• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pelatihan mendengarkan pada karyawan PT. Mitra Karsa Skses Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas pelatihan mendengarkan pada karyawan PT. Mitra Karsa Skses Mandiri"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELATIHAN MENDENGARKAN PADA

KARYAWAN PT. MITRA KARSA SUKSES MANDIRI

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Wisnu Cahya Ardian NIM : 129114032

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

EFEKTIVITAS PELATIHAN MENDENGARKAN PADA

KARYAWAN PT. MITRA KARSA SUKSES MANDIRI

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Wisnu Cahya Ardian NIM : 129114032

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN MOTTO

“Whatever you make a request for in prayer, have faith that it has been given to you, and you will have it.”

- Mark 11:24 -

“Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia. Berlarilah tanpa

lelah, sampai engkau meraihnya.”

- Giring -

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan

hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

- Pramoedya Ananta Toer -

“Semua harus dimulai dengan berani! Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia”

(6)

Halaman Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

- Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkat dan kasihNya serta

menjadi pengharapan serta kekuatan dalam menjalani hidup.

- Keluarga yang paling berharga, Ayah, Ibu dan Kakak yang selalu

(7)
(8)

EFEKTIVITAS PELATIHAN MENDENGARKAN PADA KARYAWAN PT. MITRA KARSA SUKSES MANDIRI

Wisnu Cahya Ardian

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas pelatihan mendengarkan pada karyawan PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hipotesis penelitian menyatakan pengetahuan dan perilaku mendengarkan meningkat setelah diberikan pelatihan mendengarkan. Subjek adalah 26 karyawan PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen sejumlah 13 orang dan kelompok kontrol sejumlah 13 orang.Pengukuran efektivitas pelatihan melalui 2 level yaitu level evaluasi pengetahuan dan level evaluasi perilaku. Data diperoleh melalui pre-test dan post-test. Perhitungan paired sample t-test kelompok eksperimen dalam evaluasi pengetahuan memperoleh nilai t = 6,698 pada probabilitas 0,00 (p < 0,05; signifikan), dan kelompok kontrol memperoleh nilai t = 1,238 pada probabilitas 0,239 (p > 0,05; tidak signifikan). Perhitungan paired sample t-test evaluasi perilaku kelompok eksperimen memperoleh nilai t = 6,235 pada probabilitas 0,00 (p < 0,05; signifikan), dan kelompok kontrol memperoleh nilai t = 0,236 pada probabilitas 0, 818 (p > 0,05; tidak signifikan). Perhitungan

independent sample t-test pada gain evaluasi pengetahuan memperoleh nilai t = 6,365 pada probabilitas 0,00 (p < 0,05; signifikan), dan evaluasi perilaku memperoleh nilai t = 4,979 pada probabilitas 0,00 (p < 0,05; tidak signifikan). Hipotesis penelitian diterima karena kelompok eksperimen mengalami peningkatan pengetahuan dan perilaku mendengarkan setelah pelatihan secara signifikan.

(9)

THE EFFECTIVENESS OF LISTENING TRAINING ON EMPLOYEES IN PT. MITRA KARSA SUKSES MANDIRI

Wisnu Cahya Ardian

ABSTRACT

The study aims to determine the effectiveness of listening training on PT.Mitra Karsa Sukses Mandiri employees. The research hypothesis states that knowledge and behaviors increase after being given listening training. Subject is 26 employees of PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Subjects were divided into two groups. The experimental group was 13 people and the control group was 13 people. The measurement of training effectiveness is through 2 levels; knowledge evaluation level and behavior evaluation level. The measurement uses pre-test and post-test. The paired sample t-test of the experimental group in the knowledge level evaluation obtained the t value = 6,698 at the 0.00 probability (p <0.05; significant), and the control group obtained the value of t = 1,238 in probability 0.239 (p> 0.05; unsignificant). The calculated paired sample t-test of the behavior of the experimental group obtained t value = 6.235 at probability 0.00 (p <0.05; significant), and the control group obtained t value = 0.236 at probability 0, 818 (p> 0,05; unsignificant). The independent sample t-test for the evaluation of knowledge level obtained t value = 6,365 at probability 0,00 (p <0,05; significant), and behavior got value t = 4,979 at probability 0,00 (p <0,05; significant). Based on the data above, it is concluded that the research hypothesis is accepted because the experimental group experiences significant increase in knowledge and behavior listening after the training.

(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ”Efektivitas Pelatihan Mendengarkan pada Karyawan PT. Mitra Karsa

Sukses Mandiri”, dengan baik. Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapat

banyak sekali dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi dapat

diselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. dan P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku

Dekan dan Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Terima kasih atas dukungannya sehingga proses pengerjaan skripsi

hingga diujikan dapat berjalan dengan lancar.

2. TM. Raditya Hernawa, M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi

yang sudah membimbing saya selama proses pengerjaan skripsi.

3. Teruntuk yang terkasih Babe, Mami, Mbak Wikan dan Mas Aji.

Terima Kasih atas dukungan semangat dan doa yang tulus. Semoga

skripsi ini bisa buat Babe, Mami, dan Mb. Wikan bangga.

4. Orang yang paling spesial: Deivi, yang terkadang bisa jadi adik,

teman, sahabat, dan mentor. Terima kasih untuk semua canda, tawa

dan motivasinya selama proses pengerjaan skripsi.

5. Anak-anak Cobra: Deivi, Lona, Lintang, Teteh, Bella, Yudha,

(12)

kalian terkadang sangat bermanfaat tatkala fisik terlalu lelah

dengan skripsi.

6. Teman-teman bimbingan Pak Tius: Ocik, Maureen, Vishnu, Ajeng,

Nia, Lindi, Rege. Antri bimbingan pasti membosankan kalau

sendirian.

7. Temen-temen SABOENAM: Bayu, Sandi, Seto, Dilon, Komang.

Terimakasih selalu menemani malam-malam lembur skripsiku

dengan alunan musik akustik yang berisik tapi berisi.

8. Mas Sigit selaku Direktur PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri.

Terimakasih atas kesediaannya dalam membantu jalannya proses

penelitian sehingga penelitian dan pelatihan dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan.

9. Mas Acong sebagai Fasilitator dalam pelatihan yang dilaksanakan

untuk kepentingan penelitian. Terimakasih karena telah bersedia

menjadi fasilitator pelatihan serta membantu dan memberikan

banyak saran yang sangat bermanfaat bagi penelitian.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

(14)

1. Pengertian Mendengarkan... 5

2. Proses Mendengarkan ... 7

3. Faktor-faktor Mendengarkan ... 6

B. Pelatihan ... 8

C. PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri ... 12

D. Hipotesis ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 14

B. Identifikasi Variabel ... 14

C. Definisi Operasional ... 14

D. Subjek Penelitian... 15

E. Desain Penelitian... 15

F. Prosedur Penelitian... 16

G. Alat Ukur ... 17

H. Validitas dan Reliabilitas ... 18

I. Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 22

A. Pelaksanaan Pelatihan ... 22

B. Hasil Penelitian ... 23

1. Data Deskriptif Penelitian ... 23

2. Uji Asumsi ... 24

2.1 Uji Normalitas ... 24

(15)

3. Hasil Uji Hipotesis... 25

C. Pembahasan ... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 31

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komposisi Skala ... 18

Tabel 2 Reliabilitas Evaluasi Belajar ... 19

Tabel 3 Reliabilitas Mendengarkan ... 19

Tabel 4 Validitas Modul... 20

Tabel 5 Hasil Data Evaluasi Belajar ... 23

Tabel 6 Hasil Data Skala Mendengarkan ... 24

Tabel 7 Hasil Uji Normalitas ... 24

Tabel 8 Homogenitas ... 25

Tabel 9 Uji Hipotesis Pre dan Post tes Kel. Eksperimen ... 26

Tabel 10 Uji Hipotesis Pre dan Post tes Kel. Kontrol ... 26

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Evaluasi Belajar ... 37

Lampiran 2 Skala Evaluasi Perilaku ... 42

Lampiran 3 Reliabilitas ... 45

Lampiran 4 Statistik Deskriptif ... 48

Lampiran 5 Paired Sample t-Test Evaluasi Belajar ... 49

Lampiran 6 Independent Sample t-Test Evaluasi Belajar ... 50

Lampiran 7 Paired Sample t-Test Skala Mendengarkan ... 51

Lampiran 8 Independent Sample t-Test Skala Mendengarkan ... 52

Lampiran 9 Maching ... 53

Lampiran 10 Modul Pelatihan Mendengarkan ... 54

Lampiran 11 Dokumentasi Pelatihan ... 75

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mitra Karsa Sukses Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di

bidang industri manufaktur yang didirikan pada tahun 2003. Visi perusahaan

adalah menjadi perusahaan skala nasional di bidang precision parts, mold dan

die maker, special purpose machine, selalu memperbaharui teknologi dan dikelola dengan highly component dan customer focused team. Misi perusahaan adalah selalu mengedepankan kepuasan pelanggan, memberikan

nilai tambah yang bermanfaat bagi perkembangan industri, fokus pada sales and service yang memuaskan, dan pengembangan yang berkesinambungan.

