• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi komponen visual, komponen auditorial, dan komponen kinestetik dari gaya belajar dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi komponen visual, komponen auditorial, dan komponen kinestetik dari gaya belajar dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013."

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI KOMPONEN VISUAL, KOMPONEN AUDITORIAL, DAN KOMPONEN KINESTETIK DARI GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIIIA SMP

KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: Lana Sugiarti NIM : 081414070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

KORELASI KOMPONEN VISUAL, KOMPONEN AUDITORIAL, DAN KOMPONEN KINESTETIK DARI GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIIIA SMP

KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: Lana Sugiarti NIM : 081414070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan (Matius 6 : 7 – 8)

Dengan penuh syukur, kupersembahkan karyaku kepada :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang membuat hidupku menjadi luar biasa

Bapak dan Ibu tersayang

Mas Febry Gae dan Adikku Catharina

Almamaterku

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah ... 6

(14)

xiii BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teoretik ... 10

B. Kerangka Berpikir ... 18

C. Rumusan Hipotesis ... 20

BAA III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

D. Variabel Penelitian ... 22

E. Metode Pengumpulan Data ... 23

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. Validasi Instrumen ... 27

H. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 34

B. Hasil Uji Coba... 34

C. Data Penelitian... 39

D. Analisis Data... 40

E. Pembahasan... 51

F. Keterbatasan Penelitian... 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 55

(15)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi – kisi Instrumen Komponen Visual ... 27

Tabel 3.2 Kisi – kisi Instrumen Komponen Auditorial ... 28

Tabel 3.3 Kisi – kisi Instrumen Komponen Kinestetik ... 28

Tabel 3.4 Uji Normalitas ... 31

Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 31

Tabel 3.6 Penolong untuk Menghitung r ... 32

Tabel 4.1 Penolong Korelasi ... 35

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Validitas ... 36

Tabel 4.3 Hasil Tes Gaya Belajar dan Tes Prestasi Belajar Matematika ... 39

Tabel 4.4 Uji Normalitas Komponen Visual dan Prestasi Belajar ... 41

Tabel 4.5 Uji Normalitas Komponen Auditorial dan Prestasi Belajar. 43

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan menjadi

nomor satu. Hal ini terbukti dari berbagai program pendidikan yang

dilakukan oleh pemerintah untuk memajukan bidang pendidikan. Tanpa

pendidikan kita tidak akan mampu bersaing dengan negara – negara lain.

Dalam pendidikan kita akan memperoleh berbagai macam ilmu

pengetahuan yang selalu baru. Ilmu pengetahuan yang baru tersebut akan

membantu kita untuk menghadapi era globalisasi saat ini. Maka dari itu

pendidikan sangatlah penting ditanamkan sejak dini. Pendidikan

merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya

manusia karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan sumber daya

manusia sehingga dapat menciptakan manusia produktif yang mampu

memajukan bangsanya.

Tujuan pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia bukanlah hal yang

mudah untuk ditentukan ukuran kuantitasnya. Oleh karena itu, ukuran

(18)

belajar. Prestasi belajar itu dapat ditentukan berdasarkan hasil evaluasi

belajarnya.

Prestasi belajar yang dicapai siswa adalah hasil dari kegiatan

belajarnya. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa pendekatan belajar

(approach to learning), strategi belajar, dan metode belajar adalah faktor –

faktor yang menentukan tingkat efisiensi kegiatan belajar dan prestasi

belajar siswa. Sering ditemukan dalam praktik bahwa seorang siswa yang

memiliki kemampuan ranah cipta (kognitif) lebih tinggi dari teman –

temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama atau lebih

rendah dengan yang dicapai oleh teman – temannya itu. Sebaliknya,

seorang siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta rata – rata atau

sedang dapat mencapai puncak prestasi yang memuaskan. Perbedaan

kedua hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan dalam hal

usaha belajar, gaya belajar dan strategi dalam belajarnya.

Setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda – beda. Gaya

belajar siswa pada mata pelajaran matematika juga menentukan

hasil/prestasi belajar matematika.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh seorang pelopor di bidang

pendidikan yaitu Rita Dunn (Bobby De Porter, 2010 : 110), telah

menemukan banyak variabel yang mempengaruhi gaya belajar orang. Ini

mencakup faktor – faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan.

Sebagian orang, misalnya, dapat belajar paling baik dengan cahaya terang,

(19)

orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak

dapat berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Ada orang yang belajar

paling baik secara berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya

figur otoriter seperti orang tua atau guru, yang lain lagi merasa bahwa

bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Dalam penelitian para

ahli, masing – masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda – beda

tentang gaya belajar. Tetapi telah disepakati secara umum, adanya dua

kategori utama tentang bagaimana orang belajar (Bobby De Porter, 2010

:110). Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah

(modalitas), dan kedua yaitu cara kita mengatur dan mengolah informasi

tersebut (dominasi otak). Modalitas belajar disebut juga dengan gaya

belajar. Gaya belajar di bagi menjadi tiga komponen, yaitu komponen

visual, komponen auditorial, dan komponen kinestetik. Pengaruh dari

masing – masing gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika pada

materi tertentu mungkin berbeda – beda pada setiap siswa.

Prestasi belajar merupakan masalah yang penting dalam dunia

pendidikan baik di tingkat dasar, menengah maupun pendidikan tingkat

tinggi. Setiap anak didik maupun sekolah yang mengelolanya selalu

mengharapkan dan berusaha untuk memperoleh prestasi belajar yang

memuaskan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud meneliti

apakah prestasi belajar matematika siswa berhubungan dengan gaya

(20)

Visual, Komponen Auditorial, dan Komponen Kinestetik pada Gaya

Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika di Kalangan Siswa Kelas

VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta” dengan mengadakan penelitian

pada 29 siswa kelas VIIIA tahun ajaran 2012/2013 di SMP Kanisius

Gayam Yogyakarta.

B. Pembatasan Masalah

Banyak faktor penentu prestasi belajar siswa yaitu faktor internal

(dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar diri siswa). Faktor

internal misalnya kondisi tubuh siswa, tingkat intelegensi, bakat siswa,

kemandirian. Sedangkan faktor eksternal misalnya lingkungan sosial,

keadaan cuaca, alat – alat belajar, dan lain – lain. Penelitian ini

memfokuskan pada faktor yang lain yaitu gaya belajar siswa, khususnya

pada mata pelajaran matematika. Agar cakupan masalah tidak terlalu luas,

maka peneliti membatasi masalah yaitu mengenai hubungan antara

komponen visual, komponen auditorial, dan komponen kinestetik pada

(21)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Adakah hubungan dan berapa besar hubungan komponen visual pada

gaya belajar dengan prestasi belajar matematika di kalangan siswa

kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta?

2. Adakah hubungan dan berapa besar hubungan komponen auditorial

pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika di kalangan

siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta?

3. Adakah hubungan dan berapa besar hubungan komponen kinestetik

pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika di kalangan

siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal – hal

sebagai berikut:

1. Hubungan antara komponen visual pada gaya belajar dengan prestasi

belajar matematika siswa.

2. Hubungan antara komponen auditorial pada gaya belajar dengan

prestasi belajar matematika siswa.

3. Hubungan antara komponen kinestetik pada gaya belajar dengan

(22)

E. Batasan Istilah

1. Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa menyerap

informasi dengan mudah. Gaya belajar disebut juga dengan modalitas

belajar. Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja

dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi – situasi antar pribadi

(Bobby De Porter, 2010 : 110).

2. Komponen Visual pada Gaya Belajar

Gaya belajar visual yaitu suatu cara menyerap informasi dengan

belajar melalui apa yang mereka lihat. Gaya belajar ini mengakses citra

visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang,

potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini (Bobbi

DePorter, 2010).

3. Komponen Auditorial pada Gaya Belajar

Gaya belajar auditorial yaitu suatu cara menyerap informasi

dengan belajar melalui apa yang mereka dengar. Modalitas ini

mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun

diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol

disini (Bobbi De Porter, 2010).

4. Komponen Kinestetik pada Gaya Belajar

Gaya belajar kinestetik yaitu suatu cara menyerap informasi

dengan belajar melalui gerak dan sentuhan. Modalitas ini mengakses

(23)

Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan

fisik menonjol disini (Bobbi DePorter, 2010).

5. Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Lukman

Ali, 1995:787) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan

nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar selalu

dikaitkan dengan tes hasil belajar atau tes prestasi. Prestasi belajar

yang diperoleh dalam wujud angka – angka yang diperoleh dari hasil

ujian, ulangan, tugas – tugas merupakan hasil pengukuran dari prestasi

belajar. Untuk mengukur tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa

dalam mengikuti pelajaran di sekolah digunakan nilai dari hasil tes

prestasi belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Korelasi Komponen Visual, Komponen

Auditorial, dan Komponen Kinestetik dari Gaya Belajar dengan

(24)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi

siswa tentang gaya belajar sehingga dapat membantu siswa

menemukan gaya belajarnya, dan dapat menjadikan gaya belajar

tersebut sebagai sarana untuk dapat mendukung proses belajarnya dan

dapat meningkatkan prestasi belajarnya khususnya pada mata pelajaran

matematika.

2. Bagi orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada

orang tua siswa agar lebih memperhatikan anaknya dalam belajar

matematika dan memahami gaya belajar anaknya, khususnya ketika

berada dalam keluarga dan masyarakat agar tetap mendukung belajar

anak.

3. Bagi Guru dan Pengelola Sekolah

Hasil belajar ini diharapkan dapat memberi masukan dalam

mendidik siswa dan menemukan kecenderungan siswa dalam

menggunakan gaya belajar sehingga dapat merancang pembelajaran

yang tepat bagi siswa berdasarkan kecenderungan gaya belajar

(25)

belajar masing – masing siswa ketika belajar di sekolah sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar matematika.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi untuk

penelitian sejenis selanjutnya dan dapat menambah sumber bacaan

ilmiah atau referensi kepustakaan.

5. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk

menambah pengetahuan dan merupakan pengetahuan untuk

mengetahui gaya belajar dan menemukan cara yang tepat untuk belajar

berdasarkan gaya belajar tersebut. Selain itu juga penelitian ini

bermanfaat untuk mengetahui bahwa antara gaya belajar siswa dengan

(26)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teoritik

1. Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa menyerap

informasi dengan mudah (Bobby De Porter, 2010). Gaya belajar

disebut juga dengan modalitas belajar. Gaya belajar merupakan kunci

untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam

situasi – situasi antar pribadi (Bobby De Porter, 2010 : 110). Ketika

seseorang menyadari bagaimana dirinya dan orang lain menyerap

informasi, maka dapat memudahkan belajar dengan gayanya sendiri.

Setiap orang mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari

informasi baru. Mengetahui gaya belajar yang berbeda pada setiap

siswa, akan membantu para guru untuk dapat memberikan metode

pembelajaran yang tepat dan dapat menyampaikan informasi dengan

gaya yang berbeda – beda. Jika seseorang telah mengetahui gaya

belajarnya, maka dapat mengambil langkah – langkah penting untuk

membantu dirinya agar dapat belajar lebih tepat dan lebih mudah.

Gaya belajar atau modalitas belajar ini terdiri dari tiga komponen,

yaitu komponen visual, komponen auditorial, dan komponen

(27)

berbeda – beda. Kebanyakan orang memiliki akses ke ketiga

komponen modalitas visual, auditorial, dan kinestetik. Hampir semua

orang cenderung pada salah satu modalitas belajar (Bandler dan

Grinder, 1981 dalam Bobby De Potter, 2010) yang berperan sebagai

saringan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi. Orang

tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga

memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka

bakat dan kekurangan alami tertentu (Markova, 1992 dalam Bobby De

Porter, 2010). Walaupun belajar dengan menggunakan gaya belajar

yang berbeda – beda pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih

cenderung pada salah satu di antara ketiganya (Bobby De Porter, 2010

: 112).

a. Komponen Visual pada Gaya Belajar

Gaya belajar visual yaitu suatu cara menyerap informasi

dengan belajar melalui apa yang mereka lihat. Gaya belajar ini

mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna,

hubungan ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam

modalitas ini (Bobbi DePorter, 2010).

Orang – orang yang mempunyai kecenderungan belajar visual

mempunyai ciri – ciri antara lain:

a. Teliti

b. Lebih mudah mengingat apa yang dilihat dari pada yang

(28)

c. Mengingat dengan asosiasi visual

d. Tidak terganggu oleh keributan

e. Mempunyai masalah/kesulitan untuk mengingat instruksi

verbal, kecuali jika ditulis dan sering kali minta bantuan orang

untuk mengulanginya

f. Lebih suka membaca dari pada dibacakan

g. Kadang – kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin

memperhatikan

h. Menyukai gambar – gambar dari pada tulisan – tulisan

i. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

j. Lebih suka seni yang lain (rupa, pahat, dll) dari pada musik

b. Komponen Auditorial pada Gaya Belajar

Gaya belajar auditorial yaitu suatu cara menyerap informasi

dengan belajar melalui apa yang mereka dengar. Modalitas ini

mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun

diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara

menonjol disini (Bobbi De Porter, 2010).

Seseorang yang sangat auditorial dapat dicirikan sebagai

berikut:

a. Lebih suka mendengarkan (belajar dari ceramah) dari pada

menggambar, melihat gambar, atau menulis

(29)

c. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan

warna suara (dapat menirukan dan mengingat apa yang

dijelaskan)

d. Suka berbicara tetapi tidak suka menulis

e. Lebih menyukai musik dari pada seni yang lain (rupa, pahat,

dll)

f. Mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

g. Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan dengan panjang

lebar

h. Mempunyai masalah dengan tugas – tugas yang melibatkan

visualisasi, seperti memotong bagian – bagian hingga sesuai

satu sama lain

i. Kurang suka membaca tetapi suka bercerita secara lisan

c. Komponen Kinestetik pada Gaya Belajar

Gaya belajar kinestetik yaitu suatu cara menyerap informasi

dengan belajar melalui gerak dan sentuhan. Modalitas ini

mengakses segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan maupun

diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan

(30)

Seseorang yang sangat kinestetik sering:

a. Menanggapi perhatian fisik

b. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka (aktif

bergerak)

c. Belajar melalui memanipulasi dan praktik

d. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat sekeliling

e. Banyak menggunakan isyarat tubuh

f. Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama

g. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca (aksi

gerakan tubuh saat membaca)

h. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang

pernah berada di tempat itu

i. Menyukai permainan yang menyibukkan

Jika siswa mempunyai gaya belajar yang sesuai dengan materi

yang diajarkan, maka siswa tidak akan merasa kesulitan dalam

mengerjakan soal – soal yang diberikan oleh guru dan dapat

mempelajari materi dengan baik sehingga prestasi belajarnya pun

akan baik. Itu semua dikarenakan matematika merupakan

pelajaran yang sulit dan harus dipelajari dengan sungguh –

sungguh dan dalam mempelajari matematika dibutuhkan gaya

(31)

2. Prestasi Belajar Matematika

a) Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Menurut W.S. Winkel (1996) belajar merupakan suatu aktivitas

mental dan psikis, yang berlangsungnya dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan – perubahan

dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.

Perubahan itu bersikap secara relatif konstan dan berbekas.

Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia.

Dengan belajar, manusia melakukan perubahan – perubahan

kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua

aktifitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar.

Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses,

dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara

aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk

perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan

(Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:120 – 121).

Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Lukman Ali, 1995:787) adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,

(32)

oleh guru. Prestasi belajar selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar

atau tes prestasi. Prestasi belajar yang diperoleh dalam wujud

angka – angka yang diperoleh dari hasil ujian, ulangan, tugas –

tugas merupakan hasil pengukuran dari prestasi belajar. Untuk

mengukur tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa dalam

mengikuti pelajaran di sekolah digunakan nilai dari hasil tes

prestasi belajar siswa. Hal tersebut dilakukan dengan cara

memberikan sejumlah soal kepada siswa untuk dikerjakan, lalu

hasil nilainya dipakai sebagai hasil penelitian prestasi belajar

matematika siswa. Sehingga prestasi belajar matematika dalam hal

ini adalah bukti keberhasilan siswa dalam belajar matematika yang

diukur menggunakan nilai tes matematika siswa yang diperoleh.

b) Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:130)

faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari

faktor internal (dari dalam diri individu) dan faktor eksternal (dari

luar diri individu).

Yang tergolong faktor internal adalah:

1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat maupun yang diperoleh

(33)

 Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial (kecerdasan

dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah

dimiliki).

 Faktor non intelektif, yaitu unsur – unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,

motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

Yang tergolong faktor eksternal ialah:

1) Faktor lingkungan sosial yang terdiri atas lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi, kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas

belajar, iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Faktor – faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung

(34)

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Komponen Visual pada Gaya Belajar Visual dengan

Prestasi Belajar Matematika Siswa

Gaya belajar adalah suatu cara bagaimana siswa menyerap

informasi dengan mudah (Bobbi De Porter, 2010). Seseorang yang

mempunyai gaya belajar visual akan belajar dengan mudah

menggunakan apa saja yang mereka lihat, seperti mengingat dengan

gambar.

Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, maka

akan lebih mudah mengingat pelajaran matematika pada saat materi

pelajaran yang melibatkan gambar – gambar misalnya bangun datar,

bangun ruang, dan grafik. Ini akan sangat menguntungkan bagi siswa

yang mempunyai gaya belajar visual karena dapat mengingatnya

dengan baik. Tetapi dalam sisi lain mungkin kurang menguntungkan

untuk siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial dan kinestetik.

Hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa.

2. Hubungan Komponen Auditorial pada Gaya Belajar dengan Prestasi

Belajar Matematika Siswa

Berdasarkan uraian mengenai gaya belajar di atas, dapat dipahami

bahwa gaya belajar memiliki peranan penting dalam proses belajar

siswa. Siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial, akan mudah

(35)

mereka dengar. Sebagai contoh, seseorang menyukai belajar sambil

mendengarkan musik. Bagi sebagian siswa, belajar sambil

mendengarkan musik akan mengganggu konsentrasi. Tetapi bagi siswa

yang mempunyai gaya belajar auditorial hal ini sangat membantu

dalam menerima pelajaran. Siswa tipe auditorial suka mendengarkan.

Mereka cenderung lebih mudah mengingat apa yang didiskusikan

daripada yang dilihatnya. Sebagai contoh, pada saat guru menerapkan

metode pembelajaran diskusi kelompok, siswa yang mempunyai gaya

belajar auditorial tentu hasilnya akan lebih baik daripada siswa yang

mempunyai gaya belajar visual. Oleh karena itu, gaya belajar

auditorial juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

3. Hubungan Komponen Kinestetik pada Gaya Belajar dengan Prestasi

Belajar Matematika Siswa

Yang dimaksud dengan gara belajar adalah suatu bagaimana siswa

menyerap informasi dengan mudah. Siswa yang mempunyai gaya

belajar kinestetik akan mudah menerima dan menyerap informasi

dengan bergerak dan melakukan aktifitas fisik. Sebagai contoh, siswa

yang mempunyai gaya belajar kinestetik dalam menghafalkan rumus

berbeda dengan siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan

auditorial. Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar

menghafalkan rumus dengan cara bergerak (Bobby De Porter, 2010),

(36)

ngetukkan jari, atau menggoyang – goyangkan kaki. Sehingga dengan

tipe belajar dengan penugasan keterampilan dalam kelompok, siswa

yang mempunyai gaya belajar kinestetik akan lebih aktif dan hasilnya

akan lebih baik daripada siswa yang mempunyai gaya belajar visual

dan auditorial. Sehingga dalam hal ini, gaya belajar matematika siswa

akan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa.

C. Rumusan Hipotesis

Dari yang telah dijelaskan di atas, dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang signifikan antara komponen visual pada gaya

belajar dengan prestasi belajar matematika siswa.

2. Ada hubungan yang signifikan antara komponen auditorial pada gaya

belajar dengan prestasi belajar matematika siswa.

3. Ada hubungan yang signifikan antara komponen kinestetik pada gaya

(37)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dimana

penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang diamati

sebagaimana adanya dan data dikuantifikasi untuk memudahkan analisis. Penelitian

ini juga merupakan penelitian korelasi karena bermaksud untuk menemukan ada

tidaknya hubungan antara komponen visual, komponen auditorial, dan komponen

kinetetik pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah himpunan siswa – siswi kelas VIII SMP

Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 57 siswa.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Penelitian ini menggunakan sampel kelas VIIIA sebanyak 29 siswa.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

(38)

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah konstruk yang sifat-sifat sudah diberi nilai dalam bentuk

bilangan atau konsep yang mempunyai dua nilai atau lebih pada suatu kontinum.

Berdasarkan hubungannya, variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi penyebab bagi variabel lain. Variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain (Iqbal 2008:13).

Penelitian ini menggunakan empat variabel yaitu tiga variabel bebas dan satu

variabel terikat yaitu:

1. Variabel Bebas (X)

X1 : Komponen visual

X2 : Komponen auditorial

X3 : Komponen kinestetik

2. Variabel Terikat (Y)

Y : Prestasi belajar matematika siswa

Definisi masing – masing variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variabel Komponen Visual

Gaya belajar ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat.

Warna, hubungan ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini

(Bobbi DePorter: 2010).

2. Variabel Komponen Auditorial

Gaya belajar ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun

diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol disini (Bobbi

(39)

3. Variabel Komponen Kinestetik

Gaya belajar ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan maupun

diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik

menonjol disini (Bobbi DePorter: 2010).

4. Variabel Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah kemampuan belajar

yang dicapai dalam hasil nilai matematika yang diperoleh siswa dalam

mengerjakan soal – soal tes prestasi belajar.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Bentuk Data

Penelitian ini menggunakan bentuk data dalam skor yang diperoleh dari

kuesioner gaya belajar dan skor yang diperoleh dari hasil tes prestasi belajar

matematika siswa.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang

memerlukannya (Iqbal 2008:19). Dalam penelitian ini data primer adalah data

kuesioner gaya belajar dan hasil prestasi belajar matematika siswa.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti dari sumber-sumber yang telah ada (Iqbal 2008:19). Data sekunder

dalam penelitian ini tidak ada karena pengambilan datanya semua

(40)

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Kuisioner/Angket

Teknik pengumpulan data dengan daftar sejumlah pertanyaan ataupun

pernyataan yang diberikan kepada siswa untuk diisi sesuai dengan keadaan siswa

yang sebenarnya. Penulis menggunakan cara ini untuk mendapatkan data atau

informasi yang berkaitan dengan gaya belajar dan prestasi belajar matematika

siswa.

Ada satu angket dalam penelitian ini yaitu:

a). Angket gaya belajar

Angket lingkungan belajar ini terdiri dari 30 butir pernyataan. Dari 30

butir pernyataan tersebut, terdapat 10 butir pernyataan tentang komponen

visual, 10 butir pernyataan tentang komponen auditorial, dan 10 butir

pernyataan tentang komponen kinestetik. Dalam angket gaya belajar ini,

nomor 1 sampai dengan 10 adalah pernyataan komponen visual, nomor 11

sampai 20 adalah pernyataan komponen auditorial, dan nomor 21 sampai 30

adalah peryataan komponen kinestetik. Angket ini diadaptasi dari buku Bobby

De Porter. Angket gaya belajar siswa ini meliputi beberapa indikator yaitu:

1) Visual

Indikatornya yaitu:

1. Teliti

2. Mengingat dengan gambar

(41)

4. Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh, dan

menangkap detail

5. Perhatiannya tidak mudah terpecah

2) Auditorial

Indikatornya yaitu:

1. Perhatiannya mudah terpecah

2. Belajar dengan cara mendengarkan

3. Meggerakkan bibir/bersuara saat membaca

4. Berdialog secara internal dan eksternal

3) Kinestetik

Indikatornya yaitu:

1. Banyak bergerak

2. Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca,

menanggapi secara fisik

3. Mengingat sambil berjalan dan melihat

Pilihan jawaban dalam angket gaya belajar siswa terdiri atas dua alternatif

jawaban yaitu ya dan tidak. Bagi siswa yang menjawab ya, maka akan

mendapatkan skor 1, dan bagi siswa yang menjawab dengan jawaban tidak

maka akan mendapat skor 0. Dari angket ini, dapat diketahui kecenderungan

gaya belajar siswa.

b. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan

untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Arikunto, 2006:150). Dalam

(42)

1) Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa

Tes Prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian

seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto 2006:151). Dalam penelitian

ini, tes digunakan untuk mengetahui kemampuan prestasi belajar matematika.

c. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara terhadap yang

diwawancarai untuk mendapatkan informasi. Wawancara ini digunakan peneliti

untuk mendalami hasil penelitian ini serta untuk menghitung validitas angket gaya

belajar. Wawancara dilakukan terhadap 6 siswa kelas VIIIA SMP Kanisius

Gayam Yogyakarta yang diambil dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Dua siswa dengan skor angket yang tinggi pada komponen visual

b. Dua siswa dengan skor angket yang tinggi pada komponen auditorial

c. Dua siswa dengan skor angket yang tinggi pada komponen kinestetik

Dalam wawancara ini ditanyakan beberapa hal yang menyangkut tentang gaya

belajar yang mereka pakai dalam mempelajari materi matematika (Lampiran E). Jika

hasil jawaban angket dan jawaban wawancaranya banyak yang sesuai, maka angket

dianggap valid.

F. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner atau angket

untuk memperoleh informasi tentang gaya belajar matematika siswa. Angket gaya

belajar yang digunakan diadaptasi dari buku Bobby De Porter. Gaya belajar yang

(43)

komponen visual, komponen auditorial, dan komponen kinestetik. Jenis angket

berdasarkan bentuk pernyataannya yang digunakan adalah angket tertutup yaitu

angket yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban sehingga pengisi

tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih (Arikunto 1991:25).

Pada penelitian ini, menggunakan skala untuk mengukur sikap yaitu skala

guttman. Skala yang digunakan menggunakan dua alternatif pilihan yaitu “ya” dan

“tidak”.

2. Tes Prestasi

Untuk memperoleh informasi tentang hasil prestasi belajar matematika

siswa, penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa tes prestasi.

G. Validasi Instrumen

1. Validasi instrumen kuesioner/angket

a. Validitas

Analisis validitas yang digunakan yaitu dengan melakukan wawancara

kepada sejumlah siswa untuk mencocokkan jawaban pada kuesioner dengan

jawaban wawancara. Soal dianggap valid jika jawaban siswa pada kuesioner

sama dengan jawaban siswa pada saat di wawancara (konsisten) atau tingkat

kesesuaiannya tinggi.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Komponen Visual

Variabel Indikator Butir Soal Jumlah

Positif Negatif

Lebih suka membaca dari pada

(44)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Komponen Auditorial

Variabel Indikator Butir Soal Jumlah

Positif Negatif

Berdialog secara internal dan

eksternal 11, 19, 20 - 3

Jumlah 10

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Komponen Kinestetik

Variabel Indikator Butir Soal Jumlah

Positif Negatif menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik

22 - 1

Mengingat sambil berjalan dan melihat

21, 27, 28,

29 - 4

Jumlah 10

2. Validasi instrumen tes prestasi belajar matematika

a. Validitas tes prestasi belajar matematika

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto; 2006 : 168). Suatu instrumen yang

valid mempunyai validitas tinggi, dan sebaliknya intrumen yang kurang valid

berarti memiliki validitas rendah.

Langkah – langkah untuk menguji kevalidan suatu soal dengan cara:

1) Hipotesis

H0 : Tidak terdapat hubungan yang positif antara skor per item dengan

(45)

H1 : Terdapat hubungan yang positif antara skor per item dengan jumlah skor (r ≠ 0)

2) Menentukan nilai α

3) Menentukan daerah kritik

H0 ditolak jika rhitung > rtabel

4) Nilai rhitung

r = n XiYi−( Xi)( Yi) n( X2

i)−( Xi)2 n( Y2i)−( Yi)2

5) Kesimpulan

H0 ditolak jika rhitung > rtabel dan dapat disimpulkan bahwa soal valid.

b. Reliabilitas tes prestasi belajar matematika

Suatu instrumen yang reliabel dan dapat dipercaya maka akan

menghasilkan data yang dipercaya juga. Dalam penelitian ini, digunakan

Rumus Alpha untuk menghitung reliabilitas soal (Arikunto, 2006 : 196).

r11 =

−1 1−

� 2 �2

Dengan keterangan:

k = banyaknya soal

r11 = relibilitas instrumen

�2 = jumlah varians butir

�2 = varians total

Kategori :

0,91 – 1,00 : sangat tinggi

(46)

0,41 – 0,70 : cukup

0,21 – 0,40 : rendah

< 0,20 : sangat rendah

H. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui korelasi komponen visual, komponen auditorial, dan

komponen kinestetik dari gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa,

maka dilakukan beberapa teknik analisis data. Teknik analisis data yang dilakukan

yaitu meliputi:

1. Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan uji

Kolmogorov-Smirnov. Langkah-langkah Uji Kolmogorov-Smirnov (Husaini

dan Purnomo, 2008 : 315) adalah sebagai berikut :

1) Merumuskan H0 dan H1

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data berdistribusi tidak normal

2) Hipotesis statistik

H0 : F X = F0(X)

H1 : F X ≠F0 (X)

3) Menentukan taraf signifikansi (α = 0,05)

4) Menentukan daerah kritik : � ≥ �

(47)

i. Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar

ii. Hitung frekuensi untuk setiap pengamatan Xi yang berbeda

iii. Hitung frekuensi kumulatif relatif

SN (Xi) = �

(�)

iv. Hitung Zi = � −

v. Tentukan F0 (Xi) = P (Z ˂ Zi)

vi. Buat tabel berikut ini:

Tabel 3.4 Uji Normalitas

Xi F (Xi) SN (Xi) Zi F0 (Xi) �− � (�) � � − 1 − � (�)

vii. Menentukan Dmax

D = ( �� � − � � , �� � − 1 − �0 �

6) Membuat Kesimpulan

HOditerima bila �ℎ � ˂ �∝ dan disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal.

2. Koefisien Korelasi

Koefisien koelasi berguna untuk mengukur besarnya kontribusi variabel

bebas terhadap variabel terikatnya, dalam penelitian ini menggunakan rumus

korelasi Pearson (Arikunto, 2006 : 274). Korelasi Pearson dilambangkan (r).

Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

(48)

Persyaratan yang harus dipenuhi jika menggunakan korelasi Pearson

adalah :

1) Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang berdistribusi normal

2) Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang linier

3) Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilah secara acak

(random)

4) Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang

sama pula

5) Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval atau rasio

Langkah – langkah menghitung korelasi Pearson :

Tabel 3.6 Penolong untuk menghitung r

No. Xi Yi X2i Y2i Xi Yi

Σ Xi Σ Yi ΣX2i ΣY2i Σ Xi Yi

Korelasi Pearson dapat dihitung dengan rumus :

r = n XiYi−( Xi)( Yi)

n( X2

i)−( Xi)2 n( Y2i)−( Yi)2

Menentukan besarnya sumbangan variabel X terhadap variabel Y dengan

rumus koefisien determinasi 2 .

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Langkah – langkah pengujiannya:

a. Merumuskan hipotesis

(49)

H1 :terdapat hubungan yang signifikan (ρ ≠ 0)

b. Menentukan taraf signifikansi (α = 0,05)

c. Menentukan nilai statistik uji D:

t = −2

1− 2

d. Menentukan daerah kritik

H0 ditolak jika t˂ − �

2

atau > ∝

2

e. Membuat kesimpulan Tolak H0 jika t ˂ − �

2

atau > ∝

2

dan dapat disimpulkan bahwa terdapat

(50)

34

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian diadakan di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta dan dilaksanakan

pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Kuisioner gaya belajar dan tes prestasi

belajar matematika diberikan pada hari Kamis, 29 November 2012 pukul 09.30 di

kelas VIIIB dan pada hari Selasa, 11 Desember 2012 pukul 10.15 di kelas VIIIA.

Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII A dan sampel penelitian

adalah seluruh siswa kelas VIII A.

B. Hasil Uji Coba

Sebelum angket tes prestasi belajar matematika siswa diberikan kepada siswa

kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam, dilakukan uji coba terhadap instrumen tersebut.

1. Uji coba tes prestasi belajar matematika siswa

Uji coba tes prestasi belajar matematika siswa dilaksanakan di kelas VIIIB

SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada hari Selasa, 13 November 2012 pukul

08.30 – 10.15 dengan hasil sebagai berikut :

a. Validitas

Tes prestasi sebelum digunakan harus diujicobakan terlebih dahulu dan

dilihat kevalidannya. Validitas instrumen diukur setelah diadakan uji coba

(51)

Langkah Uji Validitas

1. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat hubungan antara skor per item dengan jumlah skor (r

= 0)

H1 : Terdapat hubungan antara skor per item dengan jumlah skor (r ≠ 0)

2. Taraf signifikansi α : 0,05

3. Menentukan daerah kritik

Dengan n = 28 dan α = 0,05 nilai rtabel = 0,374

H0 ditolak jika rhitung > 0,374

4. Perhitungan nilai rxy

Tabel 4.1 Penolong korelasi

(52)

Tabel 4.2 Hasil perhitungan validitas

kemudian peneliti mengkonsultasikan ke dosen sebagai pembimbing skripsi

dan guru mata pelajaran matematika di tempat penelitian skripsi. Dengan

melihat hasil tersebut diputuskan untuk memperbaiki ke empat soal tersebut,

dan untuk soal no 5, 10, 14, 18, dan 20 masuk ke dalam kriteria tidak valid

juga tetapi diputuskan untuk mengganti soal tersebut karena diduga terlalu

sulit.

b. Reliabilitas

Soal yang sudah dihitung validitasnya kemudian dihitung

reliabilitasnya agar diketahui soal tersebut konsisten atau tidak. Reliabilitas tes

prestasi belajar matematika siswa dihitung menggunakan Rumus Alpha

sebagai berikut :

r11 = 1 1− �

2

�2

(53)
(54)
(55)

= 20

mengambil data penelitian sesungguhnya.

C. Data Penelitian

Hasil tes gaya belajar dan tes prestasi belajar matematika dari 29 siswa kelas

VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Tes Gaya Belajar dan Tes Prestasi Belajar Matematika kelas VIIIA No.

Absen

Komponen Gaya Belajar Tes Prestasi Matematika Visual Auditorial Kinestetik

(56)

D. Analisis Data

Setelah melalui proses uji coba dan pelaksanaan penelitian, maka dilakukan

pengolahan data dari data yang telah diperoleh. Untuk menguji hipotesis penelitian

dilakukan langkah – langkah :

1. Uji Normalitas

Analisis data statistik parametrik harus memenuhi asumsi normalitas. Pada

penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov.

a. Uji normalitas komponen visual

Langkah – langkah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov:

1) Merumuskan H0 dan H1

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data berdistribusi tidak normal

2) Hipotesis statistik

H0 : F X = F0(X)

H1 : F X ≠F0 (X)

3) Menentukan taraf signifikansi (α = 0,05)

4) Menentukan daerah kritik : � ≥ �

5) Menentukan nilai statistik uji D:

i. Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar

ii. Hitung frekuensi untuk setiap pengamatan Xi yang berbeda

iii. Hitung frekuensi kumulatif relatif

SN (Xi) = �

(�) ℎ

iv. Hitung Zi = � −

(57)

vi. Buat tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Uji Normalitas Komponen Visual dan Prestasi Belajar

(58)

�∝ = 1,36 11 2+ 2

= 1,36 29+29 29 × 29

= 1,36 × 0,2626

= 0,3571

6) Membuat Kesimpulan

HO diterima karena �ℎ � ˂ �∝ dimana 0,1200 ˂ 0,3571 sehingga

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

b. Uji normalitas komponen auditorial

Langkah – langkah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov:

1) Merumuskan H0 dan H1

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data berdistribusi tidak normal

2) Hipotesis statistik

H0 : F X = F0(X)

H1 : F X ≠F0 (X)

3) Menentukan taraf signifikansi (α = 0,05)

4) Menentukan daerah kritik : � ≥ �

5) Menentukan nilai statistik uji D:

i. Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar

ii. Hitung frekuensi untuk setiap pengamatan Xi yang berbeda

iii. Hitung frekuensi kumulatif relatif

SN (Xi) = �

(59)

iv. Hitung Zi = � −

v. Tentukan F0 (Xi) = P (Z ˂ Zi)

vi. Buat tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Uji Normalitas Komponen Auditorial dan Prestasi Belajar

(60)

vii. Menentukan Dmax

D = ( � � − � � , � � − 1 − �0

� = (0,0796 , 0,1000) = 0,1000

�∝ = 1,36 1+ 2

1 2

= 1,36 29+29 29 × 29

= 1,36 × 0,2626

= 0,3571

6) Membuat Kesimpulan

HO diterima karena � ˂ � dimana 0,1000 ˂ 0,3571 sehingga

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

c. Uji normalitas komponen kinestetik

Langkah – langkah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov:

1) Merumuskan H0 dan H1

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data berdistribusi tidak normal

2) Hipotesis statistik

H0 : F X = F0(X)

H1 : F X ≠F0 (X)

3) Menentukan taraf signifikansi (α = 0,05)

4) Menentukan daerah kritik : � ≥ �

5) Menentukan nilai statistik uji D:

i. Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar

(61)

iii. Hitung frekuensi kumulatif relatif

vi. Buat tabel berikut ini:

Tabel 4.6 Uji Normalitas Komponen Kinestetik dan Prestasi Belajar

(62)

= 1,36 × 0,2626

= 0,3571

6) Membuat Kesimpulan

HO diterima karena � ˂ � dimana 0,1200 ˂ 0,3571 sehingga

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

2. Koefisien Korelasi

Untuk mengukur besarnya hubungan variabel bebas terhadap variabel

terikatnya menggunakan koefisien korelasi product moment yang

dikemukakan oleh Pearson (Husaini dan Purnomo, 2006 : 201).

Komponen Visual dan Prestasi Belajar Matematika

Dengan melihat tabel (Lampiran B.1) maka :

rXY =

n XiYi−( Xi)( Yi)

n( X2

i)−( Xi)2 n( Y2i)−( Yi)2

= 29 10001 − 202 (1462)

29 1450 −(202)2 29 84730(1462)2

= −5295 1246 319726

= −5295 19959,58

(63)

Komponen Auditorial dan Prestasi Belajar Matematika

Dengan melihat tabel (Lampiran B.2) maka :

rXY = n XiYi−( Xi)( Yi) n( X2

i)−( Xi)2 n( Y2i)−( Yi)2

= 29 7874 − 145 (1462)

29 791 −(145)2 29 84730(1462)2

= 16356 1914 319726

= 16356 24738,14

= 0,661

Menentukan besarnya sumbangan variabel X terhadap variabel Y dengan

rumus koefisien determinan sebagai berikut:

��= 2× 100% = 0,6612× 100% = 43,692%

Artinya : hubungan komponen auditorial dengan prestasi belajar hanya sekitar

43,692% dan selebihnya 56,308% ditentukan oleh faktor lain.

Komponen Kinestetik dan Prestasi Belajar Matematika

Dengan melihat tabel (Lampiran B.3) maka :

rXY =

n XiYi−( Xi)( Yi)

n( X2

i)−( Xi)2 n( Y2i)−( Yi)2

= 29 7114 − 145 (1462)

29 799 −(145)2 29 84730(1462)2

(64)

= −5684 26196,98

=−0,217

3. Uji Hipotesis Koefisien Korelasi

Uji koefisien korelasi digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya

hubungan antar variabel.Uji koefisien korelasi linier sederhana menggunakan

uji korelasi Pearson (r).

Komponen Visual dan Prestasi Belajar Matematika

1. Merumuskan hipotesis

H0 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen visual

dengan prestasi belajar matematika

H1 : terdapat hubungan yang signifikan antara komponen visual dengan

prestasi belajar matematika

2. Hipotesis statistik

H0 :ρ = 0

H1 :ρ≠ 0

3. Ambil α = 0,05

4. Menentukan nilai = ∝ 2

= 0,025

0,025 = 2,045

5. Menentukan wilayah kritik :

Tolak H0 bila > 2,045 atau <−2,045

6. Menguji signifikan untuk sampel kecil (n < 30) menggunakan uji t

ℎ � = 1−22= −0,265

27

(65)

7. Menarik kesimpulan :

Terima H0 karena ℎ � > � atau −1,428 > −2,045 dan dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen

visual dengan prestasi belajar matematika.

Komponen Auditorial dan Prestasi Belajar Matematika

1. Merumuskan hipotesis

H0 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen auditorial

dengan prestasi belajar matematika

H1 : terdapat hubungan yang signifikan antara komponen auditorial

dengan prestasi belajar matematika

2. Hipotesis statistik

H0 :ρ = 0

H1 :ρ≠ 0

3. Ambil α = 0,05

4. Menentukan nilai = ∝ 2

= 0,025

0,025 = 2,045

5. Menentukan wilayah kritik :

Tolak H0 bila ℎ � > 2,045 atau ℎ � <−2,045

6. Menguji signifikan untuk sampel kecil (n < 30) menggunakan uji t

ℎ � = 1−22= 0,661

27

(66)

7. Menarik kesimpulan :

Tolak H0 karena ℎ � > � atau 4,577 > 2,045 dan dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komponen auditorial dengan

prestasi belajar matematika.

Komponen Kinestetik dan Prestasi Belajar Matematika

1. Merumuskan hipotesis

H0 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen kinestetik

dengan prestasi belajar matematika

H1 : terdapat hubungan yang signifikan antara komponen kinestetik

dengan prestasi belajar matematika

2. Hipotesis statistik

H0 :ρ = 0

H1 :ρ≠ 0

3. Ambil α = 0,05

4. Menentukan nilai = ∝ 2

= 0,025

0,025 = 2,045

5. Menentukan wilayah kritik :

Tolak H0 bila ℎ � > 2,045 atau ℎ � <−2,045

6. Menguji signifikan untuk sampel besar (n < 30) menggunakan uji t

ℎ � = 1−22= −0,217

27

(67)

7. Menarik kesimpulan :

Terima H0 karena ℎ � > � atau −1,156 > −2,045 dan dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

komponen kinestetik dengan prestasi belajar matematika.

E. Pembahasan

Dari pengamatan data kuantitatif yang berupa skor komponen visual, skor

komponen auditorial, skor komponen kinestetik, dan skor tes prestasi belajar siswa,

diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Data angket komponen visual, komponen auditorial, komponen kinestetik dengan

tes prestasi belajar matematika berdistribusi normal.

a. Berdasarkan perhitungan, skor angket komponen visual dengan skor tes

prestasi belajar matematika diperoleh nilai D maksimum = 0,1200 dan Dtabel

= 0,3571 karena D maksimum kurang dari Dtabel tidak masuk daerah kritik

dan disimpulkan bahwa angket komponen visual dengan tes prestasi belajar

matematika berdistribusi normal.

b. Berdasarkan perhitungan, skor angket komponen auditorial dengan skor tes

prestasi belajar matematika diperoleh nilai D maksimum = 0,1000 dan Dtabel

= 0,3571 karena D maksimum kurang dari Dtabel tidak masuk daerah kritik

dan disimpulkan bahwa angket komponen auditorial dengan tes prestasi

belajar berdistribusi normal.

c. Berdasarkan perhitungan, skor angket komponen kinestetik dengan skor tes

prestasi belajar matematika diperoleh nilai D maksimum = 0,1200 dan Dtabel

(68)

dan disimpulkan bahwa angket komponen kinestetik dengan tes prestasi

belajar matematika berdistribusi normal.

2. Hubungan antara komponen visual, komponen auditorial, dan komponen

kinestetik dengan prestasi belajar matematika

a. Hubungan antara komponen visual dengan prestasi belajar matematika

Dalam penelitian ini, tidak diperoleh hubungan yang signifikan antara

tes komponen visual dengan tes prestasi matematika. Ini berarti komponen

visual tidak menjadi satu – satunya penentu keberhasilan siswa dalam

pencapaian prestasi belajar matematika siswa. Faktor – faktor yang

mempengaruhi tes komponen visual memperoleh hubungan yang negatif

dengan tes prestasi matematika dimungkinkan karena pada materi faktorisasi

aljabar jarang ditemui soal menggunakan gambar, sehingga siswa yang

mempunyai kecenderungan menggunakan gaya belajar pada komponen visual

kesulitan untuk mengerjakan soal – soal yang diberikan pada materi faktorisasi

aljabar. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar seperti faktor internal

dan eksternal juga mempengaruhi hasil tes belajar siswa. Hal ini dikarenakan

kondisi siswa yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda – beda

dan kepribadian siswa yang berbeda – beda. Selain hal itu dapat juga

dikarenakan kesalahan peneliti dalam mengambil data penelitian, misalnya

kesalahan kunci jawaban tes prestasi dan instrumen pengambilan data yang

digunakan belum tepat. Hal lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian

misalnya dalam mengisi angket siswa kurang serius dan dalam mengerjakan

tes prestasi belajar siswa kurang serius mengerjakannya sehingga hasil tes

(69)

b. Hubungan antara komponen auditorial dengan prestasi belajar matematika

Dalam penelitian ini, diperoleh hubungan yang signifikan antara tes

komponen auditorial dengan tes prestasi matematika. Nilai koefisien korelasi

sebesar 0,661. Koefisien determinasi 2 = (0,661)2 = 0,43692 berarti bahwa

besarnya sumbangan tes komponen auditorial hanya sebesar 43,692 %

sedangkan 56,308 % disebabkan oleh faktor lain. Ini berarti komponen

auditorial tidak menjadi satu – satunya penentu keberhasilan siswa dalam

pencapaian prestasi belajar matematika siswa.

c. Hubungan antara komponen kinestetik dengan prestasi belajar matematika

Dalam penelitian ini, tidak diperoleh hubungan yang signifikan antara

tes komponen kinestetik dengan tes prestasi matematika. Ini berarti komponen

kinestetik tidak menjadi satu-satunya penentu keberhasilan siswa dalam

pencapaian prestasi belajar matematika siswa. Faktor – faktor yang

mempengaruhi tes komponen kinestetik memperoleh hubungan yang negatif

dengan tes prestasi matematika dimungkinkan karena pada materi faktorisasi

aljabar jarang ditemui soal menggunakan aktifitas fisik, sehingga siswa yang

mempunyai kecenderungan menggunakan gaya belajar pada komponen

kinestetik kesulitan untuk mengerjakan soal – soal yang diberikan pada materi

faktorisasi aljabar. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar seperti

faktor internal dan eksternal juga mempengaruhi hasil tes belajar siswa. Hal

ini dimungkinkan karena kondisi siswa yang berasal dari berbagai latar

belakang yang berbeda – beda dan kepribadian siswa yang berbeda – beda.

Selain hal itu dapat juga dikarenakan kesalahan peneliti dalam mengambil data

penelitian, misalnya kesalahan kunci jawaban tes prestasi dan instrumen

(70)

mempengaruhi hasil penelitian misalnya dalam mengisi angket siswa kurang

serius dan dalam mengerjakan tes prestasi belajar siswa kurang serius

mengerjakannya sehingga hasil tes prestasi yang diperoleh rendah.

F. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dalam mengambil data

dalam penelitian.

1. Penelitian bersifat kuantitatif murni sehingga yang dapat disimpulkan hanya besar

hubungan gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik

dengan prestasi belajar matematika.

2. Masih terdapat faktor lain yang belum disertakan, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal lainnya.

3. Hasil penelitian hanya terbatas pada kelas VIII dimana penelitian ini dilakukan

yaitu di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta kelas VIIIA Semester I tahun ajaran

(71)

55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen visual dengan

prestasi belajar matematika siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara komponen auditorial dengan

prestasi belajar matematika siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Koefisien korelasinya sebesar 0,661.

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen kinestetik dengan

prestasi belajar matematika siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dan analisa data penulis dapat memberikan saran

dengan harapan dapat bermanfaat.

1. Komponen visual dan komponen kinestetik tidak mempunyai hubungan yang

signifikan dengan prestasi belajar matematika, diharapkan guru matematika

mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa, sehingga dalam proses

pembelajaran, guru akan lebih kreatif dalam penyampaian materi sehingga

siswa menjadi lebih memahami materi pelajaran sesuai dengan

(72)

2. Komponen auditorial mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi

belajar matematika, diharapkan pihak sekolah lebih memperhatikan kemajuan

siswa, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar dengan gaya belajar

masing – masing siswa.

3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya yang masih ada hubungan dengan

penelitian ini, untuk melakukan penelitian dengan sampel yang lebih besar

supaya mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

4. Penelitian ini hanya meneliti pada tiga komponen gaya belajar saja, untuk itu

diharapkan bagi peneliti selanjutnya bisa meneliti faktor – faktor lainnya

(73)

57

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Bobbi De Porter & Mike Hernacki. 2010. Quantum Learning. Bandung : PT Mizan Pustaka.

Bobbi DePorter, Mark Reardon, Sarah Singer – Nourie. 2010. Quantum Teaching. Bandung :

PT Mizan Pustaka.

Djarwanto. (1989). Statistik Nonparametrik Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.

Gie, The Liang. 1979. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Gordon Dryden & Dr. Jeannette Vos. 2004. Revolusi Cara Belajar (bagian 2). Bandung : PT Mizan Pustaka.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Husaini Usman . 2008. Pengantar Statistika. Jakarta : PT.Bumi Aksara.

Husnaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2006. Pengantar Statistik. Yogyakarta : Bumi Aksara.

Iqbal Hasan. 2008. Analisis Data degan Statistik. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Muhibbin Syah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nana Sudjana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Surapranata, Sumarna. 2009. Bandung. 2009. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Winkle, W. S. (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

(74)

58

(75)

Lampiran A.1 Hasil Skor Uji Coba No

Siswa

Skor Butir Soal

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 1 3 1 3 2 3 3 4 3 4 1 4 3 3 1 2 2 1 2 2 48

2 1 2 2 4 1 2 2 3 3 4 2 3 2 2 2 3 1 3 2 3 47

3 5 5 5 2 1 3 1 5 1 1 0 3 4 1 0 4 5 4 5 1 56

4 2 2 1 2 2 2 3 2 4 3 2 2 1 2 1 3 1 2 3 2 42

5 2 5 5 2 1 1 2 4 1 1 1 3 4 1 0 1 4 1 1 1 41

6 5 5 3 2 1 1 2 4 1 0 0 3 4 1 1 1 4 4 2 2 46

7 5 5 3 2 1 1 4 5 1 1 1 1 4 1 3 3 4 4 5 2 56

8 5 5 5 2 1 2 2 4 1 2 3 1 0 4 1 3 2 2 3 1 49

9 1 2 3 2 2 2 4 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 43

10 5 5 5 2 1 1 2 5 2 1 2 3 4 1 1 3 4 1 2 1 51

11 5 5 5 2 0 1 2 5 0 2 0 2 4 1 1 1 3 4 5 1 49

12 1 3 2 2 2 2 4 1 2 3 1 4 2 3 3 2 3 2 1 3 46

13 5 5 5 2 1 1 2 5 2 0 0 3 4 1 0 1 4 4 1 1 47

14 1 1 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 1 3 37

15 5 5 5 2 1 1 2 5 1 0 2 3 1 2 0 1 1 4 1 0 42

16 5 4 5 2 0 4 2 5 1 1 1 2 4 1 1 2 5 1 1 1 48

17 2 1 2 2 2 3 1 1 1 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 1 42

18 3 1 1 2 2 3 4 1 2 1 2 3 2 2 2 4 2 3 3 1 44

19 1 2 3 2 2 3 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 37

20 2 1 4 2 1 1 5 5 1 1 1 1 4 0 0 2 4 1 1 1 38

Gambar

gambar. Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, maka
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Komponen Visual
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Komponen Kinestetik
Tabel 3.4 Uji Normalitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, in this thesis the writer will study about the character’s psychological problems, which are insanity and a decision to commit suicide, and how those

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat, dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

Panjang maksimum tiap segitiga sama sisi yang dapat masuk ke dalam lingkaran dengan diameter 2 8 cm adalah.. Luas daerah yang diarsir pada gambar

Diantara contoh prinsip kebebasan yang diatur dalam syari’at Islam antara lain penghapusan perbudakan sesama manusia, penghormatan atas tiap muslim, pemeliharaan atas hak-hak

Penyandang tuna daksa cenderung merasa diri mereka berbeda, tidak dapat berhubungan baik dalam lingkungan masyarakat, menyesali kecacatan yang dialaminya dan belum mampu

Berdasarkan penjelasan di atas, secara terminologis organisasi profesi pustakawan mempunyai arti sebagai kelompok kerja yang terdiri dari para profesional yang ahli

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak adalah suatu kemampuan, kecakapan siswa dalam proses kegiatan mendengarkan

Hasil analisis sidik ragam volume limbah cair fermentasi pada berbagai kadar gula pasir dan Ammonium Sulfat (ZA) pada tabel 1 menunjukkan bahwa semakin banyak gula