• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK ROLE PLAYING TERHADAP KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI PADA SISWA SMK S TRI KARYA MEDAN SUNGGAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK ROLE PLAYING TERHADAP KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI PADA SISWA SMK S TRI KARYA MEDAN SUNGGAL."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Sumi Lestari. Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Role Playing Terhadap Kemampuan Mengelola Emosi Pada Siswa SMK S Tri Karya Medan Sunggal. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2013.

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Para ahli dan kajiannya tentang emosi ... 13

Tabel 3.1 Skala Likert ... 45

Tabel 4.1 Keterangan usia siswa kelas XI TKJ ... 50

Tabel 4.2 Distribusi Kemampuan Mengelola Emosi Siswa Kelas XI TKJ ... 53

Tabel 4.3 Distribusi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 54

Tabel 4.4 Uji Mann Whitney Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 54

Tabel 4.5 Uji Mann Whitney Mengelola Emosi Kelompok Eksperimen Dan Kelompok ... 55

Tabel 4.6 Distribusi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. ... 62

Tabel 4.7 Distribusi Perbandingan Hasil Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 63

Tabel 4.8 Uji Mann Whitney Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 63

Tabel 4.9 Uji Mann Whitney Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 64

(6)

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-Kisi Angket Mengelola Emosi ... 72

Lampiran 2 : Angket Mengelola Emosi yang Telah Valid ... 78

Lampiran 3 :Data Uji Validitas Instrumen ... 81

Lampiran 4 : Perhitungan Validitas Angket Mengelola Emosi... 83

Lampiran 5 : Data Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 87

Lampiran 6 : Uji Mann Whitney Data Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 89

Lampiran 7 :Data Posttest Kelas XI Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 90

Lampiran 8 : Uji Mann Whitney Data Posttest ... 91

Lampiran 9 : Lembar Observasi Kegiatan Role Playing ... 93

Lampiran 10: Tabel Hasil Observasi Kegiatan Role Playing... 94

Lampiran 11 : Satuan Layanan Pertemuan Pertama ... 95

Lampiran 12 : Satuan Layanan Pertemuan Kedua ... 100

Lampiran 13 : Satuan Layanan Pertemuan Ketiga ... 105

Lampiran 14 :Satuan Layanan Pertemuan Keempat... 110

Lampiran 15 : Skenario Role Playing ... 115

Lampiran 16 : Daftar Hadir Bimbingan Kelompok ... 118

Lampiran 17 : Dokumentasi Penelitian ... 122

Lampiran 18: Surat Izin Penelitian

Lampiran 19 : Surat Balasan Penelitian

(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin

kompleks dengan tingkat stressor semakin tinggi mengakibatkan individu semakin

rentan mengalami berbagai gangguan baik fisik maupun psikologis. Gangguan

psikologis seperti kecemasan, strees, frustasi, agresivitas, perilaku anarkis, dan

gangguan emosi lain semakin meningkat.

Remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap

individu. Remaja adalah individu yang berusia antara 12-21 tahun yang sudah

mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dengan

pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 adalah remaja

pertengahan dan 18-21 adalah masa remaja akhir.

Beberapa perubahan pada umumnya terjadi pada masa remaja seperti:

perubahan fisik, perubahan emosi dan perubahan sosial. Perubahan fisik pada

remaja dapat dilihat dari perubahan tinggi badan, berat badan serta proporsi

berbagai anggota tubuh yang lambat laun mencapai perbandingan tubuh yang

baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi

kelihatan terlalu panjang (Hurlock, 1999).

Sedangkan perubahan emosi pada masa remaja dianggap sebagai periode

“badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai

akibat dari perubahan fisik dan hormon (Hurlock, 1999). Perubahan emosi yang

(8)

2

kondisi emosi yang labil. Memang tidak semua remaja mengalami masa badai dan

tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan

emosi dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri dari

pola perilaku baru dan tekanan sosial yang baru, serta kecendrungan remaja

melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang mereka inginkan bukan

sebagaimana adanya.

