• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POIN PELANGGARAN TATA TERTIB SISWA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TEKNIK KENDARAAN RINGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PLAYEN GUNUNG KIDUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN POIN PELANGGARAN TATA TERTIB SISWA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TEKNIK KENDARAAN RINGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PLAYEN GUNUNG KIDUL."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POIN PELANGGARAN TATA TERTIB SISWA

DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TEKNIK

KENDARAAN RINGAN DI SMK MUHAMADIYAH 1 PLAYEN

GUNUNG KIDUL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Teknik Otomotif

Oleh :

Untung Budiarto

06504244011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: Untung Budiarto

NIM

: 06504244011

Jurusan

: Pendidikan Teknik Otomotif

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul

Hubungan Antara Poin Pelanggaran Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas XI

Teknik Kendaraan Ringan di SMK Muhammadiyah 1 Playen Gunung

Kidul

ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana atau gelar lain di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis orang lain, kecuali secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta,

Juni 2013

Yang Menyatakan,

(5)

MOTTO

Dimana ada usaha di situ ada jalan, di mana ada jalan di situ ada kesempatan, dimana ada

kesempatan di situ ada kesuksesan

(Untung Budiarto)

Janganlah berdo a meminta agar hidup dimudahkan, berdo alah agar diberi kekuatan mengatasi

kesulitan

(Wiji Purwoko)

Terkadang secangkir kopi hitam adalah teman terbaik

(Jaka Cipta Perdana)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT,

Kupersembahkan karya ini untuk :

Bapak dan Ibuku tercinta, yang tak henti-hentinya mendoakan, membimbing, menasehati dan

mendukung dalam setiap langkahku.

Adikku yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa.

Sahabat sahabat terbaikku kelas C Pendidikan Teknik Otomotif angkatan 2006 FT UNY : (Anwar,

Rusmiyanto, Heri Purwanto, Heri Prabowo, Pepeng, Jeqi, Kelik, Robi, Emon, Wiji, Yudi, Lukman,

Muhtadin dll). Terimakasih kalian selalu membantu dan memberikanku semangat.

Sahabat-sahabat terbaiku di Kos Cepit Baru no. 282 Jembatan Merah, Gejayan (Arga, Agung, Andri,

Fitra, Hari, Ramos, Rambo, Nola, Delon, Andre)

(6)

B

E

A

B

DE

BE

A

E

DA

AA

D

AD

A

E

D

!" #$

:

% & '(&)*(+,-.'/

01 2

. 06504244011

3*456 37

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara

poin

pelanggaran dengan hasil belajar siswa kelas XI Program Keahlian Teknik

Kendaraan Ringan di SMK Muhammadiyah 1 Playen Gunung Kidul.

Penelitian ini merupakan penelitian

expost facto

. Subyek penelitian ini

seluruh siswa Kelas XI Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di SMK

Muhammadiyah 1 Playen Gunung Kidul yang melakukan pelanggaran berjumlah

23 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi untuk mengukur

variabel poin pelanggaran yang didapat dari guru BK (Bimbingan Konseling) dan

variabel hasil belajar didapat dari nilai rapot siswa. Uji prasyarat analisis

menggunakan uji normalitas dan uji linieritas. Teknik analisis data yang

digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan pengujian hipotesis dengan

menggunakan korelasi

Product Moment

pada taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif

dan signifikan antara poin pelanggaran dengan hasil belajar siswa kelas XI

Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di SMK Muhammadiyah 1 Playen

Gunung Kidul yang ditunjukan dengan r

hitung

lebih besar dari r

tabel

(- 0,415>

0,413).

(7)

Alhamdulillah, segala puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya. Tidak ada daya dan upaya melainkan atas

segala kehendak-Nya, dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir Skripsi ini.

Kelancaran dan keberhasilan penyusunan Laporan Tugas Akhir Skripsi ini

tentu tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu

dengan kerendahan hati, sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., selaku Rektor Universitas

Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Moch. Bruri Triyono, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Yogyakarta.

3. Bapak Martubi, M.Pd, M.T., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik

Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Bapak Noto Widodo, M.Pd., selaku Koordinator Program Studi S1

Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

5. Bapak Suhartanta,

M.Pd., selaku Penasihat Akademik yang

selalu

memberikan arahan dalam bidang akademis selama menjalani perkuliahan.

6. Bapak Sudiyanto, M.Pd., selaku Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang

senantiasa memberi bimbingan dengan penuh kesabaran dan penuh perhatian

hingga selesainya penyusunan Laporan Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Bapak

Drs.

Sutopo Giri Santoso., selaku

Kepala Sekolah SMK

Muhammadiyah 1 Playen Gunung Kidul.

8. Bapak/Ibu Guru Beserta Staff dan Karyawan di SMK Muhammadiyah 1

Playen Gunung Kidul.

9. Bapak dan Ibu Tercinta, serta Adikku yang selalu menyayangi, memberikan

(8)

Menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, dan memohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan kata di

dalam Laporan Tugas Akhir Skripsi ini. Semoga Laporan Tugas Akhir Skripsi ini

bermanfaat bagi semua. Amin.

Yogyakarta,

Juni 2013

(9)

LMNMOMP

QFRFSFTUVEVR WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW C

QFRFSFTXYIKYHVUVFTWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW CC

QFRFSFTXY TZYKFQFT WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW C CC

QFRFSFTXYIT [FH FFT WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW C

v

XYI KYS\FQFTWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW

v

F\KHIF]WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW ^C

]F H FXYTZFTH FIWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW ^CC

EFGH FIJKJWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW CD

EFGH FIH F\ YR WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW DC C

EFGH FIZFS\FI WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW DC CC

EFGH FIRFSXJIFTWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW DC^

\F\JXYTEFQVR VFT WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW _

`W aMb Mcde NMf MP ghMiM NMjWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW _

d W kl ePb CmCfMiChMi MNM j WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW n

C. Batasan Masalah ...

6

D. Rumusan Masalah ...

6

E. Tujuan Penelitian ...

6

F. Manfaat Penelitian ...

7

(10)

A. Deskripsi Teori ...

9

1. Poin Pelanggaran ...

9

2. Pentingnya Poin Pelanngaran...

11

3. Kriteria Poin Pelanggaran ...

13

4. Penerapan Poin Pelanggaran ...

14

5. Pengertian Tata Tertib...

17

6. Tujuan Tata Tertib...

17

7. Peran dan Fungsi Tata Tertib ...

19

8. Sikap Kepatuhan Siswa Terhadap Tata Tertib ... ....

21

9. Hasil Belajar... ...

22

B. Penelitian Yang Relevan ...

26

C. Kerangka Berpikir ...

27

D. Hipotesis Penilitian ...

28

o p oq qqrs t u v sws x sy q t qpx

. ...

29

A. Pendekatan Penelitian ...

29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...

29

C. Populasi dan Sampel Penelitian ...

30

D. Paradigma Penelitian...

30

E. Definisi Operasional Penelitian...

31

F. Metode Pengumpulan Data ...

32

(11)

z { z|}~ {|€‚ ƒ ‚ €|„|{ ƒ… { ƒ‚ †z {~ { { ƒ

...

38

A. Deskripsi Data ...

38

B. Uji Persyaratan Analisis ...

49

C. Pengujian Hipotesis ...

51

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...

53

z { z}‡‚ | † ˆ € { ƒ…{ƒ {‰ {ƒ

. ...

55

A. Kesimpulan ...

55

B. Implikasi ...

55

C. Keterbatasan Penelitian ...

55

D. Saran...

56

… {Š„ { ‰ˆ „ {‡ {

. ...

57

(12)

• –—–˜ –™

š–›œ —

1.

 –ž –Ÿ œžŒ  –Ÿ Œ¡Œ¢ —Œ™¡Œ¡£ –

... 4

š–›œ —

2.

¤¥Œžœ¥Œ–¢œ™¦Ÿ –ž–¦§ ¥Œ–™¡Ÿ§¥

... 35

š–›œ —

3.

šŒ™¦Ÿ –ž¨©› ©™¦–™–™ž –¥ª–¥Œ–› œ—

... 37

š–›œ —

4. A

™ –—Œ¡Œ¡«¥œŸ ©œ™¡Œ¢§Œ™¢œ —–™ ¦¦–¥–™

... 39

š–›œ —

5.

Œ¡ž¥Œ› ©¡Œ«¥œŸ ©œ™ ¡Œ¢§Œ™¢œ —–™ ¦¦–¥–™

... 40

š–›œ —

6.

¬œ™¦Ÿ –žœ¦§ ¥Œ–™¡Ÿ§¥ª –¥Œ–›œ —¢§Œ™¢œ —–™¦¦–¥ –™

... 42

š–›œ —

7.

­œ™ž–™¦¡Ÿ§¥ –™«¥œŸ ©œ™ ¡Œ¥œ ¡¢§™ œ™ª–¥Œ–›œ—¢§Œ™¢œ — –™¦¦–¥ –™

... 43

š–›œ —

8. A

™ –—Œ¡Œ¡«¥œŸ ©œ™¡Œ¨–¡Œ—›œ —–® –¥

... 45

š–›œ —

9.

Œ¡ž¥Œ› ©¡Œ «¥œŸ ©œ™ ¡Œ¨–¡Œ—›œ —–®–¥

... 46

š–›œ —

10.

¬œ™¦Ÿ –žœ¦§ ¥Œ–™¡Ÿ§¥ª –¥Œ–›œ —¨ –¡Œ—›œ —– ®–¥

... 47

š–›œ —

11.

