34
BAB III
INKONSISTENSI KETENTUAN HUKUM PEKERJA ANAK
3.1.
Kontradiksi Pengaturan Tentang Pekerja Anak
Terkait dengan ketentuan hukum mengenai pekerja anak telah diatur di
dalam peraturan perundang – undangan, dimana masing – masing perundang – undangan tersebut walaupun menjelaskan mengenai pekerja anak tetapi terdapat
perbedaan mengenai peraturan tersebut. Dimana peraturan, peraturan yang
membahas mengenai pekerja Anak.
Di dalam peraturan perundang – undangan terkait dengan pekerja anak, di Indonesia telah diatur dengan beberapa peraturan perundang – undangan. Yang diantaranya adalah Konvensi ILO Nomor 182 yang diratifikasi dengan Undang – undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang tindakan segera untuk menghapus dan
mengurangi bentuk – bentuk pekerjaan terburuk untuk anak, Undang – undang Nomor 1 tahun 1951 yang merupakan dasar kebijakan perlindungan pekerja anak,
undang – undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, undang – undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan, serta Peraturan Mentri
Tenaga Kerja Nomor 01/MEN/1987 Tentang Perlindungan Anak Yang terpaksa
Bekerja. Adapun pasal – pasal daari masing masing perundang – undangan di atas yang menjelaskan mengenai pekerja anak, antara lain :
35 Pekerjaan Terburuk Untuk Anak yang di dalam penjelasannya adalah sebagai
berikut :
Pasal 5 ayat (1) “Segala bentuk perbudakan atau praktek sejenis perbudakan seperti penjualan dan perdagangan anak, kerja ijon (debt bondage) dan perhambaan, serta kerja paksa atau wajib untuk dilaksanakan dalam konflik bersenjata”.33
Pasal 5 ayat (2) “Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk pelacuran, untuk produksi pornografi atau pertunjukan-pertunjukan porno”34
Pasal 5 ayat (3) “Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk kegiatan terlarang, khususnya untuk produksi dan perdagangan obat-obatan sebagaimana diatur dalam perjanjian internasional yang relevan”35
Pasal 5 ayat (4) “Pekerjaan yang sifat atau keadaan tempat pekerjaan itu dilakukan dapat membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak - anak”.36
b. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1951 yang Merupakan Dasar Kebijakan Perlindungan Pekerja Anak.
Pasal 7 “Anak-anak tidak boleh menjalankan pekerjaan di perusahaan jenis apapun”37
c. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Dalam Penjelasannya.
Pasal 17 “setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran, setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, setiap anak berhak untuk beristirahat dan
33 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Tindakan Segera Penghapusan Bentuk
– Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak Pasal 5 ayat (1).
34 Ibid Pasal 5 Ayat (2).
35 Ibid pasal 5 Ayat (3).
36 Ibid pasal 5 Ayat (4).
37 Undang – undang Nomor 1 tahun 1951 yang merupakan dasar kebijakan perlindungan
36 memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya,
berkreasi dan berekreasi”38.
Dalam penjelasan di dalam pasal ini adalah hak anak tidak untuk bekerja.
Apabila terdapat anak yang bekerja menurut Pasal 17 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak adalah sebagai bentu pelanggaran hak
anak.
d. Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pasal 69 “Anak berumur antara 13 (tiga belas) tahun dan 15 (lima belas) tahun dapat, di bawah ketentuan - ketentuan tertentu yang ketat, melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak menghambat atau menganggu perkembangan fisik, mental, dan sosial anak yang bersangkutan. Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi persyaratan berikut: Pengusaha harus mendapatkan izin tertulis dari orang tua atau wali; b. Harus ada perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; c. Pengusaha tidak boleh mengharuskan anak untuk bekerja lebih dari 3 (tiga) jam sehari d. Pengusaha hanya dibenarkan mempekerjakan anak pada siang hari tanpa mengganggu waktu sekolah anak yang bersangkutan; e. Dalam mempekerjakan anak, pengusaha harus memenuhi syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja; f. Adanya hubungan kerja yang jelas (antara pengusaha dan pekerja anak yang bersangkutan/ orang tua atau walinya); dan g. Anak berhak menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku; h. Beberapa ketentuan di atas dikecualikan bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya”.39
Pasal 70 “Anak dapat diperbolehkan melakukan pekerjaan di tempat kerja sebagai bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan sekolah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. Anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit berumur 14 (empat belas) tahun. Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan kepada anak dengan syarat: a. diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan
37 pekerjaan serta bimbingan dan pengawasan dalam melaksanakan
pekerjaan.b. diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja”.40
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 01 / MEN / 1987 tentang
Perlindungan Bagi Anak Yang Terpaksa Bekerja:
Pasal 1 “Anak yang terpaksa bekerja adalah anak-anak yang berumur di bawah 14 tahun karena alasan sosial ekonomi terpaksa a. bekerja untuk menambah penghasilan baik untuk dirinya sendiri maupun keluarga. b . Anak yang terpaksa bekerja harus mendapat ijin dari orang tua / wali”.41
Pasal 4 “Bahwa tidak dapat dipungkiri, karena tuntutan keadaan maka anak akan melakukan pekerjaan, untuk itu pengusaha harus memberikan perlindungan terhadap anak yang terpaksa bekerja dengan jalan : a. Tidak mempekerjakan lebih dari 4 jam sehari: b. Tidak mempekerjakan pada malam hari ; c Memberikan upah sesuai dengan peraturan yang berlaku ; d. Memelihara daftar nama, umur dan tanggal lahir mulai dari bekerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan”.42
Kontradiksi menurut kamus besar Indonesia adalah dua hal yang saling
bertentangan.43 dalam kaitannya dengan skripsi ini yaitu kontradiksi atau
pertentangan dalam sebuah peraturan perundang – undangan yang menyingung masalah pekerja anak antara UU No. 23 Tahun 2002 dan undang – undang lain yang berisi larangan anak untuk bekerja dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yang dimana undang – undang ini memperbolehkan anak untuk bekerja.
40Ibid. Pasal 70.
41 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 01 / MEN / 1987 tentang Perlindungan
Bagi Anak yang Terpaksa Bekerja Pasal 1.
42Ibid. Pasal 49.
38 Pekerja anak memiliki sejarah panjang dan umumnya itu dipandang
sebagai bentuk pelanggaran hak-hak anak. Seperti orang tua mereka, anak-anak
juga mempunyai hak-hak mereka sendiri.
Anak tidak boleh menjalankan pekerjaan.44 larangan ini bersifat mutlak
tanpa pengecualian, jadi apapun alasannya anak tidak boleh menjalankan
pekerjaan dalam suatu hubungan kerja antara pengusaha / majikan dengan pekerja
/ buruh. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak anak yang semestinya masih
harus menempuh pendidikan di sekolah, mereka terpaksa bekerja untuk
membantu meringankan beban orang tua, atau bahkan untuk mencukupi
kebutuhan mereka sendiri.
Pada prinsipnya di dalam Pasal 2 Undang – undang nomor 13 tahun 2003
pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Tetapi karena kondisi ekonomi
masyarakat yang kurang menguntungkan belum memungkinkan melarang anak
untuk tidak melakukan pekerjaan. Peraturan perundangan-undangan dibidang
ketenagakerjaan masih memperbolehkan anak melakukan pekerjaan pada
pekerjaan ringan, sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan
fisik, mental dan sosial. Pengusaha yang akan mempekerjakan anak pada
pekerjaan ringan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Izin tertulis dari orang tua atau wali.
2) Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali.
3) Waktu kerja maksimal 3 (tiga) jam sehari.
4) Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah.
39 5) Dijaga keselamatan dan kesehatan kerjanya.
6) Adanya hubungan kerja yang jelas.
7) Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Disamping anak dapat melakukan pekerjaan ringan dengan persyaratan
tertentu, anak juga diperbolehkan melakukan pekerjaan untuk mengembangkan
bakat dan minat. Pengusaha yang mempekerjakan anak untuk mengembangkan
bakat dan minat wajib memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali, dilakukan dengan
cara:
1) Orang tua atau wali mendampingi setiap kali anaknya melakukan
pekerjaan,
2) Orang tua atau wali mencegah perlakuan eksploitatif terhadap anaknya.
3) Orang tua atau wali menjaga keselamatan, kesehatan dan moral anaknya
selama melakukan pekerjaan.
b. Waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari.
c. Kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental
sosial dan waktu sekolah.
