UPAYA GURU MENGATASI KESULITAN BELAJAR DI RA AL AMNANIYAH PARAS PANGKUR NGAWI PADA MASA PANDEMI COVID 19
Eko Prasetiyo, IAI Ngawi, Indonesia Khoirul Munafiah, IAI Ngawi, Indonesia
Received: 12 Oktober 2022 Reviewed:2 Januari 2023 Accepted:30 Januari 2023
Abstract
The Covid-19 pandemic that has hit the world, including Indonesia, requires taking a stand in preventing wider transmission, including the education sector. This paper examines efforts to overcome learning difficulties during the pandemic at RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi. The distance learning process (online) is a solution which in its implementation is not optimal as a whole. There are so many difficulties experienced by both the educators, parents and also the students themselves of course. From the educator side, it is clear that they have difficulty delivering learning materials, assessing every development and also trying to keep students enthusiastic about learning and of course being able to understand what is being conveyed even though learning is not delivered directly. Of course, this is a new challenge for educators, especially early childhood educators. From the parents' side, many parents complain about online learning. Especially the parents whose children are still young.
They admit that they don't have enough tricks to make their young children learn properly.
Because it is clearly different from children who are already elementary, junior high or even high school. They find it difficult to accompany their children to study or in other words become a substitute for their teacher at school. From the side of the students themselves, it is clear that the characteristics of early childhood are love to play. Learning cannot be given just like that, learning must be given by playing. Can not forced let alone until they feel pressured.
It is certain that they will find it difficult if the learning is not given as it should be given to early childhood. From the results of the study, it is proven that distance learning due to the pandemic is very ineffective. Many students have difficulty in learning. Both difficulty reading, writing, counting and concentration. Based on the research, data were obtained from 24 children, 12 of whom had difficulty reading, 8 children had difficulty writing, 16 children had difficulty counting and 4 children had difficulty concentrating.
Keywords: Learning Difficulties, Teacher Efforts, Covid-19 Pandemic
Abstrak
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia mengharuskan mengambil sikap dalam mencegah penularan yang lebih luas, termasuk sektor
pendidikan. Tulisan ini mengkaji upaya mengatasi kesulitan belajar pada masa pandemi di RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi. Proses pembelajaran jarak jauh (daring) merupakan solusi yang dalam pelaksanaannya belum optimal secara keseluruhan. Banyak sekali kesulitan yang dialami baik dari pihak pendidik, orang tua dan juga peserta didik itu sendiri tentunya. Dari pihak pendidik jelas, mereka kesulitan menyampaikan materi pembelajaran, menilai setiap pekembangan juga mengupayakan agar peserta didiknya tetap semangat dalam belajar dan tentunya bisa memahami apa yang disampaikan walaupun pembelajaran menggunakanan metode daring. Tentunya ini menjadi tantangan baru untuk para pendidik, khususnya pendidik Anak Usia Dini. Dari pihak orang tua, banyak para orang tua yang mengeluh tentang pembelajaran daring. Apalagi para orang tua yang anaknya masih usia dini. Mereka mengaku tidak punya cukup trik untuk bisa membuat anaknya yang masih dini untuk bisa belajar sebagaimana mestinya. Karena jelas berbeda dengan anak-anak yang sudah SD, SMP atau bahkan SMA. Jadi mereka merasa kesulitan untuk membimbing anak-anaknya belajar atau dengan kata lain menjadi pengganti gurunya di sekolah. Dari pihak peserta didik sendiri jelas, karakteristik anak usia dini adalah suka bermain. Jadi pembelajaran tidak bisa diberikan begitu saja, pembelajaran harus diberikan dengan cara bermain. Tidak bisa terlalu dipaksakan apalagi sampai mereka merasa tertekan. Jadi sudah pasti mereka merasa kesulitan jika pembelajaran itu tidak diberikan sebagaimana seharusnya diberikan pada anak usia dini. Dari hasil penelitian terbukti bahwa belajar jarak jauh akibat pandemi kurang efektif. Banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar. Baik kesulitan membaca, menulis, berhitung maupun konsentrasi. Berdasarkan penelitian didapatkan data dari 24 anak 12 diataranya mengalami kesulitan membaca, 8 anak kesulitan menulis, 16 anak mengalami kesulitan berhitung dan 4 anak mengalami kesulitan konsentrasi
Kata Kunci: Kesulitan Belajar, Upaya Guru, Pandemi Covid-19.