­œ™ž–™¦¡Ÿ§¥ –™«¥œŸ ©œ™ ¡Œ¥œ ¡¢§™  œ™ª–¥Œ–›œ —¨–¡Œ—›œ —–®–¥

... 48

š–›œ —

12.

­Œ™ ¦Ÿ–¡–™©®Œ™§¥ ˜–—Œž –¡

... 49

š–›œ —

13.

­Œ™ ¦Ÿ–¡–™¨–¡Œ—©®Œ—Œ™Œœ¥ –—Œž–¡

... 50

š–›œ —

14. A

™ –—Œ¡Œ¡Ÿ§¥œ —– ¡Œ  –™¨–¡Œ—¥¨Œž ©™ ¦

... 51

š–›œ —

15.

•–¡Œ—¢œ™¦©®Œ–™¨Œ¢§ž œ ¡Œ¡

... 52

(13)

¹ º»º¼ º½

¾º¼¿ ºÀ ÁÂà ºÀ ºÄ°Å¼ ºÆ ǽ Ç»°È°º½

...

ÉÁ

¾º¼¿ ºÀ Ê

.

Ë°º ÅÀº¼¿ ºÈº½ ÅÆÌ°½Æ Ç» º½ÅźÀ º½

...

ÍÁ ¾º¼¿ ºÀ

É

.

Ë°º ÅÀº¼»°½ÅÎ º Àº½ÆÌ°½ÆÇ» º½ÅźÀ º½

...

ÍÉ
(14)

ØÙÚÛÙ ÜÝÙÞßà ÜÙá

âãä åÖæã çèéê ëÖì íæäã îÖïãð

...

ñò

âãä åÖæã çóéê ëÖâÖçÖôæÖïã ð

...

ñè

âãä åÖæã çõéö ôç ÷øëÖã çùÖåíïôðÖð

...

ñó

âãä åÖæã çúéûøæã ïüëÖçýþð ôæ×ãðÖ

...

ñõ

âãä åÖæã ç

ÿéûøæã ï

üëÖçö ôçô îÖïÖãç

...

ñú

âãä åÖæã çñé ã æï øÖä þÖç÷ã ç

...

ñÿ

âãä åÖæã çéã þôîìÖîãÖ çÖîãÖæö æ í ø ïíäô çï

...

ññ

âãä åÖæã çé ã þôî

ìÖîãÖ çÖîãÖ ÖðïæÖþøðÖ

...

ñ

âãä åÖæã çéôãåÖïøîãðÖ ô ïÖããÖæã çûÖðã

...

ñ

âãä åÖæã çè òé ã ïãöíÖçö ô îã ç÷÷ãæã çûÖðã

...

õ

âãä åÖæã çèèéìÖîãÖù ãðÖî

B

ô îãëã æ

...

âãä åÖæã çèóéûíæ ûûÖðã

...

âãä åÖæã ç èõé

B

(15)

. L

! "

#$%&$ '

si

( )'*(+(

i

$'+(

r

( *'

r

,'

m

*(

n

+ %-

tu

n

tu

t u

n

tu

k

m

'

n

i

$ +,(

t

,(

n

,.(

lit

(

s

/'$%- %-,(

n

%(

n

su

m

*'

r

%(

y

(

m

((

u

si

n

n

y

( 0 1 '

n

i

$ +

k

(

t

(

n

,.(

lit

(

s

/'$%- %-,(

n

*'

rtu

j

.(

n

(+(

r su

m

*'

r

% ((

y

m

(

n

u

si

( 23 456 *(

n

+

s

( #$%&$ ')-(

m

(

m

p

u

*'

r

)(-$ + % (

l

(

m

'(

r

+

l

& *(

l

0 3

u

m

*'

r

%(

y

(

m

($. )- ( #$%&$ ' )- ( 7(

ru

s

t

($ ++(

p

%(

n

t

(

n

++.7

m

'$ +7(%( /- +'

jo

l

(

k

%(

n

/'

r

. *(7 (

n

)'

rt

(

m

(

m

p

u

m

'

m

($8((

tk

(

n

)' +(

l

( /'

l

.($ +

y

(

n

+ (%( 0 9'

l

h

k

('$(

r

s

((

l

h

)(

tu

to

lo k

u

k

u

r

,.((

lit

s su

m

*'

r

%((

y

m

(

si

(

u

n

(%(

l

(

h

tin

+,(

t

/' $%- %-,($:

m

(,( %-/'

rlu

k

(

n

l

'

m

*( +( /'$%-%- ,(

n

y

( $ +

m

(

m

p

u

m

'$ ;'

t

(

k

su

m

*'

r

%((

y

m

(

n

u

si

(

y

($ +

*'

r

,.(

lit

() 0

<'

r

;( /(

in

y

(

tu

j

.(

n

p

'$%-%- ,(

n

$(

si

&$(

l

%( /(

t

%-

li

7(

t

%(

ri

7(

sil

*'

l

(

j

(

r

y

(

n

+ %- %(

p

(

t o

l

'

h

/')'

rt

( %-%- , 0 =( )-

l

*'

l

(

j

(

r y

($ + *(-

k

%- /'

n

+(

r

.7-

o

l

'7

*'*'

r

(

p

(8 (

k

to

r

:*(-

k

%(

r

-%- -

r

/' )'

rt

(%-%-

k

m

(

u

p

u

n

8(

r

to

k

>8(

k

to

r l

(-

n

%-

l

.(

r

/')'

rt

( %- %-

k

(

n

t

(

r

(

l

(-

n

,' +- (

t

(

n

/'

m

*'

l

(

j

((

r

n

%- ,'( ) 0

l

1 '

rw

u

ju

%(

n

/'

m

*'

l

(

j

(

r

(

n

y

(

n

+*(-

k

%( /(

t

%-- 7(

l

t

%(

r

-(

k

t

-?-

t

(

s

*'

l

(

j

(

r

)-

sw

(%-,'

l

(

s y

($ +

t

-$ ++- )' /'

rt

- )-(

sw

m

'

m

/'

r

7(

t

-,(

n

%(

n

m

'

n

%'$ +(

r

,(

n

/'

n

j

'

l

( )(

n

+.@.:

)-

sw

(

m

'

m

/'7 (

r

-,(

t

n

% (

n

m

'

n

+(

m

(

t

- %'

m

o

n

str

( )-

y

(

n

+ %-

l

(,.,(

n

+

u

r

.:

,'(

t

- 8(

k

n

*'

rt

((

n

y

m

'

n

+'

n

(-

m

(

t

'

r

-

y

(+

n

%- *'

r

-,($: ,' )& /($(

n

/(% ( )((

t

,'+-(

t

(

n

/'

m

*'

l

(

j

(

r

($: ,';'

ri

((

n

)( (

t p

r

& )'

s

/'

m

*'

l

(

j

(

r

($: (

sisw

m

'$ ;(

t

(

t

(16)

BCDE C

y

CF G

t

H IJ CKL M CKC N CC

t

L FL CKCOCP QCPR C D S CO L

t

C

s

MH FKL KLDCF KL TFKUFHNLC V CNLP

t

H I

t

L F GGCO KCIL FHGC IC OCLFW XH IKC

s

CIDCF KC

t

C KCO CV

Education for All (EFA) Global Monitroring Report

A YZZ C F G

y

KLDH OS C I DCF

UNESCO

KCF KLOS F[S ID CF KL \H

w

] UID M CK C ^ HFL F_ Z `CIH

t

A YZZ_ LFKH DN

MHVQCF GS FCF M H FKLKL DC F TFKUFHNLC Q HICK C M CK C S I

u

t

CF ab K CIL ZA c FHGCIC

y

C F G KLN S IdHL ef UVM C

s

PCOCV CF ZA_ g ` CIH

t

A YZZhW i O H P DC IH FC L

t

S_ MHFL FGD C

t

CF V

u

tu

MH F KLKL DCF FCNL UFCO VH I

u

M CDCF N S C

tu

t

S JS CF

u

FE

u

D

VH FN HJ CJCID CFTFKUFHNL CKH FGCFFHGCIC jFHGC ICO CL FW

k FES DNDCOCVLDIU_lCDE C

y

CF G

t

H IJCKLKL O CM CFGCF CKCOCP PCN LO QH OCJCI N L

sw

C KL QC

w

CP f f` W fHCKC CF

t

H I

s

HQS E

t

H IO LPC

t

M CKC N CC

t

UQN HId CN L C

w

CO

y

C F GKL OCDS DCF KLDH O C

s

m TnH DFL D fH FKCICCFoL FGCF^`f `S PCV V CKL

y

C P Z pOCHF

y

qS FS F G fLKS O V H FS FJS DCF FL OCL ICC

t

jIC

t

C PCN L O QHOCJCI N L

sw

C CFG

y

V CNLP KL QC

w

CP ^

t

CFKCI fHS FE CN CF

t

`L FLV SV f f`

y

CF G KL

t

H

t

CM D CF M L PCD NH DUO CPC L

y

tu

rYWsCOL FLKCM C

t

KL OL PC

t

M CKC

t

CQH OZNH QC GCLQHIL DS Et

n CQH OZW\ L OCLIC

t

CjIC

t

CP CN L OQH OCJ CIN L

sw

CDH OC

s

m TnH DFLDfHFK CIC CF oLFGCF^ `f`S PCV V C KL

y

CPZpO C

y

HFqS FS F GfL KS O

u v

u

wx yz{ v|}|

u

~w w€ 

y

~‚ƒ „ 

y

y …†

u

…

u

…‡} €„

u

ˆ

‰ C

t

C KL C

t

C

s

VH FS FJ S DDCF QCPRC PCNLO QH OCJCI KCIL DH

t

L GC DH O C

s y

CFG KLUQN H Id CNL N L

sw

C V CNLP KL QC

w

CP

st

CFK CI fIL

t

HILC fH

t

S FE CNCF `L FLV SV ef f`hWsCN L OQHO CJCINL

sw

C

y

C F GV CNLPKLQC

w

CP

st

CFKCIff `KLL FKLDCN L DCF

KLN H QCQDCF DCIH F C CDELd L

t

C

s

QH OCJ CI NL

sw

C KL DHO C

s y

CF GVCNL P IHF KCPN HMH I

t

L N L

sw

C DS ICF G VHVMH IP C

t

LDCF KCF V H FKH F GC ID CF MH FJH O C

s

CF GS IS_ N L

sw

C

\UW fH OC

s

\LO CLoC

t

Cj oC

t

C fH

t

H ICF GCF

ZW mTi Š c‹_ Œ ‰LXC

w

CP f f`

A W m Ti X c‹_ ‹ ‰LXC

w

CP f f`
(17)

