• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERADAAN ALAT MUSIK GONRANG SIDUA-DUA PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN DI KECAMATAN SILIMAKUTA, KABUPATEN SIMALUNGUN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBERADAAN ALAT MUSIK GONRANG SIDUA-DUA PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN DI KECAMATAN SILIMAKUTA, KABUPATEN SIMALUNGUN."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERADAAN ALAT MUSIK GONRANG SIDUA-DUA

PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN

DI KECAMATAN SILIMAKUTA

KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ERI YOHANES SARAGIH

NIM. 081222510048

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

KEBERADAAN ALAT MUSIK GONRANG SIDUA-DUA

PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN

DI KECAMATAN SILIMAKUTA

KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ERI YOHANES SARAGIH

NIM. 081222510048

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

ERI YOHANES SARAGIH, NIM 081222510048. Keberadaan Alat musik Gonrang Sidua-dua Pada Masyarakat Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Jurusan Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan alat musik Gonrang Sidua-dua. Sejarah dan keberadaan alat musik Gonrang Sidua-dua, mengetahui organologi alat musik Gonrang Sidua-dua, mengetahui cara memainkan Gonrang Sidua-dua, mengetahui bentuk paenyajian ansambel Gonrang Sidua-dua dan alat musik Gonrang Sidua-dua. Mengetahui tanggapan masyarakat batak Simalungun terhadap alat musik Gonrang Sidua-dua, khususnya masyarakat kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun. Sampel pada penelitian ini adalah Tokoh adat kecamatan Silimakuta satu orang, pemusik pada zaman saat Gonrang Sidua-dua digunakan lima orang, masyarakat yang mengerti tentang alat musik Gonrang Sidua-dua kecamatan Silimakuta empat orang

Untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan di kota Saribudolok, kecamatan Silimakuta, kabupaten Simalungun.

Sajian yang dipertunjukkan dalam ansambel Gonrang Sidua-dua adalah berupa

gual Parahot (Musik persembahan). Alat musik dalam ansambel Gonrang

(9)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Keberadaan Alat Musik Gonrang Sidua-dua Pada Masyarakat Simalungun Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sendratasik

4. Bapak Panji Suroso, S.Pd, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni Musik dan Dosen pembimbing skripsi II yang telah membimbing Saya serta memberikan arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

5. Ibu Dra. Theodora Sinaga, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari awal perkuliahan, penyusunan skripsi hingga penulis memperoleh gelar sarjana.

6. Bapak/Ibu Dosen Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmunya selama proses pembelajaran berlangsung dan selama perkuliahan.

7. Kepada Bapak Jamari Purba, dan Kerman Purba selaku Narasumber, saya mengucapkan terima kasih banyak telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini.

(10)

iii

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008, Maryono Bakara, Sintong R.B Pasaribu, Daniel Yosmar Manalu, Adi Siregar, Parasian Sitanggang, Poniton Silalahi, Lilian Sinaga, Rosanni Gultom, Daniel Simanjuntak, Doli Sinaga, dan yang tak terucapkan di kata pengantar ini saya mengucapkan terima kasih atas atas doa, dan dukungan semangatnya.

10.Terima Kasih juga kepada abang Aldi Sinaga yang telah membantu saya, terima kasih juga buat abang Afdon Simanjuntak atas bantuan transportasinya, untuk Ruth Sabrina Simanjuntak terima kasih banyak telah mendukung dan membantu selama penyelesaikan skripsi ini, dan terima kasih juga atas perhatiannya untuk memperingatkan saya dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Terima kasih juga buat kak Clara, Very, kak Santri, Albina Jurusan bahasa Indonesia telah membantu saya serta mensuport penulis menyelesaikan karya ilmiah.

Semoga tuhan memberikan berkat yang melimpah kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, baik moral maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penelitian lain maupun pembaca dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan, khususnya dibidang seni musik di sekolah dimasa yang akan datang.

