• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1. Contoh Format Surat Kesepakatan untuk Penyelenggaraan SKNBI SURAT KESEPAKATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 1. Contoh Format Surat Kesepakatan untuk Penyelenggaraan SKNBI SURAT KESEPAKATAN"

Copied!
310
0
0

Teks penuh

(1)

Contoh Format Surat Kesepakatan untuk Penyelenggaraan SKNBI

SURAT KESEPAKATAN

Menunjuk Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/15/DASP tanggal 18 Juni 2009 perihal Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) oleh Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia (PKL Selain BI) dan dalam rangka mendukung kelancaran penyelenggaraan sistem pembayaran, dengan ini kami atas nama bank-bank yang ikut tanda tangan sebagaimana terlampir menyatakan sepakat untuk menyelenggarakan SKNBI di wilayah ………dan menunjuk PT. Bank…….. sebagai PKL Selain BI.

Demikian Surat Kesepakatan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana semestinya.

Calon PKL Selain BI di wilayah….. PT. Bank ...

Nama jelas Jabatan

(2)

Contoh Surat Permohonan untuk Diadakan Penyelenggaraan SKNBI

No. : (Kota), (tanggal, bulan, tahun)

Lamp. : Kepada,

………. Jl. ...………. ……….…*)

Perihal : Permohonan Untuk Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di wilayah ……….

Menunjuk Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/15/DASP tanggal 18 Juni 2009 perihal Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia oleh Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia (PKL Selain BI), dengan ini kami atas nama Bank-bank di wilayah………., mengajukan permohonan untuk menyelenggarakan SKNBI.

Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini kami sampaikan :

1. Surat Kesepakatan yang ditandatangani oleh Pejabat calon PKL Selain BI mengenai: a. dukungan adanya penyelenggaraan SKNBI; dan

b. usulan kantor Bank yang akan menjadi PKL Selain BI.

2. Data transaksi harian yang berpotensi untuk dikliringkan dalam enam bulan terakhir dari kantor-kantor Bank calon Peserta yang telah menandatangani kesepakatan.

3. Rencana struktur organisasi kantor kami jika disetujui menjadi PKL Selain BI.

4. Perkiraan waktu tempuh dari lokasi kantor-kantor Bank calon Peserta ke lokasi kantor kami.

5. Surat pernyataan kesanggupan untuk menyediakan perangkat KPK dan ruang kliring serta peralatan yang mendukung untuk kegiatan penyerahan Warkat Debet antar Peserta.

6. Surat persetujuan dari kantor pusat kami untuk menjadi PKL Selain BI. Demikian agar maklum.

PT. Bank ...

Nama jelas Jabatan *) Diisi KPBI c.q DASP atau KBI yang mewilayahi

(3)

Contoh Format Surat Permohonan untuk Penggantian Sebagai PKL Selain BI

No. : (Kota), (tanggal, bulan, tahun)

Lamp. : Kepada,

………. Jl. ...………. ……….*)

Perihal : Permohonan Untuk Penggantian Sebagai Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia (PKL Selain BI)

Menunjuk Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/ 15 /DASP tanggal 18 Juni 2009 perihal Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia oleh Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia, dengan ini kami mengajukan permohonan agar dapat disetujui untuk menggantikan PKL Selain BI di wilayah...

Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini kami sampaikan :

1. Surat Kesepakatan yang ditandatangani oleh Pejabat calon Peserta mengenai dukungan sebagai PKL Selain BI.

2. Rencana struktur organisasi kantor kami apabila disetujui menjadi PKL Selain BI.

3. Perkiraan waktu tempuh dari lokasi kantor-kantor Bank calon Peserta ke tempat penyelenggaraan kliring.

4. Surat pernyataan kesanggupan untuk menyediakan perangkat KPK dan ruang kliring serta peralatan yang medukung untuk kegiatan kliring.

5. Surat persetujuan dari kantor pusat untuk menjadi PKL Selain BI. Demikian agar maklum.

PT. Bank ...

Nama jelas Jabatan *) Diisi KPBI c.q DASP atau KBI yang mewilayahi.

(4)

ContohFormat Surat Permohonan Pengunduran diri Sebagai PKL Selain BI

No. : (Kota), (tanggal, bulan, tahun)

Lamp. : Kepada,

………. Jl. ...………. ……….*)

Perihal : Permohonan Pengunduran Diri Sebagai Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia (PKL Selain BI)

Menunjuk Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/ 15 /DASP tanggal 18 Juni 2009 perihal Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia oleh Penyelenggara Kliring Lokal Selain BI, dengan ini kami mengajukan permohonan untuk mengundurkan diri sebagai PKL Selain BI di wilayah... yang rencananya akan kami laksanakan pada tanggal ...

Sebagai pengganti, bersama ini kami sampaikan permohonan untuk menjadi PKL Selain BI yang baru di wilayah... dari PT. Bank ...**)

Demikian agar maklum.

PT. Bank ...

Nama jelas Jabatan

*) Diisi KPBI c.q DASP atau KBI yang mewilayahi.

**) Dilampirkan surat permohonan Bank yang bersangkutan dengan menggunakan format pada Lampiran 3.

(5)

Contoh Format Surat Permohonan Pembubaran Penyelenggaraan SKNBI

No. : (Kota), (tanggal, bulan, tahun)

Lamp. : Kepada,

………. Jl. ...………. ……….*)

Perihal : Pembubaran Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Menunjuk Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/ 15 /DASP tanggal 18 Juni 2009 perihal Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia oleh Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia, dengan ini kami beritahukan bahwa sehubungan dengan kondisi penyelenggaraan SKNBI di Wilayah... yang pada saat ini kurang bermanfaat lagi dalam memperlancar pembayaran giral maka kami mengajukan permohonan untuk membubarkan penyelenggaraan Kliring di Wilayah...

Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini kami sampaikan kesepakatan tertulis dari seluruh Peserta.

Demikian agar maklum.

PT. Bank ...

Nama jelas Jabatan

(6)

Kriteria Bantuan Keuangan Bank Indonesia

1. Pemberian bantuan keuangan kepada PKL Selain BI diberikan sesuai kriteria sebagai berikut:

Kriteria Rata-rata JumlahBantuanKeu Jumlah angan HarianWarkatKliringPenyerahanSela Bank *) ma 1 Bulan < 30 warkat 50 % > 4 30 ≤ warkat ≤ 500 100 % 500 <warkat ≤ 1000 150 % > 1000 warkat 200 % < 4 ≥ 0 warkat 0 %

*) Bank yang berbedapadaakhirbulan

2.Dalam hal selama 3 (tiga) bulan terakhir jumlah rata-rata harian warkat Kliring Penyerahan selama 1 (satu) bulan di bawah 15 (lima belas) warkat, maka jumlah bantuan keuangan yang diberikan Bank Indonesia adalah sebesar 0% (nol persen).

3. Ilustrasi pemberian bantuan keuangan kepada PKL Selain BI sebagai berikut:

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov

Jumlah Bank 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 Rata2 harian 30 1.001 750 25 14 13 12 50 150 150 150 Warkat Penyampaian Bantuan 100% 200% 150% 50% 50% 50% 0% 100% 0% 100% Keuangan

(7)

Contoh Laporan Penggunaan

Bantuan Keuangan dan Iuran Peserta

Penggunaan Bantuan Keuangan dan Iuran Peserta PKL Selain BI Wilayah ………

Periode Bulan …… s.d. ………. Tahun …….

I. Penerimaan

1. Bantuan Keuangan

dari Bank Indonesia Rp. ………

2. Iuran Peserta Rp. ……… 3. Penerimaan Lainnya *) Rp. ……… + Total Penerimaan Rp. ……….. II. Pengeluaran 1. ……… Rp. ……… 2. ……… Rp. ……… 3. ……… Rp. ……… + Total Pengeluaran Rp. ……….. Saldo Rp. ………..

Kota, (tanggal, bulan, tahun) PT. Bank ………..

PKL Wilayah …………..

Nama jelas Jabatan

(8)

Ilustrasi Bantuan Keuangan kepada PKL Selain BI Baru

Ilustrasi pemberian bantuan keuangan kepada PKL Selain BI di Wilayah Kliring yang baru dibentuk.

