• Tidak ada hasil yang ditemukan

REDESAIN PASAR TRADISIONAL BENTENG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN PENEKANAN PADA ARSITEKTUR VERNAKULAR RUMAH ADAT SELAYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "REDESAIN PASAR TRADISIONAL BENTENG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN PENEKANAN PADA ARSITEKTUR VERNAKULAR RUMAH ADAT SELAYAR"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

REDESAIN PASAR TRADISIONAL BENTENG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

DENGAN PENEKANAN PADA ARSITEKTUR VERNAKULAR RUMAH ADAT SELAYAR

ACUAN PERANCANGAN Diajukan Sebagai Penulisan Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Syarat

Ujian Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

MUSTAFAINAL AKHYAR 4513043058

FAKULTAS TEKNIK PRODI ARSITEKTUR UNIVERSITAS BOSOWA

2020

(2)
(3)

DATAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SKEMA ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Sasaran Penulis ... 4

D. Manfaat ... 5

E. Lingkup Pembahasan ... 5

1. Ruang lingkup substansial 2. Ruang lingkup spasial F. Sistematika Pembahasan ... 6

BAB II TINJAUAN UMUM REDESAIN PASAR TRADISIONAL BENTENG A. Tinjauan Umum ... 8

1. Definisi ... 8

2. Jenis pasar ... 11

3. Syarat-syarat pasar tradisional ... 15

4. Tipe tempat berjualan pada pasar ... 15

5. Permasalahan umum yang dihadapi pasar tradisional ... 16 Halaman

(4)

B. Syarat dan Standar Perencanaan dan Perancangan Pasar... 17

1. Indikator pengelolaan pasar yang berhasil ... 17

2. Struktur organisasi pasar ... 20

3. Standar Operasional Prosedur (SOP) manajemen pasar ... 21

C. Tinjauan Terhadap Konsep Pendekatan Arsitektur Vernakular ... 25

1. Sejarah arsitektur ... 25

2. Karekteristik arsitektur vernakular ... 26

D. Kondisi Eksisting Pasar ... 33

E. Studi Banding dan Studi Literatur ... 34

1. Studi banding ... 34

2. Studi literatur ... 41

BAB III TINJAUAN LOKASI REDESAIN PASAR TRADISIONAL BENTENG A. Gambaran umum Kabupaten Kepulauan Selayar ... 45

1. Letak Geografis dan wilayah administrasi ... 45

2. Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar ... 48

3. Lingkungan di sekitar tapak ... 59

4. Lingkungan dalam tapak ... 59

5. Pelaku kegiatan dan proyeksi kebutuhan ... 60

6. Fungsi pelaku dan kebutuhan ruang ... 62

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

(5)

BAB V PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN

A. Pendekatan Acuan Perancangan Makro ... 68

1. Tapak ... 68

2. Tata Massa ... 70

3. Sistem Sirkulasi ... 71

B. Pendekatan Acuan Perancangan Mikro... 71

1. Program Ruang... 71

2. Besaran Ruang ... 73

BAB VI ACUAN PERANCANGAN A. Acuan Perancangan Makro ... 84

1. Lokasi ... 84

2. Tapak ... 85

3. Sistem sirkukasi dan penzoningan dalam pasar ... 89

B. Acuan Perancangan Mikro ... 91

1. Program Ruang ... 91

2. Besaran Ruang ... 92

3. Hubungan Ruang ... 94

4. Bentuk dan Penampilan Bangunan ... 97

5. Struktur Bangunan ... 98 DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN GAMBAR ...

(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar adalah suatu daerah, tempat, wilayah atau area tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi pertukaran barang atau perdagangan dengan alat tukar yang sah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Maka dari itu, pasar bisa berada di mana saja, tidak terbatas ruang dan tidak terbatas waktu.

Pasar Tradisional Benteng di kabupaten Kepulauan Selayar yang terletak di kota Benteng jalan Pahlawan kecamatan Benteng kelurahan Benteng utara. Pasar ini termasuk sebagai pemasok Sembilan bahan kebutuhan pokok, seperti sayur- mayur, aneka jenis ikan, telur, buah- buahan, dan lain-lain. Pasar Tradisional Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar dibangun pada tahun 2007 dan mulai ditempati pada tahun 2008. Pasar Tradisional Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar awalnya terletak di jalan Penghibur dan mengalami kebakaran sehingga tidak layak lagi untuk ditempati atau digunakan sehingga pemerintah daerah membangun pasar baru yang terletak di jalan Pahlawan kecamatan Benteng Kelurahan Benteng utara. Pada tahun 2008 semua pedagang dipindahkan ke pasar baru yang sudah dibangun (Kepala UPTD Pasar, 2017: 2).

Pasar Tradisional Benteng kabupaten Kepulauan selayar memiliki luas lahan 3000 M2 dan luas bangunan 2000 M2. Bangunan yang tersedia yaitu berupa kios 608 bangunan dan 324 los, jumlah pedagang yang menjual sebanyak 942

(7)

2 pedagang dan aktivitas Pasar Tradisional Benteng Kabupaten Selayar yaitu setiap hari. Perkembangan Pasar Tradisional Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar tidak menentu, karena sebagian pedagang yang tidak memiliki kios atau los berpindah ke pasar TPI.

Banyak masalah yang terjadi di Pasar Tradisional Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar, diantaranya ialah los dan kios yang tidak mencukupi serta tidak representatif lagi untuk digunakan. Selain itu area parkir yang hanya disediakan bagi pengendara motor dengan jumlah yang tidak memadai, ditambah bongkar muat barang yang tidak strategis sehingga proses pengangkutan mengganggu pengguna jalan dan menyebabkan kemacetan. Pada pagi hari sebelum pasar ini beroperasi di sisi badan jalan area pasar ini dipenuhi oleh para pedagang. Serta masalah lain yaitu kurangnya fasilitas penunjang yang dimaksudkan adalah fasilitas tempat pembuangan sampah yang tidak terkontrol dan menyebabkan penimbunan sampah dan bau yang menyengat pada area bongkar muat barang dagangan hasil pertanian.

Penataan kembali Pasar Tradisional Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan pedagang, dapat memenuhi pelayanan pasar tersebut sesuai dengan skala operasionalnya serta memenuhi fungsinya sebagai pusat perdagangan tradisional kawasan. Selain itu diharapkan dengan pengembangan dan penataan pasar ini dapat memperbaiki dan menyelasaikan masalah lingkungan yang berada di area kawasannya.

Dilihat dari aspek perilaku, desain pasar juga menghambat aktivitas interaksi antara pedagang dan konsumen. Hal ini terlihat dari penzoningan yang membuat

(8)

3 konsumen keliru, desain sirkulasi yang tidak tertata dengan baik, parkir yang terlalu dekat dengan zoning pedagang, dan bercampurnya dagangan basah dan kering serta masih banyak hal lainnya secara tidak langsung mengganggu aktivitas perdagangan. Masalah- masalah tersebut tidak akan terselesaikan dengan penataan serta zoning semata, melainkan dengan perancangan yang konfrehensif dengan mempertimbangkan seluruh aspek permasalahan. Hal lain yang tidak kalah penting adalah penyelarasan bangunan ( ruang baru yang tercipta) dengan lingkungan tapak sekitarnya.

Dari permasalahan yang terjadi saat ini di Pasar Tradisional Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan langkah tepat guna menyelesaikan permasalahan dasar demi peningkatan nilai ekonomi pasar. Konsep pendekatan yang digunakan adalah dengan pengamatan pola perilaku pengguna. Hal ini dinilai tepat dan sesuai dengan karakter pasar yang masih kental dengan budaya tradisionalnya. Output yang keluar nantinya diharapkan dapat menjawab tantangan yang ada serta dengan karakter budaya setempat. Menata kembali bangunan Pasar Tradisional Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar, kios dan lapak baik yang berada diluar maupun di dalam pasar.

(9)

4 B. Rumusan Masalah

1. Masalah Non Arsitektural

a. Apa saja aktifitas dan fasilitas pada Pasar Tradsional yang diredesain?

b. Bagaimana pola kegiatan pada Pasar Tradisional?

