• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam penyelenggaraan SKNBI, Bank harus menyediakan pendanaan awal (prefund) yang dimaksudkan untuk mengantisipasi pemenuhan potensi kewajiban dari seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta pada penyelenggaraan Kliring Debet dan Kliring Kredit. Pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit diatur sebagai berikut:

A. Minimum Nominal Pendanaan Awal (Prefund) 1. Kliring Debet

a. Minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet yang harus disediakan oleh Bank ditetapkan oleh Bank Indonesia setiap bulan.

b. Minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet adalah sebesar total tagihan harian terbesar Bank dalam Kliring Debet dari seluruh Wilayah Kliring selama penyelenggaraan Kliring Debet dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan sebelumnya dengan mengecualikan data transaksi yang nilai nominalnya di luar kebiasaan (outliar). Khusus untuk bulan keduabelas, data yang diperhitungkan adalah data transaksi sampai dengan tanggal 25. Apabila tanggal 25 pada bulan keduabelas jatuh pada hari libur, maka data yang diperhitungkan adalah data transaksi sampai dengan hari kerja terakhir sebelum tanggal 25. Contoh penetapan batas minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk Bank A pada bulan Januari 2006 adalah sebagai berikut:

1) Data historis yang digunakan adalah data transaksi total tagihan (incoming

debet) periode 1 Januari 2005 sampai dengan 25 Desember 2005.

Berdasarkan database di Bank Indonesia dalam kurun waktu tersebut, total tagihan (incoming debet) terbesar Bank A dalam penyelenggaraan Kliring Debet dari seluruh Wilayah Kliring, setelah mengeluarkan data transaksi yang nilai nominalnya di luar kebiasaan (outliar), adalah sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Dengan demikian, minimum nominal pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan oleh Bank A untuk penyelenggaraan Kliring Debet selama bulan Januari 2006 adalah sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2) Untuk penyelenggaraan Kliring Debet periode bulan Februari 2006, minimum nominal pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan oleh Bank A ditetapkan berdasarkan total tagihan (incoming debet) terbesar

untuk kurun waktu 1 Februari 2005 sampai dengan 25 Januari 2006. c. Cara menghitung data transaksi yang nilai nominalnya di luar kebiasaan (outliar)

sebagaimana dimaksud pada huruf b adalah nilai rata-rata total tagihan (incoming debet) per Bank Peserta ditambah 3 standar deviasi.

d. Besarnya nilai minimum nominal pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud pada huruf b yang harus disediakan oleh Bank diinformasikan oleh PKN pada tanggal 26 setiap bulannya dan dapat diakses oleh Bank melalui TPK on-line atau sarana lainnya. Apabila tanggal 26 jatuh pada hari libur, maka besarnya minimum nominal pendanaan awal (prefund) diinformasikan oleh PKN kepada Peserta pada hari kerja berikutnya.

e. Dalam hal terdapat Bank yang baru pertama kali menjadi Peserta dan belum mempunyai data historis transaksi Warkat Debet, besarnya minimum nominal pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan oleh Bank tersebut diatur sebagai berikut:

1) Pada hari pertama keikutsertaan Bank dalam SKNBI, minimum nominal pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan adalah sebesar Rp0,00 (nol rupiah).

2) Pada hari-hari kerja berikutnya di bulan yang sama dengan tanggal keikutsertaan Bank dalam SKNBI untuk pertama kali, besarnya minimum nominal pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan oleh Bank ditetapkan berdasarkan data total tagihan (incoming debet) terbesar Bank tersebut pada hari-hari kerja sebelumnya.

3) Penetapan besar minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk bulan berikutnya ditetapkan dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf b sesuai dengan data historis yang dimiliki oleh Bank. Dalam hal ini, apabila data historis yang dimiliki oleh Bank masih kurang dari 12 bulan, maka data historis yang digunakan adalah data yang tersedia pada periode tersebut.

f. Dalam hal terdapat Bank yang merger atau konsolidasi, besarnya minimum nominal pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan oleh Bank hasil merger atau Bank hasil konsolidasi diatur sebagai berikut:

1) Sejak tanggal efektif merger atau konsolidasi sampai dengan akhir bulan yang bersangkutan, minimum nominal pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan adalah sebesar total minimum pendanaan awal (prefund)

dari bank-bank yang melakukan merger atau konsolidasi, yang telah ditetapkan pada awal bulan ketika bank-bank tersebut belum melakukan

merger atau konsolidasi.

2) Penetapan besarnya minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk bulan berikutnya ditetapkan berdasarkan total tagihan harian terbesar Bank hasil merger atau konsolidasi dalam Kliring Debet dari seluruh Wilayah Kliring selama penyelenggaraan Kliring Debet dalam bulan sebelumnya sejak efektif merger/atau konsolidasi dengan mengecualikan data transaksi yang nilai nominalnya di luar kebiasaan (outliar).