Perusahaan mengalami banyak kerugian akibat kerusakan produk dan

kerusakan alat. Kerusakan produk dan alat yang terjadi akibat kesalahan kerja

karyawan tercatat dalam dokumen PICA (problem Identification and

Corective Action). Pimpinan perusahaan menyebutkan bahwa salah satu contoh kesalahan kerja adalah karyawan bagian engginering menuliskan

ukuran yang salah dalam pembuatan sebuah panel box sehingga ukuran panel

box yang diproduksi tidak sesuai dengan pesanan. Dokumen PICA

menyebutkan bahwa karyawan telah diperingatkan oleh atasan mengenai

satuan ukur yang digunakan salah, namun karyawan tersebut lupa

(20)

proses remembering yang merupakan salah satu proses di dalam mendengarkan.

Kesalahan kerja lain dilakukanolehmandordalam menerima informasi

dari atasan sehingga informasi yang ia berikan pada operator juga tidak tepat.

Dokumen PICA menyebutkan bahwa mandor tidak mengerti tugas dari atasan

dan tidak melakukan konfirmasi atas tugas yang dimaksudkan. Hal tersebut

menunjukan bahwa karyawan tidak melakukan proses responding yang

merupakan salah satu proses di dalam mendengarkan. Pimpinan perusahaan

mengatakan bahwa beberapa kali kesalahan pembelian barang dilakukan oleh

karyawan. Dokumen PICA menyebutkan bahwa penugasan pembelian barang

dilakukan tanpa menggunakan memo atau parts list sehingga karyawan lupa spesifikasi barang yang harus dibeli. Hal tersebut menunjukan bahwa

karyawan tidak melakukan proses remembering yang merupakan salah satu proses di dalam mendengarkan. Needs analysis dengan wawancara dan data

dokumen PICA menunjukan bahwa permasalahan-permasalahan di dalam

perusahaan diakibatkan oleh kegagalan proses komunikasi, secara khusus

dalam proses mendengarkan.

Beebe, Beebe dan Redmond (2009) mengatakan bahwa mendengarkan

merupakan proses psikologis dalam kegiatan decoding yang terdiri dari proses

selecting (seleksi), attending (perhatian), understanding (mengerti),

remembering (mengingat), dan responding (merespon). Devito (2010)

menjelaskan bahwa mendengar (hearing) dan mendengarkan (listening)

(21)

pendengar menerima rangsangan suara. Mendengarkan adalah proses mental

dalam menerima rangsangan dan meresponnya dengan cara tertentu.

Mendengarkan berpengaruh terhadap keberhasilan proses komunikasi di

dalam organisasi.

Permasalahan dalam PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri dapat

ditanggulangi dengan melakukan pelatihan terhadap karyawan. Pelatihan

mampu mengubah atau membentuk perilaku serta meningkatkan kemampuan

karyawan sesuai dengan materi pelatihan. Khanfar (2011) berpendapat bahwa

pelatihan merupakan sarana aktif yang memungkinkan individu untuk

memanfaatkan kemampuan dan kapabilitas potensialnya. Laing (dalam

Saheen, Naqfi dan Khan, 2013) mendefinisikan pelatihan adalah cara untuk

meningkatkan keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan kinerja karyawan.

Evaluasi pelatihan dilakukan untuk menunjukan efektivitas pelatihan.

Kirkpatrick (2006) mengungkapkan bahwa evaluasi pelatihan yang terdiri dari

4 level, yaitu evaluasi reaksi (level 1); belajar (level 2); perilaku (level 3); dan

evaluasi hasil (level 4). Penelitian ini menggunakan evaluasi belajar (level 1)

dan perilaku (level 3) karena mampu menggambarkan secara langsung

perubahan subjek setelah mengikuti pelatihan.

Evaluasi tingkat belajar dan evaluasi tingkat perilaku diukur sebelum

dan sesudah mengikuti pelatihan untuk melihat efektivitas pelatihan. Hasil

evaluasi pelatihan digunakan sebagai dasar untuk melakukan

perbaikan-perbaikan pada pelatihan yang telah dilaksanakan. Peningkatan pengetahuan

(22)

kesalahan kerja akibat kesalahan dalam penerimaan informasi. Topno (2010)

menyatakan bahwa pelatihan menjadi alat bantu untuk menyelesaikan

permasalahan perusahaan melalui pengetahuan dan pembelajaran baru yang

diberikan dalam pelatihan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian adalah

apakah pelatihan mendengarkan efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan

perilaku mendengarkan pada karyawan PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas

pelatihan mendengarkan pada karyawan PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan sumbangan bagi psikologi komunikasi,

secara khusus dalam proses konsep mendengarkan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini menjadi sumber informasi dan dasar dalam

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Mendengarkan

Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih. Satu orang

bertindak sebagai pengirim pesan dan yang lainnya sebagai penerima pesan.

Mendengarkan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses komunikasi,

terutama dalam peran seseorang sebagai penerima pesan.

1. Pengertian Mendengarkan

DeVito (2010) berpendapat bahwa mendengarkan diartikan sebagai

proses aktif menerima rangsangan (stimulus) telinga (aural) dan

meresponnya dengan cara tertentu. Beebe et al. (2009) mengatakan bahwa

mendengarkan merupakan proses psikologis dalam kegiatan decoding yang terdiri dari proses selecting (seleksi), attending (perhatian), understanding

(mengerti), remembering (mengingat), dan responding (merespon). Wood

(2013), menambahkan bahwa mendengarkan (listening) adalah sebagai

proses kompleks yang terdiri atas mendengar (hearing), berpikir, memilih

dan mengorganisasikan informasi, menerjemahkan informasi, merespon

situasi, dan mengingat.

Definisi dari DeVito, Beebe, dan Wood menyimpulkan bahwa

mendengarkan adalah proses aktif dalam kegiatan menerima pesan yang

melibatkan proses mendengar, memberikan perhatian, menyeleksi, mengerti

(24)

2. Proses Dalam Mendengarkan

Beebe et al. (2009) berpendapat bahwa mendengarkan merupakan

proses psikologis dalam kegiatan decoding yang terdiri dari proses :

a. Selecting : Proses memilah-milah pesan yang akan

dijadikan fokus perhatian.

b. Attending : Proses memfokuskan perhatian pada sumber

informasi.

c. Understanding : Proses memaknai informasi berupa suara atau

nonverbal yang telah melalui proses seleksi

dan menjadi fokus perhatian.

d. Remembering : Proses recalling (memanggil kembali)

informasi-informasi yang telah diterima.

e. Responding : Dilakukan agar orang lain tahu bahwa

informasi yang disampaikan telah diterima.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Mendengarkan

DeVito (2010) menjelaskan beberapa hal yang dapat menjadi

hambatan dalam mendengarkan, yaitu :

a. Sibuk dengan diri sendiri

Penerima pesan tidak memperhatikan pokok pembicaraan, namun

memusatkan perhatian pada kepentingan dan perilakunya sendiri.

b. Sibuk dengan masalah-masalah eksternal

Penerima pesan memusatkan perhatian pada masalah-masalah

(25)

c. Mempertajam

Penerima pesan menekankan pada satu atau dua aspek dari pesan

yang diterima.

d. Asimilasi

Penerima pesan merekonstruksi pesan sedemikian rupa sehingga

sesuai dengan sikap, prasangka, dan nilai-nilai pribadi.

e. Faktor kawan atau lawan

Penerima pesan mendistorsi pesan berdasarkan orang yang

menjadi lawan bicaranya.

f. Mendengar yang diharapkan

Penerima pesan tidak mendengarkan apa yang sebenarnya

dikatakan, namun mendengar apa yang diharapkan.