Pergolakan emosi remaja tidak terlepas dari bermacam-macam pengaruh

seperti lingkungan tempat tinggal, sekolah dan teman-teman sebayanya, masa

remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi membuat

mereka dituntut mampu menyesuaikan diri secara efektif. Untuk itu perlu

dihindari hal- hal yang dapat menimbulkan emosi negatif seperti marah, sedih,

kecewa, frustasi, cemas dan lainnya. Banyak penelitian membuktikan bahwa

salahsatu penyebab remaja menjadi nakal adalah karena mengalami gangguan

emosi menimbulkan rasa tidak aman dan tidak puas terhadap kehidupan

sehari-hari, selanjutnya dapat timbul kebencian dan kecemburuan terhadap orang-orang

yang lebih beruntung dan bahagia. Akibat dari semuanya ini sering mereka

melakukan tindakan yang merusak dan menyakiti orang lain. Banyak situasi lain

yang timbul di sekolah atau dalam suatu kelompok yang dapat menyebabkan

seseorang menjadi tidak tenang, misalnya siswa tidak senang kepada gurunya

karena pribadi guru, namun bisa juga disebabkan sesuatu yang terjadi pada saat

sehubungan dengan keadaan kelas. Keadaan emosional seperti ini tentunya dapat

mempengaruhi efektifitas belajar siswa.

Yang lebih ironi lagi penyebab yang melatarbelakangi kasus-kasus

(9)

bukan masalah-masalah ringan bahkan terkesan sepele bagi orang yang berfikir

rasional. Beberapa contoh kasus yang pernah terjadi berdasarkan berita media:

tawuran antar pelajar SMA yang terjadi hanya karena tidak terima salah satu

temannya diejek oleh sekolah lain. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

dengan salah satu guru BK yaitu Ibu Nurhalimah yang mengajar di SMK Tri

Karya mengatakan ”Siswa disini cenderung sulit dimengerti sikapnya, terutama

siswa perempuan, mereka terkadang cenderung murung, tidak semangat

mengikuti pelajaran, tidak mengerjakan tugas dan sering sekali sesama siswa

perempuan ribut dengan alasan yang bisa dibilang sepele”.

Keadaan seperti berbagai kasus diatas merupakan salah satu indikasi

ketidaksiapan remaja menyikapi kondisi lingkungan sekitar. Rasa kecewa,

malu.amarah, dan perasaan-perasaan negatif lain yang bersifat desktruktif

bersumber pada ketidakmampuan individu mengenali dan mengelola emosi serta

memotivasi diri. Golemen (2000) mengartikan kondisi ini merupakan cerminan

dari kecerdasan emosi yang rendah.

Kecendrungan terjadinya peningkatan anak mengalami gangguan emosi dan

sosial tidak hanya terjadi pada negara atau daerah tertentu saja, tetapi telah

menjadi fenomena global. Salah satu hasil survey yang telah dilakukan (Dahlan,

2007), ternyata ditemukan hasil bahwa generasi sekarang lebih banyak mengalami

kesulitan emosi dan sosial dari pada generasi sebelumnya, generasi sekarang lebih

cenderung kesepian, pemurung, mudah cemas, gugup, impulsif, dan agresif.

Salah satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan yang mendalam

mengenai emosi itu sendiri, dan pada kenyataannya banyak remaja yang tidak

(10)

4

pengetahuan akan aspek ini. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa emosi

adalah suatu keadaan kejiwaan yang mewarnai tingkah laku. Emosi dapat juga

diartikan sebagai suatu reaksi psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkah

laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, haru dan sejenisnya. Biasanya

emosi muncul dalam bentuk luapan perasaan, dan surut dalam waktu yang

singkat. Hathersall (1985), merumuskan pengertian emosi sebagai situasi

psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi

wajah dan tubuh. Emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan (feeling):

misalnya pengalaman-pengalaman afektif, kenikmatan atau ketidaknikmatan,

marah, takut, bahagia, sedih dan haru. Maka dari itu kecenderungan tingginya

gejolak emosi remaja perlu dipahami oleh pendidik khususnya orangtua dan guru.

Selain itu mengingat masa remaja merupakan masa yang paling banyak

dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebayanya, serta dalam

menghindari dari hal – hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang

lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut dengan

kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti

bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya,

mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyesuaikan

diri dengan lingkungannya, dapat mengendalikan perasaan dan mampu

mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga

interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.

Dalam penelitiannya Goleman (2002) menyebutkan bahwa kecerdasan

intelektual (IQ) hanya menyumbang 20 % bagi kesuksesan, sedangkan 80 %

(11)

emosional (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,

mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta

kemampuan bekerja sama. Apabila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf

kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung terlihat sebagai seorang keras

kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya pada orang lain, tidak

peka terhadap kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami strees.