2. Masalah Arsitektural

a. Bagaimana mewujudkan Redesain Pasar Tradisional Benteng dan fasilitas penunjangnya ?

b. Bagaimana menentukan pola ruang dari Pasar Tradisional Benteng ? c. Bagaimana cara menentukan pola tata massa Pasar Tradisional

benteng?

d. Bagaimana menentukan sirkulasi terhadap Pasar Tradisional Benteng ?

C. Tujuan Dan Sasaran 1. Tujuan

Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mendapatkan hasil desain ulang bangunan Pasar Tradisional Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan.

2. Sasaran

Mengadakan studi tentang aspek-aspek yang berkaitan dalam Pasar Tradisional, yang meliputi :

a. Konsep analisis kondisi pasar lama b. Menyusun acuan perencanaan c. Desain, terdiri dari ;

(10)

5 1) Lokasi

2) Kebutuhan hubungan ruang dan besaran ruang 3) Bentuk standard dan material

4) Sirkulasi

5) Perlengkapan bangunan 6) Landscape

D. Manfaat

Untuk memperoleh suatu wawasan dalam mendesain ulang sebuah Pasar Tradisional yang berawal dari langkah-langkah yang bermula dari proses penyusunan acuan perancangan sampai menjadi desain grafis.

E. Lingkup Pembahasan

1. Ruang Lingkup Substansial

Lingkup pembahasan pada penulisan skripsi merupakan kajian ilmu arsitektur yang meliputi perencanaan dan perancangan Pasar Tradisional Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Ruang Lingkup Spasial

Redesain Pasar Tradisional Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar dibatasi pada desain perencanaan sesuai Arsitektur Vernakular, estimasi waktu 10 tahun ke depan dengan fungsi sebagai pasar tradisional dengan skala kabupaten

(11)

6 F. Sistematika Pembahasan

Kerangka bahasan laporan perencanaan dan perancangan Tugas Akhir dengan judul Redesain Pasar Tradisional Benteng adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, metode penulisan dan sistematika bahasan yang mengungkapkan permasalahan secara garis besar serta alur pikir dalam menyusun Landasan Program Perencanaan dan Perancangan

BAB II TINJAUAN UMUM

Berisikan tinjauan pustaka secara umum tentang pasar dan perkembangannya, pengenalan pasar tradisional sebagai penampung dan pengatur perdagangan dan tinjauan terhadap bangunan pasar tradisional BAB III TINJAUAN KHUSUS PERENCANAAN REDESAIN PASAR TRADISIONAL KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN PENEKANAN PADA ARSITEKTUR VERNAKULAR

Merupakan tinjauan Redesain Pasar Tradisional Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar di antaranya tinjauan Kabupaten Kepulauan Selayar, tinjauan lokasi perancangan yang kemudian diolah agar mendapatkan pendekatan terhadap konsep perencanaan.

BAB IV KESIMPULAN

Membahas tentang kesimpulan dalam hal perancangan Redesain Pasar Tradisional dari bab sebelumnya

(12)

7 BAB V STUDI PENDEKATAN ACUAN PERENCANAAN

Berisi tentang kajian/analisa perencanaan yang pada dasarnya berkaitan dengan pendekatan aspek fungsional, aspek kinerja, aspek teknis, aspek kontekstual, dan aspek visual arsitektural.

BAB VI ACUAN PERANCANGAN

Membahas konsep, program, dan persyaratan perencanaan dan perancangan arsitektur untuk redesain pasar tradisional di Kabupaten Kepulauan Selayar.

(13)

8

(14)

8

BAB II

TINJAUAN UMUM REDESAIN PASAR TRADISIONAL BENTENG

A. Tinjauan Pasar Tradisional Benteng 1. Definisi

a. Pengertian Redesain

Redesain memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga redesain dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.

Definisi dan arti kata redesain di KBBI adalah rancangan ulang.

Contoh, produk ini semacam redesain dari produk sebelumnya. Redesain memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga redesain dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.

Demikian arti kata redesain di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring edisi III dan juga rangkuman dari berbagai sumber lainnya. Untuk melakukan validasi terhadap keakuratan dari rangkuman kami, silakan kunjungi laman KBBI Daring Resmi dan Tesaurus Daring Resmi dari kata redesain yang merupakan laman KBBI edisi V (terbaru) dan Tesaurus (terbaru) resmi dari Badan Pengembangan Bahasa Dan Pembukuan, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (Kemdikbud).

b. Pasar Tradisional Benteng

Kabupaten Kepulauan Selayar Tradisional atau pasar pemasok berbagai jenis kebutuhan sayur dan buah serta kebutuhan pokok lainya

(15)

9 yang terletak di jalan Pahlawan, Kecamatan Benteng. Asal mula nama Pasar Tradisional Benteng kabupaten Kepulauan Selayar yaitu dari bentuk bangunan dan bertempat di Kabupaten Kepulauan Selayar c. Kabupaten Kepulauan Selayar

Kabupaten Kepulauan Selayar adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu Kota Bnteng.

Kabupaten ini memiliki luas sebesar 10.503,69 km2 (wilayah daratan dan lautan) dan berpenduduk sebanyak 134.280 jiwa (BPS, Kabupaten Kepulauan Selayar, 2018).

Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki beberapa pasar yang terbagi atas beberapa kecamatan yaitu:.

Tabel II.1 Data Pasar Kab.Kep.Selayar No Kecamatan

Data Pasar Kab.Kep.Selayar

Resmi Jenis Pasar

1. Kecamatan Bontomatene

a. Batang mata

b. Bontona Saluk

c. Onto

d. Parangia

e. Batangmata

Pasar Pasar Pasar Pasar Pasar

Tradisional Tradisional Tradisional Tradisional Tradisional Sapo

f. Bonelohe

Pasar Pasar

Tradisional Tradisional 2. Kecamatan

Benteng

a. Pasar Tradisional Benteng

b. Pasar TPI

Pasar

Pasar

Tradisional

Tradisional 3. Kecamatan

Bontoharu a. Padang Pasar Tradisional

(16)

10 4. Kecamatan

Bontomanai

a. Polebunging

b. Barugaia

c. Lembang Bosan

Pasar Tradisional Pasar Tradisional Pasar Tradisional 5. Kecamatan

Bontosikuyu

a. Pasar Pariangan

b. Tile-tile

c. Appatanah

d. Paggarngan

e. Tongke-tongke

Pasar Tradisional Pasar Tradisional Pasar Tradisional Pasar Tradisional Pasar Tradisional 6. Kecamatan

Pasimarannu

a. Majapahit Pasar Tradisional 7. Kecamatan

Pasilambena

a. Garaupa

b. Kalaotoa

Pasar Tradisional Pasar Tradisional 8. Kecamatan

Pasimasunggu

a. Kembang Ragi

b. Bontosaile

c. Mamminasa

Pasar Tradisional Pasar Tradisional Pasar Tradisional 9. Kecamatan

Pasimasunggu Timur

a. Bontobulaeng Pasar Tradisional

10 Kecamatan Takaboner ate

a. Tarupa

b. Batang

c. Kayuadi

Pasar Tradisional Pasar Tradisional Pasar Tradisional 11. Kecamatan Buki a. Buki

b. Tanabau Tenro

Pasar Tradisional Pasar Tradisional Sumber Data: (Diskop.perindag.ukm 2017: 6)

(17)

11 2. Jenis Pasar

a. Pasar Tradisional

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 70/M- DAG/PER/12/2013, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Pasar lokal adalah pasar yang berdiri secara alamiah berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat, dan atau pasar yang dibangun dan dikelolah oleh pemerintah daerah atau swasta, BUMN dan BUMD termasuk kerjasama dengan swasta berupa tempat usaha yang berbentuk kios, took,los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan melalui proses jual beli barang dagangan dan atau jasa dengan tawar menawar (Rancangan Peraturan daerah Kota Makassar tentang perlindungan, Pemberdayaan pasar Lokal dan penataan Pusat perbedaan dan toko Modern).

