonia
...64
C. Penerimaan PPh Final Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 Berdasarkan Sektor Pajak di KPP Pratama Medan Polonia
...67
D. Analisis Perbandingan Tingkat Pendaftaran dan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia
...70
E. Strategi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak ...77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...79 B. Saran ...80
DAFTAR PUSTAKA 81
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ...31 Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) di KPP Pratama Medan Polonia ...61
Tabel 4.2 Statistik Penerimaan Pajak PP Nomor 46 Tahun 2013 dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang Lapor SPT di KPP Pratama Medan Polonia ...62
Tabel 4.3 Data Penerimaan PPh Pasal 25/29 dan Penerimaan Pajak PP 46/2013 ...65
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang usaha yang dapat berkembang dan konsisten dalam perekonomian nasional. UMKM menjadi wadah yang baik bagi penciptaan lapangan pekerjaan yang produktif. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (ketrampilan) pekerja, dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) masih memegang peranan penting dalam perbaikan perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha, penciptaan lapangan kerja, maupun dari pertumbuhan ekonomi nasional yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB).
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berperan dalam penyerapan tenaga kerja, dan pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Keberadaan sektor usaha mikro kecil dan menengah bukan hanya dianggap sebagai tempat penampungan sementara bagi para pekerja yang belum masuk ke sektor formal, tetapi juga sebagai motor pertumbuhan aktivitas ekonomi. Hal ini dikarenakan jumlah penyerapan tenaga kerjanya yang demikian besar.
Mengingat pengalaman Indonesia selama krisis ekonomi, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UMKM.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan sektor informal merupakan salah satu laju kekuatan pendorong dan pembangunan perekonomian, fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya, mereka juga cukup kreatif dalam meningkatkan jumlah produksi dengan cara menambah jenis produksi dan memberi kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan.
Salah satu penyebab UMKM mampu bertahan selama krisis ekonomi periode 1997- 2003 adalah mayoritas UMKM lebih mengandalkan pembiayaan non bank. Saat ini, UMKM mendapatkan sebagian besar pinjaman dana bank. Melalui pajak atas omzet (bruto), membuat UMKM harus lebih siap menghadapi krisis dari sebelumnya. Walaupun skema pajak berbasis omzet lebih sederhana, hal ini dapat menjadi asal dari kesulitan UMKM untuk dapat lepas dari krisis saat ini. Karenanya, seiring berkembangnya UMKM ke depan, diperlukan sebuah
skema baru pajak berbasis pendapatan yang tidak terlalu sederhana namun cukup dapat diterima oleh para pelaku UMKM.1
Sampai saat ini permasalahan yang dihadapi oleh UMKM adalah masalah permodalan.
Perkembangan UMKM dari waktu ke waktu secara rutin harus dilakukan pengkajian, penyempurnaan dan peningkatan. Permasalahan permodalan itu terjadi akibat tidak adanya titik temu UMKM di Indonesia antara lain masih belum menjalankan bisnisnya dengan prinsip-prinsip manejemen modern, tidak/ belum memiliki badan usaha resmi, serta keterbatasan aset yang dimiliki. Relatif tingginya suku bunga bunga perbankan, prosedur serta persyaratan yang cenderung sulit untuk dipenuhi, serta tidak adanya jaminan menjadi alasan utama bagi sebagian besar UMKM untuk tidak mengajukan kredit kepada perbankan.
Selain permodalan, permasalahan yang dihadapi oleh UMKM adalah bagaimana dan di mana produk itu dipasarkan. Konsentrasi pemasaran tidak lagi sekedar bagaimana produk itu sampai kepada pelanggan, akan tetapi lebih fokus pada apakah produk itu dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang berujung pada kepuasan pelanggan. Strategi pemasaran yang efektif, salah satunya dapat dilihat dari stabilitas tingkat penjualan dari tahun ke tahun sesuai dengan kuantitas produk yang mampu diproduksi oleh perusahaan.
Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Sebaliknya bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih.2
Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor privat (perusahaan) ke sektor publik (pemerintah dan masyarakat). Pemindahan sumber daya tersebut tentu akan mempengaruhi daya beli atau kemampuan belanja (penurunan modal operasional). Agar tidak terjadi gangguan yang serius terhadap jalannya perusahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik.
Menurut PJA. Adriani : Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan- peraturan, dengan mendapat prestasi- kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
1Wijono W. W., “Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan, Kajian Ekonomi dan Keuangan”, Penelitian, (2005).
pengeluaran- pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.3
Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public invesment.4
Pemerintah yang mengatur perlakuan khusus Pajak Penghasilan Untuk Usaha, Kecil, Mikro dan Menengah atau UMKM. Peraturan Pemerintah tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, yang diterbitkan pada tanggal 12 Juni 2013.
Dalam pasal 2 ayat (2) PP No. 46 Tahun 2013 disebutkan bahwa yang menjadi Wajib Pajak Penghasilan Final sebesar satu persen ini adalah Wajib Pajak Orang pribadi atau badan bukan termasuk Badan Usaha Tetap. Peredaran bruto dalam satu tahun tidak melebihi Rp.
