• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFFECT OF BULBS STORAGE TIME AND BALANCING DOSAGE OF FERTILIZER ON GROWTH AND YIELD OF SHALLOTS (Allium ascalonicum) 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFFECT OF BULBS STORAGE TIME AND BALANCING DOSAGE OF FERTILIZER ON GROWTH AND YIELD OF SHALLOTS (Allium ascalonicum) 1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Study Program of Agrotechnology, Faculty of Agriculture University of Sebelas Maret (UNS) Surakarta

ABSTRACT

Shallot is needed as spice by community and the bulbs is used as planting material by farmers. Bulbs storage as planting material can decrease its quality. To solve this, minimizing bulbs storage time without decreasing the quality of growth and yield of shallots by the application of balancing dosage of organic fertilizer, inorganic fertilizer, and their combinations can be done. This research was aimed to know the effect of bulbs storage time, balancing dosage of fertilizer, and both interaction on growth and yield of shallots, and also to get combination of two treatments which gives the best in growth and yield of shallots. This research was carried out using Split Plot Design with three replications, main plot: balancing dosage of fertilizer, and sub plot: bulbs storage time. Result showed that correlation between two treatments occurs in bulbs diameter. Bulbs storage time had significant effect on weight of bulbs per plot. The highest LAI, CGR, and NAR was on 20 ton/ha dosage of organic fertilizer. Two months bulbs storage time gave the highest LAI, while 6 months bulbs storage time gave the highest CGR and NAR. Six months bulbs storage time and 20 ton/ha dosage of organic fertilizer gave the best growth and yield of shallots.

Key words : shallots, bulbs storage time, balancing dosage of fertilizer

1

) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia 2012 di Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur

2

) Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, UNS Surakarta

3

(2)

PENDAHULUAN

Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia terutama sebagai bumbu dapur. Selain itu, umbi bawang merah juga dimanfaatkan petani sebagai bahan tanam. Umbi sebagai bahan tanam harus disimpan sebelum ditanam karena setelah masa penyimpanan tunas pada umbi bibit mulai tumbuh. Menurut Wibowo (2009), umbi bawang merah sebagai bahan tanam kebanyakan telah mengalami masa penyimpanan minimal selama 2 bulan, dengan masa penyimpanan yang paling baik adalah 6-8 bulan. Penyimpanan dapat menimbulkan masalah apabila kondisi tempat penyimpanan tidak sesuai sehingga menurunkan kualitas umbi bibit. Umbi yang kurang bermutu jika ditanam akan menghasilkan umbi yang kecil dan penampilannya kurang menarik. Untuk mengatasi hal tersebut, maka lama penyimpanan dipersingkat untuk mengurangi penurunan kualitas umbi bibit. Hasil penelitian Soedomo (1992) cit. Soedomo (2006) menunjukkan umbi bawang merah lama simpan 3 bulan mampu menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang terbaik dibandingkan lama simpan 1, 2, dan 4 bulan.

Pada penelitian ini, untuk mengoptimalkan pertumbuhan umbi bibit bawang merah dari berbagai variasi lama penyimpanan dapat dilakukan dengan pengaplikasian dosis perimbangan pupuk. Pupuk yang akan digunakan adalah pupuk organik, anorganik, serta kombinasinya. Yetti dan Evawani (2008) menyatakan bahwa kandungan unsur hara pada pupuk organik masih belum dapat memenuhi kebutuhan tanaman bawang merah, sehingga perlu dikombinasikan dengan pupuk anorganik. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui lama penyimpanan umbi bibit sebelum tanam yang lebih singkat serta dosis perimbangan pupuk yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April-Juni 2012 di Desa Gunung Mijil, Karanganyar pada jenis tanah Vertisol dengan ketinggian tempat 98 mdpl. Bahan penelitian yang digunakan antara lain: umbi bibit bawang merah varietas Bima Curut, pupuk organik (fine compost), dan pupuk anorganik (pupuk ZA,

(3)

pupuk SP-36, dan pupuk KCl). Alat yang digunakan antara lain: meteran, cangkul, papan nama, cethok, sprayer, timbangan, alat tulis, dan kamera.

Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPB) dengan tiga ulangan. Perlakuan petak utama adalah dosis perimbangan pupuk yang terdiri dari empat taraf (Tabel 1), sedangkan perlakuan petak bagian adalah lama waktu penyimpanan umbi bibit yang terdiri dari tiga taraf yaitu: L1 (2 bulan), L2 (4 bulan), L3 (6 bulan). Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis ragam dengan uji F taraf 0,05. Untuk uji F, apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Jika terdapat interaksi nyata antara dua perlakuan, dilanjutkan dengan uji korelasi.

