• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KEPOLISIAN DALAM MELAKUKAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEREDARAN PETASAN ILEGAL (Suatu Penelitian di Wilayah Hukum Polisi Resort Kota Banda Aceh )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA KEPOLISIAN DALAM MELAKUKAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEREDARAN PETASAN ILEGAL (Suatu Penelitian di Wilayah Hukum Polisi Resort Kota Banda Aceh )"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

198

UPAYA KEPOLISIAN DALAM MELAKUKAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEREDARAN PETASAN ILEGAL

(Suatu Penelitian di Wilayah Hukum Polisi Resort Kota Banda Aceh )

POLICE ENFORCEMENT EFFORTS IN DOING AGAINST ILLEGAL DISTRIBUTION FIRECRACKERS

(A study on jurisdiction Police Resort Kota Banda Aceh )

Mauliza Setiawan

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh – 23111

Adi Hermansyah

Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111

Abstrak - Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui faktor maraknya penjualan dan pengguna petasan di Kota Banda Aceh, untuk mengetahui upaya apa yang dihadapi oleh penegak hukum terhadap penjualan dan pengguna petasan di wilayah Kota Banda Aceh dan untuk mengetahui hambatan apa yang dihadapi oleh penegak hukum terhadap penjualan dan pengguna petasan di wilayah Kota Banda Aceh. Data yang diperlukan dalam tulisan ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan penelitian lapangan dengan cara mewawancarai responden dan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku teks, peraturan perundang- undangan, serta pendapat parasarjana. Kesimpulan diketahui bahwa faktor yang dilakukan oleh pihak kepolisian menjadi penting dalam mencegah peredaran petasan secara illegal di masyarakat, kurangnya kesadaran masyarakat tentang hukum dan bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan petasan illegal, penanggulangan secara preventif ini dilakukan sebelum pelanggaran itu terjadi dengan cara mencegah agar pelanggaran itu tidak terjadi, hambatan minimnya informasi yang di terima Polri bahwa telah terjadinya suatu pelanggaran penjualan petasan tanpa izin di Banda Aceh, Kurangnya anggaran dana yang diterima Polri dalam melakukan fungsi patroli untuk menanggulangi peredaran petasan. Disarankan kepada semua pihak terkait untuk selalu memberikan penyuluhan dan sosialisasi bahaya petasan kepada masyarakat, agar Banda Aceh aman dari peredaran petasan, karena petasan itu sangat menggangu kenyamanan masyarakat,sebagai orang tua sangat penting sekali untuk melarang untuk bermain petasan, sekurang sekurang-kurangnya orang tua mengawasi anak ketika bermain petasan di lingkungan.

Kata Kunci : Kepolisian, Penegakan Hukum, Petasan

Abstract - This thesis aims to determine the proliferation of sales and unsers of firecrakers in thecity of Banda Aceh , to know what efforts faced by law enforcement to sales an users of firecrakers in the city of Banda Aceh and to know what barriers faced by law enforcemnt to sales an unsers firecrackers in the city of Banda Aceh.

The necessary data in this paper are the primary an secindary data . the primary data obtained by conducting field research by interviewing respondents and informants. While the secondary data obtained through libery research done by studying the textbooks, legislation , as well as the opinion of prasarjana. Conclusion known that factors that done by the police to be important in preventing the circulation of firecracjers are illegal in the community, lack of public awareness about the law and the dangers arising from the use of firecrackers illegal, alleveation preventively is done before the violation occurred in a way to prevent that offense is not happen obstacles the lack of information recived the police that an offense has been the sale of firecrackers without permission in Banda Aceh, lack of budget funds received by the police in performing the functions patrols to combat the circulation of firecrackers. It is suggested to all parties concerned to always edu cate and socialize the danger of firecrackers to the publick, in order to Banda Aceh from circulation firecrackes, because firecrackers are very disturbing convenience of the public , as parents is very important to fordid to play firecrackers , at lest parents supervise children when playing firecrackers in the neighborhood .

Keywords: Police, Law, Firecrackers

(2)

PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengawasan, Pengendalian, dan Pengamanan Bahan Komersial terkait Undang-undang Nomor 9 Tahun 1932 tentang Bunga Api dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1951 tentang Bahan Peledak.

Polisi sebagai penegak hukum yang bertugas memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum, benda dan masyarakat termasuk memberi perlindungan dan pertolongan dan memberi serta mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap segala bentuk-bentuk peraturan.

Memainkan petasan mendatangkan kesenangan bagi pelakunya, namun dibalik perilaku tersebut terdapat hal-hal negatif yang dapat ditimbulkannya. Petasan memberikan banyak mudharat pada orang lain bahkan untuk diri sendiri. Ada yang cedera bahkan hingga meninggal sebab bermain petasan. Petasan pun menimbulkan bahaya karena suara bising yang ditimbulkan. Bahkan pengaruh explosive-nya bisa membahayakan orang lain dan dapat mengancam keselamatan jiwa orang lain yang memiliki gangguan jantung ataupun yang tidak terbiasa mendengar seperti suara petasan, kemudian kebiasaan bermain petasan di jalan juga dapat mengganggu pengendara di jalan. Hal ini seringkali diabaikan oleh orang-orang yang bermain petasan demi kesenangan pribadi.

Puluhan aparat Gabungan dari Polisi resort Kota Banda Aceh dan Satpol PP Kota Banda Aceh menggelar razia petasan di kawasan pasar Peunayong dan Setui Banda Aceh, Selama pertengahan Ramadan tahun 2015, pihak kepolisian mendapat banyak laporan dari masyarakat yang terganggu akibat suara ledakan petasan saat masyarakat sedang beribadah dan beristirahat pada malam hari. Dari hasil razia, petugas gabungan menyita lebih 200 petasan berdaya ledak tinggi dari para pedagang yang berada sepanjang jalan Peunayong dan Setui.

Berdasarkan risiko yang timbulkan oleh petasan seharusnya masyarakat Kota Banda Aceh tidak menjual atau membeli petasan tersebut dikarenakan efek dari petasan tersebut sangat membahayakan kita semua, tapi kenyataannya masih banyak masyarakat Kota Banda Aceh yang menjual dan membunyikan petasan di siang dan malam hari. Berikut adalah rinciannya

Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1981 tentang Mengubah

"Ordonnantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen" (Stbl. 1948 Nomor 17) Dan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1948, Pasal 187 dan 187bis KUHP ayat ( 3 ) tentang sanksi hukum

terhadap petasan yaitu :

(3)

Bahan-bahan peledak termasuk semua barang yang dapat meledak, sebagaimana yang dimaksudkan dalam Ordonnantie tanggal 18 September 1893 (Stbl.234), yang telah diubah dengan Ordonnantie tanggal 9 Mei 1931 (Stbl.No. 168), semua jenis mesin, bom-bom, bom- bom pembakar, ranjau-ranjau (mijnen), granat-granat tangan dan pada umumnya semua bahan peledak baik yang merupakan luluhan kimia tunggal (enkelvoudige chemischeverbindingen) maupun yang merupakan adukan bahan-bahan peledak (explosievemengsels) atau bahan-bahan peledak pemasuk (inleidende explosieven), yang dipergunakan untuk meledakkan lain-lain barang peledak, sekedar belum termasuk dalam pengertian amunisi.

Ketentuan hukum diatas telah jelas mengatur tentang sanksi hukum terhadap pemain dan penjual petasan. Tetapi diketahui banyak pemberitaan media massa, elektronik dan himbauan tokoh masyarakat untuk tidak menyalakan atau menjual petasan pada bulan Ramadhan dalam kenyataannya himabauan itu tidak di indahkan.

Berdasarkan uraian di atas tentang Peranan Kepolisian Dalam Melakukan Penegakan Hukum Terhadap Peredaran Petasan, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang menjadi faktor-faktor maraknya peredaran dan penggunaan petasan di Kota Banda Aceh ?

2. Bagaimana upaya yang dihadapi oleh penegak hukum terhadap peredaran dan penggunaan petasan di wilayah Kota Banda Aceh?

3. Bagaimana hambatan yang dihadapi oleh penegak hukum terhadap peredaran dan penggunaan petasan di wilayah Kota Banda Aceh?

