• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Expectancy dan Task Value Terhadap Keberhasilan Studi pada Mahasiswa Indonesia yang Mendapat Beasiswa Studi Lanjut di Jerman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Expectancy dan Task Value Terhadap Keberhasilan Studi pada Mahasiswa Indonesia yang Mendapat Beasiswa Studi Lanjut di Jerman."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai Expectancy - Task Value terhadap Kerbehasilan Studi pada Mahasiswa Indonesia yang Mendapat beasiswa Studi Lanjut di Jerman. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran komprehensif tingkatan expectancy – task value terhadap keberhasilan studi pada mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka rancangan penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik survei.

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman semester 3 sampai dengan semester 9 sebanyak 43 orang mahasiswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Alat ukur yang digunakan untuk menjaring expectancy dan task-value dibuat oleh peneliti berdasar teori Expectancy - Task Value model of motivation dari Pintrich & Schunk, 2002. Alat ukur yang digunakan berbentuk kuesioner yang dianalisis dengan cara distribusi freksuensi dan tabulasi silang antara profil expectancy dan task-value dengan faktor-faktor yang melatarbelakanginya dengan validitas berkisar antara 0,309 sampai dengan 0,776 dan reliabilitas 0,96 menggunakan program SPSS 14.0 dengan uji statistik rank spearman dan alpha cronbach.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa Expectancy dan Task Value pada Mahasiswa Indonesia yang Mendapat beasiswa Studi Lanjut di Jerman yaitu sebagai berikut: 58,2% expectancy tinggi dan task-value tinggi, , 20,9% expectancy tinggi dan task-value rendah, 11,6% expectancy rendah dan task-value rendah, 9,3 % expectancy rendah dan task-value tinggi. Sebanyak 58,2% diprediksikan memunculkan perilaku berprestasi tinggi dan selebihnya memprediksikan perilaku berprestasi yang rendah. Derajat expectancy dan task-value berkaitan dengan persepsi lingkungan terhadap studi lanjut di Jerman, alasan mereka memilih studi lanjut di Jerman, dukungan orang tua dan keluarga, pengaruh teman dalam menjalani studi lanjut, pengaruh atas kegagalan teman lain dan kegiatan diskusi bersama teman lain.

(2)

DAFTAR ISI

Lembar Judul Lembar Pengesahan

Abstrak... i

Kata Pengantar... i

Daftar isi... ii

Daftar tabel... v

Daftar Bagan... vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Peneltian 1.3.1 Maksud Penelitian... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Ilmiah... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis... 9

(3)

1.6 Asumsi 21

BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Task Value

2.1.1Pengertian Task Value... 22

2.1.2 Komponen Task Value ……… 22

2.2 Expectancy 2.2.1Pengertian Expectancy... 25

2.2.2 Komponen Expectancy... 26

2.3 Expectancy – Task Value Models of Motivation………. 26

2.4 The role of Expectancy and Sel f– Perceptions of Abbility………. 32

2.5. Masa Dewasa awal... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian... 36

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian ... 37

3.2.2 Definisi Operasional... 37

3.3 Alat Ukur 3.3.1 Kuesioner... 39

3.3.2 Prosedur pengisian... 41

(4)

3.3.4 Validitas alat ukur... 43

3.3.5 Reliabilitas Alat Ukur... 44

3.4 Data pribadi dan Data penunjang... 46

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling 3.5.1 Populasi sasaran... 47

3.5.2 Karakteristik Populasi... 47

3.5.3 Teknik Sampling... 47

3.6 Teknik Analisis Data... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden... 49

4.2 Hasil Penelitian... 50

4.3 Pembahasan... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 61

5.2 Saran... 63 DAFTAR PUSTAKA

(5)

DAFTAR TABEL

(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran 20

Bagan 2.1 Konsep expectancy-task value Pintrich & Schunk (2002) 33

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Item Alat Ukur Expectancy – Task Value xiv

Lampiran 2 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas xvii

Lampiran 3 Data Penunjang xix

Lampiran 4 Data Skor Mentah Alat Ukur Expectancy – Task Value xxix

Lampiran 5 Data cross tabulation Expectancy – Task Value xxi

(8)
(9)

LAMPIRAN 1

PENGANTAR

Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang sedang menyusun skripsi mengenai Expectancy Task Value terhadap keberhasilan studi pada mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman. Dalam lampiran ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan topik penelitian ini. Sehubungan dengan kepentingan tersebut, saya sangat mengharapkan bantuan Saudara untuk meluangkan waktu mengisi daftar pernyataan yang tersedia.

Informasi yang Saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Oleh karena itu, besar harapan saya agar Saudara dapat mengisi sejumlah pernyataan ini dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan kondisi pribadi Saudara, sehingga informasi yang diperoleh akan menggambarkan kondisi Saudara sesungguhnya. Kerahasiaan jawaban Saudara akan tetap terjaga.

Atas kesediaan dan bantuan Saudara, saya ucapkan terimakasih.

(10)

KUESIONER EXPECTANCY – TASK VALUE MODELS OF MOTIVATION Petunjuk Pengisian :

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan, bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Kuesioner ini dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama tentang

expectancy dan bagian kedua tentang task value.

Pada bagian expectancy dan task value, tugas Saudara adalah membaca

pernyataan dan memberi penilaian sejauh apa pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi Saudara mengenai kemampuan yang dimiliki Saudara. Pernyataan tersebut memiliki 4 kemungkinan jawaban, berkisar 1 – 4, dengan sebagai berikut:

Kemungkinan jawaban 1 = Pernyataan tidak sesuai dengan keadaan Saudara Kemungkinan jawaban 2 = Pernyataan cukup tidak sesuai dengan keadaan Saudara Kemungkinan jawaban 3 = Pernyataan cukup sesuai dengan keadaan Saudara Kemungkinan jawaban 4 = Pernyataan sesuai dengan keadaan Saudara.

Saudara diminta untuk memberikan tanda silang (X) pada salah satu dari keempat kemungkinan jawaban yang tersedia. Perlu diketahui, ini bukanlah ujian, jadi tidak ada jawaban yang benar ataupun salah. Saudara diharapkan dapat mengisi kuesioner ini sesuai dengan keadaan diri Saudara.

