• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pendapatan Petani Padi yang Menggunakan Sarana Produksi Pupuk Sesuai dan Tidak Sesuai Anjuran Pemerintah (Studi Kasus Subak Gede Sukawati, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Pendapatan Petani Padi yang Menggunakan Sarana Produksi Pupuk Sesuai dan Tidak Sesuai Anjuran Pemerintah (Studi Kasus Subak Gede Sukawati, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar)."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI PADI YANG

MENGGUNAKAN SARANA PRODUKSI PUPUK

SESUAI DAN TIDAK SESUAI ANJURAN

PEMERINTAH

(Studi Kasus Subak Gede Sukawati, Desa Sukawati, Kecamatan

Sukawati, Kabupaten Gianyar)

SKRIPSI

Oleh

I GD WAHYU DHIYANA MAHARDIKA

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

i

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI PADI

YANG MENGGUNAKAN SARANA PRODUKSI

PUPUK SESUAI DAN TIDAK SESUAI ANJURAN

PEMERINTAH

(Studi Kasus Subak Gede Sukawati, Desa Sukawati, Kecamatan

Sukawati, Kabupaten Gianyar)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh

I Gede Wahyu Dhiyana Mahardika

NIM. 1005315031

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, Januari 2016 Yang menyatakan,

I Gede Wahyu Dhiyana Mahardika

(4)

iii ABSTRACT

I Gede Wahyu Dhiyana Mahardika, NIM 1005315031. Compare Rice Farmer Income Fertilizer Production Facilities as Recommended and Not as Recommended by The Government (Case Study Subak Gede Sukawati,

Sukawati Village, Sub-district Sukawati, Gianyar Regency. Supervised Ir.

Ratna Komala Dewi, MP dan Ir. M.TH. Handayani, MP

This study aimed to compare the performance of rice cultivation, rice productivity, income rice farmers among farmers who use the means of production of fertilizers appropriate and not as recommended, and the reason farmers who use the means of production of fertilizers appropriate and not as recommended in Subak Gede Sukawati Sukawati Village, Sub-district Sukawati, Gianyar. The study lasted for six months. The research location chosen deliberately. The determination of the sample of 45 respondents composed of 15 farmers as recommended by the census method, while 30 is not as recommended by the proportional method of accidental sampling. These results indicate that the performance of rice cultivation between the two respondents have differences. Rice productivity as directed by 5,06 tonnes/ha and not as recommended of 4,78 tonnes/ha. Rice productivity difference statistically between the two groups of respondents through the Wilcoxon test and Mann-Whitney non-significant result that the value of α sig 0,340 > 0,05. Farmers'

income as recommended is Rp 11.908.951 and not as recommended is Rp 11.309.650. Income of rice farmers statistically through the Wilcoxon test and

Mann-Whitney non-significant result that the value of α sig 0,547 > 0,05. The reason farmers use due to differences of opinion or perception that is owned by farmers between the two groups (appropriate and not as recommended) in terms of economic, social, and technical. Based on the results of the above study suggested farmers to the government as policy maker is expected to conduct surveillance, monitoring and more intensive evaluation of the effect and benefits than the application of fertilizer production facilities policy advice in the field.

(5)

iv

ABSTRAK

I Gede Wahyu Dhiyana Mahardika, NIM 1005315031. Perbandingan Pendapatan Padi Yang Menggunakan Sarana Produksi Pupuk Sesuai Dan Tidak Sesuai Anjuran Pemerintah (Studi Kasus Subak Gede Sukawati, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar). Dibimbing oleh Ir. Ratna Komala Dewi, MP dan Ir. M.TH. Handayani, MP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan keragaan budidaya padi, produktivitas padi, pendapatan petani padi antara petani yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran, serta alasan petani yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran di Subak Gede Sukawati, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Penelitian berlangsung pada musim tanam Maret-Juni 2014. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja. Penentuan sampel sejumlah 45 orang terdiri atas 15 petani sesuai anjuran dengan metode sensus, sedangkan 30 petani tidak sesuai anjuran dengan metode proportional accidental sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua kelompok keragaan budidaya padi memiliki beberapa perbedaan. Produktivitas padi sesuai anjuran sebesar 5,06 ton/ha dan tidak sesuai anjuran sebesar 4,78 ton/ha. Perbedaan produktivitas padi antara kedua kelompok petani secara statistik melalui uji Wilcoxon dan Mann-Whitney tidak signifikan yakni dengan nilai α sig 0,340 > 0,05; Perbedaan pendapatan petani sesuai anjuran adalah Rp 11.908.951 dan tidak sesuai anjuran adalah Rp 11.309.650. Pendapatan petani padi secara statistik melalui uji Wilcoxon dan Mann-Whitney tidak signifikan dengan nilai α sig 0,547 > 0,05. Alasan petani menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran disebabkan perbedaan pendapat atau persepsi yang dimiliki oleh kedua kelompok dilihat dari segi aspek ekonomi, sosial, dan teknis. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas disarankan untuk Pemerintah sebagai policy maker dapat melakukan pengawasan dan evaluasi yang lebih intensif terhadap pengaruh serta manfaat penerapan kebijakan penggunaan anjuran sarana produksi pupuk di lapangan.