METODOLOGI PENELITIAN

Adapun defenisi operasional yang dijadikan pedoman dalam pengumpulan data, pengolahan data serta analisa data penelitian yaitu :

a. Upaya adalah aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu upaya.

b. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan

dalam kaidah-kaidah, pandangan-pandangan yang mantap dan mengejakannya dalam

sikap, tindak sebagai serangakaian penjabaran nilaitahap akhir untuk menciptakan

kedamaian pergaulan hidup.

(4)

c. Peredaran adalah peralihan (pergantian) dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain yang berulang-ulang seakan-akan merupakan suatu lingkaran, harus kita akui bahwa hidup manusia memang tidak tetap.

d. Petasan adalah peledak berupa bubuk yang dikemas dalam beberapa lapis kertas, biasanya bersumbu, digunakan untuk memeriahkan berbagai peristiwa, seperti perayaan tahun baru, perkawinan, dan sebagainya, benda ini berdaya ledak rendah atau low explosive. Bubuk yang digunakan sebagai isi petasan merupakan bahan peledak kimia yang membuatnya dapat meledak pada kondisi tertentu.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Faktor-faktor penyebab maraknya penjualan dan penggunaan petasan di kota Banda Aceh.

Petasan itu secara nyata telah mengusik rasa aman masyarakat, terlebih lagi disaat orang tengah beristirahat, peredaran petasan di kawasan kota Banda Aceh merupakan bentuk kelalaian pihak kepolisian dalam mengatasi masuknya petasan ke Kota Banda Aceh.

Pemerintah Kota juga lalai dalam mengawasi dan memberikan penyuluhan terhadap mereka yang menjual dan membeli petasan secara ilegal.

Puluhan aparat Gabungan dari Polisi resort Kota Banda Aceh dan Satpol PP Kota Banda Aceh menggelar razia petasan di kawasan pasar Peunayong dan Setui Banda Aceh, Selama pertengahan Ramadan tahun 2015, pihak kepolisian mendapat banyak laporan dari masyarakat yang terganggu akibat suara ledakan petasan saat masyarakat sedang beribadah dan beristirahat pada malam hari. Dari hasil razia, petugas gabungan menyita lebih 200 petasan berdaya ledak tinggi dari para pedagang yang berada sepanjang jalan Peunayong dan Setui.

1

Dalam razia itu, aparat Kepolisian dan Satpol PP menyita berbagai macam bentuk petasan, dari yang terkecil hingga yang paling besar. Belakangan diketahui, semua petasan yang masuk ke Banda Aceh diperoleh dari Medan dan Pulau Jawa.

2

Kepolisian dan Satpol PP datang berdasar laporan masyarakat adanya penjual petasan yang sangat meresahkan, pihak Kepolisian dan Satpol PP Kota Banda Aceh langsung bertindak cepat, mereka langsung menuju TKP dan langsung menggeledah dan menemukan banyak sekali petasan yang berbagai jenis, dari yang harganya Rp. 50.000 hingga mencapai Rp. 500.000 / satu petasan.

1 Wawancara, Brigadir Zikri Rosadi Anggota Intel Polisi Resort Kota Banda Aceh, tanggal 28 April 2016

2 Wawancara, Muzakir M.Ali, Kasi Penyidikan dan Penindakan Satpol PP Kota Banda Aceh, tanggal 28 April 2016

(5)

Dari temuan itu, petugas Kepolisian dan Satpol PP membawa petasan dan pemiliknya ke kantor Satpol PP Kota Banda Aceh, untuk penjual diinterogasi dan untuk petasannya dilakukan pemusnahan. Oleh karena itu bercermin dengan kasus di atas, maka setidaknya ada 3 (tiga) faktor dominan yang menyebabkan sehingga peredaran petasan marak terjadi di Kota Banda Aceh.

3

2. Upaya apa saja yang di hadapi oleh penegakan hukum terhadap penjual dan pengguna petasan di wilayah Kota Banda Aceh.

Dalam penegakkan kebijakan ini, menurut penulis, pemerintah masih belum tegas.

Hal ini ditandai dengan masih adanya penjualan petasan di wilayah Kota Banda Aceh pada malam hari. Oleh karena itu, peran serta masyarakat untuk mendorong penegakan hukum khususnya untuk menjerat oknum yang terlibat dalam penjualan petasan dan pembeli adalah muthlak diperlukan. Sebab untuk kasus petasan, terlebih dahulu institusi kepolisian harus menerima pengaduan dari pihak-pihak yang merasa di rugikan dengan keberadan petasan.