Tanner (dalam Oduolowu dan Akintemi, 2014) menambahkan bahwa

perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses mendengarkan karena

perbedaan gaya komunikasi antara pria dan wanita. Tanner menyebutkan

bahwa wanita sangat dipengaruhi oleh suasana hati.

B. Pelatihan

Pelatihan berpengaruh pada keberhasilan suatu perusahaan karena melalui

pelatihan, ilmu pengetahuan dan keterampilan baru dimiliki oleh karyawan

(26)

1. Definisi Pelatihan

Hardjana (2001) mengemukakan bahwa pelatihan sebagai kegiatan

yang berlangsung dalam jangka waktu pendek. Muchinsky (2003)

mengatakan bahwa pelatihan merupakan proses ketika pengetahuan

(knowledge), keterampilan (skills), dan kemampuan (abilities) seseorang

bertambah atau meningkat. Gomes (2003) mengemukakan bahwa pelatihan

adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu

pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya. Dessler (2009)

mengungkapkan bahwa pelatihan adalah proses mengajarkan keterampilan

dasar yang dibutuhkan karyawan untuk menjalankan pekerjaan serta menjadi

salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam

dunia kerja.

Definisi dari beberapa tokoh di atas menyimpulkan bahwa pelatihan

merupakan suatu program yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang

dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan karyawan terkait dengan pekerjaannya.

2. Experiential Learning

Pelatihan mendengarkan dilaksanakan dengan metode experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman dengan model structured

(27)

pembelajaran tersebut peserta pelatihan diajak untuk mengalami siklus

experiential learning. Berikut ini adalah siklus experiential learning:

Gambar 1. Siklus Experiential Learning

Experiencing : Melibatkan peserta pada aktifitas tertentu, baik secara

individu, berpasangan, kelompok kecil atau kelompok

besar.

Publishing : Pengalaman-pengalaman individu atau kelompok

dibagikan agar dapat diketahui oleh semua peserta.

Intinya peserta melaporkan data.

Processing : Melihat ulang pola-pola dan hubungan-hubungan dari hasil sharing yang telah mereka laporkan.

(28)

Applying : Menerapkan kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan pada tahap sebelumnya dalam situasi aktual yang mereka

alami sehari-hari.

3. Siklus Pelatihan

Pilbeam dan Corbridge (dalam Karim, 2012) memaparkan tentang

empat tahap utama siklus pelatihan, yaitu:

a. Identifying training needs yaitu tahap melakukan penelitian

tentang kebutuhan pelatihan dari permasalahan-permasalahan

yang ada.

b. Plan and design training yaitu tahap membuat rancangan

pelatihan sesuai dengan tujuan dan permasalahan yang ada.

c. Delivering training yaitu tahap pelaksanaan pelatihan.

d. Evaluating training yaitu tahap yang dilakukan untuk

melakukan penilaian terhadap pelatihan sehingga diketahui

hal-hal mana yang perlu diubah dalam pelatihan.

Hasil evaluasi pelatihan digunakan untuk meningkatkan kualitas

pelatihan dengan memperbaiki hal-hal yang dinilai kurang. Selanjutnya

siklus pelatihan akan dimulai lagi dari awal.

4. Evaluasi Pelatihan

Hardjana (2001) menyebutkan bahwa evaluasi pelatihan berarti

penilaian atas training yang sudah terlaksana. Data evaluasi dikumpulkan

melalui dua cara yaitu pre-test-posttest. Kirkpatrick (2006) menyebutkan

(29)

a. Evaluasi Reaksi (Reaction Evaluation) yaitu evaluasi terhadap

reaksi peserta pelatihan yang berkaitan dengan emosi dan

perasaan peserta (Rafiq, 2015). Evaluasi reaksi ditujukan untuk

mengukur kepuasan peserta terhadap penyelenggaraan

pelatihan. Pelatihan dianggap berkualitas apabila pelatihan

memuaskan dan memenuhi harapan peserta peserta sehingga

mereka mempunyai motivasi dan merasa nyaman untuk belajar.

b. Evaluasi Belajar (Learning Evaluation) digunakan untuk

melihat tingkat pengetahuan peserta pelatihan (Dhliwayo dan

Nyanumba, 2014). Evaluasi belajar didefinisikan sebagai

peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang akan

diterapkan pada pekerjaan setelah selesai mengikuti program

pelatihan. Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada

dirinya telah mengalami perbaikan pengetahuan maupun

peningkatan keterampilan.

c. Evaluasi Perilaku (Behavior Evaluation) yaitu penilaian yang

difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi setelah peserta

kembali ke tempat kerja. Pada level ini dinilai bagaimana

peserta mentransfer pengetahuan, sikap dan keterampilan yang

diperoleh selama training untuk diimplementasikan di tempat

kerjanya.

d. Evaluasi Hasil (Result Evaluation) yaitu evaluasi yang

(30)

peserta telah mengikuti suatu program. Evaluasi dilakukan

terhadap perubahan kinerja institusi, misalnya membandingkan

kualitas dan kuantitas hasil kerja serta waktu proses kerja,

sebelum dan sesudah ada pelatihan.

5. Manfaat Pelaksanaan Evaluasi Pelatihan

Hasil evaluasi pelatihan digunakan sebagai pertimbangan untuk

memutuskan apakah program pelatihan akan tetap dilaksanakan kembali di

kemudian hari atau tidak. Dey (2013) menyebutkan bahwa evaluasi

pelatihan bukanlah untuk menilai baik atau buruknya suatu program

pelatihan, namun untuk mengidentifikasi permasalahan dalam pelatihan

dan melihat tepat atau tidaknya suatu program pelatihan untuk mengatasi

permasalahan tertentu. Hogan, Capela, dan Fentress (2014)

mengemukakan bahwa evaluasi pelatihan digunakan untuk melihat hal-hal

yang perlu diperbaiki dalam pelatihan dan memutuskan apakah pelatihan

layak tepat untuk terus dilakukan.

C. PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri

Mitra Karsa Sukses Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang

industri manufaktur dan melayani pembuatan precision parts, automation

packaging machine, special purpose machine, stamping, forging dies, inspection jig, machining jig, welding jig, dan aluminium die casting. Mitra Karsa Sukses Mandiri didirikan pada tahun 2003 dan memiliki 60 karyawan

(31)

dengan proses produksi dan Divisi Operation yang berkaitan dengan administrasi perusahaan serta marketing.

D. Efektivitas Pelatihan Mendengarkan Pada Karyawan PT. Mitra Karsa

Sukses Mandiri

Tujuan dari pelatihan mendengarkan adalah agar seluruh karyawan PT.

Mitra Karsa Sukses Mandiri memiliki kemampuan untuk memilah-milah suara

atau pesan nonverbal yang akan dijadikan fokus perhatian, memfokuskan

perhatian pada sumber informasi, memaknai informasi berupa suara atau

nonverbal yang telah melalui proses seleksi dan menjadi fokus perhatian,

mengingat atau melakukan proses recalling (memanggil kembali) informasi-informasi yang telah diterima, dan memberikan respon atau tanggapan yang

berupa verbal ataupun nonverbal.

