• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. wajib pajak, baik perseorangan maupun perusahaan. Perpajakan merupakan salah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. wajib pajak, baik perseorangan maupun perusahaan. Perpajakan merupakan salah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perpajakan merupakan kewajiban atau beban yang harus dilakukan oleh wajib pajak, baik perseorangan maupun perusahaan. Perpajakan merupakan salah satu sumber pendapatan nasional terbesar. Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara.

Sistem administrasi pajak yang berlaku di Indonesia adalah self assessment system. Sistem tersebut memberikan wewenang secara penuh kepada pelaku pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP) ke kantor pajak (Ilyas, 2011). Secara gamblang, self assessment system merupakan sistem perpajakan yang sangat rentan menimbulkan penyelewengan dan pelanggaran. Penyelewengan dan pelanggaran tersebut merupakan suatu bentuk dari penghindaran atau perlawanan pajak (Mulyani, 2014). Penghindaran pajak merupakan tindakan yang bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan setelah pajak. Hal ini adalah cara menghindari pajak yang sah dan tidak melanggar peraturan perpajakan. Penghindaran pajak berkaitan dengan persoalan yang kompleks dan unik, karena di satu sisi diperbolehkan, tetapi di sisi lain tidak diinginkan. (Maharani & Suardana, 2014).

(2)

Pendapatan pajak negara pada tahun 2019 yaitu sebesar Rp 1.332,1 triliun atau hanya 84,4% dari target di APBN 2019 sebesar Rp 1.577,6 triliun (Julita, 2020). Menururunnya tax ratio ini mengindikasikan terjadinya penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan yang ada di Indonesia. Pada tahun 2019, Lembaga Tax Justice Network pada Rabu (8/5) melaporkan bahwa perusahaan tembakau milik British American Tobacco (BAT) telah melakukan penghindaran pajak di Indonesia melalui PT Bentoel Internasional Investama. Sebagai dampaknya negara bisa menderita kerugian US$ 14 juta per tahun. Laporan tersebut menjelaskan BAT telah mengalihkan sebagian pendapatannya keluar dari Indonesia melalui dua cara. Pertama, melalui pinjaman intra-perusahaan antara tahun 2013 dan 2015. Kedua, melalui pembayaran kembali ke Inggris untuk royalti, ongkos dan layanan (Kartika, 2019).

Perusahaan mungkin memiliki preferensi berbeda untuk berpartisipasi dalam aktivitas penghindaran pajak. Risiko yang ditimbulkan antara lain biaya langsung, biaya implementasi, kerusakan reputasi perusahaan, potensi kendala hukum dan biaya lainnya. Selain menimbulkan risiko, praktik penghindaran pajak juga berdampak negatif bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan penghindaran pajak mencerminkan perilaku manajer yang lebih memperhatikan kepentingan pribadi dengan menyampaikan informasi yang tidak tepat kepada investor, yang dapat mengakibatkan asimetri informasi dan manipulasi laporan keuangan. (Chen, Chen, Cheng, & Shevlin, 2010). Terdapat banyak faktor yang mendorong perusahaan melakukan penghindaran pajak diantaranya, Profitabilitas, Leverage dan Intensitas Aset Tetap.

(3)

Profitabilitas merupakan ukuran kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut penelitian Ardyansah and Zulaikha (2014) mengatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari berbagai aktivitas bisnisnya. Profitabilitas merupakan salah satu alat ukur kinerja manajemen untuk mengelola kekayaan perusahaan, yang dapat dilihat dari tingkat keuntungan perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Keuntungan perusahaan adalah dasar untuk mengumpulkan pajak perusahaan. Ketika laba yang diperoleh besar maka besarnya beban pajak penghasilan akan meningkat seiring dengan peningkatan laba perusahaan. Apabila Perusahaan yang memperoleh laba diasumsikan atau dikatakan tidak melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) dikarenakan perusahaan tersebut mampu mengatur pendapatan dan pembayaran pajaknya (Maharani & Suardana, 2014).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prapitasari (2019) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif pada penghindaran pajak. Hasil berbeda ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan oleh Budianti (2018) menyatakan bahwa Return On Assets (Profitabilitas) berpengaruh negatif pada tingkat signifikan 1% terhadap tax avoidance di perusahaan sub sektor makanan dan minuman pada periode 2013- 2016.

