• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga T1 462011024 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga T1 462011024 BAB IV"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam hal ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dilakukan pada tujuh partisipan selama

kurang lebih dua bulan. Penyajian data hasil penelitian akan peneliti

bagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berisikan gambaran

tempat penelitian. Pada bagian kedua peneliti akan memaparkan

data demografi partisipan yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,

dan pekerjaan serta pelaksanaan penelitian. Pada bagian ketiga

peneliti akan mengulas hasil penelitian berupa hasil analisa tema

yang mencakup deskripsi hasil wawancara semi terstruktur dan

catatan lapangan yang peneliti lakukan berdasarkan tema – tema yang ditemukan tentang pola pemenuhan gizi anak pada orang tua

single parent serta faktor – faktor yang mempengaruhi pemenuhan

gizi tersebut.

Hasil penelitian yang telah diperoleh akan peneliti

bandingkan dengan teori – teori dan hasil penelitian sebelumnya, yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Peneliti juga

membahas keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian yang terkait

dengan pola pemenuhan gizi anak pada orang tua single parent

(2)

44

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Cabean yang masuk di wilayah

Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Salatiga. Salatiga

memiliki batas wilayah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan

dengan kecamatan Pabelan, sebelah timur berbatasan dengan

kecamatan Suruh, sebelah selatan berbatasan dengan Tengaran,

sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Tuntang.

4.2 Karakteristik Partisipan dan Pelaksanaan Penelitian

[image:2.516.88.453.172.547.2]

4.2.1 Karakteristik Partisipan

Tabel 4.2.1.1 Karakteristik Partisipan

Inisial Jenis

Kelamin Umur Pekerjaan

RP1 Ny. D P 39 th PNS

RP2 Ny. HM P 31 th Swasta

RP3 Ny. H P 30 th PRT

RP4 Ny. N P 45 th PNS

RP5 Ny. Y P 30 th Wiraswasta

RP6 Ny. A P 24 th Swasta

RP7 Ny. O P 41 th Wiraswasta

4.2.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan wawancara melalui pertemuan dengan

partisipan dilakukan sejak Desember 2015 sampai dengan

(3)

45 4.2.2.1 Riset Partisipan 1 (RP1)

Wawancara bersama RP1 dilakukan pada tanggal 06

Januari 2016 pukul 14.30 – 16.30 WIB. Bertempat di teras rumah RP1, R1 sedang duduk bersama anaknya. Mereka

sedang bercanda dan bermain mainan yang dimiliki oleh

anak RP1. Rp1 mengatakan kalau baru saja pulang kerja

dari kantor dan baru selesai mandi. RP1 juga mengatakan

sedang menunggu peneliti.

4.2.2.2 Riset Partisipan 2 (RP2)

Wawancara bersama RP2 dilakukan pada tanggal 06

januari 2016 pukul 16.30 – 17.30 WIB. Bertempat di ruang tamu RP2, sebelumnya partisipan sedang duduk di

halaman rumah partisipan. Saat itu partisipan

menceritakan kalau baru saja pulang bekerja dan langsung

membersihkan rumah. Partisipan juga mengatakan kalau

baru saja selesai mandi dan menunggu peneliti untuk

datang kerumah seperti apa yang sudah disepakati.

4.2.2.3 Riset Partisipan 3 (RP3)

Wawancara dengan RP3 dilaksanakan pada tanggal 06

Januari 2016 pukul 19.00 – 20.30 WIB. Bertempat di teras rumah RP3, RP3 sedang duduk diteras rumahnya.

Partisipan juga menceritakan kalau sedang menunggu

(4)

46

partisipan juga menceritakan kalau anaknya sangat rajin

mengaji dan partisipan mengatakan kalau baru saja

selesai mandi karena selesai membersihkan rumah.

4.2.2.4 Riset Partisipan 4 (RP4)

Wawancara dengan RP4 dilaksanakan pada tanggal 03

Februari 2016 pukul 16.00-17.00 WIB. Bertempat di teras

rumah RP4, partisipan sedang duduk diteras rumah

partisipan. Partisipan sedang berbincang-bincang dengan

tetangga partisipan. Partisipan juga menceritakan bahwa

dikantor banyak kerjaan sehingga pulang sudah sore.