Sehingga tidak heran kalau sekarang ini banyak anak yang pandai secara

intelektual namun gagal secara emosional.

Sekolah sebagai sarana pendidikan memiliki peranan penting bagi

perkembangan dan perwujudan diri individu, selain untuk mengembangkan

kemampuan intelegensi, pendidikan juga perlu mengembangkan aspek psikologis

siswa. Surya dan Natawidjaja (1999) menyatakan sekolah sebagai jalur

pendidikan formal pada umumnya memiliki tiga hal kegiatan pendidikan, yaitu:

(a) bidang administrasi, manajemen, dan kepemimpinan; (b) bidang pembelajaran

dan kurukulum; (c) bidang pembinaan siswa atau bimbingan konseling. Dari

kegiatan pendidikan pembelajaran dan kurikulum mungkin hanya mampu

memperhatikan perkembangan siswa dari aspek intelektualnya saja tanpa

memperhatikan pembinaan psikologis pada diri siswa tersebut. Disinilah peran

bimbingan konseling dalam pemberian layanan secara khusus kepada semua siswa

agar masing-masing dapat berkembang secara mandiri dan optimal. Salah satu

layanan yang dapat diberikan dalam bimbingan konseling adalah melalui

bimbingan kelompok.

(12)

6

sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.

Dalam menyelenggarakan program bimbingan konseling tersebut, maka

harus digunakan beberapa teknik, prosedur dan pendekatan yang beragam sesuai

dengan kebutuhan. Diantara prosedur yang digunakan dalam bimbingan konseling

adalah layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan pendekatan dan

teknik-teknik yang tepat. Dalam penelitian ini salah satunya adalah dengan menggunakan

teknik role playing (bermain peran).

Dalam teknik bermain peran menghadirkan peran-peran yang ada dalam

dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran yang kemudian dijadikan sebagai

bahan refleksi agar siswa memberi penilaian. Dalam role playing, peserta

melakukan suatu peran-peran tertentu tentang topik yang dibahas, interpretasi

mereka tentang peran tersebut dan tingkat dimana orang lain menerima pandangan

mereka tentang peran tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Role Playing Terhadap Kemampuan Mengelola Emosi pada Siswa SMK S Tri

(13)

1.2Identifikasi Masalah

Berbagai masalah siswa diidentifikasi sebagai berikut:

1. Banyak masalah siswa yang berkaitan dengan emosi belum tertangani

secara efektif.

2. Guru belum sepenuhnya dapat menyelesaikan permasalahan yang

berkaitan dengan emosi siswa.

3. Belum diketahui pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik

role playing dalam pengentasan masalah emosi siswa.

1.3Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka

diperlukan pembatasan masalah.fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah

kurangnya kemampuan siswa dalam mengelola emosi negatif ditingkatkan

melalui pemberian layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing.

1.4Perumusan Masalah

Perumusan masalah berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan

secara umum dari penelitian ini adalah apakah ada pengaruh layanan bimbingan

kelompok dengan teknik role playing terhadap kemampuan siswa dalam

(14)

8 1.5Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini ditujukan untuk menguji apakah pemberian

layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing dapat membantu siswa

dalam mengelola emosi.

Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa

dalam mengelola emosi melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik role

playing.

1.6Manfaat penelitian

Dalam penelitian ini penulis berharap semoga hasil penelitian memberi

manfaat konseptual utamanya kepada layanan bimbingan konseling. Disamping

itu juga kepada penelitian peningkatan layanan bimbingan konseling di SMK.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai beikut :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan teori tentang pelaksanaan bimbingan konseling dengan

teknik role playing terhadap kemampuan mengelola emosi siswa,

sehingga dapat dijadikan sumber informasi pendidikan dalam

penerapan layanan bimbingan konseling dalam setting sekolah.

b. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang

(15)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam

menerapkan layanan bimbingan kelompok.

b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan khusunya dalam

bimbingan konseling dalam membantu siswa mengelola emosi melalui

layanan bimbingan kelompok.

c. Bagi siswa terutama subyek penelitian, diharapkan dapat meperoleh

pengalaman langsung mengenai pemahaman mengelola emosi secara

(16)

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti, maka

diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam pemberian

layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik role playing terhadap

kemampuan mengelola emosi siswa kelas XI SMK S Tri Karya Medan Sunggal.

