• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGELOLA KOMUNIKASI EFEKTIF PUBLIC RELATION SEKTOR PARIWISATA DI BALI PADA MASA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENGELOLA KOMUNIKASI EFEKTIF PUBLIC RELATION SEKTOR PARIWISATA DI BALI PADA MASA PANDEMI COVID-19"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MENGELOLA KOMUNIKASI EFEKTIF PUBLIC RELATION SEKTOR PARIWISATA DI BALI PADA MASA PANDEMI COVID-19

Ida Bagus Gede Paramita STAHN Mpu Kuturan Singaraja E-Mail: ibgparamita@stahnmpukuturan.ac.id

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pola komunikasi efektif yang dilakukan oleh humas untuk dapat bertahan dalam menghadapi pandemi covid 19. Selain pola tersebut, penelitian ini juga mengkaji produk wisata yang ditawarkan kepada wisatawan pada masa pandemi secara lengkap dengan mempromosikan produk wisata tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi pariwisata. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan pelaku wisata, sedangkan data sekunder berupa buku dan jurnal ilmiah yang dapat mendukung penelitian ini. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: diketahui pola komunikasi yang efektif dan efisien di sektor pariwisata pada masa pandemi covid 19. dapat memberikan alternatif produk wisata yang cocok untuk dijual saat pandemi dan yang terakhir adalah pola digital marketing merupakan metode promosi terbaik yang dapat digunakan dalam memasarkan produk wisata saat pandemi.

Kata kunci: Komunikasi efektif, Humas, Pariwisata, Pandemi covid 19

MANAGING EFFECTIVE PUBLIC RELATIONS COMMUNICATION TOURISM SECTOR IN BALI DURING THE COVID- PANDEMIC

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine effective communication patterns carried out by public relations to be able to survive in the face of the covid 19 pandemic. In addition to this pattern, this study also examines the tourism products offered to tourists during the pandemic complete by promoting these tourism products. . The method used in this research is a qualitative method with a tourism sociology approach. The primary data in this study are the results of interviews with tourist actors, while the secondary data are books and scientific journals that can support this research.

The results obtained in this study are: known effective and efficient communication patterns in the tourism sector during the covid 19 pandemic; can provide alternative tourism products that are suitable for sale during a pandemic and the last is the digital marketing pattern is the best promotional method that can be used in marketing tourism products during a pandemic.

Keywords: Effective communication, Public Relations, Tourism, Pandemic covid 19 PENDAHULUAN

Wabah virus korona yang dimulai sejak akhir tahun 2019 di Wuhan China kini menyebar ke seluruh dunia. Hingga pertengahan Maret 2020, virus korona telah menginfeksi 185 negara dengan penderita. Lebih dari 270 ribu jiwa.

Beberapa negara kemudian menutup akses

masuk maupun keluar (lockdown) untuk mencegah penularan yang lebih meluas.

Hal ini tentunya sangat mengurangi mobilitas penduduk yang sangat berdampak pada kinerja ekonomi suatu wilayah. Salah satu industri yang terdampak adalah industri pariwisata.

Sebagai industri yang berbasis pada mobilitas orang, wabah virus korona

(2)

langsung memukul industri pariwisata.

Banyaknya sektor ekonomi dalam industri pariwisata menyebabkan dampak penurunan industri pariwisata tidak hanya terbatas pada sektor yang berhubungan dengan perjalanan wisatawan maupun akomodasi.

Pandemi Covid-19 terbukti memberikan dampak negatif bagi sektor pariwisata akibat adanya perubahan sikap wisatawan. Keputusan untuk tidak mengunjungi destinasi pariwisata, dengan menunda atau membatalkan rencana kunjungan, terjadi seiring munculnya persepsi mengenai risiko perjalanan yang mengancam kesehatan, keselamatan, atau keamanan bagi siapa saja yang melakukan perjalanan.

