PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DAN
HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD
Ni Luh Kadek Diah Puspitasari 1 , Nyoman Dantes 2 , Desak Putu Parmiti 3
1 Jurusan PGSD, 2 Jurusan BK, 3 Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar IPS siswa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Posttest Only Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Gugus III Tambora Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2015/2016.
Sampel diambil dengan teknik random sampling kelas. Sampel penelitian berjumlah 55 siswa. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan uji MANOVA berbantuan SPSS 16.00 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran NHT dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (F = 119,010, dengan Sig. < 0,05); 2) terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran NHT dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (F = 142,553, dengan Sig. < 0,05); 3) terdapat perbedaan motivasi berprestasi dan hasil belajar IPS yang signifikan antara kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran NHT dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (F = 1.015
a, dengan Sig. >
0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran NHT lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Kata kunci: pembelajaran kooperatif, model NHT, motivasi berprestasi, hasil belajar IPS
Abstract
This research aims to investigate the effect of the cooperative learning model type Numbered Head Together (NHT) toward achievement motivation and students’
social learning result. The research design which was used in this research was
Posttest Only Control Group Design. The populations of this research were fifth
grade elementary students cluster III Tambora sub-district Melaya, Jembrana
regency school year 2015/2016. Samples were taken by random sampling class
technique. The samples were 55 students. Data which were collected, were
analyzed by using MANOVA assisted by SPSS 16.00 for windows. The research’s
results show that: 1) there are significant differences of achievement motivation
between the student’s intergroup which were learned by NHT learning model and the
student’s intergroup which were learned by conventional learning (F = 119,010, and
Sig. < 0,05); 2) ) there are significant differences of social learning result between
the student’s intergroup which were learned by NHT learning model and the
student’s intergroup which were learned by conventional learning (F = 142,553, and
Sig. < 0,05); 3) there are significant differences of achievement motivation and social learning result between the student’s intergroup which were learned by NHT learning model and the student’s intergroup which were learned by conventional learning(F = 1.015
a, and Sig. > 0,05). Based on these results it can be said that students that learned with NHT learning model is better than the students that learned with conventional learning.
Keywords: cooperative learning, NHT learning model, achievement motivation, social learning result
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (UU No.
20 Tahun 2003, pasal 2-3 pasal 1 ayat 1).
Dengan demikian, pendidikan dapat memberi pengalaman, baik pengetahuan, keterampilan ataupun sikap yang berguna bagi kehidupan peserta didik yang berlangsung seumur hidup. Namun, pada kenyataannya pendidikan sering mengalami penurunan setiap pergantian tahun. Merosotnya kualitas pendidikan banyak mendapat sorotan dari masyarakat, para pendidik, dan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah berupaya semaksimal mungkin mengadakan perbaikan dan penyempurnaan dibidang pendidikan. Salah satunya yaitu proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik yang biasanya menggunakan berbagai model atau metode. Dalam proses belajar, guru harus memiliki metode atau model pembelajaran yang berbeda satu dengan lain, itu bergantung pada pembahasan yang disampaikan dan cara mengajarnya. Oleh karena itu, pendidikan banyak diarahkan pada penataan proses belajar serta penggunaan dan pemilihan model pembelajaran secara tepat. Ini bertujuan untuk pencapaian hasil belajar siswa semaksimal mungkin. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT hadir dalam dunia pendidikan
khususnya dalam pembelajaran di kelas
untuk memberikan suasana baru dalam
proses pembelajaran. Model pembelajaran
kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa yang
memiliki 4 fase yaitu penomoran,
mengajukan pertanyaan, berpikir bersama,
dan menjawab. Ciri khas dalam
pembelajaran NHT adalah guru hanya
menunjuk seorang siswa untuk menjawab
pertanyaan teman kelompoknya. Pada
pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa
dalam kelas dikelompokkan secara
heterogen kemudian setiap siswa diberikan
nomor kepala sesuai dengan jumlah
anggota kelompoknya. Setiap kelompok
diberikan LKS, setelah siswa mendapat
LKS, siswa ditugaskan mendiskusikan LKS
dengan kelompoknya. Setelah siswa
selesai berdiskusi dengan teman
kelompoknya, guru akan memanggil satu
atau lebih anggota kelompok sesuai
dengan nomor yang dipanggil untuk
menjawab atau melaporkan hasil diskusi
mereka. Setelah siswa selesai menjawab
atau melaporkan hasil diskusinya, siswa
mendapat penghargaan berupa tepuk
tangan dan reward poin. Ini bertujuan untuk
menarik simpati peserta didik di dalam
pembelajaran yang dapat meningkatkan
motivasi berprestasi dan hasil belajar
siswa. Namun, permasalahan lain yang
ditemukan di lapangan adalah rendahnya
motivasi berprestasi siswa dapat dilihat
atau diamati dari tingkah laku yang
dilakukan oleh siswa di kelas, diantaranya
siswa yang masih senang bermain dengan
teman sebangkunya saat guru
menyampaikan materi pelajaran, siswa
yang kurang konsentrasi atau bengong,
siswa malas untuk maju ke depan kelas
menjawab pertanyaan yang diajukan guru
ataupun pertanyaan dari temannya bahkan
ada siswa yang terlambat masuk ke kelas saat jam pelajaran sudah dimulai. Inilah yang mengakibatkan siswa memiliki motivasi berprestasi yang rendah.