Robins dan Judge (2008) mengatakan bahwa sumber daya manusia

yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dipandang

mampu mendukung peningkatan kinerja karyawan dan memberikan kontribusi

dalam menentukan masa depan perusahaan. Sesuai dengan pernyataan Robins

dan Judge, proses komunikasi didalam PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri dapat

berjalan secara efektif dan seluruh informasi dapat diterima dengan baik oleh

karyawan apabila karyawan memiliki pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan mendengarkan.

Apabila pelatihan mendengarkan yang dilakukan berhasil maka peserta

(32)

mendengarkan sehingga potensi terjadinya kesalahan kerja akibat kesalahan

informasi yang diterima akan berkurang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Kirkpatrick (2009) yaitu pelatihan adalah upaya sistematis untuk meningkatkan

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap kerja (behaviors),

para karyawan melalui proses belajar.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

HA : Ada peningkatan pengetahuan dan perilaku mendengarkan setelah

diberikan pelatihan

H0 : Tidak ada peningkatan pengetahuan dan perilaku mendengarkan setelah

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang menggunakan

penelitian lapangan. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan pelatihan

mendengarkan yang kepada kelompok eksperimen. Kontrol dalam penelitian

ini dilakukan pada variabel jenis kelamin yaitu hanya menggunakan subjek

laki-laki. Kontrol terhadap jenis kelamin dilakukan sesuai pernyataan Tanner

(dalam Oduolowu dan Akintemi, 2014) yang menyebutkan bahwa ada

perbedaan yang sangat besar antara gaya komunikasi pria dan wanita.

B. Identifikasi Variabel

Variabel Bebas : Pelatihan mendengarkan

Variabel Tergantung : Mendengarkan

Variabel Kontrol : Jenis kelamin

C. Definisi Operasional

1. Pelatihan Mendengarkan

Pelatihan mendengarkan merupakan program untuk meningkatkan

pengetahuan dan perilaku mendengarkan dengan metode eksperiensial learning yang dilaksanakan dalam 3 sesi selama 1 hari.

(34)

2. Mendengarkan

Mendengarkan adalah proses menyeleksi sumber informasi,

memberikan perhatian, mengerti isi pesan, mengingat, dan memberikan

respon terhadap situasi yang diukur menggunakan lembar evaluasi belajar

dan skala mendengarkan melalui pre-test dan post-test.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 30 karyawan PT. Mitra Karsa Sukses

Mandiri yang terdiri dari 15 orang sebagai kelompok eksperimen dan 15 orang

sebagai kelompok kontrol. Teknik sampling menggunakan random sampling

dan random assignment. Pembagian kelompok dilakukan dengan cara

matching.

E. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol yang dikenai pre-test dan post-test. Skema desain penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Ypre X Ypost

Qpre X Qpost

Keterangan :

pre = pengukuran sebelum perlakuan

post = pengukuran setelah perlakuan

(35)

Q =kelompok kontrol

X = perlakuan berupa pelatihan

X = tidak diberikan pelatihan

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian diawali dengan melakukan Training

Need Analisis di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Peneliti menentukan permasalahan perusahaan dan merancang modul pelatihan yang

diharapkan menjadi penyelesaian masalah di dalam perusahaan.

2. Tahap Penelitian

a) Prosedur Pengambilan Data

Tahap pengambilan data menggunakan pre-test dan post-test. Pre-test diikuti oleh 30 karyawan PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri

sebelum pelaksanaan pelatihan. Post-test dilakukan setelah pelaksanaan pelatihan dan diikuti oleh 30 karyawan yang dibagi

menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol yang masing-masing berjumlah 15 orang.

b) Prosedur Pelatihan

Pelatihan mendengarkan dilaksanakan dalam tiga sesi. Sesi 1

membahas definisi dan konsep mendengarkan pada karyawan, sesi 2

membahas hambatan dan jenis-jenis non mendengarkan, sesi 3

(36)

sampai dengan pukul 17.00 di kantor pusat PT. Mitra Karsa Sukses

Mandiri. Perserta pelatihan adalah kelompok eksperimen. Fasilitator

pelatihan adalah salah satu penggiat eksperiensial learning yaitu Bpk.

Dian Wibowo Utomo.

G. Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yaitu skala mendengarkan

dan lembar evaluasi belajar. Penjelasan detail mengenai masing-masing alat

ukur adalah sebagai berikut :

1. Alat Ukur Tingkat Pengetahuan / Evaluasi Belajar

Alat ukur pada tingkat pengetahuan digunakan untuk

mengukur pengetahuan mengenai materi pelatihan. Tambahan

pengetahuan merupakan suatu kriteria untuk menilai efektivitas

pelatihan. Tipe soal yang akan diberikan adalah pilihan ganda

dengan jumlah 30 soal. Penentuan jumlah soal tersebut telah sesuai

dengan pedoman pokok untuk membuat alat ukur pengetahuan

yang obyektif, yakni menggunakan pertanyaan pilihan ganda dan

pertanyaan benar atau salah (Moekijat, 1993).

2. Alat Ukur Tingkat Perilaku / Skala mendengarkan

Evaluasi tingkat perilaku digunakan untuk melihat

bagaimana peserta mentransfer pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang diperoleh selama training untuk

(37)

dari aitem-aitem yang berkaitan dengan proses mendengarkan

menurut Beebe et al. (2009) yaitu selecting, attending,

understanding, remembering, dan responding. Alat ukur tersebut disusun dengan menggunakan skala likert dengan komposisi sebagai berikut :

Tabel 1. Komposisi Skala

No. Aspek Fav Unfav Bobot

1 Selecting 1, 2 3, 4 20%

2 Attending 5, 6 7, 8 20%

3 Understanding 9, 10 11, 12 20%

4 Remembering 13, 14 15, 16 20%

5 Responding 17, 18 19, 20 20%

Total 20 100%

H. Validitas dan Reliabilitas

1. Skala Evaluasi Belajar

Validitas alat ukur menggunakan validitas isi yaitu diperiksa oleh

dosen pembimbing. Peneliti melakukan uji reliabilitas pada hasil post-test

kelompok eksperimen untuk menghindari ketidakakuratan data akibat

jawaban yang acak karena pengetahuan yang diukur belum pernah

diperoleh subjek sebelumya. Pengguguran aitem dilakukan dalam 2 tahap

untuk mendapatkan koefisien korelasi aitem-total (rix) ≥ 0,25.

Tahap pertama adalah pengguguran terhadap aitem nomor 3, 11,

13, 17, 19, 20, 21, 23, 25, 28, dan 29. Tahap kedua adalah pengguguran

(38)

yang digunakan sebagai alat ukur tingkat pengetahuan. Hasil reliabilitas

dan daya beda aitem dengan menggunakan perhitungan alpha cronbach’s

melalui program SPSS versi 18.0 for windows pada 18 butir soal yang telah melalui tahap pengguguran aitem adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Reliabilitas Evaluasi Belajar

2. Skala Mendengarkan

Pengujian validitas untuk menentukan apakah aitem-aitem yang

digunakan layak untuk mendefinisikan suatu variabel juga telah dilakukan

dengan menggunakan validitas isi yaitu diperiksa oleh dosen pembimbing.

Uji reliabilitas menggunakan perhitungan alpha cronbach’s pada seluruh

aitem. Hasil perhitungan alpha cronbach’s melalui program SPSS versi

18.0 for windows adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Reliabilitas Skala Mendengarkan

Hasil perhitungan di atas menyimpulkan bahwa skala

mendengarkan sudah memenuhi syarat reliabilitas karena memiliki nilai

alpha cronbach’s sebesar 0,955. Hasil tersebut telah memenuhi syarat Cronbach's Alpha

N of

Items

0,851 18

Cronbach's

Alpha N of Items

(39)

reliabilitas konstruk variabel yang baik yaitu memiliki alpha cronbach > 0,6 (Nugroho, 2005). Daya diskriminasi masing-masing aitem telah

melebihi 0,25 sehingga tidak dilakukan pengguguran aitem. Azwar (2005)

menyebutkan bahwa batasan koefisien korelasi aitem-total (rix) diturunkan

sampai dengan ≥ 0,25 untuk mendapat target soal yang telah ditentukan.