Selama periode krisis dan segera setelahnya, jalur komunikasi yang jelas antara pemangku kepentingan pariwisata sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan spekulasi. Kesiapan suatu wilayah dalam proses pembukaan kembali dan pemulihan kegiatan pariwisata di masa adaptasi new normal, juga membutuhkan pengetahuan dan kesadaran industri pariwisata dan calon wisatawan. Itulah sebabnya, para pemangku kepentingan di sektor pariwisata harus fokus pada pencegahan penyebaran virus Covid-19, selain upaya menyelamatkan kegiatan ekonomi pariwisata. Pelaku industri pariwisata mengharapkan respons dari pemerintah pusat dan daerah serta organisasi pengelola destinasi pariwisata. Salah satunya, berupa kebijakan serta protokol new normal yang bersifat spesifik, praktis, realistis, dapat diimplementasikan dan terukur. Di sisi lain, calon wisatawan juga membutuhkan informasi rutin dari pengelola destinasi pariwisata agar dapat memahami dengan

baik dan benar kondisi dan situasi wilayah yang akan dikunjungi.

Komunikasi efektif kepada pemangku kepentingan yang terdampak oleh krisis ini akan memainkan peran penting dalam proses pemulihan aktivitas pariwisata di masa normal yang baru.

Strategi komunikasi krisis yang dijalankan haruslah berdasarkan prinsip kejujuran dan transparansi. Kedua hal itu akan membantu mempertahankan kepercayaan diri bagi calon wisatawan dan industri perjalanan, sekaligus meminimalkan dampak krisis terhadap destinasi.

Dalam penyampaian informasi tersebut, media digital berperan penting dalam komunikasi krisis di masa pandemi Covid-19. Terutama, sebagai referensi untuk mengedukasi publik mengenai kesiapan destinasi pariwisata menyambut wisatawan. Dari perspektif psikologis, kembalinya pengunjung ke suatu daerah di masa krisis pandemi Covid-19 akan membantu menginisiasi proses pemulihan ekonomi secara keseluruhan.

Namun, perlu dilakukan secara bertahap, penuh kehati-hatian dan terukur.

Informasi merupakan elemen penting dalam komunikasi. Informasi yang salah dan rumor merupakan sumber kebingungan yang biasanya terjadi di masa krisis. Demikian pula dalam rangka pemulihan periode new normal.

Informasi tentang pariwisata harus dipastikan akurat, kredibel dan relevan agar membentuk persepsi positif di mata audiens sektor industri pariwisata. Pada gilirannya, mampu mendukung pengambilan keputusan strategis dan teknis pemangku kepentingan pariwisata itu sendiri.

Keberadaan tim komunikasi krisis dan pemulihan di sektor pariwisata akan

(3)

berperan strategis dalam meningkatkan koordinasi dan kredibilitas suatu kawasan wisata untuk menerima kembali wisatawan di masa yang akan datang melalui ketersediaan informasi yang terkoordinasi, terverifikasi dan terpercaya. Pada akhirnya, komunikasi krisis di masa kenormalan baru berperan penting menentukan arah pengembangan sektor pariwisata di masa datang.

Menarik untuk mengkaji strategi para public relation dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien kepada para pelanggan maupun calon pelanggan untuk memberikan keyakinan untuk memutuskan melakukan perjalanan wisata ke suatu destinasi.

METODELOGI

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi pariwisata yang membantu peneliti melihat fenomena yang terjadi dan berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian terhadap tulisan menggunakan metode kualitatif. Menurut Muhadjir (1992: 24) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan pelaku yang dapat diamati berdasarkan fenomena pendekatan holistik (utuh).

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah stdui pustaka.

Dengan data sekunder yakni data atau informasi yang diambil dari buku, internet, arsip dan lainlain yang dapat menunjang penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan kualitatif-interpretatif, yang diarahkan pada melihat fenomena sosial kepariwisataan pada masa pandemi, data tersebut kemudian dikumpulkan dan dianalisis.

PEMBAHASAN

Komunikasi Efektif pada Masa Pandemic

Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama- sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya the communication is in tune ,yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama- sama mengerti apa pesan yang disampaikan. Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylavia Moss, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan.

Menurut Wikipedia komunikasi efektif adalah pertukaran informasi, ide, perasaan yang menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik antara pemberi pesan dan penerima pesan. Pengkuran efektivitas dari suatu proses komunikasi dapat dilihat dari tercapainya tujuan si pengirim pesan.