(6)

v

RINGKASAN

Upaya yang dilakukan pemerintah guna menyediakan kebutuhan pangan khususnya beras serta meningkatkan kesejahteraan petani padi dilakukan dengan meningkatkan produksi dan pendapatan. Peningkatan produksi dari segi budidaya dilakukan dengan pemberian pupuk tepat waktu dan sesuai anjuran atau rekomendasi pemerintah. Kebijakan yang dilakukan pemerintah terkait sarana produksi pupuk bertujuan untuk meningkatkan produksi dengan cara mengurangi penggunaan pupuk kimia secara perlahan dan menambah pupuk organik.

Komoditas padi di Bali mendapat perhatian yang besar dari pemerintah Provinsi Bali terkait meningkatnya kebutuhan pangan sebagai akibat dari bertambahnya jumlah penduduk. Subak Gede Sukawati, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati merupakan salah satu kawasan budidaya padi dengan luas sekitar 387 Ha, dimana petaninya ada yang menerapkan penggunaan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran. Sarana produksi pupuk yang dianjurkan pemerintah dan diterapkan Subak Gede Sukawati adalah penggunaan pupuk urea sebanyak 150 kg, pupuk NPK sebanyak 50 kg, dan pupuk organik sebanyak 500 kg per satu ha.

Penentuan responden dilakukan dengan sensus untuk responden yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai anjuran sebanyak 15 orang dan metode accidental sampling untuk responden yang menggunakan sarana produksi pupuk

tidak sesuai anjuran sebanyak 30 orang. penelitian analisis pendapatan usahatani pada musim tanam padi terakhir yang yaitu Agustus s.d. Januari 2015. Analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan usahatani, Uji U Mann Whitney, dan analisis deskriptif.

(7)

vi

ha produktivitasnya adalah 4,78 ton per ha. Hasil Uji U Mann Whitney menunjukkan nilai α sig adalah 0,340 > 0,05, artinya hipotesis H0 diterima, yaitu tidak terdapat perbedaan signifikan antara produktivitas petani yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran. Perbedaan produktivitas tersebut secara umum dikarenakan adanya tingkat intensifikasi atau perlakuan budidaya padi yang tidak jauh berbeda antara kedua kelompok responden.

Rata-rata pendapatan petani responden sarana produksi pupuk sesuai anjuran

adalah Rp 11.919.279,53 per ha setelah dikurangi biaya produksi sebesar Rp 4.997.016,72 per ha, sedangkan pendapatan responden sarana produksi pupuk

tidak sesuai anjuran setelah dikurangi biaya produksi Rp 4.901.838,29 per ha adalah sebesar Rp 11.354.253,93 per ha. Hasil Uji U Mann-Whitney, diperoleh hasil nilai α sig adalah 0,547> 0,05. Angka tersebut menunjukkan hipotesis H0 diterima, yaitu tidak terdapat perbedaan signifikan antara pendapatan petani yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran. Pendapatan petani padi secara umum dipengaruhi berbagai macam faktor. Perbedaan pendapatan dalam penelitian ini disebabkan oleh perbedaan jumlah produksi, penerimaan, dan biaya produksi masing-masing usahatani tersebut tidak jauh berbeda.

Persepsi petani yang menggunakan pupuk sesuai anjuran dilihat dari aspek ekonomi termasuk kategori setuju dengan pencapaian skor 80,53%, aspek sosial termasuk kategori sangat setuju dengan pencapaian skor 88,33%, dan aspek teknis termasuk kategori tidak setuju dengan pencapaian skor 37,33%, sedangkan petani yang menggunakan pupuk tidak sesuai anjuran dilihat dari aspek ekonomi dan sosial termasuk kategori tidak setuju dengan pencapaian skor sebesar 38,67%, dan aspek teknis termasuk kategori setuju dengan pencapaian skor sebesar 81,47%.

(8)

vii

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI PADI YANG

MENGGUNAKAN SARANA PRODUKSI PUPUK

SESUAI DAN TIDAK SESUAI ANJURAN

PEMERINTAH

(Studi Kasus Subak Gede Sukawati, Desa Sukawati, Kecamatan

Sukawati, Kabupaten Gianyar)

I Gede Wahyu Dhiyana Mahardika

NIM. 1005315031

Menyetujui,

Pembimbing I

Ir. Ratna Komala Dewi, MP NIP. 19610708 198610 2 001

Pembimbing II

Ir. M.TH. Handayani, MP NIP.19550914 198503 2 001

Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

(9)

viii

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI PADI YANG

MENGGUNAKAN SARANA PRODUKSI PUPUK

SESUAI DAN TIDAK SESUAI ANJURAN

PEMERINTAH

(Studi Kasus Subak Gede Sukawati, Desa Sukawati, Kecamatan

Sukawati, Kabupaten Gianyar)

Dipersiapkan dan diajukan oleh I Gede Wahyu Dhiyana Mahardika

NIM. 1005315031

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal :

21 Januari 2016

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Univerasitas Udayana No :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi adalah:

1. Ketua : Ir. I Wayan Widyantara, MP Anggota :

1. Putu Udayani Wijayanti, SP., M.Agb

2. A.A.A. Wulandira Sawitri Djelantik., SP, MMA 3. Dr. Ir. Ratna Komala Dewi, MP

(10)

ix

RIWAYAT HIDUP

I Gede Wahyu Dhiyana Mahardika lahir di Denpasar pada 25 Juli 1992. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan I Gede Suwardhiyana, S.Sos dan Luh Gede Sura Artini, SP.