3) Penetapan besar minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk bulan-bulan berikutnya ditetapkan dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 2) sesuai dengan data historis yang dimiliki oleh Bank hasil merger atau Bank hasil konsolidasi. Dalam hal ini, apabila data historis yang dimiliki oleh Bank hasil merger atau Bank hasil konsolidasi masih kurang dari 12 bulan, maka data historis yang digunakan adalah data yang tersedia pada periode tersebut.

g. Dalam hal terdapat Bank hasil konversi, misal dari Bank konvensional menjadi Bank syariah, besarnya minimum nominal pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan oleh Bank hasil konversi menggunakan data historis 12 (dua belas) bulan sebelumnya sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas.

2. Kliring Kredit

a. Penyediaan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit hanya dilakukan pada penyelenggaraan Kliring Kredit siklus pertama.

Nominal pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit siklus pertama yang harus disediakan oleh Bank setiap harinya paling sedikit adalah sebesar Rp1,00 (satu rupiah).

B. Batas Waktu Penyediaan Pendanaan Awal (Prefund)

1. Batas waktu untuk menyediakan pendanaan awal (prefund) oleh Bank diatur sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai jadwal penyelenggaraan SKNBI.

2. Waktu untuk menyediakan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud dalam angka 1 menggunakan waktu yang tercatat pada SSK di Bank Indonesia.

3. Dalam hal sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 1 Bank tidak menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet atau Kliring Kredit, atau

dalam …

total pendanaan awal (prefund) yang disediakan kurang dari batas minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka seluruh kantor Bank tersebut yang menjadi Peserta dihentikan sementara dari kegiatan SKNBI yang meliputi Kliring Debet dan Kliring Kredit dengan tata cara penghentian sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir A.1. Bab X mengenai Penghentian Peserta Dalam Kegiatan SKNBI.

4. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada angka 3, Bank Indonesia dapat mengikutsertakan Bank dalam kegiatan SKNBI dengan ketentuan sebagai berikut: a. Bank mengajukan permohonan secara tertulis kepada PKN dengan

menginformasikan penyebab kegagalan Bank dalam memenuhi penyediaan pendanaan awal beserta bukti-bukti pendukung.

b. Penyebab kegagalan Bank dalam memenuhi penyediaan pendanaan awal sebagaimana dimaksud pada huruf a yang dapat dipertimbangkan oleh Bank Indonesia adalah sebagai berikut:

1) terjadi gangguan sistem dan/atau Keadaan Darurat pada saat pengiriman pendanaan awal (prefund); dan/atau

2) terjadi kesalahan penggunaan Transaction Reference Number (TRN) dan/atau member code Sistem BI-RTGS.

c. Setelah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia, Bank wajib segera menyediakan pendanaan awal (prefund) dengan cara sebagai berikut:

1) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud dalam butir b.1), pendanaan awal (prefund) dilakukan dengan mekanisme sebagaimana dimaksud pada butir D.1.b.

2) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud dalam butir b.2), pendanaan awal (prefund) dilakukan dengan mekanisme koreksi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem BI-RTGS.

C. Jenis dan Pengelolaan Pendanaan Awal (Prefund) 1. Jenis Pendanaan Awal (Prefund)

a. Pendanaan Awal (Prefund) Kliring Debet dapat dilakukan dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dan/atau agunan (collateral prefund).

b. Jenis agunan (collateral prefund) sebagaimana dimaksud pada angka 1 dapat berupa:

1) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI);

2) Surat Utang Negara (SUN); dan/atau

3) surat berharga atau tagihan lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. c. Pendanaan Awal (Prefund) Kliring Kredit dilakukan hanya dalam bentuk dana

tunai (cash prefund).

2. Pengelolaan Pendanaan Awal (Prefund)

a. Dana tunai (cash prefund) untuk pendanaan awal (prefund) Kliring Debet dan Kliring Kredit ditatausahakan oleh Bank Indonesia pada Sistem BI-RTGS dalam rekening-rekening milik PKN yang digunakan khusus untuk menampung dana tunai (cash prefund) Kliring Debet dan Kliring Kredit.

b. Rekening-rekening PKN sebagaimana dimaksud pada huruf a dibuka oleh Bank Indonesia.

c. Agunan (collateral prefund) ditatausahakan oleh Bank Indonesia pada sarana BI-SSSS, dalam rekening individual agunan FLI-Kliring dan rekening agunan FLIS Kliring masing-masing Bank yang terpisah dari rekening perdagangan atau rekening aktif.