Medan, September 2013 Penulis,

(11)

iv

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL... 12

A. Landasan Teoritis... 12

1. Pengertian Keberadaan... 12

2. Hakekat Alat musik... 13

3. Gonrang Sidua-dua... 17

B. Penelitian yang Relevan... 19

C. Kerangka Konseptual... 20

BAB III METODE PENELITIAN... 22

A. Lokasi dan waktu penelitian... 22

B. Populasidan Sampel... 22

1. Populasi... 22

2. Sampel... 22

C. Metode Penelitian... 24

D. Teknik Pengumpulan Data... 25

1. Observasi Lapangan... 26

2. Wawancara... 27

3. Dokumentasi... 28

E. Teknik Analisis Data... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN... 30

A. Deskripsi Wilayah Penelitian...30

B. Sejarah dan Keberadaan Gonrang Sidua-dua... 31

1. Sejarah Gonrang Sidua-dua... 31

(12)

v

C. Organologi Alat musik Gonrang Sidua-dua... 36

D. Cara Memainkan Alat Musik Gonrang... 39

E. Bentuk Penyajian Gonrang Sidua-dua Dalam Ansambel Gonrang Sidua-dua...………... 41

F. Tanggapan Masyarakat Simalungun Terhadap Alat Musik Gonrang Sidua-dua, Khususnya masyarakat Kecamatan Silimakuta... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 63

A. Kesimpulan... 63

B. Saran... 66

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian...68

Lampiran 2. Partitur Gual Parahot Habian...43

Lampiran 3. Partitur Gual Parahot Sambahou...47

Lampiran 4. Partitur Gual Parahot Bolon...52

(14)

DAFTAR FOTO

Foto 4.1 Suasana Kota Saribudolok...30

Foto 4.2 Tampak bagian depan dan bagian dalam Gonrang Sidua-dua...37

Foto 4.3 Tampak bagian belakang Gonrang Sidua-dua...37

Foto 4.4 Tampak bagian atas alat musik Gonrang Sidua-dua...38

Foto 4.5 Alat musik Gonrang Sidua-dua...39

Foto 4.6 Posisi meletakkan Gonrang Sidua-dua dihadapan Penabuh...40

Foto 4.7 Posisi pemain Gonrang Sidua-dua pada ansambel Gonrang Sidua-dua...41

(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada masa dulu masyarakat Simalungun masih berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat yang baru (nomaden) untuk membuka perladangan. Selama berpindah-pindah masyarakat menciptakan gendang untuk hiburan selama berladang. Raja memperbolehkan rakyat untuk membuat hiburan mereka, hingga pada akhirnya rakyat membuat dua buah gendang dimana kedua ujung gendang (bagian atas dan bawah) dapat digunakan. Dua buah gendang tersebut dinamakan gendang sidua-dua. Sidua-dua berarti sepasang alat tabuh sambil berpindah-pindah (dagang). Masyarakat Simalungun ada juga menyebutnya gonrang dagang, istilah ini diambil dari “mardagang” artinya merantau atau berpindah-pindah.

2. Sejak agama Kristen memasuki Simalungun peristiwa yang paling merugikan bagi kesenian musik tradisional Simalungun adalah pelarangan secara total terhadap ansambel musik gonrang yang merupakan alat musik tradisional masyarakat Simalungun sebagai wujud hasil konsultasi antara para misionaris dan Pemerintah hindia Timur Belanda (VOC).

(16)

Namun bagi Nommensen maupun para misionaris lain, ansambel Gonrang dianggap terlalu kuat hubungannya dengan upacara-upacara animisme dan pemanggilan roh-roh leluhur, maka kesenian musik Gonrang pun dilarang sampai tahun 1960.

3. Awal Gonrang Simalungun terancam punah ketika berlangsungnya peristiwa yang dikenal “Revolusi Sosial 1946”, setelah setahun

kemerdekaan Republik Indonesia. Penyebabnya karena sekelompok masyarakat marah terhadap raja-raja yang memeras rakyatnya sehingga seluruh raja-raja dan keluarganya dibunuh dan istana mereka dibakar habis. Sangat disayangkan budaya dan kesenian musik, serta sebagian besar nilai peninggalan budaya dan kesenian tersebut musnah dan tidak dapat diperoleh kembali.

(17)

demikian kaum muda cenderung memandang musik Gonrang tidak mampu mengekspresikan nilai-nilai masa kini dan menganggapnya sebagai suatu tradisi yang bertolak belakang dengan perubahan. dan dianggap sekedar sebagai bagian dari masa lalu semata.