4.800.000.000 (Empat Milyar Delapan Ratus Juta Rupiah).
Belum lama ini Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018 yang menetapkan penurunan pajak penghasilan (PPh) Final bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari 1% menjadi 0,5%. Kebijakan ini mulai berlaku efektif untuk peredaran usaha UMKM yang dimulai 1 Juli 2018.
Peraturan Pemerintah (PP) tersebut mengatur pengenaan pajak penghasilan (PPh) Final bagi wajib pajak yang peredaran bruto (omzet) sampai dengan Rp 4,8 miliar dalam satu tahun, yang merupakan perubahan atas ketentuan pengenaan PPh Final sebelumnya (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013).
Kebijakan ini diakui Direktorat Jenderal Pajak akan menurunkan penerimaan pajak.
Sepanjang tahun 2017 penerimaan pajak dari PPh final dengan besaran 1% sekitar Rp 5,8 triliun. Sementara realisasi penerimaan sektor perpajakan termasuk PPh migas mencapai Rp 1.339,8 triliun. Namun tujuan utama dari kebijakan ini adalah untuk menaikan tingkat kesadaran pajak khususnya pelaku usaha UMKM.
Permasalahan UMKM menurut Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas Ditjen Pajak Hestu Yoga Saksama dikutip dari Media Online DetikFinance.com, Jumat, 9 Maret
3 R. Kusuma Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung:PT Refika Aditama, 2010), cet.2, hlm.2.
4 Ibid.
2018 mengatakan banyak pelaku UMKM yang mengeluhkan tarif PPh final 1% dianggap masih tinggi. Permasalahan pajak yang dihadapi oleh UMKM di Indonesia adalah karena ketidaktahuan mereka dan pencatatan pembukuan/ keuangan yang tidak rapi sehingga menyulitkan dalam memenuhi kewajiban perpajakan yang ada. (Dikutip dari DetikFinance.com). Kemudian kaitannya dengan hal tersebut di atas, pada penerapan pajak satu persen oleh pemerintah terhadap wajib pajak UMKM di Kota Medan pun belum melakukan pencatatan dan belum ada laporan pembukuan yang baik. Padahal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu khususnya Pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa dalam hal peredaran bruto komulatif Wajib Pajak pada suatu bulan telah melebihi jumlah Rp. 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam suatu tahun Pajak, Wajib Pajak tetap dikenai tarif Pajak Penghasilan yang telah ditentukan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PP ini sampai akhir tahun Pajak yang bersangkutan.
Selain itu juga, Pasal 3 ayat (4) PP ini pun menegaskan bahwa dalam hal peredaran bruto Wajib Pajak telah melebihi jumlah Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada suatu tahun Pajak, atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak pada Tahun Pajak berikutnya dikenai tarif Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Sehingga, penerapan pajak satu persen oleh pemerintah terhadap Wajib Pajak UMKM di Kota Medan pun dari 17 Wajib Pajak UMKM ada 9 Wajib Pajak yang belum dikenakan tarif Pajak Penghasilan karena tidak adanya catatan penghasilan dan laporan pembukuan secara yang akurat.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik mengangkat judul Laporan Tugas Akhir dengan judul “Inovasi Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.
B. Batasan Masalah
1. Bagaimana Dasar Pengenaan Pajak untuk UMKM berdasarkan PP No. 23 Tahun 2018?
2. Bagaimana tingkat pendaftaran Wajib Pajak UMKM di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia?
3. Bagaimana tingkat pelaporan Wajib Pajak UMKM di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia?
4. Bagaimana perbandingan antara tingkat pendaftaran dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017?
5. Bagaimana strategi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak?
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan
a. Untuk mengetahui Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia
b. Untuk mengetahui kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia
c. Untuk mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia
2. Manfaat
Adapun beberapa manfaat dari penelitian Tugas Akhir ini, mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia. Selanjutnya, mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan tentang perpajakan khususnya tentang Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Kemudian, mahasiswa dapat meningkatkan komunikasi dan pendekatan dalam berinteraksi terlebih pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.
Manfaat juga dapat dirasakan bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yaitu menambah hubungan kerja sama antar Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Selanjutnya, sarana dalam meningkatkan kualitas mahasiswa/i di Universitas Sumatera Utara. Kemudian, untuk menambah pengetahuan dan pengembangan ilmu dalam bidang perpajakan di Prodi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara dan memberi uji nyata terhadap disiplin ilmu yang telah disampaikan melalui perkuliahan.