Penulis mengawali pendidikan di TK Pertiwi (1997 s.d 1998). Pendidikan dasar ditempuh di SD 2 Saraswati (1998 s.d 2004), melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama di SMPN 7 Denpasar (2004 s.d 2007). Pendidikan sekolah menegah atas ditempuh di SMA PGRI 4 Denpasar (2007 s.d 2010). Tahun 2010 penulis kemudian melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana melalui jalur PMDK.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi Program Sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu antara lain.

1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, serta staf yang telah memberikan kemudahan selama penulis menjadi mahasiswa serta bantuan dalam penyelesaian penelitian ini. 2. Ir. I Wayan Widyantara, MP selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Universitas Udayana

3. I Dewa Ayu Sri Yudhari selaku pembimbing Akademik yang telah memberikan perhatian, motivasi, dan masukan yang sangat besar selama masa kuliah dan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Ir. Ratna Komala Dewi, MP selaku pembimbing I dan M.TH. Handayani selaku pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini selesai.

5. Seluruh dosen dan pegawai Program Studi Agribisnis dan Fakultas Pertanian atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

6. Pak Made Sukaidep selaku Pekaseh Gede di Subak Gede Sukawati beserta jajarannya yang telah membantu peneliti memberikan ketersediaan data serta informasi.

7. Bapak I Made Sunarya selaku PPL Subak Gede Sukawati yang telah memberikan informasi sebagai bahan observasi.

(12)

xi

Ananda Mahardika serta seluruh keluarga besar Sura-Dira dan Kt. Mardika Community yang selalu setia memberikan semangat dan doa.

9. Ida Ayu Made Merta Dewi tersayang yang selalu mendampingi penulis dengan penuh semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Ajunk, Atuk, Nusha, Bagus, Aurora, Krista, dan Dyah Sahabat Somplak Crew.

11. Keluarga Besar Okii Kazoku Mang Wicak, Amik, Tini, Nuswan, Jujun, Putra, Gung In, Widi, Didit, Prema, Tukul, Ferry, Uya

12. Pak Putu Astawa, Bu Lina, Pak Tut Ruwet, Yande Naga, Mbok Ita, Bli De Sena, Dewa Mancrut, Putu Amok, Putu Onta, Mang Ayu, Mbok Dek, Mbok Luh Urdal Family.

13. Kawan Fakultas Pertanian Agri’10, kawan Fakultas Pertanian Agro’10, dan kawan-kawan Fakultas Pertanian yang tidak bisa disebut satu per satu yang senantiasa memberikan semangat

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, sehingga adanya kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, terutama bagi mereka yang memerlukan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

Denpasar, 21 Januari 2016

(13)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman terpenting dalam peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan beras. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serelia setelah jagung dan gandum. Jumlah penduduk Indonesia terus bertambah juga diikuti dengan tingkat konsumsi beras.

Tingkat konsumsi beras di Indonesia sangat tinggi hampir mencapai 100% yang berarti hampir setiap rumah tangga mengkonsumsi beras. Jumlah penduduk Indonesia ± 220 juta orang dengan tingkat konsumsi beras sebesar 135 kg/kap/th membuat Indonesia sebagai konsumen beras tertinggi di Asia dibandingkan Jepang, Malaysia, dan Thailand (Kamandalu, 2012). Permintaan beras di Indonesia yang tinggi menyebabkan Pemerintah Indonesia harus memastikan pasokan beras cukup, termasuk permintaan beras melalui RASKIN ± 1,5 juta ton beras per tahun dari Vietnam (BULOG dalam OECD, 2012).

Upaya dalam menyediakan kebutuhan pangan khususnya beras serta meningkatkan kesejahteraan petani padi maka dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi dan pendapatan. Peningkatan produksi dari segi budidaya dilakukan dengan pemberian pupuk tepat waktu dan sesuai anjuran atau rekomendasi pemerintah (Kasniari dan Supadma, 2007). Menurut Anugrah dan

Ma’mun (2003) rekomendasi pupuk sesuai anjuran merupakan suatu usaha yang

(14)

2 produksi. Usaha tersebut juga akan mempengaruhi keberlanjutan sistem produksi (sustainable production system), kelestarian lingkungan, dan penghematan sumberdaya energi. (Permentan No. 40 tahun 2007).