4.2.2.5 Riset Partisipan 5 (RP5)

Wawancara dengan RP5 dilaksanakan pada tanggal 03

Februari 2016 pukul 17.00-18.00 WIB. Bertempat di teras

rumah RP5, partisipan sedang duduk diteras rumah

dengan saudara partisipan. Saat itu beliau mengatakan

kalau baru saja selesai mandi karena selesai

membersihkan rumah.

4.2.2.6 Riset partisipan 6 (RP6)

Wawancara dengan RP6 dilaksanakan pada tanggal 04

Februari 2016 pukul 16.00-17.00 WIB. Bertempat di ruang

keluarga RP6, partisipan sedang duduk dihalaman rumah

dengan tetangga-tetangga partisipan. Saat itu beliau

(5)

47

sedang berain dengan anak-anak kecil disekitar rumah

partisipan.

4.2.2.7 Riset partisipan 7 (RP7)

Wawancara dengan RP7 dilaksanakan pada tanggal 04

Februari 2016 pukul 17.00-18.00 Wib. Bertempat di ruang

tamu RP7, partisipan sedang duduk diteras rumah. Saat itu

beliau mengatakan kalau baru saja pulang dari

bantu-bantu tetangga yang sedang akan punya hajatan.

4.3 Hasil Penelitian

Hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang

mencakup deskripsi hasil wawancara semi terstruktur

dan catatan lapangan yang peneliti susun berdasarkan

tema – tema yang ditemukan tentang pola pemenuhan gizi anak pada orang tua single parent serta faktor – faktor yang mempengaruhi pemenuhan gizi tersebut.

4.3.1 Tema 1 Pola Pemenuhan Gizi

Partisipan dalam penelitian ini memiliki pekerjaan

yang berbeda – beda dan juga cara pemenuhan kebutuhan gizi yang berbeda- beda pula. Dari semua

partisipan yang selalu menyiapkan hidangan makanan

dengan sendiri atau memasaknya sendiri, hanya pada

(6)

48

Hal tersebut terlihat dari jawaban partisipan. Berikut

adalah ungkapan partisipan.

“Ya mbak saya masak sendiri. Cuma kalau sore atau anak saya pengen makan makanan lain ya kadang saya beli mbak, anak saya pengen apa nanti saya belikan.” (RP1, 25)

“ Saya masak sendiri mbak, entah itu apa saja saya selalu masak sendiri. Saya jarang sekali beli masakan diluar mbak, saya kurang suka membeli masakan diluar lebih baik masak sendiri kan malah bisa sesukanya to mbak mau masak apa saja sedangkan kalau beli kan gak bisa sesuai sama apa yang kita pengen mbak!” (RP3, 17-20)

“ Kalau anak saya biasakan untuk sarapan mbak kan penting. Saya masak sendiri mbak, entah itu apa saja saya selalu masak sendiri. Saya jarang sekali beli masakan diluar mba.” (RP4, 17)

“ Saya masak sendiri mbak, sebelum saya pergi untuk membeli sayuran yang saya jual saya selalu siapkan dulu makan untuk anak saya. Saya kurang suka membeli masakan diluar lebih baik masak sendiri.” (RP5, 17-20)

“ Ya kadang masak sendiri mbak, tapi saya sempat masak kalau pulang kerja. Kadang saya siapkan pagi sebelum berangkat kerja, tapi ya saya kadang beli lauk juga.” (RP6, 20)

“ Saya masak sendiri mbak, sebelum saya pergi untuk membeli sayuran yang saya jual saya selalu siapkan dulu makan untuk anak saya atau kalu tidak ya sepulang dari jualan mbak.” (RP7, 17)

Namun 1 dari 7 partisipan (RP2) yang selalu membeli

makanan jadi atau membeli. Hal tersebut terlihat dari

(7)

49

“ Hehehe..(tertawa) saya lebih sering membeli dek karena waktu saya lebih banyak untuk di kantor.” (RP2, 17-20)

Ungkapan diatas menunjukkan bahwa pola makan tiap

partisipan untuk memberikan gizi kepada anak berbeda – beda. Hal tersebut dapat dinilai dari kebiasaan partisipan

di dalam memenuhi kebutuhan gizi sehari hari.

