• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridNya (Matius 28:19-20). Mandat ini menjadi tugas dan tanggungjawab setiap orang percaya yang adalah gereja itu sendiri.1 Kabar baik ini harus dikabarkan kepada seluruh dunia. Dapat dimengerti bahwa dunia yang dimaksudkan dalam mandat tersebut adalah kepada seluruh orang termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk mendapatkan bagian dalam kabar sukacita tersebut. Menjadikan murid berarti penting bagi gereja untuk mengajarkan dan mendidik anak-anak untuk dapat mengenal Sang Guru tersebut.

Dalam Alkitab dapat ditemukan banyaknya ayat-ayat yang merujuk kepada pentingnya pendidikan kepada anak-anak. Dalam Amsal 22:6 dituliskan “didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak menyimpang dari jalan itu”. Pendidikan di masa muda ternyata sangat berpengaruh terhadap masa depan seorang anak. Sehingga baik pemerintah maupun organisasi-organisasi sekuler banyak mengorbankan pikiran, tenaga, materi kepada pendidikan anak-anak karena menurut mereka

“siapa menguasai masa muda, dialah yang menguasai masa depan”. Kenyataan ini membuat gereja membuka mata sehingga gereja juga ambil bagian dalam pendidikan kepada anak-anak melalui pelayanan kategorial yang disebut sebagai Sekolah Minggu.

Setiap gereja memiliki pelayanan kategorial yang dinamakan sekolah minggu tersebut. Sekolah minggu ini dikelola layaknya sebuah sekolah formal meskipun penekanannya pada kebaktian. Ada bahan ajar, pengajar dan pembagian kelas menurut

1 Paulus Daun,Pengantar Ke Dalam Sekolah Minggu Anak-Anak (1989),3

(2)

2 kategori usia. Semua unsur yang disebutkan tadi diatas sangat berperan penting dalam proses perjalanan sekolah minggu tersebut. Unsur yang tidak kalah penting dari sekolah minggu ini adalah pengajar. Pengajar sekolah minggu di sebuah gereja biasanya adalah warga jemaat dari gereja itu sendiri yang telah mendapatkan bimbingan ataupun kursus dan tenaga pengajar ini adalah tenaga sukarela. Pengajar sekolah minggu biasanya disebut juga sebagai guru ataupun kakak ataupun pengasuh ini merupakan orang-orang yang pada awalnya tertarik terhadap anak-anak dan memutuskan untuk ikut terlibat dalam pendidikan bagi anak-anak yang ada di dalam jemaatnya.

Pendidikan terhadap anak adalah suatu hal yang sangat penting karena akan mempengaruhi mereka saat dewasa. Selain daripada itu, anak-anak adalah penerus dari generasi dewasa yang ada pada saat ini. Begitu pula halnya dalam gereja, anak-anak yang sekarang ada di dalam jemaat suatu gereja adalah para pemimpin ataupun pelaku-pelaku yang akan melanjutkan perjalanan suatu gereja dan yang akan terus membawa berita tentang Kerajaan Allah. Guru Sekolah Minggu sangat berperan penting dalam membimbing dan mendidik mereka untuk dapat membantu pertumbuhan iman anak-anak serta dapat mendidik mereka menjadi pemimpin-pemimpin Kristen yang selalu membawa berita Kerajaan Allah kepada dunia.

Guru sekolah minggu menempati posisi yang lebih penting daripada bahan ajar sekolah minggu. Jika memiliki bahan ajar yang baik dan menarik tetapi jika tidak mampu diolah dengan baik oleh guru sekolah minggu maka bahan tersebut hanya akan menjadi sesuatu yang kehilangan maknanya. Pengolahan bahan ajar dapat dilakukan oleh guru sekolah minggu melalui metode-metode pengajaran maupun media pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak sekolah minggu. Disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak sekolah minggu berarti seorang guru sekolah minggu harus bersedia mengenal anak-anak sekolah minggu mereka dengan lebih dekat.

