BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue. Ada 4 serotip virus Dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Sutaryo, 2004). Berdasarkan jenisnya, yang paling berperan dalam
penularan DBD adalah nyamuk Ae. aegypti, karena hidupnya di dalam dan sekitar rumah, sedangkan Ae. albopictus di luar rumah dan di kebun-kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia (Depkes RI, 2005).
Gejala DBD adalah demam mendadak berlangsung 2-7 hari, wajah kemerahan, nyeri kepala, punggung dan ulu hati. Perkembangan klinis seperti ini dapat sangat cepat, yaitu dengan disertai perdarahan bawah kulit dan mukosa hidung dan usus dengan komplikasi renjatan, dan bisa berakhir fatal. Tingkat kematian untuk pasien yang berlanjut dengan Dengue Shock Syndrome /DSS berkisar 2-10% (WHO, 2001).
Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di
Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 2010 penyakit Dengue telah tersebar di 33
provinsi, 440 kabupaten/kota. Penyakit DBD sejak ditemukan pertama kali
cenderung meningkat terus bahkan sejak tahun 2004 meningkat sangat tajam,
puncaknya tahun 2007 – 2010, berbanding terbalik dengan angka kematian (CFR)
akibat DBD yang menurun ( Kemenkes, 2013).
Gambar 1. Grafik trend IR dan CFR DBD Indonesia 1968 – 2014
Gambar 1. Menunjukkan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung meningkat terus bahkan sejak tahun 2004 meningkat sangat tajam, puncaknya tahun 2007 – 2010 ( Kemenkes RI, 2014).
Kabupaten Kutai Timur juga merupakan daerah endemis DBD.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, sejak tahun 2011- 2013 jumlah kasus DBD setiap tahun cenderung meningkat, terutama kota Sangatta yang merupakan ibu kota Kabupaten Kutai Timur. Data dari Dinas Kesehatan setempat menunjukkan, bahwa dalam kurun waktu tahun terakhir (2011 - 2013) selalu terjadi peningkatan kasus. Pada tahun 2011 tercatat 107 kasus tanpa kematian, tahun 2012 terjadi KLB tercatat 175 kasus dengan 1 kematian, tahun 2013 tercatat 275 kasus dengan 0 kematian .
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
1968 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 CFR (%)
IR (Cases PER 100.000 inhabitants)