Tabel 1. Perlakuan dosis perimbangan pupuk

Jenis Pupuk Dosis Perimbangan Pupuk (ton/ha)

P1 P2 P3 P4 Anorganik ZA 0 0,2 0,4 0,6 SP-36 0 0,05 0,1 0,15 KCl 0 0,06 0,13 0,2 Organik 20 13,3 6,6 0

Pengamatan peubah meliputi komponen pertumbuhan yaitu indeks luas daun (ILD), laju pertumbuhan tanaman (LPT), laju asimilasi bersih (LAB), serta komponen hasil yang ditunjukkan dengan peubah berat umbi per petak.

HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Pertumbuhan 1. ILD, LPT, dan LAB

Pengamatan pertumbuhan dapat dilakukan dengan metode deskriptif yaitu dengan mencabut sampel tanaman untuk dianalisis pertumbuhannya. Peubah yang biasa digunakan untuk pengamatan pertumbuhan secara destruktif antara lain indeks luas daun (ILD), laju pertumbuhan tanaman (LPT), dan laju asimilasi bersih (LAB). Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa dosis pupuk organik 20 ton/ha mampu memberikan nilai ILD, LPT, dan LAB yang tertinggi dibandingkan dosis pupuk yang lain.

(4)

Tabel 2. Rangkuman rerata ILD, LPT, dan LAB saat 6 MST pada perlakuan dosis perimbangan pupuk dan lama simpan umbi

Dosis Perimbangan Pupuk (P)

Peubah ILD LPT (g/cm2/hari) LAB (g/cm2/hari) P1 (organik 20 ton/ha) 0,65 0,64 0,004 P2 (organik 13,3 ton/ha, ZA 0,2 ton/ha, SP-36 0,05 ton/ha, KCl 0,06 ton/ha) 0,5 0,25 0,002 P3 (organik 6,6 ton/ha, ZA 0,4 ton/ha, SP-36 0,1 ton/ha, KCl 0,13 ton/ha) 0,61 0,35 0,003 P4 (ZA 0,6 ton/ha, SP-36 0,15 ton/ha, KCl 0,2 ton/ha) 0,54 0,29 0,002

Lama Simpan Umbi (L)

L1 (2 bulan) 0,6 0,37 0,003

L2 (4 bulan) 0,56 0,3 0,003

L3 (6 bulan) 0,57 0,48 0,004

Sejalan dengan hasil penelitian Kartikawati et al. (2012) yang menyatakan bahwa perlakuan dosis pupuk kandang 20 ton/ha mampu menghasilkan laju pertumbuhan tanaman jagung yang lebih besar dibandingkan dengan dosis pupuk kandang 10 ton/ha dan tanpa pupuk kandang. Selain itu, Gardner et al. (1991) cit. Sulistyaningsih et al. (2005) menyatakan bahwa laju pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih dan indeks luas daun. Laju asimilasi bersih yang tinggi dan indeks luas daun yang optimum akan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman.

Untuk perlakuan lama simpan umbi, nilai ILD tertinggi pada lama simpan 2 bulan, sedangkan nilai LPT dan LAB tertinggi pada lama simpan 6 bulan. Hal ini dimungkinkan karena faktor umbi bibit yang secara fisik berbeda. Umbi lama simpan 2 dan 6 bulan memiliki kondisi fisik yang lebih baik daripada 4 bulan dan tidak mengalami susut (kopong), sehingga pertumbuhannya lebih baik. Menurut Ningsih (2009), kualitas dan kondisi fisik bibit tanaman akan menentukan laju awal pertumbuhan dan kemampuan hidup bibit setelah ditanam di lapangan.

(5)

Nilai ILD pada seluruh perlakuan kurang dari satu, yang berarti bahwa daun-daun tanaman tidak saling menaungi. Pemanfaatan yang dapat dilakukan melihat nilai ILD yang dihasilkan oleh seluruh perlakuan kurang dari satu di antaranya adalah mempersempit jarak tanam tanaman bawang merah. Selain itu, pemanfaatan juga dapat dilakukan dengan melakukan budidaya tanaman bawang merah secara tumpang gilir, misalnya dengan tanaman cabai, sehingga penggunaan lahan menjadi lebih efisien.

Komponen Hasil 1. Berat Umbi per Petak

Berat umbi per petak diamati melalui umbi yang dihasilkan dari petak sampel pada masing-masing petak bagian. Pada petak sampel terdapat sembilan rumpun tanaman bawang merah. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa dosis perimbangan pupuk memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap berat umbi per petak. Pada penelitian ini, dosis pupuk organik 20 ton/ha (P1) dapat memberikan berat hasil panen bawang merah yang sama baiknya dengan perlakuan dosis perimbangan pupuk yang lain (yang telah dikombinasikan dengan pupuk anorganik).