5. Gonrang Sidua-dua merupakan dua buah gendang (Jangat dan Tikkah), masing-masing mempunyai dua buah kulit membrane yaitu pada bagian atas dan bawah. Jumlah pemain Gonrang yaitu dua orang, satu pangindungi, dan satu orang paningkah. Ansambel Gonrang Sidua-dua merupakan seperangkat alat musik tradisional Simalungun yang terdiri dari dua buah Gonrang (Gonrang Sidua-dua), dua buah mongmongan (Gong kecil), dua buah Ogung Baggal (Gong besar) dan Sarunei.

6. Cara memainkan Gonrang Sidua-dua dipukul dengan alat pemukul (Stick), terkadang juga harus dipukul dengan telapak tangan kanan dan telapak kiri. Gonrang diletakkan persis dihadapan si penabuh (Pemukul Gonrang) yang duduk bersila di atas lantai. Bagian Bohi (Depan) diposisikan di sebelah kanan sipenabuh dan dipukul dengan tongkat. Sedangkan ihur (Belakang) menghadap ke sisi kiri si penabuh dan dipukul dengan telapak tangan. 7. Bentuk penyajian dalam ansambel Gonrang Sidua-dua dan Keberadaan Alat

Musik Gonrang Sidua-dua pada masyarakat Simalungun adalah Gual

(18)

B. SARAN

Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran, antara lain: 1. Pemuda-Pemudi Simalungun harus memberikan perhatiannya terhadap

Kesenian dan budaya Simalungun, dan memberikan hatinya supaya Kesenian Simalungun tidak punah suatu saat.

2. Setiap OrangTua mengenalkan kesenian Simalungun baik musik, alat musik tradisional Simalungun dan tari-tarian kepada putera dan puterinya supaya tetap dilestarikan.

3. Pemuda-pemudi Simalungun diharapkan dapat belajar dan memiliki kerinduan memainkan ansambel (Kelompok) Gonrang Sidua-dua dan alat musik tabuh Gonrang Sidua-dua.

4. Pemerintah Simalungun diharapkan lebih memperhatikan kesenian tradisional khususnya Gonrang Sidua-dua di Simalungun, seperti mengadakan seminar tradisi, membangun sanggar-sanggar kesenian Simalungun dan sanggar musik tradisi Simalungun untuk memperkenalkan musik tradisi pada masyarakat khususnya muda-mudi Simalungun.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Musik tidak terlepas dalam kehidupan sehari-hari.kita sudah sering mendengarkanmusik. Musik selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai denganperkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Manusia sebagaipenikmat dan pelaku musik tidak bisa menghindari bahwa musik adalah bagian darikeseharian mereka.Keterlibatan musik dalam kehidupan manusia seperti, menyaksikan pertunjukan/pergelaran secara langsung atau lewat radio, televisi, VCD, dan tape recorder tentang musik.

Musik termasuk seni yang paling tua dikehidupan manusia.Bahkan bisa dikatakan.Musik sudah ada sejak manusia mengenal peradaban.Setiap budaya di seluruh dunia memiliki musik yang khusus diperdengarkan bahkan dimainkan berdasarkan peristiwa yang bersejarah dalam perjalanan kehidupan manusia.Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian. Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya karena di dalam musik terkandung nilai dan norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan.

Musik adalah hasil dari proses kebudayaan manusia dalam bentuk bunyi-bunyian yang memiliki unsur-unsur melodi, irama, dan tempo dan nada yang dinyanyikan dalam untaian lagu. Melalui musik manusia mengekspresikan kondisi perasaannya, musik sebagai pesan yang disampaikan kepada siapa yang

(20)

menjadi tujuan, mengekspresikan juga merupakan gambaran dari kehidupan sosial masyarakat pemilik budaya yang dihasilkan dan diwariskan secara turun-temurun oleh pencipta dan tersosialisasikan dalam kehidupan masyarakat yang berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.