Pendahuluan
Ancaman Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) tengah dihadapi bangsa Indonesia, permasalahan besar sedang dihadapi bangsa ini sebagai musibah nasional. Pandemi Corona Virus atau biasa disebut dengan Covid-19. Sejak pertama kali ditemukan kasus positif Covid-19 pada Senin 2 maret 2020 yang langsung diumumkan oleh Presiden Joko Widodo. Berbagai kebijakan pemerintah diambil guna mencegah penyebaran mata rantai virus Corona atau Covid-19. Berbagai kebijakan yang diambil antara lain seperti, anjuran sosial distancing, physical distancing, memakai masker, anjuran mencuci tangan dengan sabun, dan pola hidup sehat.
Selain itu beberapa daerah mengambil kebijakan untuk meliburkan siswa dari tingkat TK sampai dengan Perguruan Tinggi guna mencegah penyebaran mata rantai virus Corona atau Covid-19. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) menerbitkan surat edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang pencegahan Covid-19 dilingkungan Kemendikbud dan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 Pada Satuan Pendidikan. Sedangkan pada tingkat Provinsi terdapat Surat Edaran Gubernur Jawa Timur Nomor 420/3337/101.1/2020 Tentang Perpanjangan Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 maka kegiatan belajar mengajar untuk jenjang SMA, SMK dan PL-PLK di Jawa Timur akan dilaksanakan mulai 2 Juni 2020 namun Pendidikan Anak Usia Dini tetap diliburkan serta berubah sesuai dengan surat edaran terbaru. Himbauan dari pemerintah sesuai dengan protokol kesehatan tentang prosedur pencegahan penyebaran virus Covid-19 semua kegiatan sekolah harus ditiadakan dan anak-anak belajar dari rumah dan semua guru harus belajar dari rumah. Dengan penerapan Work Form Home (WFH) maka semua pihak harus mematuhi aturan yang diberikan. Dengan adanya himbauan ini, guru agar tetap memantau dan memberikan kegiatan kepada murid melalui pembelajaran dalam jaringan (daring). Sebuah tantangan baru bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang selama ini belum pernah menggunakan penerapan pembelajaran dalam jaringan untuk kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya WFH pada jenjang PAUD diharapkan guru tetap bisa memantau perkembangan dan kegiatan anak dirumah, dan terus berinteraksi dengan anak dan orang tua.
Pendidikan sejak usia dini sangat penting, pendidikan merupakan proses interaksi sosial dengan pengajaran atau melatih bertujuan meningkatkan kualitas kemampuan diri dan masyarakat untuk menyiapkan peserta didik menghadapi era globalisasi dengan persaingan kualitas atau mutu. Definisi pendidikan bisa dilihat dari dua sudut pandang, yakni pendidikan sebagai proses dan pendidikan sebagai hasil, pendidikan didefinisikan sebagai suatu aktivitas interaksi manusia dengan lingkungannya. Sementara sebagai hasil, bahwa pendidikan sebagai perubahan yang merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyelesaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dan perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan (Oemar; 2014). Dunia pendidikan harus senantiasa menyesuaikan perkembangan teknologi terhadap usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan, terutama penyesuaian penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran (Prasetiyo:2022). Implementasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan salah satunya dapat diwujudkan melalui pembelajaran dalam jaringan (daring). Melalui pembelajaran daring tidak mengharuskan guru dan peserta didik saling bertatap muka.
Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menggunakan strategi dan media pembelajaran yang menarik untuk siswa – siswi anak usia dini pada masa pandemi seperti sekarang ini. Ketrampilan guru dalam memilih dan menggunakan strategi
serta model pembelajaran sangat berpengaruh untuk mengatasi kesulitan belajar siswa anak usia dini. Guru yang profesional adalah guru yang mampu menyesuaikan situasi dan kondisi pada masa pandemi Covid 19, mulai dari materi pembelajaran, strategi pembelajaran hingga media yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran saat masa pandemi sekarang ini.
Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan membaca, menulis dan berhitung. Penanganan anak yang memiliki kesulitan belajar tidak didasarkan atas landasan teoritik yang dapat diandalkan mungkin bukan hanya tidak efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tetapi juga menimbulkan kerugian bagi anak. Semua guru mengetahui bahwa motivasi dapat meningkatkan prestasi belajar anak. Tetapi banyak guru tidak mengetahui bagaimana membangkitkan motivasi belajar anak. Aktivitas siswa merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui proses pembelajaran. Makin tinggi aktivitas belajar siswa, maka makin tinggi pula peluang berhasilnya pengajaran. Ini berarti kegiatan guru mengajar, harus mampu merangsang siswa melakukan berbagai aktivitas belajar (Sujana:1991). Ketrampilan guru dalam memilih dan menggunakan strategi serta model pembelajaran sangat berpengaruh untuk mengatasi kesulitan belajar siswa anak usia dini. Guru yang profesional adalah guru yang mampu menyesuaikan situasi dan kondisi. Kegiatan belajar dan pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara guru dengan siswa. Proses pembelajaran yang berhasil adalah apabila guru mampu mengembangkan materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam belajar. Kesalahan yang sering terjadi di dalam proses belajar dan pembelajaran adalah kurangnya ketrampilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, seperti; tidak menggunakan media yang relevan dengan materi pembelajaran, tidak menggunakan strategi dan model pembelajaran yang dapat menumbuhkan semangat siswa dalam belajar, dan lain sebagainya Harapannya upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa benar-benar dapat membantu para siswa dalam memahami materi pelajaran tanpa ada rasa jenuh dan bosan serta bertindak aktif dalam proses pembelajaran tersebut(Slameto;2003). Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Upaya Guru Mengatasi Kesulitan Belajar di RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi Pada Masa Pandemi Covid 19
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang merupakan penelitian dengan memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau kelompok orang (Moleong;2013).
Selain itu, menggunakan penjabaran secara deskriptif dengan maksud memberikan
gambaran suatu gejala penelitian tertentu, sudah ada informasi mengenai gejala seperti yang dimaksudkan dalam suatu permasalahan penelitian. Pada penelitian ini, peneliti mendatangi RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi, kemudian mengamati apa yang terjadi serta menuliskan secara objektif (apa adanya). Peneliti sedikitpun tidak diharapkan untuk mempengaruhi situasi dan kondisi di tempat penelitian.
Peneliti pada penelitian ini bertindak sebagai pengumpul data dan sekaligus sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data–data di lapangan. Oleh sebab itu kehadiran peneliti di lapangan dalam penelitian ini sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang di teliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data disini mutlak diperlukan. Menurut Moelong sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata–kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain –lain (Moleong;2013). Kata-kata dan tindakan orang-orang yang di amati atau di wawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama di catat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau film. Sumber tertulis dapat berupa sumber dari arsip, dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering di gunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering di analisis secara induktif. Sumber data ini diperoleh langsung dari guru kelas A, Kepala Sekolah RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan secara umum.
Hasil dan Pembahasan
Kesulitan yang di alami anak di RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi pada masa pandemi Covid 19 tahun ajaran 2020/2021.
Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan membaca, menulis, dan berhitung. Beberapa jenis kesulitan belajar yang sering dialami oleh anak usia dini, mereka bisa mengalami kesulitan membaca menulis dan berhitung atau kesulitan lainnya. Tidak jarang kesulitan ini disebabkan karena disfungsi sistem saraf atau kurangnya motivasi anak dalam belajar, atau kurang menariknya pembelajaran yang diberikan oleh guru. Anak yang mengalami kesulitan belajar namun tidak mendapat penanganan dan hanya dibiarkan saja oleh guru. Hal ini akan berdampak buruk bagi perkembangan diri anak, terutama aspek bahasa, sosial emosional, dan kognitif. Ketiga aspek tersebut akan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain.
Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Gangguan yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan belajar dapat berupa sindrom psikologis yang dapat berupa ketidakmampuan belajar (learning disability). Sindrom berarti gejala yang muncul sebagai indikator adanya ketidaknormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelligensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi. Berdasarkan data yang terkumpul mayoritas kesulitan belajar anak di RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi tahun ini disebabkan karena kegiatan pembelajaran yang tidak berjalan maksimal, yaitu pembelajaran yang dilakukan secara tidak langsung atau tatap muka.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data jika dari 24 siswa yang bersekolah di RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi tahun ini sebanyak 12 siswa mengalami kesulitan belajar disleksia atau kesulitan dalam membaca. Ada beberapa anak yang memang masih sulit membedakan huruf. Seperti “d” dibaca “b” atau sebaliknya. “m” dibaca “n” atau sebaliknya. “p” dibaca “q” atau sebaliknya. “u” dibaca
“n” atau sebaliknya. Bahkan ada juga yang masih kesulitan membedakan huruf vokal. Kemudian 8 siswa mengalami kesulitan belajar disgrafia atau kesulitan dalam menulis. Disgrafia ini juga hampir sama dengan disleksia. Ada beberapa anak-anak kesulitan menulis huruf yang hampir sama ketika dicoba didikte. Seperti ‘m‘ dengan
‘n’, ‘b’ dengan ‘d’, ‘p’ dengan ‘q’ dan seterusnya. Sebagian anak-anak juga masih kesulitan membaca tulisannya sendiri karena anak-anak belim mampu menulis pada 1 kolom. Ada anak-anak yang menulis 1 huruf tidak pada 1 kolom. Kadang terlalu besar dan kadang terlalu kecil dan tidak beraturan. Kemudian 16 siswa mengalami kesulitan belajar diskalkulia atau kesulitan dalam berhitung. 16 anak ini bahkan masih sulit membedakan angka, ketika disuruh menunjuk atau bahkan disuruh menulis dan jelas, 16 anak ini kesulitan berhitung sederhana, misal 1 + 2, 2 + 2, 2 + 3. Mereka bisa melakukannya setelah diulangi berkali-kali. Kemudian 4 siswa yang mengalami kesulitan belajar (attention disorder) atau gangguan konsentrasi.
Anak-anak ini sulit sekali konsentrasi. Tidak bisa fokus pada 1 perhatian. Seperti misalnya diberikan tugas menulis dia lama sekali menyelesaikannya, karena dia tidak bisa fokus pada apa yang ada didepannya, kadang ditinggal melihat kesana kemari, main ini main itu. Ketika diingatkan lagi untuk menulis dia kembali pada bukunya, tapi tidak lama kemudian perhatiannya sudah teralihkan lagi. Itulah yang menyebabkan dia mengalami kesulitan-kesulitan lainnya. Dari data tersebut dapat diketahui kesulitan belajar terbanyak di RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi tahun ini adalah diskalkulia. Berdasarkan data yang diperoleh, anak-anak yang mengalami kesulitan belajar (attention disorder) rata-rata juga mengalami kesulitan belajar yang lainnya. Seperti yang dialami ananda Kaira, Putra dan Ridwan. Ketiga anak ini sulit sekali untuk bisa konsentrasi, jadi sudah pasti itu berdampak pada
kesulitan lainnya seperti membaca apabila anak sulit untuk fokus/konsentrasi maka anak akan susah untuk mengingat huruf, atau kata. Pernyataan diatas sesuai dengan pernyataan bahwa diskalkulia mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memahami angka dan mempelajari fakta matematika. Orang-orang dengan ketidakmampuan belajar jenis ini mungkin juga memiliki pemahaman yang buruk tentang simbol-simbol matematika, kesulitan dalam menghafal dan mengatur angka- angka, mengalami kesulitan dalam menentukan waktu, atau kesulitan dalam menghitung. Diskalkulia merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi kemampuan untuk memperoleh keterampilan aritmatika. Siswa yang mengalami diskalkulia mungkin mengalami kesulitan memahami hal yang sederhana seperti konsep angka, tidak memiliki pemahaman angka yang intuitif, dan memiliki masalah dalam mempelajari fakta dan prosedur angka. Bahkan jika mereka menghasilkan jawaban yang benar atau menggunakan metode yang benar, mereka dapat melakukannya secara mekanis dan tanpa adanya keyakinan.
