1
Universitas Kristen Petra
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal dengan kekayaan akan kesenian serta kebudayaannya. Salah satu bentuk dari kesenian tersebut adalah batik. Pada tanggal 2 Oktober 2009 UNESCO telah menobatkan batik sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity atau sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan bendawi. Seperti dikatakan oleh Ari Wulandari (2011: 8-9), bahwa batik telah menjadi bagian dari aset kekayaan Nusantara dan bagian dari perkembangan perekonomian di Indonesia.
Hampir setiap kota di Indonesia memiliki budaya tersebut, begitu pula dengan Kota Surabaya.
Surabaya memiliki motif batik yang khas, seperti motif ayam jago dari legenda Sawunggaling, Sura dan Baya. Warna yang ditampilkan juga cenderung cerah, untuk mencitrakan Surabaya sebagai Kota Pahlawan dengan rakyatnya yang berani (Fitinline, 2013).
Selain dikenal sebagai Kota Pahlawan, Surabaya juga memiliki ikon tempat lokalisasi yang terbesar di Asia Tenggara, yaitu Gang Dolly. Gang Dolly adalah tempat lokalisasi para pekerja seks komersial yang terletak di seluruh Kelurahan Putat Jaya.
Gang Dolly telah lama berdiri sejak zaman Belanda. Pada awal berdirinya, Gang Dolly ini dikelola seorang wanita keturunan Belanda yang bernama Dolly Van Der Mart yang memiliki usaha pelacuran, dan membangun wisma-wisma. Dari wisma tersebut, muncul wisma-wisma lainnya dan mulai dikenal sebagai Gang Dolly (Solopos, 2014).
Lokalisasi ini akhirnya ditutup semenjak 18 Juni 2014 lalu oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Penutupan ini dikarenakan Gang Dolly menyalahi Perda Nomor 7 tahun 1999 tentang larangan bangunan digunakan sebagai tempat asusila. Semenjak peristiwa penutupan wilayah lokalisasi, penghasilan warga Jarak mengalami perununan yang dratis (Humas Pemkot Surabaya, 2015: 57). Penutupan daerah lokalisasi Gang Dolly tersebut mengakibatkan hilangnya dan berkurangnya
2
Universitas Kristen Petra
penghasilan beberapa warga yang menggantungkan roda ekonominya pada aktivitas di lokalisasi.
Upaya Pemerintah Kota untuk mengurangi dampak kesenjangan pendapatan warga dilakukan dengan melakukan pembangunan UKM, serta pelatihan untuk warga wilayah Jarak, seperti: Kerudung, bros, sepatu, dan batik. Batik tulis yang diproduksi hanya bisa ditemukan di Jarak. Ini karena batik tulis yang dihasilkan memiliki ciri khas yang membedakannya dengan batik tulis lainnya, dan diberi nama batik Jarak Arum (Siti Rutmawari, 2015).
Batik eks-lokalisasi ini memiliki tiga motif utama yang menjadi ciri khasnya, yaitu: Kain katun atau mori yang bergambar daun Jarak, kepompong dan kupu-kupu.
Ide dan inspirasi terciptanya motif ini tidak lepas dari perjalanan metamorfosis masyarakat Gang Dolly sendiri. Metamorfosis ini bercerita mengenai perubahan kawasan tersebut, dari yang berpandangan negatif di masyarakat menjadi pandangan yang positif.
Gambar 1.1. Batik dari Rumah Batik (Gracia, 2017)
Menurut Mulyadi Gunawan atau panggilan akrabnya Pengky, sebagai pembina Rumah Batik menyatakan besarnya potensi batik ini di pasaran Nasional. Hal ini terlihat dari berbagai prestasi yang diraih Rumah Batik ini dalam tingkat nasional
3
Universitas Kristen Petra
dalam waktu kurang dari setahun. Sayangnya, walaupun batik-batik telah dimunculkan dalam berbagai media seperti website online, pameran dan juga buku promosi yang diadakan oleh kantor-kantor instansi Pemerintahan Kota Surabaya, batik ini belum terlalu luas dikenal oleh masyarakat Surabaya, khususnya golongan muda.