Sub Tema 1.1 Kesadaran Ibu Single Parent mengenai

Kebersihan, Kesehatan Bahan Makanan, pengolahan,

Penyajian, serta Lingkungan

Kebersihan dan kesehatan dari bahan makanan

mentah, lingkungan, cara pengolahan, sampai dengan

cara penyajian sangat penting didalam menjaga gizi

yang terkandung di dalam makanan agar menghasilkan

zat gizi yang baik pula bagi tubuh. Kesadaran seorang

ibu akan hal tersebut berpengaruh didalam memberikan

makanan untuk anaknya. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa partisipan memilliki kesadaran akan

hal tersebut. Hal tersebut terlihat dari ungkapan

partisipan berikut ini.

(8)

50

“saya selalu perhatikan betul. Apalagi sayur-sayuran itu saya selalu cuci sampai benar-benar bersih mbak jorok kalau belum bersih kan kadang juga waktu ditanam itu dikasih obat to mbak, jadi saya takut kalau masih pada nempel. Begitu juga sampai matang soalnya saya itu walaupun orang yang biasa tapi saya resikan mbak ( menjaga kebersihan ).” ( RP3, 26-30)

“ Ooo iya mbak,saya selalu perhatikan. Apalagi sayur-sayuran, buah itu saya selalu cuci sampai benar-benar bersih mbak joro, kotor kalau belum bersih kan kadang juga waktu ditanam itu dikasih obat to mbak, jadi saya takut kalau masih pada nempel.” (RP4, 27)

““ Oh nggih mbak,saya perhatikan. Sayur-sayuran itu saya selalu cuci sampai benar-benar bersih. Sampai matang pun saya gatekke (perhatikan).” (RP5, 27-30)

““ Ya selalu to mbak. Sayuran itu saya kumbah nganti resik tenan.” (cuci sampai benar-benar bersih).Proses sampai mateng (matang) saya juga perhatikan mbak.” (RP6, 36-40)

““ Ooo iya mbak,saya selalu perhatikan betul. Apalagi sayur-sayuran itu saya selalu cuci sampai benar-benar bersih. Begitu juga sampai matang.”.” (RP7, 26-30)

Dari ketujuh partisipan ada satu partisipan yang kurang

memperhatikan kebersihan dan kesehetatan makan. Hal

tersebut dikarenakan partisipan lebih senang membeli

makanan diluar. Berikut ungkapan partisipan.

(9)

51

Sub Tema 1.2 Penyediaan Hidangan Makanan

Tersedianya bahan makanan yang lengkap sesuai

kebutuhan tubuh sangatlah penting bagi pertumbuhan

dan perkembangan anak juga untuk mendapatkan gizi

yang baik. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

partisipan telah berusaha dengan baik untuk

memberikan asupan gizi yang baik untuk anak

partisipan. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan

partisipan berikut ini.

“Ya mbak sayur tu selalu saya usahakan ada setiap hari, lauk juga, buah juga mbak,” ( RP1,66)

“ Kalau pas masak sendiri iyaa..saya pada dasarnya suka sayuran, lauk juga saya beli,seperti tempe, daging ayam, telur, dll. Susu saya juga siapkan setiap hari karena anak saya minum susu. Kalau buah saya gak selalu siap dirumah, kalau pas pengen atau anak saya minta saya baru beli dek, karena kadang gak kemakan!” (RP2, 46-50)

(10)

52

beli daging ayam atau sapi biar anak saya juga seneng. Kalau susu saya juga sediakan mbak tapi anak saya kurang suka dengan susu.” (RP5,37 -40)

