• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STABILITAS LERENG PADA BENDUNGAN TITAB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS STABILITAS LERENG PADA BENDUNGAN TITAB."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ANAL

PA

TUG

LISIS ST

ADA BEN

Gede NIM

JURUSA FAKU UNIVER

GAS AKH

TABILIT

NDUNG

Oleh :

e Rico Julia M: 1019151

AN TEKNI ULTAS TE RSITAS UD

2016

HIR

TAS LER

GAN TIT

awan 1019

IK SIPIL EKNIK

DAYANA

(2)

Tugas akh pembimbin Sipil, Faku

Judul Tu Nama NIM Jurusan Diuji Tan Ir

 

 

 

 

 

LE

ir ini telah d ng sebagai s ultas Teknik

ugas Akhir

nggal

Pem

r. Tjok. Gd. NIP. 19550

KE

EMBAR PE

diujikan dan salah satu p k Universita

: A : G : 1 : T : 1 mbimbing I Suwarsa Pu 0722 198403 Fa EMENTERIAN UN JUR Kampus Buk http Email: ENGESAH n dinyataka persyaratan u as Udayana. Analisis Stab Gede Rico J

019151019 Teknik Sipil 3 Mei 2016

M

utra.,MT. 3 1 001

M Ketua Ju akultas Tek

I Ketut S NIP. 196 N PENDIDIK NIVERSITAS FAKULTAS RUSAN TE kit JimbaranT p://www.sipil. administration

HAN LAPO

an lulus, sud untuk meny . bilitas Leren uliawan 9 l 6

 

D Menyetujui Mengetahui urusan Tekn knik Univers

 

 

 

Sudarsana, S 691016 1996

KAN DAN KE S UDAYANA S TEKNIK EKNIK SIP elp./Fax: (036 .unud.ac.id/in n@civil.unud ORAN TUG dah direvisi yelesaikan P

ng Pada Be

enpasar, … i: P I Nyoma NIP. 197 i: nik Sipil sitas Udaya ST, Ph.D 601 1 001

EBUDAYAAN A PIL 61) 703385 nd d.ac.id

GAS AKH

serta telah m Program S-1 endungan Ti ……… Pembimbing an Aribudim 720302 199 ana N HIR mendapat p 1 pada Juru

itab

………

g II

man,ST.,MT 9702 1 001

persetujuan san Teknik

……

(3)

Yang be Nama NIM Judul T Dengan Perbaik Demiki Menget Pembim Ir. Tjok NIP. 19 ertanda tang : Ge : 10 TA : An

n ini men kan/Revisi L

ian surat ini

tahui/Menye mbing I

k. Gd. Suwa 9550722 198

KEMENT

Ka

SURAT

gan di bawa

ede Rico Ju 019151019 nalisis Stabi nerangkan Laporan Tug dibuat untu etujui, arsa Putra.,M 8403 1 001

TRIAN PEN UNIVE FAK JURUS ampus Bukit htt email: admi

T KETERA LAPOR

ah ini, dosen

liawan

ilitas Lereng bahwa m gas Akhir, d

uk dapat dip

MT NDIDIKAN ERSITAS U KULTAS T SAN TEKN Jimbaran, T tp://sipil.unu inistration@ ANGAN PE RAN TUGA n pembimbi

g Pada Ben mahasiswa

dan menyetu

pergunakan

N DAN KE UDAYANA

EKNIK NIK SIPIL

elp. (0361) 7 d.ac.id civil.unud.ac

ERBAIKA AS AKHIR

ing dari ma

ndungan Tita tersebut ujui laporan sebagaiman Denpasar Pembimb I Nyoman NIP. 197 EBUDAYAA A 703385 c.id AN/REVISI R ahasiswa: ab di atas n TA terseb

na mestinya r, ... bing II n Aribudim 20302 1997 AN I telah men ut untuk dis

a.

...

man,ST.,MT 702 1 001

nyelesaikan sahkan.

...

.

(4)

i  

ABSTRAK

Studi ini membahas tentang kemantapan lereng pada bagian upstream

bendungan Titab di Tukad Saba, Kecamatan Seririt di Kabupaten Buleleng. Bendungan Titab ini merupakan jenis bendungan tipe urugan atau timbunan tanah yang mempunyai kapasitas tampungan air besar. Karena bendungan ini berupa urugan atau timbunan tanah maka salah satu hal paling penting dalam perencanaan bendungan Titab adalah perencanaan terkait analisis stabilitas lereng tanah pada bendungan.

Analisis ini menggunakan beberapa metode diantaranya adalah metode Irisan Bishop, metode Fellinius, dan Metode Janbu. Karena menggunakan metode lebih dari satu maka diperlukan alat bantu hitung untuk membantu menyelesaikan studi ini. Alat bantu yang dimaksud adalah program komputer yaitu

Geo-Studio2007 dengan fitur SLOPE/W. Syarat (Fs ≥ 1,2) yang digunakan sebagai

landasan teori yang dikutip dari teori Prof. Hoek (1981) yang menyatakan bahwa

dengan diketahuinya koefisien gempa, dapat menggunakan Fs ≥ 1,2 sedangkan

jika koefisien gempa tidak diketahui Fs ≥ 1,5.

Berdasarkan hasil analisa kemantapan lereng pada bagian upstream

bendungan Titab dengan menggunakan ketiga metode didapat adalah di atas 1,2 dengan pemasangan Geotekstil pada tubuh bendungan, sedangkan jika tidak menggunakan geotekstil maka Fs lereng bendungan tersebut tidak mencapai 1,2 artinya lereng tidak aman. Kondisi bendungan jika tidak menggunakan geotekstil yang teraman adalah pada saat setelah selesai konstruksi, ini artinya tidak ada air yang berpengaruh pada tubuh bendungan. Namun jika diisi air harus memakai geotekstil. Geotekstil disini berfungsi sebagai pengubah arah aliran rembesan pada tubuh bendungan sehingga memperkecil berat volume (γsat) pada tubuh

bendungan secara keseluruhan. Hal ini membuat lereng bagian upstream

bendungan semakin aman.

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya Tugas Akhir ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Stabilitas Lereng Pada Bendungan Titab” merupakan persyaratan dalam menyelesaikan studi strata 1 (satu) di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

Dengan adanya analisa ini diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui bagaimana cara menganalisa serta mencari angka keamanan pada sebuah lereng. Sangat disadari bahwa analisa ini masih jauh dari sebuah kesempurnaan dan memiliki banyak kekurangan, sehingga diharapkan adanya masukan, baik berupa kritik maupun saran, demi kemajuan dan kesempurnaan analisa ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah turut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses analisa maupun saat penulisan hasil analisa. Terima kasih secara khusus disampaikan kepada Bapak Ir. Tjok. Gd. Suwarsa Putra., MT. dan bapak I Nyoman Aribudiman, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, serta kepada kedua orang tua, para sahabat dan seluruh keluarga atas dorongan semangat dan doa yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan Tugas Akhir ini. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Denpasar, 19 Mei 2016

(6)

iii  

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR NOTASI ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 3