k

u

r



n

 

k

ti

‘ ’ 

l



m

“”

rt



n

y



m

”

n

”• 

i m



t

”

ri y

•  ’– “”

ri

—•˜

sisw



k

u

r

• 

™ š›

n

›’ ™

t

—” 

i



t

n

›”

m

“”

l



j

•˜

r

sisw



j



r

• 

m

”•œ

t

t

 

l

ž 

l

›”

n

t

– • 

m

”• ”• –

m



t

”

r

–

y



n

’– “”

r

– —•Ÿ

  ™–

l

“”

l



j



r

™ –

sw

 ’–›”• 

r

¡–

o

l

” ‘ 

k

to

r

–

n

t

”• 

r

l

’ 

n

”—™ ”

rn



l

Ÿ

¢ —£ š¤ –• £ ”¤• ¥ ™”› ”¤

t

– ¦ š£– § ™– ˜ ’–™ – ›– •˜ ¦–• ˜

t

—”œ ”¤’™ •˜ “  —

t

˜

—”¦ ¦›¡• —š•–

t

–‘˜ ™”’ • — • ‘ —£š¤ ”—™£”¤• ¥ ™”›”¤–

t

—¡¤– —¡¥¡¦˜ ¡¤¡˜ ™ ¤ • ’ •‘™– ¥–

t



s

Ÿ¨ ¥ ™

tu

‘ —£š¤

y

• ¦”¦›”• ¤ ¡– ™ –¥“”¥ © ¤’¥

—”’– ™ – ›¥ –•• ™ –

sw

Ÿ ª–™–›¥– • ¦”•©’– ™¤• 

’ ¥¦ ›”•’–’–—•˜ —¤”•  ’–™ – ›¥ –• “ ”¤› ”¤ • ¦”¦›”•¤

u

–˜ ¦”•’ š¤ š•˜ ¦”• ”•’¥ – —•˜ ¦”•

u

“˜ ’ • ¦” ¦“ ”•

tu

— › ”¤–¥ —

u

ž›”¤– ¥ —¡

t

”¤

t

”•

tu

™”

su

– ’ ”• • •–¥ –ž•–¥ –

y

• 

’–

t

• ¦—• ’• ’–©¤ —• ™ ”¤

t

 ’–

t

”¥’ • —• Ÿ «”¦“”• £¡—• ’– ™–›¥ –• ’– ™ ”—š¥ › ”•”¤  › • •

y

 ’›

t

¦”¥ ¥ ¡– ›”¤¡¤•

t

y

• ’–

t

”

t

›—• š¥ ” ›– —

™ ”—š¥–

tu

™”•’– ¤– Ÿ

¨”

t

¬ ›

s

”—š¥  ™ ”¥¥

u t

”¤’ ›

t

›”¤

tu

¤•

t

”¤

tu

¥ –

s

t

”•

t

• 

t

–•— ¥ —¡

y

• ¤

u

s

’–© ¥•– ™ –

sw

•

y



y

• ’– “ ”¤–—• š¥ ” ™ ”—š¥Ÿ « ”¤ 

tu

¤ •

t

”¤™”“¡£ ¦” ¦

u



t

›¤ š™ ”’¡¤ ž›¤ š™”’ ¡¤ ’–™ –›¥– • ’ • ™• —™ –•

y

 › “– ¥

t

”¤© ’–

› ”¥•  ¤• Ÿ ­”¤’ › ›”¥•¤•

y

•

t

”¤©’– ’– ¥ —¡—•

t

–• ’ — • ¦”•’–™ – ›¥–• —•

y

• — š•™ –

st

”• ™”™ ¡– ’ ”• • —š’ ”

”

t

–—•

y

Ÿ ª”••

’ ”¦–—– • ’›

t

’–—

t

— • “® ’–

s

–›¥ –• ¦”¤¡›—• ™ ¥ ™ 

tu

“ ”•

tu

— ¦”• © ¤—•

s

–

sw

 “ ”¤ › ”¤–¥ —¡ ¦š¤ ¥

y

•

s

”

su

– ’ ”•• •–¥ –ž•– ¥–

y

 • ’– “”• ¤—• ’ •’–

s

”

t

¡©¡– š¥ ” — ”¥š¦› š — Ÿ

¯”• £ ¡—— ”’– ™–›¥– • •™–

sw

 ’ › 

t

’– •–¥– ¦”¥¥ ¡– › š– • ›”¥ •¤•

t



t



t

(18)

³ ´

l

µ

y

n

·¸

n

u

n

u

¹ º»¼½ ¾ »º¿¶

ro

l

¶ À »µ

t

µ ¿Á º

n

¿¶

l

µÂ¸¸ µ

r

µ

n

t

µ

t

µ

t

rt

ºÃ Ä º

sw

µ

Ŷ

l

µ

s

Æ Çȶ Å º

k

¹¶Â »µ

r

µ µ

n

ɺ¸µÂ¾µ Å º

y

Ä ¶Ã µ¸ µºÃ¶

r

º

k

u

t

Ê

ËÌÍ Î

l

ÏÐ ÑÌ

t

Ì

k

Î

ti

ÒÌ

k

Ò

isiplin

Ì

n sisw

Ì

k

Î

l

Ì

s

Ó ÔË Î

k

ÕÖ

k

×Î ÕÒ ÌÌÌ

r

n

ØÖ

n

ÙÌ

n

ÚÛÜ Ý Ü Þ Ûß àÛáßàÛÜ â ÜãÛá äå ÛÜæçàÛß èéäåÛ ß è èÛ ê Úäëä êÛßè Ûß ìº

sw

µ

y

µ

n

¸

t

º »µ

k m

µ

su

k

s

k

o

l

µÀ í

u

m

l

µ

h

sisw

µ

Ŷ

l

µ

s

Æ Ç È¹ Éî³³ï

Ä º

sw

µ

µð ìµ Åº

t

ñò

Ãð Çóº Â ³ô²

õð ö½ ¿À µ ³ôñ

»ð ìº

sw

µ

y

µÂ¸÷¶÷à Á½ Á

s

²²

øì

u

÷öùÊ ú µ

t

µ û¹ÆÇìü¹ü¼Àµ÷ ÷µ»º

y

µ À³´ ½ µ

y

¶ Â ý

È µ

t

µ

t

¶ù

t

ºÃ

y

µÂ ¸ Ä ¼»µ À »ºÄ¼Ä ¼Â »µÂ »ºÄ ÁÄ º µ½ºÄ µÄ ºÅµÂ Ä ¶ Àµù¼Ä Â

y

µ »ººÅ

u

t

º »¶Â¸µÂ ¿¶Â ¶ù µ¿ µÂ Ķõµùµ ÅÁÂĺ

st

¶Âð ìº

sw

µ

y

µÂ ¸ ÷¶½ µÂ ¸¸µù

¿¶ù µ

t

¼ùµÂ

y

µÂ¸ öù ½µÅ¼ Àµù

u

s

»ºÃ¶ù º ĵ ÅÄ º¾

t

µÂ¿ µ

s

µÂ ÅÄ º »º

s

º¿ ½ºÂ

y

µÂ ¸ ÅÁÂĺ

st

¶Â » µÂ ÅÁ ÂÄ ¶ ż¶Â µÅµÂ ÷¶÷à ºÂ ¸

u

¸ŵ õ¸ºÄ º

sw

µ¾Ä ¶ ÀºÂ¸¸ µ

÷¼Âõ¼½ Ŷ

t

º » µ Å¿

u

µ

s

µÂ »µÂ ùµ

s

µ Ŷ

t

º»µÅµ»º ½µÂ à µ¸º ÷¶ù¶ Å µ

y

µÂ ¸ »ºÄ º¿ ½ ºÂ ð

ú¶Â ¸µÂ »¶÷þ Å ºµÂ ¿¶ùµ

t

¼ù µÂ

y

µÂ ¸ µ»µ »º

Ä ¶ ÅÁ ½µÀ Àµù

u

s

ö µù ÿö  µù »º

t

¶ùµ¿ Å µÂ¾ ÷µÅµ

s

t

þµ¿ µ»µÂ

y

µ ¿ ¶½µÂ ¸¸µù µÂ

s

µÂ ÅÄ º¿ ¼Â »ºÅ¶Â µÅµÂ

s

s

¼µº

»¶Â¸ µÂ

t

ºÂ ¸Å µ

t

Ŷ

s

µ½ µ À µÂ

y

µÂ¸ »ºÃ

u

µ

t

¾ ö¸ º

tu

¿¼½µ »¶  ¸ µÂ À µÄ º ½ à ¶½µóµù

y

µ ¸» º» µ¿µ

t

Á½ ¶ ÀÄ º

sw

µð

´¶ù µ

t

¼ù µÂ

y

µÂ ¸ »º

t

¶ ù µ¿ Å µÂ Á ½¶ À

s

¶ ÅÁ ½ µÀ µÅ µÂ ÷¶÷öù ºÅ µÂ õ

t

µ

s

µÂ

à µ

t

µ

s

µÂ

t

¶ùÀµ» µ¿

s

º ŵ¿ Ä º

sw

µ »µÂ ÷¶÷õÂ

u

÷¶Âõº¿µÅµÂ Ä º ŵ¿ »ºÄ º¿ ½ ºÂ ¿µ » µ Ä º

sw

µ¾

y

µÂ ¸µÅµÂ÷¶÷à ¶ ù ºÅµÂ ¿¶Â ¸ µù¼À

t

¶ù Àµ» µ¿

t

¶ùõº¿µÂ

y

µ Ŷà º µÄ µµÂ

y

µ Â ¸
(19)

