• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seri Manajemen Sumberdaya Keluarga 2_ Setahun Pandemi Covid-19: Tantangan Perubahan Karakter Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seri Manajemen Sumberdaya Keluarga 2_ Setahun Pandemi Covid-19: Tantangan Perubahan Karakter Anak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seri Manajemen Sumberdaya Keluarga 2_

Setahun Pandemi Covid-19: Tantangan Perubahan Karakter Anak

SETAHUN PANDEMI COVID-19: TANTANGAN PERUBAHAN KARAKTER ANAK

Pandemi COVID-19 yang Menggemparkan Seluruh Dunia

Awal tahun 2020 merupakan awalan yang tidak diduga-duga oleh seluruh

masyarakat di dunia. Awal tahun di Indonesia yang dimulai dengan kasus banjir dimana-mana ternyata tidak berhenti sampai disitu saja. Dunia akhirnya

digemparkan oleh adanya berita mengenai sebuah virus yang dinamakan

coronavirus. Kasus pertama COVID-19 terjadi di Wuhan China, sejak kasus pertama terjadi peningkatan jumlah orang yang terinfeksi COVID-19. Pada tanggal 30 Januari 2020 telah terjadi 7.736 kasus terkonfirmasi COVID-19 di China, dan 86 kasus lain  dilaporkan dari berbagai negara di seluruh dunia. COVID-19 pertama muncul di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. Pada saat itu, Presiden Joko Widodo

mengumumkan terdapat dua orang Indonesia yang terinfeksi virus COVID-19, yaitu perempuan umur 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun. Perempuan tersebut diduga bertemu dengan Warga Negara Jepang yang masuk ke wilayah Indonesia. Hal ini tentu membuat gempar seluruh rakyat Indonesia.

Data World Health Organization menyatakan per 15 Maret 2021 terdapat 119.452.269 kasus dan 2.627.662 kematian di seluruh dunia. Negara Amerika menduduki peringkat pertama kasus COVID-19, dengan kasus 29.115.662 dan 529.529 kematian. Negara China dinilai berhasil mengatasi pandemi COVID-19 dibuktikan dengan jumlah kasus dan kematian tiap harinya menurun, yakni sejumlah 102.363 kasus dan 4.849 kematian. Sedangkan Indonesia menduduki peringkat 18 di Dunia dengan kasus sejumlah 1.419.455 dan 38.426 kematian.

Tidak terasa, pandemi ini masih ada sampai sekarang. Hal ini membuat aktivitas

lebih banyak dilakukan di rumah.

(2)

Pelaksanaan PSBB Membawa Perubahan dalam Menjalani Aktivitas

Pengumuman mengenai dua orang di Indonesia pertama yang terinfeksi COVID-19 menandakan bahwa virus corona sudah masuk ke Indonesia dan bisa berpotensi terus menambah jumlah kasus positif. Untuk mencegah virus COVID-19 ini meluas pemerintah mulai menerapkan protokol kesehatan dan sangat ditegaskan kepada masyarakat untuk tetap menjaga jarak, menggunakan masker, menggunakan hand sanitizer, rajin mencuci tangan, dan beredarnya hashtag #StayAtHome. Pemerintah tentu mengupayakan cara-cara agar kasus positif tidak terus meningkat dan

memakan korban. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. PSBB dilakukan dengan meliburkan kegiatan sekolah selama 2 minggu yang kemudian dilanjutkan dengan

pembelajaran jarak jauh atau PJJ. Anak usia sekolah terpaksa belajar secara jarak jauh dengan metode virtual dan di rumah masing-masing. Hal ini berlaku juga pada orang dewasa yang bekerja. Orang-orang yang bekerja jadi bekerja di rumah atau biasa disebut dengan WFH (work from home). Selain itu, tempat-tempat umum juga diberi kriteria masing-masing agar kerumunan dapat terhindari seperti pembatasan jumlah pengunjung dan pembatasan jam operasional.

Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh dan WFH

Pelaksanaan PSBB membuat semua orang lebih banyak menghabiskan waktunya di

rumah. Orang tua yang WFH dan anak-anak yang melakukan pembelajaran jarak

jauh membuat keluarga lebih sering berkumpul di rumah. Anak-anak jadi bisa lebih

banyak menghabiskan waktunya di rumah. Adanya PJJ dan WFH ini tentu membuat

orang tua menjadi lebih berperan dalam mendidik anak di rumah. Lingkungan

keluarga memiliki pengaruh besar terhadap perilaku anak. Kesempatan berkumpul

bersama dalam jangka waktu yang lama jarang terjadi pada zaman ini, tetapi

dengan adanya virus COVID-19 ini para keluarga mendapatkan kesempatan untuk

lebih sering berinteraksi di rumah. Adanya PSBB membuat anak lebih banyak

beraktivitas dan berkembang di lingkungan keluarga sehingga orang tua perlu

meningkatkan perannya dalam mendidik karakter anak di rumah.

(3)

Aktivitas di Rumah Membuat Anak Jenuh

Aktivitas di luar rumah yang dibatasi memberikan dampak perubahan karakter anak. Anak-anak yang biasanya menghabiskan waktu di luar dan berinteraksi dengan orang lain seperti teman-temannya akhirnya terpaksa untuk sementara waktu mengurangi intensitas interaksi tersebut. Anak-anak menjadi merasa jenuh karena terlalu banyak di rumah. Sebagian anak menganggap bahwa di rumah saja itu membosankan dan kurang menghibur, apalagi pandemi ini sudah berlangsung selama setahun lamanya. Perasaan jenuh ini mempengaruhi perilaku anak di rumah. Anak berubah menjadi mudah emosional, mudah tersinggung, dan banyak merenung. “Anak saya sibuk dengan gawainya, suami sibuk menyelesaikan laporan di kantor, begitupun saya yang sibuk dengan kegiatan bisnis online yang sedang dirintis.” kata salah satu narasumber yang diwawancarai. Sistem pembelajaran yang berubah menjadi via daring membuat anak yang semula bisa belajar bersama teman-temannya, berubah menjadi malas-malasan dan sibuk dengan urusannya sendiri. Perubahan ini memerlukan tindakan pendidikan karakter yang tepat untuk menghadapinya agar perilaku anak masih bisa terkontrol.

Banyak Kesempatan Mengajak Anak Mendekatkan Diri Kepada Tuhan 

Adanya PSBB membuat aktivitas lebih sering dilakukan di rumah. Hal ini dapat

menjadi kesempatan orang tua dalam menanamkan nilai spiritual pada anak. Orang tua bisa senantiasa mengajak anak untuk beribadah tepat waktu dan

mengawasinya. Selain itu, ibadah juga bisa dilakukan secara bersama-sama

sehingga anak lama kelamaan akan terbiasa dan merasa bertanggung jawab untuk

beribadah. Selain itu, banyaknya waktu untuk mengobrol dengan anak membuat

orang tua bisa menyisipkan ilmu-ilmu kebaikan dari agama sebagai salah satu

langkah menanamkan nilai spiritual pada anak sehingga terbentuk karakter anak

yang religius dan berperilaku baik sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

(4)

Pandemi Memberikan Kesempatan Bagi Orang Tua Untuk Menanamkan Nilai-Nilai Sosial Kepada Anak Dari Rumah

Pandemi COVID-19 ini membuat para keluarga yang biasanya jarang bertegur sapa dan bertemu menjadi banyak memiliki waktu untuk berinteraksi. Hal ini dapat menjadi sebuah ajang bagi orang tua untuk menerapkan pendidikan karakter pada anak terkhusus kepada penanaman nilai-nilai sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin hidup sendirian. Manusia pasti membutuhkan orang lain untuk menemani atau bahkan membantu hidupnya. Penanaman nilai-nilai sosial kepada anak dimaksudkan untuk mempersiapkan anak agar siap terjun ke kalangan masyarakat. Pribadi yang baik pasti akan lebih mudah diterima dikalangan masyarakat. Nilai-nilai sosial juga dipelajari untuk mengerti tentang cara menyayangi sesama manusia dan memunculkan rasa tanggung jawab serta toleransi kepada sesama. Pandemi ini memberikan para orang tua banyak waktu luang untuk mengenalkan anak akan nilai-nilai sosial yang penting. Harapannya adalah kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali ini dipergunakan seefektif dan seefisien mungkin oleh para orang tua.