1.5 Lingkup/Batasan Masalah ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum ... 5

2.2 Jenis-Jenis Lereng ... 5

2.2.1 Lereng Alam (Natural Slopes) ... 6

2.2.2 Lereng Buatan (Man Made Slopes) ... 6

2.3 Stabilitas Lereng ... 7

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas lereng ... 8

2.5 Data-data untuk menganalisa stabilitas lereng ... 11

2.5.1 Topografi ... 11

2.5.2 Geologi ... 11

2.5.3 Sifat geoteknis material ... 11

2.5.4 Kondisi air tanah ... 12

2.5.5 Pembebanan pada lereng ... 12

2.5.6 Geometrik Lereng ... 12

2.6 Berbagai cara menganalisis stabilitas lereng ... 13

2.7 Perhitungan faktor keamanan (SF) lereng ... 14

(7)

2.9 Analisis stabilitas lereng menggunakan GeoStudio2007 ... 19

2.10 Analisis terjadinya longsor ... 23

2.11 Cara-cara memperkuat lereng ... 23

2.11.1 Memperkecil gaya penggerak atau momen penggerak ... 23

2.11.2 Memperbesar gaya melawan atau momen melawan ... 24

2.12 Penggunaan Geotekstil pada sebuah lereng ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Persiapan ... 27

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 28

3.4 Diagram Alir Analisis Stabilitas Lereng ... 29

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1 Survey Lapangan dan Pengumpulan Data ... 31

4.1.1 Kondisi Tanah dan Batuan Daerah Penelitian ... 32

4.1.2 Kondisi Material Bendungan Titab ... 35

4.2 Perhitungan Stabilitas Lereng ... 39

4.2.1 Data Teknis Perencanaan ... 39

4.2.2 Koefisien Gempa ... 39

4.2.3 Analisis Stabilitas Lereng ... 41

4.2.3 Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Geo-Studio2007 ... 42

3.2.4 Analisis Stabilitas Lereng dengan Simulasi Tanpa Geotekstil ... 46

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran ... 49 LAMPIRAN 01

Data Tanah dan Geologi Bendungan Titab ... Lampiran 01 - 1 LAMPIRAN 02

Detail Desain Bendungan Titab ... Lampiran 02 - 1 LAMPIRAN 03

(8)

v  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sketsa Lereng dan Gaya yang bekerja ... 7

Gambar 2.2 Variasi SF terhadap waktu ... 10

Gambar 2.3 Ilustrasi Gaya Pada Metode Fellenius ... 15

Gambar 2.4 Ilustrasi Gaya Pada Metode Bishop ... 16

Gambar 2.5 Bidang longsor pada metode Wedge ... 17

Gambar 2.6 Faktor pemberat (weighting factor) pada metode wedge ... 17

Gambar 2.7 Lingkaran Mohr ... 18

Gambar 2.8 Lingkaran Mohr dari pengujian lempung kondisi drained ... 19

Gambar 2.9 Contoh aplikasi Geo-Studio 2007 ... 20

Gambar 2.10 Fitur pada Geo-Studio 2007 ... 21

Gambar 2.11 Pemilihan metode Bishop ... 22

Gambar 3.1 Bagan alir ... 30

Gambar 4.1 Peta Topografi Bendungan Titab ... 31

Gambar 4.2 Peta Geologi Bendungan Titab ... 34

Gambar 4.3 Kondisi Material Bendungan Titab ... 38

Gambar 4.4 Gaya–gaya yang Bekerja pada Stabilitas Lereng ... 41

Gambar 4.5 Menu awal Full License Geo-Studio2007 ... 43

Gambar 4.6 Cara memasukan jenis material ... 44

Gambar 4.7 Cara memasukan data laboratorium menggunakan KeyIn ... 44

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Nilai SF dan intensitas longsor ... 14

Tabel 4.1 Uji material Lempung ... 35

Tabel 4.2 Sumary of Random and Rip-Rap Material Test ... 37

(10)

vii  

DAFTAR NOTASI

SF = Safety Factor

= tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh tanah

d = tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat tanah yang akan longsor R = jari-jari lingkaran bidang longsor

n = jumlah irisan

Wi = berat massa tanah irisan ke-i

θi = sudut antara jari-jari lingkaran dengan garis kerja massa tanah c = kohesi (kN/m²)

φ = sedut gesek dalam tanah (o) ai = lengkungan irisan ke-i (m) Wi = berat irisan tanak ke-i (kN) µi = tekanan air pori ke-i (kN)

= tegangan normal pada bidang runtuh (kN/m²)

' 1 = tegangan utama mayor efektif (kN/m²)

' 3 = tegangan utama minor efektif (kN/m²)

ǿ = sudut gesek dalam efektif

θ = sudut keruntuhan (derajad)

( f ' ) = tegangan geser efektif pada saat terjadi keruntuhan ( f ' ) = tegangan normal efektif pada saat terjadi keruntuhan. k h = koefisien gempa horisontal untuk desain

1 = faktor lokasi bendungan

2 = faktor pondasi bendungan

3 = faktor konstruksi

Ko = koefisien gempa horisontal dasar

u = tekanan air pori

D = beban luar

kW = beban gempa horisontal yang bekerja pada titik berat bidang irisan

f = jarak tegak lurus gaya normal pada dasar bidang irisan terhadap titik

(11)

x = jarak mendatar titik pusat bidang irisan terhadap titik pusat bidang gelincir

e = jarak vertikal titik pusat bidang irisan terhadap titik pusat bidang

gelincir

d = jarak tegak lurus gaya luar D terhadap titik pusat didang gelincir

a = jarak tegak lurus resultante tekanan air luar terhadap pusat bidang

gelincir

A = resultante tekanan air luar

ω = sudut arah gaya luar terhadap bidang horisontal, diukur berlawanan

arah jarum jam dari sumbu x positif

(12)

A

ANALIS

PA

IS STAB

ADA BEN

JU

UN

TUG

BILITAS

NDUNG

PEND

URUSAN T FAKUL NIVERSIT

GAS AKH

S LERE

GAN TIT

BA

DAHULU

TEKNIK S LTAS TEK

AS UDAYA

HIR

ENG

TAB

AB I

UAN

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tanah dalam pandangan teknik sipil adalah tempat berdirinya sebuah

konstruksi atau bangunan yang terdiri dari himpunan mineral, bahan organik dan

endapan-endapan yang dapat kita perhitungkan kekuatannya serta dapat kita ubah

keadaannya sesuai dengan kebutuhan perencanaan konstruksi. Tanah merupakan

material yang terdiri dari agregat atau butiran padat dari bahan organik yang telah

melapuk disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong di antara

partikel-pertikel padat tersebut.

Pada suatu pembangunan sebuah konstruksi bangunan, diperlukan adanya

sebuah perencanaan terhadap hal-hal yang terkait dengan pembangunan

konstruksi. Dimulai dari tanah, bahan material, lingkungan sekitar dan lain-lain.

Salah satu konstruksi yang dapat diamati contohnya adalah pada pembangunan

konstruksi bendungan.

Bendungan merupakan bangunan air yang banyak dibangun sebagai salah

satu solusi dalam berbagai masalah yang berhubungan dengan sumber daya air,

baik pemanfaatan, pengelolaan, pelestarian maupun penanganan daya rusak dari

sumber daya yang dapat diperbaharui tersebut. Pembangunan bendungan memang

mempunyai manfaat yang banyak bagi masyarakat sesuai peruntukannya, tetapi

juga mempunyai potensi bahaya besar yang jika tidak diperhatikan akan

menyebabkan bencana yang merugikan masyarakat itu sendiri. Untuk itu dalam

pembangunan bendungan harus ada peraturan yang tetap untuk mengatur nilai

manfaat dan nilai potensi bahaya yang harus diperhatikan, berdasarkan hal

tersebut dikeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun

2010 tentang Bendungan.