Manfaat selanjutnya juga dirasakan bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Polonia yaitu dapat membina kerja sama antara lembaga pendidikan dengan KPP Medan Polonia. Selanjutnya, membantu dalam menyebarluaskan informasi mengenai pajak UMKM PP 23 kepada masyarakat luas. Kemudian, sebagai bahan sajian informasi data bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia
D. Uraian Teoritis
1. Pengertian Administrasi Perpajakan
Administrasi Pajak menurut Djoned Gunadi M. adalah administrasi hukum atau legal administration, artinya administrasi yang harus dijalankan adalah bagaimana ketentuan hukum menghendaki khususnya ketentuan hukum formal perpajakan, disini administrasi pajak adalah merupakan instrument dari ketentuan formal perpajakan yang ada. Hal yang demikian ini administrasi pajak memiliki posisi yang sangat penting, tidak hanya pada pelayanan, pengawasan, dan pembinaan namun juga menyangkut hak-hak wajib yang yakin benar bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakannya dilindungi dengan administrasi yang baik.5
Administrasi Pajak dalam arti sempit adalah penatausahaan dan pelayanan terhadap kewajiban-kewajiban dan hak-hak wajib pajak, baik penatausahaan dan pelayanan tersebut dilakukan di kantor fiskus maupun di kantor wajib pajak. Yang termasuk dalam kegiatan penatausahaan (clerical works) adalah pencatatan (recording), penggolongan (classifying) dan penyimpanan (filing).
Administrasi Perpajakan menurut Ensiklopedi perpajakan oleh Sophar Lumbanturuan (2005) ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak.
Mengenai peran administrasi perpajakan, Liberti Pandiangan (2007) mengemukakan bahwa, administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasikan peraturan perpajakan, dan penerimanaan Negara sebagaimana amanat APBN.
5 Gunadi, Djoned (2005). Administrasi Perpajakan. Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah. Jakarta: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen Keuangan Republik
Perpajakan juga memiliki definisi tersendiri, menurut Mardiasmo (2013), adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1). Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakansalah satu sumber dana pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.
Dilihat secara teoritis bahwa pajak memiliki beberapa fungsi yang dikemukakan Menurut Waluyo dalam buku “Perpajakan Indonesia” (2007;6) ada dua fungsi pajak, yaitu:
a. Fungsi Anggaran (Budgeteir)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi.
Beberapa jenis pajak pusat yang dikelola oleh Direktorat Jendral Pajak meliputi : a. Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
e. Bea Materai
2. Pajak Penghasilan
Pengertian Pajak Penghasian (PPh) berdasarkan UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.
2.1 Subjek Pajak Penghasilan
Subjek pajak penghasilan adalah wajib pajak yang menurut ketentuan harus membayar, memotong, atau memungut pajak yang terutang atas objek pajak. Subjek pajak penghasilan dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: subjek pajak dalam negeri dan luar negeri. Subjek pajak dalam negeri dapat berupa orang pribadi, badan yang berkedudukan di Indonesia, dan warisan yang belum terbagi.
2.2 Objek Pajak Penghasilan
Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun. Dalam akuntansi pajak, objek pajak penghasilan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak penghasilan.
Dalam akuntansi pajak tidak semua penghasilan merupakan objek pajak penghasilan.
Beberapa bentuk penghasilan menurut akuntansi komersial sudah dibukukan sebagai penghasilan, tetapi dalam akuntansi pajak bukan merupakan penghasilanyang menjadi objek pajak penghasilan. Artinya, atas penghasilan tersebut tidak perlu lagi diperhitungkan PPh terutangnya. Adapun bentuk penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tersebut, yaitu: bantuanatausumbangan, zakat, harta hibah, warisan, harta, pemberian natura dan kenikmatan, klaim asuransi, dividen tertentu, iuran dana pensiun, penghasilan dana pensiun, pembagian laba perseroan komanditer yang tidak terbagi atas saham, bunga obligasi perusahaan reksadana, penghasilan modal ventura, dan pembebasan hutang tertentu.
b. Penghasilan yang sudah terkena PPh Final.
Penghasilan yang sudah dikenakan PPh yang sifatnya final tidak perlu lagi
dipotong pihak lain atau telah dibayar sendiri tidak dapat diperlakukan sebagai kredit pajak. Objek PPh Final dapat dibedakan sesuai jenis pengenaannya, antara lain:uang pesangon, industri tembakau dari pabrikan, migas pada agen Pertamina, bunga bank, bunga obligasi, Premium SWAP/Forward, bunga anggota koperasi, sewa tanah atau dan bangunan, jasa pelayaran, jasa penerbangan, selisih lebih pada revaluasi, pengalihan hak tanah dan bangunan, transaksi saham, dan diskonto obligasi.
c. Penghasilan yang merupakan objek pajak.
Penghasilan kena pajak atau penghasilan yang merupakan objek pajak dapat dibedakan menjadi 5, yaitu: penghasilan dari kegiatan usaha, penghasilan sebagai karyawan, penghasilan dari pemberi jasa, penghasilan dari modal atas harta yang bergerak, dan penghasilan dari moda l atas harga yang tak bergerak.
3. Pengertian UMKM
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Jumlah UMKM tahun 2013 tumbuh mencapai 57.895.721 unit. (Sumber Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dikutip dari data website depkop.go.id).