Usaha-usaha pasar lokal/tradisional digolongkan menjadi beberapa bentuk, sebagai berikut berdasarkan menjadi beberapa

(18)

12 bentuk, sebagai berikut berdasarkan Rancangan Peraturan daerah Kota Makassar tentang perlindungan, Pemberdayaan pasar Lokal dan penataan Pusat perbedaan dan toko Modern Pasal 4 :

1) Pasar Induk

Pasar induk adalah pasar yang merupakan pusat distribusi yang menampung hasil produksi petani yang dibeli oleh para pedagang tingkat grosir kemudian dijual kepada para pedagang tingkat eceran untuk selanjutnya diperdagangkan di pasar- pasar eceran di berbagai tempat mendekati para konsumen.

2) Pasar Penunjang

Pasar penunjang, bagian dari pasar induk yang membeli dan menyalurkan hasil produksi petani dari pasar induk untuk kemudian di distribusikan ke pedagang tingkat eceran.

3) Pasar Khusus

Pasar khusus adalah pasar dimana barang yang diperjual belikan bersifat khusus atau spesifik seperti pasar hewan, pasar ikan hias, pasar tanaman hias, pasar keramik, pasar burung, dan sejenisnya.

4) Pasar Lingkungan

Pasar lingkungan adalah yang berdiri secara alamiah berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat dan dikelola oleh pemerintah daerah, badan usaha, atau kelompok masyarakat yang ruang lingkup pelayanannya meliputi satu lingkungan pemukiman, dengan jenis barang yang diperdagangkan meliputi kebutuhan pokok sehari-hari.

(19)

13 5) Pasar Darurat

Pasar darurat adalah pasar yang dikelola oleh kelompok masyarakat dan atau pemerintah daerah yang waktu pelayanannya antara pukul 06.00-11.00 Wita dan jenis barang yang di perdagangkan meliputi kebutuhan pokok sehari-hari.

b. Pasar Modern

1) Pasar Modern yaitu pasar dimana penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang jual, selain bahan makanan seperti buah, sayuran, daging sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan hypermarket, supermarket, dan minimarket.

(sumber: Peraturan Daerah Kota Makassar No. 15 Tahun 2009).

2) Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. (peraturan menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M- DAG/PER/12/2008 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Pasal 1 ayat 5).

3) Mal atau super mal atau plaza adalah sarana atau tempat usaha untuk melakukan perdagangan, rekreasi, dansebagainya yang diperuntukkan

(20)

14 bagi kelompok, perorangan, perusahaan, atau koperasi untuk melakukan penjualan barang-barang dan/atau jasa yang terletak pada bangunan/ruangan yang berada dalam suatu kesatuan wilayah atau tempat.

4) Syarat batasan luasan lantai penjualan toko modern Pasal 9 Peraturan menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor 53/M- DAG/PER/12/2008 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Pasal 1 ayat 5

Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah sebagai berikut : a) Minimarket, kurang dari 400 m2

b) Supermarket, 400 m2 sampai dengan 5.000 m2 c) Hypermarket, lebih dari 5000 m2

d) Departement Store, lebih dari 400 m2 e) Perkulakan, lebih dari 5.000 m2

5) Usaha-usaha Pusat perbelanjaan dan Toko Modern digolongkan berdasarkan jenis dan skala barang yang diperdagangkan, Rancangan Peraturan Daerah Kota Makassar Tentang Perlindungan, Pemberdayaan Pasar Lokal dan Penataan Pusat Perbedaan dan Toko Modern Pasal 5 ayat 2

a) Golongan pertama dengan jenis barang untuk kebutuhan primer, sekunder, dan tersier, dengan skala penjualan eceran dan kemasan.

b) Golongan kedua dengan jenis barang untuk kebutuhan primer dan sekunder, dengan skala penjualan eceran dan kemasan.

(21)

15 c) Golongan ketiga dengan jenis barang untuk kebutuhan primer dan

sekunder, dengan skala penjualan grosir dan kemasan.

3. Syarat-syarat Pasar Tradisional

Syarat-syarat Pasar Tradisional menurut peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007, tentang pembangunan, penataan dan pembinaan Pasar Tradisional

a. Aksebilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan, dalam kenyataan ini bewujud jalan dan transportasi atau pengaturan lalu lintas.

b. Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi lingkungannya.

c. Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau pemekaran kawasan pasar dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.

d. Ekologis, yaitu keterpaduan antara tatanan alam yang mewadahinya.

4. Tipe Tempat Berjualan Pada Pasar

Dalam Reski Rahayu (2011:24). Tempat berjualan atau lebih sering disebut stan dipilih dengan cara undian. Jenis barang yang sudah dikelompokkan dilihat jenis barang dagangan apa yang paling banyak diperdagangkan dan paling diminati. Bagian atau blok-blok yang telah ditetapkan tempat-tempat yang strategis diutamakan diundi dahulu untuk mengurus setiap bagian, setelah itu sisanya kembali diundi untuk pedagang lainnya. Demikian pula sistem undian yang dilakukan unrtuk memilih stan pada tempat penampungan sepanjang jalan pada saat renovasi dikerjakan.

(22)

16 Tempat-tempat yang strategis sangat diminati oleh pedagang karena terlebih dahulu dapat terlihat atau dikunjungi pembeli. Tempat strategis yang dimaksud adalah sirkulasi utama, dekat pintu masuk, dekat tangga, atau dekat hall.

Tipe tempat berjualan antara lain : a. Kios

Tipe tempat berjualan yang tertutup, tingkat keamanannya lebih tinggi disbanding dengan yang lain. Dalam kios dapat ditata dengan berbagai macam alat display. Pemilikan kios tidak hanya satu saja tapi dapat beberapa kios sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

b. Los

Tipe tempat berjualan yang terbuka tetapi dibatasi secara pasti atau tetap.

Barang-barang yang sukar bergerak, misalnya dibatasi oleh lemari, meja, kursi dan sebagainya.

c. Pelataran

Tipe tempat berjualan yang terbuka dan tidak dibatasi secara tetap tetapi mempunyai tempat sendiri. Yang termasuk pedagang pelataran di pasar adalah penjual asongan yang berjualan di dalam pasar maupun yang diluar Wilayah pasar tetapi masih menempel di dinding pasar.

5. Permasalahan Umum Yang Dihadapi Pasar Tradisional a. Banyak pedagang yang tidak tertampung

b. Pasar tradisional mempunyai kesan kumuh

c. Dagangannya yang bersifat makanan siap saji mempunyai kesan kurang higienis.

(23)

17 d. Pasar moderen yang banyak tumbuh dan berkembang merupakan pesaing

serius pasar tradisional

e. Redahnya kesadaran pedagang untuk mengembangkan usahanya dan menempati tempat dasarnya yang sudah ditentukan

f. Banyak pasar yang berstatus sebagian tanah milik Pemerintah Daerah dan Sebagian memiliki Pemerintah Desa.

g. Banyak pasar yang sampai saat ini tidak beroperasi secara maksimal karena adanya pesaing pasar lain sehingga perlu pemanfaatan lokasi secara efektif.

h. Masih rendahnya kesadaran pedagang dalam membayar retribusi.

i. Masih adanya pasar yang kegiatannya hanya pada hari pasar.

B. Syarat dan Standar Perencanaan dan Perancangan Pasar 1. Indikator Pengelolaan Pasar yang Berhasil

Menurut Mentri Perdagangan Republik Indonesia, Mari Elka Pangestu dalam Galuh Oktavina (2011:40) Indikator pengelolaan pasar yang berhasil adalah sebagai berikut :

a. Manajemen yang transparan

Pengelolaan manajemen pasar yang transparan dan professional.

Konsumen dengan peraturan yang ditegakkannya dan tegas dalam menegakkan saksi jika terjadi pelanggaran.