Penutup

Kebiasaan-kebiasaan baru yang muncul karena pandemi COVID-19 perlu diadaptasi dengan cepat agar kehidupan tetap dapat berlangsung. Pandemi memberi banyak pelajaran baru yang dapat diambil hikmahnya. Kesempatan berkumpul di rumah bersama keluarga perlu dimanfaatkan sebaik mungkin. Waktu berkumpul bersama keluarga dirumah menjadi lebih panjang sehingga orang tua dapat mengambil kesempatan ini untuk hal-hal yang baik. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh orang tua sebagai ajang pemberian pendidikan karakter kepada anak. Pendidikan karakter berupa penanaman nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai sosial kepada anak penting untuk diberikan sejak dini. Harapannya dengan diberikannya pendidikan karakter dengan baik maka anak akan siap dan memiliki pribadi yang baik pada saat dewasa nanti.

_____________________________________________________________________________________

(5)

A YEAR OF PANDEMIC COVID-19: CHALLENGES OF CHILDREN'S CHARACTER SHIFTING

The COVID-19 Pandemic That Shook the World

The beginning of 2020 is an unexpected start for all people in the world. The beginning of the year in Indonesia, which started with floods everywhere, did not stop there. The world was finally shocked by the news about a virus called

coronavirus. The first case of COVID-19 occurred in Wuhan, China; since the first case, there has been an increase in the number of people infected with COVID-19.

As of January 30, 2020, there have been 7,736 confirmed cases of COVID-19 in China, and 86 other cases were reported from various countries around the world.

COVID-19 first appeared in Indonesia on March 2, 2020. At that time, President Joko Widodo announced that two Indonesians infected with the COVID-19 virus, namely a woman aged 31 years and a mother aged 64 years. The woman allegedly met a Japanese citizen who entered Indonesian territory. This certainly caused an uproar for all Indonesian people.

World Health Organization data states that as of March 15, 2021, there were 119,452,269 cases and 2,627,662 deaths worldwide. The United States ranks first with COVID-19 cases, with 29,115,662 cases and 529,529 deaths. The country of China is considered successful in overcoming the COVID-19 pandemic, as evidenced by the number of cases and deaths every day decreasing, namely a total of 102,363 cases and 4,849 deaths. Meanwhile, Indonesia was ranked 18th in the world with 1,419,455 cases and 38,426 deaths. Not felt, this pandemic is still around today.

This makes more activities done at home.

Implementation of PSBB Brings Changes in Carrying Out Activities

The announcement of the first two people in Indonesia infected with COVID-19

indicates that the coronavirus has entered Indonesia and could increase the number

of positive cases. To prevent the COVID-19 virus from spreading, the government

has started implementing health protocols and strongly emphasized the public to

keep their distance, use masks, use hand sanitizers, wash their hands diligently,

and the circulation of the hashtag #StayAtHome The government is, of course

trying ways to prevent positive cases from increasing and causing casualties. One

(6)

of the efforts taken is to implement large-scale social restrictions or PSBB. PSBB is carried out by dismissing school activities for two weeks, followed by distance learning or PJJ. School-age children are forced to learn remotely using virtual

methods and at home. This applies to working adults and people who work at home or what is commonly known as WFH (work from home). In addition, public places are also given their respective criteria so that crowds can be avoided, such as restrictions on the number of visitors and restrictions on operating hours.

Distance Learning Activities and WFH

The implementation of the PSBB made everyone spend more time at home. Parents who are WFH and children who do distance learning make the family gather at home more often. So children can spend more time at home. The existence of PJJ and WFH certainly makes parents play a more role in educating children at home.

The family environment has a significant influence on children's behaviour. The opportunity to gather together for a long period is rare these days, but with the COVID-19 virus, families have the opportunity to interact more often at home. The existence of PSBB makes children more active and developing in the family

environment so that parents need to increase their role in educating children's character at home.

Activities at Home Make Children Boring

Restricted activities outside the home have an impact on changing the character of the child. Children who usually spend time outside and interact with other people such as friends are finally forced to temporarily reduce the intensity of these interactions. Children become bored because they are too much at home. Some children think that at home alone is boring and less entertaining, especially since this pandemic has been going on for a year. This feeling of saturation affects children's behavior at home. The child becomes emotional, irritable, and broods a lot. "My child is busy with his device, my husband is busy completing reports at the office, as well as me who is busy with online business activities that are being initiated." said one of the interviewees. The learning system that has changed to online has made children who could previously study with their friends become lazy and busy with their own business. This change requires appropriate character

education actions to deal with it so that children's behavior can still be controlled.

(7)

Many opportunities to invite children to draw closer to God

The existence of PSBB makes activities more often carried out at home. This can be an opportunity for parents to instill spiritual values ​​in their children. Parents can always invite their children to worship on time and supervise them. In addition, worship can also be done together so that children will gradually get used to and feel responsible for worship. In addition, the amount of time to chat with children allows parents to insert good knowledge from religion as one of the steps to instill spiritual values ​​in children so that the character of children who are religious and behave well in accordance with the teachings of their religion.

Pandemic Provides Opportunities for Parents to Instill Social Values ​​in Children from Home

The COVID-19 pandemic has made families who usually rarely greet and meet with lots of time to interact. This can be an arena for parents to apply character

education to children, especially for the cultivation of social values. Humans as social beings cannot live alone. Humans definitely need other people to accompany or even help their lives. The inculcation of social values ​​in children is intended to prepare children to be ready to enter the community. A good person will definitely be more easily accepted by society. Social values ​​are also studied to understand how to love fellow humans and create a sense of responsibility and tolerance to others. This pandemic gives parents plenty of free time to introduce children to important social values. The hope is that this opportunity that may not come twice is used as effectively and efficiently as possible by parents.

Closing

(8)

New habits that have emerged due to the COVID-19 pandemic need to be adapted quickly so that life can continue. The pandemic offers many new lessons that can be learned from. The opportunity to gather at home with family needs to be used as well as possible. The time spent with family at home is longer so that parents can take this opportunity for good things. This opportunity can be used by parents as a means of providing character education to children. Character education in the form of instilling spiritual values ​​and social values ​​to children is important to be given from an early age. The hope is that with good character education, children will be ready and have a good personality when they grow up.

Sumber Sitasi :

Safitri, A.D., Zahrah, A.R., Nadira, AN, Kusuma, A.D., Salsabila, A., Sari, A.M., Simanjuntak, M. (2021).  Setahun Pandemi Covid-19: Tantangan Perubahan Karakter Anak. Seri Kuliah Manajemen Sumberdaya Keluarga.

Bogor : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi

Manusia IPB.

Referensi

Dokumen terkait

Indikator semangat siswa dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas sudah tercapai dengan baik pada siklus I, 30 siswa (94%)

Dalam keadaaan saat ini, orang tua memiliki peran ganda yang membuat terjadinya perubahan-perubahan dalam alokasi waktu yang sudah ditentukan seperti sebelum pandemi seorang ibu

Dari hasil skenario 1 dan skenario 2 yang menunjukkan tidak ada lokasi pemindahan untuk terminal pengganti sementara, maka dilakukan skenario 3, yaitu dengan

Terus terang ini perlu kita bahas pertama kali karena banyak mahasiswa yang kuliah tidak pada jurusan yang mereka inginkan.. Akibatnya, mereka kuliah separoh

Sedangkan data untuk pengujian bahan baku ampas rumput laut menggunakan analisis FTIR, pengamatan penampakan biodegradable film secara visual, uji biodegrabilitas

1) Tingkat kesulitan belajar siswa pada materi Sistem pernapasan manusia di SMP Abdi Negara kelas VIII sangat tinggi. 2) Banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan

Kedua, Problem solving dari orang tua dalam mendampingi anak pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di masa pandemi covid-19 yaitu Guru memberikan atau memperpanjang

pandemi. Kontinuitas pendi- dikan karakter ha- rus tetap diperta- hankan walau di tengah pandemi. Membangun ke- giatan sesuai de- ngan nilai yang akan