1. Jika tanggal efektif penyelenggaraan kliring oleh PKL Selain BI dilakukan pada tanggal 12 Januari 2012, maka bantuan keuangan diberikan sebesar 100% selama 3 bulan pertama (Februari, Maret, April):

Januari Februari Maret April Mei Juni

Efektif Tanggal 12

· Bantuan keuangan diberikan 100%

· Pembayaran paling lambat 7 (tujuh)

hari kerja setiap awal bulan berikutnya

· Mulai April, bantuan keuangan

diberikan sesuai kriteria

· Pembayaran paling lambat 7 (tujuh)

hari kerja setiap awal bulan berikutnya

2. Jika tanggal efektif penyelenggaraan kliring oleh PKL Selain BI dilakukan pada

tanggal 18 Janurai 2012, maka bantuan keuangan diberikan sebesar 100% selama 3 bulan pertama (Maret, April, Mei):

Januari Februari Maret April Mei Juni

Efektif Tanggal 18

· Bantuan keuangan diberikan 100%

· Pembayaran paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setiap awal bulan berikutnya

· Mulai Mei, bantuan keuangan diberikan sesuai kriteria

· Pembayaran paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setiap awal bulan berikutnya

(9)

Contoh Laporan Pendistribusian Bantuan Keuangan

(Kota), (tanggal, bulan, tahun)

No. : Lamp. :

Kepada,

Divisi Penyelenggaraan Setelmen

Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3

Jl. MH. Thamrin No.2 Jakarta Pusat - 10350

Perihal :Laporan Pendistribusian Bantuan Keuangan

Menunjuk ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia oleh Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia, dengan ini kami laporkan bahwa kami telah menerima bantuan keuangan dari Bank Indonesia sebagai berikut:

No. Bulan Total Bantuan Keuangan (Rp) Jumlah PKL Selain BI 1.

2. 3.

Terlampir kami sertakan daftar kantor kami yang telah menerima bantuan keuangan dimaksud beserta data transaksi bulanan kliring penyerahan selama3 (tiga) bulan terakhir dan iuran peserta di masing-masing kantor cabang dimaksud.

Demikian agar maklum.

PT. Bank ………….…….

NamaJelas Jabatan

(10)

Contoh Lampiran Laporan Bantuan Keuangan

Pendistribusian Bantuan Keuangan Bank Indonesia PT. Bank ……….

Periode Bulan …… s.d. ………. Tahun …….

Bulan ... Bulan ... Bulan ...

No. Wilayah Jumlah Jumlah Besarnya Jumlah Jumlah Besarnya Jumlah Jumlah Besarnya

Kliring Bantuan Warkat Iuran Bantuan Warkat Iuran Bantuan Warkat Iuran

PKL Keuangan Penyerah Peserta Keuangan Penyerah Peserta Keuangan Penyerah Peserta

Selain BI yang an dlm 3 per bulan yang an dlm 3 per bulan yang an dlm 3 per bulan

didistribu bulan *) (Rp) didistribu bulan *) (Rp) didistribu bulan *) (Rp)

sikan (Rp) terakhir sikan (Rp) terakhir sikan (Rp) terakhir

(Lembar) (Lembar) (Lembar)

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia mempunyai tugas untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dalam rangka mendukung terwujudnya sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal. Adanya sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal dimaksudkan untuk mendukung stabilitas sistem keuangan.

Sehubungan dengan tugas Bank Indonesia dalam bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia telah menyediakan fasilitas Kliring yang merupakan pertukaran data keuangan elektronik dan/atau warkat antar peserta Kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Transaksi yang diproses melalui fasilitas Kliring meliputi transfer debet dan transfer kredit yang disertai dengan pertukaran fisik warkat, baik Warkat Debet (cek, bilyet giro, nota debet dan lain-lain) maupun warkat kredit (nota kredit).

Pada perkembangan selanjutnya, sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal, Bank Indonesia merasa perlu untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan Kliring melalui pengembangan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Beberapa faktor yang melatarbelakangi perlunya pengembangan SKNBI adalah sebagai berikut:

1. Transfer Kredit Tanpa Warkat

Saat ini transaksi yang diproses melalui sistem Kliring meliputi transfer debet dan transfer kredit yang disertai dengan pertukaran fisik warkat, baik warkat debet (cek, bilyet giro, nota debet dan lain-lain) maupun warkat kredit (nota kredit).

Dalam perkembangannya penggunaan nota kredit untuk transfer dana antar Bank melalui Kliring dipandang sudah tidak efisien, khususnya terkait dengan biaya pencetakan warkat dan prosedur pemrosesan warkat itu sendiri. Sementara transfer dana antar Bank melalui Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) yang nilainya lebih besar, telah dilakukan secara paperless. Oleh karena itu perlu dikembangkan sistem Kliring yang mengakomodir transfer dana antar Bank melalui Kliring tanpa kewajiban melakukan pertukaran fisik warkat (paperless).

(12)

Dengan adanya pengembangan tersebut, maka mekanisme penyelenggaraan Kliring yang semula menggabungkan proses antara transfer debet dan transfer kredit perlu dipisahkan antara Kliring untuk transfer debet (Kliring Debet) yang masih bersifat paper-based dan Kliring untuk transfer kredit (Kliring Kredit) yang sudah paperless.

2. Kliring Kredit Nasional

Bersamaan dengan penerapan transfer kredit tanpa warkat, penyelenggaraan Kliring Kredit telah dapat dan akan dilakukan secara nasional yang memungkinkan Peserta mengirimkan transfer kredit untuk tujuan kantor Bank di seluruh wilayah Indonesia. 3. Kliring Debet

Dalam upaya untuk menghilangkan semaksimal mungkin risiko kredit dalam penyelenggaraan kliring, maka dalam mekanisme kliring debet, penyelenggara hanya akan memproses data keuangan elektronik debet yang telah didukung oleh prefund yang cukup. Dengan demikian, tidak dimungkinkan lagi terjadinya saldo debet peserta kliring, kecuali untuk Wilayah Kliring yang jadwal Kliring Pengembaliannya dilakukan pada H+1, masih terdapat potensi terjadinya risiko kredit meskipun sangat kecil. 4. Manajemen Risiko

Berkenaan dengan upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko dalam penyelenggaraan Kliring yang bersifat multilateral netting sesuai dengan Core Principles yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement, maka untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan Peserta dalam memenuhi kewajibannya dalam Penyelesaian Akhir, telah diterapkan suatu kebijakan baru yang mengharuskan Bank untuk menyediakan pendanaan awal (prefund) pada setiap awal hari sebelum Kliring Debet dan Kliring Kredit dimulai. Konsekuensi atas tidak dipenuhinya penyediaan pendanaan awal (prefund) pada salah satu atau kedua penyelenggaraan Kliring tersebut menyebabkan seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta tidak dapat mengikuti kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit pada hari tersebut. Sehubungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen risiko ini, maka proses perhitungan dan Penyelesaian Akhir Kliring Debet dan Kliring Kredit dilakukan secara nasional.

5. Perlindungan Konsumen

Berkenaan dengan upaya menerapkan prinsip-prinsip perlindungan konsumen, maka perlu diatur mengenai kewajiban dan tanggung jawab Peserta pengirim dan Peserta penerima dalam mengkliringkan instruksi transfer debet dan transfer kredit yang

(13)

diterima dari nasabahnya serta kewajiban dan tanggung jawab Peserta pengirim dan Peserta penerima untuk meneruskan dana kepada nasabahnya.

B. Komponen SKNBI

Dengan pengembangan SKNBI, penyelenggaraan Kliring terdiri dari dua sub sistem Kliring sebagai berikut :

1. Kiring Debet, yang meliputi kegiatan Kliring penyerahan dan Kliring pengembalian, untuk transfer debet antar Bank yang disertai dengan penyampaian Warkat Debet (cek, bilyet giro, nota debet dan lain-lain); dan

2. Kliring Kredit untuk transfer kredit antar Bank tanpa disertai penyampaian fisik warkat (paperless).

Sedangkan secara teknis, SKNBI terdiri dari 3 (tiga) komponen utama sebagai berikut:

1. Sistem Sentral Kliring (SSK) merupakan komponen perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh Penyelenggara Kliring Nasional (PKN).