(3)

3 Gerejalah yang menjadi utusan Allah yang bertanggungjawab atas iman dan kehidupan rohani dari anak-anak tersebut, gereja harus bertanggungjawab sampai suatu hari kelak anak-anak ini dapat bertanggungjawab atas iman dan kehidupan rohani mereka secara mandiri.2 Gereja menunjukkan tanggungjawab ini melalui pendidikan agama Kristen dalam bentuk sekolah minggu kepada anak-anak yang ada di dalam jemaatnya. Hal ini juga disadari oleh Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) sebagai sebuah gereja yang ditempatkan Tuhan di tengah-tengah dunia ini.

GBKP adalah tubuh Kristus yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya sesuai dengan talenta setiap anggota dalam ketaatannya kepada Yesus Kristus sebagai Kepala gereja (Efesus 4:16; 1 Petrus 2:5). GBKP adalah persekutuan orang- orang yang dipanggil untuk memberitakan Kerajaan Allah melalui kesaksian, persekutuan dan pelayanannya (Matius 28:18-20, Markus 16:15, Yohanes 17:21, Kisah Para Rasul 1:8;

2:10; 4:23-24, Filipi 2: 11, Kolose 1:10, 1 Petrus 2:9 dan Wahyu 21:5). Anggota jemaat dari GBKP adalah orang-orang yang telah dibabtiskan dan telah mengakukan imannya sebagai anggota sidi jemaat GBKP, orang yang telah dibabtiskan tetapi karena keadaan tubuh dan kejiwaan tidak mampu mengikuti katekisasi sidi, anak warga jemaat GBKP yang belum dibabtis dan yang sudah dibabtis, anggota di luar PGI pindah ke GBKP setelah menerima pengakuan yang sama dengan GBKP dan telah dibicarakan melalui persidangan majelis, orang yang sedang menerima pengajaran agama untuk dibabtis di GBKP, orang yang sedang menjalani pengembalaan khusus. 3

Anak-anak termasuk dalam anggota jemaat yang juga mendapat perhatian dari gereja, yang memiliki hak dan kewajiban seperti anggota jemaat yang lainnya. Hak seorang anak sebagai anggota adalah berhak memperoleh pelayanan dan pembinaan baik dalam suasana suka maupun duka. Selain hak mereka juga memiliki kewajiban yaitu menjadi sarana

2 E.G Homrighausen et.al, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1984),137

3 Tata Gereja GBKP Edisi Sinode 2010,Hakekat, Panggilan dan Anggota.

(4)

4 kesaksian kepada orang lain melalui berbagai cara penampilan, sikap, tingkah laku, perkataan dan perbuatannya (Matius 5:13-14, Filipi 1:14, 18).4

Pelayanan kepada anak dan remaja di GBKP disebut dengan KA-KR (Kebaktian Anak dan Kebaktian Remaja). KA-KR GBKP ini adalah sebuah wadah yang disediakan gereja bagi anak-anak dan remaja untuk beribadah dan pengembangan iman. Wadah KA/KR bertujuan agar anak dan remaja dapat dibimbing untuk datang kepada Tuhan, agar mereka mengenal Tuhan dan pada suatu ketika secara mandiri mereka akan mengikrarkan pengakuan imannya (angkat sidi). Dengan demikian anak-anak dan remaja GBKP-lah yang diharapkan menjadi generasi penerus gereja dan masyarakat yang berkualitas dan bertanggungjawab.5 Agar segala tujuan ini dapat tercapai maka harus ada kerjasama antar semua pihak yang merasa terlibat di dalamnya. Harus ada persiapan dan cara tertentu untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

Salah satu unsur yang harus benar-benar dipersiapkan adalah guru KA-KR (sekolah minggu) karena mereka adalah orang yang terlibat langsung untuk memberikan pendidikan dan pembinaan kepada anak-anak dan remaja tersebut. Seringkali di sebuah runggun (jemaat) yang menjadi guru sekolah minggu adalah mereka yang masih duduk di bangku SMA ataupun orang yang karena suatu keterpaksaan sehingga mereka akhirnya menjadi seorang guru sekolah minggu. Dari pihak sinode (moderamen) telah merancang pelatihan bertahap bagi para calon guru KA-KR ini, dimulai dari Kursus Dasar dilanjutkan Kursus Lanjutan.

