1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA KONKRET TERHADAP
HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Kadek Mawar1, Dewa Nyoman Sudana2, I Kadek Suartama,3
1 Jurusan PGSD, 2 Jurusan PGSD, 3 Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]1, [email protected]2, IK- [email protected]3
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika secara signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di Gugus IV Kecamatan Buleleng. Waktu penelitian pada tahun ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experiment, dengan jumlah siswa dalam populasi sebanyak 141 siswa. Sampel yang diambil sebanyak 53 siswa. cara pemilihan sampel menggunakan simple random sampling. Data hasil belajar matematika dikumpulkan dengan metode tes, dan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika secara signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, dengan thitung = 4,56 dan ttabel (db=50 pada taraf signifikansi 5% ) = 2,007. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa.
Kata kunci : Make A Match, media konkret, hasil belajar, dan matematika ABSTRACT
This research aimed to find out the sugnificant difference of the mathematic learning result between of students taught by Make A Match learning model aided by concrete media and of students taught by conventional learning model on the fifth grade of elemantary school in cluster IV Buleleng district academic year 2016/2017. This research is a quasi experiment research, with the population of 141 students. 53 students were selected as the sample by using simple random sampling. The data of mathematics result was collected by using test, and was analyzed by using descriptive statistics and inferential statistics (t-test). The result of the research indicated that there ia a significant difference toward mathematic learning result between of student taught by Make A Match learning model aided by concrete media and of student taught by conventional learning model with the tarithmatc = 4,56> ttable 2,007. It verified that Make A Match learning model affected possitively toward the students mathematic learning result.
key words:Make A Match, concrete media, learning result, and mathematics
2 PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah dasar. Suherman (2003:18) menyatakan bahwa “matematika mencakup bahasa, bahasa khusus yang disebut bahasa matematika, dengan matematika kita dapat berlatih berpikir secara logis, dan dengan matematika ilmu pengetahuan lainnya bisa berkembang dengan cepat”
Ini berarti matematika memegang peranan yang sangat penting dalam berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam kehidupan sehari-hari, dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), maupun dalam rangka pembentukan sikap yang positif pada siswa.
Matematika merupakan “ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu - ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini” (Antonius, 2006:1). Hal ini karena konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian sebab akibat.
Dalam belajar matematika terlebih dahulu guru harus menguasai konsep-konsep matematika dengan baik sebelum mengajarkannya kepada siswa. Setelah siswa memahami konsep, barulah diperlukan keterampilan untuk menggunakan konsep tersebut. Ini berarti bahwa pembekalan konsep yang kuat dalam pembelajaran matematika merupakan tonggak utama dan sangat membantu bagi siswa dalam memahami suatu pokok bahasan matematika.
Namun, kenyataan di lapangan pembelajaran matematika jarang sekali menanamkan konsep yang benar, pembelajarannya lebih banyak menekankan pada kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal dengan menghafal rumus-rumus. Siswa masih cenderung menghafal rumus-rumus matematika dan kurang memahami konsep yang dipelajari. Di samping itu,
belum tertanamnya konsep dasar yang harusnya dijadikan pedoman untuk menyelesaikan masalah membuat siswa tidak bisa menyelesaikan masalah yang diberikan.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27 Desember 2016 dan 5 Januari 2017 yang dilakukan pada siswa kelas V di seluruh sekolah dasar yang ada di gugus IV kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan beberapa masalah dalam proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran matematika.
Dalam proses pembelajaran siswa tampak bosan belajar matematika, hal ini terlihat dari ketika guru mengajar siswa lebih senang mengobrol dengan teman sebangkunya, selain itu juga siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit, apalagi dengan menghafal rumus-rumus matematika disertai dengan tugas yang banyak, sehingga mereka kurang bersemangat mendapat pelajaran matematika. Dalam pelaksaanaan proses pembelajaran, guru belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, guru cenderung menggunakan metode ceramah dan metode penugasan. Dalam mengajar matematika guru belum menggunakan media sebagai alat bantu mengajar, guru hanya memanfaatkan papan tulis dan beberapa media yang sudah tersedia di sekolah. Penggunaan media sangat perlu dilakukan ketika proses pembelajaran matematika hal ini mengingat bahwa siswa SD masih berada pada Fase Operasi Konkret. Menurut Suherman, dkk (2003:67) "matematika bersifat abstrak sehingga proses pembelajarannya tidak mudah". Hal itu sejalan dengan fakta di lapangan bahwa para siswa mengalami kesulitan dalam belajar terutama matematika. Untuk itu penggunaan media konkret sangat membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep dalam matematika.