n

tu

k

ri

h

u

k

u

m

n

m

rup

k

n

l

h

s

tu

kto

r

y

n

m

mp

n

ru hi

r

sil

ti

k

n y

r

n

sik

p

sip

lin

ri sisw

itu

ri

u

k

u

m

n

ru

s

k

t

sup

y

s

ln y

su

n

n

tu

j

n

y

n

n

n

p

i

t

su

tu

s

t

y

s

t

sw

y

sw

s

t

t

t

!

sw

"

y

s

sw

t

s

!

y

s

y

s

sw

y

t

t

t

t

t

t

!

y

t

!

sw

u

t

u

t

t

t

t

t

sw

!

sw

s

# $ %

& '$

'

y

(

y

) $

*

.

+,-./0102340 5343637

t

y

t

t

t

y

t

t

!

t t

t

!

y

t

sw

!

y

t

(20)

9:

l

;< = >; <?

l

@:

l

;

j

;

r

<?

sw

; A BC BDE;;F ?

m

m

y

;E G H

l

;:

y

n

I

u

n

u

n

J C?FDK

m

; <?EF ?@;

w

;ECC B

y

; L J F ?

t

:

t

;;

k

p

n

o

l

:E<:

k

o

l

;E

y

; ?

tu

M =

C :FD;N F ?< ?OK ?L @:K; P;Q F ? A BC BDE;R R;F ?

y

;E G HK;:L

y

I DLDLJ C ?FDK R; < ?E <;L J;

t

Q:LF ;E E;K ?L ? F;O;

t

F ?K ?E;

t

F; Q? @;L

y

;9L

y

; < ?

sw

;

y

;L J

R; < ?E R:K;L JJ;Q O: Q;

t

D Q;L

t

;

t

;

t

: Q

t

? @ <:9 SK ;E = A ?;

sw

y

;LJ R:K ;LJJ; Q

O:Q;

t

D Q;L E; QD <L

y

; F ? @: Q? <;L9 < ?

t

?LF;9;L N ; ?

y

tu

O:R @: Q ?;L <9 SQ

t

:QE; F;O O:K ;LJJ;Q;L

y

; LJF ?K;9D 9;LSK :E <?;

sw

;J;QF;O ;

t

R:LT ?O U;9;L <?9;OF ? <? OK ?L

y

; LJ@; ?9F;LR:L T ?O U;9 ;L9: @?; <; ;L;LJ

y

@; ?9 =

V

.

WXYX ZX [\X ZX]X ^

B:L J?LJ;

t

9::Q@;

t

t

; <;L

y

;LJ F ?R ?K?9 ? SK:E O:L:K ?

t

? @; ?9 9: R; ROD;L

F;L;9 U

w

u

<:Q

t

; KD; <L;

y

O: QR ; <;K ;E ;L

y

;LJ

t

?R @DK N R;9;O:L:K?

t

?;L ?L ? ; 9;L F ?@;

t

; < ? O;F; ED @DL J;L ;L U; Q; O S?L O:K ;LJJ; Q;L ;

t

t

;

t

:Q

t

? @ F:L J;L E; < ?K

@:K ; P; Q<?

sw

;9 :;

s

_`F ?A BCBDE; R R;F ?;E

y

GHK ;:L

y

IDLDLJC?FDK=

a

.

bc dcZX [\X ZX]X ^

e: QF ; <; Q9 ;LK;

t

; Q@:K;9; L JR; <;K ;E N?F:L U ?f?9; < ? R; <;K ;EF;L @;

t

; <; L

R; <;K ;E N R;9; QD RD <; L R;<;K;E F;K; R O :L:K?

t

?;L ?L ? ;F;K;E ;F;9;E ED @DL J;L;L U; Q;O S?LO:K;L JJ; Q;L;

t

;

t

t

: Q

t

? @< ?;

sw

F:L J;LE;< ?K@:K ; P; Q< ?

sw

;

9:K ;

s

_ `g:9L ?9 C :LF ; Q; ;Lh?L J;LF ? A BCBDE ; R;F ?;E

y

GHK ;:L

y

I

u

LDLJ

C?FK

u

i

j

.

kclc X [mn[n]oYoX [
(21)

q rsq r tq uvw vq t vx vy w z rzxq

t

q vr qrq vt vx v{

u

r| }~ yz rsz

t

v{ }q z€ v  rv

y

wzrsv}{w ‚q r wzx vr ssv vr

t

v

t

v

t

z q

t

€q

sw

vt vr {v€qxz xvƒ v ~zxv

s

„ …† ‡ˆ

‡}{ vyvtq

y

v{‰Šxv

y

z r ‹

u

r

u

rsˆqt

u

x Œ



.

Ž ‘ ’“” ” •–’–

‡vr—vv

t y

v r stq{ vvw ~ vrw vt vwz rz xq

t

qvrqrqvt vxv{€z v svqzq~}| ˜

‰ Œ ‡vr—vv

t

™z ‚q

t

q

s

vŒ Š z rz xq

t

q vr qrq z yvr—v v

t

}r|}~ y zyz q ~vr ~{ v€vrv{ tvr

w

v

w

v

s

vr ~zq xy }vr ~{ }€ }€rv

y

yz rsz rvq w ‚qr wz xvr ssv vr

t

v

t

v

t

t

q €q

sw

v

t

z { vt vw{v€q xz xvƒv€q

sw

v tq

s

z ~‚xv{yz rz r sv{~z ƒ}}vrš† ‡ˆ ›Œ

 Œ Š z rz xq

t

q vr qrq tq{ vvw ~vr t vw v

t

yz rƒvtq z—z z r€q  v sq wz rz xq

t

q €zx vrƒ

u

t

r

y

v t vxvy yz xv ~}~vr ~vƒqvr tvr wz r szy vr svr

t

z~vq

t

w ‚q r

wz xvr ssvvr

t

v

t

v

t

t

q  €q

sw

v

t

z { vt vw {v€q x z x vƒ v €q

sw

v tq €z ~‚xv{ yz rz r sv{~z ƒ}

u

vrš† ‡ˆ › Œ

œ Œ ‡vr—vv

t

Šv~|q

s

vŒ v

s

qx wz rz xq

t

qvr qrq tvwv

t

s

z  vsvq  v{vr wz

t

qy vr svr tv x vy wzzru vrvvr w ‚ svy

y

vr s z ~vq

t

vr t z r svr wz rqr s~v

t

vr {v€q x z x vƒ v

s

q

sw

v r

y

v Œ
(22)
(23)

³´ ³

µ µ

¶´ · µ´ ¸¹º»¼´¶´

´

.

½ ¾¿ À ÁÂà ¿Â¼¾

o

Á Â

ÄÅ Æ

o

Ç

n

ÈÆÉÊË

n

ÌÌËÍË

n

Istilah

ÎÏÐÑÒ ÓÔÕÐÖ

(hukuman) dalam tindakan disiplin pada

anak didik bukanlah istilah baru, kata ini biasanya dihubungkan dan

berasal

dari

pembahasan

× ÕÑÐØÙ × ÚÕÔ ÕÐÖ

(penguatan).

Adanya

hukuman

berangkat

dari teori

×ÕÑ ÐØÙ × ÚÕÔ ÕÐÖ

terhadap setiap

perilaku

yang dilakukan

seseorang, bentuk dari penguatan sendiri

dapat direalisasikan salah satunya dengan memberikan

Î Ï ÐÑ Ò

hment.

Demikian juga, hukuman digunakan sebagai alat pendidikan

dalam mendisiplinkan anak didik yang diwujudkan dengan berbagai

cara, diantaranya dengan pemberian hukuman. Penggunaan hukuman

yang selama ini sering kali

ditimpakan kepada anak-anak berupa

hukuman fisik, tidak sedikit mendapat kritikan dari berbagai pihak.

Selain itu hukuman secara fisik dinilai tidak memberikan

nilai

edukatif kepada anak.