4

Menurut Khairul selaku Kaur Bin Ops Polisi Resort Kota Banda Aceh. menunjukan bahwa, upaya polisi sebagai penyidik dalam penyidikan tindak pidana, pertama yaitu polisi berperan aktif untuk menangani suatu perkara tindak pidana tersebut dapat terselesaikan atau tuntas, dan yang kedua adalah polisi tetap dapat dilibatkan dalam tugas umum Kepolisan walaupun tugas utama polisi tersebut adalah sebagai penyidik.

5

Dalam arti modern, polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib (orde) dan hukum. Namun kadangkala pranata ini bersifat militaristis, seperti di Indonesia sebelum Polri dilepas dari ABRI. Polisi dalam lingkungan pengadilan bertugas sebagai penyidik. Dalam tugasnya dia mencari keterangan-keterangan dari berbagai sumber dan keterangan saksi. Tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi. Kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks.

Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai operasi militer bersama-sama kesatuan bersenjata yang lain. Keadaan seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri lahir

3 Wawancara Brigadir Zikri Rosadi, Angggota Intel Polisi Resort Kota Banda Aceh, Tanggal 28 April 2016

4Wawancara Brigadir Zikri Rosadi, Angggota Intel Polisi Resort Kota Banda Aceh, Tanggal 28 April 2016

5 Wawancara, Iptu Khairul Kaur bin ops Polisi Resort Kota Banda Aceh, Tanggal 13 April 2016

(6)

sebagai satu-satunya kesatuan bersenjata yang relatif lebih lengkap. Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai tugas, tujuan, fungsi wewenang dan tanggung jawab yang selanjutnya menyebabkan pula timbulnya berbagai tuntutan dan harapan masyarakat terhadap tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia yang makin meningkat dan berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya. Secara universal tugas polisi ada dua, yaitu menegakkan hukum serta memelihara ketertiban umum. Tugas pertama mengandung pengertian represif atau tugas terbatas yang dibatasi oleh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), tugas yang kedua mengandung pengertian preventif atau tugas mengayomi adalah tugas yang luas tanpa batas, boleh melakukan apa saja asal keamanan terjaga dan tidak melanggar hukum itu sendiri.

6

Bila sudah diperingati dan diberi sanksi berulangkali namun tetap mengulangi tindakan penjualan petasan, maka harus diberi hukuman kurungan ditambah denda. Untuk pelaku pembeli petasan atau pengguna petasan palsu harus diberi sanksi seberat-beratnya.

bila pelaku terbukti menggunakan petasan maka harus dipidana denda maksimum.

Upaya Penanggulangan secara preventif, penanggulangan secara preventif ini dilakukan sebelum pelanggaran itu terjadi dengan cara mencegah agar pelanggaran itu tidak terjadi, seperti dengan cara pendidikan terhadap masyarakat dan kepada penjual melalui penyuluhan, penerangan dan pembinaan agama, etika, budi pekerti dan pengetahuan hukum yang sederhana mengenai larangan dan saksi pidana terhadap masyarakat yang melakukan tidakan yang melanggar aturan.

Untuk lebih jelasnya peranan polisi sebagai penyidik dalam penyidikan perkara tindak pidana sebagai berikut:

a) Polisi menangani perkara sampai perkara tindak pidana tersebut dapat terselesaikan atau tuntas

b) Polisi tetap dilibatkan dalam tugas umum kepolisian meskipun tugas utamanya adalah sebagai penyidik

3. Hambatan saja yang di hadapi oleh penegakan hukum terhadap penjual dan pengguna petasan di wilayah kota Banda Aceh.

Peran Penyidik Polri dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sangat penting guna mencegah terjadinya perdagangan petasan atau kembang api. Penegakan hukum itu sendiri

6 Wawancara, Iptu Khairul Kaur bin ops Polisi Resort Kota Banda Aceh, Tanggal 13 April 2016

(7)

pada hakekatnya merupakan upaya penyadaran masyarakat terhadap pentingnya keamanan, kenyamanan dan ketertiban dilingkungan, melalui bentuk-bentuk kegiatan pemberi informasi, penyuluhan, kampanye, operasi penertiban sampai penindakan secara umum, yang secara teknis dikelompokan sebagai upaya pengamanan preventif dan represif.

