V. PENUTUP Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mencari perbedaan level
perkembangan moral kognitif akuntan yaitu auditor internal
dan auditor eksternal. Teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teori perkembangan moral Kohlberg dengan alat
scoring perkembangan moral DIT yang dikembangkan oleh
Rest. Penelitian ini menguji apakah auditor internal memiliki
perkembangan moral kognitif yang lebih tinggi daripada
auditor eksternal. Selain itu juga menguji faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi level perkembangan moral kognitif
seseorang antara lain gender, umur, pengalaman kerja dan
tingkat pendidikan.
Hasil pengujian hipotesis dapat membuktikan bahwa
auditor internal dapat mencapai level perkembangan moral
yang lebih tinggi daripada auditor eksternal. Hal ini
menunjukkan bahwa auditor internal dalam mengambil
keputusan etis pada saat menghadapi dilema etis tidak hanya
berpedoman pada peraturan dan kode etik yang berlaku
namun juga melibatkan pertimbangan yang mendalam yang
berasal dari hati nurani. Auditor internal yang merupakan
bagian integral dalam perusahaan akan berusaha untuk
Sehingga menyebabkan munculnya rasa toleransi saat konflik
audit terjadi.
Selain menjadi bagian integral dalam perusahaan,
perbedaan tanggung jawab dan karakteristik pekerjaan auditor
internal dan auditor eksternal dapat menyebabkan adanya
perbedaan level perkembangan moral kognitif tersebut.
Namun bukan berarti dalam menghadapi konflik audit untuk
mengambil keputusan etis, auditor eksternal tidak
menggunakan hati nuraninya. Auditor eksternal yang
merupakan pihak ketiga lebih mengacu pada prinsip-prinsip
aturan yang berlaku untuk menjunjung tinggi profesionalnya
daripada nurani di dalam dirinya. Nilai P-Score auditor
internal yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan
pertimbangan yang dipilih merupakan pertimbangan yang
berada pada tahap postconventional (tahapan 5 dan 6),
sedangkan auditor eksternal lebih menekankan pertimbangan
tahap conventional (tahapan 3 dan 4). Pada tahap
postcoventional inilah hati nurani ditempatkan dalam
pertimbangan pengambilan keputusan etis.
Faktor-faktor yang ditemukan dapat mempengaruhi
level perkembangan moral kognitif dalam penelitian ini adalah
umur dan pengalaman kerja. Sedangkan gender dan tingkat
pendidikan tidak ditemukan adanya pengaruh. Kemungkinan
perkembangan moral kognitif seperti faktor-faktor individual
antara lain ego strengh (Trevino, 1986), locus of control
(Trevino, 1986) dan tipe kepribadian (McMahon,1992),
kemudian faktor-faktor di luar individu antara lain latar
belakang keluarga, komunitas sosial yang dimiliki, dan budaya
organisasi. Sehingga faktor-faktor seperti gender, umur,
pengalaman kerja dan tingkat pendidikan tidak dapat dijadikan
patokan bahwa semakin tinggi faktor-faktor tersebut maka
semakin tinggi pula perkembangan moral kognitif seseorang.
Keterbatasan
Perlu disadari bahwa penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan yang tidak dapat dihindari dan dikontrol.
Kesulitan dalam pengumpulan data auditor yang
membutuhkan pendekatan personal. Penggunaan alat
penelitian dan pemahaman terhadap DIT oleh subyek juga
menjadi kendala tersendiri dalam melakukan pengumpulan
data untuk pengujian hipotesis. Faisal (2007), DIT
menggunakan hubungan antara perkembangan dan alasan
moral untuk menghitung P-Score tunggal untuk mengukur
perkembangan moral. Meskipun hal ini telah banyak memberi
kontribusi yang bemilai bagi pemahaman etika dalam profesi
akuntansi, namun DIT hanya memberi penjelasan sebagian
Saran
Sehingga yang menjadi saran dalam penelitian ini
adalah pemilihan subyek (auditor internal) yang lebih berfokus
pada karakteristik perusahaan tertentu. Kedua, Defining Issues
Test (DIT) bukanlah satu-satunya instrumen yang dapat
digunakan untuk mengukur perkembangan moral, sehingga
dapat menggunakan instrumen pengukuran lainnya seperti
Multidimensional Ethics Scale (MES) yang lebih mudah
diterapkan dan lebih dapat memberikan ukuran langsung atas