Kebijakan yang dilakukan pemerintah terkait sarana produksi pupuk bertujuan untuk meningkatkan produksi dengan cara mengurangi penggunaan pupuk kimia secara perlahan dan menambah pupuk organik. Harapan pemerintah dengan adanya kebijakan ini juga dapat meringankan biaya yang dikeluarkan petani. Melalui penyuluh lapangan, petani diberikan pembinaan dan informasi mengenai penggunaan pupuk sesuai anjuran pada lahannya. Oleh karena itu pemerintah terus mendorong penggunaan pupuk yang efisien melalui kebijakan subsidi pupuk (Distan Kabupaten Gianyar, 2014).

Komoditas padi di Bali mendapat perhatian yang besar dari pemerintah Provinsi Bali terkait meningkatnya kebutuhan pangan sebagai akibat dari bertambahnya jumlah penduduk seperti yang ditunjukkan Tabel 1.1 terjadi peningkatan sebanyak 1.770.666 jiwa dalam 39 tahun.

Tabel 1.1

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Bali

No. Luas Wilayah (Km2) Tahun Jumlah Penduduk

(jiwa)

1 5 632.86 1971 2.120.091

2 5 632.86 1980 2.469.724

3 5 632.86 1990 2.777.356

4 5 632.86 2000 3.146.999

5 5 636.66 2010 3.890.757

Sumber : Data BPS Provinsi Bali Tahun 2012

(15)

3 ton, jumlah produksi padi sawah sebesar 173.593 ton, serta produktivitas padi sawah sebesar 58.08 kuintal/ha. Kabupaten Gianyar berpeluang sebagai salah satu sentra penghasil padi yang mempunyai peranan strategis dalam penyediaan, penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan petani. Luas panen, produksi dan produktivitas padi disetiap Kabupaten Propinsi Bali dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2

Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2012

Sumber : Data BPS Provinsi Bali Tahun 2013

Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Sukawati adalah kecamatan yang memiliki tingkat produksi paling besar di antara kecamatan lain yang ada Kabupaten Gianyar. Data produksi padi sawah Kabupaten Gianyar menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini.

Tabel 1.3

Data Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan di Kabupaten Gianyar Tahun 2012

(16)

4 Produksi padi sawah di Kecamatan Sukawati tahun 2012 mencapai 30.975,44 ton dengan produktivitas padi yang dihasilkan sebesar 52,85 kuintal/ha. Kecamatan Sukawati merupakan produsen padi sawah terbesar di Kabupaten Gianyar.

Subak Gede Sukawati, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati merupakan salah satu kawasan budidaya padi sawah dengan luas sekitar 387 Ha, dimana petaninya ada yang menerapkan penggunaan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran. Sarana produksi pupuk yang dianjurkan pemerintah dan diterapkan Subak Gede Sukawati adalah penggunaan pupuk urea sebanyak 150 kg/ha, pupuk NPK sebanyak 50 kg/ha, dan pupuk organik sebanyak 500 kg/ha (Dinas Pertanian Propinsi Bali, 2009).

Tabel 1.4

Anjuran Pupuk yang Diterapkan di Subak Gede Sukawati

Sumber : Dinas Pertanian Propinsi Bali, 2009

Oleh karena itu peneliti ingin melihat bagaimana perbandingan produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai anjuran dengan usahatani yang menggunakan sarana produksi pupuk tidak sesuai anjuran.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah keragaan budidaya padi yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran?

No. Jenis Pupuk Dosis

Penggunaan/Ha

1. Urea 150 kg

2. NPK 50 kg

(17)

5 2. Bagaimanakah perbandingan produktivitas padi sawah antara petani yang

menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran?

3. Bagaimana perbandingan pendapatan usahatani padi sawah antara petani yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran? 4. Apakah alasan petani menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak

sesuai anjuran?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.

1. Keragaan budidaya padi yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran?

2. Perbandingan produktivitas padi sawah petani antara yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran

3. Perbandingan pendapatan usahatani padi sawah antara petani yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran

4. Alasan petani menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang ingin didapatkan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Bahan informasi bagi petani dalam mengelola usahatani padi sawah.

(18)

6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Upaya menghindari penafsiran serta mempermudah pemahaman dalam pencapaian pembahasan maka penelitian ini mempunyai ruang lingkup yaitu mengenai besarnya perbandingan produktivitas dan pendapatan petani padi sawah yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran pada periode tanam satu musim yakni Maret s.d Juni 2014 di wilayah Subak Gede Sukawati.

(19)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Padi

Padi (Oryza sativaL.) merupakan salah satutanamanbudidaya terpenting dalamperadaban juga tanaman yang paling penting di Indonesia karena makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Sebagai tanaman utama di dunia, padi diduga berasal dari bagian timur India Utara, Banglades Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam, dan Cina bagian selatan (Suparyono, 1993).

Tumbuhan padi adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air

waterplant”, sebagai tanaman air bukan berarti bahwa tanaman padi itu hanya

bisa tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi air, baik penggenangan itu terjadi secara alamiah sebagaimana yang terjadi pada tanah rawa-rawa, maupun penggenangan itu disengaja sebagaimana yang terjadi pada tanah-tanah sawah. Tanaman padi itu dapat tumbuh ditanah daratan atau tanah kering, asalkan curahan hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air (Andoko, 2002).