(24)

18 b. Keamanan

Satuan pengamanan pasar bekerja dengan penuh tanggung jawab dan bisa melakukan koordinasi dan kerjasama dengan para penyewa/pedagang. Para penghuni memiliki kesadaran yang tinggi untuk terlibat dalam menjaga keamanan bersama.

c. Sampah

Sampah tidak bertebaran di sembarang tempat. Para pedagang membuang sampah pada tempatnya. Tong sampah tersedia di berbagai tempat, sehingga memudahkan bagi pengunjung untuk membuang sampahnya. Pembuangan sampah sementara selalu tidak menumpuk dan tidak membusuk karena sampah diangkut oleh armada pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir secara berkala.

d. Ketertiban

Tercipta ketertiban di dalam pasar. Ini terjadi karena para pedagang telah mematuhi semua aturan main yang ada dapat menegakkan disiplin serta bertanggung jawab atas kenyamanan para pengunjung atau pembeli.

e. Pemeliharaan

Pemeliharaan bangunan pasar dapat dilakukan baik oleh pedagang maupun pengelola. Dalam hal ini telah timbul kesadaran yang tinggi dari pedagang untuk membantu manajemen pasar memelihara sarana dan prasarana pasar seperti saluran air, ventilasi udara, lantai pasar, kondisi kios dan lain sebagainya.

(25)

19 f. Pasar sebagai sarana/fungsi interaksi social

Pasar yang merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai suku di tanah air menjadi sarana yang penting untuk berinteraksi dan berekreasi. Tercipta suasana damai dan harmonis di dalam pasar.

g. Pemeliharaan pelanggan

Para penjual memiliki kesadaran tinggi akan pengtingnya menjaga agar para pelanggan merasa betah berbelanja dan merasa trpanggil untuk selalu berbelanja di pasar. Tidak terjadi penipuan dalam hal penggunaan timbungan serta alat ukur dijual, serta selalu tersedia sesuai kebutuhan para pelanggan.

h. Produktifitas pasar cukup tinggi

Pemanfaatan pasar untuk berbagai kegiatan transaksi menjadi optimal.

Terjdi pembagian waktu yang cukup rapi dan tertib :

1. Pukul 05:30 s/d 09:00 aktifitas pasar diperuntukkan bagi para pedagang kaki lima khusus makanan sarapan/jajanan pasar.

2. Pukul 04:00 s/d 17:00 aktifitas pasar diperuntukkan bagi para pedagang kios dan lapak dan penjualan makanan khas.

3. Pukul 06:00 s/d 24:00 aktifitas pasar diperuntukkan bagi para pedagang ruko.

4. Pukul 16:00 s/d 01:00 aktifitas pasar diperuntukkan bagi para pedagang café tenda.

(26)

20 i. Penyelenggaraan kegiatan (event)

Sering diselenggarakan kegiatan peluncuran produk-produk baru dengan membagikan berbagai hadiah menarik kepada pengunjung. Ini dilakukan bekerjasama dengan pihak produsen.

j. Promosi dan “Hal Pelanggan”

Daya tarik pasar tercipta dengan adanya karakteristik dan keunikan bagi pelanggan. Daya tarik ini harus dikemas dalam berbagai hal, mulai dari jenis barang dan makanan yang dijual hingga pada berbagai program promosi. Manajemen pasar bekerjasama dengan para pedagangnya menentukan hari-hari tertentu sebagai “Hari Pelanggan”, dimana dalam satu waktu tertentu para pedagang melakukan kegiatan yang unik seperti berpakaian seragam daerah atau menyelenggarakan peragaan pakaian atau makanan daerah tertentu dan lain sebagainya

2. Struktur Organisasi Pasar

Menurut Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009, untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi perlu dibentuk suatu struktur. Struktur organisasi juga berfungsi untuk membagi tugas agar tujuan organisasi dapat tercapai secara optimal. Berikut merupakan struktur organisasi Dinas Pasar.

(27)

21 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pasar

Sumber: http://dinaspasar.slemankab.go.id/struktur-organisasi/

3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Manajemen Pasar Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Mari Elka

Pangestu, agar semua tugas dapat dilaksanakan secara tertib dan menghindari terjadinya penyimpangan yang tidak diinginkan, maka diperlukan adanya SOP yang bisa diuraikan sebagai berikut:

a. Manajemen keuangan yang terpusat, khususnya dalam hal Collecting fee dari pedagang/penyewa.

1. Pedagang membayar kewajiban secara langsung kepada petugas yang ditunjuk, tidak ada petugas lain dilapangan yang boleh menerima uang dari penyewa.

(28)

22 2. Hanya terdapat 1 (satu) jenis fee yang dibebankan kepada penyewa, di dalamnya sudah meliputi biaya sewa, kebersihan, keamanan dan pemeliharaan. Besarnya fee telah disetujui bersama antara manajemen dan penyewa.

b. Hak Pakai

1. Untuk tempat usaha dalam bentuk kios, hak pakai idealnya tidak lebih dari 5 (lima) tahun. Hal ini untuk mempermudah melakukan upaya-upaya dalam hal apabila pemegang hak tidak membuka kiosnya.

2. Untuk tempat usaha dalam bentuk los, hak pakai idealnya tidak lebih dari 3 (tiga) bulan, dikarenakan biasanya pedagang los sifatnya musiman.

c. Keamanan dan Ketertiban

1. Agar lebih terjamin, pemeliharaan dan peningkatan ketertiban di lingkungan pedagang harus melibatkan semua penyewa untuk meringankan tugas para petugas keamanan.

2. Tugas keamanan dan ketertiban secara umum dilakukan oleh Security.

3. Setiap blok kios terdapat petugas keamanan yang bertanggung jawab melakukan pengawasan secara reguler.

4. SDM bidang keamanan adalah orang terlatih yang direkrut dari lingkungan sekitar maupun ekspreman yang terikat kontrak.

(29)

23 d. Kebersihan dan Sampah

1. Pembersihan tempat dilakukan secara terus menerus, tidak berdasarkan jadwal, tetapi situasional berdasar keadaan di tempat.

2. Setiap kelompok kios terdapat tempat penampungan sampah sementara, kemudian secara berkala dipindahkan ke tempat penampungan akhir oleh petugas yang disewa oleh manajemen pasar.

3. Sampah akhir yang terkumpul pada tempat penampungan akhir di angkut ke luar pasar 2 (dua) kali sehari.

e. Perparkiran

Tidak ada tempat parkir yang diblok/direserved untuk pelanggan sehingga semua memiliki hak yang sama atas tempat parkir. Tempat parkir harus tersedia cukup luas untuk menampung kendaraan para pengunjung.

f. Pemeliharaan Sarana Pasar

Secara rutin, manajemen pasar harus melakukan pengecekan terhadap kondisi fisik bangunan dan sarana fisik lainnya. Pada saat melakukan pengecekan, petugas harus mengisi checklist yang dibawanya dan langsung melakukan pelaporan begitu pengecekan selesai dilakukan.

Setelah menerima laporan, bagian Pemeliharaan harus segera melakukan tindakan.

g. Penteraan

Secara berkala, dilakukan penteraan terhadap alat ukur di pasar khususnya timbangan. Tujuannya disamping menjamin kepastian

(30)

24 ukuran di pasar juga untuk membangun kepercayaan konsumen. Ini dilakukan melalui koordinasi dan kerjasama dengan dengan Dinas Metrologi setempat.

h. Penanganan Distribusi barang

Manajemen pasar harus menyiapan lokasi khusus untuk penanganan distribusi dan delivery barang masuk ke pasar. Ini juga akan memudahkan dilakukannya pengawasan terhadap barang yang masuk ke pasar. Untuk barang yang masuk, terlebih dahulu harus dilakukan penyortiran atau pengolahan awal sebelum dijajakan di tempat penjualan:

1. Untuk komoditi pertanian diakukan penyortiran terhadap barang yang sudah busuk.

2. Untuk ayam potong disediakan tempat pengolahan/pemotongan dan pembersihan di luar area dagangan.

3. Untuk bahan makanan (bakso, mie basah, dll) dilakukan pengetesan (kertas lakmus) untuk mengetahui kandungan bahan aditif.