7

Melalui upaya penegakan hukum diharapkan agar segala bentuk peraturan yang ada ditaati oleh semua pihak terutama bagi masyarakat dan kepada pelanggarnya diberikan pengertian, pemberian informasi, peringatan sebelum diberikan/pengenaan sanksi/penindakan hukum sesuai dengan peraturan dan dampak yang dirugikan terhadap lingkungan dan masyarakat.

8

Menurut Ruslan, bahwa salah satu penyebab utama masih terus berlangsungnya penjualan petasan adalah karena masih lemahnya penegakan hukum terhadap peredaran petasan atau kembang api tersebut, belum optimalnya koordinasi antara aparat penegak hukum serta instansi terkait lainnya dalam menangani permasalahan penjualan petasan juga menjadi kendala optimalisasi penegakan hukum yang dilakukan. Di sisi lain, pengetahuan perundang-undangan khususnya yang terkait dengan petasan atau bahan peledak masih belum tersosialisasi dengan baik pada penjual dan kepada masyarakat pada umumnya.

9

Dalam hal ini sebagai mana yang di jelaskan oleh penyidik Satpol PP bahwasanya mereka dalam upaya untuk menegakan hukum di wilayah Kota Banda Aceh sangat sulit dikarenakan minimnya informasi yang di terima Polri bahwa telah terjadinya suatu pelanggaran penjualan petasan tanpa izin di kawasan Kota Banda Aceh, kemudian kurangnya dukungan dari masyarakat untuk menegakan hukum terhadap penjual dan pembeli petasan dan juga menjadi faktor untuk proses penyidikan terhadap tindak pidana penjualan petasan ilegal.

10

Hambatan adalah suatu kendala yang bersifat atau bertujuan melemahkan yang bersifat konseptual. Berikut merupakan hambatan dalam upaya penegakan hukum terhadap penjual dan pengguna petasan, antara lain :

a. Kurangnya anggaran dana yang diterima Polri dalam melakukan fungsi patroli untuk menanggulangi peredaran petasan yang terjadi pada masyarakat sehingga membuat terhambatnya penanggulangan tersebut, Polisi Resort Kota Banda Aceh

7 Wawancara Brigadir Zikri Rosadi, Angggota Intel Polisi Resort Kota Banda Aceh, Tanggal 28 April 2016

8 Wawancara, Ruslan, Pegawai Disperindag bagian perdagangan, Tanggal 27 April 2016

9 Wawancara, Ruslan, Pegawai Disperindag bagian perdagangan, Tanggal 27 April 2016

10 Wawancara, Muzakir M.Ali, Kasi Penyidikan dan Penindakan Satpol PP kota Banda Aceh, Tanggal 28 April 2016

(8)

hanya memiliki dana operasional sekitar Rp.90.000.000,- dan dana tersebut bukan hanya digunakan untuk pengawan dan patrol dalam mengurangi peredaran petasan saja, namun dana tersebut juga dipergunakan untuk penyidikan kasus tindak pidana umum.

b. Terbatasnya jumlah personil kepolisian dalam melaksanakan fungsi patroli, hal ini juga merupakan hambatan yang dialami oleh Kepolisian dalam menanggulangi peredaran petasan. Secara bergantiannya petugas melakukan patroli di kawasan tertentu yang dianggap sering adanya penjualan petasan dan tidak hanya itu pihak Kepolisian juga bekerja sama dengan Satpol PP Kota Banda Aceh untuk melakukan patrol rutin agar dapat menimalisir peredaran petasan di Kota Banda Aceh.

c. Kurangnya pengetahuan tentang tata cara penjualan petasan oleh penjual, dengan tidak memenuhi persyaratan yang telah di tentukan oleh pemeintah, dan banyak juga para pedagang yang tidak mengindahkan sosialisasi yang diberikan oleh pihak Kepolisian dan Satpol PP Kota Banda Aceh agar tidak menjual petasan.