(24)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia hukuman diartikan

sebagai siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang-orang

yang melanggar undang-undang dan sebagainya; keputusan yang

dijatuhkan

oleh

hakim. Kartini

Kartono

(1996:96)

hukuman

merupakan perbuatan yang dengan sadar dan sengaja diberikan, serta

mengakibatkan nestapa pada anak atau sesama manusia yang menjadi

tanggungan kita, dan pada umumnya ada dalam kondisi yang lebih

lemah secara fisik maupun psikis dari pada kita, yang juga

memerlukan perlindungan kita. Sementara M. Ngalim Purwanto

(2002:186)

mendefinisikan

hukuman

sebagai penderitaan yang

diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang

tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran,

kejahatan atau kesalahan.

(25)

buku poin.

Dari beberapa penegasan di atas dapat dikatakan, point

pelanggaran merupakan suatu perwujudan dari hukuman bagi siswa

yang melakukan kesalahan atau suatu pelanggaran yang berlaku di

sekolah yang bersangkutan. Point pelanggaran ini diterapkan sebagai

pelengkap adanya peraturan, karena peraturan yang diciptakan tanpa

adanya sanksi maka akan membingungkan karena tidak ada bedanya

antara perbuatan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan.

Pemberlakuan dari pada point pelanggaran itu sendiri sebagai sanksi

atas peraturan yang dilanggar diharapkan mampu memberikan

pencerahan terhadap upaya membangun kepribadian dari siswa salah

satunya adalah sikap kedisiplinan.

2

.

ÛÜ

n

ÝÞ

n

ßà áâ Û

o

Þ

n

ÝÛÜãâàßßâäâà

Penerapan

point pelanggaran

tidak

jauh

beda

dengan

pentingnya diberlakukannya hukuman, karena pada dasarnya point

pelanggaran merupakan aplikasi dari hukuman:

a. Penegakan Aturan

(26)

Peraturan perlu ditegakkan untuk membatasi tingkah laku

seseorang sehinngga tidak berlebihan yang akan mengakibatkan

dapat

mengganggu

lingkungannya

terutama

masayarakat

disekitarnya. Namun

penegakan

peraturan

harus

dijalankan

secara konsisten karena apabila tidak, akan menimbulkan banyak

pelanggaran

dan

peraturan

yang tidak diindahkan.

Sebagai

penopang diadakannya peraturan hukuman mempunyai peranana

apabila terjadi suatu pelanggaran. Sebagaimana disebutkan di atas

bahwa apabila peraturan tidak dilengkapi dengan hukuman maka

tidak akan ada bedanya antara yang mentaaati peratuan dan yang

melanggar peraturan.

b. Pembentukan Moral

Membangun

moral individu

tidak hanya penting

bagi

kesuksesan

individu tersebut,

tetapi

juga penting

untuk

membangun masyarakat dan peradaban manusia yang luhur. Hal

ini menunjukkan betapa pentingnya membangun moral yang baik.

(27)

berlangsung

akan

membentuk

moral

yang

sesuai

dengan

lingkungan sekitar. Pembentukan

moral juga dapat diarahkan

pada pembentukan sikap disiplin pada diri seseorang karena

disiplin

merupakan

salah satu perwujudan dari moral (Miqdad

Yaljan, (2003:33).

3

.

åæçè éæçê ëìç

n

ëé íêîïïêæêî

Menurut Wakil Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 1

Playen (2013), kriteria pelanggaran yang diterapkan dalam point

pelanggaran meliputi pelanggaran yang terdapat kecenderungan

perilaku melanggar yang kerap dilakukan siswa terhadap peraturan

yang ada, di samping

itu berdasarkan

pengalaman

atas suatu

perilaku negatif yang pernah dilakukan siswa dan belum termuat

dalam peraturan yang berlaku.

a. Kepribadian ( kelakuan)

1)

Tentang ketertiban

2)

Tentang rokok

3)

Tentang buku/ majalah/ kaset terlarang

4)

Tentang senjata

5)

Tentang obat/ minuman terlarang

6)

Tentang perkelahian

b. Kerajinan

(28)

c.

Kerapian

1)

Tentang pakaian

4

.

ð ñ

n

ñòó ô óõö

o

÷

n

øöùúûü ýýûþûü

a. Tujuan Point Pelanggaran

Tujuan

utama

dilakukannya

hukuman

adalah

untuk

menyadarkan peserta didik dari kesalahan-kesalahan yang telah

dilakukan. Adanya hukuman sebagai ganjaran atas kesalahan atau

pelanggaran yang dilakukan seseorang akan menjadikan motivasi

bagi pelanggar sendiri atau orang di sekitarnya untuk tidak

mengulangi kesalahan serupa atau pelanggaran lain dalam aturan

yang berlaku.

Tujuan dari hukuman juga dapat di bedakan menjadi

dua, yaitu; tujuan jangka pendek dan hukuman jangka panjang.

Hukuman jangka pendek di maksudkan untuk menghentikan

tingkah laku yang salah, sementara hukuman jangka panjang

dilakukannya hukuman yaitu untuk mengajarkan dan mendorong

anak-anak

untuk menghentikan

sendiri

tingkah

laku yang

salah, agar anak dapat mengarahkan dirinya sendiri.

Hukuman dilaksanakan, menurut Kartini Kartono

(1996:260-261) karena terdapat beberapa tujuan di antaranya:

(29)

2. Melindungi pelanggar agar tidak melanjutkan perilakunya

yang menyimpang, buruk, dan tercela

.

3.

Melindungi masyarakat sekitar dari perbuatan salah yang telah

dilakukan oleh seorang pelanggar.

Membentuk kepribadian seseorang bukanlah suatu hal yang

mudah. Oleh karenanya, membutuhkan

suatu proses yang

disertai dengan sarana pendukungnya. Demikian halnya yang

terjadi pada diri para siswa. Pada umumnya usia remaja adalah

usia dimana seseorang ingin

bebas

dalam

bersikap

dan

bertingkah laku. Sehingga wajar adanya apabila akhir akhir ini

terdapat perilaku yang tidak layak yang dilakukan para siswa.

Penanggulangan perilaku yang tidak semestinya dilakukan

para siswa, salah satunya adalah

dengan

pemberlakuan

peraturan sekolah yang harus dipatuhi para siswanya namun

hal

tersebut ternyata

dirasa

kurang

cukup

adanya

untuk

mengatasi perilaku ilegal para siswa. Maka untuk menanggulangi

hal tersebut point pelanggaran mulai diterapkan yang fungsinya

memberikan sanksi atas tindakan ilegal dari siswa, sehingga

point pelanggaran dapat memotivasi untuk tidak mengulangi

tindakan ilegal mereka.

(30)

b. Prosedur Penerapan Point Pelanggaran

Penerapan point pelanggaran ini melibat berbagai pihak yang

terkait dengan siswa, diantaranya; guru dan orang tua. Pendidikan

siswa merupakan tanggung jawab bersama bagi orang tua dan

guru, serta masyarakat. Pemberlakuan point pelanggaran di latar

belakangi

atas perilaku

siswa yang cenderung melakukan

pelanggaran (perilaku ilegal) atas peraturan yang ditetapkan

sekolah. Adanya kondisi siswa yang kurang berkenan maka

diterapkan suatu pelengkap peraturan yang didesain dalam

bentuk hukuman.

Hukuman

yang

diterapkan

merupakan

pemberian poin

yang dilakukan pada setiap pelanggaran yang terjadi. Penerapan

point pelanggaran

pertama

kali dilakukan

adalah

dengan

menerapkan beberapa poin yang menjadi poin pelanggaran.

(31)

5

.

ÿ

n

Tata tertib adalah kumpulan aturan

aturan yang dibuat secara

tertulis dan mengikat anggota masyarakat (Mulyono, 2000:14). Tata

tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik dan merupakan hasil

pelaksanaan yang konsisten (tatap azas) dari peraturan yang ada.

Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan

atau

aturan

yang

harus

dipatuhi

setiap

warga

sekolah

tempat

berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah

akan dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa

telah

saling

mendukung

terhadap

tata

tertib sekolah itu sendiri,

kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya

tata tertib sekolah yang diterapkan di sekolah.

Melihat uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tata tertib

sekolah itu dibuat secara resmi oleh pihak yang berwenang dengan

pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi

sekolah tersebut, yang memuat hal-hal yang diharuskan dan dilarang bagi

siswa selama berada di lingkungan sekolah dan apabila mereka melakukan

pelanggaran maka pihak sekolah berwenang untuk memberikan sanksi

sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

6.

o

(32)

tata tertib salah satunya sesuai dengan yang tercantum dalam setiap butir

tujuan tata tertib, yaitu:

a. Tujuan peraturan keamanan adalah untuk mewujudkan rasa aman dan

tentram serta bebas dari rasa takut baik lahir maupun batin yang

dirasakan oleh seluruh warga, sebab jika antar individu tidak saling

mengganggu maka akan melahirkan perasaan tenang dalam diri setiap

individu dan siap untuk mengikuti kegiatan sehari-hari.

b. Tujuan peraturan kebersihan adalah terciptanya suasana bersih dan

sehat yang terasa dan nampak pada seluruh warga.

c. Tujuan peraturan ketertiban adalah menciptakan kondisi yang teratur

yang mencerminkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan pada

tata ruang, tata kerja, tata pergaulan bahkan cara berpakaian.

d. Tujuan peraturan keindahan adalah untuk menciptakan lingkungan yang

baik sehingga menimbulkan rasa keindahan bagi yang melihat dan

menggunakannya.

e. Tujuan peraturan kekeluargaan adalah untuk membina tata hubungan

yang baik antar individu yang mencerminkan sikap dan rasa gotong

royong, keterbukaan, saling membantu, tenggang rasa dan saling

menghormati.

(33)

penanaman dan pengembangan nilai, pengetahuan, keterampilan dan

wawasan dapat dilaksanakan.

n

o

! "

Keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan penting, yaitu

sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah.

Peraturan tata tertib itu merupakan alat guna mencapai ketertiban

(http://assalsabilah.blogspot.com/2012/11). Dengan adanya tata tertib itu

adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib, tenang, sehingga

kelangsungan hidup sosial dapat dicapai. Tata tertib yang direalisasikan

dengan tepat dan jelas serta konsekuen dan diawasi dengan

sungguh-sungguh maka akan memberikan dampak terciptanya suasana masyarakat

belajar yang tertib, damai, tenang dan tentram di sekolah. Peraturan dan

tata tertib yang berlaku di manapun akan tampak dengan baik apabila

keberadaannya diawasi dan dilaksanakan dengan baik, hal ini sesuai yang

dikemukakan oleh Durkheim (1990: 107-108) bahwa: Hanya dengan

menghormati aturan-aturan sekolah lah si anak belajar menghormati

aturan-aturan umum lainnya, belajar mengembangkan

kebiasaan,

mengekang dan mengendalikan diri semata-mata karena ia harus

mengekang dan mengendalikan diri.

(34)

keterampilan untuk mengekang dan mengendalikan diri. Sehingga mereka

diharapkan mampu menciptakan lingkungan masyarakat yang tertib,

tenang, aman, dan damai.

Tata tertib sekolah berperan sebagai pedoman perilaku siswa,

sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 76), bahwa :

peraturan berfungsi sebagai pedoman perilaku anak dan sebagai sumber

motivasi untuk bertindak sebagai harapan sosia . Di samping itu, peraturan

juga merupakan salah satu unsur disiplin untuk berperilaku. Hal ini sejalan

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 84) yaitu: Bila

disiplin diharapkan mampu mendidik anak-anak untuk berperilaku sesuai

dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia harus

mempunyai empat unsur pokok, apapun cara mendisiplinkan yang

digunakan, yaitu: peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam

peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajak dan

memaksakannya, hukuman untuk pelanggaran peraturan dan penghargaan

untuk perilaku yang sejalan dengan perilaku yang berlaku. Berdasarkan

pendapat di atas, dapat di ketahui bahwa dalam menerapkan disiplin perlu

adanya peraturan dan konsistensi dalam pelaksanaannya.

(35)

a. Peraturan

mempunyai

nilai

pendidikan,

sebab

peraturan

memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui oleh anggota

kelompok tersebut. Misalnya anak belajar dari peraturan tentang

memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa

menyerahkan tugasnya sendiri merupakan satu-satunya cara yang dapat

diterima di sekolah untuk menilai prestasinya.

b. Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Agar

tata tertib dapat memenuhi kedua fungsi di atas, maka peraturan atau

tata tertib itu harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh individu atau

siswa. Bila tata tertib diberikan dalam kata-kata yang tidak dapat

dimengerti, maka tata tertib tidak berharga sebagai suatu pedoman

perilaku.

Jadi kesimpulan yang dapat kemukakan bahwa tata tertib berfungsi

mendidik dan membina perilaku siswa di sekolah, karena tata tertib

berisikan keharusan yang harus dilaksanakan oleh siswa. Selain itu tata

tertib juga berfungsi sebagai pengendali bagi perilaku siswa, karena tata

tertib sekolah berisi larangan terhadap siswa tentang suatu perbuatan dan

juga mengandung sanksi bagi siswa yang melanggarnya.

#$ % &' ()*+) (,- . (/% &01 (2+3. (4 ()2(,(2+3,&5% +'

o

6(.
(36)

adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan atau

larangan-larangan yang terdapat dalam tata tertib tersebut. Menurut Djahiri

(1985: 25), tingkat kesadaran atau kepatuhan seseorang terhadap tata

tertib, meliputi:

a. Patuh karena takut pada orang atau kekuasaan atau paksaan

b. Patuh karena ingin dipuji

c. Patuh karena kiprah umum atau masyarakat

d. Taat atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban

e. Taat karena dasar keuntungan atau kepentingan

f. Taat karena hal tersebut memang memuaskan baginya

g. Patuh karena dasar prinsip ethis yang layak universal

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran

seseorang khususnya siswa untuk mematuhi aturan atau hukum memang

sangat penting. Selain bertujuan untuk ketertiban juga berguna untuk

mengatur tata perilaku siswa agar sesuai dengan norma yang berlaku.

789 :;< =>? =:@:A

a. Pengertian Belajar

(37)

tentang belajar dan membantu pencapaian hasil belajar peserta didik

yang berkualitas.

Belajar dapat menjadikan berbagai macam perubahan pada diri

seseorang. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan positif maupun

negatif yang dapat ditunjukkan dalam bentuk pengetahuan,

pemahaman, dan lain-lain akibat pengalaman yang didapat dari

interaksi dengan orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Sukmadinata (2003: 155) yang menyebutkan bahwa

belajar berkaitan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang

belajar, baik perubahan yang positif maupun negatif.

Perubahan-perubahan tersebut berupa pengalaman-pengalaman tertentu dan

terbentuk akibat interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Sumadi

Suryabrata (2002: 232) juga bependapat bahwa belajar adalah usaha

secara sengaja yang membawa perubahan tertentu sehingga akan

didapatkan kecakapan baru.

(38)

Selanjutnya Muhibbin Syah (2012: 69) juga berpendapat bahwa

belajar adalah sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu

yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi terhadap

lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Selanjutnya Slameto

(1995: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkunganya.

b. Pengertian Hasil Belajar

Belajar dan mengajar pada dasarnya adalah hubungan timbal balik

guru dengan siswa dalam situasi pendidikan. Melalui proses belajar

mengajar diharapkan siswa mempunyai sejumlah kepandaian dan

kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya. Sedangkan

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2002: 22).

Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai

bentuk seperti perubahan pengetahuan, kecakapan, kemampuan, sikap

dan nilai.

(39)

kawasan tersebut, kemampuan kognitiflah yang sangat sering dinilai

kerena kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan intelektual siswa

dalam mengawasi materi pelajaran.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara garis besar faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dapat dibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri

manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal, dan faktor

yang berasal dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut faktor

eksternal (M. Ngalim Purwanto, 2002: 107).

1) Faktor

internal

a) Faktor fisiologi

(1) Kondisi fisik

(2) Kondisi panca indera

b) Faktor psikologis

(1) Intelegensi/kecerdasan

(2) Bakat

(3) Motivasi

(4) Minat

(5) Kemampuan kognitif

2) Faktor

eksternal

a) Lingkungan

(40)

b) Instrumental

(1) Kurikulum/bahan ajar

(2) Guru/pengajar

(3) Sarana dan fasilitas

(4) Administrasi/manajemen

Beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar

merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan,

sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang

ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada

nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang

dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan

program pendidikan yang ditetapkan.

B

.

CD

n

DE FGFHIJHIKLDE DMH

n

Pada penelitian yang dilakukan oleh Prima Permata Adi (2011)

dengan judul Hubungan Antara Pengeetahuan Tentang Kredit Poin

Pelanggaran Tata Tertib Dengan Kedisiplinan Pada Siswa Kelas VIII SMP

Negri 2 Jatibarang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada pengaruh

pelnggaran tata tetib terhadap disiplin siswa

yang

ditunjukkan

dari uji

t

dengan signifikansi

0,000

< 0,05 dan

pengaruhnya

sebesar 0,517. Dengan demikian menunjukkan bahwa

pelanggaran tata tertib ikut mempengaruhi terciptanya disiplin siswa.

(41)

Keluarga Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi

Dasar Menafsirkan Persamaan Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA

Mardisiswa Semarang Tahun Pelajaran (2011/2012). Hasil penelitian

menunjukan uji t atau uji parsial untuk variabel disiplin belajar diperoleh t

hitung sebesar 4,956 dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05.

Besarnya pengaruh disiplin belajar terhadap hasil belajar adalah sebesar

22,4%. Untuk variabel lingkungan keluarga diperoleh t hitung sebesar

4,596 dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Besarnya pengaruh

lingkungan keluarga terhadap hasil belajar adalah sebesar 19,9%.

Berdasarkan uji F atau uji simultan diperoleh F hitung sebesar 11,716

dengan 41,319 signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Besarnya pengaruh

disiplin belajar dan lingkungan keluarga secara simultan adalah sebesar

49,3% dan sisanya sebesar 50,7% dipengaruhi oleh faktor lain.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada pengaruh disiplin belajar siswa.

N

.

OP QRS TU RVPQW X U XQ
(42)

Siswa yang melanggar peraturan sekolah cenderung tidak

konsentrasi terhadap proses belajar di sekolah, hal ini akan

mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga nilai hasil belajarnya akan

rendah. Sebaliknya, siswa yang mematuhi peraturan sekolah nilai

hasil belajarnya akan tinggi, karena siswa tersebut cenderung

konsentrasi terhadap proses balajar di sekolah.

Y

.

Z[\

o

]^_ [ _`^

n

^a [ ][bc

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul

setelah menetapkan anggapan dasar maka lalu membuat teori sementara

yang kebenarannya masih perlu diuji (Suharsimi Arikunto, 2010 : 71).

(43)

fg fhh h

ijkl mjnjo jphkhgo

g

.

nqr s qt uvurnqr qw xvxur

yz

t

{|z

p

en

eliti

}

n

y

}

n

g

|~ }€}

i

}|}

p

en

eliti

}

n

in

i

}|}

l

}

h

m

et

{|z

p

en

eliti

}

n



x

-post facto.

yz

n

u

ru

t

‚ ƒ„}

rsim

i

…†

ik

ƒ‡ˆ

o

(

d ‰Š‰‹ ŠŒ

)



peneli

ˆ

ian

ex-post facto

adalah

Ž ƒ

a

ˆƒ

peneli

ˆ

ian yang dilak

ƒ€}

n

ƒ‡ˆ ƒ

k

meneli

ˆ

i pe

†

i

Ž ˆ

i



a yang

ˆ

elah

ˆ

e

†

jadi dan kem

ƒ|~

an meliha

ˆ

ke belakang

melal

ƒ~

da

ˆ

a

ˆ

e

† Ž

eb

ƒˆ ƒ

n

ˆƒ€

menem

ƒ€}

n fak

ˆ

o

†

fak

ˆ

o

†

yang mendah

ƒ‘ ƒ

i

a

ˆ

a

ƒ

menen

ˆƒ€}

n

Ž

ebab

 Žz

bab yang m

ƒ‡

gkin a

ˆ

a

ƒ

pe

†

i

Ž ˆ

i



a yang di

ˆ

eli

ˆ

i

’

“

alam peneli

ˆ

ian ini pe

†

i

Ž ˆ

i



a yang di

ˆ

eli

ˆ

i memang

Ž ƒ

dah

ˆ

e

†

jadi

Žz

hingga

da

ˆ

a



da

ˆ

anya dapa

ˆ

dilacak kembali melal

ƒ~

dok

ƒ”

en



dok

ƒ”

en yang ada

’

Se

Ž ƒ}

i dengan jeni

Ž

peneli

ˆ

iannya



pendeka

ˆ

an peneli

ˆ

ian yang

dig

ƒ‡}

kan adalah de

Ž€†

ip

ˆ

if k

ƒ}

n

ˆ

i

ˆ

a

ˆ

if

’ •

adi

Žz

m

ƒ}

gejala yang diama

ˆ

i

di

ƒ€ ƒ†

dan di

ƒ– ƒ|€}

n dalam ben

ˆ ƒ€

angka dan dianali

Ž~ŽŽz

ca

†

a

Ž ˆ

a

ˆ

i

Ž ˆ

ik

’

Peneli

ˆ

ian ini j

ƒ—

a me

†ƒ}

kan peneli

ˆ

ian ko

†

ela

Ž~

onal ka

†

ena be

† ˆ ƒ– ƒ}

n

ƒ‡ˆƒ€

menge

ˆ

ah

ƒ~

h

ƒ˜ ƒ‡

gan an

ˆ

a

† ™}†

iabel beba

Ž

dan

™}†

iabel

ˆ

e

†

ika

ˆ

nya



yang kem

ƒ|~

an dica

†

i be

Ž}†

kon

ˆ†

ib

ƒŽ~ ™}†

iabel beba

Ž ˆ

e

†

hadap

™}†

iabel

ˆ

e

†

ika

ˆ

nya

’

f

.

kqš›uvmurœut vnq r qwxv xur

Peneli

ˆ

ian ini dilak

Ž}

nakan di S

yž yƒ„}

mmadiyah

Š

Playen

(44)

y

¤

n

g

¥¦§¨¤

g

k

¤

n

sel

¤

m

¤

p

¤

en

eliti

n

©ª

rl

¤

n

g

«

su

g

n

Wak

¬ §

peneli

¬

ian

be

­

lang

®§

ng pada b

§¯

an

°ª

i

±£ ²¢«

³

.

´µ¶· ¸¹º »´¼½ ¼¸» ¾»¹ ½

Pop

§¯

a

®¦

adalah

¿

ilayah gene

­

ali

® ¤®¦

yang

¬

e

­

di

­

i da

­

i objek

À® §©Á

ek

yang memp

§¨

yai k

§¤

li

¬

a

®

dan ka

­

ak

¬

e

­

i

® ¬

ik

¬

e

­¬

en

¬ §

yang di

¬

e

¬

apkan oleh

peneli

¬

ian

§¨¬§Â¥¦

pelaja

­

i dan di

¬

a

­

ik ke

® ¦

mp

§¯

annya S

§

giyono (

±£ ²²ÃÄÄ

)

«

S

§©Á

ek dalam peneli

¬

ian ini adalah

® ª

l

§­§Å ®¦ ®¿

a kela

®

X

Æ

T

Ç

R

S

°Ç °§Å¤

mmadiyah

²

Playen

È §¨§¨

g

Ç

id

§¯

yang

melak

§Â¤

n

pelangga

­

an be

­

j

§É

lah

±¢ ®¦ ®¿

a yang

¬

e

­®ª

ba

­

dalam

¢

kela

® « Ê

alam

peneli

¬

ian ini da

¬

a diambil da

­

i kela

®

X

Æ

dika

­

enakan kela

®

X

Æ ® §¥¤

h

mele

¿

a

¬

i d

§¤® ª

me

®¬

e

­®

ehingga

®§¥¤

h

¬

e

­

dapa

¬

daf

¬

a

­

nilai dan da

¬

a

¬

indak

poin pelangga

­

an

® ¦®¿

a

«

Ë

.

´¹Ì¹Í » ΠϹ´¼½ ¼¸»¾» ¹ ½

Pa

­

adigma peneli

¬

ian me

­ §Ð¤

kan pandangan

Ñ

model a

¬

a

§

pola piki

­

yang menjaba

­

kan be

­

bagai

Ò

a

­

iabel yang akan di

¬

eli

¬

i

«

Va

­

iabel adalah

objek yang menjadi

¬

i

¬

ik fok

§®

pengama

¬

an pada

® §¤¬§

peneli

¬

ian

(S

§Å¤­® ¦

mi

Ó­

ik

§¨¬

o

ѱ£ ²£ ÃÔÕ

)

«

Un

¬ §Â

memb

§¤¬

h

§©§¨Ö

an an

¬

a

­

a

Ò

a

­

iabel

beba

®

dengan

Ò

a

­

iabel

¬

e

­

ika

¬ ®ª

hingga akan

m

§¥¤

h di

­ §É§® ¤

n

pe

­

ma

®¤

lahan peneli

¬

iannya

Ñ ­§É §®

an hipo

¬

e

®¦ ®

yang diaj

§Â¤

n

Ñ

me

¬

ode

(45)

Ù

er

Ú ÛÜÛ

rk

Û

n

teo

ri

ÚÛ

n

k

er

Û

n

g

ÝÛÞ

erp

ik

ir

ß

m

Û

k

ÛÚÛ àÛ

t

Ú áâÛ

m

ÞÛ

r

ÝÛ

n

ãäÞäåâÛ

n

Û

n

t

Û

r

Û æÛ

ri

Û Þ

el

ÚÛ

l

Û

p

m

en

eliti

Û åç è äÞäåâÛ

n

Û

n

t

Û

r

Û æÛ

ri

Û Þé

l

Þé ÞÛ

s

ÚÛ

n

æÛ

ri

Û Þé

l teri

ÝÛ

t

ÚÛàÛ

t

Ú áâÛÞÛ

m

r

ÝÛ

n

se

ÞÛ

g

Û

i

Þ

erik

u

t

ê

ë

amba

ìØçí

a

ì

adigma Peneli

î

ian

ï

.

ðñòó ôó õ óö÷ñøùõ ó úô ùûü ùøó ùý ñû

Ù

e

ì

da

ÜÛì

kan j

äÚ äþ

peneli

î

ian ini yai

îäêèäÞäå

gan poin pelangga

ì

an

î

a

î

a

î

e

ìî

ib

Ü áÜÿ

a

î

e

ì

hadap ha

Ü á

l belaja

ì Üá Üÿ

a kela

Ü

X

S

äãÛ

mmadiyah

Ø

Playen

ëäåäå

g

id

äþß

maka ada d

äÛ æÛì

iabel pokok

yai

îä æ

a

ì

iabel beba

Ü

dan

æÛì

iabel

î

e

ì

ika

îç

Va

ì

iabel beba

Ü

yai

îä

poin

pelangga

ì

an

î

a

î

a

î

e

ìî

ib (X)

ç

Va

ì

iabel

î

e

ì

ika

î

nya yai

îä

ha

Ü á

l belaja

ì Ü á

a

ÿ

a

(Y)

ç

a

ì

i j

äÚ äþ

peneli

î

ian

î

e

ìÜé

b

äî î

e

ì

dapa

î

d

äÛ æÛì

iabel yang pe

ì

l

ä

didefini

Ü á

kan aga

ì

dipe

ì

oleh ka

ÜÛ

maan penge

ìî

ian

î

ampa menimb

äþ

kan

ÜÛ

lah penge

ìî

ian

ß

maka

Ü

e

î

iap

æÛì

iabel ini didefini

Ü á

kan

Üé

ca

ì

a ope

ì

a

Üá

onal

ç Ù

e

ì

ik

äî

ini dibe

ì

ikan defini

Ü á

ma

Üá

ng

ma

Ü á

ng

æÛì

iabel

î

e

ìÜé

b

äîê

Øç

Poin Pelangga

ì

an Ta

î

a Te

ìî

ib Si

Üÿ

a

Poin pelangga

ì

an

î

a

î

a

î

e

ìî

ib me

ìä

pakan

ÜäÛîä

pe

ìÿ ä äÚÛ

n

da

ì

i

h

äÝä

man

bagi

Ü áÜ ÿ

a

yang

melak

ä

kan

ke

Ü

alahan a

î

a

ä Ü äÛîä

pelangga

ì

an yang be

ì

lak

ä

di

Üé

kolah dengan pembe

ì

ian poin

Üéî

iap

e

jadi pelangga

an yang dilak

n

i

a yang pelak

naannya

Poin

pelangga

ì

an

î

a

î

a

î

e

ìî

ib

(X)

(46)

m

elip

u

ti

k

ep

ri

n

k

er

jin

n

k

er

p

i

n

sil

el

j

r

isw

sil

l

j

r

l

h

sil y

tel

n

g

h

capai da

i kegia

an belaja

alam peneli

ian ini ha

l belaja

a dipe

oleh dengan me

ode

dok

en

a

hal

e

b

dapa

di

n dengan nilai

apo

.

!"# $ %& '(&) *$+ * *

,

ode peng

p

-

an da

a yang dig

akan dalam peneli

ian ini

adalah me

ode dok

en

a

men

S

a

mi

.

ik

o (

/0/1 0/2

)

me

ode dok

men

a

i yai

menca

i da

a mengenai hal

3

hal a

a

4

a

iabel

yang be

5

a ca

a

an

an

k

ip

b

a

kaba

majalah

p

a

a

i

no

len

apa

lengge

agenda dan

ebagainya

alam peneli

ian ini

eknik dok

en

a

i dig

akan

k menge

ah

poin pelangga

an

a

a

e

ib dan ha

l belaja

i

a kela

X

6

yang

ah mele

a

i d

eme

e

ehingga

dah

e

dapa

da

a be

pa poin dan nilai

apo

a

a yang diambil

dalam poin pelangga

an

a

a

e

ib dipe

oleh da

i

kolah yang diambil da

i

g

7

(

imbingan

7

on

eling)

dangkan nilai

apo

i

a diambil da

i

ekolah

Pemilihan

bjek kela

X

6

ka

ena pada kela

X

6

e

dapa

j

mlah

i

a yang melangga

lebih banyak dibandingkan dengan kela

X dan X

66 7

ela

X cende

8

ma

ih memiliki

ingka

kedi

iplinan yang

inggi ka

ena

(47)

su

:;

h

j

;

r

;

m

n

g

;

l

e

n

g

g

;

r t

;

t

;

te

<

rti

sek

o

l

;

h

k

;

ren

;

su

:;

h

<

se

n

tr

;

er

k

o

n

si

u

n

tu

k

m

e

n

g

h

;:;

p

i u

ji

;

n

=;

n

;

sio

l

>

?

.

@ABC DBE C FG DHDHI FJF

KL I AH B M DNHDO JFJDHJDB

P

e

QRS

ip

QT QU

a

U

i

QU

ik adalah

Q U

a

U

i

Q U

ik yang be

S

f

V =

g

QT V =UVR

mendi

QRS

ip

QT

kan a

U

a

V

membe

S

i gamba

S

an

U

e

S

hadap obyek yang di

U

eli

U

i

melal

VT

da

U

a

Q;

mpel a

U

a

V

pop

VW

a

QT QX

bagaimana adanya

Y U

anpa

melak

VR;

n anali

QTQ

dan memb

V; U

ke

QT

mp

VW

an yang be

S

lak

V V =UVR

VZVZ>

Pada

Q U

a

U

i

Q U

ik de

QRS

ip

QT Y

akan dikem

VR

akan ca

S

a

[

ca

S

a penyajian

da

U

a

Y

dengan

U

abel bia

Q;

ma

V \V =

di

Q US

ib

V QT

f

S

ek

VX

n

QTY

hi

Q U

og

S

am

,

diag

S

am lingka

S

an (

pie chart

)

Y

penjela

Q;

n kelompok melal

VT

ha

S

ga

S

a

U

a

[

S

a

U

a hi

UV =

g a

U

a

VS

e

S

a

U

a

]

mean (

^

)

Y

mod

V Q]

mode (

^_

)

Y

median (

^X

) dan

QU

anda

S

de

`T

a

QT

(S

P

)

>

T

V

j

V;

n lebih lanj

V U

da

S

i anali

QTQ

de

QRS

ip

U

if adalah

V =UVR

mendefini

QT

kan kecende

SV =

gan

QX

ba

S

an da

U

a da

S

i ma

QT

ng

[

ma

QT

ng

`;S

iabel peneli

U

ian yai

UV

poin pelangga

S

an

U

a

U

a

U

e

SU

ib

QTQa

a (X) dan ha

QT

l

belaja

SQTQ a

a (Y)

>

^X

mb

V; U U

abel di

Q US

ib

V QT

f

S

ek

VX

n

QT

dipe

S

l

VR;

n

U

ahapan yai

UV

menen

UVR;

n kela

Q

interval

dengan

SV

m

V Q

strurges

Y S

en

U

ang da

U

a

Y

dan

menghi

UV =

g panjang kela

Q

(S

V b

iyono

Y cdeef9 g

)

Y

langkah

[

langkahnya

QX

bagai be

S

ik

V Uf
(48)

Keterangan :

K = Jumlah kelas

interval

N = Jumlah data observasi atau responden

Log= logaritma

b.

Menghitung Rentang Data, dengan rumus.

R =

+ 1

Dimana :

R = Rentang

= Data/Nilai terbesar dalam kelompok

= Data/Nilai terkecil dalam kelompok

c.

Menghitung Panjang Kelas

Interval.

Panjang Kelas

Interval

= R / K

Keterangan :

R = Rentang Data

K = Jumlah Kelas

Interval

d.

Histogram

Histrogram dibuat berdasarkan data frekuensi yang telah

ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi.

e.

Kecenderungan skor variabel

(49)

M = ½ (X

max

+ X

min

)

SD =

1

/

6

(X

max

- X

min

)

Pengkategorian skor variabel ditetapkan berdasarkan kriteria ideal

[image:49.595.189.517.275.347.2]

yaitu:

Tabel 2. Kriteria Pengkategorian Skor

(Anas Sudijono, 2007: 175)

2

.

ijk lm nopkijqr sp qp tpkuk p v oror

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

bersangkutan berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis

menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas

harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi yang normal.

Dalam pembahasan ini akan digunakan uji

one sample

kolmogorov-smirnov

.

Taraf signifikansi yang digunakan 0,05. Data dikatakan

berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05.

b. Uji Linearitas

(50)

variabel terikat. Dalam penelitian ini uji linieritas menggunakan

Test

for linierity

dengan bantuan komputer dengan program

SPSS versi

16.0 for windows.

Kriteria pengujian linieritas adalah jika harga F

hitung lebih kecil daripada harga F tabel pada taraf signifikan 5%

dikatakan linier.

3

.

wxy z{ |}~y }€ ‚xƒ } ƒ

Setelah

persyaratan

analisis

data

telah dipenuhi,

langkah

selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian.

Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Uji hipotesis menggunakan teknik analisis

product moment,

untuk

mengetahui hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat,

rumusannya adalah sebagai berikut:



2

2

y

x

xy

r

xy

Keterangan :

r

xy

= koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

x

2

= jumlah skor kuadrat skor x

y

2

= jumlah skor kuadrat skor y

(Sugiyono, 2011:228)

b. Menentukan tingkat hubungan antar variabel X dengan variabel Y

dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :

(51)

0,200

0,399

Rendah

0,400

0,599

Sedang

0,600

0,799

Kuat

0,800

1,000

Sangat Kuat

(52)

Ž 

‘Ž ’“”Ž •–—˜ Ž‘Ž’ Ž•

Ž™”

i

š›œ

i

 š ž

Da

Ÿ

a

  ¡¢¡£ ¤¥¦¥¢§ ¨§ ¡¦ § ¦§ ¨¥©ª ¡¤ ¡¨ « ¬ ¡©§¡­¥ ¢

y

¡§ ¨® ¬ ¡©§ ¡­¥ ¢ ­¥­¡¯ ª ¡¦

¬ ¡©§ ¡­¥ ¢ ¨¥©§ ° ¡¨± ² ¡©§¡­¥ ¢ ­¥ ­¡¯ ¦

y

¡

y

¡§¨® ¤³§ ¦ ¤¥ ¢¡¦ ´´¡©¡¦ ¨¡¨¡ ¨¥©¨§­

Gambar

Tabel 2. Kriteria Pengkategorian Skor

Referensi

Dokumen terkait

a) Alasan mereka akhirnya memutuskan bekerja sebagai buruh tani (aron). b) Durasi waktu mereka dalam bekerja. c) Besarnya pendapatan yang mereka peroleh dari pekerjaan mereka

Panitia/Pokja ULP masih bisa memberikan penjelasan selama 3 jam setelah masa Aanwijzing berakhir Untuk menjawab pertanyaan cukup dengan menyebutkan ID Peserta.

The results of this study is a new design of sanitary landfill by landfill leachate channel system, a gas vent pipe, the rehabilitation of various other support facilities

Tujuan Tugas analisis kelayakan ini adalah menganalisis dan mengetahui apakah pabrik pupuk organik granul yang akan didirikan Di Yogyakarta layak didirikan dari aspek pasar,

beban mati, beban hidup dan beban gempa yang bekerja pada struktur

bertanda tangan di bawah ini Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi

 Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif milik yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan dan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan. atau

penghasilan yang merupakan objek pajak yang pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari pengeluaran tersebut.. 2) Pengeluaran yang tidak