Tabel 3. Rerata berat umbi (g) bawang merah per petak pada perlakuan dosis perimbangan pupuk dan lama simpan umbi

Dosis Perimbangan Pupuk (P)

Lama simpan umbi (L)

Rerata L1 (2 bulan) L2 (4 bulan) L3 (6 bulan) P1 (organik 20 ton/ha) 386,73 360,1 413,5 386,78 P2 (organik 13,3 ton/ha, ZA 0,2 ton/ha, SP-36 0,05 ton/ha, KCl 0,06 ton/ha) 379,8 299,03 383,33 354,06 P3 (organik 6,6 ton/ha, ZA 0,4 ton/ha, SP-36 0,1 ton/ha, KCl 0,13 ton/ha) 406,3 281,63 485,83 391,26 P4 (ZA 0,6 ton/ha, SP-36 0,15 ton/ha, KCl 0,2 ton/ha) 388,97 323,63 357,7 356,77 Rerata 390,45b 316,1a 410,09b 372,22

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT.

(6)

Pada umumnya, pupuk organik hanya mampu memenuhi kebutuhan bahan organik saja dan kurang optimal dalam penyediaan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang baik akan mengoptimalkan hasil panen. Suriadikarta dan Simanungkalit (2006) menyatakan bahwa pupuk organik mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga pupuk organik lebih ditujukan pada kandungan bahan organiknya saja daripada kadar haranya.

Untuk perlakuan lama simpan umbi memberikan pengaruh nyata terhadap berat umbi per petak. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan lama simpan 4 bulan (L2) menghasilkan berat umbi per petak yang berbeda nyata dengan perlakuan lama simpan yang lain, yaitu 316,1 g atau jika dikonversikan dalam luasan 1 ha adalah 11,7 ton/ha. Untuk hasil tertinggi diperoleh pada lama simpan 6 bulan (L3) yang jika dikonversikan dalam luasan 1 ha sebesar 15,18 ton/ha.

Perlakuan lama simpan 2 bulan (L1) memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama simpan 6 bulan (L3). Dari hal ini dapat dikatakan bahwa untuk memperoleh hasil panen bawang merah yang optimal tidak diperlukan masa penyimpanan yang terlampau lama seperti yang biasa dilakukan petani. Jika dalam jangka waktu 2 bulan, lahan sudah siap tanam maka umbi bibit dapat segera ditanam tanpa harus menunggu hingga lama simpan 6 bulan. Namun jika lahan belum siap tanam, maka umbi bibit masih dapat disimpan hingga lama simpan 6 bulan dengan tempat penyimpanan yang sesuai agar tidak berkecambah sebelum penanaman.

2. Diameter Umbi

Perlakuan dosis perimbangan pupuk dan lama simpan umbi memiliki interaksi yang yang nyata pada diameter umbi. Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa dosis pupuk organik 20 ton/ha (P1) maupun dosis pupuk organik 6,6 ton/ha, ZA 0,4 ton/ha, SP-36 0,1 ton/ha, KCl 0,13 ton/ha (P3) memberikan hasil diameter umbi yang cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya lama simpan umbi sebelum tanam. Sedangkan dosis pupuk organik 13,3 ton/ha, ZA 0,2 ton/ha, SP-36 0,05 ton/ha, KCl 0,06 ton/ha (P2)

(7)

dan dosis pupuk ZA 0,6 ton/ha, SP-36 0,15 ton/ha, KCl 0,2 ton/ha (P4) memberikan hasil diameter umbi yang cenderung menurun seiring dengan meningkatnya lama simpan umbi sebelum tanam.

Gambar 1. Kurva kecenderungan pengaruh lama simpan umbi terhadap diameter umbi besar pada dosis perimbangan pupuk yang berbeda

Keterangan :

 P1 (pupuk organik 20 ton/ha)

 P2 (pupuk organik 13,3 ton/ha, ZA 0,2 ton/ha, SP-36 0,05 ton/ha, KCl 0,06 ton/ha)

 P3 (pupuk organik 6,6 ton/ha, ZA 0,4 ton/ha, SP-36 0,1 ton/ha, KCl 0,13 ton/ha)

 P4 (pupuk ZA 0,6 ton/ha, SP-36 0,15 ton/ha, KCl 0,2 ton/ha)