Masyarakat suatu daerah memiliki musik tradisional. Adapun musik tradisional mempunyai fungsi yaitu:

1. Sarana upacarabudaya (ritual). Musik berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan

kenegaraan. Bunyi-bunyian dan nada-nada yang dihasilkan sangat

memungkinkan untuk mendukung upacara budaya (ritual). Di beberapa

daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini

memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai

sebagai sarana kegiatan adat masyarakat. Dari penjelasan di atas maka

dapat dikatakan bahwa musik tradisional dapat berfungsi sebagai sarana

dalam suatu upacara budaya (ritual).

2. Sarana Ekspresi Diri. Bagi para seniman musik (baik pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah media untuk mengekspresikan diri

mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya.

Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan,

dan cita- cita tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia.

3. Sarana Komunikasi. Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok

(21)

tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu

peristiwa atau kegiatan. Alat yang umum digunakan dalam masyarakat

Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid, dan lonceng di gereja.

4. Pengiring Tarian. Musik dan tarian masing-masing mempunyai pola dan ritme yang saling berhubungan, suatu tarian tanpa diiringi irama musik

maka akan terasa hampa (kosong) dan menyulitkan bagi sang penari

karena mereka tidak mempunyai gambaran ritme dan tempo yang akan

mereka gunakan untuk menuntun mereka dalam menari.

5. Sarana Ekonomi. Bagi para musisi dan artis professional, musik adalah sarana penghidupan ekonomi mereka. Mereka dihargai lewat karya (lagu)

yang mereka buat dan yang mereka mainkan. Semakin bagus dan semakin

populernya suatu karya seni musik maka akan semakin tinggi penghargaan

yang diberikan baik penghargaan dalam bentuk materil maupun moral.

Di zaman yangsemakin modern ini, musik tidak hanya digunakan sebagai hiburan semata, tetapijuga digunakan di dalam aspek kehidupan lain seperti mengekspresikan danmengeluarkan isi hati (perasaan). Musik juga disebut sebagai media seni, dimana pada umumnya orang mengungkapkan kreativitas dan ekspresi seninya melalui bunyi-bunyian atau suara.

(22)

satu Provinsi yang kaya dengan kesenian serta adat istiadatnya adalah Sumatera bagian Utara.

Sumatera Utara merupakan sebuah provinsi yang terletak di bagian utara Indonesia.Sumatera Utara memiliki beranekaragaman etnik, seperti Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak-Dairi, Batak Simalungun, Batak mandailing, Melayu, Dan Nias. Masing-masing dari setiap etnik memiliki adat istiadat dan kesenian yang berbeda temasuk dalam alat musiknya misalnya, batak Toba dengan musik Uning-uningan Toba, musik Karo dengan, dan Simalungun dengan Gonrang Sidua-dua dengan Gonrang Sipitu-pitu.

Musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah- daerah di seluruh Indonesia.Ciri khas pada jenis musik ini teletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yakni syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

(23)

Pada Kesenian Simalungun dikenal dengan istilah“Gonrang“ yang artinya sama dengan kebudayaan Batak Toba yaitu Gondang. Gonrang merupakan suatu ansambel musik Simalungun yang keberadaannya sangat dilestarikan pada zamannya.Di Simalungun ada dua ansambel musik tradisional, yaitu Gonrang Sipitu-pitu dan Gonrang Sidua-dua, sedangkan dalam budaya batak toba yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi.Gonrang Sipitu-pitu (Gonrang Bolon) adalah seperangkat alat musik tradisional Simalungun yang terdiri dari tujuh buah gendang yang ditempatkan pada sebuah rak.Ansambel gonrang Sipitu-pitu diiringi alat musik sarunei bolon, ogung baggal (gong besar), ogung etek (gong kecil), mongmongan baggal, mongmongan etek.

(24)

muda Simalungun lebih cenderung menyukai musik modern dari pada mempelajari dan mengenal alat musik dari ansambel Gonrang Sidua-dua.

Penulis tertarik mempelajari ansambel dan alat musik Gonrang Sidua-dua karena sebagai salah satu masyarakat Simalungun. Penulis berupaya untuk melestarikan kembali alat musik ini agar tidak hilang dari budaya Simalungun serta ingin mengetahui bagaimana cara memainkan alat musik tersebut.Penulis juga ingin mengetahui keberadaan musik di kalangan masyarakat Simalungun, sehingga penulis dapat mengetahui kendala yang dihadapi masyarakat untuk melestarikan musik ini.Pada penelitian ini, penulis mendapatkan informasi dari seseorang yang bertempat tinggal dikota Saribudolok, Kecamatan Silimakuta, yang bernama Bapak Jamari Purba.