Ini dapat dilihat dari hasil uji Mann Whitney U menunjukkan bahwa hasil mean

rank (rata-rata) mengelola emosi siswa kelompok eksperimen = 18.50 dan mean

rank (rata-rata) kelompok kontrol = 6.50 Selisih mean rank keduanya adalah

12.00 dan menunjukkan bahwa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada

kelompok kontrol.

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah:

1. Bagi guru bimbingan dan konseling

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik role playing dalam

bimbingan kelompok dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan

mengelola emosinya. Oleh karena itu guru BK dapat menggunakan teknik

role playing ini dalam meningkatkan kemampuan mengelola emosi siswa di

SMK S Tri Karya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

a. Dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh teknik role playing dalam

(17)

mengalami kesulitan dalam beberapa hal diantanya, dalam prakteknya siswa

yang mengikuti teknik role playing ternyata diantaranya siswa mengalami

kekurangan dalam hal motivasi siswa, sehingga pada penulis selanjutnya

diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dengan menggunakan teknik

yang ada dalam bimbingan dan konseling yang tentunya dapat

mengefektifkan teknik role playing terhadap kemampuan mengelola emosi

siswa.

b. Masalah kemampuan untuk mengelola emosi tidak hanya terjadi pada anak

SMA saja, tidak menutup kemungkinan hal ini juga dapat dialami oleh

siswa SD, SMP maupun pada tingkat mahasiswa di perguruan tinggi. Untuk

itu penggunaan teknik role playing dapat juga dilakukan pada jenjang

pendidikan SD, SMP, dan Perguruan tinggi atau pada status sosial yang

berbeda misalnya anak jalanan, anak panti, serta pada perbedaan gender

(18)

68

Daftar Pustaka

Ahmadi, A. 2003. Psikologi Umum. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Andreas, Krisan. 2011. Meningkatkan Empati Siswa Melalui Metode Role Play/Bermain Peran. Skripsi Jurusan PPB FIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga: Tidak diterbitkan.

Arjanto, P. 2011. Budaya dan Emosi.http://paul-arjanto.blogspot.com. Diakses pada tanggal 9 Mei 2013.

Damayanti, N. 2012.Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Araska.

Golemen, D. 2000. Emotional Intellagent (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia.

Hurlock, E. 1993.Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hidayat, A. 2012. Penelitian Eksperimen. http://statistikian.blogspot.com. Di akses pada tanggal 4 Maret 2013.

Junaidi, W. 2009. Media Pembelajaran. http://wawan-junaidi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 Februari 2013.

Mashar, R. 2011. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Penerbit Kencana.

Prayitno. 2004. Dasar-Dasar BK. Bandung: Renita.

Rusmana, N. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Sanjaya, W. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sarwono, S. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Setiawaty, T. M. 2012. Efektivitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Role Playing dalam Menangani Perilaku Bullying. Skripsi UPI Bandung.

Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Tarsito.

Sujarweni, W. 2012. SPSS untuk Paramedis.Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Subagyo, P dan Djarwanto. 2011. Statistik Induktif. Edisi Kelima. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Uno, H . 2011. Model Pembelajaran. Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Cetakan Ketujuh. Jakarta. Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

6) Penataan dengan pendidikan lingku- ngan agar tidak terjadi kekumuhan dan perilaku yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kebersihan pasar. 7) Perlu Penguatan Komunitas Pasar

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas maka perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh penambahan cera alba dan parafin cair pada salep minyak atsiri rimpang

meイ セ gakui@ pentingnya pencegahe:n Illegal, Unreport&d dan Unreported (IUU) Fishing, yang selanjutnya disehut "IUU Fishing", dan memajukan

Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada subyek, tempat penelitian dan variabel penelitian yaitu hubungan antara pengetahuan pasien tentang hipertensi dengan

Dari keterangan tersebut suatu perusahaan perlu mempertimbangkan kualitas layanan internal sebagai salah satu cara atau metode untuk menambah kepuasan kerja

The Parties will hold regular consultations at the level of Foreign Ministers/Undersecretaries/Senior Officials to review and examine all aspects of their bilateral

The Governments of Brunei Darussalam, the Kingdom of Cambodia, the Republic of Indonesia, the Lao People's Democratic Republic, Malaysia, the Union of Myanmar,

[r]