Pesan yang tersampaikan dengan benar dan tepat sesuai keinginan sang komunikator, menunjukkan bahwa komunikasi dapat berjalan secara efektif.

Begitu pula berkomunikasi efektif pada masa pandemic ditengah badai pandemic covid-19 yang masih melanda negara kita. Ada strategi komunikasi yang bisa dilakukan para pelaku komunikasi di sektor pariwisata untuk mendukung strategi bisnis perusahaan pada saat pandemi covid-19. Strategi komunikasi tersebut dibagi atas komunikasi internal dan komunikasi eksternal.

Komunikasi Internal

Saat pandemi, perusahaan harus memastikan setiap bagian dari perusahaan

(4)

menerima informasi tentang covid-19 beserta penanganannya secara akurat dan konsisten. Informasi yang disampaikan tentunya harus mengacu kepada protokol kesehatan yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas kesehatan nasional. Apalagi dengan adanya pergeseran budaya kerja seperti work from home (WFH), pelaku komunikasi atau public relations (PR) harus memastikan informasi terkini tersedia di semua saluran komunikasi digital perusahaan.

Narasi yang disampaikan kepada karyawan juga harus mudah dipahami dan diimplementasikan untuk memastikan karyawan aman, terhubung, dan terlibat aktif. Perlu diingat, karyawan yang memahami protokol kesehatan dan pencegahan covid-19akan dapat menjelaskan dengan baik kepada pengguna layanan dan produk dari perusahaan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengefaktifkan komunikasi di lingkungan internal:

1. Sentralisasi komunikasi dengan menentukan juru bicara. Kemudian, mendistribusikan kontak juru bicara dan kepala divisi strategis ke seluruh karyawan. Pastikan tidak ada karyawan yang berbicara kepada publik atau media tentang keadaan darurat ini selain dari juru bicara.

Sebab, bukan tidak mungkin akan timbul beberapa permasalahan seperti karyawan yang terkena PHK, ada pula karyawan yang terkena covid-19, dan lain sebagainya. Karena itulah, dibutuhkan sentralisasi komunikasi untuk memastikan komunikasi yang keluar bersumber dari satu pintu saja.

2. Membangun jaringan komunikasi internal untuk memudahkan distribusi pesan. Ketiga, membuat kanal khusus

informasi pandemi di situs web, media sosial, majalah internal, dan intranet perusahaan untuk membagikan tautan terkait dan relevan dengan sumber yang terpercaya.

3. Mengembangkan dan memonitor prosedur pelaporan internal yang harus diikuti untuk pelaporan internal semua departemen jika terjadi krisis.

Termasuk memberikan informasi terkini secara rutin kepada Tim Krisis perusahaan.

4. Memberikan sosialisasi dan edukasi protokol kesehatan untuk seluruh karyawan dan juga untuk karyawan yang mungkin tidak selalu berada di depan komputer, serta memberikan panduan tentang cara melakukannya.

5. Membuat daftar pertanyaan yang sering ditanyakan atau frequently asked questions (FAQ) tentang pandemi covid-19, berikut pencegahannya. Serta, senantiasa menyampaikan kebijakan dan SOP perusahaan terkini terkait penanganan pandemi.

6. Melakukan inisiasi bersama divisi terkait, aktivitas virtual bersama mulai dari sosialisasi protokol kesehatan, distribusi informasi, olahraga dan ibadah bersama, menginformasikan kinerja perusahaan terkini, perkembangan pandemi, hingga menyampaikan informasi mengenai kebijakan pemerintah terbaru, dan masih banyak.