Sesuai dengan Kepmenakertrans No. Kep-115/Men/VII/2004 tentang
Perlindungan Bagi Anak Yang Melakukan Pekerjaan Untuk Mengembangkan
Bakat dan Minat telah dirinci lebih lanjut tentang kewajiban pengusaha yang
mempekerjakan anak untuk mengembangkan bakat dan minat, yaitu:
a. membuat perjanjian kerja secara tertulis dengan orang tuanya/wali yang
40 b. mempekerjakan anak diluar waktu sekolah
c. waktu kerja paling lama 3 jam sehari dan 12 jam seminggu
d. melibatkan orang tua/wali di lokasi tempat kerja untuk melakukan
pengawasan langsung,
e. Menyediakan tempat dan lingkungan kerja yang bebas dari peredaran dan
penggunaan narkotika, perjudian, minuman keras, prostitusi dan hal-hal
sejenis yang dapat memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan
fisik, mental dan sosial anak.
f. menyediakan fasilitas tempat istirahat selama waktu tunggu,
g. melaksanakan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948 yang dipertegas dengan Undang
Undang Nomor 1 Tahun 1951 dengan jelas dan tegas melarang keberadaan
pekerja anak, tidak mempunyai kekuasaan hukum apapun karena ternyata masih
banyak pekerja anak, padahal Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948 tersebut
sampai saat ini tidak pernah dicabut dan oleh karena itu seharusnya tetap memiliki
kekuatan hukum yang mengikat baik untuk pemerintah, pengusaha maupun
masyarakat sebagai Warga Negara Republik Indonesia. Tindakan mempekerjakan
anak semestinya diberlakukan sebagai tindakan melawan Undang- Undang yang
sah dan dapat dikenai sanksi hukum. Selain itu masih banyaknya pekerja anak
menunjukkan ketidak berhasilan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1989, tentang sistem pendidikan nasional yang menekankan wajib belajar 9 tahun.
Konvensi ILO No 182 Tahun 1999 tentang Larangan dan Tindakan Segera
41 undang Nomor 01 Tahun 2000. Sebagai tindak lanjut dari ratifikasi, Komite Aksi
Nasional (KAN) untuk Penghapusan Bentuk-bentuk Terburuk dari Buruh Anak
dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2001. KAN kemudian
membentuk Rencana Aksi Nasional (RAN) yang bertujuan untuk mencegah dan
menghapuskan anak-anak terlibat dalam semua jenis bentuk-bentuk terburuk
pekerja anak.45
Terkait dengan upaya perlindungan terhadap anak-anak dari pengaruh
pekerjaan yang buruk, Keppres 59 Tahun 2002 telah mengidentifikasi 13 jenis
pekerjaan terburuk untuk anak, yaitu :
a. Mempekerjakan anak-anak sebagai pelacur,
b. Mempekerjakan anak-anak di pertambangan,
c. Mempekerjakan anak-anak sebagai penyelam mutiara,
d. Mempekerjakan anak-anak di bidang konstruksi.
e. Menugaskan anak-anak di anjungan penangkapan ikan lepas pantai (yang
di Indonesia disebut jermal).
f. Mempekerjakan anak-anak sebagai pemulung.
g. Melibatkan anak-anak dalam pembuatan dan kegiatan yang menggunakan
bahan peledak.
h. Mempekerjakan anak-anak di jalanan.
i. Mempekerjakan anak-anak sebagai tulang punggung keluarga.
j. Mempekerjakan anak-anak di industri rumah tangga (cottage industries).
k. Mempekerjakan anak-anak di perkebunan.
45 Badan Pusat Stastistik Organisasi Perburuhan Internasional. Pekerja Anak di Indonesia.
42 l. Mempekerjakan anak-anak dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan usaha penebangan kayu untuk industri atau mengolah kayu untuk
bahan bangunan dan pengangkutan kayu gelondongan dan kayu olahan.
m. Mempekerjakan anak-anak dalam berbagai industri dan kegiatan yang
menggunakan bahan kimia berbahaya.