2. Komputer Penyelenggara Kliring (KPK) merupakan komponen perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh Penyelenggara Kliring Lokal (PKL).

3. Terminal Peserta Kliring (TPK) merupakan komponen perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh Peserta.

C. Implementasi SKNBI

Implementasi perubahan aplikasi SKNBI di seluruh Wilayah Kliring dapat dilakukan secara bertahap.

D. Pengertian Umum

Dalam ketentuan ini, selain mengacu pada ketentuan umum sebagaimana telah diatur pada PBI Nomor 7/18/PBI/2005 tanggal 22 Juli 2005 tentang Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan PBI Nomor 12/5/PBI/2010 tanggal 12 Maret 2010 (PBI SKNBI), pada ketentuan ini yang dimaksud dengan:

1. Kliring adalah pertukaran data keuangan elektronik dan/atau warkat antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

2. Wilayah Kliring On-line Otomasi adalah Wilayah Kliring dimana penyampaian DKE Debet dari TPK ke KPK dilakukan secara on-line dan pemilahan Warkat Debet dilakukan secara otomasi.

(14)

3. Wilayah Kliring Off-line Otomasi adalah Wilayah Kliring dimana penyampaian DKE Debet dari TPK ke KPK dilakukan secara off-line dan pemilahan Warkat Debet dilakukan secara otomasi.

4. Wilayah Kliring Off-line Manual adalah Wilayah Kliring dimana penyampaian DKE Debet dari TPK ke KPK dilakukan secara off-line dan pemilahan Warkat Debet dilakukan secara manual.

5. Wilayah Kliring On-line Manual adalah Wilayah Kliring dimana penyampaian DKE Debet dari TPK ke KPK dilakukan secara on-line dan pemilahan Warkat Debet dilakukan secara manual.

6. Petugas Kliring adalah petugas Peserta yang dapat merupakan petugas internal Peserta atau petugas Perusahaan Jasa Kurir yang diberi kuasa atau wewenang tertentu oleh Peserta untuk mewakili Peserta yang bersangkutan dalam melaksanakan kegiatan SKNBI.

7. Petugas Internal Peserta adalah pegawai Peserta yang ditunjuk oleh Peserta untuk mewakili Peserta yang bersangkutan dalam penyelenggaraan SKNBI.

8. Petugas Jasa Kurir adalah pegawai Perusahaan Jasa Kurir yang ditunjuk oleh Perusahaan Jasa Kurir yang diberi kuasa oleh Peserta untuk mewakili Peserta yang bersangkutan dalam penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring line Otomasi, Off-line Otomasi, On-line Manual dan Off -On-line Manual.

9. Perusahaan Jasa Kurir adalah badan hukum yang memberikan jasa di bidang penyampaian barang dan atau dokumen.

10. Tanda Pengenal Petugas Kliring, yang selanjutnya disebut TPPK, adalah suatu identitas yang harus digunakan oleh Petugas Kliring selama mengikuti kegiatan penyelenggaraan Kliring Debet dan Kliring Kredit di lokasi PKL.

11. Penyelesaian Akhir (settlement) yang selanjutnya disebut Penyelesaian Akhir, adalah kegiatan pendebetan dan pengkreditan rekening giro Bank di Bank Indonesia yang dilakukan berdasarkan perhitungan hak dan kewajiban masing-masing Bank yang timbul dalam penyelenggaraan SKNBI.

12. Penyelesaian Akhir Secara Periodik Kliring Kredit yang selanjutnya disebut Penyelesaian Akhir Secara Periodik adalah Penyelesaian Akhir yang dilakukan dalam rentang waktu siklus Kliring Kredit.

(15)

BAB II PENYELENGGARA

SKNBI diselenggarakan oleh PKN dan PKL. PKN adalah unit kerja yang berada di Kantor Pusat Bank Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara nasional, sementara PKL adalah unit kerja di Bank Indonesia dan Bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk mengelola dan menyelenggarakan SKNBI di suatu Wilayah Kliring tertentu.

A. Tanggung Jawab PKN

Dalam penyelenggaraan SKNBI, PKN melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Menyediakan SSK Utama dan SSK Back-up.

SSK merupakan sistem komputer yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk menyelenggarakan SKNBI secara nasional.

2. Menjamin SSK Utama dan SSK Back-up berfungsi dengan baik.

SSK Utama dan SSK Back-up dikatakan berfungsi dengan baik apabila perangkat keras dan perangkat lunak di dalamnya dapat digunakan untuk melakukan seluruh fungsi penyelenggaraan SKNBI secara nasional sepanjang jam operasional penyelenggaraan SKNBI.

3. Menyediakan JKD Utama dan JKD Back-up dari SSK ke KPK. Penggunaan JKD dari SSK ke KPK diatur sebagai berikut:

a. JKD yang digunakan dari SSK ke KPK dapat menggunakan jenis koneksi leased line atau dial-up.

b. Biaya komunikasi atas penggunaan JKD oleh PKL-BI merupakan beban biaya Bank Indonesia.

4. Menyediakan aplikasi SSK, KPK dan TPK, serta perubahannya.

Dalam hal terjadi perubahan aplikasi KPK dan/atau TPK maka PKN akan memberikan release aplikasi terbaru beserta pedoman instalasinya kepada seluruh PKL dan Peserta. 5. Memberikan pelayanan kepada Peserta dan PKL dalam penyelenggaraan SKNBI berupa

penyediaan help-desk untuk membantu Peserta dan PKL dalam mengatasi gangguan teknis dan operasional melalui saluran telepon khusus sepanjang jam operasional SKNBI dan/atau melalui sarana lainnya. Selain itu, PKN juga memberikan pelayanan kepada PKL dan Peserta antara lain berupa:

a. registrasi kode mesin KPK dan TPK;

b. pendaftaran user id dan password KPK dan TPK on-line untuk mengakses jaringan ekstranet Bank Indonesia; dan

(16)

c. mengumumkan informasi penyelenggaraan SKNBI yang mencakup antara lain pengumuman perubahan jadwal, hari libur bersama dan peniadaan kegiatan SKNBI.

6. Memiliki Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) atas penyelenggaraan SKNBI dalam kondisi gangguan dan Keadaan Darurat dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Penyusunan DRP atau BCP atas penyelenggaraan SKNBI dalam kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat ini dilakukan dengan mengacu pada Bab XII.

b. Dalam penentuan langkah-langkah sebagaimana dimaksud pada huruf a, PKN memperhatikan situasi dan kondisi spesifik yang terdapat pada penyelenggaraan SKNBI dengan sejauh mungkin menghindari alternatif penghentian untuk sementara kegiatan penyelenggaraan SKNBI.

7. Mengetahui adanya potensi risiko SKNBI di sisi PKL dan Peserta, serta memastikan kepatuhan PKL, Peserta dan calon Peserta terhadap ketentuan yang ditetapkan oleh PKN dan/atau Perjanjian Penggunaan SKNBI antara PKN dan Peserta.

Dalam rangka untuk mengetahui adanya potensi risiko dan memastikan kepatuhan PKL, Peserta, dan calon Peserta sebagaimana tersebut di atas, PKN melakukan member certification yang mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Meminta data kepada PKL, Peserta, dan calon Peserta dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Permintaan data kepada PKL dan Peserta dilakukan dalam rangka mengetahui informasi antara lain mengenai:

a) potensi risiko operasional yang dapat diketahui antara lain dari ringkasan hasil pemeriksaan internal Peserta, dan ringkasan hasil security audit Peserta; dan

b) kepatuhan PKL dan Peserta terhadap ketentuan yang ditetapkan PKN dan Perjanjian Penggunaan SKNBI.

2) Permintaan data kepada calon Peserta dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi antara lain mengenai kesiapan operasional untuk menjadi Peserta SKNBI.

3) Permintaan data antara lain dilakukan melalui kuesioner, wawancara, kunjungan ke lokasi PKL, Peserta atau calon Peserta, dan/atau permintaan penyampaian laporan hasil pemeriksaan internal PKL atau Peserta dan security audit PKL atau Peserta.

