TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
Mendarissan Aritonang
NIM. 081188210011
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
Mendarissan Aritonang
NIM. 081188210011
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar mengajar merupakan suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Dosen berusaha mengatur lingkungan belajar agar dapat
memotivasi mahasiswa menjadi lebih berminat dan tertarik untuk mengikuti
proses pembelajaran. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki,
dosen berusaha mempersiapkan bagaimana program pengajaran yang baik dan
sistematis untuk mempermudah mencapai tujuan pembe lajaran. Proses
pembelajaran merupakan suatu usaha dalam proses pembelajaran yang
didalamnya terjadi interaksi peserta didik dengan pendidik.
Pembelajaran pada dasarnya mer upakan upaya untuk mengarahkan peserta
didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar
sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan
kondisi individu mahasiswa sebagai subjek yang belaajr. Peserta didik merupakan
individu yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual peserta didik, sehingga
pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi peserta didik dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang
berprilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi rill perserta didik seperti ini, selama
ini kurang mendapat perhatian dikalangan pendidik. Hal ini terlihat dari sebagian
pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak
perorangan atau kelompok peserta didik, sehingga perbedaan individual kurang
mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya dosen
yang menggunakan strategi pengajaran yang cenderung sama setiap kali
pertemuan di kelas berlangsung. Hal ini yang akan menjadikan suasana kelas yang
tidak akan kondusif dikarenakan pendidik kurang menyadari adanya perbedaan
individu setiap peserta didik .
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual peserta
didik dan didasarkan pada keinginan pendidik, akan sulit untuk dapat
mengantarkan peserta didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi
seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional.
Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya
kesenjangan yang nyata antara peserta didik yang cerdas dan peserta didik yang
kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini
mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem
belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses
pembelajaran di perdosenan tinggi.
Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan diper guruan tinggi tergantung
pada dosen sebagai pendidik serta penguasaan materi pembelajaran yang akan
diajarkan. Selain itu, penguasaan dan pemahaman lingkungan serta karakteristik
peserta didik berkebutuhan khusus baik fisik maupun mental diperlukan bagi
seorang pendidik, agar dalam proses pembelajarannya dapat berjalan dengan baik.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk mempermudah pencapaian tujuan
Pada hakekatnya Universitas (Perdosenan Tinggi) adalah masyarakat
ilmiah (para dosen, mahasiswa dan para pelaksana teknis dalam lingkungan
perdosenan tinggi) yang bertugas memajukan martabat manusia dan warisan
budaya melalui penelitian, pengajaran dan pelayanan, yang dapat diberikan
kepada lingkungan setempat, nasional, regional dan inte rnasional.
Menurut Barnet (1992) ada empat konsep tentang hakikat perguruan
tinggi, yaitu : (a) perguruan tinggi sebagai penghasil tenaga kerja yang bermutu
(qualified manpower), (b) perguruan tinggi sebagai lembaga pelatihan bagi
karier peneliti, (c) perguruan tinggi sebagai organisasi pengelola pendidikan yang
efisien, dan (d) perguruan tinggi sebagai upaya memperluas dan mempertinggi
pengkayaan kehidupan. Lebih lanjut, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI
No. 232/U/2000, perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institut dan universitas. Perdosenan Tinggi menyelenggarakan
pendidikan tinggi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
(http://diksonsilitonga.wordpress.com/2010/08/20/hakekat-perguruan-tinggi)
Universitas Methodist Indonesia adalah lembaga pendidikan tinggi yang
berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan mendidik para mahasiswa menjadi manusia-manusia
yang cemerlang yakni taat kepada Tuhan dan beretika berwawasan dan
berkemampuan ilmu pengetahuan memiliki sifat professional sehingga dapat
mengikuti perkembangan zaman dan mempunyai tanggungjawab terhadap
Indonesia memiliki misi menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat bagi mahasiswa melalui proses belajar mengajar
yang berlingkungan akademik sehingga menghasilkan lulusan yang sesuai dengan
Universitas yang dapat mengikuti dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta taat kepada Tuhan.
Tujuan umum Universitas Methodist Indonesia adalah ikut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan yang diamanatkan oleh UUD
1945. GBHN dan perundang-undangan yang berlaku dan menghasilajn manusia
yang mampu menjawab tantangan dan kebutuhan sesuai dnegan bidang keahlian
yang digeluti. Tujuan institusional Universitas Methodist Indonesia bertujuan
untuk menghasilakn sumber daya manusia yang unggul, jujur bertintegrasi dan
bermoral kristiani serta mampu menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat,
bangsa dan Negara. Tujuan pengembangan Universitas Methodist Indonesia
adalah meningkatkan kulaitas dan kuantitas sumber daya manusia secara ilmiah
yang bermartabat dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai dengan
misinya. Sedangkan sasaran dari Universitas Methodist Indonesia adalah
mengembangkan dan meningkatkan kualitas akademik, organisasi, sumber daya
manusia, sarana dan prasarna, administrasi serta pengabdian masyarakat menuju
bangsa dan Negara yang maju dan berkembang.