(20)

8 Varietas padi pada periode ini antara lain, BB-5, 8, Pelita I-1, Pelita I-2, PB-26, PB-28, dan si ampat (Istiyastuti dan Yanuharso, 1996).

Tahap demi tahap, varietas padi semakin diperbaiki melalui perintisan berbagai upaya. Semula, perbaikan varietas padi hanya ditujukan untuk memperoleh hasil yang tinggi, tetapi sekarang disempurnakan dengan kualitas nasi yang sesuai dengan permintaan masyarakat. Pengenalan varietas-varietas dari Pusat Penelitian Padi Internasional (Internasional Rice Research Institute, IRRI) di Filipina dan dari pusat penelitian dalam negeri terus dilakukan agar sesuai dengan iklim dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Varietas tersebut diantaranya, PB-34, PB-32, PB-38, Cisadane, Cimandiri, PB-42, Krueng Aceh, Bogowonto, PB-64, dan PB-68 (Istiyastuti dan Yanuharso, 1996).

2.1.1 Taksonomi Tanaman Padi

Padi merupakan tanaman yang produksinya menempati urutan ketiga setelah gandum dan jagung. Padi termasuk kedalam keluarga serealia. Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut.

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Poales

(21)

9 2.1.2 Morfologi Tanaman Padi

Menurut Istiyastuti dan Yanuharso (1996), tanaman padi terdiri dari bagian-bagian yaitu akar, batang, daun, bagian reproduksi, dan buah padi. Berikut penjelasan bagian-bagian tersebut.

1. Akar

Padi memiliki akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang padi dapat mencapai kedalaman 50 Cm s.d. 60 Cm. Akar tunggang padi rata-rata hanya mencapai kedalaman sekitar 25 Cm. Akar padi baik akar tunggang maupun akar serabut bercabang-cabang. Cabang pertama tumbuh baik pada induk akar pada jarak yang agak jauh dan panjang-panjang. Susunan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah. Pada tanah kering, akar cabang tingkat pertama biasanya panjang, akar serabutnya pendek-pendek, sebaliknya bila pada tanah basah akar tunggangnya pendek-pendek, sedangkan akar serabutnya panjang-panjang (Istiyastuti dan Yanuharso, 1996).

2. Batang

(22)

10 3. Daun

Daun terdiri atas helai daun yang berbentuk memanjang seperti pita dan pelepah daun yang menyelubungi batang. Pada perbatasan antara helai duan dan upih terdapat lidah daun. Panjang dan lebar dari helai daun tergantung kepada varietas padi yang ditanam dan letaknya pada batang. Daun ketiga dari atas bisaanya merupakan daun terpanjang. Daun bendera mempunyai panjang daun terpendek dan dengan lebar daun yang terbesar.

4. Reproduksi

Adapun bagian reproduksi secara generatif terdiri atas malai dan bunga padi, berikut penjelasan bagian reproduksi tersebut.

a. Malai

Suatu malai terdiri dari sekumpulan bunga-bunga padi (spikelet) yang timbul dari buku paling atas. Ruas buku terakhir dari batang merupakan sumbu utama dari malai, sedangkan butir-butir nya terdapat pada cabang-cabang pertama maupun cabang-cabang kedua.

b. Bunga padi

(23)

11 membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan terjadi,zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endosperm. Pada akhir perkembangan,sebagian besar bulir padi mengadung pati dibagian endosperm. Bagi tanaman muda, padi dimanfaatkan sebagai sumber gizi.

5. Buah padi

Sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah, sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian-bagian lain membentuk sekam (kulit gabah). Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagian-bagian paling luar disebut epicarpium, bagian-bagian tengah disebut mesocarpium dan bagian dalam disebut endocarpium.Biji sebagian besar ditempati oleh endosperm yang mengandung zat tepung dan sebagian ditempati oleh embriyo (lembaga) yang terletak dibagian sentral yakni dibagian lemma. Pada lembaga terdapat daun lembaga dan akarlembaga. Endosperm umumnya terdiri dari zat tepung yang diliputi oleh selaput protein. Endosperm juga mengandung zat gula, lemak, serta zat-zat anorganik.

2.1.3 Manfaat dan kandungan padi (beras)

(24)

12 kolesterol atau sodium. Nasi menjadi salah satu bagian dari diet yang seimbang, lalu kaya akan vitamin, misalnya niacin, vitamin D, kalsium, serat, zat besi, thiamine, dan riboflavin. Untuk mengetahui zat kimia yang terkandung pada beras

dapat dilipat pada Tabel 2.1 sebagai berikut. Tabel 2.1

Komposisi Gizi dalam 100 gram bahan Beras

Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI

2.2 Sarana Produksi

Budidaya pertanian diperlukan pemeliharaan-pemeliharaan yang sesuai dengan kondisi komoditi. Pemacuan pertumbuhan komoditi diperlukan sarana produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan lahan. Pemakaian sarana produksi diperlukan sejak pengolahan lahan hingga komoditi berproduksi. Usaha-usaha dalam pembudidayaan tanaman sangat mempengaruhi produksi suatu komoditi (Hernanto, 1995).