3 Kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi dan penggunaan media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pencatatan dukomen yang telah dilakukan, yakni ulangan akhir semester matematika siswa kelas V SD di di Gugus IV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2016/2017, diperoleh data presentase ketuntasan siswa memenuhi KKM secara keseluruhan baru mencapai 36,17%. Data ini menunjukkan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa belum mencapai standar yang ditetapkan karena sebagian besar rata-rata nilai siswa masih dibawah KKM, ini disebabkan karena pemahaman siswa terhadap konsep matematika belum dikuasai dengan baik. Oleh karena itu perlu diakukan suatu upaya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa ketika belajar matematika pada siswa kelas V di Gugus IV Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun pelajaran 2016/2017.
Berdasarkan paparan di atas, dipandang perlu mencari terobosan baru untuk mengatasi momok siswa terhadap pelajaran matematika. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika, maka diperlukan sebuah pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan.
Salah satu model yang dianggap tepat untuk menciptakan pembelajaran yang demikian adalah model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret.
Model pembelajaran Make A Match merupakan “model pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
model pembelajaran ini siswa diajak mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan” (Kurniasih dan Berlin, 2015:55) Karakteristik model pembelajaran Make A Match adalah
“memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain”
(Shoimin, 2014:98). Hal ini sesuai dengan karakteritik anak sekolah dasar yang sedang gemar bermain. Melalui model pembelajaran Make A Match mencari kartu berpasangan siswa akan belajar sekaligus bermain sehingga siswa tidak
akan merasa takut untuk belajar matematika. Langkah-langkah model pembelajaran Make A Match yaitu: 1.fase 1, guru menyampaikan materi secara singkat dengan menggunakan media konkret sebagai alat bantu, 2. Fase 2, guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep, 3. Fase 3, siswa dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok 1 mendapatkan kartu soal dan kelompok 2 mendapatkan kartu jawaban, 4. Fase 4, tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang, 5. Fase 5, setelah pluit dibunyikan, siswa mencari pasangan sesuai kartu yang dibawa, siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, 6. Fase 6, setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda, 7. Fase 7, kesimpulan, guru memfasilitasi siswa untuk menkonfirmasi hal-hal yang telah mereka lakukan.
Sedangkan media konkret (benda realita/nyata) adalah „segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka.
Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas ketika proses pembelajaran berlangsung, tetapi siswa dapat melihat langsung ke lokasi obyek” (Asyhar, 2012:54). Media konkret merupakan alat bantu nyata atau asli yang memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa yang ada di sekitar tempat lingkungan peserta didik, dengan menggunakan media asli guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar siswa secara optimal sebagai media belajar.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match Berbantuan Media Konkret Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V di SD Gugus IV Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Bertolak dari masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret dan siswa kelas V yang dibelajarkan dengan menggunakan model
4 pembelajaran konvensional di SD Gugus IV Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODE
Penelitian yang akan dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SD kelas V di Gugus IV Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. Jumlah keseluruhan populasi adalah 141 siswa Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi yaitu siswa kelas V SD N 1 Penglatan dengan jumlah 30 siswa dan siswa kelas V SD N 3 Alasangker dengan jumlah 23 siswa . Untuk mendapatkan sampel yang setara, maka dilakukan uji kesetaraan berdasarkan nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) siswa kelas V semester I dengan menggunakan analisis varians satu jalur ANAVA A. Berdasarkan
hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai Fhit sebesar 1,53 sedangkan nilai Ftab pada dbantar = 5 dan dbdal = 135 yaitu diperoleh Ftabel sebesar 2,28. Dengan demikian, maka terlihat Fhit < Ftab, sehingga H1 ditolak dan H0 Diterima.
Selanjutnya, untuk pemilihan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan dengan teknik undian. Dalam proses undian tersebut diperoleh kelas V SD N 1 Penglatan sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match Berbantuan media konkret dan siswa kelas V SD N 3 Penglatan sebagai kelas kontrol dengan diberikan model pembelajaran konvensional.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan Posttest- Only Control Group Design. Desain ini dipilih karena dalam penelitian eksperimen semu tidak memungkinkan untuk merandom subjek yang ada pada setiap kelas secara utuh. Desain eksperimennya dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Keterangan Perlakuan Tes Akhir
Model Make A Match X O1
Konvensional - O2
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa. Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Menurut Agung (2011:60),
“metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval)”.