Peraturan terbaru pada anak-anak adalah Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Anti Perdagangan manusia. Pasal 1
peraturan mengharuskan bahwa seorang anak adalah seseorang yang belum
berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak-anak yang masih dalam
kandungan ibu.
Singkatnya, ada cukup banyak peraturan perundang-undangan baik di
tingkat nasional dan global yang mempromosikan hak-hak anak-anak dan untuk
melindungi mereka dari segala jenis perlakuan buruk. Meskipun demikian, karena
masalah dalam penegakan hukum, dalam kenyataannya ada banyak anak-anak
yang bekerja yang tidak selalu mendapat perlindungan dengan baik.46
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan
bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak (kecuali perusahaan keluarga).
Larangan tersebut jika ditinjau dari segi kemanusiaan dan kedayagunaannya
merupakan tindakan dan kebijaksanaan yang tepat mengingat:
a. Anak-anak dan mereka yang berusia muda di bawah 18 tahun masih
harus mendapat bimbingan dari orang tuanya dan memperoleh
pendidikan yang cukup bagi kehidupan masa depannya.
43 b. Tenaga dan akal fikiran mereka (terutama anak-anak) belum
memungkinkan untuk mengemban kerja, mereka masih lemah tenaga dan
akal fikirannya yang sesungguhnya mereka masih harus mendapat
perlindungan dari orang tuanya.
c. Cara bekerja mereka sesungguhnya belum bisa diandalkan karena usia
sangat muda itu sepantasnya mereka masih suka bermain-main yang
kemungkinan jika mereka itu dipekerjakan akan timbul kecerobohan -
kecerobohan yang dapat mengakibatkan kecelakaan bagi dirinya sendiri
ataupun tidak dapat diharapkan tanggung jawabnya atas hasil pekerjaan
yang ditanganinya.47
Dengan demikian jelaslah bahwa mempekerjakan tenaga anak - anak dan
mereka yang masih muda sekali tentunya bertentangan dengan usaha mewujudkan
tenaga kerja yang cerdas, terampil tidak nakal guna melangsungkan pelaksanaan
pembangunan selanjutnya.
Kekawatiran terhadap pekerja anak karena anak cenderung mengalami
ketegangan emosional, antara lain: sangat sensitif dan mudah tersinggung, sering
melakukan penentangan, sopan santun dan tata karma buruk, sering menarik diri
dari pergaulan, keinginan menyendiri kuat, senang berkhayal atau berfantasi,
sering tampak gelisah, mulai tertarik dengan lawan jenis, terdapat ketidak
seimbangan koordinasi fungsi-fungsi tubuh, mudah jenuh atau bosan, tingkat
konsistensi rendah, mudah konflik dengan orang lain dan disiplin hidup rendah.
47 Kartasapoetra, G, Hukum Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan Pancasila, (Jakarta:
44
3.2.
Kontradiksi Kententuan Hukum Batasan Kedewasaan
Anak
Pada dasarnya undang – undang di Indonesia yang menjelaskan mengenai batasan umur antara undang – undang satu dengan undang – undang lain berbeda penjelassannya. Kita lihat mengenai batasan umur anak antara undang – undang KUHperdata kedewasaan anak adalah umur 21 tahun48 sedangkan di dalam
undang – undang No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, adalah 18 tahun.49 Salah satunya hal inilah yang menjadi alasan bagi penulis untuk merumuskan
sebuah kontradiksi dari peraturan yang menjelaskan mengenai batasan
kedewasaan anak. Tetapi hal perbedaan penjelasan peraturan satu sama lain di
Negara kita ini khususnya untuk merumuskan batasan umur anak tidak di buat
repot, padahal bahasannya sama tetapi penjelasannya berbeda.
Untuk merumuskan batasan umur anak di Indonesia mengacu kepada
KHA, karena KHA merupakan lek sepesialis untuk merumuskan batasan umur
anak.50 Maka dari itu Negara tidak ambil pusing mengenai batasan Umur Anak.