(17)

Kunjungan ke lokasi PKL, Peserta, dan calon Peserta dapat dilakukan oleh pihak yang ditunjuk oleh PKN.

b. Melakukan analisis atas:

1)

Data yang telah disampaikan oleh PKL, Peserta, dan calon Peserta sebagaimana dimaksud dalam butir a.1); dan

2)

Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) yang disampaikan oleh PKL Selain BI dan Peserta.

8. Menyediakan fasilitas lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia yang mendukung kelancaran penyelenggaraan SKNBI.

9. Menyusun KPT dan melakukan security audit terhadap SKNBI dan jaringan terkait. 10. Menyampaikan KPT, Laporan Hasil security audit, Laporan Hasil Pemeriksaan Internal,

dan Laporan Penyelenggaraan SKNBI lainnya kepada unit kerja Pengawasan Sistem Pembayaran di Bank Indonesia.

B. Tanggung Jawab PKL

Dalam penyelenggaraan SKNBI, PKL melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Menyediakan perangkat keras KPK untuk KPK Utama dan KPK Back-up.

KPK merupakan sistem komputer yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak yang terhubung dengan SSK secara on-line dan digunakan oleh PKL untuk menyelenggarakan SKNBI di suatu Wilayah Kliring. Pengadaan KPK diatur sebagai berikut:

a. Pengadaan perangkat keras dan operating system KPK Utama dan KPK Back-up untuk PKL Selain BI dilakukan oleh dan atas beban biaya PKL Selain BI tersebut. Spesifikasi minimum perangkat keras dan operating system untuk KPK sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2.1.

b. Pengadaan perangkat lunak aplikasi KPK disediakan oleh Bank Indonesia. 2. Menyediakan fasilitas penyelenggaraan SKNBI.

Fasilitas penyelenggaraan SKNBI yang harus disediakan oleh PKL meliputi:

a. printer dengan spesifikasi paling rendah sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2.1;

b. mesin penera waktu (time stamp machine);

c. jaringan dan peralatan komunikasi berupa pesawat telepon dan faksimili serta JKD Utama dan JKD Back-up dari KPK ke SSK. Khusus untuk PKL selain BI, penetapan jenis koneksi JKD di suatu Wilayah Kliring dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:

(18)

1) jumlah Peserta; 2) volume transaksi; dan

3)

ketersediaan infrastruktur penyedia JKD;

d. fasilitas penyelenggaraan SKNBI lainnya, khusus untuk Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi, antara lain meliputi:

1)

mesin baca pilah (reader sorter);

2)

terminal reject re-entry;

3)

mesin reader endoser dan aplikasi pay in slip;

4)

loket penerimaan Warkat Debet; dan

5)

sarana pengarsipan;

6)

Dihapus;

e. fasilitas penyelenggaraan SKNBI lainnya, khusus untuk Wilayah Kliring On-line Manual dan Off-line Manual, antara lain meliputi:

1)

ruangan dan fasilitas pendukung untuk pertemuan Peserta antara lain berupa meja dan kursi;

2)

daftar hadir;

3)

papan nama Peserta; dan

4)

sarana pengarsipan.

3. Sebelum mengoperasikan KPK, PKL harus melakukan aktivasi KPK dengan tata cara sebagai berikut:

a. melakukan instalasi aplikasi KPK dengan mengisi serial number aplikasi KPK. Setelah dilakukan instalasi, secara otomatis aplikasi KPK akan mengeluarkan kode mesin untuk masing-masing KPK yang di-install. Instalasi aplikasi KPK dilakukan untuk sekurang-kurangnya 1 (satu) KPK Utama dan 1 (satu) KPK Back-up;

b. menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada PKN mengenai kode mesin dari hasil instalasi aplikasi pada setiap KPK sebagaimana dimaksud pada huruf a untuk dilakukan registrasi oleh PKN;

c. menerima dari PKN hal-hal sebagai berikut: 1) kode registrasi;

2) master key; 3) security key; 4) sandi terminal;

5) password untuk login ke SSK (hanya diberikan kepada calon Peserta yang

(19)

akan menggunakan TPK on-line); 6) alamat URL;

7) user id dan password untuk mengakses jaringan ekstranet Bank Indonesia, hanya diberikan kepada calon Peserta yang akan menggunakan TPK on-line melalui Virtual Private Network (VPN) Dial; dan

8) password default admin1 dan admin2;

d. melakukan setting konfigurasi pada KPK sesuai dengan Buku Pedoman KPK setelah menerima pemberitahuan tertulis dari PKN sebagaimana dimaksud pada huruf c;

e. mengelola user aplikasi KPK meliputi pendaftaran, perubahan dan penghapusan petugas-petugas yang ditunjuk dan menentukan kewenangan untuk mengoperasikan berbagai fungsi di aplikasi KPK. Apabila password admin1 dan admin2 tidak dapat digunakan maka PKL harus melakukan reset password dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Mengajukan permohonan reset password secara tertulis kepada PKN dengan mengiformasikan hal-hal sebagai berikut:

a) sandi terminal Kliring; b) sandi Kliring;

c) master key; dan

d) nama pejabat yang melakukan reset password, yang disampaikan melalui faksimili dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. 2) Berdasarkan permohonan reset password sebagaimana dimaksud pada

angka 1), Helpdesk PKN akan memberitahukan langkah-langkah untuk melakukan reset password melalui telepon kepada pejabat yang namanya tercantum dalam surat permohonan.

4. Menjamin KPK Utama dan KPK Back-up serta sarana fasilitas pendukung penyelenggaraan SKNBI lainnya berfungsi dengan baik.

KPK Utama dan KPK Back-up dikatakan berfungsi dengan baik apabila perangkat keras dan perangkat lunak di dalamnya dapat digunakan untuk melakukan seluruh fungsi penyelenggaraan SKNBI dalam rentang waktu jam operasional penyelenggaraan SKNBI. 5. Dalam rangka menjamin KPK Utama dan KPK Back-up agar berfungsi dengan baik

sebagaimana dimaksud pada angka 4, PKL melakukan back-up dan penghapusan data KPK dengan tata cara sebagai berikut:

(20)

5 (lima) hari kerja setiap awal bulan berikutnya;

b. menyimpan media rekam data elektronis sebagaimana dimaksud pada huruf a dalam tempat yang aman, terjaga kebersihannya, serta jauh dari peralatan yang mengandung magnet; dan

c. melakukan penghapusan data KPK yang telah melewati jadwal retensi, yaitu 3 (tiga) bulan.

Kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf c mengacu pada Buku Pedoman KPK.

6. Memberikan pelayanan kepada Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring yang bersangkutan antara lain untuk membantu Peserta dalam mengatasi gangguan teknis dan operasional melalui saluran telepon khusus sepanjang jam operasional SKNBI dan/atau melalui sarana lainnya.

7. Melakukan pengamanan dalam penyelenggaraan SKNBI untuk mencegah terjadinya manipulasi.

Pengamanan tersebut antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. menggunakan KPK sesuai dengan Buku Pedoman Operasional KPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari Surat Edaran Bank Indonesia ini;

b. tidak meng-install aplikasi selain aplikasi KPK dan aplikasi pendukung pada KPK Utama dan KPK Back-up;

c. tidak melakukan perubahan dalam bentuk dan cara apapun terhadap aplikasi KPK;

d. menggunakan kode registrasi, user id dan password aplikasi KPK, user id dan password untuk mengakses jaringan ekstranet Bank Indonesia (khusus JKD yang menggunakan VPN dial), sandi terminal, password log in SSK, private key dan master key dalam mengoperasikan KPK secara benar dan bertanggung jawab; e. User id dan password aplikasi KPK, user id dan password untuk mengakses

jaringan ekstranet Bank Indonesia (khusus JKD yang menggunakan VPN dial), password login SSK, dalam mengoperasikan KPK hanya diberikan kepada petugas yang berwenang;

f. menempatkan server KPK Utama dan KPK Back-up pada ruangan khusus yang terpisah dengan ruang operasional SKNBI. Ruangan khusus tersebut harus dilengkapi pengamanan yang memadai antara lain meliputi:

(21)

2) temperatur, kelembaban, dan tegangan listrik yang memenuhi spesifikasi server KPK Utama dan KPK Back-up;

3) peralatan Uninterrupted Power Supply (UPS); dan 4) perlengkapan pemadam kebakaran;

g. menatausahakan dokumen penting KPK seperti serial number aplikasi KPK, master key, private key, sandi terminal, kode registrasi, serta user id dan password VPN Dial di tempat yang terkunci dan hanya dapat diakses oleh pihak yang berwenang.