4. Untuk makanan kemasan dilakukan pengawasan terhadap masa kadaluwarsanya (expired date). Selain itu, harus tersedia tempat penyimpanan atau gudang yang aman dan bisa membuat barang dagangan tahan lama atau tidak cepat rusak: harus ada gudang dengan suhu normal dan tidak ada tikus atau binatang perusak lainnya, harus ada cold storage untuk bahan yang tidak tahan lama.

(31)

25 Dengan demikian, kios di dalam pasar dapat secara optimal hanya berfungsi sebagai tempat menjajakan dagangan, bukan tempat penumpukan barang.

C. Tinjauan Terhadap Konsep Pendekatan Arsitektur Vernakular 1. Sejarah arsitektur

Pengertian arsitektur vernakular dari beberapa ahli :

a. Amos Rapoport (House Form and Culture, 1969)

Karya arsitektur yang tumbuh dari segala macam tradisi dan mengoptimalkan atau memanfaatkan potensi-potensi local seperti material, teknologi, dan pengetahuan.

b. Paul Groth (1999)

Bangunan vernacular = bangunan biasa

Studi arsitektur yang polos dengan kasta rendah, biaya rendah atau dibangun oleh kelompok tradisional yang menggunakan biaya setempat yang abadi dan tidak berubah.

Kesimpulan:

Arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat, lahir dari masyarakat etnik, dan berakar pada tradisi etnik dengan beberapa ciri :

a. local knowledge, local material, erat dengan elemen berbau mitos, cara hidup (berdasar) masyarakat setempat

b. merupakan pengalaman dan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan berdiri

(32)

26 c. tidak berupa produk tetapi proses, lebih berupa konsep daripada

materi

2. Karakteristik arsitektur vernakular

a. arsitektur vernakular tidak mengacu pada hal lain dari budaya, berkembang mengadopsi arsitektur regional dan mewujudkan budaya setempat

b. Menurut Kingston, 2003

1. diproduksi individu untuk digunakan sendiri 2. bersifat local

3. kontraktor / pembangunannya anonym dengan menggunakan pemula atau aturan dari tradisi yang diadaptasi secara lokal c. Menurut Paul Groth, 2000

1. bentuk keseharian akrab dengan daerah tertentu dari populasi 2. sering dibuat dengan bahan yang tersedia disekitarnya untuk

diaplikasi pada fungsi bangunan

Enam factor pengaruh bentuk dan model vernakular (Amos Rapoport, 1969)

1. bahan 2. kontruksi 3. teknologi 4. iklim 5. lahan

6. social-budaya

(33)

27 11 prinsip arsitektur vernacular (Paul Oliver, 1987)

1. shelter of the nomads 2. rural settlement 3. types and process 4. built from the ground 5. resources that grows 6. coping the climate 7. living space

8. values, symbol, and meaning 9. decorated dwelling

10.village, town and city 11.housing the homeless Pendekatan Arsitektur Lokal 1. Definisi Arsitektur Lokal

Dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan, topik arsitektur vernakular dapat dikatakan masih relatif muda. Istilah vernakular sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Bernard Rudofsky tahun 1964 melalui pameran yang bertema Architecture without Architects di Museum of Modern Art (MoMA). Term vernakular ini sendiri berasal dari kata verna (dari bahasa Latin) yang artinya domestic, indigenous, native slave, atau home-bom, dan dipilih oleh Rudofsky untuk mengklasifikasikan arsitektur lokal (umumnya berupa hunian) yang ditemukannya di berbagai belahan dunia. (Mentayani dan Ikaputra, 2012;69)

(34)

28 Gambar 2. 2 Arsitektur Lokal Pada

Rumah Adat Selayar Sumber:

( Olah Data 2020)

Menurut Mentayani dan Ikaputra (2012; 70-71), berdasarkan seluruh uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara umum arsitektur vernakular memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Diciptakan masyarakat tanpa bantuan tenaga ahli/arsitek professional melainkan dengan tenaga ahli lokal/setempat.

b. Dibangun dengan beradaptasi terhadap kondisi fisik, sosial, budaya dan lingkungan setempat.

c. Dibangun dengan memanfaatkan sumber daya fisik, sosial, budaya, religi, teknologi dan material setempat.

d. Memiliki tipologi bangunan awal dalam wujud hunian dan lainnya yang berkembang di dalam masyarakat tradisional.

e. Dibangun untuk mewadahi kebutuhan khusus, mengakomodasi nilai-nilai budaya masyarakat, ekonomi dan cara hidup masyarakat stempat.

f. Fungsi, makna dan tampilan arsitektur vernakuler sangat dipengaruhi oleh aspek struktur sosial, sistem kepercayaan dan pola perilaku masyarakatnya.

(35)

29 No Ungkapan Simbolis Makna Filosofis

1. Analogi Bangunan rumah dianggap

sebagai sebagian dari diri manusia(penghuni).

Memiliki roh atau nyawa

2. Bentuk Perpaduan 3 elemen

bentuk:

1. Bentuk rongga ruang(Kolo m Rumah)

2. Bentuk padat rongga(Bad an Rumah)

3. Bentuk rongga ruang(Atap Rumah

3. Proporsi Denah bentuk persegi

empat panjang(Ada kesamaan proporsi golden section).

X adalah lebar rumah Y adalah panjang rumah X adalah tinggi rumah

4. Estetika Perpaduan 3 elemen

bentuk(Persegi empat panjang dan segitiga).

Akan melahirkan estetika yang structural.

Sumber:( Beddu, 2009;195)

(36)

30 No Ungkapan Simbolis Makna Filosofi 1. Tiang/Kolo

m (Aliri)

1. Kekuatan/kekokohan 2. Kestabilan

3. Flexibilitas 4. Naturalistis

1. Kekuatan/kekokohan 2. Kestabilan

3. Flexibilitas 4. Naturalistis

NB: Posisi tiang samping

yan g

mengarah keluar, dianalogikan sebagai posisi kuda-kuda pesilat yang kuat dan

stabil.

(37)

31 2. Tiang Pusat

Rumah(Posi Bola)

Untuk tiang pusat rumah dipilih tiang, dimana salah satu sudut sisinya tidak terbentuk (de‟nanrei parewa). Artinya tidak tersentuh alat.

Makanya rumah akan terhindar dari

marabahaya atau

malapetaka.

3. Pasak

Rumah(Pattolo ) dan (arateng)

Jarak lubang pasak atas dan bawah pada kolom, dipilih angka ganjil yaitu

x=5cm/7cm/9cm (Angka

ini dianggap angka hidup)

Sumber:( Beddu, 2009;195)

2. Perbedaan Arsitektur Tradisional dengan Arsitektur Vernakular Seringkali para praktisi arsitektur keliru membedakan antara Arsitektur Tradisional dan Arsitektur Vernakular, padahal diantara keduanya itu ada perbedaan yang mendasar. Berikut adalah

perbandingan perbedaan arsitektur vernacular dan tradisional secara garis besar :

(38)

32 Gambar 2.3 Perbedaan Arsitektur

Tradisional dan Vernakular Sumber:(Gatot Suharjanto. 2020)

Inti dari pemaparan kajian Arsitektur Vernakular maka dapat di simpulkan bahwa aliran yang tumbuh dari arsitektur rakyat (Tradisional) yang sangat kental akan tradisi dan pemanfaatan potensi lokal terutama material. Penerapan Arsitektur Vernakular kedalam perencanaan Redesain Pasar Tradisional Kabupaten Kepulauan Selayar adalah merancang kembali kawasan Pasar Tradisional Kabupaten Kepulauan Selayar dengan menerapkan material terbarukan tanpa mengubah karakter bangunan setempat.