Pengembangan batik wilayah Jarak memerlukan media untuk memperkenalkan batik ini kepada masyarakat secara lebih luas. Perancangan fotografi fashion merupakan salah satu upaya untuk mengangkat keberadaan Batik Jarak Arum yang merupakan hasil produksi dari eks lokalisasi Gang Dolly. Penyajian fotografi fashion ini dapat memvisualisasikan berbagai macam motif batik yang digunakan oleh model dilokasi eks-lokalisasi Gang Dolly tersebut. Oleh karena itu, perancangan fotografi diharapkan mampu menampilkan citra baru daerah eks-lokalisasi kepada masyarakat Surabaya secara khusus dan masyarakat Indonesia secara umum. Menurut Bambang dalam bukunya ‘Batikku Pengabdian Cinta tak Berkata’, dalam setiap perlambangan pada karya batik terdapat sebuah pesan, sehingga hal inilah yang menjadikan batik sebagai wahana untuk menanamkan nilai, luhur, doa, harapan, dan ungkapan kasih.
Atas pernyataan tersebut, fotografi mampu untuk mengemas pesan secara visual dari batik secara menarik. Menurut Yuyung Abdi (2012: 28), fashion photography menekankan pada produk busana dan aksesoris. Sehingga perancangan ini akan menonjolkan serta menyampaikan pesan dari batik.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana menciptakan karya fotografi yang mampu mengenalkan batik dari Rumah Batik eks-lokalisasi Dolly sebagai upaya membangun citra baik menjadi kampung batik di Surabaya?
1.3. Tujuan Perancangan
Melalui perancangan fotografi fashion ini mampu membangun citra baik dari kampung batik dan masyarakat mengenal batik Rumah Batik.
4
Universitas Kristen Petra
1.4. Batasan Lingkup Perancangan
- Memvisualisasikan karya fotografi fashion yang dapat menampilkan pesona busana batik Rumah Batik yang mampu membuat dewasa muda mengenal dan tertarik.
- Objek yang diamati adalah Rumah Batik dan UKM yang berlokasi penelitian di eks-lokalisasi Dolly, Putat Jaya II A No. 24, kecamatan Sawahan dan Rumah Batik Jalan Jarak 8B No.31, kota Surabaya, Jawa Timur.
- Target Perancangan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah dewasa dini, yang menurut (Hurlock, 2003) dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun – 40 tahun.
- Waktu Perancangan dimulai dari bulan Februari hingga Mei 2017.
1.5. Manfaat Perancangan 1.5.1. Bagi Mahasiswa
Manfaat karya perancangan bagi mahasiswa terutama bagi mahasiswa Desain Komunikasi Visual adalah mahasiswa dapat mengenal budaya lokal yang ada di Surabaya dan mendukungnya, serta sebagai referensi dalam proses pembelajaran bagi mata kuliah nirmana (berupa keaneka ragaman motif pada batik). Sebagai referensi dalam mata kuliah fotografi, serta untuk menciptakan karya yang berkonsep kebudayaan lokal.
1.5.2. Bagi Institusi
Sebagai materi mata kuliah yang dapat dikaitkan dengan karya perancangan untuk institusi yang terkait, dalam hal ini ialah Desain Komunikasi Visual.
1.5.3. Bagi Masyarakat Umum
Memberikan pengenalan baru mengenai kekayaan budaya lokal yang dimiliki oleh Surabaya, dan menjadi referensi untuk pemilihan busana batik. Bagi warga Jarak adalah untuk mengangkat popularitas UKM batik sehingga nantinya tempat ini dapat
5
Universitas Kristen Petra
menjadi wadah pariwisata tambahan. Selain disebut sebagai kampung batik, wilayah ini memproduksi berbagai UKM lainnya, dimana masyarakat dapat dengan bebas belajar atau sekedar bersosialisasi.
1.6. Definisi Operasional 1.6.1. Perancangan
Perancangan adalah tahadapan yang berawal dari proses pengenalan masalah, merumuskan masalah tersebut, mengumpulkan data, dan menganalisanya serta berakhir dengan pengambilan keputusan untuk pemecahan rencana tersebut.
1.6.2. Fotografi Fashion
Fotografi fashion adalah fotografi yang mengabdikan foto berupa busana dan perlengkapan yang dikenakan oleh seorang model. Fotografer harus mampu memadukan harmonisasi antara busana dengan model. Namun seiring perkembangan jaman, fotografi fashion tidak hanya sekedar menampilkan busana dan perlengkapannya, namun harus mampu menonjolkan estetikanya tersendiri dengan gaya dan ciri khas tertentu, bahkan penyampaian emosional dalam sebuah fotografi fashion.
1.6.3. Rumah Batik
Batik merupakan salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Batik mengacu pada teknik perwarnaan kain dengan menggunakan malam atau disebut wax-resist dyeing dalam literatur internasional. Batik di Rumah Batik memiliki tiga ciri khas utama yaitu: Daun jarak, kepompong, dan kupu-kupu. Rumah Batik memiliki tiga UKM, yaitu: Canting Surya, Albujabar, dan Jarak Arum.
1.6.4. Eks-Lokalisasi Gang Dolly Surabaya
Gang Dolly atau Dolly merupakan sebutan untuk kawasan lokalisasi pelacuran terbesar di Asia Tenggara yang terletak di Jalan Jarak, Pasar Kembang, Surabaya.
6
Universitas Kristen Petra
Lokalisasi ini telah ditutup sejak 19 Juni 2014 lalu oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.
1.7. Metode Perancangan 1.7.1. Data yang dibutuhkan 1.7.1.1. Data Primer
Proses pengumpulan data primer pada karya perancangan menggunakan metode wawancara dan melakukan survey. Wawancara akan ditujukan kepada masyarakat awam, wawancara dengan rekan seprofesi yaitu sebagai fotografer, dan mahasiswa Desain Komunikasi Visual U.K, Petra, wawancara dengan para talent, serta ketua pengrajin UKM batik di Gang Dolly beserta pengelolanya. Wawancara akan dilakukan secara langsung dengan cara terjun ke lapangan yang bertujuan untuk memperoleh data-data demi kelangsungan dari pada pengerjaan dan proses perealisasian karya. Sedangkan metode survey dilakukan secara langsung di lapangan untuk mengamati keberadaan Rumah Batik di Surabaya. Hal ini dilakukan untuk menambah data-data demi terwujudnya perancangan ini.
1.7.1.2. Data Sekunder
Metode pengumpulan data sekunder didapatkan dengan metode kepustakaan.
Kepustakaan data didapatkan melalui media cetak, koran, dan buku-buku yang berhubungan dengan fashion fotografi maupun tentang artikel-artikel batik. Data sekunder berikutnya didapatkan melalui media internet, seperti artikel-artikel, forum, dan lainnya. Metode terakhir yaitu dengan referensi visual berupa pencarian gambar atau foto yang telah ada di internet mengenai kejadian yang berhubungan dengan UKM batik.
1.7.2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam perancangan fashion fotografi UKM Batik tersebut akan dilakukan dengan mengumpulkan semua data yang diperoleh melalui data primer dan sekunder, dengan metode pemotretan, mencatat hasil wawancara secara langsung, dalam bentuk foto maupun berupa rekaman video.
7
Universitas Kristen Petra
1.7.3. Instrumen / Alat Pengumpulan Data
Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam proses pengumpulan data pada karya perancangan adalah dengan menggunakan camera foto dan video, serta berupa buku catatan dan bolpen ketika wawancara berlangsung.
1.8. Metode Analisis Data - Metode Kualitatif
Metode analisa yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif dimana penelitian akan dilakukan pada obyek dengan tujuan untuk membuat gambaran mengenai fakta-fakta yang berkaitkan dengan obyek yang diteliti. Kemudian melakukan analisa data-data yang telah diperoleh, dan menentukan foto-foto yang akan digunakan.
- 5 W 1 H
Merupakan rangkuman keselurahan data yang terlah diperoleh secara kualitatif melalui what, when, where, who, why, dan how.
1.9. Konsep Perancangan
Pemotretan akan berlangsung dengan menggunakan beberapa talent yang mengenakan busana dari ketiga batik dari UKM Rumah Batik yang akan dilengkapi dengan tambahan properti atau perhiasan. Pemotretan fashion fotografi ini akan memperlihatkan ciri khas setiap motifnya, ada: Daun Jarak, kupu-kupu, dan kepompong. Ketiga motif tersebut akan mewakili story dari kehidupan warga Jarak.
Lokasi pemotretan akan berlangsung outdoor, di wilayah Jarak, guna pengangkatan suasana Dolly. Proses berikutnya adalah melakukan editing pada foto-foto yang terpilih.
8
Universitas Kristen Petra
1.10. Skema Perancangan
Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Perancangan Batasan Lingkup Perancangan
Manfaat Perancangan Identifikasi Data
Analisis Data Konsep Perancangan
Pemotretan
Editing dan Retouching Seleksi Karya
Karya Final
Gambar 1.2. Skematika Perancangan