Universitas Metodist Indonesia (UMI) pada jurusan Manajemen
merupakan salah satu prasyarat kelulusan mahasiswa adalah dengan menguasai
mata kuliah pengantar bisnis. Pada kurikulum jurusan manajemen mata kuliah
kuliah Pengantar Bisnis merupakan salah satu mata kuliah prasyarat yang
memberikan kerangka dasar bagi mahasiswa untuk mempelajari mata kuliah-mata
kuliah lanjutan dan inti (mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia,
Manajemen Operasi, Manajemen Pemasaran, dan Manajemen Keuangan) di
Program Studi Ma najemen. Mata kuliah Pengantar Bisnis bertujuan memberikan
pemahaman kepada mahasiswa tentang bagaimana suatu organisasi bisnis
berupaya mencapai tujuan organisasinya dengan melakukan analisis terhadap
lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang tidak
terbatas dengan sumber-sumber yang terbatas. Sebagai sebuah sistem, kegiatan
bisnis merupakan sebuah sistem operasional yang sangat terkait dengan
lingkungan di sekitarnya. Namun pada kenyataannya masih banyak mahasiswa
yang belum mampu memahami teori pengantar bisnis ini dengan baik.
Permasalahan ini dapat diminimalkan apabila dosen dalam mengajar
menggunakan model pembelajaran yang tepat dan dapat membantu mahasiswa
dalam meningkatkan mutu dan keterampilannya. Menurut Purwanto (2007) dalam
belajar disekolah atau per dosenan tinggi, faktor dosen dan cara mengajarnya
merupakan faktor yang sangat penting. Selanjutnya sanjaya (2006) berpendapat
bahwa dosen adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran. Artinya faktor seorang dosen berpengaruh dalam hal
peningkatan hal belajar mahasiswa. Peranan dosen diharapkan mampu
mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri mahasiswa.
Pembelajaran pengantar bisnis selama ini masih sangat jauh dari yang
lama dengan didominasi metode ceramah yaitu dengan menyampaikan materi
perkuliahan secara langsung (direct learning) secara bertutur baik lisan (ceramah)
ataupun diskusi tanpa menguraikan lebih mendalam materi yang dipelajari. Dosen
mengajar cenderung text– book oriented dan belum menekankan pada kemampuan
berpikir mahasiswa secara mandiri. Sehingga sebagai akibatnya muncul
kebosanan dan kejenuhan dari mahasiswa untuk belajar lebih baik. Hal tersebut
terjadi karena selama ini materi yang dipelajarinya tidak menyentuh kebutuhan
mereka atau dengan kata lain materi yang dipelajari tidak relevan dengan
pengalaman mereka sehari-hari sehingga dianggap kurang menantang, sehingga
berpengaruh pada hasil belajarnya kurang baik. Sehingga dosen dituntut
mengadakan variasi dalam pembelajaran dengan berbagai pendekatan salah
satunya adalah penerapan model pembelajaran. Berdasarkan hasil survey awal
nilai yang didapatkan dari DPNA mahasiswa jurusan manajemen Universitas
Methodist Indonesia (UMI) Medan untuk mata kuliah Pengantar Bisnis tertera
[image:11.612.132.512.546.603.2]pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1.1. Hasil Nilai Mata Kuliah Pengantar Bisnis Universitas Methodist Indonesia (UMI) Medan
Tahun Akademik Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata
2009/2010 5,35 8,10 6,76
2010/2011 5,60 8,00 6,09
2011/2012 5,67 8,45 6,95
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan hasil belajar mata
kuliah pengantar bisnis tidak naik secara signifikan dari tahun ketahun. Kondisi
mahasiswa kurang mampu mene rapkan dan mengaplikasikan ilmu yang diterima
baik pada saat menerima teori maupun pelaksanaan praktek .
Mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu model pembelajaran
yang baru dan hendaknya dipilih sesuai dengan metode, media dan sumber
belajar lainnya yang dianggap relevan dalam menyampaikan materi dalam
membimbing mahasiswa secara optimal, sehingga mahasiswa dapat memperoleh
pengalaman belajar dalam menumbuh kembangkan kemampuannya. Salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Two S tay Two Stray (TSTS). Model pembelajaran ini menuntut mahasiswa
bekerja sendiri dan berkelompok menemukan jawaban atas apa masalah yang di
hadapinya.
Menurut Jerome Bruner (1966) mengemukakan pengetahuan yang diperoleh
dengan belajar penemuan menunjukkan kebaikan yaitu (1) pengetahuan itu
bertahan lama atau lama diingat, (2) hasil belajar penemuan mempunyai efek
transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya, (3) secara menyeluruh
meningkatkan penalaran mahasiswa dan kemampuan berpikir secara bebas.
Menurut Anita Lie (2008:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut
juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam menyelesaika n tugas-tugas yang terstruktur.
Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Hal ini mengingatkan bahwa kegiatan belajar mengajar
Jika siswa aktif dalam kegiatan tersebut kemungkinan besar akan dapat
mengambil pengalaman-pengalaman belajar tersebut. Kegiatan belajar dipandang
sebagai kegiatan komunikasi antara siswa dan dosen. Kegiatan komunikasi ini
tidak akan tercapai apabila siswa tidak dapat aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan adanya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar
kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai akan memuaskan. (Lie, 2008:
28).