Komunikasi Eksternal

Meski pandemi covid-19 memberikan efek yang dalam bagi industri pariwisata, tetapi perusahaan harus tetap muncul ke hadapan publik dan

(5)

memberikan dukungan untuk pemulihan ekonomi. Perusahaan juga sebaiknya tetap memberikan output komunikasi kepada stakeholders perusahaan. Misalnya, kepada pelanggan, pemegang saham dan mitra kerja sama, serta tetap aktif menggandeng media dengan menyampaikan terobosan-terobosan yang dilakukan perusahaan dalam rangka bertahan selama pandemi. Termasuk, publikasi kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan serta publikasi kesiapan perusahaan dalam beradaptasi dengan pandemi. Seperti penyampaian publikasi penerapan protokol kesehatan di lingkungan perusahaan untuk memastikan keamanan pengguna produk dan layanan perusahaan. Ada beberapa komunikasi eksternal perusahaan yang dapat dilakukan pelaku komunikasi/PR di industri pariwisata.

1. Mengembangkan strategi komunikasi eksternal, termasuk jangan berhenti komunikasi dengan media dan strategi komunikasi pemasaran dan penjualan yang proaktif, efektif, dan efisien.

2. Menyampaikan kepada pelanggan dan media secara berkala mengenai penerapan protokol kesehatan di hotel, penerbangan, bandara, serta destinasi tujuan wisata. Selanjutnya informasi rutin mengenai pandemi dan pencegahannya, aktivitas pemasaran. Antara lain, promo tiket pesawat, lelang voucher hotel, paket work from hotel, promo “Book Now Stay Later”, tren wisata terkini termasuk kegiatan sosial yang dilakukan. Hingga, penerapan teknologi untuk meminimalisasi sentuhan di seluruh titik perjalanan wisata. Seperti digitalisasi di bandara,

touchless menu di restoran dan touchless button di lift hotel. M 3. Mengoptimalisasikan saluran

komunikasi dan konten digital perusahaan. Perusahaan sebaiknya memperbarui semua situs web dan media sosial, memerhatikan penyesuaian SEO agar lebih mudah ditemukan. Setelah itu, membagikan informasi melalui e-mail blast dan menyampaikan bahwa poin loyalty program tetap dapat digunakan. Tak lupa memaksimalkan keberadaan media sosial untuk membangun kedekatan dan interaksi dengan pelanggan melalui event-event virtual seperti live cooking, virtual yoga, dan hotel/destination tour via Instagram dan YouTube.

4. Memberikan masukan kepada top manajemen untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa saat ini perusahaan sedang bersama-sama berjuang menghadapi pandemi.

Upaya ini bisa dilakukan melalui video singkat atau pesan CEO yang disampaikan penuh, berdasarkan fakta, dan disertai perasaan bahwa

“kita semua bersama-sama” yang diungkapkan secara tulus, sebelum ditutup dengan pesan harapan untuk masa depan.

Produk Wisata pada Masa Pandemi Covid-19

Banyak penelitian dilakukan, kemanan, kenyamanan dan kebersihan adalah factor utama wisatawan berkunjung berulang-ulang ke suatu destinasi. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, social/phisycal distancing dan selalu memakai masker.

Hal inilah yang harus ditekankan dan selalu disosialisasikan saat melaksanakan

(6)

promosi pariwisata, agar mereka merasa aman dan nyaman untuk pergi berwisata ke daerah kita. Faktor tersebut menjadi kian penting apalagi saat ini kini hidup dalam kehidupan normal baru (Paramita, 2020), Menyatakan beberapa hal yang wajib disiapkan untuk memberikan rasa aman dan nyaman saat melakukan perjalan wisata di masa pandemi adalah a. High Standard Sanitation Penerapan

standar kesehatan dengan membuat sanitasi yang memadai. Menurut Ni Wayan Giri Adnyani selaku Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pihaknya akan menyiapkan destinasi sesuai dengan kondisi ‘new normal’ dengan mengedepankan prinsip sustainable tourism, termasuk di dalamnya soal kesehatan, dan keamanan (Wahyudi, 2020). Sesuai dengan hal ini maka daerah wisata di Bali diharuskan untuk meningkatkan standar sanitasi yang dimiliki karena ini menjamin daya tarik suatu daerah wisata. Para pelaku pariwisata akan menciptakan standar sanitasi yang harus dimiliki suatu objek wisata seperti kebersihan toilet, sarana cuci tangan, ketersediaan masker, pengukur suhu badan, pengecekan surat keterangan sehat dan vaksinasi.