Salah satu bendungan yang ada di provinsi Bali adalah bendungan Titab,

dengan pengaliran di Tukad Saba memiliki luas 69,54 km2 yang mencakup

wilayah Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan, Kecamatan Busungbiu dan

Kecamatan Seririt di Kabupaten Buleleng, dengan potensi untuk peruntukan

(14)

2

 

baku di wilayah Kecamatan Seririt dan sekitarnya sebesar 0,350 m³/detik , serta

untuk dialirkan ke saluran pembangkit listrik sebesar 1,50 MW.

Lokasi Bendungan Titab terletak pada Sub Satuan Wilayah Sungai (Sub

SWS) 03.01.09, dan secara administratif termasuk di empat wilayah desa, yaitu

Desa Telaga, Desa Busungbiu, Kecamatan Busungbiu serta Desa Ularan dan Desa

Ringdikit di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.

Bendungan Titab ini merupakan jenis bendungan tipe urugan atau timbunan

tanah yang mempunyai kapasitas tampungan air besar. Karena bendungan ini

berupa urugan atau timbunan tanah maka salah satu hal paling penting dalam

perencanaan bendungan tersebut adalah perencanaan terkait analisa stabilitas

lereng tanah pada bendungan tersebut.

Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut

tertentu terhadap suatu bidang horizontal. Jika terdapat dua permukaan tanah yang

berbeda ketinggian, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja mendorong sehingga

tanah yang lebih tinggi kedudukannya cenderung bergerak ke arah bawah yang

disebut dengan gaya potensial gravitasi yang menyebabkan terjadinya longsor.

Oleh karena itu, sebelum bangunan didirikan, maka kondisi lereng atau tanah

miring ini harus diperhitungkan kekuatan atau stabilitasnya agar dapat dilakukan

tindakan-tindakan yang dapat mencegah terjadinya kelongsoran atau keruntuhan

pada bendungan.

Dalam menjaga stabilitas pada sebuah lereng , terutama pada area bantaran

sungai yang menjadi lokasi bendungan dan pada bendungan itu sendiri, ada

beberapa metode atau cara perbaikan tanah yang dapat dilakukan guna

mendapatkan lereng yang kuat dan stabil. Cara yang biasa dilakukan itu yaitu

pemasangan Vertical Drain, menggunakan cerucuk bambu atau Corduroy,

menggunakan tiang pancang, metode perbaikan tanah dengan geosintetik

(Geotekstil, Geomembrane, Geogrid, Geonet, Geomat, Geosynthetic Clay Liner

atau GCL, Geopipe, Geocomposit, Geocell).

Untuk studi kasus pada bendungan Titab ini tentunya lereng bendungan

bagian hulu (upstream) perlu diperhatikan stabilitasnya, mengingat nantinya

bendungan ini akan menampung air dalam jumlah besar. Namun dikarenakan

(15)

bukan hanya stabilitas lereng bendungan bagian upstream saja yang ditinjau tetapi

juga tentang pengaruh pemasangan geotekstil terhadap arah aliran rembesan pada

tubuh bendungan.

Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan sebuah penelitian dengan judul

“Analisis Stabilitas Lereng Pada Bendungan Titab”. Hal ini dipandang perlu

untuk dilakukan karena diperlukan adanya suatu analisis terutama mengenai

stabilitas lereng serta pengaruh pemasangan Geotekstil terhadap bendungan Titab.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka dibuat rumusan

masalah sebagai berikut :

1.Bagaimana perhitungan kestabilan lereng pada bendungan Titab?

2.Apa pengaruh pemasangan Geotekstil terhadap kestabilan lereng pada

bendungan Titab?

3.Apa pengaruh pemasangan Geotekstil terhadap arah dan aliran rembesan

pada bendungan Titab?

1.3Maksud dan Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini

adalah:

1. Mengetahui perhitungan kestabilan lereng pada bendungan Titab.

2. Mengetahui manfaat pemasangan Geotekstil terhadap kestabilan lereng

pada Bendungan Titab.

3. Mengetahui manfaat pemasangan Geotekstil terhadap arah dan aliran

rembesan pada Bendungan Titab.

1.4Manfaat

Dari penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat kepada semua pihak

terkait , diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mahasiswa, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diperoleh

sebuah referensi baru mengenai cara menganalisis stabilitas lereng dengan

menggunakan perangkat lunak berupa Geo-Slope yang merupakan bagian

(16)

4

 

2. Untuk masyarakat, diharapkan dapat menyajikan informasi yang jelas

mengenai keadaan serta karakteristik tanah, sungai, dan lereng di lokasi

bendungan Titab.

1.5Lingkup/Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengerjaan Tugas Akhir ini dan

agar permasalahan yang dibahas tidak meluas, maka dibuat suatu batasan

masalah sebagai berikut :

1. Lereng yang akan ditinjau pada penelitian ini adalah lereng bendungan pada

bagian upstream dan tidak meninjau lereng sungai dan lereng lainnya.

2. Analisis stabilitas lereng pada bagian upstream Bendungan Titab di

Kabupaten Buleleng ini menggunakan program GeoStudio2007.

3. Parameter tanah yang digunakan untuk menentukan angka keamanan lereng

pada lokasi bendungan menggunakan data tanah yang ada pada konsultan

perencana bendungan.

4. Membahas tentang pemakaian geotekstil pada downstream bendungan.

5. Tidak membahas RAB yang berkaitan dengan konstruksi bendungan.

6. Menggunakan teori dari Prof.Hoek (1981) dimana SF ≥ 1,5 (tanpa koefisien gempa) dan SF ≥ 1,2 (dengan koefisien gempa).

(17)

A

ANALIS

PA

IS STAB

ADA BEN

TI

JU

UN

TUG

BILITAS

NDUNG

INJAUAN

URUSAN T FAKUL NIVERSIT

GAS AKH

S LERE

GAN TIT

BAB

N PUSTA

TEKNIK S LTAS TEK

AS UDAYA

HIR

ENG

TAB

B II

AKA

(18)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Tanah adalah tempat berdirinya sebuah konstruksi atau bangunan yang terdiri dari himpunan mineral , bahan organik dan endapan-endapan yang dapat kita perhitungkan kekuatannya serta dapat kita ubah keadaannya sesuai dengan kebutuhan perencanaan konstruksi. Pada pembangunan konstruksi di atas tanah sudah pasti akan menghadapi beberapa masalah Geoteknik. Salah satu masalah yang muncul adalah stabilitas tanah yang apabila mengalami pembebanan di atasnya maka tekanan air pori akan naik sehingga air pori keluar yang menyebabkan berkurangnya volume tanah, oleh karena itu akan terjadi penurunan pada tanah. Fenomena ketidak stabilan suatu tanah dapat diklasifikasikan menjadi keruntuhan lereng (slope failure) dan kelongsoran (landslide).