3. Validitas Modul

Validitas modul diukur menggunakan indeks validitas aiken. Indeks

validitas aiken berkisar antara 0 - 1. Indeks validitas aiken dikatakan

kurang valid apabila V < 0,4 dan sangat valid apabila V > 0,8. Aiken

(1985) merumuskan formula Aiken’s V untuk menghitung content-validity

coefficient yang didasarkan pada hasil penilaian dari panel ahli sebanyak n orang terhadap suatu aitem dari segi sejauh mana aitem tersebut mewakili

konstrak yang diukur. Indeks validitas aiken dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

V = Σ s / [n(c-1)]

S = r – lo

lo = angka penilaian validitas yang terendah (misalnya 1)

c = angka penilaian validitas tertinggi (misalnya 5)

r = angka yang diberikan oleh penilai

n = Jumlah ahli yang menilai

Tabel 4. Validitas Modul

(40)

Indeks validitas aiken dari penilaian tiga orang ahli yang telah

dihitung dengan rumus di atas menghasilkan V = 0,81 yang menunjukan

bahwa modul memiliki validitas yang sangat tinggi. Hasil perhitungan

tersebut membuktikan bahwa modul pelatihan yang telah dirancang oleh

peneliti layak untuk dilaksanakan.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah statistik inferensial

menggunakan paired sample t-test dan independent sample t-test. Santoso (2010) mengatakan bahwa paired sample t-test digunakan untuk

membandingkan perbedaan mean dari dua sampel yang berasal dari dua

populasi yang berbeda. Independent sample t-test digunakan untuk melakukan

penelitian yang menggunakan satu sampel yang diukur dua kali. Paired Sample T-test digunakan peneliti untuk mengetahui perbedaan tingkat

pengetahuan serta tingkat perilaku sebelum dan sesudah diberikan pelatihan

pada kelompok eksperimen. Independent Sample T-test digunakan peneliti untuk mengetahui perbedaan gain antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Untuk melakukan analisis paired sample t-test dan independent sample t-test, maka uji asumsi yang digunakan adalah uji normalitas dan uji

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pelatihan

1. Pre-test

Pre-test dilakukan tanggal 24 November 2016 pada saat karyawan melakukan briefing pagi pukul 08.00 - 09.00. Skoring dilakukan pada hari

yang sama. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen memiliki skor

rata-rata 6,38 pada evaluasi perilaku dan 52,15 pada evaluasi

pengetahuan. Kelompok kontrol memiliki skor rata-rata 5,38 pada

evaluasi perilaku dan 52,23 pada evaluasi pengetahuan.

2. Pelatihan Mendengarkan

Pelatihan mendengarkan dilaksanakan pada tanggal 25 November

2016, pukul 08.00 - 17.00. Jumlah peserta pelatihan pada awal sesi hanya

berjumlah 10 orang. Tiga orang peserta lain memasuki ruangan pelatihan

kurang lebih 5 menit setelah sesi pertama dimulai. Fasilitator memberi

instruksi pada ketiga peserta tersebut untuk mengikuti permainan yang

sedang berlangsung. Direktur PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri

memberikan konfirmasi bahwa 2 orang peserta lain tidak dapat mengikuti

pelatihan karena memperoleh tugas mendadak. Jumlah peserta pelatihan

adalah 13 orang. Pelatihan berjalan dengan baik dan lancar sampai

(42)

3. Post-test

Post-test dilakukan 2 minggu setelah pelatihan dilaksanakan yaitu

pada tanggal 9 Desember 2016. Moekijat (1993) menyatakan bahwa

pengambilan skala pengamatan diri pada kelompok eksperimen dilakukan

minimal 2 minggu setelah tahap manipulasi, sehingga memungkinkan

bagi subyek untuk menerapkan pengetahuan dan perilaku berupa

keterampilan yang diperoleh selama mengikuti pelatihan. Post-test diikuti

oleh 13 orang dari kelompok eksperimen dan 13 orang dari kelompok

kontrol. Kelompok eksperimen memiliki skor rata-rata 12,53 pada

evaluasi pengetahuan dan 64,61 pada evaluasi perilaku. Kelompok

kontrol memiliki skor rata-rata 4,69 pada evaluasi pengetahuan dan 51,84

pada evaluasi perilaku.

B. Hasil Penelitian

1. Data Deskriptif Penelitian

a. Data Evaluasi Belajar

Data hasil evaluasi belajar untuk kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol pada tahap pre-test dan posttest adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Data Evaluasi Belajar

Kelompok Pre-test Post-test Gain

Mean Sd Mean Sd

Eksperimen 6,3846 2,59931 12,5385 3,30695 6,1539

(43)

b. Data Skala Mendengarkan

Data skala mendengarkan untuk kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol pada tahap pre-test dan post-test adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Data Skala Mendengarkan

Kelompok Pre-test Post-test Gain

Mean Sd Mean Sd

Eksperimen 52,1538 5,27330 64,6154 3,45298 12,461

Kontrol 52,2308 6,49556 51,8462 4,61603 -0,3846

2. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data pada

variabel tergantung. Peneliti menggunakan Shapiro-Wilk untuk melakukan uji normalitas. Shapiro-Wilk merupakan metode uji

normalitas untuk sampel kurang dari lima puluh orang (Shapiro dan

Wilk dalam Oktaviani, 2014). Data dikatakan memiliki distribusi

normal apabila nilai sig (p) > 0,05. Uji normalitas menggunakan

program SPSS versi 18.0. for windows adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas

Kelompok / Tahap Evaluasi Pengetahuan (p)

Skala Mendengarkan (p)

Eksperimen / Pre-test 0,066 0,922

Eksperimen / Post-test 0,314 0,692

Kontrol / Pre-test 0,383 0,400

(44)

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa sampel untuk

evaluasi tingkat pengetahuan dan skala mendengarkan berasal dari

populasi data berdistribusi normal (p > 0,05).

b. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis independent

sample t-test untuk membuktikan bahwa varian dari populasi adalah sama (Priyatno, 2008). Varian populasi yang sama ditunjukan apabila

nilai p > 0,05. Hasil uji homogenitas data dengan menggunakan

Levene’s Test dengan menggunakan program SPSS versi 18.0. for

windows adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Homogenitas

Levene Statistic Sig.

Evaluasi belajar 2,207 0,150

Skala Mendengarkan 0,929 0,345

Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh bahwa data pada

evaluasi belajar memiliki varian populasi sama yang ditunjukan oleh

nilai sig (p) 0,445 > 0,05 pada evaluasi belajar. Data pada skala

mendengarkan juga memiliki varian populasi sama yang ditunjukan

oleh nilai sig (p) 0,262 > 0,05.

3. Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas yang dilakukan,

peneliti menggunakan paired sample t-test dan independent sample t-test

(45)

a. Hasil Uji Paired Sample t-Test Kelompok Eksperimen

Hasil uji paired sample t-test untuk evaluasi belajar dan skala

mendengarkan adalah sebagai berikut :

Tabel 9. Uji Hipotesis Pre dan Post tes Kel. Eksperimen

t Df Sig

Evaluasi Belajar 6,698 12 0,000

Skala mendengarkan 6,235 12 0,000

Uji paired sample t-test evaluasi belajar dan skala

mendengarkan pada p = 0,00 (p < 0,05) memperoleh nilai t = 6,698

dan t = 6,235. Hasil tersebut menunjukan bahwa kelompok

eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan setelah

mengikuti pelatihan.

b. Hasil Uji Paired Sample t-Test Kelompok Kontrol

Hasil uji paired sample t-test untuk evaluasi belajar dan skala

mendengarkan adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Uji Hipotesis Pre dan Post tes Kel. Kontrol

t Df Sig

Evaluasi Belajar 1,238 12 0,239

Skala mendengarkan 0,236 12 0,818

Uji paired sample t-test evaluasi belajar dan skala

mendengarkan memperoleh nilai t = 1,238 dan t = 0,236 pada

(46)

c. Hasil Uji Independent Sample t-Test

Hasil uji independent sample t-test untuk evaluasi belajar dan

skala mendengarkan adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Uji Hipotesis Kel. Eksperimen dan Kontrol

t Df Sig

Evaluasi Belajar

6,365 24 0,000

Skala

Mendengarkan

4,979 24 0,000

Tabel tersebut menunjukan hasil uji independent sample t-test dari evaluasi belajar dan skala mendengarkan pada probabilitas

0,000 (p < 0,05) memperoleh nilai t = 6,365 dan t = 4,979. Hasil

tersebut menunjukan bahwa kelompok eksperimen memiliki gain

yang signifikan lebih tinggi dibanding kelompok kontrol.