D. Tata Cara Penyediaan Pendanaan Awal (Prefund) 1. Pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet

Pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dapat berupa dana tunai (cash prefund) dan/atau agunan (collateral prefund) dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Pendanaan awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dilakukan melalui Sistem BI-RTGS, dengan cara melakukan transfer kredit dari rekening giro Bank ke rekening khusus milik PKN untuk Kliring Debet dengan rincian informasi sebagai berikut:

1) Member Code : INDOIDJA930CHDC

2) Transaction Reference Number (TRN): IFTDCPF0

3) Beneficiary:

a) Nomor Rekening: 561.930321

b) Nama Rekening: Rekening Antara Akunting Penyelenggara Kliring Nasional Debet

b. Apabila terjadi kondisi gangguan dan Keadaan Darurat yang menyebabkan Bank tidak dapat melakukan transfer kredit melalui Sistem BI-RTGS, maka penyediaan pendanaan awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dapat dilakukan dengan menggunakan bilyet giro Bank Indonesia untuk dibukukan oleh Bank Indonesia, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem

BI-RTGS.

c. Penyediaan dan penambahan pendanaan awal (prefund) dalam bentuk agunan (collateral prefund) dilakukan melalui sarana BI-SSSS, dengan cara memindahkan agunan (collateral prefund) sebagaimana dimaksud pada butir C.1.b dari Rekening Perdagangan ke Rekening Agunan FLI Kliring atau dari Rekening Aktif ke Rekening Agunan FLIS Kliring.

d. Tata cara pemindahan agunan (collateral prefund) sebagaimana dimaksud pada huruf c sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS), fasilitas likuiditas intrahari bagi Bank umum (FLI) dan fasilitas likuiditas intrahari bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (FLIS). 2. Pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit

Pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit berupa dana tunai (cash prefund) dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Pendanaan awal (prefund) dilakukan pada siklus pertama melalui Sistem BI-RTGS, dengan cara melakukan transfer kredit dari rekening giro Bank ke rekening khusus milik PKN dengan rincian informasi sebagai berikut:

1) Member Code : INDOIDJA930CHCC1

2) Transaction Reference Number (TRN): IFTCCPF1

3) Beneficiary:

a) Nomor Rekening: 561.930221

b) Nama Rekening: Rekening Antara Akunting Penyelenggara Kliring Nasional Kredit 1

b. Apabila terjadi kondisi gangguan dan Keadaan Darurat yang menyebabkan Bank tidak dapat melakukan transfer kredit melalui Sistem BI-RTGS, maka penyediaan pendanaan awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dapat dilakukan dengan menggunakan bilyet giro Bank Indonesia untuk dibukukan oleh Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem BI-RTGS.

E. Tata Cara Penambahan Pendanaan Awal (Prefund) Dan Batas Waktu Penambahan Penambahan Pendanaan Awal (Prefund)

1. Penambahan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet

a. Bank, yang telah menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet sesuai dengan batas waktu dan nominal yang ditetapkan, dapat melakukan

penambahan pendanaan awal (prefund) setiap saat sampai dengan batas waktu penambahan yang ditetapkan. Hal ini dilakukan apabila menurut pertimbangan Bank atau berdasarkan informasi awal (early warning) dari SSK mengenai hasil Kliring Debet Bank secara nasional, potensi kewajiban Bank lebih besar daripada pendanaan awal (prefund) yang telah disediakan oleh Bank.

b. Penambahan untuk pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat dilakukan dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dan/atau agunan (collateral prefund).

c. Penambahan dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dilakukan melalui Sistem BI-RTGS, dengan cara melakukan transfer kredit dari rekening giro Bank ke rekening khusus milik PKN dengan rincian informasi sebagai berikut:

1) Member Code : INDOIDJA930CHDC

2) Transaction Reference Number (TRN): IFTDCTU0

3) Beneficiary:

a) Nomor Rekening: 561.930321

b) Nama Rekening: Rekening Antara Akunting Penyelenggara Kliring Nasional Debet

d. Apabila terjadi kondisi gangguan dan Keadaan Darurat yang menyebabkan Bank tidak dapat melakukan transfer kredit melalui Sistem BI-RTGS, maka penambahan pendanaan awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dapat dilakukan dengan menggunakan bilyet giro Bank Indonesia untuk dibukukan oleh Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem BI-RTGS.

e. Penambahan pendanaan awal (prefund) dalam bentuk agunan (collateral

prefund) dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir

D.1.c.