Rendahnya motivasi berprestasi dah hasil belajar disebebakan beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satu adalah proses pemahaman terhadap materi pelajaran dan keberhasilan yang didapatkan selama proses belajar.
Pembelajaran yang dipakai selama ini adalah pembelajaran yang lebih menekankan hasil daripada proses sehingga mengakibatkan motivasi siswa rendah dalam memahami pelajaran bahkan untuk bersaing di kelasnya. Untuk dapat meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa, guru harus menggunakan variasi model pembelajaran yang lain. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran. Salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat digunakan sebagai kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga Negara yang baik. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial cocok digunakan dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT di dalam kelas, karena pelajaran IPS memiliki kemampuan yang dapat berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan berkomunikasi dan kerjasama antar kelompok, serta memiliki nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Agar pembelajaran dapat tercapai, maka proses pembelajaran IPS harus disajikan dengan proses pembelajaran yang menarik dan bermakna, sehingga siswa sebagai subjek dan objek pembelajaran dapat terlibat secara aktif dan dominan, serta termotivasi untuk mengikuti pelajaran IPS.
Namun pada kenyataannya, pendidikan IPS yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas pada umumnya hanya berorientasi pada hafalan fakta-fakta serta kurang membantu siswa berpikir kritis
dan kreatif. Proses pembelajaran cenderung dilakukan dengan komunikasi satu arah dan yang aktif hanyalah pendidik.
Oleh karena itu, pembelajaran IPS belum mampu memberikan pemahaman terhadap siswa, karena dalam pembelajaran siswa disuruh untuk menghafal materi yang disampaikan oleh guru dan dalam pembelajaran guru lebih mendominasi pembelajaran dan siswa hanya sebagai pendengar saja.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2016 dengan guru kelas V di SD Gugus III Tambora Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana diketahui bahwa rata-rata hasil belajar IPS masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa juga disebabkan oleh rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS pun masih rendah. Ini terlihat dari malasnya siswa masuk ke kelas ketika jam pelajaran sudah di mulai, siswa juga kurang antusias dan kurang konsentrasi dalam menerima pelajaran IPS serta tidak ada persaingan antara siswa untuk menciptakan suatu keberhasilan yang dicapai selama
Oleh karena itu, siswa beranggapan bahwa pelajaran IPS termasuk mata pelajaran yang sangat membosankan, kaku, dan tidak kreatif, karena guru hanya mengandalkan metode ceramah saja di dalam penyampaian materi pelajaran, sedangkan siswa lebih banyak mencatat.
Peserta didik akan jenuh dan kurang tertarik terhadap IPS yang menyebabkan pembelajaran cenderung pasif. Pasifnya pembelajaran akan menyebabkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa akan menurun bahkan siswa kurang memahami materi yang telah disampaikan guru. Hal ini tidak terlepas dari metode yang diterapkan guru yang selalu monoton dan siswa kurang terlibat secara langsung dalam pembelajaran.