Kelongsoran merupakan suatu proses pergerakan massa tanah atau massa hancuran batuan penyusun lereng yang bergerak menuruni lerengnya akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Masalah kelongsoran khususnya di Indonesia, sering terjadi disebabkan keadaan geografi yang dibeberapa tempat memiliki curah hujan cukup tinggi dan daerah potensi gempa. Curah hujan yang tinggi dianggap sebagai faktor utama kelongsoran karena air dapat mengikis suatu lapisan pasir, melumasi batuan ataupun meningkatkan kadar air suatu lempung sehingga mengurangi kekuatan geser.

Kemungkinan longsor akibat hujan masih harus dikaitkan dengan beberapa faktor antara lain topografi daerah setempat, struktur geologi, sifat kerembesan tanah dan morfologi perkembangannya. Kondisi topografi yang berbukit-bukit dengan kemiringan lereng yang hampir tegak lurus mengakibatkan banyak lereng yang tidak stabil.

Permasalahan yang umumnya menyebabkan tanah tidak stabil sebagai penyebab utama terjadinya kelongsoran tanah adalah:

(19)

mungkin dipindah sehingga lahan untuk membuat kemiringan lereng sangat terbatas.

2. Keadaan geografi yang memiliki curah hujan cukup tinggi yang meningkatkan kadar air pori sehingga mengurangi kekuatan geser.

3. Bertambahnya kadar air pori jika terjadi hujan lebat karena kurang berfungsinya saluran drainase pada konstruksi tersebut yang mengakibatkan terhambatnya aliran air yang akan keluar sehingga tekanan air pori meningkat dan berpotensi mengakibatkan kelongsoran.

4. Di atas lokasi longsor telah berubah fungsi dari daerah hijau menjadi pemukiman yang menyebabkan berkurangnya daerah resapan air sehingga terjadi perubahan kandungan air tanah dalam rongga dan akan menurunkan stabilitas tanah.

2.2 Jenis-jenis lereng

Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang horizontal. Jenis-jenis lereng, dalam bidang teknik sipil ada dua jenis lereng, yaitu :

2.2.1. Lereng Alam (Natural Slopes)

Lereng alam terbentuk karena proses alam. Lereng alam yang telah stabil selama bertahun-tahun dapat saja mengalami longsor akibat hal berikut :

1. Gangguan luar akibat pemotongan atau timbunan baru. 2. Gempa.

3. Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka air tanah) karena hujan yang berkepanjangan, pembangunan waduk, dan lain-lain. 4. Penurunan kuat geser tanah secara progresif akibat deformasi

sepanjang bidang yang berpotensi longsor. 5. Proses pelapukan.

2.2.2. Lereng Buatan (Man Made Slopes)

Lereng buatan adalah lereng tanah yang sengaja dibuat oleh manusia dan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a) Lereng buatan tanah asli / lereng galian (Cut Slope)

(20)

7 irigasi. Kestabilan pemotongan ditentukan oleh kondisi geologi, sifat teknis tanah, tekanan air akibat rembesan, dan cara pemotongan. b) Lereng Buatan Tanah yang dipadatkan (Embankment)

Tanah dipadatkan untuk tanggul-tanggul jalan raya, bendungan, badan jalan kereta api. Sifat teknis tanah timbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan derajat kepadatan tanah.

2.3 Stabilitas lereng

Stabilitas lereng merupakan salah satu faktor dasar yang perlu diperhatikan sebagai indikasi atau tolak ukur keamanan tanah di mana sebuah bangunan sipil berada. Maksud analisa stabilitas lereng adalah untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor. Faktor aman didefinisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan gaya yang menggerakan atau dapat ditulis :

F = d dengan ;

= tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh tanah

d = tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat tanah yang akan longsor F = faktor aman

Dalam analisis stabilitas suatu lereng untuk mengevaluasi variabel-variabel seperti lapisan-lapisan tanah dan perameter-parameter kekuatan geser tanah merupakan pekerjaan yang sangat penting. Untuk itu diperlukan beberapa pembelajaran mengenai cara menganalisa stabilitas lereng,dan itu semua didasarkan pada beberapa pilihan metode-metode mengenai stabilitas lereng.

(21)

Analisa kestabilan lereng harus berdasarkan model yang akurat mengenai kondisi material bawah permukaan, kondisi air tanah dan pembebanan yang mungkin bekerja pada lereng. Tanpa sebuah model geologi yang memadai, analisis hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang kasar sehingga kegunaan dari hasil analisis dapat dipertanyakan.

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode-metode seperti metode Taylor, metode janbu, metode Fenellius, metode Bishop, dan lain-lain. Terdapatnya beberapa macam variasi dari metode irisan disebabkan oleh adanya perbedaan asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan faktor keamanan. Asumsi tersebut dipergunakan karena analisa kestabilan lereng merupakan persoalan statika tak tentu (indefinite statics) sehingga diperlukan beberapa asumsi tambahan yang diperlukan dalam perhitungan faktor keamanan.

Menurut Prof. Hoek (1981) kemantapan lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk faktor keamanan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas lereng Stabilitas lereng dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1) Geometri Lereng

Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kemantapan atau stabilitas suatu lereng. Semakin besar kemiringan dan tinggi suatu lereng, maka kemantapannya semakin kecil.

2) Struktur Batuan Tanah

Struktur batuan tanah yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang-bidang lemah dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air.

3) Sifat Fisik dan Mekanik Tanah

Sifat fisik tanah yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah bobot isi (density), porositas dan kandungan air. Kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi,

KONDISI

SF ≥ 1,5 AMAN SF < 1,5 TIDAK AMAN SF ≥ 1,2 AMAN SF < 1,2 TIDAK AMAN

ANGKA KEAMANAN

Tanpa Koef.Gempa

(22)

9 dan sudut geser dalam merupakan sifat mekanik batuan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng.

• Berat Volume

Berat Volume batuan akan mempengaruhi besarnya beban pada permukaan bidang longsor. Sehingga semakin besar bobot isi batuan, maka gaya penggerak yang menyebabkan lereng longsor akan semakin besar. Dengan demikian, kestabilan lereng tersebut semakin berkurang.

• Porositas Tanah

Tanah yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan demikian bobot isi nya menjadi lebih besar, sehingga akan memperkecil kemantapan lereng. Kandungan air semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tertekan air pori menjadi besar juga.

• Kuat Tekan, Kuat Tarik, dan Kuat Geser

Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined & unfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat geser (shear strength). Batuan yang mempunyai kekuatan besar, akan lebih stabil.

• Kohesi dan Sudut Geser Dalam

Semakin besar kohesi dan sudut geser dalam, maka kekuatan geser batuan akan semakin besar juga. Dengan demikian akan lebih stabil.

Gaya-gaya yang bekerja pada lereng secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu gaya-gaya yang cenderung untuk menyebabkan material pada lereng untuk bergerak kebawah dan gaya-gaya yang menahan material pada lereng sehingga tidak terjadi pergerakan atau longsoran.