Tetapi di dalam bab ini penulis ingin menyajikan ke tidak cocokan antara Undang
– undang dengan peraturan pelaksanaan atau PP. yang menjadi salah satu amatan penulis di sini adalah Batasan Umur anak di dalam Undang – undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor Per. 01 / MEN / 1987 tentang Perlindungan Bagi Anak Yang Terpaksa
Bekerja.di dalam pasal 1 UU No. 23 tahun 2002 pasal 1 menjelaskan bahwa anak
48 KUHPerdata Pasal 330.
49 Pasal 1 Undang-Undang No 23 tahun 2002.
50 Konvensi Internasional Hak Anak (KHA) adalah Konvensi Internasional yang khusus
45 adalah berusia di bawah 18 tahun termasuk yang masih di dalam kandungan,
sedangkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 01 / MEN / 1987 tentang
Perlindungan Bagi Anak Yang Terpaksa Bekerja di dalam pasal 1 yang termasuk
anak adalah di bawah 16 Tahun. Jadi apabila kita tarik kesimpulan dari undang – undang tersebut, anak adalah di bawah usia 18 tahun, karena undang – undang tersebut merupakan perlindungan anak, batasan usia anak di dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 01 / MEN / 1987 tentang Perlindungan Bagi
Anak Yang Terpaksa Bekerja adalah 16 tahun tentunya harus mendapatkan
perhatian khusus untuk mendapatkan perlindungan. Tetapi di dalam perakteknya
anak – anak yang berusia 16 tahun dan melakukan pekerjaan, seolah – olah perlindungan untuk anak tersebut tidak tersentuh oleh tangan pemerintah.
3.3.
Kontradiksi Kententuan Hukum Pekerjaan Anak dan
Pekerja Anak
Antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak dengan undang – undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Di dalam ketentuan peraturan perundang undangan manapun yang mengatur
mengenai pekerja anak di dalam implementasinya memang tidak ada satu
peraturan yang mengkhususkan mengenai larangan anak untuk bekerja. Tetapi
dari teori – teori baik itu di dalam buku, literatur maupun peraturan perundang – undangan penulis menemukan suatu keadaan dimana menurut penulis merupakan
46 saling bertentangan. Adapun pasal – pasal yang saling bertentangan adalah sebagai berikut :
Pasal 4 undang – undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”.
Pasal 70 ayat (1) Undang – undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang KetenagaKerjaan
“Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan
oleh pejabat yang berwenang”
Dalam asumsi penulis dalam kedua ketentuan peraturan perundang – undangan tersebut merupakan kontradiksi dari Perlindungan Hukum bagi anak
yang bekerja, karena di dalam prakteknya anak tidakhanya bekerja di lingkup
bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang saja, melainkan terdapat anak yang bekerja di perusahaan misalnya,
dimana perusahaan tersebut tidak mempertimbangkan faktor keselamatan kerja
untuk anak yang bekerja. Padalah di dalam peraturan mengenai perlindungan anak
dalam implementasinya merupakan perlindungan untuk semua anak atau
peraturan yang mutlak untuk melindungi anak dari kehidupannya, baik pada
khususnya perlindungan anak yang bekerja.
3.4.
Kontrasiksi Ketentuan Hukum Jenis Pekerjaan Anak Yang
DiPerbolehkan.
Di dalam beberapa ketentuan hukum mengenai jenis pekerjaan Anak tidak
selamanya berjalan lurus seperti apa yang telah diharapkan oleh pembuat undang
47 peraturan yang lainnya. Adapun peraturan yang terdapat kontradiksi antara lain.
Antara undang – undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 01 / MEN / 1987 tentang
Perlindungan Bagi Anak Yang Terpaksa Bekerja, dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pembentukan Komite Aksi
Daerah, Penetapan Rencana Aksi Daerah, Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak. Adapun peraturan
tersebut adalah :
1. Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Di dalam ketentuan peraturan undang – undang ini anak di perbolehkan melakukan pekerjaan yang mengacu kepada Pasal 70 – 73:
Pasal 70 ayat (1)
“Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan
bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan
oleh pejabat yang berwenang”
Pasal 70 ayat (2)
“Anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit
berumur 14 (empat belas) tahun”. Pasal 70 ayat (3)
“Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan
dengan syarat : a).di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali; b.) waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari; dan c.) kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan
fisik, mental, sosial, dan waktu sekolah”.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 01 / MEN / 1987 tentang
Perlindungan Bagi Anak Yang Terpaksa Bekerja.