Sinode telah menyiapakan wadah bagi para guru KA-KR ini agar dapat mempersiapkan diri masuk ke dalam pelayanan kepada anak namun tentu saja pelatihan (kursus) yang diberikan oleh sinode ini masihlah menurut pandangan secara umumnya. Secara spesifik mengenai pengembangan pembelajaran bagi KA-KR di setiap jemaat adalah tanggungjawab jemaat

4 Ibid, Hak Anggota, Tugas dan Kewajiban.

5 Seperti yang dikutip melalui website GBKP dalam

http://www.gbkp.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=8&Itemid=57&lang=en, diunduh pada 18 Maret 2012

(5)

5 yang bersangkutan karena mereka yang mengerti apa yang dibutuhkan anak dalam wilayah pelayanan mereka. Oleh karena itu, selain daripada pelatihan dari sinode, perlu juga diadakan pelatihan bagi guru-guru KA-KR yang diselenggarakan oleh jemaat (runggun) sehingga pengajaran tersebut dapat mengenai sasaran. Masalah yang dihadapi oleh GBKP sehubungan dengan Guru KA-KR adalah kualitas guru KA-KR yang perlu ditingkatkan oleh karena ketika menjadi guru belum memiliki bekal yang baik. Bahkan di beberapa tempat pelayanan seseorang menjadi Guru KA-KR karena situasi yang memaksa. Tidak ada lagi guru yang mengajar sehingga siapa yang mau, dialah yang menjadi Guru KA-KR. Mereka tidak pernah mengikuti kursus, tidak ada sermon (persiapan), sehingga pedoman Guru KA-KR saja yang dibacakan ketika mengajar. Akibatnya tentu kualitas pengajaran sangat rendah.

Dalam melayani anak-anak sekolah minggu, guru-guru sekolah minggu memegang peranan penting karena merekalah contoh hidup bagi anak-anak yang dibina dan mereka adalah fasilitator bagi anak-anak untuk dapat tumbuh dalam kreativitas seperti yang telah disampaikan di atas. Guru sekolah minggu dapat memanfaatkan berbagai metode serta media dalam pembelajarannya karena dapat melatih anak untuk dapat bekerja sama, berpikir kritis dengan cara mereka sendiri serta dapat meningkatkan kreativitas mereka. Guru sekolah minggu sangat berpengaruh bagi perkembangan mereka baik dalam pengembangan sikap, iman maupun pandangan mereka akan orang lain maupun dunia.

Anak-anak sekolah minggu juga memilki ketergantungan terhadap guru sekolah minggunya. Apakah keinginan anak-anak sekolah minggu untuk mengikuti sekolah minggu berkembang atau malah mati, apakah kemampuan mereka menjadi seorang pribadi yang bertanggungjawab dan kreatif berkembang atau malah mati, apakah kemampuan mereka untuk berpikir dan percaya berkembang atau mati terkadang tergantung kepada pengaruh seorang guru sekolah minggu.6 Harus dapat dipahami bahwa dalam suatu proses belajar

6 Heinz Kock,Saya Guru Yang Baik!? I (Yogyakarta:Kanisius,1989),129

(6)

6 mengajar ada dua subjek yang terlibat yaitu guru mengajar dan anak-anak atau peserta didik belajar. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar ini dapat dilihat suatu unsur baru yang juga tidak dapat dilupakan adalah model atau metode pengajaran,

Dua ahli pendidikan Amerika, Bruce Joyce dan Marsha Weil mempertimbangkan untuk menyusun model-model pengajaran oleh karena:

1. Model dapat memberikan tekanan yang seimbang dari sisi pendidik dan peserta didik.

Keduanya sama-sama aktif dan mempunyai kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan mereka.

2. Model atau metode dapat didemonstrasikan dan dipelajari dalam waktu yang relatif singkat.

3. Model atau metode dapat dijadikan pedoman untuk mengembangkan atau membangun model pengajaran sendiri.

Joyce dan Weil juga mengungkapkan bahwa model atau metode pengajaran dapat digunakan untuk mendesain bahan-bahan pengajaran, serta membimbing pengajaran di kelas dalam setting yang lain.7 Model-model ini dapat menjadi pedoman dan bekal bagi para setiap pendidik termasuk pendidik dalam gereja terkhusus juga bagi guru sekolah minggu. Melalui model-model ini dapat tercapai sekolah minggu yang menyenangkan dan juga dapat memberikan suasana berbeda dalam setiap kelas sekolah minggu di setiap hari minggunya.

Oleh karena permasalahan yang telah disampaikan di atas maka penelitian ini diberi judul:

Peranan Guru Sekolah Minggu dalam Proses Pengajaran di Sekolah Minggu (Studi Tentang Metode dan Media Pengajaran Guru Sekolah Minggu di GBKP )

7 Dien Sumiyatingsih,Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta:Penerbit Andi,2006),70-71

(7)

7 1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan Guru Sekolah Minggu dalam sekolah minggu di GBKP?

2. Bagaimana relevansi metode dan media pengajaran Guru Sekolah Minggu dalam proses pengajaran sekolah minggu di GBKP?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan peranan Guru Sekolah Minggu dalam sekolah minggu di GBKP.

2. Mendeskripsikan relevansi metode dan media pengajaran Guru Sekolah Minggu dalam proses pengajaran sekolah minggu di GBKP serta menawarkan suatu model sekolah minggu yang relevan.

1.4 Manfaat Penelitian

Teori

Secara teori akan memperkaya sumber belajar bagi mata kuliah Metode dan Media PAK terkhusus mengenai teori Howard Gardner mengenai kecerdasan majemuk.

Pemahaman akan teori ini akan memperkaya metode dan media yang dapat digunakan dalam pengajaran. Begitu pula dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan sekolah minggu di gereja-gereja.

Praktis

Memberikan sumbangan pemikiran mengenai metode dan media pengajaran yang dapat menunjang perjalanan sekolah minggu di GBKP secara khusus dan gereja-gereja lain pada umumnya.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif. Metode pendekatan kualitatif sangat efektif untuk mengkaji nuansa sikap dan

(8)

8 perilaku yang samar-samar serta proses sosial serta sifat dari metode kualitatif sendiri adalah mendalam (detail), sehingga sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu keadaan. Data akan diperoleh melalui wawancara dengan pihak gereja dan juga guru-guru sekolah minggu serta anak-anak sekolah minggu. Pemrolehan data juga akan dilakukan melalui observasi langsung dalam proses pengajaran sekolah minggu di beberapa jemaat GBKP (Jemaat desa, jemaat semi kota dan jemaat kota) yang mewakili keberadaan GBKP.

1.6 Teknik Pengumpulan Data

Data akan dikumpulkan melalui teknik yang dinamakan sebagai teknik observasi- pastisipasi (pengamatan berperan serta). Peneliti dalam teknik ini akan memainkan peranan

sebagai pastisipan ataupun peserta dalam suatu tindakan atau kegiatan dari tempat atau hal yang diteliti.8 Becker menyatakan bahwa pengamatan berperan serta adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti sambil sedikit banyak berperan serta dalam kehidupan orang yang diteliti. Peneliti terlibat dalam mengikuti orang-orang yang ia teliti dalam pelaksanaan tugas ataupun kegiatan sesuai dengan tema yang akan diteliti, melihat bagaimana mereka berinteraksi dan dalam keadaan apa serta menanyai mereka menganai tindakan mereka.9 Maka dalam penelitiaan ini, peneliti akan terjun langsung ke lapangan untuk melihat dan ikut berpartsipasi dalam proses sekolah minggu di bebrapa jemaat di GBKP (Jemaat desa, semi kota dan kota).

Pengumpulan data juga akan dilakukan melalui wawancara. Wawancara adalah komunikasi anatara dua orang, yang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dan seseorang yang memberikan informasi.10 Wawancara akan dilakukan dengan pihak gereja (Pendeta, Majelis Jemaat dan juga Guru Sekolah Minggu). Wawancara juga akan dilakukan kepada anak-anak sekolah minggu. Wawancara kepada anak-anak sekolah minggu

8 J.Vredenbregt,Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat(Jakarta:Gramedia,1984),72

9 Deddy Mulyana,Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung: Remaja Rosdakarya,2004),162-163

10 Ibid, 180

(9)

9 ini akan dilakukan dengan teknik Focus Group Discussion (FGD). FGD adalah teknik yang lebih mendalam daripada wawancara karena FGD bukan sekedar pengajuan pertanyaan kepada responden yang kemudian dijawab oleh responden namun lebih kepada mendengarkan keterangan dari sejumlah orang yang menjadi responden dan kemudian merumuskan menjadi suatu data tertentu.11 FGD berupa eksploratori atau pendalaman terhadap suatu masalah dan tidak dapat digeneralisasi yang terfokus hanya kepada beberapa orang (grup yang terdiri dari 8-12 orang).12 FGD ini akan dipakai untuk mengumpulkan data dari anak-anak sekolah minggu dan mengaitkannya dengan relevansi metode dan media PAK dalam sekolah minggu di GBKP.

1.7 Garis Besar Penulisan Bab 1 : Pendahuluan Bab 2 : Landasan Teori

 Gereja dan Sekolah Minggu

 Peranan Guru Sekolah Minggu

 Metode dan Media Pengajaran dalam Sekolah Minggu Bab 3 : Hasil Penelitian dan Analisa

Bab 4 : Refleksi Teologis Bab 5 : Penutup

11 Seperti yang disampaikan Devania Annesya dalam http://frenndw.wordpress.com/2011/03/15/teknik- pengumpulan-data-wawancara-dan-fgd-forum-group-discussion/ dikutip pada 29 Maret 2012

12 Seperti yang disampaikan Cokroaminoto dalam http://menulisproposal.blogspot.com/2011/04/teknik- moderasi-focus-group-discussion.html dikutip pada 29 Maret 2012

Referensi

Dokumen terkait

demokratik, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan, orangtua siswa,.. masyarakat) didorong untuk terlibat secara langsung dalam proses.. pengambilan keputusan

Dari berbagai faktor tersebut, maka penulis ingin menitik beratkan penelitian ini pada faktor individu-individu yang terlibat langsung pada proses belajar di sekolah yaitu

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada kedua peneliti ketika guru di Sekolah Minggu A menyampaikan firman Tuhan kepada anak-anak, salah satu masalah yang paling

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

Guru sebagai salah satu unsur paling penting yang harus bertanggung jawab membelajarkan materi Bioteknologi dengan baik dan benar, perlu dibekali dengan

Berkarakter yang dimaksud adalah memiliki kedisiplinan (patuh terhadap orang tua dirumah dan kepada guru di sekolah) hormat kepada orang tua yang lebih tua terutama pada orang

Jika untuk suatu bilangan bulat tak negatif N, syarat kondisi S salah dan I(N) benar, maka harga variabel akan sama dengan yang ditentukan dalam kondisi

Pendidikan akan berhasil guna dan berdaya guna apabila didukung secara sinergis anatara orang tua siswa, masyarakat dan seluruh unsur yang terlibat dalam pendidikan (Guru,