b. High Standard Security Standar keamanan adalah hal penting yang wajib diperhatikan. Peningkatan standar keamanan di daerah wisata di Bali karena kenyamanan wisatawan akan berdampak pada peningkatan kunjungan wisata. Peningkatan standar keamanan seperti: pengecekan barang bawaan, pemasangan cctv di setiap sisi objek wisata di seluruh Bali, dan penambahan tenaga keamanan seperti satpam maupun pecalang (tenaga

keamanan desa adat di Bali) di seluruh objek wisata.

c. Staycation Beberapa hal yang akan kita temui pada ‘new normal’ setelah Covid-19 dalam bidang pariwisata adalah wisatawan yang akan mengutamakan kesehatan dan keselamatan seperti tetap melaksanakan self- distancing, pelaksanaan protokol Covid-19, sehingga ketersediaan sarana kebersihan akan menjadi focus utama para pelaku pariwisata. Staycation ini merupakan pilihan wisata bagi turis yang masih belum berani untuk berbaur dengan wisatawan lain. Hal ini akan mendorong hotel-hotel di Bali untuk memberikan fasilitas ekstra seperti berbagai kelas khas Bali seperti kursus yoga, tari Bali, memasak makanan khas Bali, dan meditasi. Memberikan atraksi tambahan seperti berbagai tarian Bali, tradisi dan upacara khas Bali sehingga para wisatawan mampu mengenal Bali atau melepas kerinduan mengenai Bali dengan standar keamanan yang tinggi.

d. Niche tourism Perubahan yang sangat besar akan terlihat dari kelompok wisatawan dalam berwisata. Jika dahulu mereka berada dalam kelompok yang besar karena akan menghemat budget. Tetapi mengingat standar yang tinggi akan keamanan dan kenyamanan maka pilihan Niche tourism menjadi sangat penting karena mereka akan ada dalam kelompok kecil dengan kesamaan hobi, ketertarikan atau kesamaan visi. Contoh niche tourism ini seperti: wisata berkunjung ke tempat-tempat misterius (angker) di Bali, tirthayatra (melakukan kunjungan suci ke pura-pura di Bali), wisata kuliner masakan asli Bali, belajar tari Bali dari para maestro tari Bali, wisata

(7)

charity dengan melakukan donasi ke daerah-daerah terpencil di pulau Bali, maupun wisata mempelajari lontarlontar di Bali. Dengan berkembangnya wisata jenis baru ini maka akan bermunculan tour and travel yang kreatif untuk mencari pangsa pasar spesifik sesuai dengan kebutuhan para turis.

Pola Marketing Efektif Pariwiisata pada masa Pandemi Covid-19 Manfaatkan Influencer

Pariwisata saat ini telah menduduki posisi nomor dua sebagai penyumbang devisa terbesar di Indonesia.

Pencapaian hal tersebut bukanlah sesuatu yang tidak disengaja, beberapa strategi dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai posisi tersebut salah satunya adalah strategi pemasaran pariwisata.

Pariwisata seperti halnya industri lainnya, di mana hubungan antara produsen dan konsumen sering berlandaskan hubungan komersial (van der Veen & Haiyan, 2010).

Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata merancang strategi pemasaran yang terbagi menjadi strategi pemasaran, strategi media, strategi promosi, dan waktu promosi (Kementerian Pariwisata, 2016). Strategi pemasaran meliputi asal wisatawan, destinasi wisata, dan waktu.

Strategi Promosi meliputi pencitraan, iklan, dan penjualan, Strategi media merupakan media sebagai sarana promosi yang terbagi menjadi media berbayar, media milik sendiri, media yang diperoleh, dan endorser. Strategi waktu promosi adalah pre event, on event dan post event.