Selain faktor model pembelajaran yang digunakan pendidik di kelas,
karakteristik peserta didik sebagai faktor dari dalam diri peserta didik juga
berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Panjaitan (2006) menyatakan
salah satu implikasi yang penting dalam mengkaji keberhasilan mahasiswa dalam
belajar adalah perlunya diketahui faktor -faktor apa yang dapat memberikan
kontribusi terhadap hasil belajar, yaitu salah satu kondisi belajar untuk
mempengaruhi keefektifan pengajaran adalah karateristik pebelajar. Salah satu
karakteristik peserta didik yang patut menjadi pertimbangan adalah gaya belajar.
Gaya belajar menurut Dunn da gn Dunn seperti dikutip Prashnig (2007:31)
adalah cara manusia mulai berkonsentrasi, menyerap, memproses, dan
menampung informasi yang baru dan sulit. Hasil belajar optimal akan diperoleh
apabila beragam perbedaan seperti kebiasaan, minat, dan gaya belajar pada
peserta didik diakomodasi oleh dosen melalui pilihan metode mengajar dan materi
Honey dan Mum ford adalah ahli yang juga mengemukakan teori tentang
gaya belajar. Mereka membagi gaya belajar dalam empat kategori yaitu gaya
belajar aktivis, reflektif, teoris dan pragmatis.
Dari beberapa fenomena diatas, maka dalam penelitian ini berupaya untuk
meningkatkan hasil belajar pengantar bisnis mahasiswa perlu diterapkan suatu
penggunaan model pembelajaran yang mampu menyampaikan materi kepada
mahasiswa lebih mendalam dengan mempertimbangkan karakteristik peserta
didik yaitu gaya belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat
diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah model
pembelajaran yang diterapkan selama ini mampu memotivasi mahasiswa? (2)
Apakah model pembelajaran yang ditera pkan selama ini sudah sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran yang disampaikan? (3) Apakah model pembelajaran
yang digunakan selama ini sudah mempertimbangkan karakteristik mahasiswa?
(4) Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT sudah memaksimalkan
pencapaian hasil belajar mahasiswa? (5) Apakah model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS dapat menarik minat mahasiswa? (6) Apakah model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS dapat membuat suasana belajar menjadi lebih
menyenangkan? (7) Apakah model pembelajaran kooperatif TSTS dapat
meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa di kelas? (8) Apakah dengan
hasil belajar mahasiswa? (9) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar mahasiswa
yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT? (10) Apakah hasil belajar mahasiswa yang
diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil belajar mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT? (11) Apakah gaya belajar berpengaruh terhadap hasil belajar
mahasiswa? (12) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang mempunyai
gaya belajar teoris dan pragmatis? (13) Apakah terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan gaya belajar dalam mempengaruhi hasil belajar mahasiswa?
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi agar lebih
terarah pada tujuan yang diharapkan. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini dibatasi pada model pembelajaran yang terdiri atas model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Karakteristik
maha siswa dibatasi pada gaya belajar yang dikembangkan oleh Honey dan
Mumford, yang dibatasi pada gaya belajar teoris dan pragmatis.
Hasil belajar yang akan dinilai adalah hasil belajar pengantar bisnis
maha siswa jurusan manajemen semester II Universitas Methodis Indonesia.
Aspek yang dinilai hanya dibatasi pada aspek kognitif berdasarkan taksonomi
Bloom yang telah direvisi dan dibatasi hanya sampai tingkat C1 (pengetahuan),
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar pengantar bisnis mahasiswa yang
dibelaja rkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar mahasiswa yang memiliki gaya
belajar teoris dan pragmatis?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar
terhadap hasil belajar pengantar bisnis mahasiswa?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT serta gaya belajar Honey & Kolb terhadap hasil
belajar maha siswa pada mata kuliah pengantar bisnis. Sedangkan secara khusus
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pengantar bisnis mahasiswa
yang dibelajarkan de ngan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar mahasiswa yang memiliki gaya
3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar
terhadap hasil belajar pengantar bisnis mahasiswa
F. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis penelitian ini bermanfaat
memperkaya dan menambah khazanah ilmu pengetahuan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan gaya belajar Honey & Mumford. Selain
itu, manfaat secara teoretis adalah sebagai sumbangan pemikiran dan bahan acuan
bagi dosen, pengelola, pengembang, lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya
yang ingin mengkaji secara lebih mendalam tentang hasil penerapan model
pembelajaran dan gaya belajar serta pengaruhnya terhadap hasil belajar pengantar
bisnis mahasiswa.
Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai
bahan pertimbangan dan alternatif bagi dosen dalam memilih dan merancang
model pembelajaran yang menyenangkan bagi mahasiswa dan memaksimalkan
pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu, juga memberikan gambaran bagi
dosen tentang efektifitas dan efesiensi aplikasi model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS berdasarkan gaya belajar pada pembelajaran pengantar bisnis untuk
Universitas Methodist Indonesia (Studi Empiris di Universitas Methodist
Indonesia). Tesis, Medan: Program Studi Teknologi Pendidikan, Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, 2013.
