• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE RESITASI BERBANTUAN MEDIA KARTU TANYA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH METODE RESITASI BERBANTUAN MEDIA KARTU TANYA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE RESITASI BERBANTUAN MEDIA KARTU TANYA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS NONFIKSI

DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR GUGUS VII KEC.PALLANGGA

KAB.GOWA

THE EFFECT OF QUESTION CARD ASSISTED RECITATION METHOD ON THENON-FICTION WRITING SKILLS AND LEARNING

MOTIVATION OF FIFTH GRADE STUDENTS IN ELEMENTARY SCHOOL CLUSTER VII

KEC. PALLANGGA KAB. GOWA

TESIS

Oleh:

NURSANI

Nomor Induk Mahasiswa: 105.06.04.037.19

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v ABSTRAK

Nursani. 2022. Pengaruh Penggunaan Metode Resitasi Berbantuan Media Kartu Tanya Terhadap Keterampilan Menulis Teks Nonfiksi dan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus VII Kec.Pallangga Kab.

Gowa. Dibimbing oleh Sulfasyahdan Sitti Aida Asis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi dan motivasi belajar siswa kelasV SD.

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent control group desaign. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V sekolah dasar di Gugus VII Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan yang terdiri atas empat sekolah dengan jumlah keseluruhan siswa sebanyak 123 orang.

Sampel penelitian sebanyak dua kelas lima dari sekolah yang berbeda yang dipilih secara acak yaitu kelas V SDI Parangabanoa dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang dan SDN Cambaya terdiri atas 20 siswa. SDI Parangabanoa ditunjuk sebagai kelas eksperimen dan SDN Cambaya sebagai kelas kontrol. SDI Parangabanoa ditunjuk sebagai kelas eksperimen dan SDN Cambaya sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data keterampilan menulis siswa dilakukan dengan teknik tes sedangkan data motivasi melalui teknik angket. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan SPSS 21.0

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa keterampilan menulis teks nonfiksi dan motivasi belajar siswa lebih tinggi dibanding kelas kontrol.

Sedangkan pada uji manova diperoleh signifikansi sebesar 0,024. Nilai singnifikansi ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti terdapat pengaruh metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi dan motivasi belajar secara simultan. Berdasarkan analisis deskriptif dan inferensial, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi dan motivasi belajar siswa kelas V sekolah dasar gugus VII Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.

Kata Kunci: Metode Resitasi, Media Kartu Tanya, Keterampilan Menulis, Motivasi

(7)

vi ABSTRACT

Nursani. 2022. The Effect of Question Card Assisted Recitation Method on The Non-Fiction Writing Skills and Learning Motivation of Fifth Grade Students in Elementary School Cluster VII Kec.Pallangga Kab. Gowa.

Supervised by Sulfasyah and Sitti Aida Asis.

This study aimed to assess the effect of question-card-assisted recitation method on the non-fiction text writing skills and learning motivation of fifth grade students.

It is quasi-experimental research with a nonequivalent control group design. The population of the study included all fifth-grade elementary schools in Cluster VII, Pallangga District, Gowa, South Sulawesi, which consisted of 4 schools. Two schools in the cluster were randomly selected.

They were Parangabanoa Elementary School, consisted of 21 students, and Cambaya Elementary School, with 20 students.The first was assigned as the experimental class and the latter as the control class. A writing test was used to measure students’ non-fiction writing skills.

The results of the descriptive analysis showed that the non-fiction writing skills and student motivation were higher than the control class.

Meanwhile, in the manova test, a significance value of 0.024 was obtained.

This significance value is smaller than 0.05 which means that there is an effect of the recitation method assisted by the question card media on the skills of writing non-fiction texts and learning motivation simultaneously.

Based on the descriptive and inferential analysis, it can be concluded that there is an effect of the question card-assisted recitation method on the skills of writing non-fiction texts and the learning motivation of fifth grade elementary school students in Group VII of Pallangga District, Gowa Regency.

Keywords: Recitation Method, Question Card Media, Writing Skills, Motivation

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt atas berkat rahmat dan karunian-Nya sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik. Tesis ini berjudul: “Pengaruh Metode Resitasi Berbantuan Media Kartu Tanya terhadap Keterampilan Menulis Teks Nonfiksi dan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus VII Kec.Pallangga Kab. Gowa”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Magister Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis dalam menyelesaikan tugas ini banyak mendapat bantuan.

Oleh karena itu sepatutnya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada ayah dan ibu tercinta Sudirman Dg Paggo dan Hj. Sittiara Dg Ngintang.Terkhusus pada suami tercinta Suhardi. Kepada buah hati, Nur rezky Amalia, St. Rufaida Anisa dan Muh.Rady Al- Mardy, dan seluruh keluarga dan kerabat terima kasih atas segala bantuan dan motivasinya selama penulis menyusun tesis ini, dan telah mendoakan dan merelakan segalanya demi tercapainya apa yang dicita-citakan selama ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan terkhusus kepada Hj. Sulfasyah, S. Pd., M.A., Ph.D pembimbing I dan Dr.

Sitti Aida Azis, M. Pd pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan semangat kepada penulis sejak penyusunan proposal dan sampai pada selesainya

(9)

viii

tesis ini. Peneliti belajar banyak dari bapak dan ibu.

Selanjutnya peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. H. Ambo Asse M. Ag Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. H. Darwis Muhdina, M. Ag Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar. Hj. Sulfasyah, S. Pd., M.A., Ph.D Ketua Program Studi Magister Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mengajar dan mendidik mulai dari semester awal hingga penulis menyelesaikan studinya di perguruan tinggi ini.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga pula kepada Bapak H.Amir,S.Sos, Kepala SDI Parangbanoa,Ibu Syamsinar, S,Pd,Kepala SDN Cambaya.Serta Bapak Dewasa,S.Pd, guru kelas V SD Inpres Parangbanoa,Ibu St Nuraeni,S.Pd.,I Cambaya,yang dengan tangan terbuka telah memberikan ruang kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian dan memberi masukan kepada penulis selama melaksanakan penelitian, serta teman-teman mahasiswa seperjuangan Magister Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan 2019 terkhusus Kelas B dan kelas konsentrasi Bahasa Indonesia.

Penulis menyadari akan segala keterbatasan kekurangan dari isi maupun tulisan tesis ini. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk kemudian menjadi bahan perbaikan karya ini. Semoga

(10)

ix

hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi kemajuan Pendidikan di Indonesia (Aamiin).

Makassar, April 2022

Nursani

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kajian Teoritis ... 11

1. Hasil Belajar ... 11

2. Metode Resitasi ... 13

3. Metode Tanya Jawab ... 24

4. Keterampilan Menulis ... 25

5. Teks Nonfiksi ... 30

(12)

xi

6. Motivasi Belajar ... 32

B. Kajian Penelitian yang Relevan... 38

C. Kerangka Pikir ... 40

D. Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Definisi Operasional Variabel ... 49

G. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

B. Pembahasan ... 62

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Simpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFAR PUSTAKA ... 70

RIWAYAT HIDUP ... 75

LAMPIRAN... 76

(13)

xii

DAFTAR TABEL

3.1 Desain Penelitian ... 43

3.2 Populasi Penelitian ... 44

3.3 Sampel Penelitian ... 45

3.4 Skala Penilaian Keterampilan Menulis ... 46

3.5 Aspek Penilaian Angket ... 47

3.6 Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar ... 48

3.7 Interval Kriteria Motivasi Belajar ... 48

3.8 Kolmogrof Sminov ... 51

3.9 Hasil Validasi Instrumen ... 53

4.1 Hasil Pretest-Postest Keterampilan Menulis Teks Nonfiksi ... 54

4.2 Frekuensi Pretest Keterampilan Menulis Teks Nonfiksi ... 55

4.3 Frekuensi Postest Keterampilan Menulis Teks Nonfiksi ... 56

4.4 Hasil Motivasi Belajar ... 57

4.5 Frekuensi Motivasi Belajar ... 58

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Bagan kerangka pikir ... 41

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Surat Penelitian ... 76

Lampiran RPP dan Soal ... 80

Lampiran Hasil Kerja Siswa ... 105

Lampiran Nilai Pretes Postest ... 126

Lampiran Hasill Statistik Penelitian ... 137

Lampiran Validasi Instrumen Penelitian ... 143

Lampiran Dokumentasi ... 162

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

“Pendidikan adalah proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Olehnya itu yang memegang peranan penting dalam membangun sumber daya manusia baik di bidang intelektual, emosional, sosial maupun spiritual adalah pendidikan dasar. Dalam upaya peningkatan pembangunan manusia bukan hanya sebagai objek tetapi juga menjadi subjek.

Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Gowa juga telah mencanangkan kembali sebuah peraturan daerah baru yakni mengatur tentang SKTB atau kelas tuntas berkelanjutan, yaitu Perda No 10 tahun 2013 “Proses pembelajaran yang mengembangkan potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan kurikulum secara tuntas, naik kelas secara otomatis, dan menyelesaikan studi pada waktunya atau lebih cepat”. Berdasarkan dikorda (2013:103) tentang buku panduan dan modul pembelajaran mengacu pada kurikulum, deteksi dini, satuan kredit semester (SKS), penilaian, remedial atau klinik dini serta pengayaan.

Terkait hal tersebut kurikulum 2013 tentang pengembangan kompetensi

(17)

siswa dalam mencapai standar kelulusan pada pelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat ranah yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Keterampilan menulis ditempatkan pada tataran tertinggi dalam proses pemerolehan bahasa oleh para ahli bahasa karena keterampilan ini dianggap hanya dapat diperoleh setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca (Nurmaisyah dan Hamdu, 2018: 87). Menurut Mahmud (2019), pada keterampilan menulis siswa tidak hanya dituntut untuk menuangkan ide ke dalam tulisan, tetapi juga gagasan, konsep dan perasaannya sehingga keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan yang sangat kompleks.

Tidak hanya ditempatkan pada tataran tertinggi dalam proses pemerolehan bahasa, menulis juga memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan kecerdasan siswa. Piaget (dalam Sulfasyah, 2016:

2) menjelaskan pandangannya tentang menulis bahwa menulis merupakan faktor kunci kemampuan penalaran yang lebih tinggi. Melalui kegiatan menulis, siswa melatih kemampuannya merekonstruksi temuan atau gagasan-gagasannya ke dalam informasi tertulis. Selain itu, tanpa disadari oleh siswa kegiatan menulis menuntut siswa untuk banyak membaca, menyimak dan menganalisis informasi-informasi yang didapat guna memperkaya bahan tulisannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Zhao (dalam Huda, 2018: 18) yang menerangkan bahwa menulis memerlukan skemata yang baik. Skemata merupakan jaringan pengetahuan atau informasi yang diperoleh siswa baik secara langsung

(18)

3

maupun tidak langsung, yang pernah didengar, dilihat, maupun dibaca oleh siswa sehingga terekam ke dalam memorinya. Oleh karena itu semakin banyak informasi yang diperoleh siswa melalui berbagai metode, skematanya juga akan semakin baik. Sebagai tambahan, menulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena membantu perkembangan keterampilan sosial dan kreativitas siswa, serta meningkatkan keterampilan berpikir kritis (Graham dkk., 2012; Tompkins, Campbell, Green, 2012). Ketiga keterampilan tersebut merupakan keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai siswa di abad 21.

Pentingnya keterampilan menulis juga dijelaskan dalam ajaran islam secara tersirat yang diperkuat dalam Al-Qur’an pada surah Al-Alaq (1- 5) dan surah Al-Qalam (1-5).

Q.S Al-Alaq (ayat 1-5)

Terjemahan:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan;

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha mulia; yang mengajar (manusia) dengan pena; Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui.”

Q.S Al-Qalam (ayat 1-5)

Terjemahan:

(19)

“Nun; demi pena dan apa yang mereka tuliskan; dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) ucapan orang gila; dan sesungguhnya anda pasti mendapat pahala yang besar dan tidak putus-putusnya; dan sesungguhnya engkau benar- benar berbudi pekerti yang luhur; maka kelak engkau akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat.”

Kedua ayat ini memberi isyarat untuk memerintahkan manusia mempelajari keterampilan menulis. Ayat tersebut pun menjelaskan bahwa, Allah swt telah mengajarkan manusia melalui perantara pena atau alat tulis yang merupakan media, sarana dan petunjuk serta menjadi pedoman manusia. Al Qur’an ditulis melalui pena sehingga disebut juga Al Kitab (yang ditulis).

Salah satu kemampuan menulis yang harus dikuasai oleh siswa di sekolah dasar adalah menulis teks nonfiksi yang tertuang dalam komptensi dasar di kelas lima. Teks nonfiksi adalah teks nonimajinatif yang bersifat faktual dan sistematis. Teks nonfiksi di kelas tinggi menekankan pada keterampilan menulis yang lebih kompleks dan aplikatif seperti membuat ringkasan, menulis teks prosedur, menulis deskripsi, surat, dan pengalaman pribadi, menyusun laporan sederhana, serta membuat iklan.

Berdasarkan fungsinya yang informatif, teks nonfiksi bermanfaat untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini didukung dengan pendapat Sullivan (dalam Coombs, 2013: 7) bahwa teks nonfiksi dapat merangsang kemampuan analisis dan keterampilan berpikir kritis siswa.

Pendapat ini didukung dengan hasil penelitian Barus (2016) dan Kaniati dkk (2018) yang menunjukkan bahwa teks nonfiksi bermanfaat untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa.

(20)

5

Sebagai teks yang bersifat informatif, melatih kemampuan menulis teks nonfiksi juga dianggap membantu siswa menambah wawasannya karena menuntut siswa untuk banyak membaca dan menyimak informasi guna memperkaya bahan tulisannya. Namun demikian fakta di lapangan menunjukkan bahwa minat siswa terhadap teks nonfiksi masih rendah sehingga kemampuan menulis teks nonfiksi siswa juga kurang memuaskan. Hal tersebut didasarkan pada hasil observasi prapenelitian pada siswa kelas V gugus VII Kec. Pallangga yang menunjukkan siswa tidak tertarik pada teks nonfiksi. Hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang tidak bersemangat mengikuti pembelajaran, banyak siswa yang tidak memperhatikan temannya ketika membacakan rangkumannya di depan kelas, dan hasil belajar siswa terkait menulis teks nonfiksi masih banyak yang berada di bawah standar nilai yang telah ditentukan.

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis siswa termasuk pada teks nonfiksi adalah metode pembelajaran yang kurang tepat. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, mereka masih menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam mengajar keterampilan menulis. Metode konvensional dianggap tidak cukup dalam mengajarkan keterampilan menulis kepada siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Sulfasyah, Haig, dan Barratt-Puth (2015) dalam penelitiannya mengenai bagaimana guru mengajarkan keterampilan menulis sebelum kurikulum 2013 yang menunjukkan bahwa masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional dalam mengajar menulis

(21)

meskipun tujuan kurikulum telah menekankan pendekatan yang lebih progresif. Pembelajaran menulis tidak cukup hanya dengan menggunakan metode konvensional. Siswa membutuhkan lebih banyak informasi untuk menulis, sementara pemerolehan informasi di kelas terbatas oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode yang tepat dalam melatih keterampilan menulis siswa khususnya keterampilan menulis teks nonfiksi.