Berdasarkan hal tersebut, Terzaghi (1950) membagi penyebab-penyebab terjadinya longsoran menjadi dua kelompok yaitu:

1. Penyebab-penyebab eksternal yang menyebabkan naiknya gaya geser yang bekerja sepanjang bidang runtuh, antara lain :

a) Perubahan geometri lereng b) Penggalian pada kaki lereng

(23)

2. Penyebab-penyebab internal yang menyebabkan turunnya kekuatan geser material, yaitu:

a) Pelapukan

b) Keruntuhan progressive c) Hilangnya sementasi material d) Berubahnya struktur material

Kestabilan suatu lereng akan bervariasi sepanjang waktu. Hal ini antara lain disebabkan adanya musim hujan dan musim kering sehingga terdapat perubahan musiman dari permukaan air tanah atau terjadi perubahan kekuatan geser material yang diakibatkan oleh proses pelapukan. Penurunan kestabilan lereng dapat juga terjadi secara drastis apabila terjadi perubahan yang tiba-tiba, seperti hujan lebat dengan intensitas yang tinggi, erosi pada kaki lereng atau pembebanan pada permukaan lereng. Ilustrasi yang menggambarkan adanya variasi atau perubahan kondisi kestabilan diperlihatkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.2 Variasi SF terhadap waktu

Kondisi kestabilan lereng berdasarkan tahapan kondisi kestabilannya dapat dibagi menjadi tiga tahap sebagai berikut:

1) Sangat stabil

Pada kondisi ini lereng mempunyai tahanan yang cukup besar untuk mengatasi gaya-gaya yang menyebabkan lereng menjadi tidak stabil. 2) Cukup stabil

(24)

11 3) Tidak stabil

Lereng dinyatakan berada dalam kondisi tidak stabil apabila telah terdapat pergerakan secara terus-menerus atau berselang-seling.

2.5 Data-data untuk menganalisa stabilitas lereng

Secara umum data yang diperlukan untuk analisis kestabilan lereng yaitu: 2.5.1 Topografi

Supaya penyelidikan lapangan dapat dilakukan dengan baik harus terdapat peta yang cukup akurat yang menunjukkan letak dari lubang-lubang bor untuk penyelidikan, daerah pemetaan struktur geologi serta lokasi dari penampang melintang yang dianalisis.

2.5.2 Geologi

Beberapa kondisi geologi yang diperlukan dalam analisis kestabilan lereng, yaitu tipe mineral pembentuk material lereng, bidang-bidang diskontinuitas dan perlapisan ,tingkat intensitas pelapukan, kedalaman pelapukan, sejarah dari keruntuhan sebelumnya dan keadaan tegangan di tempat. Tipe longsoran yang mungkin terjadi sangat dipengaruhi oleh kondisi dari bidang- bidang tak menerus pada daerah yang distudi/diselidiki. Berikut ini adalah sketsa dari beberapa bentuk tipe longsoran dan kondisi bidang-bidang tak menerus yang mempengaruhinya. Selama proses pekerjaan penggalian lereng kondisi geologi harus terus dikaji dan desain lereng dapat dimodifikasi ulang apabila ternyata kondisi geologi yang aktual berbeda dengan yang diasumsikan. Pada umumnya data geologi yang tersedia biasanya sangat terbatas sehingga dapat menghasilkan beragam interpretasi. Oleh sebab itu kondisi geologi harus selalu diamati selama pekerjaan berlangsung serta mempertimbangkan kemungkinan adanya perubahan rancangan lereng apabila kondisi aktual di lapangan berbeda dengan kondisi geologi yang diasumsikan.

2.5.3 Sifat geoteknis material

(25)

kekuatan geser yang diperlukan, sehingga penentuan parameter kekuatan geser harus seakurat mungkin. Parameter kekuatan geser terdiri dari komponen yaitu kohesidan sudut geser. Untuk analisis lereng yang telah mengalami longsoran harus diperhatikan tentang kekuatan geser sisa. Berdasarkan kondisi pengujian di laboratorium atau pengujian di lapangan terdapat dua tipe kekuatan geser material yaitu kekuatan geser tak terdrainase dan kekuatan geser terdrainase. Kekuatan geser tak terdrainase digunakan apabila analisis kestabilan lereng dilakukan dengan pendekatan tegangan total, sedangkan kekuatan geser terdrainase digunakan apabila analisis kestabilan lereng dilakukan dengan pendekatan tegangan efektif. 2.5.4 Kondisi air tanah

Kondisi air tanah merupakan salah satu parameter terpenting dalam analisis kestabilan lereng, karena sering kali terjadi longsoran yang diakibatkan oleh kenaikan tegangan air pori yang berlebih. Tekanan air pori tidak diperlukan apabila dilakukan analisis kestabilan dengan tegangan total. Gaya hidrostatik pada permukaan lereng yang diakibatkan oleh air yang menggenangi permukaan lereng juga harus dimasukkan dalam perhitungan kestabilan lereng, karena gaya ini mempunyai efek perkuatan pada lereng. Pada umumnya keberadaan air akan mengurangi kondisi kestabilan lereng yang antara lain karena menurunkan kekuatan geser material sebagai akibat naiknya tekanan air pori, bertambahnya berat satuan material, timbulnya gaya-gaya rembesan yang ditimbulkan oleh pergerakan air.

2.5.5 Pembebanan pada lereng

Data lain yang diperlukan dalam analisis kestabilan lereng yaitu gaya-gaya luar yang bekerja pada permukaan lereng, seperti beban dinamik dari lalu-lintas, beban statik dari bangunan atau timbunan di atas lereng, peledakan. Gaya-gaya luar ini harus dimasukkan dalam perhitungan karena dapat mempunyai efek mengurangi kondisi kestabilan lereng.

2.5.6 Geometrik lereng

(26)

13 penampang vertikal berdasarkan peta topografi. Sedangkan untuk lereng buatan, geometri lereng ditentukan dari desain lereng yang akan dibuat. Dari semua data yang dibutuhkan dalam analisis kestabilan lereng, data mengenai kekuatan geser dan kondisi air tanah merupakan data yang terpenting dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keakuratan dan keterpercayaan hasil perhitungan analisis kestabilan lereng. Sayangnya penentuan kedua data tersebut secara akurat dan dapat mewakili kondisi yang sebenarnya di lapangan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan oleh sebab itu untuk kedua macam data tersebut digunakan pendekatan yang konservatif.

2.6 Berbagai cara menganalisa stabilitas lereng

Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu cara pengamatan visual, cara komputasi dan cara grafik (Pangular, 1985) sebagai berikut:

A.Cara pengamatan visual

Adalah cara dengan mengamati langsung di lapangan dengan membandingkan kondisi lereng yang bergerak atau diperkirakan bergerak dan yang tidak, cara ini memperkirakan lereng labil maupun stabil dengan memanfaatkan pengalaman di lapangan. Cara ini kurang teliti, tergantung dari pengalaman seseorang. Cara ini dipakai bila tidak ada resiko longsor terjadi saat pengamatan. Cara ini mirip dengan memetakan indikasi gerakan tanah dalam suatu peta lereng.

B.Cara komputasi

Adalah dengan melakukan hitungan berdasarkan rumus (Fellenius, Bishop, Janbu, Sarma, Bishop modified dan lain-lain). Cara Fellenius dan Bishop menghitung Faktor Keamanan lereng dan dianalisis kekuatannya. Dalam menghitung besar faktor keamanan lereng dalam analisis lereng tanah melalui metode irisan, hanya longsoran yang mempunyai bidang gelincir saja yang dapat dihitung.