Varibel independent atau variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret yang diterapkan pada kelas eksperimen.
Variabel dependent atau variabel terikat yang diteliti pada penelitian ini adalah
hasil belajar siswa mata pelajaran matematika.
Dalam penelitian ini terdapat satu jenis data yang diperlukan yaitu data tentang hasil belajar matematika siswa.
Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk mengukur hasil belajar matematika siswa berupa tes hasil belajar matematika yaitu tes objektif pilihan ganda. Dalam penelitian ini diambil 1 Standar Kompetensi yaitu, Standar Kompetensi 6. Memahami sifat-sifat Bangun dan Hubungan Antar Bangun
Data yang diambil dengan instrumen ini harus benar dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, dilakukan beberapa uji pada hasil uji coba soal sebelum soal tersebut digunakan sebagai pengambil data. Uji-uji yang dilakukan adalah: (1) uji validitas Isi dan uji validitas butir, (2) uji reliabilitas, (3) uji tingkat kesukaran, dan (4) uji daya
5 beda. Teknk Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dan uji prasyarat analisis. Pada analisis statistik deskriptif, data dianalisis dengan menghitung modus, median, mean, skor minimum, skor maksimum standar deviasi, dan varians. Dalam penelitian ini deskripsi data (mean, median, modus) tentang hasil belajar siswa disajikan ke dalam grafik poligon.
Sedangkan pada uji prasyarat atau uji asumsi, data dianalisis dengan menggunakan uji normalitas distribusi/sebaran data, dan uji homogenitas varians untuk mengetahui bahwa kedua data tersebut normal dan homogen.
Jika terbukti bahwa kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan berasal dari populasi dengan varians yang homogen serta ukuran sampel sama (n1=n2) maka dipergunakan analisis uji t (t- test) dengan rumus (polled varians), Untuk bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis harus bersifat homogen serta ukuran sampel yang sama. Variabel hasil belajar
matematika siswa diukur dengan memberikan post-test berjumlah 25 soal pilihan ganda dengan skor minimum ideal
= 0, dan skor maksimum ideal = 25.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan uji asumsi statistik, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh hasil bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan bersifat homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka akan dilanjutkan pada pengujian hipotesis penelitian
Data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.
Analisis data dilakukan pada masing-masing kelas yaitu siswa kelas V SD Negeri 1 Penglatan berjumlah 30 orang sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 3 Alasangker berjumlah 23 orang sebagai kelas kontrol.
Adapun hasil analisis data statistik deskriptif tersaji pada tabel 2.
Tabel 2. Deskripsi Data hasil belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Deskriptif Kelompok
Eksperimen
Kelompok Kontrol
N 30 23
Skor Maksimal 25 23
Skor Minimal 9 7
Mean 17,90 12,70
Median 18,58 11,66
Modus 19,25 10,82
Standar Deviasi 4,12 4,63
Varians 16,89 21,45
Berdasarkan Tabel di atas, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data kelompok eksperimen, yaitu:
mean (M) = 17,90, median (Md) = 18,58, modus (Mo) = 19,25 varians (s2) = 16,89, dan standar deviasi (s) = 4,12. Data hasil perhitungan post-test kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada gambar 1 berikut ini.
0 5 10 15
10 13 16 19 22 25
Frekuesnsi
Titik Tengah
6 Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Post-
test Kelompok Eksperimen
Berdasarkan kurva poligon di atas, dapat diketahui bahwa mean 17,90, median 18,58, dan modus 19,35, dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif. Untuk mengetahui tinggi rendahnya variabel hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, skor rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi).
Berdasarkan hasil konversi, diperoleh skor rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen dengan M = 17,90 tergolong kriteria tinggi.
Sedangkan pada kelompok kontrol dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok kontrol, mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data sikap ilmiah kelompok kontrol, yaitu:
mean (M) = 12,70, median (Md) = 11,66, modus (Mo) = 10,82, varians (s2) = 21,45, dan standar deviasi (s) = 4,63, data post- test kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Post- test Kelompok Kontrol
Pada kurva poligon di atas, dapat diketahui bahwa mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo), dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Selanjutnya, untuk mengetahui tinggi rendahnya variabel hasil belajar siswa pada kelas kontrol, skor rata-rata hasil belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh skor rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol dengan M
= 12,70 termasuk kriteria sedang.
Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal. Uji normalitas sebaran data dilakukan terhadap data hasil post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Normalitas sebaran data diuji dengan menggunakan rumus Chi-Square (
2) dengan kriteria pengujian, jika
2hitung
2tabel pada taraf signifikasi 5% dan derajat kebebasan dk = (jumlah kelas interval – parameter – 1), maka data berdistribusi normal.Sedangkan, jika
2hitung
2tabel, maka data tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas tersaji pada tabel 3.Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data
No Kelompok Data χ 2hit Nilai Kritis dengan Taraf
Signifikansi 5% Status 1 Skor Post-test pada
Kelompok Eksperimen 4,499 6,815 Normal
2 Skor Post-test pada
Kelompok Kontrol 4,937 6,815 Normal
0 5 10
8 11 14 17 20 23
frekuensi
Titik Tengah
7 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat , diperoleh harga
2hitung hasil post-test kelompok eksperimen sebesar 4,499 dantabel
2 dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 6,815.Hal ini berarti,
2hitung hasil post-test kelompok eksperimen lebih kecil daritabel
2 (4,499 < 6,815), sehingga data hasil post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan,
2hitunghasil post-test kelompok kontrol sebesar 4,937 dan
2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 6,815. Hal ini berarti,
2hitunghasil post-test kelompok kontrol lebih kecil dari
2tabel (4,937 < 6,815) sehingga data hasil post-test kelompok kontrol berdistribusi normal.Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji homogenitas.
Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol.
Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung< Ftabel. Berdasarkan hasil perhitungan post-test , diperoleh Fhitung kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 1,27.
Sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 1,92. Hal ini berarti, varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.
Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan varians kedua kelompok homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan rumus polled varians dengan
kriteria H0 ditolak jika thitung> ttabel dan H0 di terima jika thitung < ttabel.
Hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung sebesar 4,56. Sedangkan, ttabel
dengan (db = 51) pada taraf signifikansi 5% adalah 2,007. Karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (4,56 > 2,007), sehingga H0
ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok dibelajarkan dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng , Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.
Perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Make A Match berbantuan media konkret dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dapat disebabkan adanya beberapa faktor. Faktor pertama, siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret sangat membantu siswa memahami konsep materi dari sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang. Hal ini terlihat dari temuan ketika siswa diberikan kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban siswa terlihat sangat aktif dan antusias dalam mencari pasangan antara siswa yang memegang kartu pertanyaan dengan siswa yang memegang kartu jawaban.
Pada tahap ini siswa diuji apakah siswa sudah memahami materi yang telah dijelaskan oleh guru atau belum, metode ini juga dapat membuat siswa menjadi lebih mandiri dan dapat mengembangkan kemampuan serta mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain, karena siswa secara individual berusaha mencari jawaban atau pertanyaan yang ada pada temannya.
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang telah ditentukan, akan diberi poin. Ketika pembelajaran berlangsung hanya sedikit siswa yang tidak menemukan pasangannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki
8 pemahaman konsep yang cukup baik, melalui penerapan model pembelajaran Make A match membuat siswa lebih aktif, antusias dan mandiri hal ini sesuai dengan teori Lorna Curran dalam ( Shomin, 2014:98) yang menyatakan dengan menggunakan model Make A Match anak didik dapat mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan, sehingga siswa dapat menguasai konsep- konsep yang telah dipelajari.
Faktor kedua, perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan karena penggunaan media konkret sebagai alat bantu pembelajaran.
Penggunaan media sangat perlu dilakukan ketika proses pembelajaran matematika hal ini mengingat bahwa siswa sekolah dasar masih berada pada Fase Operasi Konkret. Jean Piaget (dalam Japa dan Suarjana, 2014:5) menyatakan bahwa anak SD yang berumur 7-12 tahun termasuk tahap operasi konkret. Pada tahap ini, anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak. Pada tahap ini anak sudah mulai berpikir logis.
Kemampuan berpikir logis anak seorang anak terjadi sebagai akibat adanya kegiatan memanipulasi benda-benda konkret. Pada tahap operasional konkret ini, anak memiliki kemajuan kognitif yang lebih dibandingkan dengan anak pada tahap pra-operasional. Hubungan yang dimiliki pada tahap operasional konkret anak sudah mampu mengelompokkan benda-benda konkret. Karena masih difokuskan pada objek konkret (nyata ) maka dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, siswa memerlukan media atau alat peraga yang dapat memperjelas materi sehingga siswa lebih cepat memahami dan mengerti apa yang dipelajari.
Siswa memanfaatkan media yang diberikan oleh guru. Media dapat merangsang perhatian dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Hal ini sesuai dengan pendapat Asyar (2012) yang menyatakan bahwa media dalam
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dan dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efesien.
Berbeda halnya pada kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional, yakni guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran (teacher centered). Pada proses pembelajaran, siswa cenderung pasif dan hanya mencatat, menghafal, mengerjakan tugas, dan mendengarkan sesuai perintah guru tanpa berupaya menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Dalam kegiatan pembelajaran, guru masih berusaha memindahkan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa. Kegiatan ini menyebabkan siswa menjadi kurang mampu dalam mengaplikasikan konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari- hari karena pengetahuan awal yang dimiliki siswa tidak diperhatikan seperti potensi-potensi siswa dan pendapat siswa. Temuan ini sejalan dengan pendapat Santyasa (2005) bahwa pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang menekankan penyampaian materi dari guru kepada siswa. Sama halnya dengan penelitian ini, dalam kegiatan pembelajaran siswa cenderung pasif, siswa lebih banyak mendengarkan, mencatat, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan pembelajaran berpusat pada guru. Hal ini menyebabkan siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri siswa serta kurang diperhatikannya pendapat siswa.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Konvensional. Hal ini disebabkan karena penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret membuat siswa lebih aktif, kreatif, dan antusias dalam proses belajar mengajar di kelas.
9 Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Temuan penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa dengan kecenderungan sebagaian besar siswa memperoleh nilai tinggi.
Temuan penelitian tersebut, didukung oleh beberapa temuan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ni Rai Virana Dewi (2013) yang menyatakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan model Make A Match, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, aktif, kreatif dan tidak membosankan bagi siswa. Siswa bisa belajar menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru dengan sendirinya melalui permainan yang dilakukan dengan kelompoknya, sehingga siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna, Selain itu penelitian yang sama dilakukan oleh Kadek Meta Dewi (2013), diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berbantuan media grafis berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 18 Pemecutan Tahun Pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Buleleleng, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017, dengan demikian, hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model Make A Match berbantuan media konkret lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
PENUTUP SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan seperti yang telah diuraikan dapat disimpulkan sebagai berikut. Nilai rata-rata dari masing-masing kelompok.
Kelompok eksperimen x= 17,90 dan kelompok kontrol x= 12,70. Melalui pengujian hipotesis diperoleh thitung = 4,56.
Berdasarkan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan db = 51 diperoleh nilai ttabel = 2,007. Karena thitung = 4,56 dan ttabel
= 2,007, ini berarti thitung > ttabel maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Berarti terdapat terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Jadi dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng , Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Siswa diharapkan mampu saling bekerjasama dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada di dalam maupun di luar kelas serta dapat menciptakan rasa kebersamaan dalam proses pembelajaran agar mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal. 2. Guru sekolah dasar hendaknya mencoba menerapkan model pembelajaran Make A Match berbantuan media konkret khususnya dalam mata pelajaran matematika dan mata pelajaran lain pada umumnya. Model ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk membantu mewujudkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan,efektif, dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan menggunakan media konkret, 3.
10 Siswa bisa secara langsung memanfaatkan media dan pelajaran menjadi lebih menarik, 4. Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi kepala sekolah dalam mengambil kebijakan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah, sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.
Peneliti lain yang ingin melaksanakan penelitian sejenis hendaknya memperhatikan kelebihan dan kelemahan penelitian ini, sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian yang akan dilakukannya.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A. G. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:
Undiksha Singaraja.
Antonius. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif
Mengembangkan Media
Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta.
Dewi, Meta. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD N 18 Pemecutan Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skipsi. (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Undiksha.
Dewi, Virana. 2012.”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dan Media Kartu Bridge Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 di SD N Gulingan Kecamatan Mengwi”. Skipsi.
(tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Undiksha.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015.
Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.Katapena.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.Yogyakarta: AR- RUZZ MEDIA.
Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.