• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN DAN KEMISKINAN tinjauan kritis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBANGUNAN DAN KEMISKINAN tinjauan kritis"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problem yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang. Masalah kemiskinan ini menuntut adanya suatu upaya pemecahan masalah secara berencana, terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang singkat. Upaya pemecahan masalah kemiskinan tersebut sebagai upaya untuk mempercepat proses pembangunan yang selama ini sedang dilaksanakan.

Istilah kemiskinan sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang asing dalam kehidupan kita. Kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan ditinjau dari segi materi (ekonomi). Dari kegagalan dalam mengurangi kemiskinan, pengangguran,dan ketimpangan pendapatan secara berarti, maka para ahli kemudian bergeser dari penciptaan lapangan kerja yang memadai, penghapusan kemiskinan, dan akhirnya penyediaan barang-barang dan jasa kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui bagaimana pembangunan dan kemiskinan yang berada di lingkungan sekitar.

C. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan pembangunan? b. Apa saja indikator – indikator pembangunan? c. Apa saja dampak dari pembangunan?

d. Apa yang dimaksud dengan kemiskinan? e. Sebutkan indikator-indikator kemiskinan?

f. Apa hubungan antara pembangunan dan kemiskinan?

(2)

BAB II PEMBAHASAN

PEMBANGUNAN DAN KEMISKINAN A. Pembangunan

1. Pengertian pembangunan

Pembangunan adalah proses untuk melakukan perubahan atau suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan tekhnologi, kelembagaan, dan budaya. Dalam pengertian lain, pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yanbg mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan oembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan dimana pembangunan. Perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan.

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro (community/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan deversifikasi.

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ken seluruh aspek yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat y. Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses transformasi dan perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya.

Menurut Quraish shihab prinsip-prinsip yang menjadi landasan untuk pembangunan yaitu:

a. Tauhid. Prinsip ini tidak hanya diartikan sebagai kepercayaan tentang keesaan Tuhan, namun mencakup pengertian bahwa segala sesuatu harus dikaitkan dengan keesaan-Nya sebagai sumber dari segala sumber.

b. Rububiyah. Tuhan memelihara manusia antara lain melalui petunjuk-petunjuk-Nya, rahmat dan rezeki-petunjuk-petunjuk-Nya, sehingga harus disyukuri.

(3)

d. Tazkiyah. Prinsip ini menetapkan bahwa hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesamanya dan alam lingkungannya, harus selalu diliputi oleh kesucian serta pemeliharaan nilai-nilai agama, akal, jiwa, harta dan kehormatan manusia. 2. Indikator Pembangunan

Sejumlah indikator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan perkapita, struktur perekonomian, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Berikut merupakan lima indikator pembangunan:

a. Pendapatan perkapita

Dalam perspektif makroekonmi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemamuran masyarakat. Tampaknya pendapatan perkapita telah menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa di abaikan, walaupun memeiliki beberapa kelemahan.

b. Struktur ekonomi

Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan perkapita, konstribusi sektor manufaktur/industri dan jasa terhjadap pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja.

c. Urbanisasi

Urbanisasi dapat siartikan sebagai meningkatnya proposi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Di negara industri, sebagian besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di negara-negara yang sedang berkambang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan.

d. Indeks Kualitas Hidup (IKH)

IKH atau Physical Quality of Life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi akan menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung berasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini menunjukan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga aka mempengaruhi status pendidikan para anggotanya.

e. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)

(4)

manusia akan diikut oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas.

Adapun tolok ukur pembangunan berkelanjutan secara sederhana yang dapat digunakan baik untuk pemerintah pusat maupun di daerah untuki menilai keberhasilan seorang kepala pemerintahan dalam pelaksanaan proses pembangunan yang hidup mereka. Tindakan ini sering diungkapkan sebagai sosial engineering (mesin sosial), yang melibatkan banyak pihak untuk menjalankan perencanaan, pelaksanaan, penerima dan terpenting sekali pembiayaannya. Dalam konteks sebuah masyarakat, tindakan merancang pembangunan menjadi tanggung jawab semua lapisan rakyat, masing-masing dengan bentuk sumbangan yang tertentu sesuai dengan kapasitas dan kemampuan. Ahli politik, anggota professional, para akademik, pengusaha, pakar teknologi, kaum tani, kelas pekerja dan berbagai-bagai golongan lain termasuk rakyat terbanyak, semuanya sama-sama terlibat dalam proses pembangunan ini.

Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan sebagai industralisasi atau pemodernan. Bagaimanapun dalam makna yang luas ia bermaksud meningkatkan derajat manusia dalam sebuah masyarakat tertentu. Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan nilai kehidupan semua masyarakat dalam segala bidang.

Diakui secara umum bahwa kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Terlebih lagi jika bangsa itu sedang membentuk watak dan kepribadiannya yang lebih serasi dengan tantangan zamannya.

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata, materil, dan spiritual berdasarkan pancasila. Bahwa hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah tentu pendekatan dan strategi pembangunan hendaknya menempatkan manusia sebagai pusat interaksi kegiatan pembangunan spiuritual maupun material.

Pembangunan yang melihat manusia sebagai makhluk budaya, dan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Hal itu berarti bahwa pembangunan seharusnya mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia. Menumbuhkan kepercayaan diri sebagai bangsa. Menumbuhkan sikap hidup yang seimbang dan berkepribadian utuh. Memiliki moralitas serta integritas sosial yang tinggi. Manusia yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(5)

masyarakat terhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial, yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam kelompok-kelompok masyarakat. Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dapat dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan kita sebagai bangsa.

B. Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, pakaian, tempat tinggal sebagai tempat berteduh. Kemiskinan bukanlah suatu yang terwujud sendirin terlepas dari aspek-aspek lainnya, tetapi kemiskinan itu terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut, terutama adalah aspek sosial dan aspek ekonomi. Aspek sosial adalah adanya ketidaksamaan sosial diantara warga masyarakat yang bersangkutan seperti perbedaan suku bangsa, ras, gender dan usia yang bersumber dari corak sistem pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat. Sedangkan yang dimaksud aspek ekonomi adalah, adanya ketidaksamaan diantara semua warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi.

Beberapa faktor kemiskinan diantaranya pendidikan yang rendah dipandang sebagai penyebab kemiskinan. Dari segi kesehatan, rendahnya mutu kesehatan mayarakat menyebabkan terjadinya kemiskinan. Dan dari segi Ekonomi, kepemilikan alat-alat produktif yang terbatas, penguasaan tekhnologi dan kurangnya keterampilan, dilihat sebagai alasan mendasarmengapa terjadi kemiskinan. Faktor kultur dan struktural juga kerap kali dilihat sebagai elemen penting yang menentukan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) sebagai berikut:

a. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan antara pola kepemilikan sunmber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.

b. Krmiskinan muncul akibat adanya oerbedaan kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah.

c. Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.

Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia. Pertama, banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskminan nasiaonal, yang setara dengan PPP AS$1,55-per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap lemiskinan. Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Keitga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.

(6)

b. Kemiskinan dari segi non-pendapatan adalah masalah yang lebih serius dibandingkan dengan kemiskinan dari segi pendapatan. Bidang-bidang khusus yang patut diwaspadai adalah:

1). Angka gizi buruk (malnutrisi) yang tinggi bahkan meningkat pada tahun-tahun terakhir

2). Kesehatan ibu yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara di kawasan yang sama, angka kematian ibu di Indonesia adalah 307 (untuk 100.000 kelahiran hidup), tiga kali lebih besar dari pada Vietnam dan enam kali lebih besar dari China dan Malaysia hanya sekitar 72 persen persalinan dibantu oleh bidan terlatih.

3). Lemahnya hasil pendidikan. Angka melanjutkan dari sekolah dasar ke sekolah menengah masih rendah, khususnya di antara penduduk miskin: di antara kelompok umur 16-18 tahun pada kuintil termiskin, hanya 55 persen yang lulus SMP, sedangkan angka untul kuintil terkaya adalah 89 persen untuk kohor yang sama.

4). Rendahnya akses terhadap air bersih, khususnya diantara penduduk miskin. Untuk kuintil paling rendah, hanya 48 persen yang memiliki akses air bersih di daerah pedesaan, sedangkan untuk perkotaan, 78 persen. 5). Akses terhadap sanitasi merupakan masalah sangat penting. Delapan

puluh persen penduduk miskin di pedesaan dan 59 persen penduduk miskin di perkotaan tidak memiliki akses pada tangki septik, sementara itu hanya kurang dari satu persen dari seluruh penduduk Indonesia yang terlayani oleh saluran pembuangan kotoran berpipa.

c. Perbedaan antar daerah yang besar di bidang kemiskinan. Di pedesaan, terdapat sekitar 57 persen dari orang miskin di Indonesia yang juga seringkali tidak memiliki akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar hanya sekitar 50 persen pada masyarakat miskin di pedesaan mempunyai akses terhadap air bersih, dibandingkan dengan 80 persen bagi masyarakat miskin diperkotaan. Dengan melintasi kepulauan Indonesia yang sangat luas, akan ditemui perbedaan dalam kantong-kantong kemiskinan di dalam daerah itu sendiri.

2. Indikator Kemiskinan

Adapun indikator keluarga miskin menurut Badan Pusat Statistik (BPS) ada sekitar empat belas ciri, yaitu:

a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/ tembok tanpa diplester.

d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

(7)

f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatab di puskesmas/poliklinik.

l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pandapatan di bawah Rp. 600.000 perbulan.

m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

n. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Faktor kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan dalam tiga unsur, yaitu:

a. Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang. b. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.

c. Kemiskinan buatan atau kemiskinan struktural.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan itu pada hakikatnya langsung berkait dengan sistem masyarakat secara menyeluruh dan bukan hanya ekonomi dan politik, sosial dan budaya.

Pendapat lain menyatakan bahwa usaha memerangi kemiskinan hanya dapat berhasil kalau dilakukan dengan cara memberikan pekerjaan yang memberikan pendapatan yang layak kepada orang-orang miskin. Karena dengan cara ini bukan hanya tingkat prndapatan yang dinaikkan, tetapi harga ndiri sebagai manusia dan sebagai warga masyarakat dinaikkan, seperti warga masyarakat lainnya. Dengan lapangan pekerjaan dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja dan merangsang berbagai kegiatan di sektor-sektor ekonomi lainnya.

(8)

Kemiskinan bisa juga terjadi karena tidak adanya semangat tanggung sosail dari kelompok yang kaya terhadap kelompok yang miskin. Apabila semangat tanggung jawab sosial ditegakkan dengan memberikan hak-hak yang pantas kepada fakir miskin maka tentunya angka kemiskinan akan semakin berkurang. Selain itu ada pula langkah-langkah sinergis dan sistematis dalam penanggulangan kemiskinan. Beberapa teori yang dapat diterapkan dalam penanggulangan kemiskinan diantaranya yaitu:

a. Kewajiban setiap individu.

Kewajiban terhadap setiap individu tercermin dalam kewajiban bekerja dan berusaha. Kerja dan usaha langkah pertama yang harus ditanamkan kepada setiap orang dalam menanggulangi kemiskinan. Manusia secara alami terdorong untuk memiliki kekayaan melalui bekerja dan berusaha.

b. Kewajiban Masyarakat.

Kewajiban masyarakat tercermin pada jaminan sosial yang dapat dimulai dalam lingkaran yang terkecil sampai lingkaran sosial yang lebih luas. Lingkaran sosial terkecil adalah dengan membantu sanak saudara yang dalam kondisi tidak mampu. Kewajiban masyarakat dalam jaminan sosial dapat berbentuk derma sosial seperti shodaqoh, zakat, maupun infaq.

c. Kewajiban pemerintah.

Di Indonesia melalui pasal 34 (UUD 1945) disebutkan bahwa: “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Dan “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.

Untuk mempercepat penanganan kemiskinan, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan untuk memoerjelas mekanisme koorsinasi Penanggulangan Kemiskinan.selanjutnya, pada tanggal 25 Februari 2010 ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan sebagai upaya dalam melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan. Penanggulangan kemiskinan, dimana hak dasar masyarakat miskin secara bertahap dapat terpenuhi yang meliputi:

a. Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau. b. Terpenuhinya pelayanan kesehatan yang bermutu.

c. Tersedianya pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan merata. d. Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha.

e. Terpenuhinya kebutuhan perumahan dan sanitasi yang layak dan sehat. f. Terpenuhinya kebutuhan air bersih dan aman bagi masyarakat miskin. g. Terbukanya akses masyarakat miskin dalam pemanfaatan SDA dan

(9)

3. Hubungan Pembangunan dan Kemiskinan

Di Indonesia pola perkembangan pembangunan juga mengikuti pendapatan yang dikemukakan Kuznets, artinya golongan miskin kurang terjamah oleh hasil-hasil pertumbuhan ekonomi. Mengapa mereka tidak terangkat, padahal pemerintah telah mengambil kebijaksanaan penyebaran proyek-proyek ke daerah-daerah ke desa-desa.

Bila diteliti golongan-golongan miskin yang tidak terjamah oleh hasil-hasil pembangunan karena:

a) Ketimpangan dalam peningkatan pendidikan. Selama belum ada kewajiban belajar golongan miskin tidak akan mampu berpartisipasi mengenyam peningkatan anggaran pendidikan.

b) Ketidakmerataan kemampuan untuk berpartisipasi. Untuk berpartisipasi diperlukan tingkat pendidikan, keterampilan, relasi, dan sebagainya. Golongan miskin tidak memilikinya .

c) Ketidakmerataan pemilikan alat-alat produksi.Golongan miskin tidak memiliki alat-alat produksi, penghasilannya untuk makan saja sudah susah, sehingga tidak mungkin untuk membentuk modal.

d) Ketidakmerataan kesempatan terhadap modal dan kredit ada. Modal dan kredit pemberiannya menghendaki syarat-syarat tertentu dan golongan miskin tidak mungkin memenuhi persyaratannya.

e) Ketidakmerataan menduduki jabatan-jabatan. Untuk mendapat pekerjaan yang memberi makan pada keluarga saja susah, apalagi menduduki jabatan-jabatan yang sering memerlukan relasi tertentu dan persyaratan tertentu.

f) Ketidakmerataan mempengaruhi pasaran. Karena miskin dan pendidikannya rendah, maka tidak mungkin golongan miskin dapat mempengaruhi pasaran . g) Ketidakmerataan kemampuan menghindari musibah misalnya penyakit,

kecelakaan dan ketidak beruntungan lainnya. Bagi golongan miskin dibutuhkan bantuan untuk dapat mengatasi musibah tersebut. Mengharapkan diri mereka sendiri dapat mengangakat dirinya tanpa pertolongan, sukar dipastikan.

h) Laju pertumbuhan penduduk lebih memberatkan golongan miskin. Dengan jumlah keluarga besar, mereka sulit dapat menyekolahkan, memberi makan, dan pakaian secukupnya. Hanya keluarga yang kaya atau berpenghasilan besar sajalah yang mampu.

(10)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Kemiskinan sering diidentifikasikan dengan kekurangan terutama kekurangna bahan pokok seperti pangan,kesehatan ,sandang,papan,dan sebagianya. Dengan kata lain, kemiskinan merupakan ketidak mampuan memenuhi kebutuhan pokok, sehingga ia mengalami keresahan, kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap langkah hidupnya (Siswanto, 1998).Kemiskinan bagaikan penyakit yang diberantas. Namun upaya memberantas tidak selalu membawa hasil karena masalah memang kompleks.

Untuk mengatasi kemiskinan, paling tidak harus dilihat dari konteks masalahnya. Kemiskinan timbul dari berbagai faktor yang setiap faktornya memerlukan penanganan khusus.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurikulum yang menghendaki pelaksanaan evaluasi hasil belajar secara komprehensif, baik pada ranah kognitif, afektif maupun

Tahapan  rehabilitasi  dan rekonstruksi  harus dilaksanakan  secara lebih terarah  dan  terencana  dalam  upaya  normalisasi  prasarana  dan  fasilitas  sosial/ 

Dengan menggunakan analisis regresi multilinier, sebanyak 20 senyawa xanton yang sudah diketahui nilai IC50-nya digunakan sebagai senyawa fitting untuk mendapatkan

Untuk melakukan perhitungan laju dosis neutron menggunakan program MCNP5v1.2 diperlukan parameter input yaitu geometri bahan bakar dan teras RGTT200K, posisi sumber

Salah satu hasil dari pengujian Fall-Off Test adalah untuk mengetahui apakah sumur mengalami kerusakan atau telah mengalami perbaikan di sekeliling lubang sumur.Hasil

0HQXUXW *LGGHQV UHDOLWDV VRVLDO KDUXV PHPSHUWLPEDQJNDQ VWUXNWXU GDQ DJHQ 6WUXNWXU DGDODK DWXUDQ QRUPD QRUPD GDQ NHSHUFD\DDQ \DQJ PHQDQGDL GXQLD VRVLDO $JHQ DGDODK SHULODNX GDQ

Misal: Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), usaha sepi. b) Nasabah memindahtangankan atau jual beli bawah tangan tanpa sepengetahuan pihak bank. Hal ini sering terjadi saat

Dalam penelitian ini data primer diperoleh secara langsung dari pelaku perkawinan anak di bawah umur, pejabat desa serta para ulama Desa Tegaldowo, KUA kecamatan Gunem