a. Anak yang terpaksa bekerja adalah anak-anak yang berumur di bawah 14
tahun karena alasan sosial ekonomi terpaksa bekerja untuk menambah
48 b. Anak yang terpaksa bekerja harus mendapat ijin dari orang tua / wali. 51
Bahwa tidak dapat dipungkiri, karena tuntutan keadaan maka anak akan
melakukan pekerjaan, untuk itu pengusaha harus memberikan perlindungan
terhadap anak yang terpaksa bekerja dengan jalan :
a. Tidak mempekerjakan lebih dari 4 jam sehari
b. Tidak mempekerjakan pada malam hari
c. Memberikan upah sesuai dengan peraturan yang berlaku
d. Memelihara daftar nama, umur dan tanggal lahir mulai dari bekerja dan
jenis pekerjaan yang dilakukan.52
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 01 / MEN / 1987 tentang
Perlindungan Bagi Anak Yang Terpaksa Bekerja disebutkan bahwa usia minimum
untuk diperbolehkan bekerja adalah tidak kurang dari 15 tahun, tetapi untuk dapat
bekerja pada tempat yang berbahaya minimal berusia 18 tahun.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pembentukan Komite Aksi Daerah, Penetapan Rencana Aksi Daerah, Dan
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan
Terburuk Untuk Anak.
Bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak antara lain :
a. perbudakan atau praktek sejenis perbudakan seperti penjualan dan
perdagangan
51Permenaker Nomor 01 Tahun 1987 tentang Perlindungan bagi Anak yang Terpaksa
Bekerja, Pasal 1.
49 anak, kerja ijon (debt bondage), dan perhambaan serta kerja paksa atau
wajib kerja, termasuk pengerahan anak secara paksa atau wajib untuk
dimanfaatkan dalam konflik bersenjata;
b. pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk pelacuran, untuk
produksi
pornografi, atau untuk pertunjukan-pertunjukan porno;
c. pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk kegiatan terlarang,
khususnya untuk produksi dan perdagangan obat-obatan sebagaimana
diatur dalam perjanjian internasional yang relevan; dan
d. pekerjaan yang sifat atau keadaan tempat pekerjaan itu dilakukan dapat
membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak-anak.53
Bentuk – bentuk pekerjaan terburuk untuk anak di dalam undang – undang ini meliputi :
a. Segala bentuk perbudakan atau praktek sejenis perbudakan seperti
penjualan dan perdagangan anak, kerja ijon (debt bondage) dan
perhambaan, serta kerja paksa atau wajib untuk dilaksanakan dalam
konflik bersenjata;
b. Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk pelacuran, untuk
produksi pornografi atau pertunjukan-pertunjukan porno;
c. Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk kegiatan terlarang,
khususnya untuk produksi dan perdagangan obat-obatan sebagaimana
diatur dalam perjanjian internasional yang relevan;
50 d. Pekerjaan yang sifat atau keadaan tempat pekerjaan itu dilakukan dapat
membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak - anak.
Dari masing – masing yang membahas mengenai jenis pekerjaan Anak yang diperbolehkan itu berbeda – beda atau berkontradiksi satu sama lain di dalam undang – undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, anak diperbolehkan bekerja, seperti dijelaskan di dalam pasal 70 – 73. Di dalam pasal 70 ayat (1) Anak dapat melakukan pekerjaan, asalkan sesuai dengan syarat dari
kurikulum yang diberikan oleh instansi pendidikan terkait dalam hal ini adalah
sekolahan dimana anak dapat mengembangkan bakat minatnya.
Di dalam peraturan menteri nomor 01/men/1987 Anak boleh melakukan
pekerjaan asal memuat syarat sebagaimana yang telah ditentukan di dalam
Permen tersebut, yaitu anak di pekerjakan tidak lebih dari 4 jam dalam sehari,
tidak mempekerjakan pada malam hari.
Menurut penulis dari masing – masing peraturan yang membahas mengenai pekerja anak sangat efektif, tetapi dilain sisi terdapat suatu perbedaan
satu sama lain. Yang dimana menurut hemat penulis hal tersebut merupakan akar
dari masalah kontradiksi itu muncul. Dimana pengertian kontradiksi pada
umumnya adalah dua atau lebih hal yang saling bertolak belakang atau
bertentangan, seperti di dalam topik ini, dimana di dalam peraturan mengenai