C.Cara grafik (flownet)

(27)

(terdiri atas berbagai lapisan) dapat didekati dengan penggunaan rumus (cara komputasi). Stereonet, misalnya diagram jaring Schmidt (Schmidt Net Diagram) dapat menjelaskan arah longsoran atau runtuhan batuan dengan cara mengukur strike/dip kekar-kekar (joints) dan strike/dip lapisan batuan.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan dan studi-studi yang menyeluruh tentang keruntuhan lereng, maka dibagi 3 kelompok rentang Faktor Keamanan (F) ditinjau dari intensitas kelongsorannya (Bowles, 1989), seperti yang diperlihatkan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Hubungan Nilai SF dan intensitas longsor

Sumber : Bowles,1989

2.7 Perhitungan faktor keamanan (SF) lereng

Faktor Keamanan (F) lereng tanah dapat dihitung dengan berbagai metode. Longsoran dengan bidang gelincir (slip surface), F dapat dihitung dengan metode sayatan (slice method) menurut Fellenius atau Bishop. Untuk suatu lereng dengan penampang yang sama, cara Fellenius dapat dibandingkan nilai faktor keamanannya dengan cara Bishop. Dalam mengantisipasi lereng longsor, sebaiknya nilai F yang diambil adalah nilai F yang terkecil. Dengan demikian antisipasi akan diupayakan maksimal. Data yang diperlukan dalam suatu perhitungan sederhana untuk mencari nilai F (faktor keamanan lereng) adalah sebagai berikut:

a.Data lereng (diperlukan untuk membuat penampang lereng) meliputi:

• sudut lereng

• tinggi lereng atau panjang lereng dari kaki lereng ke puncak lereng. b.Data mekanik tanah

(28)

15

• kohesi (c; kg/cm² atau kN/m² atau ton/m²)

• kadar air tanah (ω;%)

Data mekanika tanah yang diambil sebaiknya dari sampel tanah tak terganggu. Kadar air tanah (ω) diperlukan terutama dalam perhitungan yang menggunakan komputer, terutama bila memerlukan data γdry atau bobot satuan isi tanah kering.

A. Metode Fellinius (1927)

Menganggap gaya yang bekerja disisi kiri kanan sembarang irisan mempunyai resultan nol arah tegak lurus bidang longsor, keimbangan arah vertikal adalah ;

σi + Ui = Wi cos θi Atau Ni = Wi cos θi - Ui = Wi cos θi - µiai

Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin θ, maka

momen dari massa tanah yang akan longsor adalah;

∑ Md = R� W ��θi �=�

�=�

Gambar 2.3 Ilustrasi Gaya Pada Metode Fellenius Dengan ;

R = jari-jari lingkaran bidang longsor n = jumlah irisan

Wi = berat massa tanah irisan ke-i

θi = sudut antara jari-jari lingkaran dengan garis kerja massa tanah Bila terdapat air pada lereng, akibat pengaruh tekanan air pori persamaan menjadi:

Dengan ;

(29)

φ = sedut gesek dalam tanah (o) ai = lengkungan irisan ke-i (m) Wi = berat irisan tanak ke-i (kN) µi = tekanan air pori ke-i (kN)

θi = sudut antara jari-jari lengkung dengan garis kerja massa tanah Jika terdapat beban lain selain tanah, misalnya bangunan, maka momen akibat beban ini diperhitungkan sebagai Md.

B. Metode Bishop (1955)

Methode ini menganggap gaya-gaya yang bekerja pada sisi-sisi irisan mempunyai resultan nol arah vertikal. Penyederhanaan metode bishop ini adalah sebagai berikut :

Maka,

dengan ;

F = faktor aman

Θi = sudut

c’ = kohesi tanah efektif (kN/m²) bi = lebar irisan ke-i (m)

Wi = berat irisan tanah ke-i (kN)

φ’ = sudut gesek dalam efektif (o) µi = tekanan air pori irisan ke-i (kN/m²)

Gambar 2.4 Ilustrasi Gaya Pada Metode Bishop Metode Bishop ini menggunakan cara coba-coba, tetapi hasil hitungan lebih teliti, untuk memudahkan perhitungan dapat digunakan nilai fungsi Mi , dimana:

Mi = cos θi (1 + tg θi tg φ’ / F)

(30)

17 kotak-kotak dimana tiap titik potong garisnya merupakan tempat kedudukan pusat lingkaran longsor. Pada pusat lingkaran longsor ditulis F yang terkecil pada titik tersebut, yaitu dengan mengubah jari-jari lingkarannya. Setelah F terkecil pada tiap titik pada kotaknya diperoleh, gambar garis kontur yang menunjukan kedudukan pusat lingkaran dengan F yang sama. Dari sini bisa ditentukan letak pusat lingkaran dengan F yang kecil.

C. Metode Wedge

[image:30.595.214.411.313.508.2]

Bidang longsor potensial dapat didekati dengan menggunakan satu, dua atau tiga garis lurus. Contohnya jika terdapat terdapat lapisan lunak pada lereng bendungan.

Gambar 2.5 Bidang longsor pada metode Wedge

[image:30.595.196.498.618.726.2]

Efek tiga dimensi dapat didekati dengan menghitung F untuk tiap potongan dan kemudian hitung F rata-rata (weighted mean) dengan berat total massa tanah diatas bidang runtuh sebagai faktor pemberat (weighting factor).

(31)

2.8 Kuat Geser Tanah dalam perhitungan Stabilitas Lereng

Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Bila`tanah mengalami pembebanan akan ditahan oleh :

• Kohesi tanah yang tergantung pada jenis tanah dan kepadatannya • Gesekan antar butir – butir tanah

• Kepadatan tanah

Coulomb (1776) mendefinisikan ;

= c + tgϕ

dengan ;

= kuat geser tanah (kN/m²)

= tegangan normal pada bidang runtuh (kN/m²) c = kohesi tanah (kN/m²)

ϕ = sudut gesek dalam tanah (derajad)

Kuat geser tanah bisa dinyatakan dalam bentuk tegangan efektif ’1 dan

’3 pada saat keruntuhan terjadi . Lingkaran Mohr berbentuk setengah lingkaran

[image:31.595.205.448.437.536.2]

dengan koordinat ( ) dan ( ’) dilihat pada lingkaran Mohr berikut :

Gambar 2.7 Lingkaran Mohr Dari lingkaran Mohr dapat dilihat ;

' 1 = tegangan utama mayor efektif (kN/m²) c’ = kohesi (kN/m²)

' 3 = tegangan utama minor efektif (kN/m²)

ǿ = sudut gesek dalam efektif

θ = sudut keruntuhan (derajad)

( f ' ) = tegangan geser efektif pada saat terjadi keruntuhan

(32)

19 b. Uji triaksial (triaxial test)

c. Uji tekan bebas (unconfined compression test) d. Uji geser kipas (vane shear test)

[image:32.595.117.516.317.429.2]

Uji triaksial consolidted drained (uji pada tanah lempung), faktor yang mempengaruhi karakteristik tanah lempung adalah sejarah tegangannya. Mula-mula sampel dibebani dengan 3, akibatnya tekanan air pori (uc) bertambah, karena katup terbuka maka nilai ini pelan-pelan menjadi nol. Setelah itu tegangan devitor ∆ = 1 – 3 ditambah pelan-pelan dengan katup tetap terbuka. Hasil dari tegangan deviator itu tekanan air pori (ud) akhirnya juga nol. Tegangan deviator ditambah terus sampai terjadi keruntuhan. Dari hasil beberapa pengujian terhadap benda uji yang sama (umumnya 3 pengujian), digambarkan lingkaran Mohr.