8. Menjaga kerahasiaan data yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKNBI. Dalam hal ini data yang wajib dijaga kerahasiaannya meliputi seluruh data transaksi Kliring Debet dan Kliring Kredit serta laporan-laporan hasil perhitungan Kliring Debet dan Kliring Kredit.

9. Memiliki DRP atau BCP atas penyelenggaraan SKNBI dalam kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Penyusunan DRP atau BCP atas penyelenggaraan SKNBI dalam kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat ini dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI.

b. Dalam penentuan langkah-langkah DRP dan BCP, PKL memperhatikan situasi dan kondisi spesifik di Wilayah Kliring yang bersangkutan dengan sejauh mungkin menghindari alternatif penghentian sementara kegiatan SKNBI di Wilayah Kliring yang bersangkutan.

10. Menyampaikan laporan terkait dengan penyelenggaraan SKNBI kepada PKN dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Laporan yang disampaikan kepada PKN, antara lain dalam hal terjadi hal-hal sebagai berikut:

1) peniadaan penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring yang bersangkutan karena adanya kondisi gangguan dan Keadaan Darurat atau hari libur yang berlaku setempat;

2) adanya perubahan jadwal Kliring Debet di Wilayah Kliring yang bersangkutan;

3) adanya perselisihan antar Peserta yang berkaitan dengan perhitungan DKE Debet atau Warkat Debet; dan/atau

4) adanya kasus pidana atau perdata yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring yang bersangkutan yang

(22)

diketahui PKL.

b. Laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan secara tertulis oleh PKL kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN – Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Untuk peniadaan penyelenggaraan SKNBI, laporan disampaikan segera setelah adanya kondisi gangguan dan Keadaan Darurat atau paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum hari libur yang berlaku setempat.

2) Untuk perubahan jadwal Kliring Debet, laporan disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum berlakunya perubahan jadwal.

3) Untuk perselisihan antar Peserta, laporan disampaikan segera setelah diketahuinya perselisihan yang berkaitan dengan perhitungan DKE Debet atau Warkat Debet.

4) Untuk kasus pidana atau perdata, laporan disampaikan segera setelah diketahuinya adanya kasus pidana atau perdata.

c. Untuk PKL Selain BI, tembusan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf b disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahi.

11. Melakukan hal-hal lain yang dapat mendukung kelancaran penyelenggaraan SKNBI. C. Kewajiban dan Tanggung Jawab Lainnya PKL Selain BI

Selain hal-hal sebagaimana dimaksud pada huruf B, PKL Selain BI wajib melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Menyusun KPT mengenai penyelenggaraan SKNBI dengan mengacu pada ketentuan Surat Edaran ini yang paling kurang memuat materi sesuai “Pedoman Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis oleh PKL Selain BI” sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2.2.

2. KPT mengenai penyelenggaraan SKNBI adalah aturan tertulis yang ditetapkan direksi atau pejabat yang berwenang, yang antara lain mengatur pembagian tugas dan wewenang, mekanisme kerja, pengendalian risiko, responsibilitas, dan akuntabilitas dari PKL Selain BI sebagai pedoman penyelenggaraan SKNBI.

3. Dalam hal Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi PKL Selain BI, penyusunan KPT harus mencakup kebijakan dan prosedur yang berlaku di seluruh kantornya yang menjadi PKL Selain BI.

4. Menyampaikan KPT mengenai penyelenggaraan SKNBI sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan setiap perubahannya kepada PKN.

(23)

5. Laporan mengenai KPT oleh PKL Selain BI dimaksudkan sebagai sarana bagi PKN dalam rangka pelaksanaan member certification.

6. Dalam hal Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi PKL Selain BI, maka KPT yang disampaikan kepada PKN hanya 1 (satu) laporan KPT yang berlaku di seluruh kantor yang menjadi PKL Selain BI.

7. Menyampaikan KPT paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal persetujuan sebagai PKL Selain BI.

8. Menyampaikan setiap perubahan KPT paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak terjadinya perubahan. Perubahan yang wajib disampaikan adalah perubahan yang mendasar terhadap operasional PKL Selain BI dalam penyelenggaraan SKNBI.

9. Menyampaikan KPT serta perubahannya dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan Bank dan disampaikan kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN – Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350.

10. Melakukan pemeriksaan internal paling kurang 1 (satu) kali setiap tahun dan menyampaikan hasil pemeriksaan internal kepada PKN pada saat diminta oleh PKN bersamaan dengan kegiatan member certification dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pemeriksaan internal dilakukan oleh satuan kerja audit intern PKL Selain BI

terhadap kepatuhan PKL Selain BI dalam memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan ketentuan internal PKL Selain BI. untuk menjamin kelancaran serta keamanan pelaksanaan sistem dan prosedur operasional SKNBI oleh PKL Selain BI.

b. Dalam hal Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi PKL Selain BI, maka pemeriksaan internal dilakukan terhadap seluruh kantor Bank yang menjadi PKL Selain BI.

c. Pemeriksaan internal untuk pertama kali dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal persetujuan sebagai PKL Selain BI.

d. Pemeriksaan internal wajib dilakukan dengan mengacu pada dan tidak bertentangan dengan Surat Edaran ini, dan paling kurang mencakup ruang lingkup pemeriksaan internal sebagaimana diatur dalam Lampiran 2.3.

e. Laporan hasil pemeriksaan internal yang disampaikan kepada PKN merupakan ringkasan hasil pemeriksaan internal yang dilakukan oleh PKL Selain BI, antara lain berupa temuan, tanggapan auditee dan rekomendasi hasil pemeriksaan internal. Penyampaian laporan hasil pemeriksaan internal dilakukan dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan kepada:

(24)

Bagian Penyelenggaraan Setelmen

c.q. PKN - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia

Gedung D Lantai 3 Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350.

f. Laporan hasil pemeriksaan internal PKL Selain BI sebagaimana dimaksud pada huruf e, sebagai sarana bagi:

1) manajemen PKL Selain BI, untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas tingkat kepatuhan dalam memenuhi ketentuan, keamanan operasional PKL Selain BI; dan

2) PKN, untuk mendapatkan informasi dalam rangka pelaksanaan member certification.

11. Melakukan security audit paling kurang 1 (satu) kali selama menjadi PKL Selain BI, dan setiap terjadi perubahan dalam sistem teknologi internal PKL Selain BI yang terkait dengan SKNBI, serta menyampaikan hasil security audit tersebut kepada PKN pada saat diminta oleh PKN bersamaan dengan kegiatan member certification.

Security audit dilakukan melalui pemeriksaan terhadap keamanan teknologi informasi internal PKL Selain BI, hubungan (interface) antara aplikasi KPK dengan sistem internal PKL Selain BI serta kondisi lingkungan PKL Selain BI dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pelaksanaan security audit dapat dilakukan oleh auditor internal Bank yang

kantornya menjadi PKL Selain BI atau auditor eksternal.

b. Dalam hal Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi PKL Selain BI, security audit dilakukan terhadap seluruh kantornya yang menjadi PKL Selain BI.

c. Pelaksanaan security audit untuk pertama kali dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal persetujuan sebagai PKL Selain BI. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan apabila terjadi perubahan dalam sistem teknologi informasi internal PKL Selain BI yang terkait dengan operasional penyelenggaraan SKNBI.

d. Security audit wajib dilakukan dengan mengacu pada dan tidak bertentangan dengan Surat Edaran ini dan paling kurang mencakup ruang lingkup security audit sebagaimana diatur dalam Lampiran 2.4.

e. Laporan hasil security audit yang disampaikan kepada PKN merupakan ringkasan hasil security audit yang dilakukan oleh PKL Selain BI, antara lain berupa temuan,

(25)

tanggapan auditee dan rekomendasi hasil security audit. Penyampaian laporan hasil security audit dilakukan dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen, c.q. PKN - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2, Jakarta 10350.

f. Laporan hasil security audit sebagaimana dimaksud pada huruf e, sebagai sarana bagi:

1) Manajemen PKL Selain BI, untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas tingkat kepatuhan dalam memenuhi ketentuan, keamanan operasional PKL Selain BI; dan

2) PKN, untuk mendapatkan informasi dalam rangka pelaksanaan member certification.