Salah satu metode yang dianggap berpengaruh terhadap kemampuan menulis siswa adalah metode resitasi.

Metode resitasi adalah metode penugasan yaitu memberikan siswa tugas yang dikerjakan di luar jam pelajaran. Lebih lanjut, Djamarah (2010:

85) menjelaskan bahwa metode resitasi atau penugasan merupakan pemberian tugas tertentu kepada siswa agar melakukan kegiatan belajar di luar jam pelajaran yang dapat dilakukan di luar kelas, di rumah, bengkel, laboratorium, atau di mana saja asalkan dapat dikerjakan oleh siswa.

Metode resitasi memberi keleluasaan kepada siswa untuk mengumpulkan bahan tulisannya sehingga siswa dapat memperoleh skemata yang lebih baik dalam menyusun bahan yang akan ia tulis. Ada tiga fase dalam metode resitasi yaitu fase pemberian tugas, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban tugas (Djamarah, 2010: 86).

Beberapa hasil penelitian terkait metode resitasi menunjukkan bahwa penerapan metode resitasi dapat meningkatkan kemampuan menulis (Sofia, 2014; Winasti, 2016; Heryana, 2021)

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, metode resitasi

(22)

7

dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa namun, pembelajaran menulis khususnya teks nonfiksi yang bersifat sistematis memerlukan strategi agar siswa tidak bingung dalam menulis. Strategi yang dianggap tepat oleh peneliti adalah dengan memfasilitasi siswa media kartu tanya.

Media kartu kata memberikan arahan bagi siswa ketika menyusun atau mengorganisasikan gagasannya (Pinatih dkk, 2014).

Media kartu tanya merupakan media pembelajaran berupa kartu yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang akan memandu siswa mengerjakan tugas yang diberikan. Penggunaan media kartu tanya akan sangat membantu siswa dalam menulis teks nonfiksi karena pertanyaan- pertanyaan dalam kartu tanya akan mengarahkan siswa dalam menyusun bahan tulisannya. Dalam hal ini, siswa mengkosntruksikan sendiri pengetahuannya menulis teks nonfiksi melalui kartu tanya. Selain itu dengan adanya media kartu tanya, siswa akan merasa lebih tertarik untuk menulis.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Resitasi Berbantuan Media Kartu Tanya Terhadap Keterampilan Menulis Teks Nonfiksi dan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus VII Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang direncanakan dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan di atas adalah:

(23)

1. Bagaimanakah gambaran keterampilan menulis teks nonfiksi dengan penggunaan metode resitasi berbantuan media kartu tanya pada siswa Kelas V Gugus VII Kec. Pallangga Kab. Gowa

2. Bagaimanakah gambaran motivasi belajar dengan penggunaan metode resitasi berbantuan media kartu tanya pada siswa Kelas V Gugus VII Kec. Pallangga Kab. Gowa

3. Apakah ada pengaruh metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi pada siswa kelas V Gugus VII Kec.Pallangga Kab.Gowa?

4. Apakah ada pengaruh metode resiasi berbantuan media kartu tanya terhadap motivasi belajar pada siswa kelas V Gugus VII Kec.Pallangga Kab.Gowa.?

5. Apakah ada pengaruh metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi dan motivasi belajar pada siswa Kelas V Gugus VII Kec. Pallangga Kab. Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut pencapaian tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran keterampilan menulis teks nonfiksi dengan penggunaan metode resitasi berbantuan media kartu tanya pada siswa Kelas V Gugus VII Kec. Pallangga Kab. Gowa.

2. Untuk mengetahui gambaran motivasi belajar dengan penggunaan metode resitasi berbantuan media kartu tanya pada siswa Kelas V

(24)

9

Gugus VII Kec. Pallangga Kab. Gowa.

3. Untuk mengetahui adanya pengaruh metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap ketrampilan menulis teks nonfiksi pada siswa kelas V Gugus VII Kec.Pallangga Kab.Gowa.

4. Untuk mengetahui adanya pengaruh metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap motivasi belajar pada siswa kelas V Gugus VII Kec.Pallangga Kab.Gowa.

5. Untuk mengetahui adanya pengaruh metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi dan motivasi belajar pada siswa Kelas V Gugus VII Kec. Pallangga Kab. Gowa

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah wawasan dan referensi dalam hal penggunaan metode resitasi terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi dan motivasi dalam hasil belajar.

b. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode resitasi yang dipadupadankan dengan media kartu tanya terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi serta motivasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi laporan kepada Kepala Sekolah dan guru di gugus VII Kec.

Pallangga Kab. Gowa khususnya guru kelas V.

b. Memberikan masukan tentang penggunaan metode resitasi berbantuan kartu tanya terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi

(25)

dan motivasi belajar pada siswa kelas V Gugus VII Kec. Pallangga Kab. Gowa.

(26)

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Pendapat Aunurrahman (2009: 35) “ Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya” Sehubungan dari itu,, Slameto (2010: 2) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorng untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku seseorang melalui interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar merupakan sasaran utama dari kegiatan belajar mengajar. Tolok ukur kualitas suatu pembelajaran adalah hasil belajar.

Hasil belajar akan baik apabila proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Sudjana (2008: 22), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan proses pembelajaran

(27)

belajarnya. Pendapat Kunandar (2013:622) hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, efektif maupun psikomotor yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar”

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar baik dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar. Untuk mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya perlu pengenalan terhadap faktor-faktor tersebut dengan sebaik-baiknya. Agar siswa tidak gagal dalam belajarnya ataupun mengalami kesulitan belajar. Maka penting mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor yang dapat menyebabkan kegagalan bagi siswa dapat diidentifikasi sehingga dilakukan antisipasi atau penanganan secara dini.

Menurut Slameto (2010: 54), hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut:

1) Faktor dari dalam (internal), yaitu:

a) Faktor jasmianiah, kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor psikologis, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan

c) Faktor kelelahan, jasmaniah dan rohani.

2) Faktor dari luar (eksternal) yaitu:

a) Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian

(28)

13

orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar siswa dapat dilihat dengan adanya perubahan yang dialami siswa baik dari aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek psiomotor setelah mengikuti proses pembelajaran dan lebih bermakna.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar dapat meningkat ataupun menurun Yang mempengaruhi hasil belajar dapat diklasifikasikan oleh faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar.

2. Metode Resitasi

a. Pengertian Metode Resitasi

Metode dalam pembelajaran adalah strategi atau cara yang dilakukan oleh seorang guru untuk menjadikan pembelajaran aktif dan menyenangkan, berjalan lancar sehingga tercapai tujuan dan hasil belajar.

Penggunaan metode yang tepat akan memudahkan kegiatan proses pembelajaran, yang tentunya tercipta pembelajaran yang efektif dan efesien.

(29)

Menurut Hardini dkk (2012:13) menguraikan bahwa,” Seorang guru sangat penting menguasai dan mengetahui metode pembelajaran. Tanpa metode pembelajaran tidak akan terlaksana dengan baik”. Oleh karena itu untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar guru seharusnya mengerti akan fungsi dan langkah-langkah pelaksanaan metode mengajar.

Pengertian metode menurut David (dalam Majid A, 2013: 03) adalah

“a way in achieving something “cara untuk mencapai sesuatu”. Dalam mencapai suatu tujuan dibutuhkan metode sebagai cara atau strategi pengajaran. Metode adalah unsur terpenting dalam mengajar, sedang unsur pendukug strategi belajar mengajar seperti: sumber belajar, media, guru, siswa, materi, dan lingkungan serta kondisi kelas. Penggunaan metode dapat divariasikan sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diajarkan.

Purnamasari (2016: 01) menguraikan bahwa metode resitasi diistilahkan juga metode pemberian tugas belajar. Metode Resitasi disebut juga metode pekerjaan rumah, karena pemberian tugas dilakukan di luar jam pelajaran. Adapun penekanan yang sebenarnya metode ini dilakukan pada pelajaran berlangsung di mana siswa disuruh untuk mencari informasi atau fakta- fakta berupa data yang dapat ditemukan dilaboratorium, perpustakaan, pusat sumber belajar, dan sebagainya. Metode resitasi adalah sebuah metode yang cara pelaksanaannya adalah dengan cara memberikan tugas di luar kelas.

(30)

15

Menurut Jamil (2013: 292) menguraikan bahwa “Tugas diberikan sebagai bekal pengetahuan dan pengalaman untuk siswa. Tugas bisa diberikan secara individu ataupun kelompok, materi disesuaikan dengan pembelajaran sehingga siswa tidak mengalami kesulitan. Langkah-langkah Pemberian tugas harus jelas dan terarah. Guru harus memberi batasan waktu pengerjaannya”.

Menurut Bahri Syaiful, Z. (2002: 150) dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar menguraikan bahwa: “Metode resitasi disebut juga penugasan.

Adapun tugas dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas. Metode ini dilakukan karena butuh waktu yang lebih banyak. Metode resitasi dapat dilakukan secara individu atau kelompok”. Jadi metode resitasi atau penugasan adalah metode yang berisi tugas individu dan tugas kelompok.

Definisi metode pemberian tugas menurut Slameto (1991: 115) bahwa: “Guru memberikan penyajian pembelajaran berupa tugas kepada siswa. Adapun pengerjaannya di luar jadwal pelajaran dengan menentukan waktu dan harus dipertanggungjawabkan.”

Nana Syaodih (2009: 32) menegaskan bahwa: “Metode resitasi bertujuan memberi kesempatan kepada siswa melalui tugas yang berhubungan materi baik individu maupun kelompok. Metode resitasi merupakan unsur pendekatan pemecahan masalah.”

Roestiyah (2008: 131) menambahkan bahwa:” Dalam pemberian tugas dapat berupa pertanyaan atau materi yang harus dibahas dengan mencari Sumber lain sebagai referensi untuk bahan diskusi. Tugas dapat

(31)

juga berupa observasiterhadap sesuatu untuk dijadikan eksperimen.”

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan metode resitasi tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.

Pembelajaran bisa dilakukan di luar jadwal pelajaran. Tugas dapat dicari dari berbagai sumber lain. Tugas harus terarah dan punya batasan waktu b. Macam-macam Metode Resitasi

Metode resitasi terdiri dari dua macam yakni, tugas individu dan tugas kelompok, adapun penjabarannya sebagai berikut:

1) Tugas Individu

Tugas individu adalah suatu penugasan yang bersifat per individu atau perseorangan. Tugas individu bertujuan pada pembinaan kognitif- afektif-psikomotor siswa. Adapun pendapat Nasution, S. (2002: 119) mengemukakan sifat tugas individual adalah:

a) Self-Intructive

Siswa belajar mandiri sifatnya tidak didampingi oleh guru atau orang lain. Siswa membelajarkan dirinya sendiri.

b) Self-Corrective

Siswa dapat mengevaluasi dirinya sendiri, siswa memiliki tugasnya sendiri, Siswa mengetahui kesalahan melalui pemeriksaan tugas sendiri.

Nana Sudjana (1996: 83), menambahkan bahwa langkah pemberian tugas sebagai berikut:

(a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

(b) Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya hal-hal yang belum

(32)

17

diketahui. Tugas berisi pertanyaan yang merangsang pikiran dan ingatan.

(c) Guru mendampingi siswa yang mengalami kesulitan untuk diarahkan, kemudian guru memeriksa hasil kerja siswa.

(d) Guru bersama siswa memeriksa hasil pekerjaannya

(e) Guru menjelaskan kembali hal-hal yang belum jelas dan harus diperbaiki.

(f) Guru memberi tugas rumah diakhir pembelajaran sesuai materi yang telah dipelajari.

2) Tugas kelompok

Tugas berkelompok adalah pembelajaran yang diterapkan dalam kelompok kecil dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda.

Menurut pendapat M Ibrahim (2000: 5) menyebutkan bahwa: “Belajar dengan kelompok ditandai dengan struktur tugas, tujuan dan penghargaan kelompok. Siswa dituntut kerjasama yang baik dengan kelompoknya dan harus saling kordinasi atas usaha mereka.”

Menurut pendapat Sudjana, N. (2004: 160) menguraikan bahwa:”

kerja kelompok adalah strategi guru kepada siswa agar saling membantu dan bekerja sama menyelesaikan tugas pada pembelajaran tertentu. Tugas dikerjakan dalam kelompok secara bersama. Kelas dapat dijadikan kelompok tersendiri, dan bisa pula dibagi menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil tergantung tujuan dan kepentingan. Menurut Prasetyo (2005:56) menguraikan langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut:

(33)

a) Pendidik bersama peserta didik membentuk kelompok belajar sesuai tujuan dan kebutuhan yang ingin dicapai. Guru memberi penjelasan gambaran dan tujuan mengenai kegiatan yang harus diselesaikan.

b) Pendidik memberikan tugas-tugas kepada peserta didik menurut kelompoknya masing-masing. Pada kesempatan ini pendidik memberika petunjuk petunjuk mengenai pelaksanaan tugas dan berbagai aspek kegiatan yang mungkin dilakukan oleh setiap kelompok dalam rangka mewujudkan hasil kerja kelompok sebagai kesatuan. Masing - masing kelompok mengerjakan tugas-tugasnya.

Peserta didik bekerja sama secara gotong royong.

c) Menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dalam rangka mewujudkan hasil kerja kelompoknya masing- masing.

Pendidik mengawasi, mengarahkan atau mungkin juga menjawab beberapa pertanyaan dalam rangka menjamin ketertiban dan kelancaran kerja kelompok. Pendidik atau pendidik bersamaan peserta didik dilakukan penilaian, bukan saja terhadap hasil kerja yang dicapai kelompok, melainkan juga terhadap cara bekerja sama dan aspek-aspek lain sesuai dengan tujuannya dan meliputi penilaian secara individual, kelompok, maupun kelas sebagai suatu kesatuan.

Karo dkk, (dalam Darmadi, 2017: 227) menyebutkan langkah pelaksanaan tugas kelompok sebagai berikut:

a) Guru mengelompokkan siswa dengan anggota kelompok disesuaikan tujuan yang ingin dicapai.

(34)

19

b) Guru memberi tugas secara kelompok untuk dikerjakan.

c) Guru memantau setiap kelompok untuk memotivasi dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan.

d) Guru bersama siswa melakukan penilaian. Dari Pendapat di atas disimpulkan metode resitasi ada dua macam, ada yang individu dan ada kelompok. Tugas individu dikerjakan perorangan, belajar bersifat mandiri. Sedangkan dalam pemberian tugas kelompok, guru harus membagi kelompok terlebih dahulu. Tugas dikerjakan secara bersama-sama, sehingga siswa saling membantu satu sama lain.

c. Dasar Pertimbangan Metode Resitasi

Metode pemberian tugas menurut Bahri Syaiful, Z. (2002: 87) bahwa metode resitasi menekankan pemberian tugas kepada siswa untuk dikerjakan dan dipertanggungawabkan. Dasar pemberian tugas adalah:

1) Guru merangsang siswa agar aktif baik secara individu ataupun kelompok.

2) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk memantapkan pengetahuan.

3) Guru memberi dorongan kepada siswa untuk belajar mandiri dalam menyelesaikan tugas.

4) Adanya kesenjangan antara waktu yang tersedia dengan materi pelajaran yang terlalu banyak.

Jadi dasar pertimbangan metode resitasi menurut para ahli adalah sebagai rangsangan agar siswa bisa lebih aktif sehingga pengetahuan akan

(35)

lebih dalam Penggunaan metode resitasi dilakukan karena adanya materi terlalu banyak dan butuh waktu.

d. Tujuan Metode Resitasi

Teknik metode resitasi biasnya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas. Pemberian tugas belajar dan resitasi mempunyai tujuan utama:

a) Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima.

b) Melatih siswa kearah belajar mandiri.

c) Siswa dapat membagi waktu secara teratur.

d) Agar siswa dapat memanfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas.

e) Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas.

f) Memperkaya pengalaman - pengalaman di sekolah melalui kegiatan- kegiatan di luar kelas.

e. Langkah-langkah Metode Resitasi

Metode resitasi diberikan kepada siswa tidak boleh terlalu sering.

Sebab ha tersebut dapat menyebabkan siswa mengalami kesukaran dan kesulitan dalam belajar, apa lagi jika setiap guru mata pelajaran memberikan tugas semua, maka siswa akan merasa terbebani. Oleh karena itu untuk menghindarkan masalah tersebut metode resitasi

(36)

21

mempunyai tiga langkah yakni:

1) Langkah pemberian tugas

Pendapat Sudjana, N. (2004: 82) bahwa tugas yang diberikan hendaknya mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut:

a) Tugas harus jelas tujuan yang hendak dicapai.

b) Tugas sesuai dengan kemampuan siswa.

c) Tugas harus disertai petunjuk untuk memudahkan siswa dalam pekerjaanya.

d) Tugas harus ditentukan waktu yang cukup untuk menyelesaikan

2) Tahap Pelaksanaan Tugas

a) Guru membimbing dan mengontrol siswa.

b) Guru memotivasi siswa untuk belajar.

c) Tugas harus dikerja sendiri

d) Siswa mencatat hasil nilai yang diperoleh secara dengan baik.

3) Tahap Mempertanggungjawabkan

Menurut Ramayulis (2001: 165) bahwa “setiap siswa harus beranggungjawab terhadap tugasnya. Pemberian tugas tepat jika disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai”. Menurut Salahuddin, M. (1987: 40) metode resitasi efektif jika berpedoman pada langkahlangkah berikut ini:

a) Tugas yang diberikan harus jelas agar siswa merasa mampu mengerjakannya.

(37)

b) Tugas disesuaikan taraf kemampuan siswa.

c) Tugas mempunyai waktu yang jelas.

d) Guru memantau dan memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas.

e) Tugas harus yang bermanfaat dan menambah pengetahuan siswa.

Langkah-langkah metode resitasi menurut beberapa pendapat di atas adalah guru memberi tugas kepada siswa dengan petunjuk yang jelas dan terarah. Kemudian siswa melaksanakan dan mempertanggungjawabkan.

f. Kelebihan dan Kelemahan Metode Resitasi

Setiap metode tentu memiliki kekurangan dan kelebihan. Begitupula dengan metode restias yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan metode resitasi.

1) Pengetahuan siswa akan lebih luas dan sifat verbalismenya akan semakin berkurang.

2) Siswa lebih mendalami dan mengalami sendiri pengetahuan yag dicarinya, sehingga pengetahuan itu akan tinggal lama dalam ingatan jiwanya.

3) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.

4) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.

5) Dapat menumbuhkan kreativitas, usaha, tanggungjawab, dan sikap mandiri siswa, serta memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa.

(38)

23

Adapun kelemahan dalam metode resitasi adalah:

1) Guru tidak dapat mengontrol apakah siswa telah mengerjakan tugas dengan benar.

2) Guru sulit membedakan siswa yang aktif dan pasif jika tugas diberikan secara berkelompok.

3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan keadaan individu siswa.

4) Tugas yang diberikan tidak boleh terlalu mudah atau terlalu sukar namun perlu dimodifikasi agar tidak dianggap memudahkan atau mempersulit siswa dalam mengerjakannya. (Masyarakat belajar.

Kelebihan Dan Kelemahan Metode Resitasi.

https://masyarakatbelajar.wordpress.com/200 9/10/04/kelebihan-dan- kekurangan-metoderesitasi.html, diakses 30 Januari 2021 pukul 15.00 WIB.)

Kelebihan metode resitasi merujuk beberapa pendapat di atas adalah pengetahuan siswa akan bertambah dan luas. Kemandirian dan keaktifan siswa akan tumbuh, serta ada usaha dan rasa tanggungjawab pada diri siswa. Sedangkan kelemahan metode resitasi guru akan sulit mengontrol apakah siswa kerja sendiri atau dibantu orang lain.

Dalam penerapannya peneliti akan menggunakan metode resitasi sebagai metode pemberian tugas kepada siswa, di mana tugas dapat dikerjakan di luar jam pelajaran. Peneliti akan terfokus pada kelebihan metode resitasi dan menghindari kelemahan metode resitasi.

(39)

3. Metode Tanya Jawab

Menurut Yusuf (2002: 31-32) dalam memberikan pandangannya tentang metode tanya jawab bahwa “metode tanya jawab bentuk penyajian pelajaran dimana guru memberi pertanyaan atau soal dan siswa yang menjawab, begitupun sebaliknya sehingga terlihat keaktifan belajar.”

Sudjana, N. (2009: 32). mengemukakan bahwa “metode tanya jawab dianggap efektif dan efisien dalam membangkitkan kreativitas siswa.

Penerapan metode tanya jawab dapat dilakukan secara individu, kelompok dan klasikal sehingga tujuan pembelajaran mudah tercapai. Metode tanya jawab merangsang siswa berpikir untuk mencari informasi dari setiap pertanyaan”.

Dari pendapat tersebut penulis mengannggap metode tanya jawab sangat cocok diterapkan dalam pengumpulan ide dan gagasan. Metode tanya jawab secara tidak langsung membuka pikiran siswa dalam merangkai kalimat yang runtut. Dengan demikian siswa akan terlatih dan terbiasa untuk memotivasi diri belajar.

Pendapat Yusuf (2002: 31-32) bahwa,metode tanya jawab mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan metode tanya jawab sebagai berikut: {1} Pertanyaan dapat menarik dan memfokuskan perhatian siswa sehingga suasana kelas menyenangkan. {2} Metode tanya jawab akan membangkitkan daya pikir dan daya ingat siswa. {3}

Membangkitkan rasa percaya diri siswa karena sudah berani mengemukakan alasannya. {4} Siswa akan teringat atas pertanyaan yang

(40)

25

bisa dijawab. {5} Siswa akan termotivasi melakukan pengembangan pelajaran selanjutnya.

Sedangkan kekurangan metode tanya jawab sebagai berikut: {1}

Siswa merasa terbebani selama proses tanya jawab {2} Siswa tidak berkesempatan semua mendapat giliran {3} Membutuhkan waktu lebih banyak terbuang apabila siswa tidak bisa menjawab {4} Terdapat siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran {5} Jawaban yang memuaskan susah didapatkan.

Dalam penerapannya peneliti akan menjadikan metode tanya jawab sebagai media dalam bentuk kartu tanya jawab. Peneliti akan terfokus pada kelebihan metode tanya jawab untuk dijadikan acuan dalam proses pembelajaran. Peneliti akan menghindari kelemahan metode tanya jawab sehingga media kartu tanya dapat digunakan dalam secara efisien.

4. Keterampilan Menulis

a. Pengertian Keterampilan Menulis

Pengembangan keterampilan dan motivasi belajar menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia dibutuhkan strategi dengan cara penggunaan media pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu media pembelajaran yang digunakan adalah media kartu tanya jawab.

Daeng Murjamal (2011: 69) memaparkan menulis adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan pikiran pemikirnya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan

(41)

media tulisan. Salah satu bidang akademik yang harus diperhatikan adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis merupakan kemampuan dasar yang mesti dikembangkan sejak dini terutama di bangku sekolah dasar.

Dalam kurikulum bahasa Indonesia keterampilan menulis harus menggunakan pendekatan dan metode yang sesuai. Pelajaran menulis harus menjadi pembiasaan bagi siswa sejak kecil. Belajar menulis pelaksanaannya terstruktur, bebas dan bersifat individual.

Kegemaran menulis dilakukan secara bertahap mulai jenjang pendidikan. Setiap jenjang kelas tercantum materi keterampilan menulis, untuk menumbuhkan minat menulis perlu didukung sarana dan prasarana.

Menurut Tarigan (2008: 22) bahwa “Menulis adalah mengemukakan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang dapat menggambarkan suatu bahasa yag dapat dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut.” Keterampilan menulis membutuhkan latihan dan disiplin diri. Dengan menanamkan semangat dan tekad akan memudahkan kemahiran dan membangkitkan motivasi belajar menulis.

Menulis sendiri banyak definisi diantaranya Byrne dalam Slamet (2007:141) berpendapat bahwa “keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam Bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikian tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasi”. (Wicke, 1993:85) {dalam} (Idus & Wahyuningsih, 2016) “Schreiben ist eine äuβerest komplexe Fertigkeit, die sich nur durch eine systematische Vermittlung und

(42)

27

Schulung erlernen läβt”. Artinya menulis adalah sebuah kemamouan yang kompleks, hanya dapat dipelajari dengan kebahasaan dari luar kebahasaan yang ditulisnya.

Keterampilan menulis menurut para ahli di atas disimpulkan bahwa menulis adalah komunikasi secara tidak langsung. Menulis membutuhkan proses dan latihan-latihan yang disiplin.

a. Tujuan Menulis

Menurut Semi (2007:14) bahwa tujuan menulis yaitu: (a) menceritakan sesuatu; (b) sebagai petunjuk atau pengarahan; (c) menjelaskan sesuatu; (d) untuk meyakinkan;. (e) untuk merangkum.

Adapun menurut Elina, Zulkarnain, dan Sumaro (2009:6) tujuan menulis yaitu: (a) mengmformasi; (b) membujuk; (c) mendidik; (d) menghibur. Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa, tujuan menulis dapat dijadikan sebagai pemberi informasi tentang suatu peristiwa atau kejadian sehingga meyakinkan pembaca. Menulis juga bertujuan sebagai sarana pendidikan sekaligus menjadi dunia hiburan.

b. Tahapan dalam Menulis

Agar kegiatan menulis tersusun secara sistematis, maka diperlukan sistem kerja yang sistematis. Kegiatan menulis juga memerlukan tahapan- tahapan tertentu. Menurut Semi (2007: 46),tahapan-tahapan dalam menulis, terbagi menjadi tiga, yaitu: a) tahap pratulis, b) tahap penulisan, dan c) tahap penyuntingan.

Menurut Elina Syarif, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009:11),

(43)

tahap-tahap menulis terdiri dari enam langkah, yaitu: a) draf kasar, b) berbagi, c) perbaikan, d) menyunting, e) penulisan kembali, f) evaluasi.

paragraf harus diatur kalimatnya dengan Dari pendapat di atas dapat diuraikan bahwa tahap pratulis sebagai tahap sebelum memulai menulis yang dilakukan dalam tahap pratulis yaitu pemilihan topik. Tahap penulisan pada kegiatan ini tulisan disusun secara kasar. Tahap merevisi artinya tahap memperbaiki dapat menambah dan mengurangi. Kemudian tahap penyuntingan yaitu meneliti kembali hasil tulisan. Dalam keterampilan menulis perlu mempelajari penguasaan kosa kata, susunan kalimat yang benar serta penggunaan tanda baca.

Adapun tahapan dalam menulis paragraf harus memenuhi unsur- unsur sebagai berikut: {1} Unsur pokok pikiran harus menyatu dengan paragraf yang ditulis melalui kalimat {2} Unsur koherensi yaitu,pernyataan yang mengikat kalimat-kalimat ke dalam paragraf menjadi saling terkait {3}

Unsur gagasan yang ada dalam paragraf harus tersusun sehingga apa yang disampaikan jelas {4} Unsur terpola dari susunan yang tepat sesuai topik. Menulis dapat dilakukan oleh siapa saja. Materi tidak mesti tertuju hal-hal yang resmi atau susah sehingga butuh proses kognitif tingkat tinggi.

Menulis bisa mengacu pada sesuatu hal yang mudah dan menghibur, seperti ingin tahu hasil pertandingan sepak bola atau peristiwa lainnya.

Motivasi menulis tidak hanya penyajiannya ditulis di atas kertas, akan tetapi, sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, tulisan dilakukan elektronis, yang akan jauh lebih menarik dan atraktif. Di dalam aktivitas

(44)

29

menulis perlu melibatkan, aktivitas psikis, kognitif, dan afektif.

Aktivitas kognitif diantaranya berkaitan dengan upaya untuk mengasimilasi dan mengakomodasi kata- kata atau gambar (informasi) yang sedang dipersepsinya (teori Kognitif Piaget). Suatu tulisan lebih mudah dicerna apabila memiliki kesesuaian dengan struktur atau skema kognitif yang dimiliki sebelumnya. Dalam pembelajaran siswa menghadapi kendala yang menjadi permasalahan dalam menulis, diantaranya:1). Siswa tidak mampu merangkai judul menjadi sebuah karangan. 2). Isi kalimat tidak sesuai. 3). Penulisan kalimat tidak sesuai tema 4). Penggunaan bahasa indonesia masih rancu karena dipengaruhi bahasa ibu yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. 5). Guru mengajar masih terpaku pada buku paket dan kurang memadukan media gambar sebagai bahan ajar.

Dalam penerapannya peneliti akan menggunakan metode resitasi berbantuan media kartu tanya dalam mengajarkan keterampilan menulis sebagai pembelajaran yang menyenangkan sehingga diminati oleh siswa.

Melalui metode resitasi berbantuan media kartu tanya peneliti akan berusaha menghindari kendala- kendala dalam pembelajaran menulis.

Adapun indikator keterampilan menulis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

1) Menulis cerita dengan memperhatikan urutan peristiwa atau cerita.

2) Menulis teks dengan menggunakan tanda baca dan penggunaan EYD.

3) Menulis dengan memperhatikan struktur kebahasaan.

(45)

5. Teks Nonfiksi

a. Pengertian Teks Nonfiksi

Nurgiyantoro (2013:36) mengemukakan untuk memenuhi keingintahuan seseorang akan informasi dapat dipenuhi dengan berbagai cara, salah satunya dengan bacaan. Salah satu bacaan anak adalah teks nonfiksi. Teks nonfiksi adalah cerita yang mempunyai kebenaran faktual yang dikemas menarik dan menambah wawasan pengetahuan. Mulyati dan Cahyani (2018:5-20) menambahkan bahwa karya nonfiksi adalah hasil dari kegiatan pada logika dan pengamatan penulis, sehingga karya nonfiksi sifatnya logis dan kenyataan.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa teks nonfiksi adalah cerita dalam bentuk tertulis, yang mana isinya sangat sistimatis dan teratur serta benar adanya sehingga dapat memberi informasi pengetahuan pembaca.

b. Jenis-Jenis Teks Nonfiksi

Menurut Saefuddin dan Tim P3MA-SD (2019:218) bahwa jenis teks nonfiksi, antara lain:

1) Artikel jurnalistik, yaitu artikel yang isinya memuat dalam bentuk berita dan disusun berdasarkan unsur intrisiknya.

2) Artikel ilmiah, yaitu artikel yang berisi ringkasan informasi yang didukung dengan bukti dan pendapat, kemudian memiliki simpulan akhir dari ringkasan yang telah disampaikan.

3) Esai yaitu tulisan yang dapat ditemukan dari pendapat pakar,

(46)

31

budayawan, dan tajuk rencana.

4) Biografi, yaitu tulisan yang memuat kisah hidup orang lain. Contohnya biografi tentang artis, tokoh sejarah dan ilmuwan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memfokuskan jenis teks nonfiksi yang dikembangkan dalam metode resitasi berbantuan media kartu tanya adalah artikel jurnalistik. Artikel jurnalistik dapat diperoleh dari ide penulis, buku, bacaan, koran, dan artikel online yang mengandung informasi dan pengetahuan.

c. Menulis Kembali Teks Nonfiksi

Menurut Sholichah dan Rukmi (2018:395) menjelaskan agar siswa terampil dalam menulis, dapat diajarkan dengan kegiatan menulis kembali isi teks nonfiksi. Menurut Indradi dan Purwahidah (2016:89-90) terdapat langkah-langkah dalam menulis kembali teks nonfiksi yaitu sebagai berikut:

a) Membaca teks nonfiksi dengan seksama;

b) Mencari topik yang terdapat dalam teks nonfiksi;

c) Mencatat informasi – informasi yang digali dari teks;

d) Menemukan gagasan pokok dalam teks.

e) Tambahkan ide ataupun informasi lain berdasarkan pendapat sendiri;

f) Tulis gagasan pokok dan gagasan pendukung yang telah dibuat, kemudian rangkailah ke dalam bentuk kalimat paragraph dengan kalimat sendiri.

Langkah-langkah menulis kembali menggunakan metode resitasi berbantuan media kartu tanya jawab:

(47)

a) Siswa membaca dengan seksama materi pembelajaran dan contoh teks nonfiksi

b) Siswa membuat kartu tanya dan menjawab berdasarkan isi teks

c) Siswa merangkai hasil jawaban menjadi sebuah paragraf baru dengan kalimat sendiri.

Dalam penerapannya peneliti akan menggunakan teks nonfiksi yang menceritakan tentang tema “Manusia dan Lingkungan”. Peneliti akan terfokus pada teks nonfiksi yang berhubungan dengan keseharian siswa.

6. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi sering digunakan dalam berbagai aktivitas manusia yang sering dimaknai sebagai dorongan dari dalam diri manusia untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku. Hasibuan (2006:141) menjelaskan bahwa motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi didefinisikan sebagai pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar individu mau untuk bekerja sama, bekerja secara efektif dan terintegrasi dengan segala usaha untuk mencapai kepuasan.

Dalam Kamus Psikologi yang disusun oleh Chaplin (1989:310) dijelaskan tentang motivasi dan motif. Motivasi (motivation) diartikan sebagai variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor- faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran.

(48)

33

Selanjutnya Chaplin juga mengartikan istilah motif (motive) menjadi:

(1). Satu keadaan ketegangan di dalam diri individu yang membangkitkan, memelihara, dan yang diberikan individu bagi tingkah lakunya, (3). Satu alasan yang tidak disadari bagi satu tingkah laku (unconscious motivation), (4). Satu dorongan (drive), dan (5). Satu set atau sikap yang menuntun tingkah laku individu.

Motivasi bukanlah suatu tingkah laku, tetapi adalah respon terhadap kubutuhan individu yang bersifat menggerakkan sehingga mendorong individu untuk bergerak dan berprilaku. Suardiman (1991: 96) mendefinisikan motivasi sebagai : dorongan dari dalam yang menimbulkan kekuatan individu untuk bertindak atau bertingkah laku guna memenuhi kebutuhan.

Selanjutnya Santrock (2007:510), menjelaskan tentang motivasi sebagai suatu proses memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.

Perilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh dengan energi, terarah dan bertahan lama. Guru yang termotivasi dalam menjalankan tugasnya berarti guru yang penuh semangat dan senantiasa berupaya meningkatkan kualitas kinerjanya sehingga ia menjadi seorang profesionalis di bidangnya.

Mencermati pengertian motivasi di atas, baik secara etimologi maupun terminologi dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi kerja adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang menjadi alasan untuk melakukan suatu pekerjaan. Jadi motivasi kerja guru adalah dorongan-dorongan psikhis yang menggerakkan seseorang menjalankan profesinya sebagai

(49)

guru.

b. Pentingnya Motivasi dalam Pembelajaran

Banyak guru dalam menjalankan tugasnya hanyalah mengajar, pada hal tugas guru tidaklah semata-mata mengajar. Kedudukan

dan tugas guru Undang-undang Nomor: 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi pesrta didik, pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Selanjutnya mengenai kedudukan guru pada pasal 2 dijelaskan bahwa “Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. UU RI Nomor 14 (2005). Berdasarkan kewajiban formal seorang guru sebagaimana yang dikemukakan dalam undang- undang tersebut di atas, ternyata tugas guru cukup banyak termasuk memperhatikan dan menumbuhkan motivasi peserta didik dalam menjalankan aktifitas belajarnya. Melaksanakan pembelajaran di mana peserta didik tidak atau kurang termotivasi sangat tidak menguntungkan.

Sebaliknya proses pembelajaran yang berlangsung dengan motivasi yang tinggi baik motivasi yang ada pada guru maupun peserta didik akan menumbuhkan gairah proses belajar yang dinamis.

Menurut Hamachek dalam Suardiman, (1991 :95) peranan motivasi

(50)

35

dalam proses pembelajaran dapat dilihat sebagai suatu proses (1) membawa peserta didik kepada pengalaman belajar yang terjadi, (2) menimbulkan dan menumbuhkan tenaga dan aktifitas peserta didik, dan (3) memusatkan perhatian peserta didik pada satu arah pada suatu waktu.

Memberikan motivasi kepada anak berarti meningkatkan motivasi belajarnya.

Hal ini bisa terjadi apabila guru sebagai komponen utama dalam proses pembelajaran juga memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja baik yang dimiliki oleh guru maupun yang dimiliki oleh peserta didik merupakan variabel penentu terhadap kualitas proses pembelajaraan yang dihasilkan.

c. Motivasi dalam Perspektif Teori.

Secara teoritik jenis motivasi sesungguhnya dapat di bedakan menjadi dua jenis. Siagian (1995; 34) memaparkan bahwa terdapat dua jenis motivasi, yaitu:

1) Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri individu. Secara umum, motivasi ini lebih menguntungkan karena motivasi ini bertahan lebih lama.

2) Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri individu. Motivasi ini dapat diberikan oleh atasan dengan cara mengatur kondisi dan situasi yang tenang dan menyenangkan.

Atasan atau pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan memotivasi

(51)

pegawai agar mau dan mampu mengembangkan diri dengan optimal, terutama dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan peningkatan kinerja.

Santrock (2007:514) juga membagi motivasi menjadi dua jenis yaitu motivasi eknstrinsik dan motivasi instrinsik. Dalam hal ini Santrock menjelaskan bahwa motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinksik sering dipengaruhi oleh insentif yang bersifat eksternal seperti hadiah dan hukuman. Selanjutnya motivasi instrinsik atau motivasi internal adalah suatu dorongan untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri.

Dalam motivasi ini Santrock mencontohkan murid yang belajar menghadapi ujian karena ia senang pada mata pelajaran yang diujikan.

Seiring dengan pandangan mengenai sumber-sumber motivasi tersebut di atas, baik sumber yang berasal faktor ekstrinsik maupun sumber yang berasal faktor instrinsik ada tiga perspektif tentang motivasi yaitu perspektif Expectancy Theory, Perspektif Behavioral, dan Perspektif Humanistis.

Perspektif Expectancy Theory atau teori harapan motivasi yang ada pada seseorang didasarkan atas tiga asumsi yaitu: (1). Individu tidak hanya merespon apa yang telah terjadi, tetapi mereka mengharap akan hal-hal yang akan terjadi, tingkah laku tetentu dalam merespon sesuatu akan menghasilkan hasil yang dapat di duga, (2) Manusia biasanya memiliki tingkah laku alternatif yang memungkinkan dengan cara yang rasional, dan (3). melalui pengalaman, individu mengharapkan hasil dari

(52)

37

cara- cara pemecahan masalah yang dilakukan (Suardiman, 1991:102) Mc.

Clelland (dalam Hasibuan, 2006: 112) juga mengemukakan teori tentang motivasi. Ia mengemukakan adanya faktor atau dimensi yang membentuk motivasi, yaitu (1) Motif adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. (2) Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan. (3) Insentif (incentive) yaitu memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah (imbalan) kepada mereka yang berprestasi diatas prestasi standar. Dengan demikian semangat kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik- baik saja.

Perspektif Behavioral yang dimotori oleh IP Pavlov dan BF Skinner menekankan pada imbalan dan hukuman eksternal (reward and punishment) sebagai kunci dalam menentukan motivasi (Santrock, 2007:

511). Sedangkan perspektif humanistis terutama yang dimotori oleh Abraham Maslow menkankan bahwa motivasi selalu dikaitkan dengan kebutuhan dasar manusia yang bersifat hierarkhis. Manusia dalam berprilaku yang pertama-tama adalah berupaya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebelum memuaskan kebutuhannya yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, motivasi dapat timbul karena faktor eksternal maupun internal yang secara teoritik motivasi merupakan sumber energi bagi seseorang untuk beraktifitas. Dalam penerapannya

(53)

peneliti akan menggunakan motivasi sebagai penggerak dan energy dalam belajar. Dengan motivasi akan mendorong semangat belajar siswa. Yang dimaksud motivasi belajar dalam penelitian ini merumuskan beberapa indicator yaitu: (1) Tekun dalam menghadapi tugas; (2) Ulet dalam menghadapi kesulitan; (3) Menunjukkan minat.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Sofia, C. R (2014) dengan judul penelitian “Penggunaan Metode Resitasi dengan Bahan Ajar Leaflet untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa Kelas III SD Negeri 1 Grenggeng”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode resitasi berbantuan media leaflet dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa.

2) Winasti, M. Y (2016) dengan judul penelitian “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Strategi Learning Journals dengan Metode Resitasi Pada Kelas V SDN 02 Pandem Batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan klasikal pada setiap siklus. Hal ini berarti bahwa strategi learning journals dengan metode resitasi dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa.

3) Heryana, dkk (2021) dengan judul penelitian “Pengaruh Metode resitasi Terhadap Keterampilan Menulis Teks Narasi Siswa” yang menunjukkan

(54)

39

bahwa penggunaan metode resitasi berpengaruh terhadap keterampilan menulis narasi siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai rata-rata pada kelas eksperimen sebesar 80,12 sedangkan nilai rata- rata pada kelas kontrol 68,34.

4) Neli Sa’adah 2017 “Pengaruh media deduktif dengan penggunaan media kartu dalam memahami jumlah fil’yah.” Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh deduktif dengan menggunakan model kartu dalam memahami jumlah fil’yah di kelas.

Berangkat dari penelitian yang relevan terdapat perbedaan dan persamaan dari apa yang diteliti oleh peneliti. Persamaan dari penelitian sebelumnya bahwa, penggunaan metode resitasi untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Metode resitasi menjadikan siswa lebih banyak membaca materi yang sesuai dengan tugas. Metode resitasi sebagai langkah pemberian tugas pada pelajaran. Persamaan lain dilihat dari penggunaan media yaitu: Media akan memberi daya ingat. Media dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam menentukan jawaban untuk menalar dalam keterampilan menulis. Media kartu sebagai alat bantu siswa untuk berpikir kritis dalam mencari materi.

Perbedaan dari penelitian sebelumnya terletak pada lokasi dan media yang digunakan. Peneliti akan menerapkan metode resitasi dengan bantuan media kartu tanya. Penelitian sebelumnya tidak menggunakan media kartu tanya dalam menerapkan metode resitasi dalam pembelajaran.

(55)

C. Kerangka Pikir

Dalam kurikulum tiga belas pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari empat ranah yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Keterampilan menulis teks nonfiksi adalah hal yang sangat penting bagi siswa. Penggunaan metode resitasi berbantuan media kartu tanya adalah hal yang dianggap dapat mempengaruhi keterampilan menulis teks nonfiksi dan motivasi belajar siswa dalam belajar. Berdasakan landasan teori sebagaimana yang dikemukakan, dapat disusun suatu kerangaka pikir penelitian tentang Penggunaan Metode Resitasi Berbatuan Media Kartu Tanya terhadap Keterampilan Menulis Teks Nonfiksi dan Motivasi Belajar pada siswa Kelas V Gugus VII Kec. Pallangga Kab. Gowa. Dengan penggunaan metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan menulis teks nonfiksi serta motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Berikut kerangka pikir dalam penelitian ini.

(56)

41

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika diterapkan metode resitasi berbatuan media kartu tanya maka akan mempengaruhi keterampilan menulis teks nonfiksi dan

Temuan

Berbicara Membaca Menulis

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Kurikulum 2013

Menyimak

Analisis Kelompok

Kontrol Kelompok

Eksperimen

Postest Menulis teks

nonfiksi

Pretest

(57)

motivasi belajar pada siswa Kelas V Gugus VII Kec. Pallangga Kab. Gowa.

Kriteria pengujian hipotesis:

H0 ditolak jika thitung > ttabel,H0 diterima, jika thitung < ttabel

Keterangan:

H01 : Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi.

H11 : Terdapat pengaruh penggunaan metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi.

H02 : Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap motivasi belajar H12 : Terdapat pengaruh penggunaan metode resitasi media

kartu tanya terhadap motivasi belajar

H03 : Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi dan motivasi belajar

H13 : Terdapat pengaruh penggunaan metode resitasi berbantuan media kartu tanya terhadap keterampilan menulis teks nonfiksi dan motivasi belajar.

Referensi

Dokumen terkait

menyimpulkan materi.Untuk kegiatan siswa pada pembelajaran siklus I memperoleh nilai rata-rata 76% dan berada dalam kategori cukup. Beberapa kegiatan siswa yang diamati

diharuskan mampu menulis agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Materi yang diajarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan

rinci tentang pengaruh penggunaan media gambar terhadap keterampilan menulis teks deskripsi bahasa Bugis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanete Riaja Kabupaten

Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus 1 Jumlah Siswa Persentase 1 Terlibat Aktif 15 48,39% 2 Terlibat Pasif 10 32,35% 3 Tidak Terlibat 6 19,36% Jumlah 31 100%

Data Hasil Observasi Peserta Didik Kelas XI IPA 3 Skor yang Diperoleh Jumlah Persentase % Keterangan 86 – 100 9 25 % Sangat Tinggi 76 – 85 18 50 % Tinggi 66 – 75 9 25 % Cukup

Berdasarkan pada hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan metode penugasan atau resitasi berada pada kategori tinggi

Dari grafik nilai siswa di atas dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan signifikan antara nilai keterampilan menulis teks ulasan kelas eksperimen yang diberikan perlakuan model

Peningkatan Nilai Rata-rata dan Presentase Ketuntasan Siswa pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Hasil pembelajaran menulis teks anekdot dengan menggunakan metode discovery