“ Yaa kalau disuruh lengkap setiap hari mungkin saya kurang mampu ya mbak,kan saya juga cuma buruh to mbak yang penting cukup buat hari-harinya. Buah ya gak selalu mbak, kalau pas habis gajian gitu kadang tak belikan buah, kalau gak ya kadang tak belikan jus mbak buat gantinya buah. Lauk juga seadanya gak usah yang mahal-mahal mbak yang penting ada gizinya mbak..ya kadang sekali-kali saya beli daging ayam atau sapi biar anak saya juga seneng. Kalau susu saya juga selalu sediakan mbak karena anak saya tiap hari harus disediain susu.” (RP6, 46-50)

Selain hidangan yang lengkap, upaya ibu didalam menarik

perhatian anak agar mau makan dan tertarik makan makanan

yang dihidangkan agar kebutuhan gizi terpenuhi dengan baik

juga berpengaruh. Berikut uraian dari partisipan.

“Terutama kalau saya libur, saya selalu ajak anak saya untuk nyiapin makanan, jadi mereka biar tambah tertarik saat makan nanti.” (RP1,115)

“ Ya saya bujuk mbak..saya kasih tau kalau makanan ini itu mengandung vitamin bagus buat kamu biar pintar, ibu sudah menyiapkan ini masak gak mau dimakan, ibu sudah capek-capek lho nyiapin ini semua..paling tak omongin kaya gitu mbak. Kalau gak ya saya ajak memasak biar dia tahu cara buatnya biar lebih tertarik mbak.” (RP3,70)

Makanan pengganti perlu disiapkan agar makanan yang

disajikan dapat bervariasi. Hal itu juga dipengaruhi oleh

(11)

53

tidak bosan dan tetap mau makan. Hal tersebut dapat dilihat

dari uraian berikut.

“Iya mbak, kadang saya siapkan roti, atau saya rebuskan pisang, membuatkan makanan – makanan yang saya buat dalam bentuk lain, kaya perkedel tahu, roti yang dibuat dari kentang biar gak bosen mbak,jadi bervariasi gak Cuma itu- itu aja.” (RP1,150)

Sub Tema 1.3 Upaya yang Dilakukan Ibu Single Parent

dalam Menjaga Gizi Anak

Gizi yang dibutuhkan anak sangat bergantung ada ibu didalam

memberikan asupan gizi bagi anaknya. Namun peneliti ingin

memperoleh gambaran upaya partisipan didalam menjaga gizi

anak partisipan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

partisipan memberikan jawaban yang relatif sama antara satu

dengan yang lainnya, yaitu dengan memberikan asupan

makanan yang sesuai dengan kebutuhan secara lengkap

seperti sayur, lauk – pauk, buah, susu dan telur.

Berikut adalah ungkapan partisipan.

“Ya itu mbak, saya selalu berusaha memberikan makanan yang dibutuhkan tubuh, seperti sayur – sayuran, buah, lauk – pauk, susu itu semua selalu saya sediakan mbak.” (RP1,140)

“ Yah saya berusaha memberikan sesuai apa yang dibutuhkan oleh anak saya dek, kaya sayur, buah,susu.” (RP2,85)

(12)

54

4.3.2 Tema 2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ibu

Single Parent didalam Memenuhi Gizi Anak

Single parent atau orang tua tunggal sebagian besar

memenuhi kebutuhan hidupnya secara sendirian tanpa dibantu

oleh anggota keluarga yang lain. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi

partisipan didalam memenuhi gizi anak partisipan. Tidak

adanya pasangan membuat partisipan erasa sedikit kesulitan

dalam memperhatikan anak dan juga mengawasi waktu makan

anak. Berikut adalah ungkapan partisipan mengenai hambatan

partisipan dalam memenuhi gizi anak.