(26)

BAB III KEPESERTAAN

Setiap Bank dapat menjadi Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di suatu Wilayah Kliring. A. Persyaratan Menjadi Peserta

Persyaratan untuk menjadi Peserta diatur sebagai berikut: 1. Izin dan Status Kantor Bank

Kantor Bank yang dapat menjadi Peserta di suatu Wilayah Kliring adalah kantor Bank yang telah memperoleh izin usaha atau izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia sebagai berikut:

a. kantor pusat Bank;

b. kantor cabang dan kantor di bawah kantor cabang sampai dengan kantor kas, baik konvensional maupun syariah, dari suatu Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri; dan

c. kantor cabang dan kantor di bawah kantor cabang sampai dengan kantor kas, baik konvensional maupun syariah, dari suatu Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri.

2. Lokasi Kantor Bank

Lokasi kantor Bank memungkinkan kantor Bank tersebut untuk mengikuti penyelenggaraan SKNBI di lokasi PKL secara tertib sesuai jadwal yang ditetapkan. Berdasarkan lokasi kantor Bank terhadap lokasi PKL, Bank dapat memilih keikutsertaan salah satu kantornya sebagaimana dimaksud dalam angka 1 di Wilayah Kliring yang terdekat. Dalam hal ini kantor di bawah kantor cabang dapat menjadi Peserta di Wilayah Kliring yang berbeda dengan Wilayah Kliring kantor cabang induknya.

3. Perjanjian Penggunaan SKNBI

Bank telah menandatangani perjanjian penggunaan SKNBI antara Bank Indonesia dengan Bank sebagai Peserta.

4. Perangkat Kliring

Kantor Bank yang akan menjadi Peserta menyediakan perangkat Kliring sebagai berikut: a. perangkat keras untuk TPK Utama dan TPK Back-up, yang sekurang-kurangnya

memenuhi spesifikasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.1;

b. JKD Utama dan JKD Back-up, bagi kantor Bank yang akan menggunakan TPK on-line; dan

c. Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan sesuai dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.2.

(27)

Persyaratan penyediaan perangkat Kliring sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b wajib dipenuhi sesuai dengan ketentuan dalam butir A.1 dan butir A.2 pada Bab IV mengenai Kewajiban dan Tanggung Jawab Bank sebagai Peserta.

B. Ketentuan Umum Pendaftaran Menjadi Peserta 1. Pendaftaran untuk menjadi Peserta meliputi:

a. pendaftaran untuk pertama kali bagi Bank baru yang belum terdaftar sebagai Peserta;

b. pendaftaran untuk penambahan kantor Bank sebagai Peserta; dan

2. Pendaftaran baik untuk pertama kali bagi Bank baru atau penambahan kantor Bank untuk menjadi Peserta sebagaimana dimaksud dalam angka 1 diatur sebagai berikut: a. Untuk Bank Konvensional atau Bank yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri, pendaftaran dilakukan oleh kantor pusat Bank.

b. Untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan:

1) pendaftaran untuk seluruh kantor Bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dilakukan oleh kantor pusat; dan

2) pendaftaran untuk seluruh kantor cabang syariah dan/atau unit syariah dilakukan oleh UUS.

c. Untuk Bank Konvensional yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri, pendaftaran dilakukan oleh kantor cabang.

d. Untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan:

1) pendaftaran untuk seluruh kantor Bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dilakukan oleh kantor cabang; dan

2) pendaftaran untuk seluruh kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah dilakukan oleh UUS.

3. Pendaftaran untuk menjadi Peserta sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dapat diajukan untuk kepesertaan satu kantor atau beberapa kantor sekaligus.

C. Tata Cara Pendaftaran Menjadi Peserta

Pendaftaran untuk menjadi Peserta baik untuk pertama kali maupun penambahan kantor Bank untuk menjadi Peserta di suatu Wilayah Kliring, dilakukan sebagai berikut:

(28)

1. Kantor Bank yang berwenang melakukan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam butir B.2 (selanjutnya disebut Bank Pemohon) mengajukan surat permohonan pendaftaran sesuai dengan contoh surat sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.3 kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:

a. daftar nama kantor Bank serta Wilayah Kliring dimana kantor Bank tersebut didaftarkan sebagai Peserta, dengan contoh format daftar nama kantor Bank sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.4;

b. fotokopi surat izin usaha Bank dan/atau surat izin pembukaan kantor Bank yang didaftarkan sebagai Peserta;

c. khusus Bank yang baru pertama kali melakukan pendaftaran kantor Bank sebagai Peserta, dokumen lainnya yang harus dilampirkan adalah sebagai berikut:

1) formulir data keanggotaan SKNBI yang telah diisi secara lengkap, sesuai contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.5;

2) daftar nama kantor Bank selain yang didaftarkan sebagai Peserta, yang dapat menerima transfer masuk (incoming) DKE dalam Kliring Kredit (jika ada), sesuai dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.6. Penambahan daftar kantor Bank selain Peserta yang dapat menerima transfer masuk (incoming) DKE kredit dapat dilakukan oleh Bank setiap saat dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada PKN dengan melampirkan daftar kantor Bank dimaksud;

3) fotokopi akte pendirian/anggaran dasar Bank dan perubahannya (jika ada) yang memuat kewenangan dan nama direksi yang berwenang mewakili Bank;

4) fotokopi surat kuasa (power of attorney) dari kantor pusat Bank, untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri;

5) surat kuasa dari direksi yang berwenang kepada pejabat yang mewakili Bank, jika penandatangan perjanjian tidak dilakukan oleh direksi yang berwenang;

6) fotokopi surat persetujuan penggunaan Warkat Debet dan Dokumen Kliring. Berkaitan dengan hal tersebut, terhadap Bank baru yang telah memperoleh izin prinsip dalam rangka pendirian Bank dapat segera mengajukan permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan

(29)

Dokumen Kliring kepada Bank Indonesia dengan tata cara sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring serta Pencetakannya pada Perusahaan Percetakan Warkat dan Dokumen Kliring dalam penyelenggaraan SKNBI. Pengajuan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring tersebut dimaksudkan sebagai persiapan, dan baru dapat dimanfaatkan setelah Bank yang bersangkutan telah memperoleh izin operasional sebagai Bank dari Bank Indonesia, dan telah terdaftar sebagai Peserta; dan

7) fotokopi surat persetujuan dari Bank Indonesia mengenai pengefektifan rekening giro Bank di Bank Indonesia, khusus untuk Bank yang baru pertama kali berdiri.

8) Fotokopi surat pemberitahuan sandi Pelaporan Laporan Bank Umum (LBU) kantor Bank yang didaftarkan sebagai Peserta. Khusus untuk kantor dibawah kantor cabang sampai dengan kantor kas, sandi LBU yang digunakan adalah sandi LBU kantor induknya.

2. Tembusan surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1, disampaikan juga kepada masing-masing PKL dimana kantor Bank didaftarkan sebagai Peserta.

3. Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN memberitahukan secara tertulis mengenai keputusan untuk menyetujui atau menolak permohonan kepesertaan kepada Bank Pemohon dengan tembusan kepada PKL dimana kantor Bank didaftarkan sebagai Peserta, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1 diterima secara lengkap.

4. Apabila Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN menyetujui permohonan kepesertaan, pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 3 antara lain berisikan informasi sebagai berikut:

a. Sandi Kliring untuk masing-masing kantor Bank yang didaftarkan sebagai Peserta; dan

b. Pemberitahuan kepada Bank Pemohon untuk mengambil:

1) CD Installer, yang berisi aplikasi TPK dan softcopy Buku Pedoman TPK; dan 2) serial number aplikasi, untuk masing-masing kantor Bank yang didaftarkan

sebagai Peserta yang memiliki TPK.