Bapak Jamari purba, 70 tahun adalah masyarakat Simalungun asli yang tinggal di kota saribudolok kecamatan Silimakuta. Beliau merupakan salah satupemusik Gonrang Sidua-dua yang sudah cukup paham mengenai alat musik ini, sehingga penulis memiliki sumber dalam melakukan penelitian ini, beliau juga masih menyimpan alat musik tersebut.Penulis sangat sulit mendapatkan informasi, dokumentasi foto serta mengadakan rekaman khusus(Video Gonrang Sidua-dua) dengan bapak Jamari purbakarena keterbatasan waktubapak Jamari Purba serta teman-temannya yang berprofesi sebagai pemain musik Gonrang Sidua-dua.

(25)

Sidua-dua tidak dapat diperoleh. Hal ini diakibatkan karena pekerjaan dari masing-masing pemain gonrang tidak dapat disesuaikan atau dijanjikan, sehingga tidak sesuai yang diharapkan penulis untuk mendapatkan informasi

Perubahan jaman dan kemajuan teknologi dan sistem komunikasi saat ini membawa musik tradisional kearah perubahan yang semakin modern. Orang batak membentuk budaya yang diekspresikan dengan afinitas kepada apa yang dianggap modern. Misalnya sekarang diacara pesta atau upacara sudah menggunakan alat musik modern yaitu keyboard yang memainkan musik tradisional.

Saat ini keberadaan alat musik Gonrang Sidua-dua sekarang sudah lebih sering digantikan oleh alat musik modern, yaitu Keyboard. Hal ini membuat alat musik Gonrang Sidua-dua jarang ditemukan oleh masyarakat Batak Simalungun yang bermukim di perantauan maupun yang tinggal didaerah lain bahkan masyarakat setempat.Selain di Kecamatan Silimakuta alat musik Gonrang Sidua-dua terdapatdi Museum Batak dekat lapangan Teladan dan Museum Simalungun yang berada di Pematangsiantar bersebelahan dengan gereja GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun).

(26)

B. Identifikasi Masalah

Tujuan dari identifikasi masalah adalah penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Identifikasi masalah tersebut sesuai dengan pendapat Hadeli (2006:23) yang mengatakan bahwa:

“Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan lain sebagainya) yang menimbulkan beberapa pertanyaan-pertanyaan.”

Berdasarkan ulasan dan uraian latar belakang masalah yang sudah dijelaskan, maka penulismengidentifikasikan masalah pada Gonrang Sidua-dua menjadi beberapa pertanyaan yaitu;

1. Bagaimana sejarah dan keberadaan alat musikGonrang Sidua-dua pada masyarakat simalungun?

2. Bagaimanakah organologi alat musik tradisional Gonrang Sidua-dua? 3. Bagaimana bentuk musik Gonrang Sidua-dua?

4. Alat musik apa saja yang dapat dimainkan bersamaan dengan Gonrang Sidua-dua?

5. Bagaimana peran alat musik Gonrang Sidua-dua dalam ansambel Gonrang Siduadua?

6. Bagaimana Cara memainkan alat musikGonrang Sidua-dua?

(27)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah untuk mengidentifikasi dan membatasi pembahasan masalah agar pembahasan tidak melebar dan menjadi terfokus, pembatasan masalah sesuai dengan pendapat sukardi (2003:30) yang mengatakan bahwa:

“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti.Oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas.”

Maka penulis membatasi masalah dengan pertanyaan yaitu;

1. Bagaimanakah sejarah dan keberadaan alat musik GonrangSidua-dua pada masyarakat Simalungun?

2. Bagaimana organologi alat musik Gonrang Sidua-dua? 3. Bagaimana cara memainkan alat musik Gonrang Sidua-dua? 4. Bagaimana bentuk musik Gonrang Sidua-dua?

5. Bagaimana tanggapan masyarakat batak Simalungun terhadap alat musik Gonrang Sidua-dua, khususnya masyarakat kecamatan Silimakuta.?

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan inti dari sebuah penelitian yang akan dilakukan, mengingat penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian.