Penelitian ini bertujuan :(1) Untuk mengetahui hasil belajar pengantar bisnis
mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TST lebih tinggi
dari mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. (2)
Untuk mengetahui hasil belajar pengantar bisnis mahasiswa yang memiliki gaya
belajar teoritis dan mahasiswa yang memiliki gaya belajar pragmatis. (3) Untuk
mengetahui interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan gaya belajar
terhadap hasil belajar pengantar bisnis.
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Methodist Indonesia
pada semester
ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Populasi berjumlah 180 orang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan
cluster random sampling
berjumlah 80 orang yang terdiri
dari 40 orang kelas A diajarkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan 40
orang kelas B diajarkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Gaya belajar
dilakukan untuk mengelompokkan mahasiswa yang mempunyai gaya belajar teoritis
dan gaya belajar pragmatis. Metode penelitian yang digunakan adalah
kuasi
eksperimen
dengan desain faktorial 2 x 2. Uji statistik yang digunakan adalah statistik
deskriptif untuk menyajikan data dan dilanjutkan dengan statistik inferensial dengan
menggunakan ANAVA dua jalur dengan taraf signifikan a = 0,05 yang dilanjutkan
dengan uji Sche ffe. Sebelumnya dilakukan uji analisis berupa uji normalitas dan uji
homogenitas.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) hasil belajar pengantar bisnis mahasiswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih tinggi dari pada
hasil belajar pengantar bisnis mahasiswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT, dengan Fhitung = 4,158 > Ftabel = 3,99 pada taraf signifikan a =
0,05; (2) hasil belajar pengantar bisnis mahasiswa yang memiliki gaya belajar teoritis
lebih tinggi dari pada hasil belajar pengantar bisnis mahasiswa yang memiliki gaya
belajar pragmatis, dengan F
hitung = 16,817 > Ftabel= 3,99 pada taraf signifikan a =
0,05; (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan gaya belajar
dalam mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, dengan Fhitung = 31,506 > F
tabel = 3,99pada taraf signifikan a = 0,05. Hipotesis ini menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS lebih tepat dari pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dalam meningkatkan hasil belajar pengantar bisnis mahasiswa, dan mahasiswa yang
memiliki gaya belajar teoritis akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada
mahasiswa yang memiliki gaya belajar pragmatis.
Methodist University of Indonesia (Empirical Study). Thesis, Medan:
Educational Technology Program, Post-Graduated Program, State University of
Medan, 2013
.
This Study is aimed at finding out: (1) To determine the learning outcomes
introductory business students taught by cooperative learning model type TST higher
than students taught by cooperative learning model type NHT. (2) To determine the
learning outcomes of students who have a business introduction to learning styles of
students who have a theoretical and pragmatic learning style. (3) To determine the
interaction between cooperative learning model learning style on learning outcomes
introduction to business.
This research was conducted at the Methodist University of Indonesia in
semester academic year 2012/2013. The number of population was 180 people.
Sampling is done by cluster random sampling amounted to 80 people consisting of 40
people a class taught cooperative learning model TSTS type B and 40 class taught
cooperative learning model NHT type. Learning styles performed to classify students
who have learning styles theoretical and pragmatic learning styles. The research
method used was quasi-experimental with a 2 x 2 factorial design. Statistical test used
was descriptive statistics to present the data, followed by inferential statistics using
ANOVA two lines with significance level a = 0.05, followed by Scheffe test.
Previous analysis of such trials to test the normality and homogeneity tests.
The results of student’s showed: (1) the learning outcomes of business
introductory for the students who had been taught with cooperative learning model
type TSTS higher than learning outcomes of students taught with cooperative
learning model NHT type, with F
count = 4.158> F table = 3.99 at level significant a =0.05, (2) the student learning outcomes of business introductory that have a higher
theoretical learning style of the student learning outcomes introductory business with
pragmatic learning style, with F
coung= 16.817> F
table= 3.99 at significant level a =
0.05, (3) there is interaction between the cooperative learning model of learning
styles in influencing student learning outcomes, with Fcount = 31.506> F
table = 3.99 atsignificant level a = 0.05. This hypothesis suggests that cooperative learning model
TSTS type is more precise than type NHT cooperative learning model to improve
learning outcomes introductory business students, and students who have a learning
style theory will get better results than the students who have learning styles
pragmatic.
iii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... x i BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan Masalah ... 10
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian... 11
F. Manfaat Penelitian... 12
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR PENGAJUAN HIPOTSESIS ... 13
A. Kajian Teoritis ... 13
1. Hakikat Hasil Belajar Pengantar Bisnis ... 13
2. Hakikat Model Pembelajaran ... 18
a. Model Pembelajaran Kooperataf Tipe TSTS ... 20
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 30
3. Hakikat Gaya Belajar Mahasiswa ... 39
B. Penelitian Yang Relevan ... 44
C. Kerangka Berpikir ... 45
1. Perbedaan Hasil belajar Pengantar Bisnis Mahasiswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Tipe TSTS dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 45 2. Perbedaan Hasil Belajar Pengantar Bisnis Mahasiswa yang Memiliki Gaya Belajar Teoritis dengan Mahasiswa yang memiliki Gaya Belajar Pragmatis ... 47
iv
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian... 55
D. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel ... 56
E. Prosedur dan Pelaksanaan Peneliatian ... 58
F. Pengontrolan Penelitian ... 61
G. Teknik Pengumpulan Data ... 63
H. Teknik Analisa Data ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 73
A. Deskripsi Data Penelitian ... 73
1. Hasil Belajar Pengantar Bisnis Untuk Perlakuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS... 73
2. Hasil Belajar Pengantar Bisnis Untuk Perlakuan Model Pembelajaran Tipe NHT ... 74
3. Hasil Belajar Pengantar Bisnis Siwa Yang Memiliki Gaya Belajar Teorits... 76
4. Hasil Belajar Pengantar Bisnis Mahasiswa Yang Memilii Gaya Belajar Teoritis ... 77
5. Hasil Belajar Pengantar Bisnis Untuk Perlakuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Yang Memiliki Gaya Belajar Pragmatis ... 79
6. Hasil Belajar Pengantar Bisnis Untuk Perlakuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Yang Memiliki Gaya Belajar Teoritis ... 80
7. Hasil Belajar Pengantar Bisnis Untuk Perlakuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Yang Memiliki Gaya Belajar Pragmatis ... 82
8. Hasil Belajar Pengantar Bisnis Untuk Perlakuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Yang Memiliki Gaya Belajar Teoritis ... 83
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 85
1. Uji Normalitas Data ... 85
2. Uji Homogenitas Varian Populasi... C. Pengujian Hipotesis... 92
v
TSTS Dan Tipe Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Pengantar Bisnis ...
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 98
E. Keterbatasan Penelitian... 115
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 118
A. Simpulan... 118
B. Implikasi ... 119
C. Saran ... 122
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. (2008). Learning To Teach. Jakarta. Pustaka Belajar
Asri, Budiningsih. (2005). Belajar dan Pembelajara. Jakarta. Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2007). Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Bruner, J. (1996). The Cultural Of Education. London : Harvard Univercity press.
Campbell, D.T. Stanley, J.C. (1996). Experimental and Quasy Experimental Design For Research. USA: Rand Mc Nally & Company Chicago
DePorter, B., Reardon, M., dan Sarah, S. (2004). Quantum Teaching, Bandung: Kaifa.
DePorter, B. (2004). Quantum Learning, Bandung: Kaifa.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Gagne and Briggs (1977). Principles of Instruction Design. New York. Holt Rinehart and wiston.
Lie , Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo
Hall, C. S.&G. Lindzey. (1985). Introduction to Theories Personality. New York: Jhon Willey&Son.
Joyce Bruce and Weil Marsha, (1986). Models Of Teaching. New Delhi. Prentice Hall.
Nasution, S. (2006). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Panjaitan, B. (2006). Karateristik Pebelajar Dan Konstirbusinya Terhadap Hasil
Belajar. Medan : Penerbit Poda.
Ratumanan, T. G. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa.
Reigeluth, C.M. (1983). Instructional Design Theory And Models. An Overview of Their Current Status. London: Prentice Hall
Romizwoski, A.J. (1981). Instructional Design System, Decision Making in Course Planning and Curriculum Design. London: Kogan
Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanja ya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta. Kencana
Sudjana. (2002). Metode Statistika, Bandung: Tarsito.
Slavin, Robert E. (1995). Cooperative Learning: Teory, Research and Praktice (2 ed). Boston: Allyn and Bacon Piblicher
Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta. Gramedia.
(http://diksonsilitonga.wordpress.com/2010/08/20/hakekat-perdosenan-tinggi)
http : //www.eazhull.org numbered head. htm. diakses tanggal 25 Agustus 2009.
ht t p :/ / exchanges.st at e.pdf.diakses t anggal 25 Agustus 2009
http:/ model-pembelajaran-kooperatif.pdf diakses tanggal 26 Februari 2012) Arif (2009) dalam penelitian tindakan kelasnya tentang penerapan pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS) untuk meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Singosari
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan tipe NHT berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar Pengantar Bisnismaha mahasiswa dimana
hasil belajar Pengantar Bisnis maha mahasiswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih tinggi dibandingkan maha
mahasiswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT.
2. Gaya belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar Pengantar
Bisnismaha mahasiswa dimana hasil belajar mahasiswayang memiliki gaya
belajar Teoris lebih tinggi dibandingkan maha mahasiswa yang memiliki gaya
belajar Pragmatis.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan gaya belajar
dalam mempengaruhi hasil belajar Pengantar Bisnis. Maha mahasiswa dengan
gaya belajar Teoris akan memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi jika
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Sebaliknya
mahasiswa yang memiliki gaya belajar Pragmatis akan memperoleh hasil
belajar yang lebih tinggi jika dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini yang menyatakan
bahwa mahasiswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS memperoleh hasil belajar Pengantar Bisnis lebih tinggi dibandingkan
mahasiswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Dengan demikian para dosen di Universitas Methodist Indonesia selayaknya
mempunyai pengetahuan dan pemahaman serta wawasan yang luas dalam
memilih dan menyusun model pembelajaran, khususnya model pembelajaran yang
akan diterapkan pada mata pelajaran Pengantar Bisnis. Dengan memiliki
pengetahuan da n wawasan, dosen mampu merancang suatu desain pembelajaran
mata kuliah Pengantar Bisnis yang akan memaksimalkan pencapaian hasil belajar
maha siswa.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif sangat tepat untuk
pembelajaran mata kuliah Pengantar Bisnis. Mode l pembelajaran kooperatif
melatih mahasiswa untuk memecahkan permasalahan dengan cara berdiskusi dan
bekerjasama. Dengan cara melibatkan maha maha siswa lebih aktif di dalam kelas,
maha mahasiswa diberi kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan
pengetahuan yang dimilikinya secara mandiri, sehingga pembelajaran menjadi
lebih bermakna.
Oleh karena perlu adanya diadakan seminar-seminar dan pelatihan untuk
meningkatkan wawasan dan keterampilan para dosen dalam menggunakan model
kooperatif khususnya tipe TSTS dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil
Selain faktor dari luar diri maha maha siswa seperti model pembelajaran
faktor dari dalam diri maha siswa seperti kecerdasan, gaya belajar dan bakat, juga
mempengaruhi hasil belajar yang akan diperolehnya. Salah satu karakteristik
maha siswa yang paling membantu seorang dosen dalam memahami mahasiswa
adalah gaya belajar. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan
maha siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, cara
berfikir dan memecahkan soal yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, emosi,
lingkungan sosial, kondisi fisik dan psikis mahasiswa.
Hasil belajar optimal akan diperoleh apabila beragam perbedaan seperti
kebiasaan, minat, dan gaya belajar pada peserta didik diakomodasi oleh dosen
melalui pilihan model mengajar dan materi ajar yang sesuai dengan gaya belajar
peserta didik. Pengajaran bidang studi apapun, hanya bisa ditingkatkan
kualitasnya, apabila dosen memahami karakteristik peserta didik dengan baik
termasuk gaya belajar mereka.
Berdasarkan simpulan ke dua yang memperlihatkan bahwa ada perbedaan
hasil belajar di antara mahasiswayang memiliki gaya belajar teoris dan pragmatis.
maha siswa dengan tipe teoris memperoleh hasil belajar yang lebih unggul
dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki tipe gaya pragmatis.
Perbedaan hasil belajar yang diperoleh berdasarkan perbedaan tipe gaya
belajar ini dapat dijadikan pertimbangan oleh dosen dalam merancang model
pembelajaran dan membangun suasana kelas yang menyenangkan untuk kedua
tipe gaya belajar. Dalam hal ini tipe teoris cenderung menyukai
sedikit memberi variasi pada model pembelajaran untuk dapat tetap
mempertahankan gaya belajar dan minat mereka untuk belajar. Sedangkan bagi
mahasiswadengan tipe pragmatis, adalah tipe mahasiswayang tidak terlalu senang
dengan pelajaran teoris seperti pengantar bisnis sehingga perlu kreativitas lebih
dari seorang dosen untuk dapat merancang model yang mampu menarik minat
mereka untuk belajar dan disesuaikan dengan kecenderungan belajar ternyaman
mereka.
Dalam pembelajaran mata kuliah Pengantar Bisnis , akan diperoleh hasil
belajar yang baik apabila dalam menyampaikan materi pelajaran, dosen dapat
menerapkan model pembelajaran yang sesua i dengan karakteristik dan minat
maha siswa. Oleh karenanya dosen yang profesional adalah dosen yang terus
meramu dan merancang model pembelajaran yang menarik dan efektif untuk
mencapai tujuan belajar. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa penerapan
pembelajaran (baik model tipe TSTS dan NHT) pada kelompok subyek yang
berbeda karakteristiknya, akan memberikan hasil belajar yang berbe da pula.
Berdasarkan temuan penelitian ini maka selain perlu diadakan seminar dan
pelatihan untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan dosen tentang model
pembelajaran kooperatif juga perlu diadakan seminar dan pelatihan untuk
meningkatkan wawasan dosen tentang gaya belajar, bagaimana cara menentukan
gaya belajar mahasiswa dan bagaimana mengintegrasikan gaya belajar dalam
proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan simpulan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan
tipe gaya belajar teoris memperoleh nilai yang lebih tinggi jika dibelajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Sedangkan untuk tipe gaya
belajar pragmatis akan memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi jika
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Dengan mempertimbangkan gaya belajar mahasiswa dalam merancang
model pembelajaran, dosen dapat memaksimalkan kelebihan mahasiswa dan
meminimalkan hal-hal yang menghambat proses belajar mahasiswa. Dengan
melihat tipe masing-masing gaya belajar dosen dapat merancang model
pembelajaran yang sesuai.
A. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, simpulan, dan keterbatasan penelitian, maka
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Disarankan bagi dosen khususnya dosen mata kuliah Pengantar Bisnis untuk
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS untuk meningkatkan
hasil belajar maha siswa.
2. Disarankan bagi dosen untuk mengetahui dan mengakomodasikan gaya
belajar ke dalam pembelajaran, sehingga dosen dapat merancang
pembelajaran yang mampu memaksimalkan potensi dan meningkatkan hasil
belajar mahasiswa.
3. Diadakan pelatihan-pelatihan kepada dosen untuk memperkenalkan dan
memberikan keterampilan dalam menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar
4. Karakteristik mahasiswayang dijadikan variabel moderator dalam penelitian
ini adalah gaya belajar oleh karena itu, disarankan untuk penelitian lanjut,
melibatkan karakteris tik Mahasiswayang lain guna melengkapi kajian
penelitian ini, seperti minat, bakat, tingkat kreativitas, dan lain sebagainya.
5. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS untuk mengetahui hasil yang lebih akurat.
iii
karuniaNya peneliti dapat mengerjakan dan menyelesaikan tesis ini dengan baik
yang disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan persyaratan
program Magister pada Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri
Medan.
Banyak pihak yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan maupun
motivasi sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, dengan segala
kerendahan hati dan rasa yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih dan
apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Abdul Hamid K. M.Pd.,
Pembimbing Tesis I dan Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd.,Pembimbing Tesis II
yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi mulai dari
penyusunan proposal hingga penulisan tesis ini.
Selain itu, ucapan terima kasih dan penghargaan juga penulis sampaikan
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M. Pd., Bapak Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M.
Pd., dan Bapak Dr. Dede Ruslan, M. Pd., selaku dosen penguji yang banyak
memberikan masukan atau sumbangan pemikiran sehingga menambah
wawasan pengetahuan penulis khususnya dalam hal metodologi penelitian ini.
2. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Prodi Teknologi Pendidikan, yang telah
banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis dalam
iv
4. Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M. Pd., Ketua Prodi Teknologi Pendidikan dan
Bapak Dr R. Mursid, M. Pd., Sekretaris Prodi Teknologi Pendidikan, dan staf
Prodi Teknologi Pendidikan yang banyak membantu khususnya dalam hal
administrasi perkuliahan selama mengikuti perkuliahan.
5. Rektor dan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia Medan
yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di
Universitas yang beliau pimpin, termasuk dalam pemanfaatan saran prasarana
kampus dan teman dosen yang telah banyak membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
6. Keluargaku tercinta, istriku Patricia Cecilia Siburian, SS, anakku Martha A.
Theodora Aritonang dan Marvin Alexander Theodore Aritonang yang selalu
ada serta memberikan semangat dan doa kepada penulis.
7. Orang Tuaku tercinta Bapak M. Aritonang dan Mama P. Manalu, dan
mertuaku R. Sihombing serta seluruh keluarga yang memberikan semangat,
dukungan dan doa kalian yang selalu diberikan kepada penulis.
8. Rekan-Rekan mahasiswa PPs Prodi Teknologi Pendidikan Angkatan XIII
v
Penulis tidak dapat membalas semua yang diberikan, kiranya kasih serta
Tuhan memelihara serta memberikan anugrah yang besar bagi kita semua. Akhir
kata, penulis berharap semoga tesis ini berguna bagi kita semua.
Medan, Februari 2013 Penulis,
Mendarissan Aritonang NIM. 081188210011
[image:33.612.85.539.103.697.2]DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
1. Perbedaan Pendekatan Komunikatif dan Pendekatan Struktural ... 42
2. Perbedaan Aplikasi Pendekatan Komunikatif dan Pendekatan Struktural
vi
5. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Bahasa Jerman ...72
6. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang memiliki Kemampuan Verbal Tinggi ... 78
7. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang memiliki Kemampuan Verbal Rendah ... 80
8. Distribusi Frekuensi Kemampuan Verbal Siswa untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Komunikatif ... 82
9. Distribusi Frekuensi Kemampuan Verbal Siswa untuk Perlakuan Pendekatan PembelajaranStruktural ... 83
10. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki Kemampuan Verbal Tinggi untuk Perlakuan Komunikatif ...85
11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki Kemampuan Verbal Rendah untuk Perlakuan Komunikatif ...87
12. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki Kemampuan Verbal Tinggi untuk Perlakuan Struktural ...89
13. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki Kemampuan Verbal Tinggi untuk Perlakuan Struktural ... 91
14. Hasil Pengujian Normalitas Data (Uji Liliefors) ... 93
15. Hasil Perhitungan Homogenitas (Uji Barlett). ...94
16. Data Induk Penelitian ...96
17. Rangkuman Hasil Analisis Varians untuk Pengujian Hipotesis Pertama ...97
18. Rangkuman Hasil Analisis Varians untuk Pengujian Hipotesis Kedua ...99
19. Rangkuman Hasil Analisis Varians untuk Pengujian Hipotesis Ketiga ...100
20. Rangkuman Hasil Perhitungan (UjiScheffe) ...103
21. Ringkasan hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Tes Hasil Belajar Bahasa Jerman ... 212
vii
26. Perhitungan Uji Validitas Hasil Belajar Bahasa Jerman ...224
27. Perhitungan Uji Reliabilitas Hasil Belajar Bahasa Jerman ...226
28. Analsis Butir Soal Tas Hasil Belajar Bahasa Jerman Untuk Menentukan
Tingkat Kesukaran dan Daya Beda . ...228
29. Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar Bahasa Jerman Untuk Menentukan
Tingkat Kesukaran dan Daya Beda ...228
30. Daya Beda ...228
31. Tingkat Kesukaran ...228
32. Perhitungan Uji Reliabilitas Hasil Belajar Bahasa Jerman (Pendekatan
Komunikatif dan Pendekatan Struktural)...230
33. Hasil Pengukuran Kemampuan Verbal Kelompok Eksperimen
Pendekatan Komunikatif...234
34. Hasil Pengukuran Kemampuan Verbal Kelompok Eksperimen
Pendekatan Struktural ...228
35. Data Induk Penelitian ... 236
36. Distribusi Frekuensi Data Penelitian ...237
37. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Verbal Siswa untuk Perlakuan
Pendekatan Pembelajaran Komunikatif ...236
38. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki
Kemampuan Verbal Tinggi...239
39. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang memiliki
Kemampuan Verbal Rendah ...240
40. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Verbal Siswa untuk Perlakuan
Pendekatan Pembelajaran Komunikatif ...241
41. Distribusi Frekuensi Kemampuan Verbal Siswa untuk Perlakuan
viii
43. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki
Kemampuan Verbal Rendah untuk Perlakuan Pendekatan Komunikatif ...215
44. Distribusi Frekuensi Hasil belaajr Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki Kemampuan Verbal Tinggi untuk Perlakuan Pendekatan Komunikatif ...244
45. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki Kemampuan Verbal Rendah untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Struktural...218
46. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki Kemampuan Verbal Tunggi (Y1) dengan Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Komunikatif (X1) ...249
47. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Bahasa Jerman untuk Siswa yang Memiliki Kemampuan Verbal Rendah (Y2) dengan Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Komunikatif (X1)...249
48. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Bahasa Jerman untuk siswa yang Memiliki Kemampuan Verbal Tinggi (Y1) dengan Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Komunikatif (X2)...250
49. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Bahasa Jerman untuk Siswa yang Memiliki Kemampuan Verbal Tinggi (Y2) dengan Perlakuan Pendekatan Pembelajaran Struktural (X2) ...250
50. Ringkasan Statistik Dasar Untuk Data Induk Penelitian ...251
51. Ringkasan Statistik Dasar untuk Uji Homogenetis ...251
52. Tabulasi Jumlah Data Pada Desain ANAVA 2x2 untuk n Tidak Sama ...250
53. Rangkuman Hasil Anava 2 x 2 ...256
ix
1. Tahapan-Ta hapan Pendekatan Komunikatif ... 35
2. Tahapan-Tahapan Pendekatan Struktural ... 41
3. Histogram Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki
Kemampuan Verbal Tinggi ... 49
4. Histogram Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki
Kemampuan Verbal Rendah ... 81
5. Histogram Kemampuan Verbal Siswa untuk Perlakuan Pendekatan
Pembelajaran Komuniktif ... 83
6. Histogram Kemampuan Verbal Siswa untuk Perlakukan Pembelajaran
Struktural ... 84
7. Histogram Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki
Kemampuan Verbal Tinggi untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran
Komuniktif ... 86
8. Histogram Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki
Kemampuan Verbal Rendah untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran
Komuniktif ... 88
9. Histogram Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki
Kemampuan Verbal T inggi untuk Perlakuan Pendekatan
PembelajaranStruktural ... 90
10. Histogram Hasil Belajar Bahasa Jerman Siswa yang Memiliki
Kemampuan Verbal Rendah untuk Perlakuan Pendekatan Pembelajaran
Struktural... 92
11. Pola Garis Interaksiantara Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan
[image:37.612.85.535.83.658.2]x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Hal
1. Skenario Pembelajaran I Pendekatan Pembelajaran Komunikatif
(Kelompok Eksperimen 1) ... 132
2. Rencana Pengajaran I Pendekatan Pembelajaran Komunikatif (Kelompok Eksperimen 1) ... 170
3. Instrumen Tes Hasil Belajar Bahasa Jerman... 202
4. Analisis Butir Ujicoba Instrumen Tes... 211
5. Analisis 50 Butir Soal (40 Siswa) ... 222
6. Perhitungan Uji Validitas Hasil Belajar Bahasa Jerman ...224
7. Perhitungan Uji Reliabilitas Hasil Belajar Bahasa Jerman ...226
8. Analsis Butir Soal Tas Hasil Belajar Bahasa Jerman Untuk Menentukan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda . ...228
9. Perhitungan Uji Reliabilitas Hasil Belajar Bahasa Jerman (Pendekatan Komunikatif dan Pendekatan Struktural)...230
10. Hasil Pengukuran Kemampuan Verbal...234
11. Hasil Pengukuran Kemampuan Verbal... 235
12. Data Induk Penelitian...236
13. Distribusi Frekuensi Data Penelitian ...237
14. Perhitungan Statistika Dasar ...239
15. Pengujian Normalitas Data dengan Teknik Liliefors ...248
16. Uji Homogenitas Varians Sampel...251