(39)

33 D. KONDISI EKSISTING PASAR

Gambar 2.4 Kondisi Pasar Tradisional Benteng Selayar (sumber: https.repositori.uin-alauddin.ac.id)

Gambar 2.5 Kondisi Pasar Tradisional Benteng Selayar (sumber: https.repositori.uin-alauddin.ac.id)

(40)

34 E. STUDI BANDING DAN STUDI LITERATUR

1. Studi banding

a. Pasar Gede Hardjanagara

Gambar 2.6 Pasar Gede Sumber : (https.eprints.undip.ac.id)

Pasar Gede berlokasi pada lokasi yang strategis yaitu di persimpangan jalan dari kantor gubernur pada zaman kolonial Belanda yang sekarang berubah fungsi menjadi Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten. Dalam sejarahnya, Karsten adalah orang yang menganut paham demokrasi dan sangat menghargai budaya. Arsitektur pasar gede merupakan perpaduan antara gaya belanda dan gaya tradisional.

Bangunan pasar selesai pembangunannya pada tahun 1930 dan diberi nama Pasar Gedhé Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gedhé (dalam bahasa Jawa) atau “pasar besar” karena pintu gerbang di bangunan utama menggunakan atap yang besar, terlihat seperti atap singgasana. Pasar gede terdiri dari dua bangunan yang

(41)

35 terpisahkan jalan. Masing-masing dari kedua bangunan ini terdiri dari dua lantai. Seiring dengan perkembangan masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Pasar Gede dulunya dibangun sebagai mediator perdagangan bagi masyarakat Belanda-Cina- pribumi pada saat itu, dengan harapan hubungan antara etnis-etnis tersebut yang semula penuh konflik dapat berlangsung harmonis.

Bangunan Pasar Gede terdiri dari 2 (dua) bangunan :

a. Bagian Barat (1.364 m2) : Menyediakan jenis dagangan buah – buahan dan ikan hias.

b. Bagian Timur (5.607 m2) : Menyediakan dagangan kebutuhan sehari – hari dan mempunyai spesifikasi menyediakan

makanan khas Solo

Pada desain Pasar Gede kita dapat mencermati beberapa strategi desain Karsten untuk menghasilkan pasar yang nyaman dan sesuai dengan karakter masyarakat Solo. Pasar ini merupakan pasar yang dirancang dengan sangat baik dari segi sirkulasi udara maupun pengguna. Sirkulasi udara diwujudkan dengan bentuk atap dan juga adanya jendela-jendela yang dibuat besar juga pada lantai dua tinggi dinding yang hanya sekitar satu pertiga dari dinding dan diatasnya menggunakan kawat. Untuk sirkulasi udara dan cahaya agar berjalan dengan baik juga untuk memudahkan komunikasi antara pedagang di lantai 1 dan pedagang di lantai 2 maka void dibuat lebar. Void yang luas ini membuat bangunan pasar gede terasa lebih longgar dan menjadi pasar yang nyaman untuk pengguna dibandingkan dengan pasar-pasar tradisional lain yang

(42)

36 biasanya karena tidak terasa sumpek di dalamnya. Apalagi dengan adanya viod ini maka jarak antara lantai dengan atap akan lebih tinggi maka hal ini juga akan memberikan efek pada sirkulasi udara yang baik juga.

Untuk menjaga kondisi tidak panas di dalam pasar atap- atapnya ke timur-barat sehingga meminimalkan penyerapan radiasi matahari. Walaupun pasar ini dikatakan satu bangunan tetapi menggunakan atap yang banyak pada bagian dalamnya (tiap petak bangunan los pedagang) dapat mengurangi luasan paparan sinar matahari. Atap pada bangunan pasar Gede ini menggunakan rangka baja. Bahan penutup atap yang digunakan yaitu sirap dan juga seng pada bagian atap tertentu namun sebagian besar bangunan beratapkan sirap. Penggunaan atap sirap bertujuan untuk merespon iklim tropis yang panas karena sifat kayu yang melepas udara dingin saat panas dan menyimpan panas yang akan dikeluarkan jika udara disekitarnya dingin. Atap yang menggunakan seng dijumpai hanya dibeberapa bagian saja dan tetap dirancang dengan sedemikian rupa agar tetap mendapatkan cahaya dan juga sinar matahari dengan baik. Fiberglass digunakan sebagai penutup atap pada void sehingga cahaya matahari siang hari dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai sumber pencahayan alami dan dapat menghemat penggunaan energi listrik.

(43)

37 Gambar 2.7 Interior dan Eksterior Pasar Gede

Sumber : (https:eprints.undip.ac.id)

Bangunan Pasar Gede dibuat tinggi untuk merespon aktivitas pengguna yaitu untuk mempermudah para pedagang membawa gendongannya ke dalam bangunan. Karena pada waktu itu para pedagang membawa barang dagangan dengan digendong sampai tinggi, maka menanggapi hal itu maka desain pasar gede dibuat sedemikian rupa. Selain itu area parkir Pasar Gede dibuat mengelilingi pasar dan berbatasan langsung dengan bangunan pasar merupakan bentuk pendekatan yang dilakukan Karsten pada kebiasaan masyarakat Solo yang pada umumnya menginginkan akses yang cepat, mudah dan bisa langsung sampai pada tempat yang diinginkan.

Dengan adanya Pasar Gede ini mempengaruhi lingkungan sekitar yaitu membentuk lingkungan sekitar menjadi daerah perdagangan / daerah komersial, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pertokoan, jasa perniagaan maupun perbankan. Selain itu beralihnya perumahan penduduk menjadi ruko.

(44)

38 Namun seiring dengan semakin meningkatnya tingkat mobilitas sering terjadi kemacetan di sekitar Pasar Gede pada jam- jam kerja. Area parkir pada Pasar Gede umumnya menggunakan bahu jalan sehingga ketika arus transportasi sedang ramai dapat menghambat kendaraan yang lewat.

b. Pasar Legi Surakarta

Gambar 2.8 Pasar Legi Surakarta

Sumber : (https:wedcaonmgamnsiotlotorayuas.merultiply.com) Pasar Legi didirikan lebih awal jika dibandingkan Pasar Gede yaitu pada masa pemerintahan Mangkunegoro I (Pangeran Samber Nyawa). Pasar Gede terletak dijalan Sutan Syahrir, Kelurahan Stabelan, Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Pasar ini mempunyai luas sekitar 16.640 m2.

Kegiatan pasar ini dimulai dari dini hari sampai malam hari. Pedagangan sudah menggelar hasil bumi sejak pukul 02.00 dinihari hingga di emper-emper jalan sekitar pasar. Pasar Legi juga melayani penjualan hingga 24 jam.

(45)

39 Mengapa disebut Pasar Legi? Selain pasar ini pertama kalinya digelar pada pasaran Legi 5 hari sekali, pasar inipun lebih banyak menggelar dagangan yang bersifat legi atau manis.

Misalnya gula jawa, jagung manis, gula aren, gula batu, gula aren hingga minuman legen. Pasar Legi menjadi pust grosir dagangan tradisional dan hasil bumi. Hampir semua hasil bumi dari daerah Surakarta dan sekitarnya masuk di Pasar Legi.

Pasar Legi merupakan pasar induk hasil bumi terbesar di Surakarta, yang mendapatkan pasokan dagangan dari berbagai daerah baik dari wilayah sekitar surakarta maupun dari luar daerah seperti Brebes, Temanggung, Tasikmalaya, Sidoarjo, Malang dan lain sebagainya. Pasar ini bisa dikatakan juga, adalah pasar bagi para penjual lainnya, karena, banyak penjual atau pedagang dari pasar-pasar lain yang lebih kecil yang mengambil dagangan atau kulakan di pasar ini.

Pasar ini pertama kali direnovasi menjadi pasar modern pada sekitar tahun 1936, atau pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara VII (1916 - 1944). Dan Pada tahun 2008 Pemerintah Kota Surakarta mengalokasikan dana untuk merenovasi beberapa bagian pasar yaitu blok ikan asin dan kelapa.

Semenjak itu tampilan Pasar Legi menjadi seperti yang kita kenal sekarang.

Saat ini Pasar Legi terdiri dari dua lantai. Hal ini dikarenakan jumlah pedagang semakin bertambah sementara luas pasar sudah terbatas. Berbeda dengan pasar berlantai dua atau lebih pada umumnya, Pasar Legi mampu mempertahankan aktivitas jual

(46)

40 beli tetap tinggi di lantai dua. Meskipun dijadikan dua lantai namun kegiatan jual beli di lantai dua tetap berlangsung ramai.