Pupuk organik 20 ton/ha (P1) dimungkinkan mampu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman pada semua perlakuan lama simpan sehingga umbi yang dihasilkan juga lebih baik dibandingkan perlakuan tanpa pupuk organik (P4). Sedangkan untuk dosis pupuk organik 6,6 ton/ha, ZA 0,4 ton/ha, SP-36 0,1 ton/ha, KCl 0,13 ton/ha (P3) dimungkinkan merupakan dosis perimbangan yang lebih baik dibandingkan dengan dosis pupuk organik 13,3 ton/ha, ZA 0,2 ton/ha, SP-36 0,05 ton/ha, KCl 0,06 ton/ha (P2) karena mengandung P dan K yang lebih banyak sehingga mengoptimalkan pembentukan dan perkembangan umbi pada semua perlakuan lama simpan. Menurut Ispandi (2003), kekurangan

(8)

unsur P dapat mengganggu proses metabolisme tanaman serta menghambat penyerapan unsur-unsur hara yang lain, termasuk penyerapan K. Selain itu, kekurangan unsur P juga dapat menghambat proses pembentukan dan pembesaran umbi.

KESIMPULAN

1. Interaksi antara lama simpan umbi dan dosis perimbangan pupuk terjadi pada komponen hasil umbi bawang merah yaitu diameter umbi besar.

2. Lama simpan umbi berpengaruh nyata terhadap berat umbi per petak.

3. Nilai ILD, LPT, dan LAB tertinggi diperoleh dengan penggunaan pupuk organik 20 ton/ha. Penyimpanan umbi selama 2 bulan menghasilkan ILD tertinggi, sedangkan penyimpanan umbi selama 6 bulan menghasilkan LPT dan LAB tertinggi.

4. Lama simpan 6 bulan dan dosis pupuk organik 20 ton/ha memberikan pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah yang paling baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ispandi A 2003. Pemupukan P, K dan Waktu Pemberian Pupuk K pada Tanaman Ubi Kayu di Lahan Kering Vertisol. Jurnal Ilmu Pertanian 10(2): 35-50. Ningsih MK 2009. Keragaman Pertumbuhan Semai Pohon Peghasil Gaharu

(Aquilaria microcarpa Bill Bill) dari Berbagai Asal Benih. Bioprospek 6(1): 12-17.

Soedomo RP 2006. Pengaruh Jenis Kemasan dan Daya Simpan Umbi Bibit Bawang Merah terhadap Pertumbuhan dan Hasil di Lapangan. J. Hort. 16(3): 188-196.

Sulistyaningsih E, Kurniasih B, Kurniasih E 2005. Prtumbuhan dan Hasil Caisin pada Berbagai Warna Sungkup Plastik. Jurnal Ilmu Pertanian 12(1): 65-76.

Suriadikarta DA, Simanungkalit RDM 2006. Pendahuluan. Pp 1-10. Dalam: Simanungkalit RDM et al. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

http://balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses 7 April 2012.

Wibowo S 2009. Budidaya Bawang. Jakarta: Penebar Swadaya.

Yetti H, Evawani E 2008. Penggunaan Pupuk Organik dan KCl pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). SAGU 7(1): 13-18.

Gambar

Gambar 1. Kurva kecenderungan pengaruh lama simpan umbi terhadap    diameter umbi besar pada dosis perimbangan pupuk yang    berbeda

Referensi

Dokumen terkait

1. Bisnis tersebut risikonya kecil. Logikanya mudah/sederhana; tidak ada rutin spesial yang dikembangkan untuk melakukan proses data.. Input transaksi dilakukan dengan metode batch

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti, pengembangan modul layanan bimbingan dan konseling bidang pribadi berbasis nilai wasaka suku banjar di SMAN 12

Apabila terjadi perselisihan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan atau penafsiran ketentuan – ketentuan dalam Perjanjian ini tidak dap[at diselesaikan secara musyawarah

memiliki “ initial tarif rate ” yang jauh lebih tinggi; (2) Dengan kekuatan kapital yang dimiliki, negara-negara maju telah menyediakan subsidi ekspor dan subsidi domestik

Hasil penelitian bahwa ada pengaruh untuk hasil belajar kemampuan berbicara dengan menggunakan media Flash Card pada kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo, sehingga

Segudang persoalan tersebut masih ditambah lagi dengan persoalan-persoalan dari dalam lainnya yang harus segera dicarikan jalan keluarnya, seperti; umat Islam masih terbelenggu dan

Bank Rakyat Indonesia Cabang Denpasar Gajah mada yaitu memberlakukan jadwal kerja secara adil, memberikan gaji yang sesuai dengan jabatan, memberikan penghargaan secara

Skripsi ini di tulis sebagai syarat yang harus di penuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala