• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI REMAJA PUTRA TENTANG PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA BUNGKUS ROKOK TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMPN 1 KOTANOPAN MANDAILING NATAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERSEPSI REMAJA PUTRA TENTANG PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA BUNGKUS ROKOK TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMPN 1 KOTANOPAN MANDAILING NATAL SKRIPSI"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

RIDHA RAHAYU LUBIS NIM. 141000329

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSEPSI REMAJA PUTRA TENTANG PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA BUNGKUS ROKOK

TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMPN 1 KOTANOPAN MANDAILING NATAL

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIDHA RAHAYU LUBIS NIM.141000329

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

Universitas Sumatera Utara

(3)
(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 6 Januari 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Juanita, S.E., M.Kes.

Anggota : 1. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.Kes.

2. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

Universitas Sumatera Utara

(5)

Remaja Putra tentang Peringatan Kesehatan Bergambar pada Bungkus Rokok terhadap Perilaku Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2020

Ridha Rahayu Lubis

(6)

iv Abstrak

Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 pemerintah telah membuat aturan tentang pengamanan dari bahan adiktif produk tembakau yang menyatakan bahwa seluruh rokok yang berada di pasaran diwajibkan untuk menyertakan peringatan mengenai bahaya dari kebiasan merokok yang disertai oleh gambar pada bungkusnya yang menerangkan dampak yang ditimbulkan pada hal ini persepsi remaja memiliki pengaruh yang besar terhadap prilaku merokok yang dilakukannya. Adapun tujuan pada penelitian ini yaitu mengetahui persepsi remaja tentang peringatan kesehatan bergambarpada bungkus rokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal dan mengetahui hubungan antara persepsi remaja tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok. Metode penelitian yang dilaksanakan untuk mengetahui persepsi remaja putra tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok terhadap perilaku merokok di SMPN 1 Kotanopan ini adalah design penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel 63 dari 175 siswa yang diambil berdasarkan rumus. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu persepsi remaja putra yang meliputi, stimulus, organisasi, interpretasi dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku merokok.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui wawancara langsung dandokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putra SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal terbanyak berumur 13 tahun berjumlah 21 orang (33,3%). Adapun hasil uji korelasi rank spearman persepsi stimulus diperoleh nilai p=0,002, persepsi organisasi diperoleh nilai p=0,001, dan persepsi interpretasi diperoleh nilai p=0,001. Kesimpulan pada penelitian ini adalah remaja memiliki persepsi negatif dan persepsi positif dan ada korelasi antara persepsi remaja putra tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok terhadap perilaku merokok. Pemerintah daerah diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan dan pedoman dalam menyusun langkah dan strategi pemerintah untuk mencegah perilaku merokok pada anak-anak dan remaja. .

Kata Kunci : Persepsi, remaja, bungkus rokok bergambar

Universitas Sumatera Utara

(7)

all cigarettes on the market are required to include a warning about the dangers of smoking habits accompanied by a picture on the packaging that explains the impact on this perception adolescents have a great influence on smoking behavior does. The purpose of this study is to determine adolescent perceptions about pictorial health warnings on cigarette packs at SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal and find out the relationship between adolescent perceptions of pictorial health warnings on cigarette packs. The research method carried out to determine the perceptions of young men about pictorial health warnings on cigarette packs on smoking behavior in SMPN 1 Kotanopan is a cross sectional study design, with a sample of 63 out of 175 students taken based on formulas. The variables in this study are independent variables namely the perception of young men which includes, stimulus, organization, interpretation and the dependent variable in this study is smoking behavior. Data collection methods used in this study through direct interviews and documentation. The results showed that the majority of 13 teenage boys at SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal were 13 people (33.3%).

The Spearman rank correlation test results obtained stimulus perception of the value of p = 0.002, organizational perception of the value of p = 0.001, and the perception of interpretation obtained value of p = 0.001. The conclusion of this study is that adolescents have negative perceptions and positive perceptions and there is a correlation between perceptions of young men about pictorial health warnings on cigarette packs to smoking behavior. Local governments are expected to make this research as a reference and guideline in developing government steps and strategies to prevent smoking behavior in children and adolescents. .

Keywords: Perception, adolescents, illustrated cigarettes

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Remaja Putra tentang Peringatan Kesehatan Bergambar pada Bungkus Rokok terhadap Perilaku Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal.” Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku ketua Dapertemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat, dan arahan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Dr. Juanita S.E., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dukungan, naseha tserta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

(9)

6. Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan saran kepada penulis selama kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terutama Dapertemen Administasi Kebijakan kesehatan yang telah banyak memberikan bantuan selama penulisan mengikuti pendidikan.

8. Kepala Sekolah SMPN 1 Kotanopan dan seluruh guru serta siswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teristimewa untuk kedua orangtua penulis tercinta Partaonan Lubis dan Khodijah yang senantiasa memberikan motivasi, doa, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materi yang tidak terhingga dan tidak akan pernah bisa terganti kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Juga kepada saudara penulis tercinta Dian Fadhillah Lubis, Ahmad Khairil Amri Lubis, Aulia Zahra Lubis, dan Ahmad Aidhil Umri Lubis serta keponakan tercinta Syahira dan Anugrah yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teruntuk keluarga kedua penulis, sahabat-sahabat terkasih yang selalu setia menemani Wika, Yulia, Nurmala Silvia, Rima, Roma dan Rose terima kasih atas semangat dan dukungan dalam suka dan duka, yang selalu bersama-sama hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

(10)

viii

11. Teruntuk teman-teman seperjuangan mahasiswa dan keluarga besar FKM USU 2014, khususnya peminatan AKK FKM USU 2014 untuk segala motivasi dan dorongan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Januari 2020

Ridha Rahayu Lubis

Universitas Sumatera Utara

(11)

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

Daftar Istilah xv

Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 7

Persepsi 7

Indikator persepsi 7

Proses persepsi 8

Syarat terjadinya persepsi 10

Rokok 10

Definisi rokok 10

Kandungan rokok 11

Berbagai jenis penyakit yang diakibatkan rokok 11

Perilaku Merokok 12

Jenis perokok 13

Tahapan dalam perilaku merokok 14

Aspek-aspek perilaku merokok 14

Remaja 15

Definisi remaja 15

Peringatan Kesehatan Bergambar 16

Kerangka Konsep 17

Hipotesis Penelitian 18

Metode Penelitian 19

Jenis Penelitian 19

(12)

x

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Populasi dan Sampel 19

Variabel dan Definisi Operasional 20

Metode Pengumpulan Data 21

Metode Pengukuran 21

Metode Analisa Data 21

Hasil Penelitian 23

Deskripsi Lokasi Penelitian 23

Deskripsi Mandailing Natal 23

Deskripsi Kotanopan 24

Deskripsi SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal 24 Karakteristik Remaja Putra SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal 24 Distribusi Frekuensi Persepsi (Stimulus, Organisasi, Interpretasi)

tentang Peringatan Kesehatan Bergambar pada Remaja Putra di

SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal 25

Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Remaja Putra di

SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal 26

Hubungan Persepsi Stimulus Remaja Putra tentang Peringatan Kesehatan Bergambar terhadap Perilaku

Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal 26

Hubungan Persepsi Organisasi Remaja Putra tentang Peringatan Kesehatan Bergambar terhadap Perilaku

Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal 27

Hubungan Persepsi Interpretasi Remaja Putra tentang Peringatan Kesehatan Bergambar terhadap Perilaku

Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal 28

Pembahasan 30

Karakteristik Remaja Putra 30

Persepsi Remaja tentang Peringatan Kesehatan

Bergambar pada Bungkus Rokok di SMPN 1 Kotanopan

Mandailing Natal 33

Hubungan Stimulus dengan Perilaku Merokok 39

Hubungan Organisasi dengan Perilaku Perokok 39

Hubungan Interpretasi dengan Perilaku Merokok 42

Keterbatasan Penelitian 43

Kesimpulan dan Saran 44

Kesimpulan 44

Saran 44

Daftar Pustaka 46 46

Lampiran

Universitas Sumatera Utara

(13)

1 Karakteristik Remaja Putra SMPN 1 Kotanopan

Mandailing Natal menurut Umur 24

2 Distribusi Frekuensi Stimulus, Organisasi, dan Interpretasi tentang Peringatan Kesehatan Bergambar

pada Remaja Putra di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal 25 3 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Remaja

Putra di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal 26

4 Hubungan Persepsi Stimulus Remaja Putra tentang Peringatan Kesehatan Bergambar terhadap Perilaku

Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal 27 5 Hubungan Persepsi Organisasi Remaja Putra tentang

Peringatan Kesehatan Bergambar terhadap Perilaku

Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal 28 6 Hubungan Persepsi Interpretasi Remaja Putra

tentang Peringatan Kesehatan Bergambar terhadap

Perilaku Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal 29

(14)

xii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Proses terjadinya persepsi 9

2 Peringatan kesehatan bergambar 17

3 Kerangka konsep 18

Universitas Sumatera Utara

(15)

1. Kuesioner 49

2. Master Data 52

3. Output SPSS 54

4. Dokumentasi Penelitian 58

5. Surat Permohonan Izin Penelian dari Fakultas 60 6. Surat Selesai Penelitian dari SMPN 1 Kotanopan 61

(16)

xiv Daftar Istilah

ASEAN Association of Southeast Asian Nations

BPS Biro Pengawas Statistik

ETS Environmental Tobacco Smoke

KEMENKES Kementerian Kesehatan RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar WHO World Health Organization

Universitas Sumatera Utara

(17)

1995 di Kotanopan. Beragama Islam, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Partaonan Lubis dan Ibu Khodijah. Alamat penulis di Tombang Bustak, Kotanopan Mandailing Natal Sumatera Utara.

Pendidikan formal dimulai di sekolah dasar SD Negeri 142650 Tombang Bustak Tahun 2002 – 2008, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Kotanopan Tahun 2008-2011, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Kotanopan Tahun 2011-2014. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2020

Ridha Rahayu Lubis

(18)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan sudah menjadi bagian hidup masyarakat. Kebiasaan merokok sudah memprihatikan, dimana-mana mudah menemui orang merokok.

Tanpa alasan yang jelas, seseorang akan merokok baik sesudah makan, setelah minum kopi atau teh, bahkan sembari bekerja pun diselangi dengan merokok.

Keberadaan rokok banyak dijumpai, salah satunya adalah warung kaki lima. Kegiatan merokok tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, namun remaja juga. Mengonsumsi rokok merupakan salah satu kegiatan yang dapat merusak kesehatan, baik perokok aktif maupun pasif.Hal ini menunjukkan bahwa merokok menjadi masalah yang serius.

Rokok merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Kasus kematian dini yang disebabkan oleh rokok sebanyak 4,8 juta di Tahun 2000. Beberapa penyakit yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok adalah kardiovaskuler, penyempitan pernapasan yang bersifat akut dan kanker pada paru-paru (Jaya, 2016).

Badan riset pengawasan tentang tembakau untuk kawasan ASEAN memberikan laporan bahwa perokok yang berumur 10 sampai 14 tahun meningkat yaitu tahun 1995 sebanyak 9%; 2001 sebanyak 9,5%; 2004 sebanyak 12,6%;

2007 sebanyak 16%, dan 2010 sebanyak 17,5%. Riset tersebut memperhitungkan dalam 10 tahun kedepan jumlah remaja yang akan mengonsumsi rokok akan terus meningkat dua kali lipat. Sebanyak 30% dari penduduk Indonesia yang

Universitas Sumatera Utara

(19)

mengonsumsi rokok sebelum berumur 10 tahun. Untuk kawasan ASEAN, Indonesia menempati urutan tertinggi dengan perokok berjenis kelamin laki-laki yang berusia 13-15 tahun mencapai 41% (The Asean Tobacco Control Atlas, 2014).

Penggunaan tembakau oleh anak laki-laki di Indonesia sebanyak 36,2%

dan anak perempuan sebanyak 4,3%. Saat ini, sebanyak 20,3% penggunaan tembakau berbentuk rokok dan/atau tidak dengan asap. Selanjutnya dilaporkan bahwa paparan asap rokok yang dialami siswa berasal dari rumah (57,3%) dan tempat umum (60,1%). Persentase siswa yang saat ini merokok biasanya membeli rokok di toko sebanyak 58,2% (Global Youth Tobacco Survey, 2014).

Proporsi jumlah orang yang memiliki kebiasaan merokok di Sumatera Utara sebesar 25% sehingga menyebabkan wilayah ini merupakan salah satu Provinsiyang menyandang jumlah perokok terbesar di Indonesia, sesudah Kalimantan Barat(26%) dan Papua Barat (27%) (RISKESDAS, 2018).

Proporsi penduduk berumur di atas 15 tahun yang memiliki kebiasaan menghisap rokok serta mengunyah tembakau berdasarkan data Riskesdas 2010, 2013 dan 2018 mengalami peningkatan dengan persentase masing-masing sebesar 34,3%; 36,3% dan 33,8%. Penduduk yang berusia kurang dari 10 tahun di Indonesia menghirup batang rokok dengan jumlah 12,3 batang rokok yang setara dengan satu bungkus rokok (RISKESDAS, 2018).

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan jumlah para perokok melalui peraturan guna memberi batasan pada industri rokok dalam pemasaran produknya, seperti pencantuman peringatan kesehatan

(20)

3

bergambar pada bungkus rokok.

Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan yang merupakan salah satu upaya agar masyarakat umum dapat meningkatkan pengetahuannya mengenai bahaya dari kebiasaan merokok, serta berusaha untuk menguranginya. Implementasi dari kebijakan ini ditandai dengan disahkannya tatanan dari Menkes nomor 28 pada Tahun 2013 yang mengatur tentang pencantuman peringatan serta informasi kesehatan di kemasan dari produk tembakau.

Kebijakan dari pencantuman peringatan kesehatan yang bergambar pada bungkus rokok telah dilaksanakan di Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Kanada, serta Brazil. Brazil telah memberikan bukti bahwa peringatan kesehatan bergambar lebih efektif dari pada peringatan teks saja. Kanada memperkenalkan peringatan kesehatan bergambar pada Tahun 2001, negara pertama yang melakukannya.Peringatan bahaya merokok meningkatkan motivasi untuk berhenti dan membantu mantan perokok tidak lagi merokok. Dalam sebuah survei yang dilakukan di Kanada antara Tahun 2001 dan 2003, 44% perokok melaporkan bahwa peringatan bergambar telah meningkatkan motivasi mereka untuk berhenti merokok (World Health Organization, 2014) .

Pada Tahun 2004 Kanada telah melakukan penelitian yang bertujuan untuk melakukan evaluasi mengenai dampak dari peringatan kesehatan yang bergambar didapatkan hasil yaitu 1 dari 5 orang telah mengurangi kebiasaan merokoknya.

Penelitian dari Health Warning on Tobacco Products Brazil Tahun 2009 ini juga

Universitas Sumatera Utara

(21)

meneliti tentang respon emosional negatif yang timbul, misalnya perasaan takut (44%) serta rasa jijik (58%). Bagi para perokok yang telah melaporkan hal ini, maka kemungkinan besar akan menurunkan penggunaan tembakau di tiga bulan berikutnya atau bahkan untuk berhenti merokok.

Brazil merupakan negara yang kedua setelah Kanada yang melaksanakan pencantuman peringatan kesehatan bergambar. Tatanan tentang pengendalian tembakau ini memberikan hasil positif dengan adanya penurunan prevalensi dari kebiasaan merokok yaitu 34,8% berubah menjadi 22,4% pada populasi penduduk yang berumur 18 tahun maupun lebih. Selain itu, menurut jajak pendapat Departemen Kesehatan Brazil bahwa pada Tahun 2006 telah terjadi penurunan prevalensi merokok sebesar 16% (Health Warning on Tobacco Products Report Brazil, 2009).

Anggapan gambar peringatan dalam health warning on tobacco products report Brazil (2009) sangat efektif terhadap pengendalian penggunaan tembakau.

Sementara, di Indonesia telah menjalankan kebijakan ini pada tanggal 24 juni Tahun 2014. Menurut data laporan keuangan dari perusahaan rokok diperoleh ada peningkatan penjualan yang terjadi setiap tahun. Maka demikian dapat dinyatakan bahwa publik selalu membeli rokok, meskipun peringatan kesehatan bergambar telah ada di bungkus rokok.

Berdasarkan laporan keuangan Perusahaan rokok X, Penjualan bersih rokok X pada Tahun 2016 berada pada kisaran 36.962.772, pada Tahun 2017 sebesar 40.245.294 dan sebesar 45.305.015 pada Tahun 2018. Perusahaan rokok Y juga menunjukkan kenaikan penjualan bersih rokok yaitu tampak pada laporan

(22)

5

keuangan Perusahaan rokok Y. Pada Tahun 2016 angka penjualan bersih rokok berada pada kisaran 47.336.153, Tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 46.589.661 dan Tahun 2018 kembali naik sebesar 49.157.548.

Hal ini mengansumsikan bahwa pencantuman peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok kurang berpengaruh untuk menurunkan angka penjualan rokok di Indonesia. Oleh karena adanya kesenjangan tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun angka penjualan rokok tetap mengalami kenaikan walau telah ada pencantuman peringatan bergambar pada bungkus rokok khususnya pada rentang Tahun 2016 dan 2018.

Menurut hasil penelitian Widati (2013) bahwa peringatan kesehatan bergambar belum efektif untuk mencegah perilaku merokok. Peneliti telah melakukan survei awal di SMP Negeri 1 Kotanopan, diperoleh data jumlah siswa laki-laki sebanyak 175 siswa. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh 20 dari 30 siswa merokok. Kemudian, 15 dari 20 siswa perokok tidak menghiraukan peringatan bergambar di bungkus rokok, sedangkan 5 siswa yang lain peduli terhadap hal ini.

Tidak mudah untuk menyadarkan para pecandu rokok agar menghentikan kebiasaan merokok, walaupun banyak efek negatif yang ditimbulkannya. Maka demikian, peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai persepsi pada remaja putra terhadap peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

Universitas Sumatera Utara

(23)

sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi remaja tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal?

2. Bagaimana hubungan antara persepsi remaja tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok terhadap perilaku merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui persepsi remaja tentang peringatan kesehatan bergamabar pada bungkus rokok.

2. Menganalisis hubungan antara persepsi pelajar tentangperingatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok terhadap perilaku merokok.

Manfaat Penelitian

1. Bagi SMPN 1 Kotanopan, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bahaya merokok terdahap remaja putra di SMPN 1 Kotanopan.

2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuan serta pengalaman.

3. Bagi akademik, dapat menjadi bahan referensi ilmiah untuk penelitian berikutnya.

(24)

7

Tinjauan Pustaka

Persepsi

Robbins (2008) menyatakan persepsi merupakan proses dimana seseorang mengorganisasikan serta menginterpretasikan terhadap kesan sensori yang diperoleh kepada lingkungan sekitarnya. Beberapa penelitian menemukan bahwa individu yang berbeda mampu melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Namun kenyataannya, tidak seorang pun yang dapat melihat realitas.

Kita hanya menyebutkan apa yang dilihat sebagai fakta.

Persepsi merupakan suatu proses tentang penerimaan informasi ke dalam otak, agar tercipta hubungan terhadap lingkungannya yang dilakukan melalui panca indera, antara lain penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman (Slameto, 2010).

Proses persepsi terjadi saat stimulus dari luar diterima oleh organism melalui anggota tubuhnya, kemudian masuk kedalam otakdan menimbulkan pola berpikir yang akhirnya menjadi sebuah pemahaman (Sarwono, 2010).

Para ahli mendefinisikannya dengan pendapat yang berbeda-beda, akan tetapi berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan tanggapan seseorang yang menerima stimulus dari luar yang berupa pesan atau informasi yang diterima memalui alat inderanya untuk memberi ari dari lingkungannya.

Indikator persepsi. Menurut Walgito Tahun 2010 persepsi memiliki indikator – indikator sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

(25)

1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu. Rangsang atau objek tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pencecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dari hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat- alat indera tersebut mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal maupun jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Didalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk.

Jelas tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas tidaknya rangsang, normalitas alat indera dan waktu, baru saja atau sudah lama.

2. Pengertian atau pemahaman. Setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan- kesan didalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong- golongkan (diklasifikasikan), dibandingkan dan diinterprestasi sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran-gambaranlama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).

3. Penilaian atau evaluasi. Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu persepsi bersepsi individual.

Proses persepsi. Menurut (Sunaryo, 2013) proses terbentuknya persepsi

(26)

9

didasari pada beberapa tahap, yaitu:

a. Stimulus atau rangsangan. Pada tahap ini individu menerima stimulus (rangsangan dari luar), disaat ini indera akan menangkap makna terhadap stimulus. Tahap ini adalah proses fisik dimana terjadi ketika objek menjadi stimulus kemudian diterima oleh reseptor dan pancaindera.

b. Organisasi. Pada tahap ini stimulus tadi diorganisasikan berdasarkan tatanan tertentu misalnya berdasarkan schemata (pengantar wawasan tentang stimulus) atau dengan scrip (refleks perilaku). Tahap ini adalah proses fisiologis. Proses fisiologis terjadi melalui stimulus yang dihantarkan ke saraf sensorik dan disampaikan ke otak.

c. Interpretasi. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi dan keperibadian seseorang. Pada tahap ini individu membuat interpretasi dan evaluasi terhadap stimuli berdasrkan pengalaman masa lalu atau pengetahuan tentang apa yang diterima. Menurut (Sunaryo, 2013) tahap ini merupakan proses fisiologis. Proses fisiologis terjadi pada otak lalu dihantarkan memalui saraf motorik dan timbulah sebuah persepsi.

Gambar 1. Proses terjadinya persepsi Objek

Persepsi

Reseptor

Saraf motorik

Saraf sensorik Otak

Stimulus

Universitas Sumatera Utara

(27)

Syarat terjadinya persepsi. Syarat terjadinya persepsi menurut(Sunaryo, 2013) yaitu:

1. Adanya objek yang akan dipersepsi. Objek mendatangkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. stimulus muncul dari luar individu yang mempersepsikan, tetapi juga dapat muncul dari dalam diri individu yang bersangkutan langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor

2. Adanya perhatian. Langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi adalah perhatian. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas seseorang yang ditujukan kepada kumpulan objek.

3. Adanya alat indera. Alat indera atau reseptor adalah alat untuk menerima stimulus.

4. Saraf sensoris. Saraf sensoris adalah alat untuk meluruskan stimulus yang diterima oleh reseptor ke pusat susunan saraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Berperan sebagai alat untuk mengadakan respon yang diperlukan saraf motoris yang dapat membentuk persepsi individu sebagai alat untuk melanjutkan stimulus ke otak.

Rokok

Definisi rokok. Rokok merupakan suatu olahan dari tembakau yang terbungkusmengandung nikotin serta tar, dengan ataupun tanpa adanya bahan tambahan. Berasal dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya. (PP No. 109 Tahun 2012).

(28)

11

Tembakau adalah suatu tumbuhan yang dapat menimbulkan kecanduan karena terkandung nikotin yang bersifat karsinogen dan toksik (WHO, 2013).

Kandungan rokok. Rokok memiliki kandungan zat utama antara lain:

1. Nikotin

Adalah bahan adiktif yang mengakibatkan ketergantungan ataupun kecanduan. Zat ini dapat menyebabkan jantung menjadi berdebar lebih kencang serta meningkatkan adrenalin (Aditama, 2013).

2. Tar

Tar adalah komponen padat yang mengandung karsinogen memiliki sifat yang lengket dan dapat melekatdi paru-paru (Aditama, 2013).

3. Karbon monoksida (CO)

Adalah gas yang berbahaya, berasal dari asap pembuangan pada kendaraan. CO dapat merusak pembuluh darah pada lapisan dalam serta meninggalkan endapan lemak sehingga pembuluh darah tersumbat.

Berbagai jenis penyakit yang diakibatkan oleh rokok. Kandungan zat yang terdapat dalam rokok dapat mengakibatkan penyakit ke dalam tubuh.

Penyakit tersebut antara lain:

1. Kanker paru-paru

Kanker merupakan penyakit akibat adanya pertumbuhan tidak terkendali dari sel tubuh. Penyebab utama adalah merokok. Selain itu, polusi udara yang berasal dari industri ataupun pertambangan dapat meningkatkan risiko timbulnya penyakit ini (Aditama, 2017).

Beberapa polutan yang diduga berhubungan dengan meningkatnya faktor

Universitas Sumatera Utara

(29)

risiko terjadinya kanker paru antara lain arsen, asbes, berilium, gas mustard, cadmium, chromium, nikel serta uranium. Namun, peranan dari bahan pencemar ini untuk menimbulkan kanker paru hanya 10% hingga 20% (Aditama, 2017).

2. Jantung koroner

Kebiasaan merokok adalah salah satu penyebab penyakit jantung koroner.

Penyakit ini berhubungan dengan adanya penyempitan ataupun tersumbatnya pembuluh darah yang mana fungsinya untuk memberikan aliran darah bagi jaringan ini. Aditama, 2017).

Asap rokok mengandung 0.5 % hingga 3% nikotin. Zat ini dapat merusak dan membuat irama jantung menjadi tidak teratur, mempercepat aliran darah, menimbulkan kerusakan lapisan pembuluh darah serta penggumpalan darah (Aditama, 2017).

3. Bronkitis

Adanya keluhan batuk yang berdahak yang terjadi secara terus menerus merupakan gejala dari bronkitis kronik.Hal ini dikarenakan terdapat kerusakan pada selaput lendir serta silia saluran pernafasan (Aditama, 2017).

Perilaku Merokok

Menurut PP RI Nomo 109 Tahun 2012 bahwa kegiatan dari membakar rokok dan atau menghisap asap rokok disebut dengan merokok. Kebiasaan ini berdampak pada berbagai organ tubuh, antara lain kanker saluran kemih, bronkitis yang terjadi secara kronik, jantung, stroke, gangguan katarak pada mata, penyakit di saluran cerna, mengakibatkan kulit menjadi cepat keriput, dan dapat mengakibatkan impotensi pada pria (Aditama, 2013).

(30)

13

Tempat kebiasaan merokok juga mencerminkan pada pola perilaku ini yang dapat digolongkan atas :

1. Ruang publik :

a. Asap rokok samping atau disebut dengan sidestram yang berasal dari ujung yang terbakar. Kelompok yang homogen secara bersama-saman menikmati kebiasaannya. Namun, pada umumnya mereka masih dapat menghargai orang lain.Oleh karena itu, mereka menempelkan diri di area merokok.

b. Kelompok heterogen (aktivitas dilakukan di wilayah orang-orang lain yang tidak melakukan kegiatan ini, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain). Tindakan mereka yang memiliki kebiasaan sepeti ini kurang etis dan tidak bertata karma, menyebarkan racun pada orang lain yang pasif merokok.

2. Tempat-tempat bersifat pribadi

a. Di kantor ataupun kamar tidur pribadi. Perokok yang merokok di tempat seperti ini termasuk individu yang kurang menjaga kebersihan dirinya sendiri, penuh dengan rasa gelisah, serta mencekam.

b. Di toilet. Perokok jenis ini termasuk orang yang suka berfantasi.

Jenis perokok. Pada umumnya, pengonsumsi rokok terdiri dari dua yaitu : 1. Perokok yang aktif

Adalah setiap orang yang mengkonsumsi rokok langsung dari asap rokok yang sedang dibakar.

Universitas Sumatera Utara

(31)

2. Perokok yang pasif

Adalah golongan orang yang tidak merokok, namun mereka terpaksa menghirup asap rokok yang berasal dari lingkungannya (Aditama, 2017).

Tahapan dalam perilaku merokok. Kebiasaan merokok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu dengan membakar dan menghisap rokok,dan mengeluarkan asap yang mana orang-orang sekitar dapat terhirup. Ada empat tahap dalam perilaku merokok dalam Laventhal dan Clearly antara lain: : 1. Tahap pertama yaitu perpatory adalah seseorang yang meemperoleh informasi

yang menyenangkan tentang rokok sehingga mendorong minatnya untuk merokok.

2. Tahap kedua yaitu intiation adalah tahap perintisan merokok dimana sesesorang dapat melakukan pilihan apakan meneruskan merokok atau berhenti.

3. Tahap ketiga yaitu becoming a smoker adalah jika seseorang telah mengalami kecanduan terhadap rokok.

4. Tahap keempat yaitu maintenance of smoking adalah suatu tahap dimana kegiatan merokok telah menimbulkan efek psikologi pada perokok sebagai kebiasaan yang menyenangkan.

Dari empat tahap dalam perilaku merokok maka perokok dapat dibedakan berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap dapat diklasifikasikan menjadi perokok berat, sedang, dan ringan.

Aspek-aspek perilaku merokok. Aspek perilaku merokok yang dikemukakan oleh (Glover, Nilsson, Westin, Glover dan Persson, 2005) adalah:

(32)

15

1. Ritual dalam merokok. Hal ini terjadi karena adanya ritual atau cara-cara yang khusus yang digunakan oleh perokok untuk menikmati rokoknya.

2. Persepsi akan rasa aman. Rokok dapat dianggap sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan karena rokok dapat menimbulkan rasa aman bagi perokok,

3. Hubungan antara perokok dengan rokok. Perilaku merokok muncul akibat dari kaitan antara individu yang merokok dengan rokok itu sendiri, maka semakin kuat hubungan tersebut maka semakin tinggi tingkat ketergantungan seseorang akan rokok.

Remaja

Definisi remaja. Berdasarkan sudut pandang, ada 3 pengertian remaja (Kusmiran, 2011) yaitu:

1. Seseorang yang telah berusia antara 11-12 tahun sampai dengan 20-21 tahun.

2. Adanya perubahan secara fisik serta fungsi fisiologis, khususnya berkaitan kalenjar seksual.

3. Aspek kognitif, emosi, sosial dan moral berubah dari periode anak-anak menjadi masa dewasa.

Beberapa faktor penyebab remaja memiliki kebiasaan merokok yaitu:

1. Orangtua

Adanya anggapan bahwa merokok merupakan suatu cara untuk menyalurkan rasa frustasi serta kegundahan hati. Tindakan ini biasanya dilakukan remaja yang berasal dari keluarga tidak bahagia. Orang tua memiliki pengaruh terbesarkarena merekaadalah figur contoh bagi anak-anaknya (Tarwato, 2010).

Universitas Sumatera Utara

(33)

2. Pengaruh Teman

Penyebab lain remaja merokok karena pengaruh teman-temannya yang juga seorang perokok. Demikian pula sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari pernyatan ini dimana remaja tersebut memang terpengaruh atau dia mempengaruhi teman-temannya untuk merokok. Pada akhirnya, mereka semua menjadi perokok (Tarwoto, 2010).

3. Faktor kepribadian

Remaja mencoba untuk melakukan kegiatan merokok dikarenakan rasa ingin tahu atau dapat juga dikarenakan keingijan untuk melepaskan dirinya dari rasa sakit baik fisik maupun jiwa, membebaskan diri dari kejenuhan. Salah satu sifat dari kepribadian prediktif para perokok yaitu konformitassosial (Tarwoto, 2010).

Peringatan Kesehatan Bergambar

Adanya anggapan bahwa mencantumkan peringatan tentang bahaya merokok dalam setiap bungkus rokok adalah perlu untuk memberikan pilihan kepada calon pembeli agar dapat menimbang-nimbang, apakah membeli atau tidak. Pernyataan ini telah tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 109 pada Tahun 2012 yang mengatur tentang pengamanan dari bahan adiktif produk tembakau yang menyatakan bahwa seluruh rokok yang berada di pasaran diwajibkan untuk menyertakan peringatan mengenai bahaya dari kebiasan merokok yang disertai oleh gambar pada bungkusnya yang menerangkan dampak yang ditimbulkan yaitu:

(34)

17

Gambar 2. Peringatan kesehatan bergambar Keterangan gambar:

1. Merokok membunuhmu.

2. Merokok sebabkan kanker mulut.

3. Merokok sebabkan kanker tenggorokan.

4. Merokok dekat anak berbahaya bagi mereka.

5. Merokok sebabkan kanker paru-paru dan bronkitis akut.

Kerangka Konsep

Skema kerangka konsep persepsi remaja tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok terhadap perilaku merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal.

Universitas Sumatera Utara

(35)

Gambar 3. Kerangka konsep Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat hipotesis penelitian, yaitu:

1. Remaja memiliki persepsi yang positif tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok.

2. Ada hubungan antara persepsi remaja tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok terhadap perilaku merokok.

Persepsi tentang peringatan kesehatan bergambar

1. Stimulus 2. Organisasi 3. interpretasi

Perilaku merokok 1. Merokok 2. Tidak merokok

(36)

19

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Metode penelitian menggunakan design penelitian cross sectional yaitu subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal Siswa remaja di SMPN 1 Kotanopan dari hasil survei pendahuluan rata-rata mengkonsumsi rokok.

Waktu penelitian. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa remaja putra SMPN 1 Kotanpan Mandailing Natal sebanyak 175 siswa.

Sampel. Sampel pada penelitian ini adalah siswa remaja putra SMPN 1Kotanopan Mandailing Natal yang didapatkan setelah melakukan perhitungan sampel. Adapun perhitungan sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

n = Jumlah sampel N = Jumlah sampel

e2 = Batas ketelitian yang diinginkan

Universitas Sumatera Utara

(37)

( )

( )

= 63 responden

Berdasarkan perhitungan di atas maka penulis menetapkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 63 sampel. Penelitian ini akan dilakukan pada:

1. Kelas VII : 21 siswa putra 2. Kelas VIII : 21 siswa putra 3. Kelas IX : 21 siswa putra Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi tentang peringatan kesehatan bergambar (X), variabel terikat dalam dalam penelitian ini adalah perilaku merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal (Y).

Definisi operasional. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu:

1. Persepsi tentang peringatan kesehatan bergambar yaitu pandangan, pendapat, atau penilaian remaja mengenai peringatan kesehatan bergambar. Persepsi diukur dengan 12 pertanyaan dengan menggunakan skala likert yaitu: 1) sangat setuju, 2) setuju, 3) sangat tidak setuju, 4) tidak setuju.

2. Perilaku merokok pada penelitian ini yaitu merokok dan tidak merokok.

(38)

21

Perilaku merokok diukur dengan menggunakan skala likert dengan data ordinal yaitu:1) sangat setuju, 2)setuju, 3) tidak setuju, 4) sangat tidak setuju.

3. Peringatan kesehatan bergambar pada penelitian ini tercantum pada bungkus rokok.

4. Remaja pada penelitian ini yaitu, siswa laki-laki SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Wawancara, diperoleh data melalui wawancara langsung dengan siswa remaja putra dan berpedoman dengan kuesioner.

2. Dokumentasi, diperoleh berupa data jumlah siswa di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala ordinal dengan menggunakan skala likert (Sugiyono, 2014) yaitu skala (4) sangat setuju , (3) setuju, (2) tidak setuju, (1) sangat tidak setuju.).

Metode Analisis Data

Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji korelasi rank spearman. Uji ini digunakan untuk mencari hubungan atau menguji signifikan hipotesis bila masing-masing variabel berbentuk ordinal dan uji korelasi rank spearman ini bisa digunakan tanpa melihat kenormalitasan data.

Universitas Sumatera Utara

(39)

Peneliti menggunakan uji korelasi rank spearman karena peneliti ingin mengetahui seberapa kuat hubungan antara kedua variabel. Alpha (α) pada penelitian ini sebesar 0.1 dan tingkat kepercayaan sebesar 90% dengan keputusan yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Ha gagal ditolak jika p value ≤ α, dan 2. Ha ditolak apabila p value ≥ α

(40)

23

Hasil Penelitian

Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi Mandailing Natal. Kabupaten Mandailing Natal terletak pada 0°10'-1°50' Lintang Utara dan 98°10'-100°10' Bujur Timur dengan ketinggian 0- 2.145 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal

±6.620,70 km2 atau 9,23 persen dari wilayah Sumatera Utara dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Selatan 2. Sebelah Selatan : Provinsi Sumatera Barat 3. Sebelah Barat : Samudera Indonesia 4. Sebelah Timur : Kabupaten Padang Lawas

Wilayah terluas di Kabupaten Mandailing Natal adalah Kecamatan Muara Batang Gadis, yaitu sebesar 21,67% dari wilayah Kabupaten Mandailing Natal secara keseluruhan. Sedangkan, Kecamatan Lembah Sorik Marapi memiliki luas wilayah yang terkecil, yaitu hanya sebesar 0,5% dari wilayah Kabupaten Mandailing Natal secara keseluruhan.

Penduduk Kabupaten Mandailing Natal pada Tahun 2016 berjumlah 435.303 jiwa terdiri dari 213.683 orang laki-laki dan 221.620 orang perempuan.

Kecamatan Panyabungan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak yaitu 40.325 orang lakilaki dan 42.994 orang perempuan, sehingga jumlah perempuan paling banyak terdapat di Kecamatan Panyabungan. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan Pakantan, yaitu 1.150 orang laki-laki dan 1.152 orang perempuan.

Universitas Sumatera Utara

(41)

Deskripsi Kotanopan. Kotanopan merupakan salah satu dari 23 Kecamatan yang berada di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas wilayah sekitar 32.514,72 Ha. Jumlah penduduk Kecamatan Kotanopan pada Tahun 2016 sebanyak 28.211 orang dengan rincian sebagai berikut: laki-laki berjumlah 13.602 orang dan perempuan berjumlah 14.609 orang (BPS, 2017).

Deskripsi SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 merupakan salah satu sekolahyang berstatus negeri dan terletak di Kelurahan Pasar Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. Sekolah ini telah berdiri dan beroperasi sejak tanggal 26 April 1977 diatas tanah dengan luas sebesar 3974 m2 (Kemdikbud, 2019).

Karakteristik Remaja Putra SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

Karakteristik remaja putra yang diteliti dalam penelitian ini adalah umur.

Distribusi frekuensi karakteristik remaja putra SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal menurut umur secara terperinci dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1

Karakteristik Remaja Putra SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal menurut Umur

Umur (Tahun) n %

12 13 14 15

20 21 14 8

31,7 33,3 28,6 6,3

Total 63 100,0

Berdasarkan hasil penelitian tentang distribusi frekuensi karakteristik remaja putra SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal menurut umur pada tabel 1 di

(42)

25

atas diketahui bahwa remaja putra SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal terbanyak berumur 13 tahun berjumlah 21 orang (33,3), disusul oleh remaja putra berumur 12 tahun berjumlah 20 orang (31,7%), 14 tahun berjumlah 14 orang (28,6%) dan 15 tahun berjumlah 8 orang (6,3%).

Distribusi Frekuensi Persepsi (Stimulus, Organisasi, Interpretasi) tentang Peringatan Kesehatan Bergambar pada Remaja Putra di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

Distribusi frekuensi persepsi (stimulus, organisasi, dan interpretasi) tentang peringatan kesehatan bergambarpada remaja putra di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal secara terperinci dapat dilihat pada tabel 2berikut:

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Stimulus, Organisasi, dan Interpretasi tentang Peringatan Kesehatan Bergambar pada Remaja Putra di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

Persepsi Remaja Putra n %

Stimulus Positif Negatif

49 14

77,8 22,2 Organisasi

Positif Negatif

57 6

90,5 9,5 Interpretasi

Positif Negatif

52 11

82,5 17,5

Berdasarkan hasil penelitian tentang distribusi frekuensi persepsi (stimulus, organisasi, dan interpretasi) tentang peringatan kesehatan bergambar pada remaja putra di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal pada tabel 2 di atas diketahui bahwa remaja putra di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal dengan persepsi stimulus positif tentang peringatan kesehatan bergambar berjumlah 49 orang (77,8%), dan remaja putra dengan persepsi stimulus yang negatif berjumlah

Universitas Sumatera Utara

(43)

14 orang (22,2%). Berdasarkan persepsi organisasi remaja putra dengan organisasi positif tentang peringatan kesehatan bergambar berjumlah 57(90,5%) orang, dan remaja putra dengan persepsi organisasi yang negatif berjumlah 6 orang (9,5%).

Selanjutnya, persepsi interpretasi positif tentang peringatan kesehatan bergambar berjumlah 52 orang (82,5%), dan remaja putra dengan persepsi interpretasi yang negatif berjumlah 11 orang (17,5%)

Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Remaja Putra di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

Distribusi frekuensi perilaku merokok remaja putra di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal secara terperinci dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Remaja Putra di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

Perilaku Remaja Putra n %

Merokok Tidak merokok

12 51

19,0 81,0

Total 63 100,0

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 tentang distribusi frekuensi perilaku merokok remaja putra di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal diketahui bahwa remaja putra yang merokok berjumlah 12 orang (19,0%), dan remaja putra yang tidak merokok berjumlah 51 orang (81,0%).

Hubungan Persepsi Stimulus Remaja Putra tentang Peringatan Kesehatan Bergambar terhadap Perilaku Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

Hubungan persepsi stimulus remaja putra tentang peringatan bergambar terhadap perilaku merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

(44)

27

menggunakan uji statistik korelasi rank sperman secara terperinci dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4

Hubungan Persepsi Stimulus Remaja Putra tentang Peringatan Kesehatan Bergambar terhadap Perilaku Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

Stimulus

Perilaku merokok

p value Tidak merokok Merokok Total

n n n

Positif Negatif

41 10

8 4

49

14 0,002

Total 51 12 63

Berdasarkan hasil korelasi rank spearman tentang hubungan persepsi stimulus remaja putra tentang peringatan kesehatan bergambar dengan perilaku merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal pada tabel 4 di atas diketahui bahwa dari 49 orang dengan persepsi stimulus positif, terdapat 41 orang tidak merokok dan 8 orang yang merokok. Sementara dari 14 orang dengan persepsi stimulus negatif , terdapat 10 orang yang tidak merokok dan 4 orang yang merokok. Hasil uji korelasi rank spearman diperoleh nilai p = 0,002, artinya ada hubungan yang signifikan antara persepsi stimulus tentang peringatan kesehatan bergambar dengan perilaku merokok (p<0,05).

Hubungan Persepsi Organisasi Remaja Putra tentang Peringatan Kesehatan Bergambar terhadap Perilaku Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

Hubungan minat remaja putra tentang peringatan bergambar terhadap perilaku merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal menggunakan uji statistik korelasi rank spearman secara terperinci dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Universitas Sumatera Utara

(45)

Tabel 5

Hubungan Persepsi Organisasi Remaja Putra tentang Peringatan Kesehatan Bergambar terhadap Perilaku Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

Organisasi

Perilaku merokok

p value Tidak merokok Merokok Total

n n n

Positif Negatif

50 1

7 5

57

6 0,001

Total 11 12 63

Berdasarkan hasil korelasi rank spearman di atas tentang hubungan persepsi organisasi remaja putra tentang peringatan kesehatan bergambar dengan perilaku merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal pada tabel 5 diketahui bahwa dari 57 orang dengan persepsi organisasi positif, terdapat 50 orang tidak merokok dan 7 orang yang merokok. Sementara, dari 6 orang dengan persepsi organisasi negatif, terdapat 1 orang yang tidak merokokdan 5 orang yang merokok Hasil uji korelasi rank spearman diperoleh nilai p=0,001, artinya ada hubungan yang signifikan antara persepsi organisasi remaja tentang peringatan kesehatan bergambar dengan perilaku merokok (p<0,05).

Hubungan Persepsi Interpretasi Remaja Putra tentang Peringatan Kesehatan Bergambar terhadap Perilaku Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

Hubungan persepsi interpretasi remaja putra tentang peringatan bergambar terhadap perilaku merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal menggunakan uji statistik korelasi rank spearman secara terperinci dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

(46)

29

Tabel 6

Hubungan Persepsi Interpretasi Remaja Putra tentang Peringatan Kesehatan Bergambar terhadap Perilaku Merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

Interpretasi

Perilaku merokok

p value Tidak merokok Merokok Total

n n n

Positif Negatif

48 3

4 8

52

11 0,001

Total 51 12 63

Berdasarkan hasil korelasi rank spearman tentang hubungan persepsi interpretasi remaja putra tentang peringatan kesehatan bergambar dengan perilaku merokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal pada tabel 6 diatas diketahui bahwa dari 52 orang dengan persepsi interpretasi positif, terdapat 48 orang tidak merokok dan 4 orang yang merokok. Sementara, dari 11 orang dengan persepsi interpretasi negatif terdapat 3 orang yang tidak merokok dan 8 orang yang merokok.Hasil uji korelasi rank spaerman diperoleh nilai p= 0,001, artinya ada hubungan yang signifikan antara persepsi interpretasitentang peringatan kesehatan bergambar dengan perilaku merokok(p<0,05).

Universitas Sumatera Utara

(47)

Pembahasan

Karakteristik Remaja Putra

Kebiasaan merokok merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang masih sulit dihentikan hingga saat ini. Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam kehidupan mereka sehari-hari sampai saat ini, termasuk para remaja putra.

Resiko perilaku merokok tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif namun, juga oleh orang yang ada disekitar perokok yaitu orang yang tidak merokok tetapi harus menghirup asap rokok (perokok pasif) (Kemenkes, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putra SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal terbanyak berumur 13 tahun berjumlah 21 orang (33,3), disusul oleh remaja putra berumur 20 tahun berjumlah 20 orang (31,7%), 14 tahun berjumlah 14 orang (28,6%) dan 15 tahun berjumlah 8 orang (6,3%). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Widati (2013) dan Wijayanti dkk (2017) menyatakan bahwa sebagian besar informan berusia 15- 20 tahun atau usia remaja akhir. Mulai usia 15 tahun, interaksi antara remaja dan temannya meningkat bahkan lebih besar dibanding dengan interaksi remaja dengan orangtuanya (Azwar, 2003).

Remaja merupakan aset masa depan bangsa.Kesehatan remaja merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena status kesehatan di masa dewasa umumnya ditentukan sejak dari masa tersebut.Perilaku yang mempunyai risiko pada umumnya dimulai pada fase remaja.Perilaku berisiko seperti merokok

(48)

31

akanmenyebabkan derajat kesehatan masa dewasa menurun (Isfandari & Lolong, 2014).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja SMP telah merokok.

Prevalensi remaja Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmat dkk (2013) bahwa mayoritas merokok dimulai pada usia remaja.Pada usia remaja sangatlah identik dengan masa pergaulan, pada masa ini biasanya remaja mulai tidak tergantung pada keluarga sebaiknya lebih memilih melakukan apa yang remaja inginkan (Durandt, 2015).

Salah satu faktor yang dapat memengaruhi perilaku merokok pada remaja adalah paparan iklan rokok (Aziz, 2015). Perilaku merokok pada remaja dapat diturunkan melalui pemberian informasi bahwa iklan rokok hanya sebagai sarana promosi produk rokok bagi industri rokok. Pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Wijaya (2014) menyatakan bahwa ada hubungan antara perilaku merokok remaja dengan paparan iklan (p=0,020). Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan Widiansyah (2014), menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara iklan rokok terhadap perilaku merokok pada remaja. Demikian pula dengan penelitian Saputra (2012) bahwa ada hubungan yang bermakna antara iklan dengan perilaku merokok pada siswa SMP se Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan.

Mengingat semakin tingginya minat remaja dan dipicu oleh akibat negatif yang dapat ditimbulkan dari rokok tersebut.Sejumlah studi klinis seperti yang dikutip oleh Mulyani 2015 menunjukkan dampak negatif nikotin pada

Universitas Sumatera Utara

(49)

perkembangan otak dan kemampuan kognitif perokok remaja yang otaknya sangat rentan terhadap efek neurotoksin nikotin.Ernest (2009) mengatakan bahwa apabila rokok dikonsumsi sejak usia dini akan berpengaruh terhadap fungsi otaknya. Jika remaja perokok terus-menerus menghisap rokok, maka akan terjadi penumpukan nikotin di otak.

Merokok dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius di kalangan anak dan remaja termasuk batuk, penyakit pada pernafasan, mengurangi kebugaran fisik, pertumbuhan fungsi paru buruk, dan kesehatan secara keseluruhan buruk, merokok dapat mengganggu penyerapan nutrisi penting seperti volat dan vitamin B12. Hal itu meningkatkan resiko kekuragan gizi dan anemia yang diketahui menyebabkan berkurangnya kemampuan belajar.

Pemerintah berupaya untuk melindungi kesehatan masyarakat, termasuk remaja, dari bahaya rokok dengan mengeluarkan peraturan menteri kesehatan nomor 28 Tahun 2013 yang mewajibkan setiap produsen rokok untuk mencantumkan peringatan bergambar pada setiap kemasan rokok (Wulandari dkk, 2016). Memberikan informasi terkait dengan kesehatan merupakan suatu cara untuk mengubah kebiasaan yang dilakukan oleh individu (Baron & Byren, dalam Andriani & Purnamasari, 2011) dan mengurangi faktor beresiko terhadap kesehatan (Duran & Barlow, dalam Andriani & Purnamasari, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berasumsi bahwa remaja harus mampu untuk mengidentifikasi segala sesuatu yang ada disekitarnya apakah sesuatu tersebut akan memberikan pengaruh yang baik atau bahkan tidak baik

(50)

33

bagi dirinya. Remaja harus mampu membentengi dirinya sendiri dari pengaruh negatif yang datang dari lingkungan sekitar.

Persepsi Remaja tentang Peringatan Kesehatan Bergambar pada Bungkus Rokok di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal

Peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok beranekaragam dan terdapat berbagai macam gambar yang menyeramkan dan menjijikan. Ada lima peringatan kesehatan bergambar yang telah disusun pemerintah dan salah satu dari gambar tersebut wajib dicantumkan pada bagian bungkus rokok, kelima gambar yang dimaksud adalah, “merokok sebabkan kanker mulut”, “merokok sebabkan kanker paru-paru,” “merokok sebabkan kanker tenggorokan”, “merokok dekat anak berbahaya bagi mereka,” dan “merokok membunuhmu.” Aula (2010) menjelaskan bahwa biasanya kerusakan yang diakibatkan dari merokok akan terakumulasi sedikit demi sedikit dan baru dapat dirasakan langsung dalam beberapa tahun atau beberapa puluh tahun kemudian.

Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman diketahui adanya hubungan yang signifikan antara persepsi stimulus, organisasi, dan interpretasi pelajar tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh notoadmojo, 2010. Menurut (notoadmojo, 2010) pengetahuan merupakan hasil dari tau, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan proses persepsi (penginderaan terhadap suatu objek tertentu), yakni indera penglihat, pendengar, penciuman, rasa, dan raba, tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kebanyakan remaja yang merokok memiliki persepsi negatif tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok, sementara remaja

Universitas Sumatera Utara

(51)

yang memiliki persepsi positif tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok adalah remaja yang tidak merokok. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Ratri Setianingrum (2009) tentang hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada remaja di Desa Boro Wetan Kecamatan Banyu Urip Purworejo diperoleh hasil analisis koefisisen product moment antara tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada remaja nilai p= 0,000, sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok.

Dalam menanggapi hal tersebut siswa di SMPN 1 Kotanopan Mandailing Natal memiliki persepsi yang positif, deketahui bahwa persentase terbesar persepsi pelajar terhadap peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok untuk stimulus adalah pada kategori positif yaitu 77,8% dan kategori negatif pada persepsi organisasi yaitu 9,5% dan persepsi interpretasi yaitu 17,5%. Hasil tersebut menjelaskan bahwa persepsi masing-masing remaja tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok berbeda-beda, namun lebih banyak remaja yang berpersepsi positif tentang peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh German Center Research Center Tahun 2013 yang menunjukan bahwa peringatan kesehatan bergambar secara signifikan meningkatkan motivasi berhenti merokok dibandingkan peringatan kesehatan berbentuk tulisan.

Selaras dengan hal diatas peneliti berpendapat bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi pelajar tentang peringatan kesehatan bergambar pada

(52)

35

bungkus rokok terhadap perilaku merokok. Pencantuman peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok merupakan cara yang efektif untuk dapat membantu pelajar mengetahui dampak merokok bagi kesehatan, selain berdampak buruk bagi kesehatan juga berdampak bagi perekonomian, sosial dan lain sebagainya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnowati dkk (2018) menyatakan bahwa bahwa responden yang memiliki persepsi positif tentang peringatan kesehatan bergambar cenderung mengurangi konsumsi rokok. Hasil penelitian sebelumnya Afif & Astuti (2015) juga diperoleh hasil yang sama dengan hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan positif sangat signifikan antara persepsi terhadap iklan rokok dengan perilaku merokok pada remajadi 50 SMK N 1 Sedayu Bantul, dengan koefisien korelasi sebesar rxy = 0,626 (p<0,01).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Widati (2013) bahwa peringatan kesehatan bergambar belum efektif untuk mencegah perilaku merokok.

Menurut Nurhayati (2011), semakin tinggi paparan penggunaan rokok secara signifikan akan meningkatkan ekspektasi positif terhadap rokok. Hal ini memberikan arti bahwa persepsi positif terhadap iklan rokok dapat memberikan stimulasi pada remaja untuk merokok. Berdasarkan hasil penelitian Nurhayati (2011), persepsi positif terhadap iklan rokok dapat diartikan bahwa remaja menganggap iklan rokok yang menarik, remaja melihat bahwa image aktor (model) dalam iklan rokok terlihat jantan, keren, dan percaya diri. Selain itu iklan juga berperan dalam memberikan informasi tentang kualitas-kualitas rokok dari

Universitas Sumatera Utara

(53)

merek- merek lain.

Salafudin dalam Afif & Astuti (2015) bahwa persepsi terhadap rokok terbentuk melalui melihat, mendengar, dan membaca berdasarkan pengalaman.

Iklan yang ada di televisi dan media massa, akan mempengaruhi remaja untuk meniru dan mengikuti perilaku model dalam memperkenalkan produk rokok tersebut, ditambah dengan adanya image yang dibentuk oleh model dalam iklan rokok sehingga terlihat seakan orang yang merokok adalah orang yang sukses, keren, dewasa dan tangguh yang dapat melalui rintangan apapun.Akibatnya, remaja menjadi tertarik untuk menghisap rokok (Alamsyah & Nopianto, 2017).

Konten gambar menjadi komponen yang efektif sebagai upaya promosi karena dapat menarik perhatian dalam menyampaikan peringatan bahaya rokok kepada masyarakat. Kemasan rokok dengan peringatan bergambar dapat memberikan respon emosional dan kognitif bagi perokok (Peter et al., 2007).

Menurut Kees et al (2010), peringatan bergambar yang menggambarkan penyakit mulut pada kemasan rokok untuk membangkitkan rasa takut dan memperkuat niat untuk berhenti.

Menurut Belch dan Belch dalam Loviana(2012) bahwa persepsi remaja terhadap iklan meliputi reaksi terhadap faktor iklan seperti kreativitas, efek gambar, warna, dan intonasi suara. Iklan rokok dikemas semenarik mungkin dengan mengangkat tema pertemanan, persahabatan maupun kebersamaan. Iklan rokok dibuat dengan sangat atraktif dan kreatif menyentuh sisi psikologis yang menunjukkan citra berani, macho trendi, keren, kebersamaan, santai, optimis, jantan, penuh petualangan, kreatif, kritis serta berbagai hal lain yang

(54)

37

membanggakan dan mewakili suara hati anak muda dan remaja. Hal ini menunjukkan secara efektif mempengaruhi perilaku siswa untuk berperilaku merokok (Kemenkes, 2011).

Jika responden memiliki persepsi yang positif (stimulus, organisasi, dan interpretasi) tentang peringatan kesehatan bergambar, maka perilaku merokok akan berkurang bahkan berhenti karena mereka meyakini bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit bahkan kematian. Sebaliknya kalau persepsinya negatif, terlalu mengada-ada, tidak realistis, maka responden besar kemungkinannya akan memilih tetap dengan kebiasannya merokok.

Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Wulandari dkk (2016) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara persepsi dengan tindakan perokok (p=0,000). Adanya penolakan objek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya tersebut yang menyebabkan persepsi seseorang menjadi negatif (Deeparinding dkk, 2015). Efektif atau tidaknya pengaruh peringatan kesehatan bergambar terhadap perilaku merokok sangat tergantung kondisi responden (Moodie et al, 2013). Pada penelitian ini, sebagian responden menyatakan mereka mengetahui tentang peringatan kesehatan bergambar tersebut. Namun, remaja menganggap bahwa merokok adalah salah satu alat yang menunjukkan mereka tampak bebas dan dewasa, sehingga mereka tetap melakukan kebiasaan ini.

Usia remaja yang menjelang dewasa ini menuntut remaja untuk meninggalkan kebiasaan yang melekat di usia kanak-kanak mereka. Menurut Asrori (2010) bahwa remaja memiliki rasa ingin tahu yangtinggi (high curiosity).

Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja mencoba untuk

Universitas Sumatera Utara

Gambar

Gambar 1. Proses terjadinya persepsi  Objek
Gambar 2. Peringatan kesehatan bergambar  Keterangan gambar:
Gambar 1. Pengisian kuesioner terhadap sampel penelitian
Gambar 3. Memberikan arahan tentang penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil hitung nilai F diperoleh sebesar 60,957 dengan tingkat signifikansi 0,000, karena tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa perhatian

Sistem dapat mendata semua transaksi yang berkaitan dengan retail penjualan  User dapat menginputkan data transaksi retail penjualan.  User dapat menyimpan transaksi

Bab ini berisi tentang pengolahan data analisis permasalahan dalam penelitian yang meliputi analisis kondisi saluran drainase eksisting, perhitungan data hidrologi seperti

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2002 sampai tahun 2008. Dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak

 Sistem pelaporan manajemen, yang menyediakan pihak manajemen internal berbagai laporan keuangan bertujuan khusus serta informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan

Berdasarkan nilai yang sama dari pengujian secara bersama sebelumnya, maka penentuan hipotesis secara sendiri-sendiri menyebutkan jika βi ≠ 0 maka Ha diterima, artinya Pajak

Putri Purbasari, yang ditempatkan sebagai protagonis dalam cerita ini, merupakan tokoh yang serba baik yang. segenap perilakunva diperca-,'a

Tenaga Administrasi adalah seorang lulusan SMK atau akademi yang sudah berpengalaman dalam urusan Administrasi Konsultansi, Tugas dan tanggung jawab seorang Administrasi adalah