Pada Pasar Legi ketika kita ingin masuk pasar kita akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu turun ke lantai 1 atau naik ke lantai 2. Sehingga posisi halaman pasar serupa dengan bordes pada sebuah lantai sehingga terkesan tidak berat untuk naik atau turun karena hanya tinggal menempuh setengah tangga. Pembeli yang ingin ke lantai 2 atau lantai 1 pada dasarnya dihadapkan pada pilihan yang sama. Artinya jika pembeli ingin ke lantai 2, dia harus naik setengah tangga terlebih dahulu baru turun jika ingin keluar.

Sementara pembeli yang ingain ke lantai 1 harus turun setengah tangga terlebih dahulu baru naik jika ingin keluar.

Strategi tersebut hampir sama dengan yang dijumpai di Pasar Gede. Namun yang membedakan adalah lantai dua pada Pasar Gede hanya seperti sebagai pelengkap atau tambahan.

Karena pada Pasar Gede di lantai dua digunakan sebagai gudang, mushola, kantor pengelola, pedagang makanan, pedagang bunga, grosir buah dan los daging. Keberadaan gudang, musola dan kantor pengelola tentunya hanya mengundang sedikit pembeli untuk ke lantai dua. Daya Tarik bagi pembeli untuk naik ke lantai dua hanya karena adanya pedagang makanan, pedagang bunga, grosir buah dan los daging. Pedagang makanan dan pedagang bunga dapat digolongkan kebutuhan tersier sehingga seharusnya berada di lantai satu. Sementara grosir buah kurang menarik pembeli karena di lantai satu suda ada penjula buah, otomatis pembeli yang naik ke lantai dua hanya untuk membeli daging.

(47)

41 Sementara pada Pasar Legi keberadaan lantai satu dan dua merupakan sebuah kesatuan dimana tidak ada yang lebih dominan.

Dari luas lantai pun luas lantai dua hampir sama dengan lantai satu hanya pada lantai dua terdapat void untuk sirkulasi udara.

Komoditas dagangan pun juga ditata sesuai zona masing-masing.

Namun pada Pasar Legi muncul permasalahan terutama yang terjadi pada lantai satu. Karena lantai dua dibuat penuh dan void yang ada sangat kecil, sirkulasi udara di lantai satu menjadi tidak lancar. Kondisi ini menjadikan suasana menjadi pengab dan panas sehingga kurang nyaman bagi pembeli. Kecilnya void yang ada juga mengakibatkan suasana di lantai satu cenderung gelap sehingga terdapat penjual yang menggunakan pencahayaan buatan meskipun di siang hari.

2. Studi literatur

a. Suyabatmaz Demirel Market Hall for Sultangazi

Sebuah pasar yang terletak di salah satu kawasan di kota Turki. Pada desain pasar ini di tujukan untuk menjadikan sebuah pasar ini menjadi suatu bangunan yang dapat menjadi sumber aktivitas ekonomi bagi masyarakat di sekitar kawasan pasar, dan pada pasar ini memiliki area taman yang di kombinasikan pada pasar, sebagaimana pada kawasan Sultangazi belum adanya tempat yang menjadi kawasan berkumpul untuk penduduk sekitar.

(48)

42 Gambar 2.9 Suyabatmaz Demirel Market Hall for Sultangazi

Sumber: Archdaily, 2016

Pada kawasan padat sistem struktur yang bertingkat akan jauh lebih efektif untuk memaksimalkan fungsi setiap ruang pasar, yang membuat pasar ini lain dari pasar biasanya ialah mengutamakan kenyamanan pengunjung untuk menikmati suasana berbelanja pada bangunan ini tanpa harus takut akan merasa jenuh pada keadaan bangunan pasar tradisional.

Gambar 2.10 Suasana pasar Suyabatmaz Demirel Market Hall for Sultangazi

Sumber: Archdaily, 2016

(49)

43 Pasar ini juga mengutamakan kelancaran sirkulasi pada bangunan, sirkulasi pengguna pasar maupun sirkulasi kendaraan.

Infrastruktur yang memadai menjadi faktor utama untuk menciptakan kenyamanan pada bangunan. Dikarenakan pada kawasan site pasar ini memiliki kontur tanah yang menurun, pada bangnan ini menerapkan parkir basement untuk kendaraan pengguna pasar yang memanfaatkan kondisi site. Karena lokasi yang berada di keramaian kota maka daya tampung kendaraan menjadi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi dari pasar ini.

Gambar 2.11 Suyabatmaz Demirel Market Hall for Sultangazi Sumber: Archdaily, 2016

Pasar ini juga menempatkan restoran di peruntukan untuk menjadi tempat komunal baru untuk warga sekitar, juga pada bangunan ini setiap space di luar memiliki fungsi sebagai fasilitas aktivitas sosial dengan memanfaatkan landscape sebagai tempat hijau yang baru untuk kawasan sekitar dengan mengaplikasikan nya di luar bangunan ataupun menyatu dengan bangunan, dan juga pada lantai atas bangunan pasar ini juga ada area taman bermain.

(50)

44 Berdasarkan kajian preseden Suyabatmaz Demirel Market Hall for Sultangazi diatas, tipologi yang terbentuk dari perancangan pusat perbelanjaan, yaitu;

a. Konsep perancangan ialah pasar yang memberikan kesan yang tidak membosankan untuk pengunjung dengan menerapkan vegetasi pada luar bangunan maupun menyatu dengan bangunan.

b. Pasar memanfaatkan parkir basement untuk pengguna pasar.

c. Memberikan openspace di pada pasar yang bertujuan untuk digunakan oleh masyarakat untuk interaksi social sesame..

d. Penyediaan area terbuka hijau sebagai taman rekreasi dan ruang transisi dengan lingkungan sekitar.

(51)
(52)

45

BAB III

TINJAUAN LOKASI REDESAIN PASAR TRADISIONAL BENTENG

A. Gambaran Umum Kabupaten Selayar

1. Letak Geografis dan Wilayah Administrasi

Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu diantara 24 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang letaknya di ujung selatan Pulau Sulawesi dan memanjang dari Utara ke Selatan, dengan jumlah kecamatan sebanyak 11 kecamatan, 7 kelurahan, dan 67 desa.

Daerah ini memiliki kekhususan yakni satu-satunya Kabupaten di Sulawesi Selatan yang seluruh wilayahnya terpisah dari daratan Sulawesi dan terdiri dari gugusan beberapa pulau sehingga membentuk suatu wilayah kepulauan.

Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Selayar 2019.

(Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Selayar 2019 ).

Berdasarkan letak sebagaimana dikatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan Kepulauan Selayar bahwa Selat Selayar

(53)

46

dilintasi pelayaran nusantara baik ke timur maupun ke barat, bahkan sudah menjadi pelayaran internasional. Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan "kepulauan" yang berada di antara jalur alternatif perdagangan internasional yang menjadikan daerah ini secara geografis sangat strategis sebagai pusat perdagangan dan distribusi baik secara nasional untuk melayani Kawasan Timur Indonesia maupun pada skala internasional guna melayani negara-negara di kawasan Asia.

Batas-batas wilayahnya adalah :

Utara : Kabupaten Bulukumba dan Teluk Bone Selatan : Provinsi Nusa Tenggara Timur

Barat : Laut Flores dan Selat Makassar

Timur : Laut Flores (Provinsi Nusa Tenggara Timur)

Secara topografis, fisiografi Kabupaten Kepulauan Selayar bervariasi, terbagi menjadi 3 satuan morfologi, yaitu berupa satuan morfologi daratan alluvial pantai, satuan morfologi perbukitan dan bergelombang, dan satuan morfologi perbukitan dengan lereng terjal.