Maka perlu adanya solusi untuk
mengatasi masalah-masalah yang terjadi
pada pembelajaran IPS, utamanya dalam
meningkatkan motivasi berprestasi dan
hasil belajar siswa. Atas dasar ini, peneliti
merasa perlu untuk mengimplementasikan
Model Pembelajaran NHT terhadap
Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V SD Gugus III Tambora Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2015/2016.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui perbedaan motivasi berprestasi siswa yang mengikuti model pembelajaran NHT dibandingkan dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional; 2) mengetahui perbedaan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran NHT dibandingkan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional; 3) mengetahui perbedaan motivasi berprestasi dan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran NHT dibandingkan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Ekasari dan SD Negeri 2 Ekasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana dengan jumlah populasi 102 siswa.
Penelitian ini menggunakan rancangan Posttest Only Control Group Design menurut Dantes (2012a:96). Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak bisa dilakukannya pengacakan individu, maka pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling kelas. Sebelum menentukan sampel penelitian, populasi tersebut diuji kesetaraannya berdasarkan nilai UAS IPS semester ganjil dengan uji Anava 1 jalur.
Berdasarkan hasil uji kesetaraan yang dilakukan dengan program SPSS 16.0 for windows, diketahui bahwa kemampuan siswa di gugus tersebut telah setara.
Setelah dilakukan uji kesetaraan, selanjutnya sampel dalam penelitian ini ditetapkan 2 kelas yang setara yaitu kelas V SD Negeri 1 Ekasari yang berjumlah 30 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD Negeri 2 Ekasari yang berjumlah 25 orang siswa sebagai kelompok kontrol. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel independent, yakni model pembelajaran, variabel dependent, yakni motivasi berprestasi dan hasil belajar.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan
kuesioner. Tes yang digunakan yakni tes pilihan ganda mata pelajaran IPS, sedangkan kuesioner yang digunakan adalah kuesioner motivasi berprestasi. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan Manova.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap hasil post test, diperoleh hasil yang tersaji pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar
Statistik A1Y1 A1Y2 A2Y1 A2Y2
Mean 110,97 94,92 22,10 17,08
Median 111,00 92,00 23,00 18,00
Modus 110 91 23 20
Varian 12,585 42,077 6,024 8,660
Standar
deviasi 3,548 6,487 2,454 2,943
Skor minimum 103 84 15 10
Skor maksimun 118 106 25 21
Jumlah
subjek 30 25 30 25
Keterangan
A1Y1 = Data Motivasi Belajar Kelompok Eksperimen
A1Y2 = Data Motivasi Belajar Kelompok Kontrol
A2Y1 = Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
A2Y2 = Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa: (1) rata-rata skor motivasi berprestasi siswa pada kelas eksperimen adalah 110,97 dengan kategori sangat tinggi. Sedangkan rata-rata skor motivasi berprestasi siswa pada kelas kontrol adalah 94,92 dengan kategori tinggi. (2) rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelas eksperimen adalah 22,10 dengan kategori sangat tinggi. Sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelas kontrol adalah 17,08 dengan kategori tinggi.
Secara deskriptif, dapat djelaskan bahwa
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Numbered Head Together lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji korelasi antar variabel.
Berdasarkan hasil pengujian prasyarat diperoleh bahwa data sudah berdistribusi normal, varian kedua kelompok homogen dan kedua variabel tidak berkorelasi.
Setelah semua uji prasyarat terpenuhi selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.
Uji hipotesis ke-1 dan ke-2 dilakukan dengan analisis varian test of between- subjects effects. Sedangkan hipotesis ke-3 diuji dengan analisis multivariate (MANOVA). Hasil pengujian hipotesis 1 tersaji pada Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis 1 dengan uji analisis varian Test of Between-Subject dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows.
Source Type III Sum of Squares
Df Mean
Square F Sig.
Corrected
Model 3245.210
a1 3245.21 0 119.
010 < 0,05 Intercept 573664.70
1 1 573664.
701 2.10 4E4 < 0,05 Model_Pe
mbelajara
n 3245.210 1 3245.21
0 119.
010
< 0,05
Error 1445.227 53 27.268
Total 591073.00 0 55 Corrected
Total 4690.436 54
a. R Squared = .692 (Adjusted R Squared = .68))
Berdasarkan tabel 2, diperoleh koefisisen F sebesar 119,010 dengan signifikansi < 0,05, sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan antara data motivasi berprestasi siswa kelompok eksperimen dan kontrol.
Selanjutnya, hasil pengujian hipotesis 2 tersaji pada Tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis 2 dengan uji analisis varian Test of Between-Subject dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows.
Source Type III Sum of Squares
Df Mean
Square F Sig.
b