• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki pengelolaan sistem akuntansi yang baik dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki pengelolaan sistem akuntansi yang baik dalam"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki pengelolaan sistem akuntansi yang baik dalam penerapan sistem pemerintahan. Indonesia sebagai suatu negara yang dibangun diatas dan dari desa-desa. Penerapan sistem akuntansi yang diterapkan dimulai dari pemerintahan tingkat pusat hingga ke pemerintahan tingkat desa Sistem akuntansi yang diterapkan pada tingkatan desa yaitu sistem akuntansi desa atau biasa disebut Sistem Keuangan Desa yang disebut didalam Permedagri No. 20 Tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan desa. Akuntansi desa yaitu pencatatan transaksi yang melalui berbagai proses dan berlangsung pada suatu desa. Akuntansi yang ada di desa dinyatakan dengan kwitansi atau bukti catatan keuangan lainnya dan dilakukan dengan cara melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan. Sehingga dapat menghasilkan suatu informasi dalam bentuk laporan keuangan yang dapat digunakan oleh pihak terkait yang berhubungan dengan desa. Melalui laporan keuangan tersebut akan diketahui juga tingkat kemandirian terhadap pengelolaan dana desa yang tidak bergantung pada dana dari pemerintah daerah.

Pemerintahan daerah merupakan penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

(2)

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia (2011). Sehingga di dalam pemerintah daerah mempunyai batas-batas hukum agar lebih bisa mengatur masyarakat dalam sistem yang biasa disebut otonom daerah. Otonomi daerah ialah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Republik Indonesia, 2011). Otonomi daerah juga tidak terlepas dari pembangunan daerah yang merupakan bagian dari pembangunan nasional. otonomi daerah meliputi banyak sektor mulai dari pusat, provinsi, kota/kabupaten, dan desa. Otonomi daerah mempunyai banyak kebijakan salah satunya yaitu tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Republik Indonesia, 2004). Ketentuan dari APBD berdasarkan dari salah satu peraturan perundangan yaitu Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Desa adalah adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

(3)

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (2014). Sehingga desa memiliki wewenang dalam mengatur dan mengurus sendiri laporan keuangannya. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 juga menjelaskan Tentang Desa, Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera Republik Indonesia (2014).

Rasio Keuangan yaitu salah satu alat yang biasa digunakan untuk menilai kinerja organisasi dalam pengelolaan keuangan yang tertuang dalam laporan keuangan (Halim & Kusufi, 2012). Analisis rasio keuangan selalu dilakukan pada organisasi sektor publik untuk mengetahui apakah pengelolaan keuangan suatu daerah sudah secara transparan dan akuntabel. Rasio keuangan daerah dikembangakan berdasarkan data keuangan APBD yaitu rasio kemandirian, rasio keserasian, rasio pertumbuhan, rasio efisiensi, dan rasio efektivitas (Halim & Kusufi, 2012).

Penelitian terdahulu yang terkait dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa diantaranya adalah: Martiastuti et al., (2020) yang meneliti tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Di Kecamatan Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya menyatakan bahwa : 1) Kinerja Keuangan berdasarkan Rasio Efisiensi sudah bisa dikatakan efisien karena rata-rata efisiensinya dari tahun ke tahun dibawah 100% 2) Berdasarkan Rasio Kemandirian masih belum bisa dikatakan mandiri hal ini karena PADes masih belum menghasilkan dan

(4)

polanya masih instruktif 3) Berdasarkan Rasio Pertumbuhan Pendapatan dapat diketahui bahwa desa tumbuh secara positif hal ini diketahui berdasarkan pertumbuhannya sebesar 25% per tahunnya. Dimana persentasenya positif

Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani et al., (2020) meneliti Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Bulak Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan mengatakan bahwa, hasil analisis rasio keuangan Desa Bulak tahun 2015-2017: 1) Kinerja pemerintah Desa Bulak dari aspek kemandirian dan keserasian masih kurang optimal, perlu adanya peningkatan kinerja terutama dalam mengelola PADesa seperti BUMDes, dan juga pengalokasian dana yang tepat agar tidak terjadi pemborosan pada anggaran. 2) Kinerja pemerintah desa dari aspek pertumbuhan cukup baik diliat dari total pendapatan, belanja rutin, dan belanja modal tahun 2015-2017. 3) Kinerja pemerintah desa dari aspek efisiensi cukup baik dan efisien, sedangkan dari aspek efektivitas kinerja pemerintah desa sudah efektif.