Gambar 2.8 Lingkaran Mohr dari pengujian lempung kondisi drained Nilai parameter kuat geser tanah ( c dan ø ) diperoleh dari penggambaran garis singgung terhadap lingkaran Mohr. Untuk lempung normally consolidated nilai c = 0, jadi garis selubung kegagalan hanya memberikan sudut gesek dalam (ø) saja.

Persamaan kuat geser untuk lempung normally consolidated adalah ;

bidang kegagalan membuat sudut (45̊ + ø/2) dengan bidang utama mayor. Pada lempung over consolidated, nilai c > 0, karenanya kuat geser dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

= c + 'tgϕ

Dengan

= Kuat geser tanah c = kohesi

(33)

2.9 Analisis stabilitas lereng menggunakan GeoStudio2007

GEO-STUDIO 2007 adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan geoteknik dan geo-lingkungan. Software ini melingkupi SLOPE / W, SEEP / W, SIGMA / W, QUAKE/ W, TEMP / W, dan CTRAN / W. Yang sifatnya terintegrasi sehingga memungkinkan untuk menggunakan hasil dari satu produk ke dalam produk yang lain. Ini unik dan fitur yang kuat sangat memperluas jenis masalah yang dapat dianalisis dan memberikan fleksibilitas untuk memperoleh modul seperti yang dibutuhkan untuk proyek yang berbeda.

[image:33.595.169.449.252.406.2]

Gambar 2.9 Contoh aplikasi Geo-Studio 2007

Dalam penggunaannya , aplikasi ini dapat menghasilkan beberapa produk yang terintegrasi satu sama lain. Produk-produk itu diantaranya :

• SLOPE / W

Merupakan produk perangkat lunak untuk menghitung faktor keamanan tanah dan kemiringan batuan. Dengan SLOPE / W, kita dapat menganalisis masalah baik secara sederhana maupun kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan metode kesetimbangan batas untuk berbagai permukaan yang miring, kondisi tekanan pori-air, sifat tanah dan beban terkonsentrasi. Kita dapat menggunakan elemen tekanan pori air yang terbatas, tegangan statis, atau tekanan dinamik pada analisis kestabilan lereng. Anda juga dapat melakukan analisis probabilistik.

• SEEP / W

(34)

21 kejenuhan yang tetap sampai yang tidak jenuh, tergantung dari masalah itu terjadi.

• SIGMA / W

[image:34.595.174.490.257.430.2]

Adalah salah satu software yang digunakan untuk menganalisis tekanan geoteknik dan masalah-masalah deformasi. Dengan SIGMA / W, kita dapat mempertimbangkan analisis mulai dari masalah deformasi sederhana hingga masalah tekanan-efektif lanjutan secara bertahap dengan menggunakan model konstitutif tanah seperti linier-elastis, anisotropik linier-elastis, nonlinier-elastis (hiperbolik), elastis-plastik atau Cam-clay.

Gambar 2.10 Fitur pada Geo-Studio 2007

• QUAKE / W

Adalah salah stu software yang digunakan untuk menganalisis gerakan dinamis dari struktur bumi hingga menyebabkan gempa bumi. QUAKE / W sangat cocok sekali untuk menganalisis perilaku dinamis dari bendungan timbunan tanah, tanah dan kemiringan batuan, daerah di sekitar tanah horizontal dengan potensi tekanan pori-air yang berlebih akibat gempa bumi.

• TEMP / W

(35)

• CTRAN / W

Adalah salah satu software yang dalam penggunaannya berhubungan dengan SEEP / W untuk pemodelan transportasi kontaminasi. CTRAN / W dapat menganalisa masalah yang sederhana seperti pergerakan partikel dalam gerakan air atau serumit menganalisis proses yang melibatkan difusi, dispersi, adsorpsi, peluruhan radioaktif dan perbedaan massa jenis.

• VADOSE / W adalah salah satu software yang berhubungan dengan lingkungan, permukaan tanah, zona vadose dan daerah air tanah lokal. Software ini dapat menganalisa masalah batas fluks seperti:

1. Rancangan dan memonitor performa satu atau lebih lapisan yang menutupi tambang dan fasilitas limbah rumah.

2. Menentukan iklim yang mengontrol distribusi tekanan pori-air pada lereng untuk digunakan dalam analisis stabilitas.

3. Menentukan infiltrasi, evaporasi dan transpirasi dari proyek-proyek pertanian atau irigasi

[image:35.595.147.479.499.719.2]

Dari fitur-fitur diatas yang biasanya digunakan untuk mengalisa kestabilan lereng adalah fitur SLOPE / W , sehingga para perencana konstruksi bangunan sipil yang biasanya memperhitungkan kestabilan lereng menyebut aplikasi ini sebagai Geo-Slope. Pada program Geo-slope ini terdapat beberapa pilihan metode dalam menganalisa stabilitas sebuah lereng seperti metode bishop atau janbu.

(36)

23 2.10 Analisis terjadinya longsor

Untuk ketepatan suatu analisis keamanan dan pengamanan suatu lereng terhadap bahaya longsor, perlu dilakukan diagnosis terhadap faktor-faktor kelongsoran. Dari pengamanan, maka perlu diketahui lebih rinci penyebab terjadinya suatu longsor, antara lain :

a) Perubahan lereng suatu tebing, secara alami karena erosi dan lain-lain atau secara disengaja akan mengganggu stabilitas yang ada, karena secara logis dapat dikatakan semakin terjal suatu lereng akan semakin besar kemungkinan untuk longsor.

b) Peningkatan beban permukaan akan meningkatkan tegangan dalam tanah termasuk meningkatnya tegangan air pori. Hal ini akan menurunkan stabilitas lereng.

c) Perubahan kadar air, baik karena air hujan maupun resapan air dari tempat lain pada tanah yang ditinjau. Hal ini akan segera meningkatkan kadar air dan menurunkan kekuatan geser dalam lapisan tanah.

d) Aliran air tanah akan mempercepat terjadinya longsor, karena air bekerja sebagai pelumas. Bidang kontak antar butiran melemah karena air dapat menurunkan tingkat kelekatan butir.

e) Pengaruh getaran, berupa gempa, ledakan dan getaran mesin dapat mengganggu kekuatan geser dalam tanah.

f) Penggundulan daerah tebing yang digundul menyebabkan perubahan kandungan air tanah dalam rongga dan akan menurunkan stabilitas tanah. g) Pengaruh pelapukan, secara mekanis dan kimia akan merubah sifat

kekuatan tanah dan batuan hingga mengganggu stabilitas lereng. 2.11 Cara-cara memperkuat lereng

Pada prinsipnya, cara yang dipakai untuk menjadikan lereng supaya lebih aman (lebih mantap) dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :

2.11.1 Memperkecil gaya penggerak atau momen penggerak

Gaya atau momen penggerak dapat diperkecil hanya dengan cara merubah bentuk lereng yang bersangkutan. Untuk itu ada dua cara :

(37)

2.11.2 Memperbesar gaya melawan atau momen melawan

Gaya melawan atau momen melawan dapat ditambah dengan beberapa cara yang paling sering dipakai ialah sebagai berikut :

a) Memakai “counterweight”, yaitu tanah timbunan pada kaki lereng. b) Mengurangi tegangan air pori di dalam lereng.

c) Dengan cara mekanis, yang dengan memasang tiang atau dengan membuat dinding penahan.

d) Dengan cara Geosintetik diantaranya Geotekstil, Geomembrane, Geogrid, Geonet, Geomat, Geosynthetic Clay Liner atau GCL, Geopipe, Geocomposit, dan Geocell

2.12 Penggunaan Geotekstil pada sebuah lereng

Geotekstil adalah bahan lulus air dari anyaman (woven) atau tanpa anyaman (non woven) dari benang-benang atau serat- serat sintetik yang digunakan dalam pekerjaan tanah. Geotekstil ini berbentuk lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, permeable yang digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah.