C. Pembahasan

Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa pelatihan mendengarkan pada

karyawan PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri dinilai efektif. Efektivitas

pelatihan mendengarkan diuraikan melalui level evaluasi belajar dan level

evaluasi perilaku menurut Kirkpatrick (2006) sebagai berikut :

Hasil perhitungan paired sample t-test pada kelompok eksperimen

dalam evaluasi tingkat pengetahuan memperoleh nilai p = 0,00 (p < 0,05) dan

t = 6,698. Perolehan skor rata-rata sebelum pelatihan adalah 6,38 dan setelah

(47)

eksperimen mengalami peningkatan perolehan skor rata-rata yang signifikan.

Peningkatan perolehan skor rata-rata yang signifikan terjadi karena peserta

pelatihan telah memperoleh pengetahuan yang baru terkait materi

mendengarkan.

Hasil perhitungan paired sample t-test pada kelompok kontrol dalam

evaluasi tingkat pengetahuan memperoleh nilai p = 0,239 (p > 0,05) dan t =

1,238. Perolehan skor rata-rata sebelum pelatihan adalah 5,38 dan setelah

mengikuti pelatihan 4,69. Hasil tersebut menunjukan bahwa kelompok

kontrol mengalami penurunan perolehan skor rata-rata karena perbedaan

situasi, waktu, dan kondisi karyawan dalam post-test dan pre-test

mempengaruhi konsentrasi karyawan. Pre-test dilaksanakan pagi hari sebelum karyawan mulai bekerja, sedangkan post-test dilakukan pada sore

hari setelah karyawan selesai bekerja.

Hasil perhitungan independent sample t-test dalam evaluasi tingkat

pengetahuan memperoleh nilai p= 0,00 (p < 0,05) dan t = 6,365. Gain pada

kelompok eksperimen sebesar 6,1539 dan kelompok kontrol sebesar -0,6923.

Hasil tersebut menunjukan bahwa kelompok eksperimen memiliki gain yang

signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Perbedaan gain

menunjukan bahwa kelompok eksperimen mengalami peningkatan

pengetahuan terkait materi mendengarkan secara signifikan.

Alyahya dan Norsiah (2014) menyatakan bahwa evaluasi pada tingkat

perilaku dilihat dari kemampuan mengimplementasikan materi pelatihan dan

(48)

rata-rata evaluasi perilaku kelompok eksperimen sebelum mengikuti pelatihan

adalah 52,15. Setelah mengikuti pelatihan mendengarkan kelompok

eksperimen memperoleh skor rata-rata 64,61. Perhitungan paired sample

t-test skala mendengarkan kelompok eksperimen memperoleh nilai p = 0,00 (p < 0,05) dan t = 6,235. Hasil tersebut menunjukan perubahan intensi perilaku

subjek pada kelompok eksperimen. Perubahan intensi perilaku tersebut terjadi

karena di dalam pelatihan, subjek diarahkan untuk melakukan perilaku

tertentu sesuai dengan materi pelatihan mendengarkan.

Notoadmodjo (1992) menyatakan bahwa pelatihan pada akhirnya

menghasilkan perubahan perilaku sesuai tujuan dari sebuah pelatihan.

Perhitungan paired sample t-test evaluasi perilaku kelompok kontrol

memperoleh nilai p = 0,818 (p > 0,05) dan t = 0,236. Perolehan skor rata-rata

sebelum pelatihan adalah 52,230 dan setelah mengikuti pelatihan 51,846.

Hasil tersebut menunjukan bahwa kelompok kontrol mengalami penurunan

skor rata-rata pada evaluasi intensi perilaku. Penurunan skor rata-rata pada

evaluasi intensi perilaku terjadi karena kelompok kontrol tidak diarahkan

untuk melakukan perilaku tertentu sesuai dengan materi pelatihan

mendengarkan sehingga subjek pada kelompok kontrol berperilaku sesuai

dengan kebiasaannya masing-masing. Perbedaan situasi, waktu, dan kondisi

karyawan dalam post-test dan pre-test mempengaruhi konsentrasi karyawan sehingga terjadi penurunan skor rata-rata. Pre-test dilaksanakan pagi hari sebelum karyawan mulai bekerja, sedangkan post-test dilakukan pada sore

(49)

. Hasil perhitungan independent sample t-test evaluasi perilaku memperoleh nilai p= 0,00 (p < 0,05) dan t = 7,987. Gain pada kelompok

eksperimen adalah 12,461 dan pada kelompok kontrol adalah -0,384. Hasil

tersebut menunjukan bahwa kelompok eksperimen memiliki gain yang

signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Perbedaan gain

menunjukan bahwa kelompok eksperimen memiliki intensi perilaku yang

lebih sesuai dengan tujuan dari pelatihan dibandingkan kelompok kontrol.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelatihan mendengarkan mampu

meningkatkan keterampilan mendengarkan pada karyawan PT. Mitra Karsa

Sukses Mandiri. Hasil penelitian berbanding lurus dengan penelitian

Oduolowu dan Akintemi (2014) bahwa keterampilan mendengarkan

ditingkatkan melalui storytelling. Persamaan hasil penelitian menyimpulkan

bahwa mendengarkan mampu ditingkatkan melalui metode pelatihan tertentu

sesuai dengan latar belakang peserta pelatihan.

Penelitian ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

penelitian ini adalah efektivitas pelatihan dilihat dari dua level evaluasi yaitu

evaluasi belajar yang mengukur tingkat pengetahuan peserta pelatihan

mengenai materi pelatihan, dan evaluasi perilaku yang mengukur intensi

perilaku peserta terkait tujuan pelatihan yang diberikan. Kekurangan

penelitian ini adalah efektivitas pelatihan tidak diukur pada level evaluasi

reaksi dan hasil. Kekurangan lain penelitian ini adalah jumlah subjek hanya

26 orang dan data evaluasi perilaku berupa intensi, bukan penilaian terhadap

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelatihan mendengarkan

efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku mendengarkan. Hasil

perhitungan paired sample t-test menunjukan bahwa kelompok eksperimen

mengalami peningkatan perolehan nilai yang signifikan setelah mengikuti

pelatihan, sedangkan kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan.

Perhitungan independent sample t-test menunjukan bahwa kelompok

eksperimen memiliki gain yang signifikan lebih tinggi dibandingkan

kelompok kontrol.

B. Saran

1. Untuk peneliti selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan pengukuran terhadap

perilaku yang muncul, bukan pengukuran terhadap intensi.

2. Untuk karyawan dan perusahaan

a. Karyawan diharapkan menerapkan proses mendengarkan dengan baik

dalam bekerja sehingga informasi diterima dengan tepat.

b. Perusahaan disarankan memberi pelatihan-pelatihan mendengarkan

untuk meningkatkan komunikasi antarpribadi karyawan dalam

(51)

Daftar Pustaka

Agha, S.R. (2008). Evaluating and Benchmarking Non-Governmental Training Programs: An Analytic Hierarchy Approach. Jordan Journal of Mechanical and Industrial Engineering. Vol. 2, No. 2, p. 77 – 84.

Aiken, L.R. (1985). Three Coefficients for Analyzing the Reliability, and Validity of Ratings. Educational and Psychological Measurement. No. 45, p. 131-142.

Alyahya, M.S., dan Norsiah, M. (2014). Evaluation of Effectiveness of Training And Development : The Krikpatrick Model. Asian Journal of Business and Management Sciences. Vol. 2, No. 11, 14-24.

Azwar, S. (2005). Tes Prestasi : Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Beebe, S.A., Beebe, S.J., dan Redmond, M.V. (2009). Interpersonal Communication: Relating To Others 6th Edition. United States: Pearson Education, Inc.

Dessler, G. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks.

Devito, J.A. (2010). Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.

Dey, A. (2013). Evaluating Training Efficacy – Some Challengs. Indian Journal of Research. Vol. 2.

Dhliwayo, S., dan Nyanumba, L.K. (2014). An Evaluation of an on The Job Training Program at a UK Based Public Health Care Company. Problems and Perspectives in Management. Vol. 12.

Dunnette. (1976). Keterampilan Mengaktifkan Siswa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gomes, F.C. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hardjana, A.M. (2001). Training SDM Yang Efektif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

(52)

Hogan, R.L., Capela, D., dan Fentress, B. (2014). Training Evaluation: Audience Resonse System as an Evaluation Tool. Journal of Education and Human Development. Vol. 3, No. 2, p. 259 - 269.

Karim, M.R., Huda, K.N., dan Khan, R.S. (2012). Significance of Training and Post Training Evaluation for Employee Effectiveness: An Empirical Study on Sainsbury’s Supermarket Ltd, UK. International Journal of Business and Management. Vol. 7, No 18.

Khanfar, S.M. (2011). Impact of Training on Improving Hotelling Service Quality. Journal of Business Studies Quarterly. Vol. 2.

Kirkpatrick, D.L. (2007). The Hiddern Power Of Kirkpatrick Four Levels. T + D,

61(8). 34-37. Diakses 15 Januari 2016 dari

http://proquest.umi.com/pqdweb?index=1dandid=1327907221danSrchMo de=1dansid=1danFmt=6danVInst=PRODdanVType=PQDdanRQT=309da

nVName=PQDdanTS=1190704277danclientId=78722.

Kirkpatrick, D.L., dan Kirkpatrick, J.D. (2006). Evaluating Training Programs: The Four Level Third Edition. San Fransisco : Berrett-Koehler Publisher inc.

Kirkpatrick, D.L., dan Kirkpatrick, J. D. (2009). Evaluating Training Programs. San Fransisco : Berrett-Koehler Publisher inc.

Kristianto, E. (2004). Evaluasi Efektifitas Pelatihan. Jurnal Psiko Wacana, Vol. III No. 1, Mei 2004 : 63-77.

Moekijat. (1993). Pengembangan Organisasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Muchinsky, P.M. (2003). Psychology Applied To Work: An Introduction To Industrial And Organizational Psychology. Melbourne: Thomson Learning Inc.

Notoadmodjo, S. (1992). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Nugroho. (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : Andi Offset

(53)

Oktavani, M.A., dan Notobroto, H.B. (2014). Perbandingan Tingkat Konsistensi Normalitas Distribusi Metode Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors, Shapiro-Wilk, dan Skewness-Kurtosis. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. Vol. 3, No. 2.

Priyatno, D. (2008). Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Yogyakarta : Mediakom.

Rafiq, M. (2015). Training Evaluation in an Organization Using Krikpatrick: A Case Study of PIA. Journal of Enterpreneurship dan Organization Management. Vol. 1

Robbins, S.P., dan Timothy, A.J. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta. Salemba Empat.

Saheen, A., Nafiq, S.M., dan Khan, M.A. (2013). Employees Training and Organizational Performance: Mediation by Employees Performance. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business. Vol. 5.

Santoso, A. (2010). Statistik Untuk Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Santoso, S. (2010). Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Seniati, Y., dan Setiadi. (2005). Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks.

Supratiknya, A. (2011). Merancang Program dan Modul Psikoedukasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Topno, H. (2012). Evaluation of Training and Development: An Analysis of Various Models. IOSR Journal of Business and Management. Vol. 5, No. 2, 16-22.

(54)
(55)

I. Evaluasi Pengetahuan

Pilihlah dengan cara memberi tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang menurut anda tepat. Apabila anda ingin mengganti jawaban, berikan tanda sama dengan (=) pada pilihan sebelumnya dan berikan tanta silang (x) pada pilihan jawaban lain yang menurut anda tepat.

1. Pernyataan yang tepat dibawah ini adalah ... a. Mendengarkan hanya merupakan proses fisik b. Mendengar membutuhkan tenaga dan komitmen

c. Mendengarkan merupakan sesuatu yang lebih kompleks dari sekedar mendengar

d. Tidak ada pernyataan yang tepat

2. Mendengarkan adalah suatu proses aktif dalam kegiatan menerima pesan yang melibatkan proses dibawah ini kecuali ... a. Menyeleksi

b. Mengerti isi pesan c. Memberikan respon d. Melihat

3. Pak Marsudi sedang mendengarkan rekan kerjanya berbicara, namun di sekitar mereka ada banyak sumber suara seperti suara lagu dari mp3 player dan suara orang lain yang juga sedang

listening” adalah ...

a. Hearing dan listening merupakan kegiatan fisik dalam proses komunikasi

b. Hearing dan listening merupakan kegiatan mental dalam proses komunikasi

c. Dalam proses komunikasi, hearing merupakan kegiatan fisik dan listening merupakan kegiatan mental

d. Dalam proses komunikasi, hearing merupakan kegiatan mental dan listening merupakan kegiatan fisik

5. Seseorang yang dapat mengorganisasikan isi pesan yaitu menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan yang telah ia miliki menandakan bahwa orang tersebut telah

6. Kegiatan menerima pesan melibatkan proses ...

a. Menyeleksi, memperhatikan, mengerti isi pesan, mengingat dan merespon

b. Melihat, mendengar, memahami, mengingat dan memberikan respon

c. Menyeleksi, mendengar, mengerti isi pesan, mengingat dan memberikan respon

(56)

a. Sibuk dengan masalah-masalah eksternal b. Sibuk dengan diri sendiri

c. Asimilasi d. Tidak merespon

8. Hambatan dalam mendengarkan yang terjadi akibat penerima pesan lebih memusatkan perhatian pada permasalahan lain yang tidak ada hubungannya dengan konteks pembicaraan adalah ... a. Sibuk dengan masalah-masalah eksternal

b. Sibuk dengan diri sendiri c. Asimilasi

d. Tidak merespon

9. Banu sedang berbicara dengan Aan. Ketika Banu sedang berbicara, Aan terlihat sesekali melihat kearah smartphone miliknya karena ternyata Aan sedang bermain media sosial. Kejadian di atas adalah contoh hambatan dalam mendengarkan yaitu...

a. Sibuk dengan diri sendiri b. Tidak melihat

c. Tidak merespon d. Tidak mendengarkan

10. Pak Alex sedang diajak bicara oleh pak Andi, namun ketika pak Andi sedang berbicara, pak Alex sebenarnya juga sedang memikirkan tentang laptop miliknya yang rusak karena terkena virus. Kejadian diatas adalah contoh hambatan dalam mendengarkan yaitu ...

11. Pernyataan yang tepat dibawah ini adalah ...

a. Ambushing bukan termasuk jenis-jenis non mendengarkan b. Asimilasi bukan termasuk jenis-jenis non mendengarkan c. Selective listening bukan termasuk jenis-jenis non

mendengarkan

d. Linear listening termasuk jenis-jenis non mendengarkan

12. Pura-pura untuk mendengarkan orang lain termasuk jenis non mendengarkan yaitu ...

a. Selective listening b. Literal listening c. Pseudolistening d. Asimilasi

13. Yang dimaksud dengan Ambushing adalah ...

a. Ketika seseorang memilih fokus hanya pada bagian tertentu dari percakapan

b. Menilai ucapan seseorang yang sebenarnya tidak bertujuan untuk menghina sebagai suatu hinaan dan serangan.

c. Proses mendengarkan dengan seksama yang bertujuan untuk menyerang lawan bicara.

d. Proses mendengarkan yang hanya fokus pada isi semata tanpa memperhatikan tingkatan hubungan pemaknaan.

14. Yang dimaksud dengan Selective listening adalah ...

(57)

menyerang lawan bicara.

d. Proses mendengarkan yang hanya fokus pada isi semata tanpa memperhatikan tingkatan hubungan pemaknaan.

15. Yang dimaksud dengan Defensive listening adalah ...

a. Ketika seseorang memilih fokus hanya pada bagian tertentu dari percakapan

b. Menilai ucapan seseorang yang sebenarnya tidak bertujuan untuk menghina sebagai suatu hinaan dan serangan.

c. Proses mendengarkan dengan seksama yang bertujuan untuk menyerang lawan bicara.

d. Proses mendengarkan yang hanya fokus pada isi semata tanpa memperhatikan tingkatan hubungan pemaknaan.

16. Yang dimaksud dengan Literal listening adalah ...

a. Ketika seseorang memilih fokus hanya pada bagian tertentu dari percakapan

b. Menilai ucapan seseorang yang sebenarnya tidak bertujuan untuk menghina sebagai suatu hinaan dan serangan.

c. Proses mendengarkan dengan seksama yang bertujuan untuk menyerang lawan bicara.

d. Proses mendengarkan yang hanya fokus pada isi semata tanpa memperhatikan tingkatan hubungan pemaknaan. 17. Selecting adalah proses ... suara atau pesan nonverbal yang

akan dijadikan fokus perhatian. a. Memilah-milah

19. Ketika seseorang dapat menghubungkan informasi yang mereka terima dengan sesuatu yang telah mereka ketahui, maka orang

20. Ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain dan melihat dunia seperti yang orang lain lihat adalah definisi dari ...

a. Simpati b. Empati c. Mengerti d. Memahami

21. Proses dimana seseorang dituntut untuk tidak hanya mendengar saja tetapi juga memaknai setiap kata dan konteks yang ada untuk dapat benar benar mencerna apa yang dimaksudkan oleh orang lain melalui pesan yang disampaikannya adalah proses ... a. Selecting

(58)

(memanggil kembali) informasi-informasi yang telah diterima

23. Di bawah ini merupakan jenis memori kecuali ... a. Memori jangka pendek

b. Memori kerja c. Memori perantara d. Memori pasif

24. Ingatan yang telah keluar dari memori kerja, sebelum memasuki memori jangka panjang akan melalui penampungan sementara yang disebut ...

a. Memori jangka panjang b. Memori kerja

c. Memori perantara d. Memori pasif

25. Sebuah informasi dapat tersimpan dalam memori jangka panjang tanpa perlu adanya pengulangan apabila informasi tersebut ...

a. Terjadi pada usia balita

b. Mengandung muatan emosi yang kuat c. Tidak ada muatan emosi

d. Berlangsung setelah bangun tidur

saat ujian Sanjaya dapat menjawab semua soal ujian karena semua yang dia pelajari tadi malam keluar dalam soal-soal tersebut. Meskipun demikian beberapa hari setelah itu sanjaya tidak dapat mengingat kembali apa yang telah dia pelajari. Hal tersebut menandakan bahwa informasi materi yang dipelajari Sanjaya diproses dalam ...

a. Memori jangka panjang b. Memori kerja

c. Memori perantara d. Memori pasif

27. Memori yang tidak terbatas dan berdurasi selamanya adalah ... a. Memori jangka panjang

b. Memori kerja c. Memori perantara d. Memori pasif

28. Teknik cerita adalah teknik meningkatkan daya ingat yang digunakan untuk mengingat ...

a. Urutan angka

b. Beberapa kata yang tidak saling berhubungan c. Alamat rumah

d. Penjumlahan angka

29. Teknik meningkatkan daya ingat dengan plesetan sering disebut juga ...

(59)

tahu bahwa kita memahami atau tidak isi pesan yang telah disampaikan pada kita adalah ...

(60)

Kepada:

Yth. Rekan-rekan partisipan dalam penelitian

Dengan hormat, saya

Nama / NIM : Wisnu Cahya Ardian / 129114032

Saya merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sedang melakukan penelitian untuk memenuhi tugas akhir (skripsi). Oleh karena itu saya membutuhkan sejumlah data yang akan saya dapatkan dengan bantuan dari rekan-rekan dengan mengisi skala berikut ini. Skala ini terdiri dari sejumlah pernyataan.

Dalam mengisi skala ini tidak ada jawaban benar atau salah. Saya berharap keterbukaan dan kejujuran rekan-rekan dalam pengisian skala. Semua jawaban rekan-rekan akan terjaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini saja.

Kerjasama rekan-rekan dalam menjawab pernyataan pada skala ini merupakan kerjasama yang amat berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Penyusun

Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya mengisi skala ini tanpa paksaan dengan suka rela demi membantu terlaksananya penelitian.

Semua jawaban yang saya berikan sesuai dengan keadaan saya saat ini dan bukan pada pandangan masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan izin untuk jawaban saya dipergunakan sebagai data dalam penelitian ini.

Cikarang, ..…. November 2016 Menyetujui,

(61)

Usia : ………...…….

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

Skala ini terdiri dari sejumlah pernyataan. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. Anda dapat menjawab pernyataan dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu dari empat (4) alternatif jawaban di bawah ini :

SS : apabila anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut

S : apabila anda Setuju dengan pernyataan tersebut

TS : apabila anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

STS : apabila anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

Anda bebas menentukan pilihan yang sesuai dengan diri anda sendiri, tidak ada jawaban yang benar atau salah karena jawaban ini mencerminkan diri anda sendiri. Usahakan agar setiap pernyataan dalam skala dapat dijawab tanpa ada yang terlewati.

Berikut ini contoh cara menjawab pernyataan :

No Pernyataan STS TS S SS

1. Saya merasa dicintai oleh

keluarga saya X X

(ketika ada kesalahan, anda dapat mengganti dengan memberikan

1 untuk memilih apa yang akan saya dengarkan meskipun kondisi lingkungan kerja sangat bising

2

Saya memiliki kontrol penuh untuk memilih apa yang akan saya jadikan fokus perhatian meskipun ada banyak hal yang menarik perhatian saya

3

Saya kesulitan dalam memilah-milah apa yang akan saya dengarkan ketika kondisi lingkungan kerja sangat bising

4

Saya kesulitan dalam memilah-milah apa yang akan saya jadikan fokus perhatian ketika ada

banyak hal yang menarik perhatian saya

5

Saya dapat menyimak dengan baik informasi yang diberikan kepada saya meskipun kondisi lingkungan kerja sedang tidak kondusif.

6

Saya mampu memfokuskan perhatian saya terhadap sumber informasi dalam waktu yang cukup lama.

Gambar

Gambar 1. Siklus Experiential Learning ........................................................
Gambar 1. Siklus Experiential Learning
Tabel 1. Komposisi Skala
Tabel 3. Reliabilitas Skala Mendengarkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hambatan lainnya yang terjadi dalam proses komunikasi antara Reny dan Magdalena adalah hambatan semantik, Reny yang biasanya ngomong dengan bahasa Jawa, sering kali membuat

Invensi ini berkaitan dengan proses untuk mempercepat laju produksi biogas dari limbah kotoran ternak dan limbah cair tapioka dalam sistem biocodigester. Proses

Menurut Yuwono (2009: 72), seseorang dikatakan memberikan respon positif terhadap sesuatu disebabkan bagi mereka sesuatu tersebut menarik. Begitu pula sebaliknya, seseorang

Ucapan Syukur Alhamdulillah Kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Pangkalan Data Sekolah dan Siswa Nilai Siswa..

kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar guru Sekolah Dasar. Langkah-langkah pengumpulan data melalui angket adalah sebagi berikut. a)

Skripsi yang berjudul “Isolasi Bakteri Bacillus thuringiensis dari Tanah Kota Makassar dan Uji Aktivitas Bioinsektisida terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti” yang