2. Penambahan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit

a. Bank, yang telah menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit sesuai dengan batas waktu dan nominal yang yang ditetapkan, dapat melakukan penambahan dalam bentuk dana tunai (cash prefund) setiap saat sampai dengan batas waktu yang ditetapkan. Hal ini dilakukan apabila menurut pertimbangan Bank atau berdasarkan informasi awal (early warning) dari SSK mengenai hasil Kliring Kredit Bank secara nasional, potensi kewajiban Bank lebih besar dari pada pendanaan awal (prefund) yang telah disediakannya.

b. Penambahan dana tunai (cash prefund) baik untuk siklus pertama dan siklus kedua dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dengan cara melakukan transfer kredit dari rekening giro Bank ke rekening khusus milik PKN, dengan rincian informasi sebagai berikut:

1) Penambahan untuk siklus pertama:

a) Member Code: INDOIDJA930CHCC1

b) Transaction Reference Number (TRN): IFTCCTU1

c) Beneficiary:

(1)

Nomor Rekening: 561.930221

(2)

Nama Rekening: Rekening Antara Akunting Penyelenggara Kliring Nasional Kredit 1

2) Penambahan untuk siklus kedua:

a) Member Code: INDOIDJA930CHCC2

b) Transaction Reference Number (TRN): IFTCCTU2

c) Beneficiary:

(1)

Nomor Rekening: 561.930222

(2)

Nama Rekening: Rekening Antara Akunting Penyelenggara Kliring Nasional Kredit 2

c. Apabila terjadi kondisi gangguan dan Keadaan Darurat yang menyebabkan Bank tidak dapat melakukan transfer kredit melalui Sistem BI-RTGS, maka penambahan dana tunai (cash prefund) dapat dilakukan dengan menggunakan bilyet giro Bank Indonesia untuk dibukukan oleh Bank Indonesia, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem BI-RTGS.

3. Batas waktu penambahan pendanaan awal (prefund) oleh Bank diatur sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai jadwal penyelenggaraan SKNBI. 4. Waktu penambahan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud dalam angka 3

menggunakan waktu yang tercatat pada SSK di Bank Indonesia.

F. Pengembalian Pendanaan Awal (Prefund) Kliring Debet Dalam Bentuk Agunan (Collateral

Prefund)

1. Dalam hal pada awal hari Bank telah menyediakan pendanaan awal (prefund) dalam bentuk agunan (collateral prefund) namun total nominal pendanaan awal (prefund) Bank tersebut tidak memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan sehingga Bank dihentikan sementara dari kegiatan SKNBI, maka agunan (collateral prefund) yang telah dipindahkan ke Rekening Agunan FLI Kliring atau Rekening FLIS Kliring dapat

dipindahkan kembali setiap saat oleh Bank ke Rekening Perdagangan atau ke Rekening Aktif.

2. Dalam hal setelah Penyelesaian Akhir Kliring Debet Bank masih memiliki agunan (collateral prefund) pada Rekening Agunan FLI Kliring atau Rekening Agunan FLIS Kliring, maka Bank dapat memindahkan kembali agunan (collateral prefund) tersebut ke Rekening Perdagangan atau ke Rekening Aktif setelah dilakukannya Penyelesaian Akhir Kliring Debet.

3. Dalam hal setelah Penyelesaian Akhir Kliring Debet, Bank masih memiliki agunan (collateral prefund) pada Rekening Agunan FLI Kliring atau Rekening Agunan FLIS Kliring dan Bank tidak memindahkan kembali ke Rekening Perdagangan atau ke Rekening Aktif, maka agunan (collateral prefund) tersebut akan diperhitungkan sebagai komponen pendanaan awal (prefund) Bank untuk Kliring Debet pada hari kerja berikutnya.

G. Pengembalian Dana Tunai (Cash Pefund)

1. Dalam hal pada awal hari Bank telah menyediakan pendanaan awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund) namun total nominal pendanaan awal (prefund) Bank tersebut tidak memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan sehingga Bank dihentikan sementara dari kegiatan SKNBI, maka dana tunai (cash prefund) yang telah dipindahkan ke Rekening PKN untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit dipindahkan kembali secara otomatis ke rekening giro Bank, setelah waktu penyediaan pendanaan awal (prefund) berakhir.

2. Dalam hal pada saat Penyelesaian Akhir Kliring Debet, Bank masih memiliki dana tunai (cash prefund) pada rekening PKN untuk Kliring Debet, maka dana tunai (cash prefund) tersebut dikembalikan secara otomatis ke rekening giro Bank bersamaan dengan proses Penyelesaian Akhir Kliring Debet.

2A. Dalam hal pada saat Penyelesaian Akhir Secara Periodik, Bank masih memiliki dana tunai (cash prefund) pada rekening PKN untuk Kliring Kredit, dana tunai (cash prefund) tersebut tidak dikembalikan ke rekening giro Bank pada saat proses Penyelesaian Akhir Secara Periodik.

3. Dalam hal pada saat Penyelesaian Akhir Kliring Kredit, Bank masih memiliki dana tunai (cash prefund) pada rekening PKN untuk Kliring Kredit, maka dana tunai (cash prefund) tersebut dikembalikan secara otomatis ke rekening giro Bank bersamaan dengan proses Penyelesaian Akhir Kliring Kredit.

BAB VII