BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
6. Motivasi Belajar
Istilah motivasi sering digunakan dalam berbagai aktivitas manusia yang sering dimaknai sebagai dorongan dari dalam diri manusia untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku. Hasibuan (2006:141) menjelaskan bahwa motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi didefinisikan sebagai pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar individu mau untuk bekerja sama, bekerja secara efektif dan terintegrasi dengan segala usaha untuk mencapai kepuasan.
Dalam Kamus Psikologi yang disusun oleh Chaplin (1989:310) dijelaskan tentang motivasi dan motif. Motivasi (motivation) diartikan sebagai variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran.
33
Selanjutnya Chaplin juga mengartikan istilah motif (motive) menjadi:
(1). Satu keadaan ketegangan di dalam diri individu yang membangkitkan, memelihara, dan yang diberikan individu bagi tingkah lakunya, (3). Satu alasan yang tidak disadari bagi satu tingkah laku (unconscious motivation), (4). Satu dorongan (drive), dan (5). Satu set atau sikap yang menuntun tingkah laku individu.
Motivasi bukanlah suatu tingkah laku, tetapi adalah respon terhadap kubutuhan individu yang bersifat menggerakkan sehingga mendorong individu untuk bergerak dan berprilaku. Suardiman (1991: 96) mendefinisikan motivasi sebagai : dorongan dari dalam yang menimbulkan kekuatan individu untuk bertindak atau bertingkah laku guna memenuhi kebutuhan.
Selanjutnya Santrock (2007:510), menjelaskan tentang motivasi sebagai suatu proses memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Perilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh dengan energi, terarah dan bertahan lama. Guru yang termotivasi dalam menjalankan tugasnya berarti guru yang penuh semangat dan senantiasa berupaya meningkatkan kualitas kinerjanya sehingga ia menjadi seorang profesionalis di bidangnya.
Mencermati pengertian motivasi di atas, baik secara etimologi maupun terminologi dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi kerja adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang menjadi alasan untuk melakukan suatu pekerjaan. Jadi motivasi kerja guru adalah dorongan-dorongan psikhis yang menggerakkan seseorang menjalankan profesinya sebagai
guru.
b. Pentingnya Motivasi dalam Pembelajaran
Banyak guru dalam menjalankan tugasnya hanyalah mengajar, pada hal tugas guru tidaklah semata-mata mengajar. Kedudukan
dan tugas guru Undang-undang Nomor: 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi pesrta didik, pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Selanjutnya mengenai kedudukan guru pada pasal 2 dijelaskan bahwa “Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. UU RI Nomor 14 (2005). Berdasarkan kewajiban formal seorang guru sebagaimana yang dikemukakan dalam undang-undang tersebut di atas, ternyata tugas guru cukup banyak termasuk memperhatikan dan menumbuhkan motivasi peserta didik dalam menjalankan aktifitas belajarnya. Melaksanakan pembelajaran di mana peserta didik tidak atau kurang termotivasi sangat tidak menguntungkan.
Sebaliknya proses pembelajaran yang berlangsung dengan motivasi yang tinggi baik motivasi yang ada pada guru maupun peserta didik akan menumbuhkan gairah proses belajar yang dinamis.
Menurut Hamachek dalam Suardiman, (1991 :95) peranan motivasi
35
dalam proses pembelajaran dapat dilihat sebagai suatu proses (1) membawa peserta didik kepada pengalaman belajar yang terjadi, (2) menimbulkan dan menumbuhkan tenaga dan aktifitas peserta didik, dan (3) memusatkan perhatian peserta didik pada satu arah pada suatu waktu.
Memberikan motivasi kepada anak berarti meningkatkan motivasi belajarnya.
Hal ini bisa terjadi apabila guru sebagai komponen utama dalam proses pembelajaran juga memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja baik yang dimiliki oleh guru maupun yang dimiliki oleh peserta didik merupakan variabel penentu terhadap kualitas proses pembelajaraan yang dihasilkan.
c. Motivasi dalam Perspektif Teori.
Secara teoritik jenis motivasi sesungguhnya dapat di bedakan menjadi dua jenis. Siagian (1995; 34) memaparkan bahwa terdapat dua jenis motivasi, yaitu:
1) Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri individu. Secara umum, motivasi ini lebih menguntungkan karena motivasi ini bertahan lebih lama.
2) Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri individu. Motivasi ini dapat diberikan oleh atasan dengan cara mengatur kondisi dan situasi yang tenang dan menyenangkan.
Atasan atau pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan memotivasi
pegawai agar mau dan mampu mengembangkan diri dengan optimal, terutama dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan peningkatan kinerja.
Santrock (2007:514) juga membagi motivasi menjadi dua jenis yaitu motivasi eknstrinsik dan motivasi instrinsik. Dalam hal ini Santrock menjelaskan bahwa motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinksik sering dipengaruhi oleh insentif yang bersifat eksternal seperti hadiah dan hukuman. Selanjutnya motivasi instrinsik atau motivasi internal adalah suatu dorongan untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri.
Dalam motivasi ini Santrock mencontohkan murid yang belajar menghadapi ujian karena ia senang pada mata pelajaran yang diujikan.
Seiring dengan pandangan mengenai sumber-sumber motivasi tersebut di atas, baik sumber yang berasal faktor ekstrinsik maupun sumber yang berasal faktor instrinsik ada tiga perspektif tentang motivasi yaitu perspektif Expectancy Theory, Perspektif Behavioral, dan Perspektif Humanistis.
Perspektif Expectancy Theory atau teori harapan motivasi yang ada pada seseorang didasarkan atas tiga asumsi yaitu: (1). Individu tidak hanya merespon apa yang telah terjadi, tetapi mereka mengharap akan hal-hal yang akan terjadi, tingkah laku tetentu dalam merespon sesuatu akan menghasilkan hasil yang dapat di duga, (2) Manusia biasanya memiliki tingkah laku alternatif yang memungkinkan dengan cara yang rasional, dan (3). melalui pengalaman, individu mengharapkan hasil dari
37
cara- cara pemecahan masalah yang dilakukan (Suardiman, 1991:102) Mc.
Clelland (dalam Hasibuan, 2006: 112) juga mengemukakan teori tentang motivasi. Ia mengemukakan adanya faktor atau dimensi yang membentuk motivasi, yaitu (1) Motif adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. (2) Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan. (3) Insentif (incentive) yaitu memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah (imbalan) kepada mereka yang berprestasi diatas prestasi standar. Dengan demikian semangat kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik- baik saja.
Perspektif Behavioral yang dimotori oleh IP Pavlov dan BF Skinner menekankan pada imbalan dan hukuman eksternal (reward and punishment) sebagai kunci dalam menentukan motivasi (Santrock, 2007:
511). Sedangkan perspektif humanistis terutama yang dimotori oleh Abraham Maslow menkankan bahwa motivasi selalu dikaitkan dengan kebutuhan dasar manusia yang bersifat hierarkhis. Manusia dalam berprilaku yang pertama-tama adalah berupaya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebelum memuaskan kebutuhannya yang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, motivasi dapat timbul karena faktor eksternal maupun internal yang secara teoritik motivasi merupakan sumber energi bagi seseorang untuk beraktifitas. Dalam penerapannya
peneliti akan menggunakan motivasi sebagai penggerak dan energy dalam belajar. Dengan motivasi akan mendorong semangat belajar siswa. Yang dimaksud motivasi belajar dalam penelitian ini merumuskan beberapa indicator yaitu: (1) Tekun dalam menghadapi tugas; (2) Ulet dalam menghadapi kesulitan; (3) Menunjukkan minat.