Kepatuhan pajak merupakan persoalan yang sejak dulu ada di perpajakan. Di dalam negeri rasio kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya dari tahun ke tahun masih menunjukkan persentase yang tidak mengalami peningkatan secara berarti. Hal ini didasarkan pada perbandingan jumlah wajib pajak yang memenuhi syarat patuh di Indonesia sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah total wajib pajak terdaftar (Martowardojo, 2011).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini dan Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria untuk usaha kecil yang dimaksud adalah apabila jumlah aset > 50 juta – 500 juta serta omzet > 300 juta - 2,5 miliar, dan untuk usaha menengah dimana jumlah aset > 500 juta - 10 miliar serta omzet sebesar > 2,5 miliar - 50 miliar.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah masih banyak wajibpajak yang belum memahami peraturan perpajakan. Sedangkan jumlah UMKM yang banyak seharusnya berbanding lurus dengan jumlah pajak yang diterima dari sektor UMKM. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia teramat penting bagi ekonomi karena menyumbang 60%
dari total PDB Indonesia dan menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak 97% tenaga kerja.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dikenakan Pajak Penghasilan PP 23 Tahun 2018 yang merupakan penghitungan yang sederhana karena pajak ini ditujukan untuk memudahkan Wajib Pajak usahawan atau UMKM yang omzetnya setahun di bawah Rp 4,8 Milyar (untuk Wajib Pajak UMKM).
Kementerian Koperasi dan UMKM mencatat kepatuhan UMKM dalam pelaporan surat pemberitahuan tahunan pada 2015 hanya 397 ribu dari total UMKM saat itu sekitar 59 juta pelaku usaha. Sedangkan pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai yang disetor sektor usaha ini mencapai Rp 47 triliun. Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018, Wajib Pajak UMKM akan lebih mudah menghitung pajaknya serta untuk menaikan tingkat kesadaran pajak khususnya pelaku usaha UMKM.
4. Dasar Hukum Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah sedangkan Pajak UMKM diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 tahun 2013 yang telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
5. Subjek dan Objek Pajak
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Subjek pajak UMKM adalah Wajib Pajak UMKM yang dikenakan berdasarkan PP 23 Tahun 2018 adalah orang pribadi dan badan
usaha kecuali BUT (Bentuk Usaha Tetap) yang melakukan kegiatan usaha dengan peredaran bruto (omzet) dibawah Rp 4,8 Milyar setahun. Tapi, tidak semua orang pribadi dan badan usaha yang peredaran brutonya dibawah Rp 4,8 milyar setahun dikenakan PP 46 Tahun 2013
Objek pajak UMKM adalah penghasilan yang dikenakan pajak PP 23 yang merupakan penghasilan dari usaha dengan penghasilan bruto (omzet) kurang dari Rp 4,8 Milyar. Usaha yang dikenakan PP 23 Tahun 2018 adalah usaha dagang, industri, jasa. Misalnya usaha toko, kios, kelontong, kedai, toko pakaian, toko perabot, toko elektronik, penjahit, rumah makan, salon, dan usaha lainnya. termasuk penghasilan dari toko cabang. Untuk usaha yang mempunyai banyak toko/gerai/outlet cabang, omzetnya adalah penghasilan dari seluruh toko/gerai/outlet termasuk toko/gerai/outlet pusatnya.
6. Tarif Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Tarif yang dikenakan kepada Wajib Pajak UMKM atas penghasilannya ialah tarif yang diatur dalam PP 46 Tahun 2013, dengan mengkalikan tarif dengan omzet atau penghasilan perbulan Wajib Pajak UMKM.
PP 46 Tahun 2013 = 1% X Omzet
Sedangkan, tarif yang dikenakan kepada Wajib Pajak UMKM atas penghasilannya berdasarkan perubahan tarif terbaru yang diatur dalam PP 23 Tahun 2018, dengan mengkalikan tarif dengan omzet atau penghasilan perbulan Wajib Pajak UMKM.
PP 23 Tahun 2018 = 0,5% X Omzet
E. Metodologi Penelitian
Adapun yang menjadi metode Proposal Laporan Tugas Akhir yang digunakan penulis dalam membuat Laporan Tugas Akhir ini adalah:
1. Jenis Data
Didalam melaksanakan penulisan Proposal Laporan Tugas Akhir, penulis juga mengumpulkan data yang diperlukan dari kegiatan penelitian. Data tersebut diperoleh baik dari hal-hal yang sudah dilihat dan tentu saja dari data-data yang diberikan pihak Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia baik yang tertulis maupun data secara lisan. Metode yang digunakan penulis dalampengumpulan data untuk Laporan Tugas Akhir yaitu sebagai berikut:
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Contoh data primer yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus dan panel atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber.
b. Data Sekunder
Data atau bahan yang secara tidak langsung memberikan keterangan yang bersifat mendukung sumber data primer, dapat diperoleh dari hasil penelitian, buku- buku, makalah- makalah, jurnal ilmiah, eknsiklopedi, dan sumber lain yang menunjang penelitian ini.
2. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data Laporan Tugas Akhir yang digunakan penulis dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini ialah sebagai berikut:
a. Studi Literatur (Kepustakaan)
Merupakan dasar teori yang mendukung kegiatan studi mencari data serta informasi-informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan Perundang-undangan di bidang perpajakan, Peraturan Pemerintah, majalah, surat kabar, internet, catatan-catatan, maupun bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan penulisan Tugas Akhir.
b. Observasi Lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan pengamatan atau observasi lapangan secara langsung sebagai salah satu sistem tata kerja dan riset yang akan dilakukan oleh penulis untuk mendapat gambaran mengenai Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dan informan yang diperlukan dalam Laporan Tugas Akhir ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Data Observasi
Pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung kelokasi tempat pengambilan data untuk melihat dan mengetahui berbagai masalah yang menjadi objek penelitian Tugas Akhir.
b. Data Wawancara
Kegiatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada Proposal Laporan Tugas Akhir untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalampenyusunan Laporan Tugas Akhir.
c. Data Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data-data dan bahan-bahan berupa dokumen.6 Kegiatan yang mangumpulkan dokumen atau informasi yang berhubungan dengan objek yang dianggap sebagai bukti otentik yang dianggap sah dalam melengkapi Laporan Tugas Akhir.
4. Alat Pengumpul Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa alat pengumpul data, seperti dengan melakukan pencatatan, perekaman, memotret serta melakukan wawancara dengan beberapa informan terkait.
5. Informan Penelitian
Adapun informan yang membantu penulis dalam pengumpulan data dalam Laporan Tugas Akhir ini terdiri sebagai berikut:
a. Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia sebagai informan kunci (key informan),
b. Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
6. Sistematika Pembahasan
6 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm.66.
Untuk memberikan arah dan tujuan penulisan penelitian ini, maka penyusun menjelaskan sistematika pemabahasan sebagai berikut :
Bab I, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab II, menjelaskan gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Medan Polonia.
Bab III, dalam bab ini akan di bahas secara umum usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Medan dan Kantor Pajak Pelayanan Pratama (KPP Pratama) di Kota Medan Polonia.
Bab IV, merupakan analisis secara sistematis dari hasil penelitian di lapangan dan studi pustaka.
Bab V, berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan serta saran- saran sebagai masukan dari penulis.
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MEDAN POLONIA
A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Sebelum disebut Kantor Pelayana Pajak (KPP) dulunya bernama Kantor Inspeksi Pajak (KIP). Hal ini berlangsung sampai tahun 1976, mulai bulan Juni Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Tahun 1976 di Sumatera Utara berdiri dua kantor yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berada di Jl. Asrama 17A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:
a. Kec. Medan Timur b. Kec. Medan Barat c. Kec. Medan Labuhan d. Kec. Medan Deli e. Kec. Medan Belawan f. Kotamadya Binjai g. Kab. Langkat
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang berada di Jl. Diponegoro No. 30 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:
a. Kec. Medan Baru b. Kec. Medan Denai
c. Kec. Medan Deli Serdang
d. Kab. Karo
e. Kotamadya Tebing Tinggi
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK.01/1989 pada tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Pada tanggal 1 April 1989 Kantor Inspeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak, dari dua KIP yaitu KIP Medan Utara dan KIP Medan Selatan dipecah menjadi tiga KPP yaitu :
1. KPP Medan Utara yang berada di Jl. Asrama No. 17 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:
a. Kec. Medan Timur b. Kec. Medan Barat c. Kec. Medan Labuhan d. Kec. Medan Denai e. Kec. Medan Belawan
2. KPP Medan Selatan yang berada di Jl. Diponegoro No. 30 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:
a. Kec. Medan Baru b. Kec. Medan Denai c. Kec Medan Polonia d. Kec. Medan Maimun
3. KPP Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia No. 27A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:
a. Kec. Medan Tuntungan b. Kec. Medan Sunggal c. Kec. Medan Binjai d. Kab. Langkat e. Kab. Karo
f. Kotamadya Tebing Tinggi dan Kab. Deli Serdang menjadi KPP Tebing Tinggi
Kemudian sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 tanggal 29 Maret, Kantor Pelayanan Pajak pada jajaran Kantor Wilayah I Sumatera Utara terhitung tanggal 1 April 1994 menjadi 4 (empat) Kantor Pelayanan Pajak yang baru dibentuk yaitu:
1. KPP Medan Utara yang berada di Jl. Asrama No. 17 Medan
2. KPP Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia No. 27A Medan
3. KPP Medan Timur dengan alamat Jl. Diponegoro No. 30A Medan
4. KPP Binjai dengan alamat Jl. Asrama No. 7A Medan
Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.
443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001, Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia. Dan pada tanggal 19 Mei 2008 Menteri Keuangan mengeluarkan Keputusan dengan No. Kep. 95/PJ/2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri dari:
1. KPP Pratama Binjai di Jl. Jambi No. 1 Rambung Barat Binjai
2. KPP Pratama Medan Belawan di Jl. KL. Yos Sudarso No. 27 Km 8.2 Tanjung Mulia, Medan Deli
3. KPP Pratama Medan Barat di Jl. Asrama No. 7A, Medan Helvetia
4. KPP Pratama Medan Petisah di Jl. Asrama No. 7A, Medan Helvetia
5. KPP Madya Medan di Jl. Sukamulia No. 17A, Medan Maimun
6. KPP Pratama Medan Kota di Jl. Sukamulia No. 17A, Medan Maimun
7. KPP Pratama Medan Polonia di Jl. Sukamulia No. 17A, Medan Maimun
8. KPP Pratama Medan Timur di Jl. Sukamulia No. 17A, Medan Maimun
9. KPP Pratama Polonia di Jl. P. Diponegoro No. 30A, Madras Hulu
Pada tanggal 27 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dengan wilayah kerja mencakup:
1. Kecamatan Medan Polonia
2. Kecamatan Medan Tuntungan
3. Kecamatan Medan Selayang
4. Kecamatan Medan Maimun
5. Kecamatan Medan Baru
6. Kecamatan Medan Johor
B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Serta Nilai-Nilai Kementerian Keuangan
a. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Adapun Visi dari KPP Pratama Medan Polonia adalah mewujudkan pelayanan yang profesional dengan kinerja yang baik dan dapat diperccaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan KantorWilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.
b. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Adapun misi dari Kantor Direksi KPP Pratama Medan Polonia adalah meningkatkan penerimaan dan pendapatan negara melalui PPh, PPN, dan PPnBM serta senantiasa memperbaharui diri sesuai perkembangan aspirasi masyarakat dan tata tertib administrasi.
c. Nilai-Nilai Kementerian Keuangan 1) Integritas
Berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.
2) Profesionalisme
Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi.
3) Sinergi
Membangun dan memastikan hubungan kerja sama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.
4) Pelayanan
Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman.
5) Kesempurnaan
Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.
C. Letak Geografis Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Penentuan lokasi kantor pelayanan pajak pratama (KPP Pratama) merupakan salah satu faktor terpenting dalam memberikan kemudahan pelayanan kepada wajib pajak. Kantor Pelayananan Pajak Pratama Polonia terletak di Jalan Sukamulia No. 17A, Medan Maimun.
Kantor pemerintah ini disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah, kedekatan dengan kantor pemerintah lainnya, seperti kantor polisi deli serdang dan kantor bank, ini juga memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap wajib pajak dalam membayar pajak.
Kantor pelayanan pajak pratama polonia dipimpin oleh seorang kepala kantor yang terdiri atas sub bagian umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing- masing seorang kepala seksi. Agar dapat lebih jelas dan trasparan tentang keadaan dari kantor pelayanan pajak pratama polonia, maka penulis akan menggambarkan kedudukan, tugas, fungsi dan struktur organisasi KPP Pratama Polonia.
D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerjasama adalah usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi menyediakan pengadaan personil yang memegang jabatan tertentu dimana masing-masing diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai jabatannya. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan antar bagian berdasarkan tingkat hirarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan sistem hubungan dalam oranganisasi yang mengahsilkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan integrasi secara efesien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupun horizontal.
Pada prinsipnya struktur organisasi yang digunakan tergantung pada ukuran besarnya dan jenis organisasi serta banyaknya jumlah staf dalam organisasi serta tingginya tingkat kerumitan dalam operasional organisasi. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia menerapkan Struktur Organisasi Lini dan Staff. KPP Pratama Medan Polonia dipimpin oleh seorang Kepala KPP yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.
KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari 1 (satu) Sub bagian dan 10 (sepuluh) seksi yang masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi dan Pelaksana. Khusus untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan AR. Adapun
stuktur organisasi yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dapat dilihat pada bagan berikut. (Terlampir)
E. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, tugas KPP Pratama yang termasuk didalamnya KPP Pratama Medan Polonia yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas diatas, KPP Pratama termasuk KPP Pratama Medan Polonia menyelenggarakan fungsi yaitu:
1) Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak,
2) Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
3) Pengadiministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,
4) Penyuluhan perpajakan,
5) Pelaksanaan registrasi wajib pajak, 6) Pelaksanaan ekstensifikasi,
7) Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak, 8) Pelaksanaan pemeriksaan pajak,
9) Pengawasan kepatuhan kewajiban pepajakan wajib pajak, 10) Pelaksanaan konsultasi perpajakan,
11) Pelaksanaan intensifikasi, 12) Pembetulan ketetapan pajak, 13) Pelaksanaan administrasi kantor.
Dalam melaksanakan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia menyelenggarakan tugas-tugas pokok. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ini dikepalai oleh seorang Kepala Kantor, yang mempunyai tugas mengkoordinasi penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi yang ada dan mengkoordinasikan segala hal yang bersangkutan dengan rencana kerja tang telah ditargetkan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I. Kepala Kantor yang membawahi 10 seksi dan 1 kelompok jabatan fungsional, yang gambaran tugas dari masing-masing seksi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepala Kantor
Kepala kantor mempunyai tugas mengkordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal
Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan pengelolaan kinerja pegawai, pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan
kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.
3. Seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi)
Membantu kepala kantor dalam mengkordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT, e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, dan penyimpanan laporan kinerja dengan teknologi informasi perpajakan sehingga dapat memudahkan pekerjaan pada seksi PDI.
4. Seksi Pelayanan
Membantu tugas kepala kantor dalam mengkordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas kepala kantor mengkordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan, pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, serta pelaksanaan pemeriksaan oleh petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk kepala kantor.
6. Seksi Penagihan
Membantu tugas kepala kantor mengkordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
7. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan
Membantu tugas kepala kantor mengkordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi, bimbingan dan pengawasan Wajib Pajak baru, serta penyuluhan perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I mempunyai tugas melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak, usulan pembetulan ketetapan pajak, bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak.
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, dan IV
Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, serta Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.
10. Jabatan Fungsional Pemeriksa
Kelompok fungsional ini mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas dan fungsinya adalah melakukan pemeriksaan kewajiban pajak terhadap wajib pajak orang pribadi dan badan sesuai dengan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang dikeluarkan.
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 1. Defenisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Menurut Rudjito (2003:182) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan lapangan kerja.
Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi.
Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mendefenisikan UMKM sebagai berikut:
a) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.
b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimilik, dikuasai atau menjadi bagiann baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.
2. Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Untuk membedakan sebuah usaha apakah itu termasuk usaha mikro, usaha kecil, atau usaha menengah, maka oleh pemerintah diberikan batasan berdasarkan undang-undang sesuai dengan kriteria jenis usaha masing masing yang didasarkan atas peredaran usaha dan atau jumlah aktiva yang dimiliki. Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang dimiliki oleh sebuah usaha sebagai berikut :
a) Kriteria Usaha Mikro
Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah.
b) Kriteria Usaha Kecil
Usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 dua setengah milyar rupiah.
c) Kriteria Usaha Menengah
Usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Tabel 3.1
Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
JENIS USAHA
KRITERIA UMKM
KEKAYAAN BERSIH
PENGHASILAN PER TAHUN
Usaha Mikro Maksimal 50 Juta Maksimal 300 Juta Usaha Kecil > 50 Juta – 500 Juta >300 Juta – 2,5 Milyar Usaha Menengah >500 Juta – 10 Milyar >2,5 Milyar – 50 Milyar Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2012)
3. Ciri-ciri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Secara umum ciri-ciri UMKM ialah manajemen berdiri sendiri, modal disediakan sendiri, daerah pemasarannya lokal, aset perusahaannya kecil, dan jumlah karyawan yang dipekerjakan terbatas. Serta asas pelaksanaan
UMKM adalah kebersamaan, ekonomi yang demokratis, kemandirian, keseimbangan kemajuan, berkelanjutan, efesiensi keadilan, serta kesatuan ekonomi nasional. Berikut ialah ciri-ciri dari setiap jenis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai berikut;
Adapun ciri-ciri dari Usaha Mikro adalah:
a) Jenis barang usahanya tidak tetap,dapat berganti pada periode tertentu;
b) Tempat usahanya tidak selalu menetap, dapat berubah sewaktu-waktu;
c) Belum melaksanakan administrasi keuangan yang sederhana dan tidak memisahkan antara keuangan keluarga dengan keuangan usaha; Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa enterpreuner yang memadai;
d) Tingkat pendidikan rata-rata relatif rendah;
e) Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;
f) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
Adapun ciri-ciri dari Usaha Kecil antara lain:
a) Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah;
b) Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
c) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;
d) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
e) Sumber daya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwirausaha;
f) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
g) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.
Adapun ciri-ciri dari Usaha Menengah ialah sebagai berikut:
a) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
b) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
c) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
d) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
e) Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
f) Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.
4. Contoh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Beberapa contoh industri-industri yang bergerak disektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ialah:
a. Contoh Usaha Mikro
1) Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternakan, nelayan dan pembudidayaan
2) Industri makanan dan minuman, industrri muebelair pengolaan kayu dan rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat
3) Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll 4) Peternakan ayam, ikan dan perikanan
5) Usaha jasa-jasa seperti perbengengkalan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi)
b. Contoh Usaha Kecil
1) Usaha ttani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja 2) Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengepul lainya
3) Pengerajin industri makan dan minuman, industri meulbelai,kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga,industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan
4) Peternak ayam, ikan dan perikanan 5) Koperasi berskala kecil
c. Contoh Usaha Menengah
Jenis usaha menengah hampir menggarap komoditi dari seluruh sektor usaha mungkin secara merata antara lain:
1) Jenis pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah 2) Usaha perdagangan (grosir) yang termasuk ekspor impor
3) Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garmen dan jasa transportasi taxi dan bus antarprovinsi
4) Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam
5) Usaha pertambangan batu gunung untuk konstruksi dan marmer batuan.
5. Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Adapun dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terdapat karakteristik yang dimiliki oleh pelaku atau Wajib Pajak UMKM yaitu sebagai berikut:
1.Fleksibel, dalam arti jika menghadapi hambatan dalam menjalankan usahanya akan mudah berpindah ke usaha lain.
2.Dalam permodalannya, tidak selalu tergantung pada modal dari luar, tetapi dia bisa berkembang dengan kekuatan modal sendiri.
3.Dalam hal pinjaman (terutama pengusaha kecil sektor tertentu seperti pedagang) sanggup mengembalikan pinjaman dengan bunga yang cukup tinggi.
4.UMKM tersebar diseluruh Indonesia dengan kegiatan usaha diberbagai sektor, merupakan sarana dan distributor barang dan jasa dalam melayani kebutuhan masyarakat (Prawirokusumo, 1999:78).
B. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013
a. Defenisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013
Dalam ketentuan pajak penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013, merupakan kebijakan pemerintah yang mengatur mengenai Pajak Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang dimili peredaran Bruto tertentu.
Kebijakan Pemerintah dengan pemberlakuan Peraturan Pemerintah ini didasari dengan maksud sebagai berikut:
a) Untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan,
b) Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi, c) Mengedukasi masyarakat untuk transparansi,
d) Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara.
Kebijakan ini diberlakukan karena mempunyai tujuan antara lain:
a) Kemudahan bagi masyrakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan,
b) Meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat,
c) Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
2. Wajib Pajak yang Dikenakan dan Tidak Dikenakan PPh Final Sesuai PP No. 46 Tahun 2013
Tidak semua Wajib Pajak yang mempunyai omset UMKM dapat memiliki fasilitas PPh Final 1%. Ada Wajib Pajak yang tidak dapat memanfaatkan fasilitas PP 46 Tahun 2013.
Wajib Pajak yang dapat menikmati fasilitas PPh Final 1% tersebut antara lain:
a. Wajib Pajak Orang Pribadi
b. Wajib Pajak Badan, kecuali BUT yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tidak melebihi 4,8M dalam satu tahun.
c. Menerima penghasilan dari usaha, tetapi tidak termasuk penghasilan dari jasa yang berhubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto (omzet) tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1 (satu) tahun pajak.
Sedangkan Wajib Pajak yang tidak dapat menikmati fasilitas PPh Final 1% ialah:
a. Wajib Pajak berbentuk Badan Usaha Tetap (BUT) b. Memiliki omset lebih dari 4,8M dalam setahun
c. Memiliki jenia penghasilan yang telah dikenakan PPh Final, seperti:
jasa konstruksi, sewa, bunga
d. Memiliki jenis penghasilan yang sehubungan dengan pekerjaan bebas antara lain:
1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris;
2) Pemain musik, pembaw acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang film, bintang sinetron, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama dan penari;
3) Olahragawan;
4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah penyuluh dan moderator
5) Pengarang, peneliti dan penerjemah;
6) Agen iklan;
7) Pengawas atau pengelolah proyek;
8) Perantara;
9) Petugas penjaja barang dagangan;
10) Agen asuransi
11) Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (Multi Level Marketing) atau penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.
e. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dala usahanya yaitu:
1) menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap; dan
2) menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.
f. Wajib Pajak Badan yang:
1) belum beroperasi secara komersial; atau
2) Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto (omzet) melebihi Rp 4,8 miliar. yang belum beroperasi.
3. Objek Pajak yang Dikenai dan Tidak Dikenai Pajak Penghasilan Sesuai Ketentuan PP No. 46 Tahun 2013
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, objek pajaknya adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun pajak. Peredaran bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto semua gerai/outlet/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.Usaha ini meliputi usaha dagang dan jasa seperti misalnya toko/los kelontong/kios, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, warung/rumah makan, salon, dan usaha lainnya. Menurut pasal 3 ayat (2) PMK Nomor 107/PMK.011/2013, yang bukan objek pajak PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah:
1. Penghasilan dari usaha jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.
2. Penghasilan dari usaha yang dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat (2) seperti: a. Sewa kamar kos; b. Sewa rumah; c. Jasa konstruksi baik dibidang perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasan; d. PPh usaha migas.
3. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
4. Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
4. Tarif dan Dasar Pengenaan PP Nomor 46 Tahun 2013
Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ini, besaran tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah sebesar 1% (satu persen).
OMSET < Rp 4.800.000.000 = TARIF (1%) X OMSET / BULAN
Pengenaan Pajak Penghasilan tersebut didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak Terakhir sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan. Apabila Peredaran bruto kumulatif Wajib Pajak pada suatu bulan tidak melebihi jumlah Rp 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam suatu tahun pajak, wajib pajak tersebut dikenai tarif pajak penghasilan yang telah ditentukan berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini sampai dengan akhir tahun pajak yang bersangkutan (Pasal 3 ayat (3) PP Nomor 46 Tahun 2013). Dalam hal peredaran bruto wajib pajak tidak melebihi jumlah Rp 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) per tahun.