Pengambilan CD installer dan serial number sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan 2) hanya dapat dilakukan oleh pimpinan kantor Bank yang bersangkutan. Dalam hal pimpinan kantor Bank berhalangan, maka pengambilan tersebut dapat

(30)

dilakukan oleh pejabat atau pegawai Bank yang ditunjuk dengan menggunakan surat kuasa bermeterai cukup dan menggunakan kertas berlogo Bank yang bersangkutan. Dalam hal Bank Pemohon berkedudukan di luar Jakarta, pengambilan dapat dilakukan melalui PKL BI di Wilayah Kliring dimana Bank Pemohon berada.

5. Bank Pemohon selanjutnya melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan instalasi aplikasi TPK dengan mengisi serial number aplikasi sebagaimana dimaksud pada butir 4.b.2) untuk seluruh kantor Bank calon Peserta yang akan menggunakan TPK. Setelah dilakukan instalasi, secara otomatis aplikasi TPK akan mengeluarkan kode mesin untuk masing-masing TPK yang di-install. Bagi kantor Bank calon Peserta yang akan menggunakan TPK, instalasi aplikasi TPK dilakukan untuk sekurang-kurangnya 1 (satu) TPK Utama dan 1 (satu) TPK Back-up.

b. Memberitahukan secara tertulis kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN mengenai:

1) kode mesin dari hasil instalasi aplikasi pada setiap TPK sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan

2) jenis koneksi TPK ke SSK (TPK on-line atau TPK off-line).

Contoh surat pemberitahuan kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q PKN sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.7.a dan 3.7.b.

6. Berdasarkan informasi tertulis dari Bank Pemohon sebagaimana dimaksud pada butir 5.b, Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN melakukan hal-hal sebagai berikut: a. mendaftarkan kode mesin pada SSK;

b. memberitahukan Bank Pemohon untuk mengambil dokumen sebagai berikut: 1) kode registrasi;

2) master key; 3) security key; 4) sandi terminal;

5) password untuk login ke SSK (hanya diberikan kepada calon Peserta yang akan menggunakan TPK on-line);

6) alamat URL;

7) user id dan password untuk mengakses jaringan ekstranet Bank Indonesia (hanya diberikan kepada calon Peserta yang akan menggunakan TPK on-line melalui VPN Dial); dan

(31)

8) password default admin1 dan admin2

Pengambilan dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf b hanya dapat dilakukan oleh pimpinan kantor Bank yang bersangkutan. Dalam hal pimpinan kantor Bank berhalangan, maka pengambilan tersebut dapat dilakukan oleh pejabat atau pegawai Bank yang ditunjuk dengan menggunakan surat kuasa bermeterai cukup dan menggunakan kertas berlogo Bank yang bersangkutan. Dalam hal Bank Pemohon berkedudukan di luar Jakarta, pengambilan dapat dilakukan melalui PKL BI di Wilayah Kliring dimana Bank Pemohon berada.

7. Setelah menerima informasi dari Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN sebagaimana dimaksud pada butir 6.b, kantor Bank calon Peserta harus melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan setting konfigurasi pada TPK sesuai Buku Pedoman TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari Surat Edaran ini.

b. Mengelola user aplikasi TPK meliputi pendaftaran, perubahan dan penghapusan petugas-petugas yang ditunjuk dan menentukan kewenangan untuk mengoperasikan berbagai fungsi di aplikasi TPK. Apabila password admin1 dan admin2 tidak dapat digunakan maka Peserta harus melakukan reset password dengan sebagai berikut:

1) Mengajukan permohonan reset password secara tertulis kepada PKN dengan mengiformasikan hal-hal sebagai berikut :

a) Sandi Terminal Kliring; b) Sandi Kliring;

c) Master Key; dan

d) Nama Pejabat yang melakukan reset password,

yang disampaikan melalui faksimili dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.

2) Berdasarkan permohonan reset password sebagaimana dimaksud pada angka 1), Helpdesk PKN akan memberitahukan langkah-langkah untuk melakukan reset password melalui telepon kepada Pejabat yang namanya tercantum dalam surat permohonan.

c. Memberitahukan secara tertulis kepada PKL di Wilayah Kliring yang bersangkutan mengenai kesiapannya untuk mengikuti kegiatan SKNBI serta permohonan permintaan Tanda Pengenal Petugas Kliring (TPPK), sesuai dengan contoh surat sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.8. Pemberitahuan kepada PKL

(32)

tersebut disertai dengan penyampaian contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan yang dibubuhkan di atas kertas HVS putih secara jelas.

d. Khusus Bank baru yang belum pernah mendaftar sebagai Peserta, memberitahukan secara tertulis kepada seluruh Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan mengenai spesimen Warkat Debet yang telah memperoleh persetujuan Bank Indonesia dengan tembusan kepada PKL yang mewilayahi. 8. Setelah menerima pemberitahuan secara tertulis dari kantor Bank calon Peserta

mengenai kesiapan untuk mengikuti kegiatan SKNBI sebagaimana dimaksud dalam butir 7.b, PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyiapkan TPPK, sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir B.2 sampai dengan butir B.5 Bab XI mengenai Perusahaan Jasa Kurir dan Tanda Pengenal Petugas Kliring.

b. Menetapkan tanggal efektif kepesertaan kantor Bank sebagai Peserta.

c. Memberitahukan secara tertulis kepada kantor Bank calon Peserta dan kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN mengenai:

1) tanggal efektif keikutsertaan sebagai Peserta kepada kantor Bank calon Peserta dan PKN; dan

2) permintaan kepada kantor Bank calon Peserta untuk mengambil TPPK. Contoh surat pemberitahuan kepada kantor Bank calon Peserta dan PKN sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.9 dan Lampiran 3.9.a.

9. Peserta mengambil TPPK paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif kepesertaan.

10. PKL mengumumkan kepada seluruh Peserta lainnya mengenai keikutsertaan kantor Bank sebagai Peserta paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal efektif yang bersangkutan sebagai Peserta dengan disertai contoh format Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan. Pengumuman kepada seluruh Peserta dapat dilakukan secara tertulis sesuai dengan contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.10 atau melalui sarana lainnya.

11. Pada tanggal efektif keikutsertaan kantor Bank sebagaimana dimaksud pada angka 10, Peserta yang menggunakan TPK off-line harus melakukan penyesuaian (updating) tabel referensi pada aplikasi TPK masing-masing sebelum kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit dimulai. Proses updating dilakukan melalui up-load data tabel referensi dari media rekam data elektronis yang diperoleh dari PKL atau up-load data tabel referensi melalui kantornya yang menggunakan TPK on-line.

(33)

12. Penandatanganan perjanjian penggunaan SKNBI sebagaimana dimaksud dalam butir A.3 harus sudah dipenuhi sebelum tanggal efektif sebagai Peserta, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Kantor yang berwenang melakukan penandatanganan perjanjian adalah sebagai berikut:

1) Untuk Bank Konvensional, Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri, penandatanganan perjanjian dilakukan oleh kantor pusat Bank.

2) Untuk Bank Konvensional atau Bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri, penandatanganan perjanjian dilakukan oleh kantor cabang.

b. Perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf a ditandatangani oleh:

1) direksi Bank atau pejabat yang berwenang mewakili Bank berdasarkan akte pendirian/anggaran dasar Bank atau surat kuasa dari direksi, untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri; atau

2) pimpinan kantor cabang yang berwenang mewakili Bank berdasarkan surat kuasa (power of attorney) dari kantor pusat Bank, untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri.

13. Penandatanganan perjanjian penggunaan SKNBI antara Bank Indonesia dengan Bank Peserta sebagaimana dimaksud dalam angka 12 hanya dilakukan 1 (satu) kali selama Bank menjadi Peserta SKNBI.