Sarana produksi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian terutama untuk mencapai tujuan terciptanya ketahanan pangan. Sarana produksi yang diperlukan dalam usahatani padi sawah selain lahan, dan tenaga kerja umumnya adalah bibit, pupuk,

(25)

13 dan obat-obatan agar produksi padi baik sehingga keuntungan yang maksimum dapat tercapai perlu dilakukan pemberian input yang tepat sesuai dengan kebutuhannya, cara pemberian, waktu pemberian dan dosis juga harus tepat. Semuanya itu juga ditambahkan dengan pemilihan bibit, penyemaian, pengolahan tanah, penyiangan, pemupukan, dan pemberantasan hama penyakit. Semua hal tersebut diatas lazimnya disebut dengan teknologi. Penggunaan input produksi dengan teknologi yang ada dapat dioptimalkan untuk mencapai tujuan produksi yang diinginkan. Tujuan produksi tersebut adalah tingkat keuntungan yang maksimum (Daniel, 2002). Adapun sarana produksi yang digunakan meliputi.

2.2.1 Pupuk

(26)

14 Tabel 2.2

Perbedaan Jenis Pupuk dan Kegunaannya

Sumber : Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan, 2002 Bantuan dari luar diperlukan baik secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha, maupun tidak langsung dalam bentuk intensif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru, mengadakan tindakan perubahan (Mosher dalam Padmo, 2000).

Pemupukan selalu bertujuan untuk menambah zat-zat dan unsur makanan yang dibutuhkan dalam tanah. Pupuk yang digunakan untuk tanaman padi yang dianjurkan adalah Pupuk: Urea 50 Kg/Ha, NPK 150 Kg/Ha, dan Pupuk Organik 500 Kg/Ha. Berdasarkan informasi dari BPP Sukawati bahwa sarana produksi yang dianjurkan Kabupaten Gianyar di adalah seperti pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3

Penggunaan Sarana Produksi

Usahatani Padi Sawah Sesuai Anjuran Pemerintah Komoditi Sarana produksi

(27)

15 Kerugian tanaman padi dapat terjadi karena adanya hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang ada dapat diberantas dengan cara menyemprot pestisida, gropyokan, pasang lampu, dan lain-lain. Sedangkan untuk trend pengendalian hama dan penyakit sekarang adalah lebih mengedepankan pengaturan pola tanam sedangkan penggunaan pestisida adalah merupakan alternatif tindakan terakhir.

2.2.2 Benih

Benih merupakan bahan perbanyakan tanaman yang erat hubungannya dengan usaha peningkatan produksi tanaman yang membawa sifat dan informasi genitik dari pohon induknya.Benih bermutu tinggi atau benih berkualitas memiliki beberapa komponen penting yang menjadikannya sebagai benih unggul yang layak dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman. Komponen-komponen benih tersebut ialah daya kecambah, kecepatan berkecambah, kadar air, lama penyimpanan serta kemurnian benih. Benih dengan kadar air tinggi serta lamanya periode penyimpan tidak dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman karena telah mengalami proses perombakan senyawa-senyawa didalam benih yang menyebabkan rendahnya viabilitas benih. Benih dibagi menjadi dua, yaitu. a. Ortodoks, adalah Benih ortodoks adalah benih yang dapat tahan lama

disimpan dan kadar airnya bisa diturunkan.

b. Rekalsitran, adalah Benih rekalsitran adalah benih yang tidak dapat disimpan lama dan kadar airnya tidak dapat diturunkan.

(28)

16 tinggi, memiliki daya adaptasi luas, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta matang secara fisiologis. Kualitas benih yang baik dapat mempertahankan potensi hasil suatu varietas yang diinginkan.

Benih dengan spesifikasi diatas, pertanaman harus dipersiapkan melalui proses-proses seleksi lapangan, dan seleksi sesudah panen (Harahap dan Tjahjono, 2003). Petani padi di Bali pada umumnya menggunakan benih unggul seperti ciherang, ciherang putih, Inpari 1, 6, 7 serta 10.

2.2.3 Pestisida

Pestisidaadalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu yang dipergunakan untuk. 1. Mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman 2. Mengendalikan rerumputan

3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan 4. Mengendalikan atau mencegah hama-hama luar pada hewan 5. Mengendalikan hama-hama air.

Pestisida umumnya adalah campuran bahan kimia serta bahan-bahan lain (ekstrak tumbuhan, mikroorganisme) yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (Djojosumarto, 2000). Tumbuhnya rumput-rumput liar disekitar tanaman padi akan menyadap zat-zat makanan, oleh karena itu rumput liar tersebut harus disiangi atau dibersihkan. Penyiangan dilakukan dua kali, yang pertama setelah padi berumur tiga minggu dan ke dua setelah berumur enam minggu.

2.3 Pengertian Usahatani

(29)

17 efisien untuk tujuan memperoleh keuntungannya yang tinggi pada waktu tertentu. Efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang dimiliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran “output” yang melebihi masukan

“input” (Soekartawi, 1986). Makin maju usahatani, makin sulit bentuk dan cara

pengorganisasiannya. Dengan demikian gambaran dapat dilihat dari adanya lahan bangunan, alat-alat pertanian, curahan tenaga kerja dan kegiatan petani yang ditetapkan untuk rencana usahataninya. Analisis usahatani diperlukan data tentang penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Hernanto (1995) mengemukakan adanya empat faktor pokok yang harus ada dalam berusahatani yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Definisi tersebut diatas dapat diturunkan pengertian adanya empat unsur pokok atau faktor yang selalu ada pada usahatani, unsur – unsur dijelaskan sebagai berikut.

1. Tanah (land)

Tanah merupakan faktor produksi pemegang peranan yang sangat penting sebagai penyedia ruang untuk produksi. Tanah merupakan kebutuhan produksi utama pada kegiatan di bidang pertanian. Tanah merupakan faktor produksi yang relatif langka dibandingkan dengan faktor produksi lainnya dan distribusi penguasaannya di masyarakat tidak merata.

2. Tenaga kerja (Labour)

(30)

18 petani tidak memperhitungkan tenaga kerja dalam keluarga dan sulit pengukurannya dalam penggunaannya. Jenis-jenis tenaga kerja yaitu.

a. Upahan, tenaga kerja upahan pada umumnya tidak mempunyai upah rasional karena kemampuan kerja tidak diukur secara jelas tetapi dihitung sama untuk tenaga kerja.

b. Sambatan, tenaga kerja luar keluarga dengan sistem sambatan atau tolong-menolong diantara para petani yang pada umumnya tidak didasarkan pengembangan ekonomi.

Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan “Hari Orang Kerja” atau HOK. Namun, tidak selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi (Soekartawi, 1986).

3. Modal (Capital)

(31)

19 4. Pengelolaan (Management)

Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani menentukan, merencanakan, mengkombinasi, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai sebaik-baiknya untuk diterapkan dalam suatu usahatani guna mencapai hasil yang maksimal danmemberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan.

2.4 Biaya Usahatani dan Penerimaan

2.4.1 Biaya Usahatani

Dalam pengertian ekonomi, yang dimaksud dengan biaya adalah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan suatu barang agar siap dipakai konsumen. Biaya produksi atau biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk. Besarnya produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain struktur tanah, topografi tanah, jenis dan varietas tanaman serta tingkat teknologi yang digunakan (Hernanto, 1995). Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu.

1. Biaya tetap (Fixed Cost) Biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan berupa : pajak tanah, alat dan bangunan pertanian, pemeliharaan pompa air, traktor dan lain-lain.

(32)

20 2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Biaya-biaya yang selalu berubah-ubah dimana besar kecilnya sangat tergantung pada skala produksi, berupa : biaya untuk pupuk, obat pembasmi hama dan penyakit, bibit dan lain-lain.

Rumus : VC =

Xi : Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tidak tetap Pxi : Harga input

Penerimaan dari usahatani dipengaruhi oleh produksi fisik yang dihasilkan dimana produksi fisik adalah hasil fisik yang diperoleh dalam suatu proses produksi dalam kegiatan usahatani selama satu musim tanam. Penerimaaan petani akan meningkat jika produksi yang dihasilkan betambah namun sebaliknya akan menurun jika produksi yang dihasilkan berkurang.

Menurut Soekartawi (1986), penerimaan usahatani adalah nilai yang diterima dari penjualan produk usahatani dengan kata lain perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dengan rumus sebagai berikut.

(33)

21 Keterangan :

TR : Total Penerimaan

Q : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani P : Harga

2.5 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani (net farm income) merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (penerimaan) usahatani dan pengeluaran total usahatani (Soekartawi, 1986).

Kegiatan usahatani bertujuan mencapai produksi di bidang pertanian, yang pada akhirnya akan dinilai jumlah pendapatan, yaitu uang yang diperhitungkan dari hasil produksi yang dikurangi biaya-biaya yang telah dikeluarkan. Hernanto (1995) mengemukakan bahwa pendapatan juga dapat digunakan untuk perbandingan keberhasilan petani satu terhadap petani lainnya. Rumus pendapatan usahatani sebagai berikut.

Pd=TR-TC Keterangan :

Pd : Pendapatan

TR : Total Revenue (Total Penerimaan) TC : Total Cost (Total Biaya)

2.6 Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan

(34)

22 2.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap serangkaian data untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Pengujian dengan SPSS berdasarkan pada uji Kolmogorov Smirnov, normalitas dipenuhi jika nilai hasil uji signifikan

untuk suatu taraf signifikansi (α) tertentu (α=0,05). Jika signifikansi yang

diperoleh < α, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika signifikansi yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

2.6.2 Uji U (Mann Whitney U Test)

Uji Mann Whitney merupakan uji non parametris yang digunakan untuk mengetahui perbedaan median dua kelompok bebas apabila skala data variabel terikatnya adalah ordinal atau interval/ratio tetapi tidak berdistribusi normal. Berdasarkan uraian di atas, maka Suliyono (2010) menyimpulkan asumsi yang harus terpenuhi dalam Mann Whitney U Test, yaitu:

1. Skala data variabel terikat adalah ordinal, interval atau rasio. Apabila skala interval atau rasio, asumsi normalitas tidak terpenuhi. (Normalitas dapat diketahui setelah uji normalitas).

2. Data berasal dari 2 kelompok.

3. Variabel independen atau berasal dari kelompok yang berbeda atau tidak berpasangan.

(35)

23 Keterangan :

n1 = jumlah sampel 1 n2 = jumlah sampel 2

R1 = jumlah jenjang/ranking pada sampel 1 R2 = jumlah jenjang/ranking pada sampel 2

Dasar pengambilan keputusan :

Pengambilan keputusan didasarkan perbandingan antara nilai Asymp. Sig. dengan tingkat signifikansi (alpa=0,05) yang digunakan dalam penelitian ini. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut.

Jika : Asymp. Sig. ≤ 0,05 maka tolak H0 Jika : Asymp. Sig. ≥ 0,05 maka terima H0

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian Yoshie Laorensia (2010), tentang Perbandingan Pendapatan Usahatani padi sawah (oryza sativa l.) sistem tanam pindah dan tanam benih langsung di Desa Sidumulyo, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi sawah yang menggunakan sistem tanam pindah dan tanam benih langsung diketahui dengan menggunakan uji t, menunjukkan nilai thitung = -0,37 < T tabel

(36)

24 perbedaan pendapatan antara produktivitas dan pendapatan petani yang menggunakan sarana produksi sesuai dan tidak sesuai anjuran. Hal ini disebabkan perbedaan yang tidak jauh berbeda.

Penelitian Tri Wahyu (2012), tentang Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Metode Konvensional di Subak Basang Be, Desa Perean Kangin, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Pengujian secara statistik menggunakan uji t-test yang hasilnya menunjukan nilai t-hitung sebesar 5,519 dibandingkan dengan T tabel dengan df 28 dan α 5% (0,05) adalah 2,408 jadi nilai t hitung lebih besar dari tabel T tabel maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya terdapat perbandingan antara pendapatan usahatani padi metode PPT dengan metode konvensional. Perbedaan tersebut terjadi karena hasil produksi padi pada metode PPT lebih banyak dibandingkan dengan metode konvensional.

2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis

(37)

25 juga dapat meringankan biaya yang dikeluarkan petani. Melalui penyuluh lapangan, petani diberikan pembinaan dan informasi mengenai penggunaan pupuk sesuai anjuran pada lahannya. Oleh karena itu pemerintah terus mendorong penggunaan pupuk yang efisien melalui kebijakan subsidi pupuk,

Petani di Subak Gede Sukawati, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati ada yang menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran. Melihat adanya perbedaan penggunaan sarana produksi pupuk dalam berusahatani peneliti ingin mengetahui perbandingan produktivitas, pendapatan juga mengetahui alasan petani menggunakan dan tidak menggunakan sarana produksi pupuk sesuai anjuran. Metode kuantitaitf uji U Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui perbandingan produktivitas dan pendapatan petani dan metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan budidaya antara petani yang menggunakan sarana produksi sesuai dan tidak sesuai anjuran serta mengetahui alasan petani menggunakan sarana produksi pupuk sesuai dan tidak sesuai anjuran.

(38)

26

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis Perbandingan Pendapatan Petani Padi yang Menggunakan Sarana Produksi Pupuk Sesuai dan

Tidak Sesuai Anjuran Pemerintah

Menggunakan sarana produksi pupuk tidak sesuai anjuran Menggunakan sarana produksi

pupuk sesuai anjuran

Usahatani padi di Subak Gede Sukawati, Kabupaten

Gianyar

Kesimpulan dan Rekomendasi Sarana Produksi

Pupuk

Deskriptiftif Kuantitatif Uji U Mann Whitney

Deskriptif Kualitatif Skala Likert Keragaan, Alasan Produktivitas, Pendapatan

Peningkatan Produktivitas dan

Gambar

Tabel 1.1
Tabel  1.2 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah
Tabel 1.4
Tabel 2.1
+3

Referensi

Dokumen terkait

Informan : jadi pedagang kaki lima untuk masuknya atau berjualan seperti orang dagang saja mas, dulunya si saya hanya menempati tempatnya seolah-olah saya sudah tetap berjualan,

Penggunaan sistem informasi peraturan perundang- undangan harus memberikan nilai lebih bagi seorang perancang karena sarana tersebut dapat mempermudah dalam pencarian data

“kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang ”. 11

Sintesis surfaktan stearil alkohol etoksilat dari bahan baku stearil alkohol derivat minyak kelapa sawit telah dilakukan dan produk yang dihasilkan memiliki

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa instrumen penilaian afektif untuk mengukur sikap siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang

Kredibilitas tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi komunikasi (Rakhmat, 2007, h. Di dalam penelitian ini, kredibilitas tidak terbatas dari

Reliabilitas merupakann sesuatu yang dibutuhkan tetapi bukan persyaratan mutlak untuk validitas suatu instrument (Rasyid dan Mansur,2007).. Masalah dalam penelitian ini

Usulan perbaikan yang diberikan yaitu rancangan perbaikan stasiun pencetakan upper, perbaikan desain meja pada aktivitas mendesain dan menggambar pola, perbaikan