Adanya indikasi perusahaan melakukan penghindaran pajak dapat dilihat dari kebijakan pendanaan yang diambil perusahaan. Salah satu kebijakan pembiayaan adalah kebijakan leverage, yaitu tingkat hutang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya. Kenaikan jumlah hutang akan menyebabkan perseroan harus membayar beban bunga. Beban bunga yang timbul

(4)

dari hutang akan dikurangkan dari laba bersih perusahaan, setelah itu pajak akan dikurangi untuk memaksimalkan keuntungan. Tingkat hutang yang semakin tinggi maka diindikasikan semakin tinggi juga perusahaan melakukan penghindaran pajak. Tujuan dilakukannya penghindaran pajak adalah dana yang seharusnya digunakan untuk membayar pajak perusahaan dialihkan untuk membayar hutang itu sendiri dan untuk membiayai aktivitas atau kegiatan perusahaan lainnya (Dharma, 2016).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prapitasari (2019) menyimpulkan bahwa Leverage tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini

dikarenakan perusahaan yang melakukan pendanaan dari utang tidak selalu

bertujuan untuk melakukan penghindaran pajak, karena perusahaan telah melakukan analisis mengenai kemungkinan pengambilan resiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan keuntungan yang akan didapat perusahaan jika

melakukan penghindaran pajak. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Noviyani (2019) yang menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Artinya perusahaan yang memiliki rasio leverage besar, terindikasi melakukan penghindaran pajak. Indikasi perusahaan melakukan penghindaran pajak dapat dilihat dari keputusan pendanaan perusahaan.

Perusahaaan yang memiliki intensitas aset tetap yang tinggi menggambarkan semakin besar investasi perusahaan tersebut terhadap aset tetap. Perusahaan dengan aset tetap yang banyak akan menanggung beban depresiasi yang besar. Hal ini dapat mempengaruhi pajak perusahaan karena beban depresiasi akan bertindak sebagai pengurang pajak. Laba kena pajak perusahaan yang semakin berkurang akan mengurangi pajak terutang perusahaan (Mulyani, 2014)

(5)

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sundari (2017) menyimpulkan bahwa Intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Hasil berbeda ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan oleh Ependi (2020) yang menyimpulkan bahwa intensitas aset tetap berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Artinya perusahaan dengan intensitas aset tetap yang tinggi, memiliki tingkat penghindaran pajak yang tinggi.

Apa yang dijelaskan di atas didapat hasil yang berbeda dan tidak konsisten dari peneliti sebelumnya. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai pengaruh profitabilitas, leverage dan Intensitas Aset Tetap terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada tahun penelitian, sampel penelitian dan pengukuran tax avoidance, dimana pada peneltian sebelumnya menggunakan Cash ETR, sementara alat ukur tax avoidance yang penulis gunakan adalah Book Tax Different (BTD). BTD merupakan proksi yang menggambarkan selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Dibandingkan dengan penggunaan alat ukur lainnya, keunggulan BTD adalah BTD menunjukkan bagaimana perusahaan akan berusaha melaporkan laba akuntansi yang lebih tinggi untuk kepentingan pemegang saham, tetapi menerapkan strategi untuk menurunkan laba kena pajak. BTD dapat menggambarkan strategi penghindaran pajak jangka panjang dan jangka pendek (Rego & Wilson, 2009). Sedangkan profitabilitas menggunakan return on asset (ROA), leverage menggunakan debt to equity ratio (DER) dan intensitas aset tetap dihitung dengan cara membagi total aset tetap dengan total aset.

(6)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas mengenai penghindaran pajak, di dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui:

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan jasa non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2019?

2. Apakah leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan jasa non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2019?

3. Apakah intensitas aset tetap berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan jasa non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2019?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi sejauh mana profitabilitas dapat mempengaruhi tingkat penghindaran pajak pada perusahaan jasa non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2019.

2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi sejauh mana leverage dapat mempengaruhi tingkat penghindaran pajak pada perusahaan jasa non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2019.

3. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi sejauh mana intensitas aset tetap dapat mempengaruhi tingkat penghindaran pajak pada perusahaan jasa non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2019.

(7)

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah disampaikan, diharapkan penelitian ini dapat memberi beberapa manfaat seperti:

1. Manfaat Teoritis

a) Sebagai pengembangan teori dalam menghadapi permasalahan perpajakan di Indonesia.

b) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar acuan bagi pengembangan penelitian selanjutnya dan pengembangan ilmu pengetahuan di waktu yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Memberikan solusi atau pemecahan masalah yang dihadapi oleh lembaga pemerintahan yang melakukan pemungutan pajak serta memberikan saran yang sesuai.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Dalam penelitian Putri dan Lautania (2016) menyatakan hasil intensitas aset tetap berpengaruh negatif signifikan terhadap ETR sebagai proxy penghindaran pajak (

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan hutang, intensitas asset yang diukur oleh, intensitas aset tetap terhadap penghindaran pajak dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusi, tingkat keuntungan, ukuran perusahaan dan intensitas aset tetap terhadap penghindaran pajak

Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak Tax Avoidance Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Ngadiman,N&Puspitasari,C.2017Pengaruhleverage,KepemilikanInstitusionaldan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Pengaruh Intensitas Aset Tetap, Pertumbuhan Penjualan Dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

Untuk mengetahui dan mengestimasi pengaruh penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan yang dimoderasi transparansi perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek