• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOPIK : PENDAHULUAN. Mekanisme pembayaran utang PPh Manfaat withholdingtax system Kewenangan Kemen-Keu Pengenaan Pembatasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TOPIK : PENDAHULUAN. Mekanisme pembayaran utang PPh Manfaat withholdingtax system Kewenangan Kemen-Keu Pengenaan Pembatasan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Senin,25 Agustus 2014

TOPIK :

AKUNTANSI PAJAK PPh Pasal 22

(Pungutan Pajak atas transaksi pembayaran)

TSM-Trisakti haeselen

Haeselen

Mekanisme pembayaran utang PPh

Manfaat withholdingtax system

Kewenangan Kemen-Keu Pengenaan

Pembatasan

PENDAHULUAN

(2)

PENJELASAN PPH 22

1. Dasar Hukum 2. Pemungut PPh 22

3. Objek&Non Objek-Tarip-DPP PPh 22 4. Saat terutang

5. Tata cara penyetoran dan pelaporan 6. Sifat pemungutan

7. Fasilitas PPh Pasal 22 8. Contoh Soal

Haeselen

1. Dasar Hukum

Pasal 22 UU PPh

PMK-154/PMK.03/2010 s.t.d.d PMK-224/PMK.11/2012 tentang pemungutan PPh 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidan impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

PMK-253/PMK.03/2008 tentang WP Badan tertentu sebagai pemungut pajak penghasilan dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong mewah

Perdirjen No.PER-57/PJ/2010 s.t.d.t.d PER-06/PJ/2013 tentang tata cara dan prosedur pemungutan pajak penghasilan pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain

(3)

3. Objek – tarip – sifat (PPh 22)

Impor Barang 1. Importir – API 2. Importir – non API 3. Yg tdk dikuasai

Pembayaran atas pembelian barang

Penjualan barang produksi 1. Industri semen 2. Industri kertas 3. Industri baja 4. Industri otomotif 5. Industri farmasi

Penjualan barang produksi atau impor oleh produsen / importir dalam bidang BBM, Pelumas dan Gas

Pembelian bahan untuk keperluan industri atau ekspor bidang perkebunan, kehutanan, perikanan,peternakan dan pertanian dari pedagang pengumpul

2,5%

7,5%

7,5%

1,5%

0,25%

0,10%

0,30%

0,45%

0,30%

Ke SPBU Pertamina /agen (0,25%) Ke SPBU swasta / agen (0,30%) Ke Non SPBU dan Non agen (0,30%)

0,25%

Tidak Final

Tidak Final

Tidak Final

Final Final Tidak Final

Tidak Final

Haeselen

3. Besarnya PPh 22

Atas Impor :

Menggunakan API

• 0,5% dari Nilai Impor untuk impor kedelai, gandum dan tepung terigu

• 2,5% dari

Nilai Impor

untuk impor lainnya

Tanpa API

• 7,5% dari Nilai Impor

Barang Tidak Dikuasai

• 7,5% dari

Harga Jual Lelang

Atas kuasa Pasal 22(2) UUPPh, PMK-154/PMK.03/2010 s.t.d.d

PMK-224/PMK.011/2012

(4)

3. Besarnya PPh 22

Atas pembelian barang oleh pemerintah

– 1,5% dari harga pembelian

Atas penjualan BBM, BBG dan pelumas

– BBM

• 0,25% dari penjualan untuk penjualan ke SPBU Pertamina

• 0,3% dari penjualan untuk penjualan ke SPBU Non Pertaminan dan Non SPBU

– BBG dan Pelumas

• 0,3% dari penjualan

Atas kuasa Pasal 22(2) UUPPh, PMK-154/PMK.03/2010 s.t.d.d PMK-224/PMK.011/2012

Haeselen

3. Besarnya PPh 22

Atas penjualan dalam negeri oleh badan usaha industri semen,kertas, baja, otomotif, dan farmasi

– 0,1% dari DPP PPN untuk penjualan kertas – 0,25% dari DPP PPN untuk penjualan semen – 0,45% dari DPP PPN untuk penjualan otomotif – 0,3% dari DPP PPN untuk penjualan baja

0,3% dari DPP PPN untuk penjualan farmasi

Atas pembelian oleh badan usaha industri atau eksportir sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, perikanan dan peternakan dari pedagang pengumpul

– 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk PPN

Atas kuasa Pasal 22(2) UUPPh, PMK-154/PMK.03/2010 s.t.d.d

PMK-224/PMK.011/2012

(5)

3. Besarnya PPh 22

Dalam PMK-210/PMK.03/2008 untuk pemungut yaitu industri farmasi dan peternakan memerlukan

penunjukan dan Kepala KPP karena berkuasa memungut uang pajak dari masyarakat.

Namun sekarang tidak memerlukan campur tangan tindakan hukum itu tidak diperlukan lagi.

Mungkin dalam rangka efisiensi dan simplifikasi

administrasi pajak, penunjukan sudah otomatis tersirat dalam PMK yang diterbitkan atas kuasa Pasal 22(1) UUPPh.

Haeselen

3. PPh 22 – Barang Mewah

Pemungut PPh Pasal 22(1 )(c) UUPPh adalah WP Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah (berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009).

Berdasarkan PMK-253/PMK.03/2008 tanggal 31 Desember 2008 barang yang tergolong sangat mewah meliputi:

pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20 milyar;

kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10 milyar;

rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp 10 milyar dan luas bangunan lebih dari 500 m2;

apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp 10 milyar dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2;

kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, yeep, sport utility vehicle (suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 5 milyar dan dengan kapasitassilinder lebih dari 3.000 cc.

(6)

Pemungut PPh pasal 22 wajib memungut PPh pada saat melakukan

penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Adapun besarnya PPh yang harus dipungut adalah sebesar 5% dari

harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.

PPh yang dipungut tersebut dapat diperhitungkan sebagai

pembayaran PPh dalam tahun berjalan (sebagai kredit pajak) oleh WP pembeli barang.

Pemungut Pajak wajib menyetor PPh yang telah dipungut ke Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dengan menggunakan SSP, dan melaporkannya dengan menggunakan SPT Masa ke KPP tempat pemungut terdaftar paling lama 20 hari setelah Masa Pajak

3. PPh 22 – Barang Mewah

Haeselen

Nilai impor adalah :

3. Definisi-definisi

(7)

3. Bagi yg tidak ber-NPWP

Dalam rangka tertib administrasi pemungutan pajak dan mendorong kepatuhan mendaftarkan diri berNPWP, Pasal 22(3) UUPPh menyatakan bahwa jika WP terpungut tidak mempunyai NPWP dikenakan PPh Pasal 22 sebesar 100% lebih tinggi dari mereka yang punya;

Menurut Pasal 2(4) PMK-224/PMK.011/2012 pengenaan lebih tinggi tersebut hanya berlaku untuk PPh Pasal 22 yang bersifat tidak final;

Sesuai dengan ketentuan Pasal 9(1 )(k) UUPPh, maka sanksi 100% karena tidak berNPWP tidak termasuk yang dapat dikreditkan dan dibiayakan;

Namun dalam rangka menciptakan iklim pajak yang pro bisnis, Pasal 20 PP 94 tahun 2010 menyatakan bahwa pungutan PPh Pasal 22(3) UUPPh dapat dikreditkan atas PPh terutang untuk tahun pajak dimaksud setelah WP mempunyai NPWP.

Haeselen

3. PPh 22 – Dikecualikan

Transaksi yang tidak dikenakan PPh Pasal 22

semula diatur dalam KMK-

254/KMK.03/2001 Jo. PMK-

210/PMK.03/2008, namun peraturan ini dicabut oleh PMK-154/PMK.03/2010 stdd PMK-224/PMK.011/2012.

Transaksi tersebut adalah sebagai berikut

:...

(8)

3. PPh 22 – Dikecualikan dari pemungutan

Dengan surat keterangan bebas

1. Impor barang atau penyerahan barang di dalam negeri yang berdasarkan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh;

2. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor

Haeselen

3. PPh 22 – Dikecualikan dari pemungutan

Yang dilaksanakan oleh Ditjen Bea dan Cukai :

1. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan Nilai (19 Jenis impor cfm ketentuan kepabeanan dan ketentuan PPN

2. Impor sementara jika pada waktu impornya nyata-nyata

dimaksudkan untuk diekspor kembali

(9)

3. PPh 22 – Dikecualikan dari PPh 22

Tanpa surat keterangan bebas :

1. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2 Juta dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah (yang dilakukan instansi pemerintah atau lembaga negara lembaga negara lain);

2. Pembayaran yang dilakukan BUMN tertentu paling banyak Rp 10 Juta;

3. Pembayaran untuk pembelian BBM, listrik, gas, air minum (PDAM) dan benda-benda pos (yang dilakukan instansi pemerintah, atau lembaga negara lembaga negara lain dan BUMN tertentu)

Haeselen

3. PPh 22 – Dikecualikan dari PPh 22

Tanpa surat keterangan bebas :

4. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana BOS (bantuan operasional sekolah) 5. Impor kembali (re-impor) yang memenuhi syarat yang

ditentukan oleh DJBC

(10)

4. Saat terutang PPh 22

PPh 22 Impor PPh 22 Bendaharawan PPh 22 BUMN tertentu

PPh 22 Industri PPh 22 Migas PPh 22 Pedagang Pengempul

PPh 22 Barang Mewah

Saat pembayaran Bea Masuk/Saat penyelesaian dok. PIB

Saat pembayaran Saat pembayaran Saat penjualan Saat penerbitan delivery order

Saat Pembelian Saat penjualan

Haeselen

5. Tata cara penyetoran PPh 22

PPh 22 Impor

PPh 22 Bendaharawan PPh 22 BUMN tertentu

PPh 22 Industri PPh 22 Migas PPh 22 Pedagang Pengempul

PPh 22 Barang Mewah

Pembayaran dan bukti pungut : Pembayaran dan bukti pungut : Penyetor : Pemungut Pajak SSP a.n WP (yg dipungut) SSP sekaligus sbg bukti pungut Pembayaran dan bukti pungut :

Penyetor : Pemungut Pajak SSP a.n WP (yg dipungut) SSP sekaligus sbg bukti pungut

Pembayaran dan Bukti pungut : Penyetor : Pemungut pajak SSP kolektif a.n Wajib Bukti Pungut tiga lembar :

1. Pembeli /penjual (pengumpul) 2. KPP 3. pemungut

(11)

5. Jatuh tempo setor oleh pemungut

PPh 22 Impor

PPh 22 Bendaharawan PPh 22 BUMN tertentu

PPh 22 Industri PPh 22 Migas PPh 22 Pedagang Pengempul

PPh 22 Barang Mewah

Sehari setelah pemungutan dilakukan (untuk DJBC sebagai pemungut) Hari yang sama dengan saat pembayaran

Tanggal 10 bulan takwim berikutnya

Haeselen

5. Jatuh tempo lapor oleh pemungut

PPh 22 Impor

PPh 22 Bendaharawan PPh 22 BUMN tertentu

PPh 22 Industri PPh 22 Migas PPh 22 Pedagang Pengempul

PPh 22 Barang Mewah

7 hari setelah batas waktu penyetoran berakhir

(untuk DJBC sebagai pemungut) 14 hari setelah Masa Pajak berakhir

20 hari setelah masa pajak berakhir

(12)

6. Sifat Pemungutan

Sifat pemungutan PPh Pasal 22 Tidak Final kecuali pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada penyalur / agen bersifat final

Haeselen

7. Fasilitas Pembebasan PPh Pasal 22

Pasal 21 PP No 94 tahun 2010 menyebut bahwa jika WP dalam suatu tahun pajak dapat membuktikan tidak akan terutang PPh karena:

(1) mendapat rugi fiskal,

(2) berhak melakukan kompensasi rugi fiskal, atau (3) PPh yang telah dibayar melebihi PPh terutang,

dapat mengajukan permohonan pembebasan pungutan PPh Pasal 22 oleh pihak lain kepada Dirjen Pajak.

Permohonan demikian juga dapat diajukan jika atas penghasilannya WP dikenakan pajak yang bersifat final.

Untuk mendapatkan pembebasan PPh Pasal 22 impor tersebut Wajib Pajak bersangkutan dapat menghubungi kepala KPP tempatnya terdaftar untuk diberikan SKB PPh Pasal 22

(13)

7. Surat Keterangan Bebas

Fasilitas yang disediakan pemerintah Pemotongan yang bersifat tidak final

SKB Pot-put

SKB selain PPh Pasal 22 Impor SKB Pasal 22 Impor

Haeselen

Contoh Soal - impor

PT.XYZ mengimpor barang, dengan nilai CIF US$ 500.000. Bea Masuk 40%, BMT 10%PT.XYZ terdaftar dan memiliki API

Kurs menurut KMK pada waktu pelunasan pajak dalam rangka impor Rp 9.300,-

(14)

Contoh Soal - Bendaharawan

KEMENKES RI membeli 100 unit komputer kepada PT. Data Prima Mandiri dengan harga Rp 6.000.000/Unit. Pembayaran dilakukan oleh bendaharawan KEMENKES RI

Haeselen

Contoh Soal – Industri tertentu

PT. Semen Tiga Roda menjual 10.000 Zak semen kepada CV penyalur dengan harga Rp 25.000/ZAK

(15)

Contoh Soal - BBM

PT.Pertamina Bulan Mei 2006 mendrop 10.000 Kilo liter BBM Premium ke SPBU CV Tunas Harapan dengan harga penebusan Rp 3.600/Liter

Haeselen

Contoh Soal – Bendaharawan – tdk kena

KEMENKEU membeli ATK (MAP,Kertas,Ballpoint) ke toko makmur seharga Rp 1.700.000,-. Dan tidak ada pembelian lagi untuk yang berikutnya.

(16)

Contoh Soal – Industri tertentu

PT. Kopi Trubuk (Industri/Pengolahan) Biji Kopi untuk tujuan ekspor dan penjualan dalam negeri, membeli 5 ton biji kopi mentah dari sugiharto (pedagang pengumpul) dengan harga Rp 200.000.000,-

Haeselen

CONTOH SOAL – Non Pengumpul

(17)

CONTOH SOAL - Pengumpul

Haeselen

Sub-TOPIK :

Akuntasnis Pajak – PPh Pasal 22 Jurnal akuntansi

(Pungutan Pajak atas transaksi pembayaran)

Sub-TOPIK :

Akuntasnis Pajak – PPh Pasal 22 Jurnal akuntansi

(Pungutan Pajak atas transaksi pembayaran)

(18)

POINT PENTING

Pada dasarnya sifat dari PPh Pasal 22 merupakan uang muka pajak penghasilan. Karena itu, pada akhir tahun pajak akan dikreditkan dengan seluruh pajak penghasilan yang terutang. Namun, untuk PPh Pasal 22 yang bersifat final, PPh 22 dapat dicatat dalam akun beban PPh 22 final.

Pembuatan jumal transaksi yang berkaitan dengan PPh Pasal 22 harus memperhatikan :

1) faktor waktu (saat terutang, penyetoran, pengkreditan) dan

2) sifat PPh Pasal 22 (final atau non final).

Haeselen

MODEL TRANSAKSI YG DIPUNGUT PPH 22

PP

Pemungutan Pada Pembelian Barang Di Dalam Negeri Atau Impor Pembelian barang dalam negeri oleh badan usaha dan eksportir sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan dari pengumpul Pembelian dalam negeri oleh instansi pemerintah

Impor

Pemungutan Pada Penjualan Hasil Produksi tertentu di dalam negeri Penjualan BBM, Minyak Pelumas dan Gas

Penjualan barang yang tergolong mewah Penjualan Produk tertentu

(19)

Jurnal- Posisi pemungut di pihak penjual

r

Transaksi denganindustri tertentu(semen)

Pemungut dan Penyetor dilakukan olehPenjualsehingga dalam pencatatan penjual diakui di akun “utang PPh 22”

Pembelimengakui di akun “uang muka PPh 22” yg nantinya diakui sebagai kredit pajak, karena tidak bersifat final;

Saat terutangadalahsaat penjualanmaka pencatatan akun ttg PPh 22 tsb pada saat penjualan

Saat penyetoranadalahtanggal 10 bulan berikutnyasehingga dibuat jurnalnya oleh pemungut yaitu penjual dalam hal ini.

Saat penutupanyaitu pelaporan tahunan, akun “uang muka PPh 22” akan ditutup dengan akun “Pajak Penghasilan” sesuai PSAK 46 selisihnya adalah “utang PPh 29”

Haeselen

Jurnal- Posisi Pemungut di pihak pembeli

r

Transaksi denganbendaharawan

Pemungut dan Penyetordilakukan olehPembelisehingga dalam pencatatan pembeli diakui di akun

“utang PPh 22”

Penjualmengakui di akun“uang muka PPh 22”yg nantinya diakui sebagai kredit pajak Saat terutangadalah saat pembayaran, yaitu tgl 18 Mei 2008

Saat penyetoranoleh bendaharawan (pembeli) adalah pada hari yang sama pada saat pembayaran

Penjual Pembeli

(20)

Jurnal- Impor mesin

Soal :

Pada tanggal 20 Mei 2008 PT Jambi Steel (mempunyai API) kembali membeli mesin pengolah baja dari Jerman secara kredit. Harga mesin tersebut adalahUS$100,000.

Biaya asuransi sebesarUS$500dan biaya angkut dari Jerman menuju Jambi sebesar US$1,000dibayar tunai pada tanggal 20 Mei 2008. Mesin tersebut dikenai Bea Masuk5%dan Bea Masuk Anti Dumping (BM AD)10%.

Mesin baru datang di Pelabuhan Kuala Tungkal Jambi pada tanggal 28 Mei 2008 dan manajemen PT Jambi Steel menyelesaikan dokumen impor (PIB) pada tanggal tersebut.

Jadi, pada saat penyelesaian PIB, PT Jambi Steel sudah terutang dan harus membayar PPh Pasal 22 impor dan PPN-impor ke bank devisa.

Kurs BI tanggal 20 Mei 2008 adalah Rp9.060/US$ dan kurs KMK sebesar Rp9.140/US$.

Kurs BI tanggal 28 Mei 2008 adalah Rp9.000/US$ dan kurs KMK adalah Rp9.100/US$.

Haeselen

Terima

Kasih...

Referensi

Dokumen terkait

Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah, sehubungan

Selain data – data dari segi pengamatan permukaan patahan, juga perlu dilakukan analisa terhadap gaya – gaya yang bekerja pada poros pompa tersebut sebagai data

- Menjelaskan isi bacaan melalui Referencing - Menyebutkan fungsi nouns pada suatu kalimat - Menyebutkan suffixes yang tepat pada suatu kalimat Materi Pokok :

Karena ketika percobaan dimulai dengan memasukan udara ke dalam tabung 1 dan tabung 2 dengan tekanan udara yang berbeda (dalam keadaan kedua tabung krannya tertutup),

Selanjutnya informasi selengkapnya mengenai pekerjaan penduduk usia anak yang pindah keluar Provinsi DKI Jakarta berdasarkan pendidikan yang terdaftar dalam

Bertolak dari hal-hal tersebut maka dilakukan kajian mengenai koefisien kecernaan fraksi serat bungkil kelapa sawit yang dihidrolisis dengan enzim asal cairan rumen domba sebagai

bank konvensional nilai minimum rasio LDR dimiliki oleh Bank Bukopin sedangkan nilai maksimum dimiliki oleh Bank Mandiri, hal ini dikarenakan nominal dari loan

1) Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya peneliti tidak hanya menggunakan sampel satu sektor yaitu sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi akan tetapi