Satuan morfologi daratan alluvial pantai menempati daratan sempit di wilayah pantai Pulau Selayar yang terbentuk oleh endapan pasir, pantai lempungan, kerikil yang bersifat lepas, dan lapisan tipis batu gamping koral. Sedangkan satuan morfologi perbukitan bergelombang dan satuan morfologi perbukitan dengan lereng terjal dengan ketinggian 356 -657 meter diantara puncak Gunung Bontoharu (435 m) dan Gunung Bontosikuyu (607 m). Satuan morfologi ini ditempati oleh endapan hasil gunung api berupa breksi, lava, konglomerat, tufa dengan selingan batuan

(54)

47

sediment laut. Sementara itu tipe iklim di wilayah ini termasuk tipe B dan C, musim hujan terjadi pada bulan November hingga Juni dan sebaliknya musim kemarau pada bulan Agustus hingga September. Secara umum curah hujan yang terjadi cukup tinggi dan sangat dipengaruhi oleh angin musiman.

Kabupaten ini memiliki bahasa yang berbeda dengan kabupaten lain yang ada di Sulawesi Selatan. Bahasa Selayar adalah sebuah bahasa Austronesia yang dipertuturkan di Pulau Selayar dan beberapa pulau lain di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia, sebagai bahasa ibu.

Bahasa Selayar termasuk dalam daftar bahasa dominan di Indonesia.

Bahasa Selayar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa Melayu. Asal bahasa ini berada di Kabupaten Kepulauan Selayar yang terbagi atas Silajara Palemba, Tanete dan lain-lain. Bahasa Selayar dihipotesiskan sebagai bahasa Melayik, seperti halnya bahasa Minangkabau, bahasa Betawi, bahasa Iban, dan lain-lain.

Bahasa Selayar banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Makassar dan bahasa-bahasa Bugis. Bahasa Selayar mempunyai hubungan dengan Bahasa Konjo Pesisir yang banyak dipakai di kecamatan Ujung Loe, kabupaten Bulukumba, provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Dalam perkembangannya, bahasa Selayar ditengarai mengalami kontaminasi dari intervensi bahasa Indonesia dan bahasa asing. Bahasa Selayar berada dalam kategori cukup aman dari kepunahan karena masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Selayar maupun oleh

(55)

48

pendatang. Saat ini, Bahasa Selayar sudah mulai diajarkan di sekolah- sekolah di Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai muatan lokal. Bahasa Selayar juga memiliki sejumlah peribahasa.

Tabel 3.1. Luas Wilayah Kabupaten Selayar

Nama Kecamatan

Jumlah Kelurahan/

Desa

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha)

(%) Terhadap

Total Administrasi

(Ha)

(%) Terhadap

Luas Adminitrasi

Pasimarannu 8 19.533 14,39 218 1,12

Pasilambena 6 11.488 8,46 161 1,40

Pasimasunggu 7 13.180 9,71 181 1,37

Pasimasunggu

Timur 6 6.714 4,95 163 2,43

Takabonerate 9 4.930 3,63 276 5,60

Bontosikuyu 12 24.822 18,29 346 1,39

Bontoharu 8 12.812 9,44 245 1,91

Benteng 3 2.463 1,81 229 9,30

Bontomanai 10 13.672 10,07 267 1,95

Bontomatene 12 19.305 14,22 311 1,61

Buki 7 6.814 5,02 158 2,32

Total 88 135.733 100 2.555 1,88

Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka Tahun 2017 2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kepuauan Selayar

Dalam konteks tata ruang, secara umum penataan ruang di Kabupaten Kepulauan Selayar bertujuan untuk :

1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional;

2. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya; dan

(56)

49

3. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas.

Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun).

Rumusan tujuan penataan ruang ini akan berfungsi sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW Kabupaten, dan sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : 1. Visi dan misi wilayah kabupaten;

2. Karakteristik wilayah kabupaten;

3. Isu strategis;

4. Kondisi obyektif yang diinginkan.

Kriteria yang digunakan dalam perumusan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah:

1. Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang provinsi dan nasional;

2. Jelas dan dapat tercapai sesuai denganjangka waktu pelaksanaan;

3. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan merujuk pada uraian di atas, tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar dirumuskan sebagai berikut : “Penataan ruang KabupatenKepulauan Selayar bertujuan untuk mewujudkan

(57)

50

pemerataan pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan sektor unggulan Kabupaten Kepulauan Selayar pada aspek perikanan, pariwisata dan pertanian serta pertambangan sebagai wilayah kepulauan yang berbasis bahari dan maritim.”

Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten

Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten KepulauanSelayar merupakan arahan tindakan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan wilayah ruang kabupaten.

Kebijakan penataan ruang Kabupaten Kepulauan Selayar, terdiri atas:

a. Pengembangan keterpaduan sistem perkotaan dan perdesaan;

b. Pengembangan aksesibilitas jaringan transportasi kepulauan;

c. Pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka perwujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana d. Pemantapan fungsi kawasan lindung yang meliputi Taman Nasional Laut Takabonerate, hutan lindung, kawasan lindung, cagar alam laut dan lain-lain;

e. Pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ramah lingkungan guna mendorong pengembangan ekonomi wilayah;

f. Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan;

g. Pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro dan kelautan sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan

(58)

51

h. Pengembangan kawasan pusat distribusi kebutuhan bahan pokok KTI dan pendukung perminyakan di Pamatata;

i. Pengembangan kawasan industri perikanan terpadu dan pusat budidaya ikan karang nasional; dan

j. Pengembangan pusat destinasi pariwisata bahari andalan nasional.

k. Pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang melibatkan potensi lokal SDM untuk mendukung peningkatan aspek bahari dan maritim di wilayah kabupaten

l. Pengembangan aspek pertahanan dan keamanan pulau-pulau kecil di wilayah Kabupaten

Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah- langkah operasional untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Strategi penataan ruang Kabupaten Kepulauan Selayar, terdiri atas : 1.Strategi pelaksanaan kebijakan pengembangan keterpaduan sistem

perkotaan dan perdesaan, terdiri atas :

a. Mengembangan perkotaan utama sebagai pusat pelayanan di Kabupaten Kepulauan Selayar di Benteng dan Pamatata,

b. Mendorong dan mempersiapkan pengembangan kawasan perkotaan Kayuadi dan Bonerate sebagai PKL Promosi (PKLp) yang pada saatnya dapat disetarakan dengan PKL;

(59)

52

c. Menjalin kerjasama dengan perkotaan di kabupaten lainnya yang berbatasan untuk menunjang dan mempercepat perkembangan sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar; dan d. Mendorong pengembangan Perkotaan Benteng, Pamatata, Kayuadi

dan Bonerate sebagai PKL dan PKLp dalam sistem perkotaan secara nasional.

e. Mengembangan kawasan perdesaan sesuai potensi kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan perdesaan;

f. Mengembangkan kawasan agropolitan dan minapolitan untuk mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan di wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar; dan

g. Mengembangkan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa secara berhirarki.

2. Strategi pelaksanaan kebijakan pengembangan aksesibilitas jaringan transportasi kepulauan, terdiri atas :

a. Mengembangkan jaringan jalan secara hirarkis yang menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan dan antara pusat-pusat kegiatan dengan masing- masing wilayah pelayanan;

b. Mengembangkan integrasi sistem intermoda dan perpindahan antar moda di seluruh wilayah kepulauan;

(60)

53

c. Mengembangkan rute-rute pelayanan moda transportasi publik menjangkau seluruh wilayah kepulauan sesuai dengan intensitas aktivitas; dan

d. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas layanan terminal umum, bandara, pelabuhan, dan pelabuhan penyeberangan sebagai simpul transportasi;

3. Strategi pelaksanaan kebijakan pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana,terdiri atas :

a. Membangun prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang;

b. Membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman (kawasan); dan

c. Menyusunan program dan membangun berbagai perangkat keras dan lunak untuk mitigasi berbagai bencana alam, seperti tsunami, gempa, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman lainnya.

4. Strategi pelaksanaan kebijakan pemantapan fungsi kawasan lindung, terdiri atas :

a. Menetapkan tata batas kawasan lindung dan budidaya untuk kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi yang menjadi kewenangan daerah;

Referensi

Dokumen terkait