Hallan (2019) melakukan penelitian mengenai tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Oematnunu menyatakan bahwa, 1) Rasio efektifitas PADes Desa Oetmanunu pada tahun 2017 samgat tidak efektif artinya masih jauh dari target, jika dibandingkan Desa Watotutu dan Desa Tiwatobi lebih efektif karena mendekati target. 2) Rasio efesiensi Desa Oetmanunu tidak efesiensi karena anggaran belanja lebih besar dari realsisasi PADesnya sedangkan Desa Watotutu dan Desa Tiwatobi rasio efesiensi nya cukup baik artinya tidak berbanding terbalik dengan Desa Oetmanunu. 3) Rasio aktivitas Desa Oetmanunu pada tahun 2017 tetap di bawah 50% dan sama

(5)

dengan Desa Watotutu dan Desa Tiwatobi, disimpulkan bahwa kemampuan untuk menekan belanja rutin atau tidak langsung. 4) Rasio belanja pembangunan Desa Oetmanunu tahun 2017, Desa Watotutu dan Desa Tiwatobi pada tahun 2016 tetap diatas 50% berarti pemerintah desa memperioritaskan anggaran belanja pembangunan untuk kesejahteraan warganya.

Penelitian ini dilakukan di Desa Ambulu Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Ambulu tahun anggaran 2019 dan 2020, sehingga kinerja pemerintah desa dapat dibandingkan dan dapat disimpulkan kelebihan serta kekurangan dari kinerja pemerintah desa ambulu dalam 2 tahun terakhir. Apabila terdapat adanya kekurangan maka dapat dijadikan referensi untuk memperbaiki kinerja kedepanya. Peneliti memilih Desa Ambulu karena desa tersebut merupakan daerah asal peneliti dan peneliti sudah mengenal daerah tersebut lebih tepatnya desa ambulu sejak lama. Salah satu potensi di desa ambulu adalah pengelolaan tanah bengkok (sistem sewa tanah) sehingga dapat memberikan pendapatan yang bisa memenuhi belanja desa itu sendiri. Bukan hanya itu peneliti juga ingin mengetahui apakah desa sudah mandiri atau tidak bergantung dengan dana transfer daerah. Berdasarkan hal tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Pemanfaatan sumber daya dan penggunaan dana yang rendah diharapkan bisa secara optimal dilakukan, sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran yang

(6)

akan dicapai. Hal tersebut dapat dilihat dan dianalisis dalam susunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat inkosistensi penelitian terdahulu maka peneliti akan melakukan dan membahas mengenai Kinerja APBDesa pada Desa Ambulu sebagai upaya mengetahui tingkat kinerja dalam merealisasikan APBDesa yang tidak bergantung pada dana pemerintah daerah maupun pusat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja keuangan Desa Ambulu berdasarkan Rasio Kemandirian?

2. Bagaimana kinerja keuangan Desa Ambulu berdasarkan Rasio Keserasian? 3. Bagaimana kinerja keuangan Desa Ambulu berdasarkan Rasio

Pertumbuhan?

4. Bagaimana kinerja keuangan Desa Ambulu berdasarkan Rasio Efisiensi? 5. Bagaimana kinerja keuangan Desa Ambulu berdasarkan Rasio Efektivitas? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis tingkat kemandirian Desa Ambulu. 2. Untuk menganalisis tingkat keserasian Desa Ambulu 3. Untuk menganalisis tingkat pertumbuhan Desa Ambulu. 4. Untuk menganalisis tingkat efisiensi Desa Ambulu.

(7)

5. Untuk menganalisis tingkat efektivitas Desa Ambulu. Adapun manfaat pada penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis, setidaknya dapat bermanfaat sebagai sumbangsih terhadap dunia pendidikan, khususnya di bidang Akuntansi.

2. Manfaat Praktis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan untuk kemajuan dibidang Akuntansi dan dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena merebaknya masyarakat miskin sebenarnya telah lama menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah maupun masyarakat para pengguna jalanan.Hampir di setiap jalan kita

Judul skripsi : Peningkatan Keterampilan Memainkan Alat Musik Melodis Melalui Penerapan Model Quantum pada Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) Siswa Kelas IV SD

Proses perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dimulai dari Sekretaris Desa menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) Garon sesuai

Gambar 4.10 Kromatogram GC-MS biodiesel dengan katalis kitosan-sulfat Hasil konversi biodiesel penelitian pada minyak berkandungan asam lemak tinggi seperti CPO dapat mencapai

Dalam perencanaan pendidikan karakter Semua pihak berperan, kalau di sekolah semua komite sekolah kita libatkan semua dalam pendidikan karakter, dan dalam

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Husna et al., 2020), yang mengatakan bahwa variabel pengetahuan memiliki signifikansi > 0,05

Data penelitian ini didapat dari hasil belajar siswa melalui tes akhir pada kegiatan pembelajaran dan merupakan hasil pembelajaran tentang pokok bahasan ekosistem, tes

Katakanlah anda telah memiliki asuransi dari kantor yang meng-cover seluruh biaya rumah sakit anda, lalu anda ditawari lagi asuransi tambahan yang katanya bisa double claim