Geotextile meliputi woven (tenun) dan non woven (tanpa tenun). Tenun dihasilkan dari ‘interlaying’ antara benang-benang melalui proses tenun, sedangkan non woven dihasilkan dari beberapa proses seperti heat bonded (dengan panas), needle punched (dengan jarum), dan chemical bonded (enggunakan bahan kimia). Baik woven maupun non woven dihasilkan dari benang dan serat polimer terutama polypropelene, poliester, polyethilene dan polyamide.

Sebenarnya geotekstil pada awalnya dibuat dari berbagai bahan seperti serat-asli (kertas, filter, papan kayu, bambu) , misalnya penggunaan jute untuk percepatan konsolidasi sebagai pengganti pasir sebagai bahan drainase (vertical drain) yang banyak dilakukan di India atau dilakukan di Belanda dengan menggunakan serat filter.

Beberapa fungsi dari geotekstil yaitu:

• Untuk perkuatan tanah lunak.

(38)

25

• Sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung.

• Bisa juga sebagai pengganti karung goni pada proses curing beton untuk mencegah terjadinya retak-retak pada proses pengeringan beton baru.

• Untuk merubah arah aliran rembesan pada suatu bendungan. Berdasarkan fungsi diatas maka geotekstil dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Woven Geotextile (Anyaman)

Woven Geotextile adalah lembaran Geotextile terbuat dari bahan serat sintetis tenunan dengan tambahan pelindung anti ultra violet yang mempunyai kekuatan tarik yang cukup tinggi, yang dibuat untuk mengatasi masalah untuk perbaikan tanah khususnya yang terkait di bidang teknik sipil secara efisien dan efektif. Bahan baku material ini adalah Polypropylene polymer (PP) dan ada juga dari Polyester (PET) yang didukung oleh hasil test dan hasil riset di laboratorium, mengikuti standar ASTM, antara lain kekuatan tarik, kekuatan terhadap tusukan, sobekan, kemuluran dan juga ketahanan terhadap micro organisme, bakteri, jamur dan bahan-bahan kimia.

2. Non-Woven Geotextile (Bukan Anyaman)

Geotekstil Non Woven, atau disebut Filter Fabric (Pabrik) adalah jenis Geotextile yang tidak teranyam, berbentuk seperti karpet kain. Umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan polimer Polyesther (PET) atau Polypropylene (PP).

Penggunan Woven Geotextile akan memberikan hasil yang lebih baik sebab arah gaya dapat disesuaikan dengan arah serat, sehingga deformasi dapat dikontrol dengan baik. Pada non-Woven Geotextile arah serat dalam struktur geotextile tidak terarah, sehingga apabila dibebani, maka akan terjadi deformasi yang sangat besar, dan sulit dikontrol.

Dalam penggunaan geotekstil sebaiknya menetapkan faktor apa saja yang dibutuhkan, berikut faktor-faktor yang harus diperhatikan;

1. Jenis geotekstil yang akan digunakan.

(39)

3. Kondisi lingkungan, perubahan cuaca, air laut, kondisi asam atau basa serta mikro organisme seperti bakteri akan mengurangi kekuatan geotekstil.

4. Bahan timbunan yang akan digunakan

Geotekstil pada bendungan berfungsi sebagai lapis pemisah (separator) antara material timbunan dengan tanah dasar sehingga konstruksi jalan menjadi stabil, tidak bergelombang dan rata pada permukaannya. Beberapa keuntungan menggunakan geotekstil pada pembangunan bendungan , diantaranya :

• Mencegah kontaminasi agregat subbase dan base oleh tanah dasar lunak dan mendistribusikan beban konstruksi yang efektif melalui lapisan-lapisan timbunan.

• Mengurangi tebal galian stripping dan meminimalkan pekerjaan persiapan.

• Meningkatkan ketahanan agregat timbunan terhadap keruntuhan setempat pada lokasi beban dengan memperkuat tanah timbunan.

• Mengurangi penurunan dan deformasi yang tidak merata serta deformasi dari struktur jadi.

Geotekstil juga mempunyai kelemahan, yaitu sinar ultraviolet , karena bahan geosintetik akan mengalami degradasi yang cepat dibawah terik sinar matahari. Oleh karena itu dalam pemasangan geotekstil tersebut harus dengan cara pemasangan seperti berikut ini :

1.Geotekstil harus digelar di atas tanah dalam keadaan terhampar tanpa gelombang atau kerutan.

2.Sambungan geotekstil tiap lembarannya dipasang overlapping terhadap lembaran berikutnya.

3.Pada daerah pemasangan yang berbentuk kurva (misalnya saluran irigasi), geotekstil dipasang mengikuti arah kurva.

4.Jangan membuat overlapping atau jahitan pada daerah yang searah dengan debit air (arah aliran air).

5.Jika geotekstil dipasang untuk terkena langsung sinar matahari maka digunakan geotekstil yang berwarna hitam.

Gambar

Gambar 2.1  Sketsa Lereng dan Gaya yang bekerja
Gambar 2.2  Variasi SF terhadap waktu
Tabel 2.1  Hubungan Nilai SF dan intensitas longsor
Gambar 2.4  Ilustrasi Gaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai stabilitas lereng pada ruas jalan Banjarparakan- Menganti menggunakan metode Fellenius (analisis stabilitas dengan metode irisan yang

Analisis kestabilan lereng tanpa perkuatan lereng dilakukan pada stabilitas terhadap kelongsoran lereng. Dengan bantuan program geoslope didapatkan bentuk bidang

Judul : Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Talud (Studi Kasus: Jalan Alternatif Lumbir – Ajibarang) Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan

Analisa keamanan tubuh bendungan terhadap bahaya rembesan dan stabilitas lereng, dan beban gempa dilakukan dengan menggunakan software geostudio dan plaxis.. Adapun

Untuk mendapatkan suatu nilai faktor keamanan minimum dari suatu analisis stabilitas lereng memerlukan suatu proses trial and error yang dalam penelitian ini kami menggunakan

Penelitian ini menganalisis stabilitas lereng karena pengaruh hujan 3 harian berurutan dengan variasi kemiringan lereng, metode yang dilakukan untuk analisis

Dengan plaxis 8.2 dan slope/w (geostudio), telah dilakukan analisa stabilitas lereng bendungan terhadap beban normal pada tiga kondisi yaitu:steady state, after

Penentuan titik pusat bidang longsor pada lereng drainase Analisis Stabilitas Lereng Berikut merupakan uraian perhitungan analisis stabilitas lereng dengan menggunakan metode