(28)

“Rumusan masalah merupakan jabaran detail focus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga biasa disikapi sebagai jabaran focus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagaimana dirumuskan.”

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah, maka permasalahan dapat dirumuskan yaitu; “Bagaimanakah Keberadaan Alat Musik GonrangSidua-dua Pada

Masyarakat Simalungun?”

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan selalu mengarah pada tujuan, penelitian ini juga tentunya mengarah pada tujuan dari penelitian.Tujuan penelitian merupakan suatu keberhasilan penelitian di dalam penelitiannya, dan tujuan penelitian merupakan jawaban atas pertanyaan dalam penelitian. Maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahuisejarah dan keberadaan alat musik Gonrang Sidua-dua pada masyarakat Simalungun.

2. Untuk mengetahui organologi alat musik Gonrang Sidua-dua. 3. Untuk mengetahui cara memainkan alat musik Gonrang Sidua-dua.

4. Untuk mengetahui bentuk penyajianAnsambel Gonrang Sidua-dua dan Alat musik Gonrang Sidua-dua.

(29)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian akan mempunyai manfaat jika tujuan yang diharapkan tercapai. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bacaan bagi masyarakat luas, khususnya masyarakat Simalungun untuk melestarikan alat musik Gonrang Sidua-dua.

Jadi hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam melakukan penelitian lanjutan. 2. Sebagai tambahan referensi dalam mengkaji bidang seni musik.

3. Sebagai bahan masukan dalam memotivasi masyarakat Simalungun untuk melestarikan alat musik Gonrang Sidua-dua.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Cholid,Naburko. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,2005

Jansen,Arlin dietrich.2003.Gonrang Simalungun, Struktur dan fungsinya dalam

masyarakat Simalungun.Medan:Bina Media

Hadeli.2006.Metode Penelitian Kependidikan. Padang: Quantum Teaching. Hurd, Michael. 1979. The Oxford Illustrated Dictionary of Music. Wellington:

Oxford University Press.

Maryaeni.Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta: Bumi Aksara,2005

Sukardi.Metodologi Penelitian Kependidikan. Bumi Aksara, Yogyakarta,2003 Surayin.Kamus Musik,Gramedia Widya Sarana Indonesia, Jakarta,2001 Sugiyono.Metodologi Penelitian Pendidikan, Alfabetba, Bandung,2008.

. Metodologi Penelitian Pendidikan, Alfabetba, Bandung,2009

Sukmadinata.Nana Syaodih. Metode Penelitian pendidikan.Remaka Rosdakarya, Bandung,2008

Supranto. 2004. Memahami Penelitian Kuantitatif, Bandung : Alfabeta.

Sipayung Hernauli.Andreas Lingga. Peralatan Musik Tradisional Batak

Simalungun, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

Kebudayaan Museum Neg.Prop.Sumatera Utara 1992/1993

Referensi

Dokumen terkait

artinya ada hubungan yang signifikan antara Pola Makan Seimbang dengan Produksi ASI Ibu Menyusui di RW 01 Tlogo Indah Kecamatan Lowokwaru Malang. Pada pengujian

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak hanya diri sendiri yang memiliki peran penting pada pengembangan bakat dan kreatifitas yang dimiliki tetapi juga peran orang tua

Mengubah Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan Nomor 273/PMK.010/2015 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Sektor Industri Tertentu Tahun Anggaran 2016 (Berita

bahwa tindak kekerasan yang dilakukan di lingkungan satuan pendidikan maupun antar satuan pendidikan, dapat mengarah kepada suatu tindak kriminal dan

City Geographical Markup Language (CityGML); the idea of view frustum determining level of details could be improvised to allow efficient streaming protocol for spatial

Kelengkapan yang trarus dibawa pada saat pembuktian kualifikasi adalah o'Eiffk&s Asli" seluruh. file Dokumen Penawaran yang telah dimasukan/diunggah melalui

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penurunan jumlah bakteri rongga mulut berkumur seduhan teh hitam 80 mg/ml dibandingkan teh hijau 80 mg/ml.. Untuk

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk membangun suatu sistem informasi pengelolaan haji dan umroh pada PT.Arwaniyah Tour dan Travel Kudus