“Iya mbak saya sendiri. Pasti ada ya mbak, gak usah munafik. Saya sendirian tanpa ada pasangan yang membantu saya, terutama dalam mengawasi anak saya, saya pulang kerja sudah sore jadi saya merasa anak saya kurang diperhatikan.” (RP1, 156-160)

Selain tidak adanya pasangan hidup yang mebantu

memperhatikan anak, salah satu partisipan juga

mengungkapkan bahwa kurang waktu dalam menyiapkan

makan anak karena kesibukan bekerja juga pengaruh

pemenuhan gizi anak bagi partisipan, sulitnya anak partisipan

saat makan juga berpengaruh, seperti ungkapan partisipan

berikut ini.

(13)

55

gak ada waktu untuk menyiapkan kebutuhan makan anak saya.” (RP2, 102-105)

Hasil penelitian juga menunjukkan tentang penghasilan

seseorang. Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi

seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup, seperti

ungkapan partisipan berikut ini.

“ Iya mbak saya sendiri. Kesulitannya ya itu mbak pendapatan saya tidak seberapa, untuk mencukupi kebutuhan makan saja saya sudah harus benar-benar membagi dengan teliti, belum kebutuhan yang lainnya. Ya itu mbak kalau saja pendapatan saya banyak ya mungkin kesulitan itu tidak terlalu berat untuk saya.” (RP3, 90)

“ Iya saya sendiri. Kesulitannya penghasilan saya gak tetap, saya masih kurang-kurang. Kalau pendapatan saya tinggi, ya mungkin kesulitan itu tidak terlalu berat untuk saya.” (RP5,98-100)

““ Iya saya sendiri. Lha mau jaga’ke siapa lagi to. Kesulitannya pendapatan saya tidak seberapa.

Kalau pendapatan saya banyak, ya mungkin kesulitan itu tidak terlalu berat untuk saya.”” (RP6, 88-90)

Adapun bentuk bantuan dari anggota keluarga namun

tidak berbentuk secara materi melainkan dengan bentuk

bantuan secara moral. Partisipan mengungkapkan bahwa

bentuk dukungan keluarga secara moral sudah sangat

membantu partisipan. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan

partisipan berikut.

(14)

56

memperhatikan makan anak saya. Dengan begitu saja saya sudah merasa sangat terbantu. Saya sudah senang sekali.” (RP1,177-180)

“Ya kalau keluarga membantu dek. Karena setiap hari anak saya titipkan dirumah orang tua saya, karena saya sudah keluarga sendiri. Masalah makan anak saya ya saya pasrahkan sama ibu saya, kalau gak mau makan masakan rumah saya biasa memberikan uang kepada ibu saya untuk anak saya kalau pengen makan apa yang lainnya.” (RP2, 112-115)

“Keluarga saya selalu mengingatkan saya untuk menjaga anak saya, terutama makannya karena anak saya makannya susah, selalu mengingatkan saya untuk menjaga kesehatan anak saya, mengingatkan untuk memberikan kasih sayang yang sepenuhnya karena mengingat saya hanya sebdirian dan berperan dobel tidak hanya ibu juga sebagai ayah, itu dek.” (RP2, 123 -125)

“ Kalau secara materi tidak ya mbak, hanya saja mereka memperhatikan saya..menyayangi anak saya itu saja saya sudah merasa sangat terbantu kok mbak. Kan saya tinggal juga gak deket mbak dengan keluarga. Memberi saya semangat, mendukung secara moril itu saja saya sudah sangat terbantu.” (RP3, 106-110)

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Ibu Single Parent

Terpenuhinya gizi seorang anak dengan baik sangat

bergantung pada pola pemenuhan gizi yang diberikan oleh ibu.

Kesadaran ibu mengenai kebersihan dan kesehatan bahan

makanan, cara pengolahan hingga cara penyajian sangat

diperlukan guna mendapatkan gizi yang baik. RP1, RP3, RP5,

(15)

57

menjaga kualitas makanan yang akan disajikan sangat

dibutuhkan agar anak mendapatkan zat gizi yang baik pula untuk

tubuhnya. Menurut Almatsier (2003) gizi akan didapatkan

dengan baik apabila kuantitas dan kualitas susunan makanan

seseorang disajikan dengan baik. Pernyataan Almatsier sesuai

dengan apa yang diungkapkan oleh riset partisipan.