Sebagai contoh :

Expectancy

No Pernyataan

1 2 3 4

1 Dapat berhasil menyelesaikan studi lanjut di Jerman

(11)

Jika Saudara memberikan tanda silang (X) di bawah angka 4, hal ini berarti bahwa Saudara yakin dapat berhasil menyelesaikan studi lanjut di Jerman.

selamat bekerja

No PERNYATAAN 1 2 3 4

1. Saya mampu mengerjakan tugas – tugas mata kuliah.

2. Saya tidak terampil memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi kuliah.

3. Saya menilai materi kuliah tergolong mudah. 4. Saya tidak yakin mampu mengerjakan

tugas-tugas mata kuliah berikutnya karena tingkat kesulitannya lebih tinggi

5. Saya mampu memperoleh buku-buku sumber di perpustakaan yang direkomendasi.

6. Saya memandang keberhasilan menyelesaikan studi lanjut di Jerman sulit dicapai.

7. Saya yakin dapat memperoleh nilai di atas standar kelulusan minimal.

8. Saya memiliki keunggulan dalam mata kuliah tertentu.

9. Saya menganggap buku referensi sulit didapatkan.

10. Saya berpeluang besar menyelesaikan seluruh mata kuliah yang ditempuh pada semester ini. 11 Saya tidak yakin siap jika dosen mendadak

mengadakan ujian/tes.

12. Saya tidak kesulitan memahami buku referensi meski memakai text bahasa Jerman ilmiah.

13. Saya tidak yakin dengan kemampuan untuk menjalani kegiatan akademik dengan optimal. 14. Saya yakin dapat lulus pada semua mata kuliah

yang dikontrak semester ini.

15. Saya menganggap pertanyaan yang diajukan dosen atau asisten dosen saat seminar sangat sulit dan diluar nalar

(12)

terbaik saat melaksanakan ujian.

17. Dibandingkan mahasiswa lain, saya tidak mampu mengerjakan persoalan ujian dengan baik. 18. Saya yakin standar nilai yang diterapkan cukup

terjangkau oleh kemampuan saya.

19. Saya yakin berpeluang menyelesaikan studi lanjut di Jerman dengan nilai yang memenuhi standar kelulusan minimal.

20. Saya menilai materi untuk suatu ujian terlalu banyak untuk dipelajari

21. Saya memandang penting untuk menjalani studi lanjut dengan baik

22. Saya menyukai aturan perkuliahan di Jerman. 23. Saya yakin studi lanjut di Jerman dapat

meningkatkan kompetensi saya dalam bidang pekerjaan yang diinginkan.

24. Saya yakin dengan berusaha lebih keras lagi, saya dapat lancar menjalani studi lanjut di Jerman. 25. Saya menilai adalah tidak penting menyusun

rencana agar mencapai target nilai yang telah ditetapkan

26. Saya menyukai semua kegiatan akademik studi lanjut di Jerman.

27. Saya menganggap beberapa materi kuliah tidak berguna untuk dipelajari.

28. Saya merasa usaha yang saya lakukan untuk mempelajari materi kuliah tidak sepadan dengan hasil yang akan saya peroleh di masa depan. 29. Saya merasa penting mencapai target nilai yang

telah ditetapkan.

30. Saya merasa tidak tertarik untuk menguasai materi kuliah.

31 Saya yakin materi kuliah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

32. Saya merasa usaha yang saya keluarkan agar dapat berhasil dalam perkuliahan semester ini menghasilkan nilai yang memenuhi standar kelulusan minimal.

33. Saya memandang keberhasilan menyelesaikan studi lanjut di Jerman merupakan hal yang penting.

(13)

35. Saya tidak melihat nilai manfaat yang berarti dari studi lanjut ini.

36. Saya yakin dapat lulus ujian dengan nilai yang memenuhi standar kelulusan minimal bila memprioritaskan untuk hadir di ruang kuliah. 37. Tidak penting bagi saya untuk menguasai setiap

materi kuliah.

38. Saya menganggap bekerja dan bersosialisasi dengan teman-teman lebih menarik daripada belajar keras.

39. Saya menganggap keberhasilan menyelesaikan studi lanjut di Jerman merupakan prestasi yang membanggakan.

40. Saya telah mengorbankan waktu dan tenaga untuk studi lanjut di Jerman tetapi kurang memberikan makna yang berarti bagi masa depan.

(14)

LAMPIRAN 2

2.1 Validitas Alat Ukur

(15)

35 0,744 diterima 36 0,815 diterima 37 0,672 diterima 38 0,610 diterima 39 0,711 diterima 40 0,776 diterima

Item terpakai 40 item 2.2 Reliabilitas Alat ukur

(16)

LAMPIRAN 3

DATA PENUNJANG

DATA PRIBADI MAHASISWA

Usia :

Jenis Kelamin :

Fakultas :

Semester :

1. Apakah di lingkungan Saudara terdapat image bahwa berhasil menyelesaikan studi lanjut di Jerman merupakan sesuatu yang membanggakan?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah alasan Saudara memilih studi lanjut di Jerman?

a. Karena memiliki kualitas pendidikan lebih baik dibanding negara lain b. Karena bergengsi di kalangan masyarakat

c. Tidak ingin membuang kesempatan beasiswa yang ada d. Dll...

3. Bagaimanakah dukungan orang tua dan keluarga dalam berhasil menyelesaikan studi lanjut di Jerman?

(17)

b. Tidak kuat

4. Bagaimanakah pengaruh teman dalam mendukung keberhasilan Saudara dalam menyelesaikan studi lanjut di Jerman?

a. Berpengaruh positif b. Tidak berpengaruh c. Berpengaruh negatif

5. Apakah kegagalan yang dialami oleh teman-teman Saudara terdahulu dalam menyelesaikan studi lanjut di Jerman berpengaruh terhadap keyakinan Saudara? a. Berpengaruh

b. Tidak berpengaruh

6. Bagaimana akibat dari pengaruh kegagalan tersebut bagi keyakinan Saudara? a. Meningkatkan keyakinan

b. Tidak berpengaruh c. Menurunkan keyakinan

7. Apakah Saudara sering berdiskusi dengan teman lain dalam mengerjakan tugas-tugas?

(18)
(19)
(20)

3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3

Q16 Q17 Q18 Q19 Q20

(21)
(22)

4 2 4 3 4 3 4 4 3 2 4 4 68 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 25 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 3 2 33

LAMPIRAN 5

Tabel 5.1 Aspek-aspek Expectancy * Expectancy Crosstabulation Expectancy for

Tabel 5.2 Aspek-aspek Task – Value* Task – Value Crosstabulation

Importance Interest Uttility Value Cost Belief

Aspek- aspek

(23)

Tabel 5.3 persepsi lingkungan terhadap studi lanjut di Jerman * Expectancy - Task - Value

Tabel 5.4 alasan memilih studi lanjut di Jerman * Expectancy - Task - Value Crosstabulation

Berkualitas Bergengsi Tidak ingin membuang

Tabel 5.5 dukungan orang tua dan keluarga * Expectancy - Task - Value Crosstabulation

(24)

Tabel 5.6 pengaruh teman dalam menjalani studi lanjut * Expectancy - Task - Value

Tabel 5.7 pengaruh atas kegagalan teman lain * Expectancy - Task - Value Crosstabulation

Tabel 5.8 kegiatan diskusi bersama teman lain * Expectancy - Task - Value

Crosstabulation

(25)

LAMPIRAN 6

6.8 Pendidikan di Jerman 6.8.1 Tahap Pendidikan di Jerman

Secara umum sistem pendidikan yang berlaku untuk seluruh Republik Federasi Jerman (RFJ) dapat mencakup berbagai subsistem:

1). Kindergarten, sebagai suatu Pre-school Education atau tahap persiapan sekolah yang tidak terlalu banyak diatur oleh pemerintah;

2). Grundschule atau Primary Education, biasanya ditempuh dalam empat tahun ajaran, yang merupakan tahap awal pendidikan formal;

3). Secondary Education yang terdiri dari Realschule, Hauptschule, Gesamtschule,

Berufschule, Fachschule dan Gymnasium. Pada dasarnya lulusan Gynamsium inilah

merupakan calon utama untuk meneruskan perjalanan ke perguruan tinggi.

Dengan demikian untuk mulai belajar pada tingkat pendidikan tinggi mereka telah menempuh 13 tahun pendidikan dasar dan menengah. Mereka harus menempuh ujian akhir yang disebut “Abiturprufueng” untuk memperoleh kualifikasi meneruskan ke perguruan tinggi (Zulassung zum Ztudium), dimana pembagian tempat studi ini diatur secara terpusat oleh Zentralstelle fuer die Vergabe von Studienplatzen (ZVS).

6.8.2 Jenis Institusi Akademik pada Tingkat Pendidikan Tinggi

Pada tingkat pendidikan tinggi sesuai dengan peraturan yang berlaku (Hochschulrahmengesetz,1976) di RFJ dikenal beberapa institusi akademik.

(26)

a). Universitaet (U), Tehnische Universitaet (TU), dan Technische Hochshule (TH).

Pada dasarnya universitaet mempunyai berbagai bidang ajaran yang sangat

meluas mencakup: Kedokteran, Matematika dan IPA, Ilmu rekayasa, seni, hukum, ekonomi, ilmu-ilmu sosial dan lain sebagainya. Sedangkan Tehnische Universitaet (TU) dan Technische Hochshule (TH) terutama diarahkan untuk mengajarkan bidang ajaran matematika dan IPA serta ilmu rekayasa. Universitaet tersebar terdapat hampir di setiap negara bagian, tetapi TU hanya terdapat di lima kota: Berlin, Braunschweig, Clausthal-Zellerferd, Hamburg dan Muenchen, sedangkan TH hanya terdapat di dua kota yaitu Aachen dan Darmstadt.

2). Tingkat Akademi

a). Fachhochschule (FH)

Pendidikan di FH diakhiri dengan gelar Diplom Ingenieur (Dipl. – Ing)., studi di FH lebih berorientasi pada praktis ketimbang akademik, dengan lama studi relatif lebih pendek dibandingkan dengan Dipl.-Ing dari U/ TU / TH.

6.8.3 Bidang Studi, Kurikulum dan Evaluasi

Dalam setiap insitut terdapat berbagai laboratorium. Setiap Laboratorium dipimpin oleh Wissenschaftliche Mitarbeiter yang biasanya adalah dosen bergelar Doktor. Disamping itu dalam melaksanakan tugas akademik seorang guru besar dibantu oleh para Hochschulassistenten, yang mendalami bidang ajaran tertentu. Mereka ini adalah calon Doktor (doktorand) atau para doktor yang akan mengambil

brevet akademik untuk kewenangan mengajar dalam mata ajaran tertentu. Calon

(27)

Kurikulum suatu mata ajaran secara umum dilaksanakan selama 10-12 semester, sedangkan kedokteran (Medizin) dapat mencapai 14 semester. Meskipun seseorang belajar pada tingkat PostGraduate sebaiknya ia mempelajari kurikulum

Diplom atau Magister Artium (MA) atau mungkin juga suatu Staatsexamen. Studi

pada taraf ini biasanya dibagi menjadi Grundstudium sampai tingkat Vordiplom, dan dilanjutkan dengan Hauptstudium yang diakhiri dengan suatu Diplompruefung.

Magister Pruefung atau Staatsexamen. Di samping menyelesaikan perkuliahan

(Vorlesungen), pratikum (Uebungen/Pratika) dan seminar yang biasanya diakhiri dengan evaluasi untuk memperoleh berbagai schein (Seminarschein,

Uebungenschein, Laborschein, Klausur, dll), untuk memperoleh gelar yang disebut

Pruefungen, yang bersangkutan juga harus menyelesaikan semacam tesis yang biasa

disebut Diplomarbeit, Magisterarbeit atau Staatsexamenarbeit.

Penilai dalam ujian akhir kuliah dapat menggunakan predikat yang tertinggi dan yang paling rendah yaitu: sehr gut, gut, befriedigend, dan ausreichend.. Untuk dianggap lulus biasanya minimal mahasiswa harus mencapai befriedigend (mungkin ekuivalen dengan nilai C dalam sistem penilaian di Indonesia). Cara penilaian dari yang tertinggi dan yang terendah tersebut biasanya dinyatakan dalam bilangan 1 (sehr

gut), 2 (gut), 3 (befriedigend), dan 4 (ausreichend). Untuk dapat meneruskan ke

program Doktor, nilai kelulusan harus 2 (gut).

6.8.4 Kehidupan Kampus dan Kegiatan Akademik

Kemampuan bahasa Jerman merupakan salah satu syarat awal yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan studi lanjur di U/ TU / TH/ FH di RFJ. Kursus yang dilaksanakan di Goethe Institut di Indonesia dapat bervariasi lamanya, paling lama 6 bulan. Di perguruan tinggi RFJ masih harus ditempuh suatu ujian kemampuan bahasa Jerman, untuk memperoleh status mahasiswa reguler. Kalau tidak lulus yang bersangkutan diminta untuk mengikuti kursus lagi di Institut fuer Deutsch als

(28)

diuji terutama adalah mendengar, mengucapkan, dan menyajikan suatu masalah dalam bahasa Jerman. Hal ini harus dilakukan karena semua kuliah dilaksanakan dalam bahasa Jerman. Pelajaran dapat ditempuh dalam berbagai cara, seperti: perkuliahan (Vorlesung), pratikum dan responsi ( Kurs), Seminar, kollokium,

Exkursion, Anleitungen zu wissenschaftlichen Arbeiten dll. Perkuliahan di RFJ

(29)
(30)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Memasuki era globalisasi, Indonesia harus menerima kenyataan untuk mampu memenangkan persaingan di segala aspek kehidupan. Sumber daya manusia Indonesia adalah komponen bangsa yang harus dipersiapkan untuk mengantisipasi persaingan global tersebut. Untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang handal dan kompeten, Indonesia harus memulainya dengan cara meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Secara berkesinambungan, pemerintah membenahi pendidikan melalui upaya perbaikan kurikulum dan peningkatan standar kualifikasi dan kompetensi sumber daya manusia Indonesia. Di sisi lain, melalui jalur perorangan atau kerjasama antar negara, semakin banyak mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan lanjut di luar negeri baik dengan menggunakan biaya pribadi maupun beasiswa. Jerman adalah salah satu negara tujuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

(31)

2

hanya oleh pemerintah Jerman, tetapi juga oleh institusi swasta maupun yayasan. DAAD (Deutscher Akademischer Austausch Dienst) merupakan lembaga yang mewakili seluruh institusi pendidikan tinggi yang memfasilitasi pemberian beasiswa studi lanjut Jerman di mancanegara termasuk Indonesia. Untuk mendapat beasiswa tersebut, calon mahasiswa harus melalui tahap seleksi, dengan syarat awal yaitu memiliki nilai akademik yang baik.

Kemampuan bahasa Jerman merupakan salah satu syarat awal yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan studi lanjut di Jerman. Kemampuan yang diuji terutama adalah mendengar, mengucapkan, dan menyajikan suatu masalah dalam bahasa Jerman. Hal ini harus dilakukan karena semua kuliah dilaksanakan dalam bahasa Jerman. Berkaitan dengan sistem pendidikan tinggi di Jerman, Jerman menganut pendidikan tinggi dengan dua jenjang yaitu Diplom (ekuivalen dengan S2 dalam pendidikan di Indonesia) dan Doktor (ekuivalen dengan S3 dalam pendidikan di Indonesia). Pelaksanaan perkuliahan terdiri dari dua semester dalam satu tahun dan secara garis besar dibagi ke dalam tiga jenis pertemuan, yaitu Vorlesung (kuliah umum), yaitu mahasiswa mendengarkan dosen mengajar; Kurs, yaitu mahasiswa mengerjakan latihan-latihan praktek maupun tugas teori; dan Seminar, yaitu kegiatan yang mengutamakan tugas presentasi mahasiswa.

(32)

3

tertulis dan mahasiswa harus mencari informasi mengenai mata kuliah wajib dan mata kuliah pilihan, rutin membaca aturan perkuliahan dan rutin mengikuti ujian. Di Jerman, tidak ada evaluasi nilai yang telah diperoleh mahasiswa pada tiap semesternya. Mahasiswa diwajibkan untuk mengevaluasi sendiri nilai yang telah diperolehnya. Secara umum, ada dua jenis ujian yaitu ujian kecil tertulis yang berpuluh-puluh kali terjadi selama perkuliahan berlangsung, dan ujian besar tertulis atau lisan, yang terkadang terdiri atas beberapa mata kuliah yang berkaitan sekaligus. Materi ujian yang banyak, mengharuskan mahasiswa memulai belajar tiga minggu sebelum ujian dilaksanakan dan harus memperhitungkan faktor bahasa Jerman yang tingkat kesulitannya relatif tinggi. Apabila mahasiswa tidak dapat memenuhi standar kelulusan ujian sebanyak tiga kali pada satu tahun maka studi lanjut mahasiswa tersebut akan diputus, mahasiswa akan dikeluarkan dari jurusan tersebut dan tidak diperkenakan studi lanjut di seluruh perguruan tinggi Jerman dengan jurusan yang sama. Untuk tetap mendapatkan beasiswa, mahasiswa harus lulus tiap mata kuliah dengan nilai minimal 2,5 (ekuivalen dengan nilai C+ dalam system penilaian di Indonesia). Apabila beasiswa diputus, mahasiswa harus mengembalikan seluruh biaya beasiswa yang telah digunakannya dan harus pulang ke tanah air saat itu juga atau melanjutkan studi lanjut di Jerman dengan biaya sendiri.

(33)

4

mengakibatkan mahasiswa tersebut mungkin akan lebih senang bekerja daripada studi lanjut.

Sistem pendidikan sangat berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia yang belum sepenuhnya menuntut kemandirian bagi mahasiswanya. Oleh karenanya terdapat kesan jika mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di Jerman, sangat sulit mempertahankan prestasi akademiknya, sangat sulit mendapat nilai yang memenuhi standar minimal kelulusan yang pada akhirnya mahasiswa akan sulit mempertahankan beasiswa dan bahkan untuk mendapat ijazah Jerman. Dikutip dari sebuah harian Jerman, sebuah studi yang diadakan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin menyebutkan, sekitar 70% mahasiswa Indonesia harus kembali ke tanah air tanpa membawa gelar kesarjanaan Jerman, 20% diantaranya merupakan mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa (Suddeutsche Zeitung , Senin, 6 September 2004). Menurut data dari sumber yang sama, penyebab kegagalan itu lebih dikarenakan para mahasiswa tersebut tidak dapat mengatur waktunya dengan baik, malas mencari literatur dan mencari referensi, jarang hadir kuliah karena tidak mempersyaratkan kehadiran dengan presentase tertentu. Akibatnya saat ujian besar, banyak diantaranya yang gagal.

(34)

5

mereka merasa pasti akan gagal lagi. Akibatnya banyak dari mereka lebih memilih bekerja ilegal agar dapat menghasilkan uang yang banyak untuk persiapan jika kelak studi lanjutnya diputus.

Selain itu, menurut HC (alumnus 2004 fakultas teknik Uni di kota Berlin) mengatakan bahwa keberhasilannya untuk menyelesaikan studi lanjut di Jerman mungkin karena dirinya berusaha untuk selalu hadir dalam perkuliahan, membaca referensi yang berkaitan sebelum perkuliahan dimulai, aktif di kelas, merekam penjelasan dosen yang kemudian dicatat pada saat dirinya mempelajari kembali materi tersebut, berusaha untuk tertarik pada setiap mata kuliah dan dirinya selalu membuat jadwal belajar harian yang harus dipatuhinya serta target nilai untuk setiap mata kuliah.

Kunci penyelesaian dari pelbagai hambatan yang dijumpai oleh mahasiswa yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman sangat tergantung pada diri mahasiswa yang bersangkutan. Apabila mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk menyelesaikan studi lanjut di Jerman dan memiliki keyakinan bahwa studi lanjut di Jerman itu merupakan tugas yang penting dan berguna bagi masa depannya maka hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku yang akan ditampilkan mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa dalam upayanya menyelesaikan studi lanjut di Jerman.

(35)

6

models of motivation yang diutarakan oleh Pintrich & Schunk tahun 2002.

Expectancy merupakan actual beliefs yang terdapat dalam diri seseorang tentang

kemampuannya untuk melakukan tugas dan berhasil menyelesaikannya. Pengalaman dan kejadian-kejadian selama kegiatan akademik serta kemampuan yang dimiliki, akan mempengaruhi keyakinan mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa dalam menyelesaikan studi lanjut di Jerman dengan nilai akademis yang memuaskan.

Task - value merujuk kepada beliefs yang dimiliki mahasiswa mengenai

alasan mereka memilih suatu tugas. Apabila studi lanjut di Jerman dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat, sesuatu yang penting, sesuatu yang memberikan makna

reward, maka menurut Pintrich & Schunk tahun 2002, mahasiswa tersebut memiliki

task value yang tinggi. Mendapat gelar kesarjanaan Jerman dipandang sebagai

sesuatu yang membanggakan dan berharga untuk masa depan mahasiswa. Oleh karenanya, mahasiswa akan menjalankan studi lanjut di Jerman dengan sungguh-sungguh, mengerjakan tugas dengan serius dan aktif dalam perkuliahan.

Menurut Pintrich & Schunk tahun 2002, komponen expectancy dan task

value sangat penting untuk memprediksi keberhasilan individu dalam melakukan

tugas, memilih tugas dan menentukan masa depan. Oleh karenanya expectancy dan

task value dapat memprediksi perilaku yang akan ditampilkan mahasiswa Indonesia

yang mendapat beasiswa dalam upayanya menyelesaikan studi lanjut di Jerman. Menurut Pintrich & Schunk, perilaku ini disebut achievement behavior.

(36)

7

usaha yang dikeluarkan, keterlibatan kognitif dalam mengerjakan tugas dan

performance actual yang ditampilkan.

Peneliti melakukan wawancara kepada 10 mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa mengenai penghayatan mereka untuk dapat menyelesaikan studi lanjut di Jerman. Terdapat 50% mahasiswa yang mengatakan, menyukai kegiatan akademik ini karena sesuai dengan minat dan cita-citanya, mereka menganggap studi lanjut di Jerman yang sedang dijalani cukup penting dan berguna karena dapat membantunya untuk mencari pekerjaan kelak dan yakin dapat menyelesaikan studi lanjut dengan nilai yang memenuhi standar kelulusan minimal. Saat ini mahasiswa-mahasiswa tersebut melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, berusaha selalu hadir dalam perkuliahan, aktif dalam kelas, mencari literatur dan referensi lain, serta belajar dengan giat.

Sebanyak 20% mahasiswa yang mengatakan, tidak menyukai beberapa mata kuliah tertentu karena tingkat kesulitan yang tinggi. Hal itu membuat mereka tidak yakin mampu menyelesaikan studi lanjut namun sebenarnya mereka yakin studi lanjut di Jerman berguna bagi masa depannya. Saat ini mereka sering tidak hadir perkuliahan, malas belajar, dan cenderung memilih untuk mengerjakan hal lain yang lebih menarik minatnya.

(37)

8

memanfaatkan fasilitas beasiswa mengingat tidak semua orang mendapat kesempatan serupa. Ini berarti dirinya memang memiliki kapabilitas untuk studi lanjut di Jerman.

Sebanyak 20% sisanya mengatakan, studi lanjut di Jerman hampir tidak mempunyai manfaat bagi dirinya. Apabila terjadi kemungkinan terburuk, yaitu beasiswa dihentikan, menurutnya dirinya sanggup mengembalikan seluruh biaya beasiswa yang telah digunakannya dan masih dapat meneruskan studi lanjut dengan biaya sendiri. Oleh karenanya mahasiswa tersebut sudah merasa puas apabila sekedar mendapat nilai cukup untuk dinyatakan lulus ujian.

Berdasarkan hasil wawancara di atas terlihat bahwa gejala – gejala expectancy dan task value yang dihayati oleh mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman bervariasi. Gejala tersebut memprediksi kuat - lemahnya

achievement behavior untuk mencapai tujuan menyelesaikan studi lanjut di Jerman

dengan nilai yang memenuhi standar minimal kelulusan. Untuk itu, peneliti tertarik untuk melihat bagaimanakah gambaran expectancy - task value terhadap keberhasilan studi pada mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah maka masalah yang akan diteliti diidentifikasi sebagai berikut: “Bagaimanakah gambaran expectancy - task

value terhadap keberhasilan studi pada mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa

(38)

9

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat expectancy - task

value terhadap keberhasilan studi pada mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa

studi lanjut di Jerman. 1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran komprehensif derajat expectancy - task value terhadap keberhasilan studi pada mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman.

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan Teoretis

- Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pemahaman bagi pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan yang berkaitan dengan expectancy dan task value.

- Digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya mengenai komponen

expectancy dan task value.

1.4.2 Kegunaan Praktis

(39)

10

1.5 KERANGKA PIKIR

Mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman berada pada masa dewasa awal. Individu dewasa awal memiliki kesadaran yang besar dalam komitmen untuk memilih pekerjaan. Untuk dapat memilih pekerjaan yang berkualitas, individu berupaya untuk meningkatkan kompetensinya, salah satunya dengan memilih melanjutkan jenjang perguruan tinggi di luar negeri yaitu Jerman. Proses berpikir telah mencapai tahap formal operational, yaitu tahap kognitif yang memungkinkan individu untuk berpikir abstrak, melihat hubungan timbal balik, berpikir hipotetik, dan membuat perencanaan. Potensi ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk merencanakan energi dalam diri mahasiswa Indonesia untuk belajar dengan perfomance yang baik. Selain itu kehidupan emosinya sudah seharusnya mencapai kematangan dan mampu mengembangkan minat, mengatasi masalah-masalah yang ada dalam kegiatan akademik secara proposional. Kedua potensi ini membuat individu mampu mengelola energi untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal.

Prestasi belajar yang maksimal mahasiswa Indonesia yang mendapat studi lanjut di Jerman akan dilatarbelakangi oleh adanya keyakinan yang mengarahkan individu untuk mencapai prestasi tersebut. Salah satu aspek psikologis yang dibutuhkan individu untuk menampilkan perilaku ke arah tujuan tertentu adalah motivasi. Motivasi berprestasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah motivasi dengan perspektif kognitif atau disebut dengan motivational belief. Motivational

(40)

11

mengarahkan perilaku kepada tujuan tertentu. Menurut Pintrich & Schunk (2002),

expectancy dan task value merupakan komponen penting dalam motivasi yang

berisikan sistem beliefs. Komponen ini dapat memprediksi tingkah laku yang akan dipilih mahasiswa, tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas, keteguhan dalam mengerjakan tugas dan pencapaian aktual mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa dalam menyelesaikan studi lanjut di Jerman dengan nilai yang memenuhi standar minimal kelulusan.

Expectancy adalah actual beliefs yang terdapat dalam diri seseorang tentang kemampuannya untuk melakukan tugas dan berhasil menyelesaikannya. Expectancy memiliki tiga aspek yaitu: (1) Expectancy for success, (2) Task specific self-concept, dan (3) Perception of task difficulty. Expectancy for success adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil menyelesaikan suatu tugas. Apabila seorang mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa yakin akan berhasil menyelesaikan studi lanjutnya maka akan meningkatkan actual beliefs dalam dirinya, yaitu mampu menyelesaikan tugas-tugas dalam studi lanjut dan berhasil dengan nilai yang memenuhi standar minimal kelulusan.

Task specific self-concept merupakan konsep dirinya atas kemampuannya

(41)

12

Perception of task difficulty merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang

yang berkaitan dengan penghayatan dirinya atas kesulitan suatu tugas. Penghayatan mahasiswa yang mendapat beasiswa terhadap tingkat kesulitan selama menjalani studi lanjut di Jerman. Apabila dirinya memiliki penghayatanbahwa tingkat kesulitan semua tugas selama menempuh studi lanjut di Jerman relatif dapat ditolerir dan ia merasa mampu untuk mengatasinya, mahasiswa tersebut akan memiliki keyakinan yang tinggi tentang kemampuannya dan meningkatkan peluangnya untuk melakukan tugas-tugas dalam studi lanjut dan berhasil menyelesaikannya dengan nilai memuaskan.

Task value merujuk kepada beliefs yang dimiliki seseorang mengenai alasan

mereka memilih suatu tugas. Apabila studi lanjut di Jerman dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat, sesuatu yang penting, sesuatu yang memberikan makna

reward, maka menurut Pintrich & Schunk (2002), mahasiswa tersebut memiliki task

value yang tinggi. Mendapat gelar kesarjanaan Jerman dipandang sebagai sesuatu

yang membanggakan dan berharga. Task - value mengandung empat aspek,yaitu: (1)

Importance,(2) Interest, (3)Utility value, dan (4) Cost belief. Importance adalah belief

(42)

13

Aspek kedua dari task value adalah interest yang merupakan belief yang dimiliki individu bahwa dirinya menyukai atau berminat untuk mengerjakan suatu tugas. Interest lebih mengarah pada arti dari mengerjakan suatu tugas, dan kenikmatan dari proses mengerjakan sebuah tugas, bukan analisis dari hasil akhir sebuah tugas. Mahasiswa Indonesia dapat dikatakan memiliki interest yang tinggi apabila dirinya memiliki belief bahwa dirinya menikmati saat-saat mengerjakan semua tugas selama menempuh studi lanjut di Jerman. Apabila interest yang dimiliki mahasiswa tersebut tinggi, maka task value dirinya akan tinggi pula dan mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa akan lebih terlibat dalam tugas, bertahan lebih lama, dan secara intrinsik termotivasi kepada tugas-tugasnya selama menjalani studi lanjut di Jerman.

Apek ketiga dari task - value adalah utility value yang merupakan belief yang dimiliki seseorang mengenai kegunaan dari tugas-tugas bagi seseorang dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan masa depan mereka, termasuk tujuan karir. Sebagai contoh, seorang mahasiswa mungkin tidak memiliki minat intrinsik yang tinggi terhadap kimia organik, tetapi karena ia ingin menjadi seorang dokter medis, mata pelajaran ini mempunyai nilai manfaat yang tinggi bagi dirinya. Ini merupakan alasan ekstrinsik mengapa mereka harus atau mau mengerjakan tugas-tugas studi lanjut di Jerman. Apabila mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa memiliki

belief bahwa studi lanjut di Jerman akan berguna untuk masa depan mereka, termasuk

(43)

14

Aspek terakhir dari value adalah cost belief, merupakan belief yang dimiliki seseorang bahwa untuk mengerjakan tugas diperlukan sejumlah usaha dan semacam “biaya” atau pengorbanan. Misalnya, seorang mahasiswa Indonesia mungkin tidak akan memilih untuk melanjutkan kelas sains atau matematika karena dia merasa terlalu banyak usaha yang akan dibutuhkan untuk mengikuti kelas tersebut. Jika mata kuliah ini terlalu memakan waktu dan usaha, mereka akan kehilangan waktu untuk melakukan kegiatan lain, seperti kencan, olahraga dan kegiatan sosial lainnya. Mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa memilih untuk mengerjakan tugas-tugasnya dan mengorbankan kegiatan lain seperti bersosialisasi dan bekerja sampingan maka dapat dikatakan bahwa dirinya memiliki cost belief yang tinggi dan hal tersebut akan meningkatkan task value dalam dirinya.

Apabila mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan dan peluang untuk berhasil menyelesaikan studi lanjut di Jerman (expectancy) dan dirinya berkeyakinan bahwa studi lanjut di Jerman itu memiliki manfaat dan penting bagi masa depannya (task - value), maka peluang munculnya perilaku berprestasi tinggi. Sebaliknya apabila dirinya kurang yakin akan kemampuannya dan kurang tidak berkeyakinan bahwa studi lanjut di Jerman itu memiliki manfaat dan penting bagi masa depannya maka peluang munculnya perilaku berprestasi rendah. Apabila mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa memiliki

expectancy tinggi dan task - value rendah, perilaku berprestasi diprediksikan rendah

(44)

-15

value tinggi, maka prediksi perilaku berprestasi rendah karena tujuan yang

direncanakan tidak diimbangi dengan faktor pendorong dari dalam diri yang memadai.

Mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa dalam menyelesaikan studi lanjut di Jerman dipengaruhi oleh social world. Social world meliputi cultural milieu,

socializers behaviors, dan past performance and events. Social world yang pertama

adalah cultural milieu (budaya pergaulan). Value dapat dilihat sebagai produk dari budaya, lembaga dan tekanan personal terhadap individu. Di kalangan masyarakat, keberhasilan menyelesaikan studi lanjut di Jerman memiliki nilai prestise tersendiri dan merupakan suatu hal yang membanggakan, sehingga keadaan ini akan mempengaruhi task value mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman.

Social world yang kedua adalah socializers behaviors. Interaksi mahasiswa

(45)

16

Social world yang terakhir adalah past performance and events yang pernah

dialami oleh seseorang. Pengalaman ini berkaitan dengan hal-hal atau kejadian-kejadian selama menjalani studi lanjut di Jerman. Pengalaman ini akan mempengaruhi expectancy-task value mahasiswa Indonesia tersebut, misalkan: mahasiswa selalu lulus ujian dan hambatan yang dialami relatif dapat ditolerir maka mahasiswa tersebut akan memiliki expectancy yang tinggi untuk berhasil menyelesaikan studi lanjut di Jerman serta task - value yang tinggi bahwa studi lanjut ini penting, berguna dan menarik. Hal ini akan menyebabkan mahasiswa menunjukkan perilaku berprestasi yang kuat, seperti lebih tekun belajar.

Pada diri mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa terjadi cognitive

proccesess yang meliputi: perceptions of social environment dan interpretations and

attributions for past event. Di dalam proses kognitif, mahasiswa Indonesia yang

mendapat beasiswa membentuk persepsi-persepsinya terhadap lingkungan sosial dan menginterpretasikan hal-hal yang terjadi di masa lalu.

Social World dan Cognitive proccesess yang terjadi mempengaruhi

motivational beliefs, meliputi: affective memories, goals, judgement of competence

and self-schemas dan perceptions of task difficulty. Affective memories adalah

memori atau pengalaman seseorang selama mengerjakan tugasnya. Affective

memories berperan penting terhadap pembentukan task value mahasiswa. Apabila

(46)

17

mahasiswa cenderung menghindar dalam mengerjakan tugas bahkan tidak menjalani studi lanjut secara optimal. Antara affective memories dengan aspek motivational

beliefs yang lain itu saling mempengaruhi.

Goals merupakan perwakilan kognitif mengenai apa yang ingin dicapai atau

diusahakan individu. Goals ini dibentuk oleh self-schemas yang mengacu belief dan

self-concept individu terhadap dirinya sendiri. Setiap mahasiswa Indonesia yang

mendapat beasiswa memiliki belief tentang orang seperti apa atau ingin jadi orang yang seperti dirinya, termasuk belief tentang kepribadian atau identitas mereka.

Perceptions of task difficulty merupakan penilaian individu terhadap tingkat kesulitan

suatu tugas. Mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa akan menilai tingkat kesulitan selama menjalani studi lanjut di Jerman akan menentukan apakah mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa akan memilih untuk menyelesaikan studi lanjut di Jerman dengan nilai yang memuaskan. Aspek motivational beliefs ini akan membentuk expectancy-task value mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa saat menempuh studi lanjut di Jerman.

(47)

18

mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa melakukan interpretasi dan penilaian terhadap kejadian-kejadian masa lalu dan saat ini yang berkaitan dengan studi lanjut di Jerman. Proses kognitif ini akan mempengaruhi munculnya afek tertentu terhadap studi lanjut di Jerman. Afek ini akan menjadi bagian pengalaman dalam diri yang akan membentuk keyakinan akan nilai dan keberartian tugas. Makin ia suka pada studi lanjut di Jerman dan makin senang belajar, makin kuat munculnya keyakinan akan alasan-alasan yang tepat untuk melakukan tugas-tugasnya. Afek ini akan mempengaruhi munculnya task – value.

Persepsi , interpretasi dan attribusi pada pengalaman masa lalu akan mengarahkan mahasiswa Indonesia untuk menentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang hendak dicapai. Mahasiswa Indonesia juga akan membuat keputusan-keputusan akan kompetensi dan self schema. Kompetensi mencakup keyakinan akan kemampuan, sedangkan self schema menunjukkan penilaian mahasiswa Indonesia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang yang mampu atau tidak mampu. Selain itu, proses kognitif melandasi pula munculnya persepsi terhadap kesulitan tugas. Jika ia memaknakan tugas sebagai sesuatu yang mudah, akan membentuk keyakinan akan nilai yang tinggi dan keyakinan akan kemampuan diri yang tinggi pula. Goal, keputusan akan kemampuan dan self schema, serta persepsi terhadap kesulitan tugas akan membentuk expectancy dan task – value pada mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman.

(48)

19

expectancy dan task value. Keadaan tinggi – rendahnya expectancy dan task value itu

(49)

20

Bagan Kerangka Pikir

Social World 1. Cultural millieu 2. Socializers’ behaviors 3. Past performances and events

MAHASISWA INDONESIA YANG MENDAPAT BEASISWA

STUDI LANJUT di JERMAN

Cognitive Processes

1. Perceptions of social environment 2. Interpretationand attributions for past

events

Motivational Belief: 1. Goals

2. Judgements of competence and self-schemas

3. Perceptions of task difficulty

Motivational Belief:

Expectancy for success

Task specific self-concept

Perception of task difficulty

tinggi rendah tinggi rendah

Achievement Behavior

lemah kuat

(50)

21

Asumsi yang sudah diterapkan pada penelitian:

• Mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman

merupakan individu dewasa awal yang memiliki tugas perkembangan untuk mandiri dan memiliki potensi kognitif yang tinggi sehingga dapat merencanakan energi dalam diri untuk belajar.

• Dalam belajar, mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa studi lanjut di

Jerman diharapkkan mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Prestasi belajar yang tinggi dilatarbelakangi oleh expectancy dan task value.

Expectancy dan task value mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa

dapat dipahami sebagai proses kognitif melalui pemaknaan stimulus di social

world dan diolah dalam diri melalui cognitive processes dan motivational

belief.

Expectancy – task value mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa dapat

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan disampaikan kesimpulan-kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya dan diakhiri dengan saran teoretik dan praktis.

5.1 Kesimpulan

- Gambaran expectancy – task value pada mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman menunjukkan expectancy dan

task-value tinggi sebesar 58,2%, expectancy tinggi dan task-value rendah

sebesar 20,9%, expectancy rendah dan task-value tinggi sebesar 11,6%, dan expectancy dan task-value rendah sebesar 9,3%.

Artinya 58,2% diprediksikan memunculkan achievement behavior tinggi dan selebihnya memprediksikan achievement behavior yang rendah.

- Mahasiswa yang menghayati expectancy – task value tinggi sebesar

58,2%, jika ditinjau dari aspeknya, aspek expectancy for success menunjukkan persentase terbesar yaitu 58,2%.

- Mahasiswa yang menghayati expectancy - task value tinggi sebesar 58,2%, jika ditinjau dari aspeknya, aspek importance dan uttility value menunjukkan persentase terbesar yaitu 58,2%.

(52)

62

studi lanjut di Jerman dan alasan mereka memilih studi lanjut di Jerman. Persepsi lingkungan terhadap studi lanjut di Jerman dan Alasan mereka memilih studi lanjut di Jerman berkaitan dengan tinggi rendahnya

expectancy – task value.

- Tinggi rendah nya expectancy – task value dapat dilihat dari faktor

socializers behavior, melalui: dukungan orang tua dan keluarga, dan

pengaruh teman dalam menjalani studi lanjut. Dukungan orang tua serta keluarga dan pengaruh teman dalam menjalani studi lanjut berkaitan dengan tinggi rendahnya expectancy – task value.

- Tinggi rendah nya expectancy – task value juga dapat dilihat dari past

perfomance and event, yang dijaring melalui: pengaruh atas kegagalan

(53)

63

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

- Perlu diadakan penelitian untuk melihat hubungan expectancy - task value dengan achievement behavior sehingga dapat diketahui sejauh mana

expectancy – task value menjadi prediktor bagi achievement behavior.

5.2.2 Saran Praktis

- Bagi mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberika informasi bagi mahasiswa yang mendapat beasiswa studi lanjut di Jerman untuk mengenal aspek expectancy –task value agar mereka mampu mencapai prestasi akademik yang tinggi.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson,John W. 1964. An Introduction to Motivation. Canada : D. Van Nostrand Company, Inc.

Pintrich, Paul R. 2002. Motivation in Education : Theory, Research & Application,2nd

Edition. New Jersey:Merrill-Prentice Hall.

Santrock, John W.2004. Life-Span Development. 9th edition. The Mc.Graw-Hill

Companies, Inc All rights reserved, inc 1221.

Santrock, John W.2003. Terjemahan Life-Span Development (Perkembangan masa

hidup), 6th edition, jilid II. Jakarta: Erlangga.

Masri Singarimbun, Sofyan Effendy. 1995. Metode Penelitian Survay, edisi revisi. Jakarta : PT. Pustaka LP3EF.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta.

(55)

DAFTAR RUJUKAN

www.dis.or.id www.dikti.org www.ppijerman.de www.daadjkt.com

www.beasiswa.wordpress.com http://vitasari.multiply.com

Gambar

Tabel 5.1 Aspek-aspek Expectancy * Expectancy Crosstabulation
Tabel 5.3 persepsi lingkungan terhadap studi lanjut di Jerman * Expectancy - Task - Value Crosstabulation
Tabel 5.8 kegiatan diskusi bersama teman lain * Expectancy - Task - Value Crosstabulation

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel terikat. Adapun metode statistik yang

Interview ini bertujuan sebagai salah satu sumber data untuk skripsi dengan judul “Analisis Fasilitas Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Bahan Baku Untuk Pembuatan Komponen

Terdapat kejadian khusus berupa ……… (jelaskan apabila terdapat masalah seperti tidak hadirnya saksi pasangan calon, adanya keberatan dari saksi pasangan calon, adanya

Catatan peneliti tentang kesepakatan Penyuluh KB dengan PPKB-RW sebagai berikut: penyuluh KB akan segera mendistribusikan formulir pendataan; Kegiatan kunjungan rumah sudah

Hubungan antara pembelian impulsif dengan penyesalan pasca pembelian pada konsumen Sogo PVJ Di Bandungi. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Untuk melindungi dokter yang merawat pasien di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang dari tuntutan hukum apabila pasien yang di rawat minta pulang paksa sedangkan kondisinya belum

4.3, yang terdiri dari menu : penjualan, pembelian, master, keuangan, laporan, ganti.. password,

Pada zaman Yesus, bangsa Yahudi memiliki semua kitab tersebut; Namun, mereka menempatkannya dalam susunan yang berbeda.. Marilah kita melihat ayat di dalam Perjanjian Baru