Salah satu strategi yang baru dirancang dalam strategi pemasaran pariwisata adalah strategi endorse sebagai media untuk melakukan promosi atau

pengenalan pariwisata Indonesia kepada masyarakat luas. Masyarakat saat ini memiliki jaringan komunikasi yang sangat kuat dan luas dan semakin kritis mengenai sebuah informasi sehingga sulit untuk mendapatkan perhatian mereka (de Mooij, 2010). Kemajuan teknologi juga membuat endorser memiliki pergeseran dalam media tayangnya. Hadirnya sosial media sebagai sarana komunikasi modern dari masyarakat memaksa pemasar harus mempersiapkan strategi baru untuk dapat mengkomunikasikan produknya. Terdapat tren baru untuk mengomersialkan kehidupan pribadi pada masyarakat membuat pola endorser juga turut berubah (Kim, Wang, & Ahn, 2013). Menurut perkiraan 83 persen konsumen akan melakukan konsumsi berdasarkan rekomendasi teman, keluarga, dan dorongan dari endorsement dibandingkan dengan iklan televisi pada tahun 2000-an (“Global Trust in Advertising – 2015,”

n.d.). Melihat tren ini, maka bagi pemasar dapat menciptakan kreasi pemasaran efektif yang baru dengan biaya yang jauh lebih rendah. Rekomendasi teman dan keluarga bisa didapatkan melalui sosial media.

Pada masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat menyebabkan banyak menghabiskan waktunya di rumah. Hal ini berdampak kepada intensitas masyarakat dalam menggunakan smartphone akan semakin tinggi. Oleh karena itu, untuk tetap mendorong perkembangan dan pertumbuhan industry pariwisata, promosi-promosi pariwisata kini banyak dipromosikan melalui sosial media seperti facebook, Instagram, youtube, maupun media lainnya. Untuk semakin meningkatkan gairah masyarakat

(8)

berkunjung ke destinasi yang dipromosikan, promosi ini dibantu oleh influencer atau tokoh-tokoh public yang menjadi idola masyarakat.

Influencer menggambarkan jenis baru dari sebuah kebebasan, pihak ketiga yang membentuk perilaku audience lewat blog, tweet, dan penggunaan media sosial lainnya (Freberg et al., 2011). Influencer membuat konten untuk memasarkan merek tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan follower dan pengakuan terhadap merek tersebut (Glucksman, 2017).

Ewers (2017) mengkategorikan influencer ke dalam dua tipe, yaitu celebrity dan micro celebrity. Celebrity adalah seseorang yang sudah terkenal lebih dahulu melalui media televisi dan sudah memiliki basis penggemar yang besar, sedangkan micro-celebrity merupakan sebutan bagi seseorang yang muncul melalui media sosial, berasal dari berbagai macam latar belakang, tidak memiliki kepopuleran sebelumnya melalui media televisi, serta memiliki basis penggemar yang tidak sebesar celebrity (Sutriono & Haryatmoko, 2018

Pemasaran secara digital menggunakan media sosial kini memang lebih banyak diminati dibandingkan dengan strategi konvensional seperti pemasangan billboard ataupun sejenisnya yang dianggap tidak relevan dengan perkembangan era digital seperti sekarang ini. Begitu pula untuk promosi pariwisata di Kabupaten Buleleng sudah selayaknya beralih dari media konvensional ke media digital. Pemilihan media digital dipilih karena media ini kini banyak digandrungi oleh kaum anak muda yang menjadi target utama wisata milenial di Buleleng.

Promosi yang disampaikan melalui media digital (sosial media) seperti facebook,

Instagram, youtuber, twitter, tiktok, dan media lainnya akan lebih cepat dan mudah diterima oleh masyarakat karena hampir setiap individu kini memiliki smartphone dan bisa mengakses sosial media.

Digital Campaign

Saat ini teknologi informasi dan komunikasi semakin meningkat, era industri 4.0 dirasa semakin meningkatkan sistem teknologi yang dapat mempermudah berbagai kehidupan manusia, termasuk dalam dunia pariwisata. Teknologi informasi menjadi salah satu sarana yang digunakan dalam mempromosikan pariwisata dari berbagai media sosial dengan berbagai digital marketingnya. Dengan adanya digital marketing minat seseorang untuk pergi berlibur semakin tinggi.

Terdapat berbagai objek wisata yang menjadi daya tarik wisata yang layak dikunjungi di di Bali. Alam, danau dan lautan, keunikan budaya dan tradisi dan kesenian menjadi komoditi yang sangat layak dipasarkan dengan menggunkan media digital sebagai sarana promosinya.

Selain efisien, kecepatan daan ketepatan informasi yang disampaikan dalam konten sangat memadai Apalagi pasar yang disasar adalah pangsa generasi milenial tentu media marketing dengan pola digital dapat dijadikan pilihan utama.

Dikutip dari

https://redcomm.co.id/knowledges/7- jenis-digital-campaign-untuk-pemasaran- digital ada beberapa digital campaign yang bisa diterapkan sesegera mungkin untuk pemasaran digital yang lebih efektif diantaranya:

1. Search Engine Optimization (SEO) Search Engine Optimization (SEO) adalah cara pertama yang diterapkan kebanyakan orang untuk mengoptimalkan mesin pencari. Dengan

(9)

membidik kata kunci tertentu dan membuat konten sedemikian rupa berdasarkan tips SEO, jenis digital campaign ini diharapkan bisa membantu menjangkau pengguna internet untuk mengenal bisnis yang sedang dijalankan.

Memanfaatkan SEO masih dipercayai memiliki dampak besar dalam mempromosikan dan memasarkan produk ataupun jasa secara digital, mengingat banyak orang akan terlebih dahulu berselancar di internet untuk mencari informasi terkait produk maupun jasa yang mereka butuhkan, sebelum akhirnya memutuskan untuk melakukan pembelian.

Penting untuk diketahui, biasanya pengguna internet hanya akan membuka beberapa halaman pertama di Google saja untuk menemukan yang mereka cari, dan inilah kenapa sangat penting memaksimalkan penerapan SEO sehingga kata kunci yang Anda bidik mudah ditemukan pengguna internet tersebut.

2. Search Engine Marketing (SEM) Search engine marketing (SEM) juga jenis digital marketing lainnya yang memungkinkan produk tampil di halaman pertama mesin pencari. Mesin pencari akan menampilkan hasil pencarian berbayar di halaman pertama dan di posisi paling atas, serta dilengkapi tulisan “Ad”

atau “iklan”. Anda dapat menggunakan SEM dengan cara membeli spot iklan, contohnya di Google Ads.

3. Social Media Marketing (SMM) Sosial media menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia modern saat ini. Hampir semua orang, dari berbagai profesi, usia, gender, dan lapisan masyarakat manapun, memiliki sosial media sebagai salah satu cara mereka saling berinteraksi. Pemanfaatan sosial media secara tepat sebagai media promosi online, bisa sangat membantu untuk

mempromosikan, memperkenalkan, bahkan memasarkan produk dan jasa bisnis. Sosial media marketing bisa dengan menggunakan Instagram atau Instagram Ads, Facebook Ads, bahkan Twitter Ads. Bisa pula dengan meningkatkan user generated content dengan mengajak pelanggan untuk memberikan testimoni positif di sosial media mereka masing-masing.

PENUTUP

Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan seperti di bawah ini:

1. Ada strategi komunikasi yang bisa dilakukan para pelaku komunikasi di sektor pariwisata untuk mendukung strategi bisnis perusahaan pada saat pandemi covid-19. Strategi komunikasi tersebut dibagi atas komunikasi internal yakni Saat pandemi, perusahaan harus memastikan setiap bagian dari perusahaan menerima informasi tentang covid-19 beserta penanganannya secara akurat dan konsisten, sedangkan komunikasi eksternal yakni, meski pandemi covid-19 memberikan efek yang dalam bagi industri pariwisata, tetapi perusahaan harus tetap muncul ke hadapan publik dan memberikan dukungan untuk pemulihan ekonomi.

Perusahaan juga sebaiknya tetap memberikan output komunikasi kepada stakeholders perusahaan.

2. Pandemi membuat pola berwisata wisatawan berubah, mereka lebih memgutamakan berwisata dengan memastikan keamanan, kenyamanan dan sanitasi destinasi yang mereka akan kunjungi. Pola kunjungan secara kelompok juga berubah ke kunjungan

(10)

yang bersifat individual. Di masa pandemic wisatawan juga lebih banyak ke wellness tourism seperti yoga atau meditasi

3. Pola marketing dalam masa pendemi juga banyak mengalami perubahan menuju digital marketing, pemanfaatan influencer sebagai publik figur, media sosial nampaknya menjadi pilihan yang banyak digunakan perusahaan-perusahaan yang bergerak di sector pariwisata untuk mempromosikan usaha mereka

DAFTAR PUSTAKA

Ardika, I. G. 2006, Kepariwisataan Untuk Siapa? (serial online) http:// 170 Jurnal Kajian Bali Volume 06, Nomor 01, 88-100

Ardika, I Wayan. 2003. Pariwisata Budaya Berkelanjutan, Refleksi dan Harapan di Tengah Perkembangan Global. Program Studi Magister (S2) Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana

Arini, I. A., & Paramita, I. B. (2020).

Ekspektasi, Realisasi Dan Negosiasi Tourism Reborn Di Masa Pandemi Dalam Pariwisata Bali. Cultoure, 101-112.

Chi, Gengqing. 2005. “A Study of Developing Destination Loyalty Model”. (Dissertation) Submitted to the Faculty of the Graduate College of the Oklahoma State University in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Doctor of Philosophy.

Den. (2020, 25 April). Menparekraf dorong G20 siapkan standar baru sikapi ‘New Normal’ di sektor Pariwisata. Indonesia Travel.News.

Moleong, L. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Rosda Karya. Muhadjir, H. (1996).

Metodologi Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: Rake Sarasin.

Giddens, Anthony. 1991. Modernity and Self-Identity. Cambridge.

UK:Polity

I Gusti Bagus Rai Utama. 2015. diunduh pada 20 Oktober 2015 dari www.budpar.go.id, 149–172

Paramita, I. B. (2020). New Normal Bagi Pariwisata Bali Di Masa Pandemi Covid 19. Pariwisata Budaya:

Jurnal Ilmiah Pariwisata Agama Dan Budaya, 57-65.

Patilima, H. (2005). Metode penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Pitana, I., & Gayatri, P. (2005). Sosiologi Pariwisata: Kajian Sosiologis Terhadap Struktur, Sistem, dan Dampak-Dampak Pariwisata.

Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Wahyudi, E. (2020, April 25). Perubahan tren pasca covid-19 diprediksi positif bagi pariwisata. Tempo.Co.

Diunduh dari

https://bisnis.tempo.co/read/133560 3/perubahan-tren-pasca-covid-19- diprediksi-positif-

bagipariwisata/full&view=ok

Yuswohady. (2020). 30 prediksi perilaku konsumen di NEW NORMAL.

Yuswohady.com. Diunduh dari https://www.yuswohady.com/2020/

04/23/perilaku-konsumen-di-new- normal.

https://redcomm.co.id/knowledges/7- jenis-digital-campaign-untuk- pemasaran-digital

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan penelitian ini, aktifitas pemasaran secara offline maupun online yang dilakukan oleh para pelaku usaha bordir di Kota Tasikmalaya merupakan bentuk

10 Jika dilihat dari tujuan awal CSM yaitu melakukan pertanggungjawaban sosial yang antara lain adalah melakukan tindakan yang dapat membangun masyarakat di

Berdasarkan hasil data yang didapatkan dari penelitian terkait dengan analisis strategi pengembangan pariwisata agrowisata belimibing di desa Moyoketen Tulungagung dapat

Pembahasan penelitian ini fokus pada pengaturan jenis saluran komunikasi yang digunakan oleh Disparekraf Kabupaten Bone Bolango selama pandemi Covid-19 sekaligus sebagai

Menyusun strategi baru untuk pelaksanaan kegiatan dalam masa Pandemi

Dengan demikian, keterbatasan ini masih bisa dikembangkan untuk dikaji lebih dalam terkait dengan dampak atau hasil dari setiap program yang telah dicanangkan

Memberikan insight kepada para pelaku UMKM kedai kopi dalam menjalankan bisnis di tengah pandemi Covid-19 berupa hasil formulasi strategi yang diimplementasi ke

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (i) peran asosiasi profesi pariwisata sangatlah penting dalam mendukung perkembangan pariwisata Bali menghadapi pandemi COVID-19,