Lebih lanjut Almatsier (2003), menuturkan bahwa susunan

makan memerlukan pengetahuan dan keterampilan didalam

mengolah makanan. Pengetahuan yang dimaksud merupakan

pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber - sumber

zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi

sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah

makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang

serta bagaimana hidup sehat, hal ini sesuai dengan pernyataan

Notoatmojo (2003).

Didalam penyajian hidangan makanan, gizi akan terpenuhi

dengan baik jika semua kebutuhan zat gizi dalam tubuh dapat

tercukupi. Di dalam memberikan asupan gizi, semua riset

partisipan selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan gizi

anaknya dengan lengkap. RP1, RP3, dan RP4 selalu

memberikan hidangan lengkap setiap harinya, seperti sayur,

lauk-pauk, buah, susu dan juga telur. Sedangkan RP2 sedikit

(16)

58

banyak menuruti apa yang diinginkan oleh anaknya asalkan

anak mau makan. Dirjen BKM (2002), menjelaskan bahwa gizi

baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah makanan

yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam

dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup,

tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Upaya dari RP1 dan RP3

sesuai dengan penjelasan dari BKM.

Kebiasaan atau pola makan yang dilakukan oleh RP2 akan

berpengaruh pada gizi anak RP2. Hal ini disebabkan RP2

senang menuruti keinginan anak tanpa menghiraukan

kandungan gizi dari makanan yang diinginkan oleh anak RP2.

Pribawaningsih (2009), menyatakan bahwa pola asuh orang tua,

yaitu pengaturan pola makan anak tergantung pada ibu. Ibu

harus mampu memilih bahan makanan, mengolah sampai

menyajikan makanan dengan menu seimbang. Menu disajikan

sesuai kebutuhan energi dalam sehari pola makan yang baik

maka akan menghasilkan gizi yang baik pula dan tercukupinya

kebutuhan gizi seseorang.

Selain pola makan yang baik, kreatifitas ibu dan keterlibatan

anak didalam menyiapkan makanan ternyata juga berpengaruh

pada minat anak untuk makan makanan yang telah disiapkan.

Penyajian makanan dalam bentuk makanan yang lain, seperti

(17)

59

terpenuhinya gizi agar anak tidak bosan didalam memakan suatu

makanan. Soetjiningsih, dkk, (2002) menyatakan, dalam

pemenuhan gizi anak, ibu harus mampu dalam mengatur menu

seimbang untuk anak karena anak belum mampu mengurus dan

melakukannya sendiri. Menu disajikan sesuai kebutuhan energi

dalam sehari, baik dalam bentuk makanan yang lengkap,

makanan pengganti ataupun makanan kecil (snack). Hal ini

sesuai dengan apa yang dilakukan oleh RP1 didalam

menyiapkan makanan dan juga kreatifitas RP1 menyajikan

bentuk makanan, serta melibatkan anak didalam menyiapkan

makanan sehingga anak lebih senang dan lebih tertarik.

Kemudian mengenai upaya yang dilakukan riset partisipan

didalam menjaga gizi anak, setiap riset partisipan memiliki

jawaban yang relatif sama antara satu dengan yang lainnya.

RP1, RP2, dan RP3 melakukan upaya yang relatif sama yaitu

dengan memberikan asupan makanan yang sesuai dengan

kebutuhan secara lengkap seperti sayur, lauk – pauk, buah, susu

dan telur. Upaya tersebut sesuai dengan penjelasan BKM (2002)

bahwa didalam sehari harus tersedia bahan makanan yang

mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan kebutuhan tubuh,

beragam, dengan jumlah yang cukup dan seimbang, tidak

(18)

60

4.4.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ibu Single

Parent di dalam Memenuhi Gizi Anak

Single parent atau orang tua tunggal sebagian besar

memenuhi kebutuhan hidupnya secara sendirian tanpa dibantu

oleh anggota keluarga yang lain. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi

partisipan di dalam memenuhi gizi anak partisipan. Tidak adanya

pasangan mebuat partisipan merasa sedikit kesulitan dalam

memperhatikan anak dan juga mengawasi waktu makan anak,

hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh RP1.

Kimmel (1980) dan Walsh (2003), menyatakan beberapa

permasalahan yang sering timbul di dalam keluarga dengan

orang tunggal baik wanita maupun pria yakni merasa kesepian,

perasaan terjebak dengan tanggung jawab mengasuh anak dan

mencari sumber pendapatan, kekurangan waktu untuk mengurus

diri dan kehidupan seksualnya, kelelahan menanggung tanggung

jawab untuk mendukung dan membesarkan anak sendirian,

mengatasi hilangnya hubungan dengan partner special, memiliki

jam kerja yang lebih panjang, lebih banyak masalah ekonomi

yang muncul, menghadapi perubahan hidup yang lebih

menekan, lebih rentan terkena depresi, kurangnya dukungan

sosial dalam melakukan perannya sebagai orang tua, dan

(19)

61

Berbeda dengan RP1, RP2 mengatakan bahwa didalam

memenuhi gizi anaknya RP2 mengalami kesulitan yaitu kurang

waktu dalam menyiapkan makan anak karena kesibukan bekerja

juga pengaruh pemenuhan gizi anak bagi partisipan, sulitnya

anak partisipan saat makan juga berpengaruh. Sama dengan

apa yang dituturkan oleh Kimmel (1980) dan Walsh (2003)

menyatakan bahwa orang tua tunggal kekurangan waktu untuk

mengurus diri dan anak, kelelahan menanggung tanggung jawab

untuk mendukung dan membesarkan anak sendirian, mengatasi

hilangnya hubungan dengan partner special, serta memiliki jam

kerja yang lebih panjang.

Hasil penelitian juga menunjukkan tentang penghasilan

seseorang. Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi

seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Isnansyah (2006),

dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor yang

berhubungan antara pola makan dengan status gizi balita di

pengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan

pendapatan keluarga. Pernyataan tersebut sesuai dengan

jawaban dari RP3. Pekerjaan dan penghasilan yang tidak tinngi

akan berpengaruh pada pola hidup seseorang didalam

(20)

62 4.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian terhadap 7 partisipan,

peneliti mengalami keterbatasan yaitu 4 dari 7 partisipan

yang telah menikah lagi membuat peneliti sedikit

kesulitan dalam memperoleh informasi karena didalam

memperoleh informasi harus membahas kehidupan

masa lalu partisipan. Sedangkan sisa partisipan yang

lainnya sudah memiliki dan memulai dengan kehidupan

Gambar

Tabel 4.2.1.1 Karakteristik Partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian hipotesis pada penelitian ini, yang akan digunakan adalah berbentuk interval dan dari sumber data yang sama, maka teknik analisis data yang digunakan adalah regresi

www.rakitan.com berlaku untuk harian. Sebagai contoh pada saat www.rakitan.com di buka pada tanggal 9 Juli 2013 dihalaman awal tertulis last update tanggal 8 Juli

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perceived reputation, system assurance dan propensity to trust mampu mempengaruhi kepercayaan konsumen, sehingga faktor-faktor

Hasil analisa karakteristik perbandingan Si/Al pada produk katalis seperti disajikan dalam Tabel 3 Perbandingan Si/Al pada zeolit alam sebesar 7,97; 11,84 sesuai asal

Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa untuk specimen dengan dimensi 50 mm x 25 mm x 15 mm tepat untuk diberikan tegangan sebesar 26A.Lama waktu

learning: besmart.uny.ac.id, mata kuliah TUMBUH KEMBANG DAN KESEHATAN ANAK...

Memberikan informasi dan pengetahuan tentang makna Imlek dan tata cara melakukan ritual sembahyang yang benar pada hari raya Imlek kepada. seluruh warga Tionghoa agar dapat

Perlindungan hukum terhadap anak sebagai penyalahguna narkotika di Indonesia, diatur dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang-Undang