D. Tata Cara Perubahan yang Terkait Dengan Kepesertaan 1. Perubahan Nama Bank

Dalam hal terjadi perubahan nama Bank, diatur ketentuan sebagai berikut:

a. Kantor pusat Bank, atau kantor cabang bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri, memberitahukan secara tertulis kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, segera setelah mendapat surat persetujuan perubahan nama Bank, dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:

(34)

Bank; dan

2) daftar kantor Bank dan Wilayah Kliring dimana kantor Bank tersebut terdaftar sebagai Peserta.

b. Tembusan surat pemberitahuan dan lampiran sebagaimana dimaksud dalam huruf a, disampaikan juga kepada masing-masing PKL dimana kantor Bank tersebut terdaftar sebagai Peserta.

c. Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN menyampaikan pemberitahuan mengenai tanggal efektif berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan SKNBI, dengan tata cara sebagai berikut:

1) pemberitahuan secara tertulis kepada kantor pusat Bank atau kantor cabang bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri, yang melaporkan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan 2) pemberitahuan melalui sarana lainnya kepada seluruh PKL di Wilayah

Kliring dimana kantor Bank tersebut terdaftar sebagai Peserta,

paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah pemberitahuan tertulis dari Bank sebagaimana dimaksud dalam huruf a diterima oleh Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN secara lengkap dan benar.

d. Seluruh kantor dari Bank yang mengalami perubahan nama dan terdaftar sebagai Peserta menyampaikan kepada PKL di Wilayah Kliring yang bersangkutan dokumen-dokumen sebagai berikut:

1) surat permohonan penggantian TPPK; dan

2) contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan dengan nama baru, yang dibubuhkan di atas kertas HVS putih secara jelas,

paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal efektif berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan SKNBI sebagaimana dimaksud pada huruf c.

e. Setelah menerima surat permohonan penggantian TPPK serta contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan dari Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf d, PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Menyiapkan TPPK, sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir B.2 sampai dengan B.5 Bab XI mengenai Perusahaan Jasa Kurir dan Tanda Pengenal Petugas Kliring.

2) Memberitahukan secara tertulis kepada Peserta untuk mengambil TPPK yang baru serta mengembalikan TPPK yang lama, paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah menerima surat permohonan penggantian TPPK

(35)

sebagaimana dimaksud dalam butir d.1).

f. Peserta mengambil TPPK yang baru paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan SKNBI dan mengembalikan TPPK yang lama kepada PKL.

g. Selama PKL belum dapat memberikan TPPK baru, Peserta dapat menggunakan: 1) TPPK lama; dan

2) fotokopi surat permohonan penggantian TPPK yang dilegalisir oleh PKL. Legalisasi tersebut dilakukan dengan cara membubuhkan stempel PKL dan tanda tangan pejabat PKL.

h. PKL mengumumkan kepada seluruh Peserta lainnya di Wilayah Kliring yang bersangkutan mengenai adanya perubahan nama Peserta, paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal efektif berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan SKNBI, beserta contoh perubahan Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan. Pengumuman tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau melalui sarana lainnya.

i. Pada tanggal efektif perubahan nama Bank sebagaimana dimaksud pada huruf h, Peserta yang menggunakan TPK off-line harus melakukan penyesuaian (updating) tabel referensi pada aplikasi TPK masing-masing sebelum kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit dimulai. Proses updating dilakukan melalui up-load data tabel referensi dari media rekam data elektronis yang diperoleh dari PKL atau up-load data tabel referensi melalui kantornya yang menggunakan TPK on-line.

2. Perubahan Sebutan Nama Kantor Peserta

Yang dimaksud dengan perubahan sebutan nama kantor Peserta adalah perubahan sebutan nama kantor Bank yang menjadi Peserta di suatu Wilayah Kliring dan hanya berlaku bagi Peserta yang bersangkutan saja. Dalam hal ini, perubahan sebutan nama kantor Peserta bukan dikarenakan pemindahan alamat atau perubahan status kantor. Sebagai contoh, kantor Bank ABC yang menjadi Peserta di Wilayah Kliring Jakarta, semula dikenal dengan sebutan nama “Bank ABC Cabang Sarinah” kemudian oleh Bank yang bersangkutan diubah sebutan nama kantornya menjadi “Bank ABC Cabang Wahid Hasyim”.

Dalam hal Peserta mengubah sebutan nama kantor, diatur ketentuan sebagai berikut: a. Peserta yang mengalami perubahan sebutan nama kantor menyampaikan kepada

PKL di Wilayah Kliring yang bersangkutan, dokumen-dokumen sebagai berikut: 1) surat pemberitahuan perubahan sebutan nama kantor sekaligus

(36)

permohonan penggantian TPPK; dan

2) contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan dengan sebutan nama kantor Peserta yang baru, yang dibubuhkan di atas kertas HVS putih secara jelas.

b. Setelah menerima surat pemberitahuan dari Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf a, PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Menyiapkan TPPK, sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir B.2 sampai dengan butir B.5 Bab XI mengenai Perusahaan Jasa Kurir dan Tanda Pengenal Petugas Kliring.

2) Menetapkan tanggal efektif perubahan sebutan nama kantor Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI. Penetapan tanggal efektif harus dilakukan pada tanggal yang jatuh pada hari Senin atau hari kerja berikutnya apabila tanggal yang jatuh pada hari Senin merupakan hari libur.

3) Memberitahukan secara tertulis kepada Peserta dengan tembusan kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN mengenai:

a) tanggal efektif berlakunya sebutan nama kantor Peserta yang baru dalam penyelenggaraaan SKNBI; dan

b) permintaan kepada Peserta untuk mengambil TPPK yang baru serta mengembalikan TPPK yang lama,

paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah menerima pemberitahuan tertulis dari Peserta.

4) Melalui KPK, melakukan perubahan sebutan nama kantor Peserta pada tabel referensi paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud pada angka 2).

c. Peserta mengambil TPPK yang baru paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan SKNBI dan mengembalikan TPPK yang lama kepada PKL paling lambat pada tanggal efektif berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan SKNBI.

d. Selama PKL belum dapat memberikan TPPK baru, Peserta dapat menggunakan: 1) TPPK lama; dan

2) fotokopi surat permohonan penggantian TPPK yang dilegalisir oleh PKL. Legalisasi tersebut dilakukan dengan cara membubuhkan stempel PKL dan tanda tangan pejabat PKL.

(37)

bersangkutan mengenai adanya perubahan sebutan nama kantor Peserta, paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal efektif berlakunya sebutan nama kantor Peserta yang baru disertai contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan dengan sebutan nama kantor Peserta yang baru.

Pengumuman tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau melalui sarana lainnya.

f. Pada tanggal efektif berlakunya perubahan sebutan nama kantor Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf e, Peserta yang menggunakan TPK off-line harus melakukan penyesuaian (updating) tabel referensi pada aplikasi TPK masing-masing sebelum kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit dimulai. Proses updating dilakukan melalui up-load data tabel referensi dari media rekam data elektronis yang diperoleh dari PKL atau up-load data tabel referensi melalui kantornya yang menggunakan TPK on-line.

3. Perubahan Alamat Peserta

Yang dimaksud dengan perubahan alamat adalah apabila kantor Bank yang menjadi Peserta di suatu Wilayah Kliring pindah ke alamat lain di Wilayah Kliring yang sama. Terkait dengan hal tersebut, diatur ketentuan sebagai berikut:

a. Peserta menyampaikan dokumen kepada PKL di Wilayah Kliring yang bersangkutan yang terdiri dari:

1) surat pemberitahuan perubahan alamat, apabila perubahan alamat mengakibatkan perubahan sebutan nama kantor Peserta, surat pemberitahuan tersebut sekaligus berisikan permohonan penggantian TPPK;

2) fotokopi surat Bank Indonesia mengenai persetujuan/ konfirmasi pemindahan alamat; dan

3) contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan dengan sebutan nama kantor Peserta yang baru yang dibubuhkan di atas kertas HVS putih secara jelas, apabila pemindahan alamat tersebut mengakibatkan perubahan sebutan nama kantor Peserta,

segera setelah mendapat surat persetujuan pemindahan alamat.

b. Dalam hal pemindahan alamat tidak mengakibatkan perubahan sebutan nama kantor Peserta, maka setelah menerima surat pemberitahuan dari Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf a, PKL melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Melalui KPK, melakukan perubahan alamat Peserta pada tabel referensi

Gambar

Ilustrasi pemberian bantuan keuangan kepada PKL Selain BI di Wilayah Kliring  yang baru dibentuk.

Referensi

Dokumen terkait