d. Perhatian masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya masih sangat kurang, misalnya membiarkan anak anak membeli petasan dan tidak melarang anak untuk menggunakan petasan, hal ini dapat timbul efek negatif terhadap anak-anak dan bias mencederai anak itu sendiri,

KESIMPULAN

Faktor penyebab maraknya penjualan petasan disebabkan oleh lemahnya pengawasan terhadap peredaran petasan di Kota Banda Aceh, baik itu petasan yang legal (kembang api/tidak mengeluarkan bunyi), maupun yang illegal (yang mengeluarkan bunyi ledakan), faktor kontrol yang dilakukan oleh pihak pemerintah kota menjadi penting dalam meminimalisir peredaran petasan secara illegal di masyarakat, faktor kurangnya kesadaran masyarakat tentang hukum dan bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan petasan illegal menjadi faktor penting sehingga maraknya peredaran petasan illegal di masyarakat.

Upaya Penanggulangan secara preventif, penanggulangan secara preventif ini

dilakukan sebelum pelanggaran itu terjadi dengan cara mencegah agar pelanggaran itu tidak

terjadi, seperti memberikan pendidikan terhadap masyarakat dan kepada penjual dengan cara

penyuluhan, penerangan dan pembinaan agama, etika, budi pekerti dan pengetahuan hukum

(9)

yang sederhana mengenai larangan dan saksi pidana terhadap masyarakat yang melakukan tidakan yang melanggar aturan.

Hambatannya ialah kurangnya pengetahuan tentang tata cara penjualan petasan oleh penjual,

dengan tidak memenuhi persyaratan yang telah di tentukan oleh pemeintah. Perhatian

masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya masih sangat kurang, misalnya membiarkan anak

anak membeli petasan dan tidak melarang anak untuk menggunakan petasan, minimnya

informasi yang di terima Polri bahwa telah terjadinya suatu pelanggaran penjualan petasan

tanpa izin di kawasan Kota Banda Aceh, kemudian kurangnya dukungan dari masyarakat

untuk menegakan hukum terhadap penjual dan pembeli petasan.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arief Barda Nawawi, Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum ( Suatu Pengantar), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997

Dellyana,Shant ,Konsep Penegakan Hukum. Liberty, Yogyakarta 1988

Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007

Kansil C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2002.

Kanter E.Y. & S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan. Penerapannya.

Storia Grafika: Jakarta, 2002.

Marjono Reksodiprojo, Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Pusat Pelayanan dan Keadilan Hukum, Jakarta 1994

Pusat Hak Asasi Manusia PBB, Standar HAM lnternasional Untuk Penegak Hukum lndonesia Cerdas, 2007

Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, Program Pascasarjana, Jakarta, 2003.

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana; Dua Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana, Aksara Baru, Jakarta 1983

Sianturi, S.R. S.H., Tindak Pidana, Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 1983.

Soerjono Sukanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta. 2005.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1986

Soenino, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 2004.

Soesilo R, Kitab, Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya

Lengkap Pasal Demi Pasal, Polite Raya, Bogor, 1993.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis meneliti bagaimana cara perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 berdasarkan Undang Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan stdd Undang Undang

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana pelaksanaan bimbingan kelompok di SMP Negeri Kota Pontianak?, (2)

Membaca Akta pernyataan permohonan banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Tasikmalaya yang menyatakan bahwa pada tanggal 10 Agustus 2017 sebagai pihak

Penggunaan utama Asam Sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Sifat sitrat sebagai larutan

Dalam penyususnan Tugas Akhir ini, penulis melakukan pengambilan sampel pada Ruang Inap Kemuning Tuberkulosis, dan Ruang Anturium (Ruang Rawat Bayi) di RSUP Dr. Hasan

Kegiatan tuton ini terdiri dari 8 kali inisiasi yang berupa penyampaian materi yang disertai dengan diskusi, serta 3 tugas yang harus dikumpulkan pada saat mahasiswa

Pada simulasi sistem FBMC-Offset QAM ini, data yang diterima di sisi penerima merupakan hasil dari perkalian sinyal kirim dengan kanal lalu ditambahkan dengan derau, dengan

Pers nasional adalah surat kabar dan majalah dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah bahkan bahasa Belanda yang ditujukan terutama bagi