Upaya mengatasi kesulitan belajar Anak di RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi pada masa Pandemi covid 19 tahun ajaran 2020/2021.
Dengan adanya anjuran Pemerintah untuk mencegah penularan mata rantai covid-19 yaitu dengan tetap belajar dari rumah. Pembelajaran dilakukan dengan cara Daring, yaitu dengan membuat Grup WA (WhatsApp Group). Materi disampaikan melalui Grup WA tersebut, kemudian orang tua lah yang akan mendampingi atau membersamai anaknya dalam belajar. Materi pembelajaran diampaikan dengan tulisan-tulisan, kemudian untuk mempermudah pemahaman anak para pendidik terkadang juga membuat vidio yang nantinya diperlihatkan kepada anak. Selain video terkadang materi juga disampaikan dengan voice note (catatan suara). Tidak hanya tugasnya saja yang diberikan melalui Grup WA tetapi juga hasil laporan belajar anak pun disampaikan melalui Grup WA. Kadang berupa dokumentasi kadang juga video ataupun voice note.
Pembelajaran melalui daring dipandang tidak efektif, bahkan banyak wali murid RA Al Amnaniyah Paras yang merasa kesulitan, tak sedikit juga yang mengeluh. Karena pada umumnya para orang tua tidak memiliki banyak pengetahuan tentang bagaimana memberikan pembelajaran kepada anak usia dini.
Banyak yang tidak sabaran, mereka tidak mempunyai trik bagaimana cara membuat anak usia dini tertarik untuk belajar. Kebanyakan dari mereka terlalu memaksakan anaknya untuk mau belajar. Pada akhirnya banyak anak-anak yang merasa bosan hingga malas belajar, maka dari itu pendidik RA Al Amnaniyah berinisiatif agar anak-anak tetap merasa senang dan bahagia walaupun harus belajar dari rumah, yaitu dengan memberikan permainan sederhana sebelum memulai belajar.
Permainan merupakan kesibukan yang dipilih sendiri tanpa ada unsur paksaan, tanpa didesak oleh rasa tanggung jawab. Permainan tidak memiliki tujuan
tertentu. Tujuan permainan terletak pada permainan itu sendiri dan dicapai pada waktu bermain. Bermain tidak sama dengan bekerja. Bekerja mempunyai tujuan yang lebih lanjut, tujuannya tercapai setelah pekerjaan itu selesai, sedangkan Bermain adalah pekerjaan seorang anak dan hal ini berkontribusi terhadap seluruh perkembangan anak (Papalia:2009). Anak-anak suka bermain karena di dalam diri mereka terdapat dorongan batin dan dorongan mengembangkan diri. Pada setiap anak, terutama anak kecil, bermain itu adalah belajar. Memang dunia anak adalah bermain, dengan bermain, anak akan belajar berbagai hal tentang kehidupan sehari-hari. Dengan bermain orang tua bisa memasukkan unsur-unsur pendidikan di dalamnya. Permainan memiliki urgensi yang bersifat kognitif, sosial dan emosional. Urgensi kognitif, permainan dapat membantu perkembangan kognitif anak. Melalui permainan, anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek- objek di sekitarnya, dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya. Struktur- struktur kognitif anak perlu dilatih, dan permainan merupakan setting yang sempurna bagi pelatihan kognitif anak. Melalui permainan memungkinkan anak mengembangkan kompetensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilan yang diperlukannya dengan cara yang menyenangkan. Urgensi sosial, permainan dapat meningkatkan dan mengembangkan perkembangan sosial anak. Khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran , anak belajar memahami orang lain dan peran-peran yang akan ia mainkan di kemudian hari setelah tumbuh menjadi orang dewasa. Urgensi emosional, permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosional, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin. Permainan memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaan yang terpendam. Karena tekanan- tekanan batin terlepaskan di dalam permainan, anak dapat mengatasi masalah- masalah kehidupan.
Dengan demikian, jelas bahwa metode bermain merupakan salah satu hal yang penting dalam mencapai tujuan pembelajaran anak. Oleh sebab itu, pendidik hendaknya membimbing jalannya permainan itu agar jangan sampai menghambat perkembangan anak dalam segi kognitif, afektif dan psikomotorik dan anak juga diberi tempat dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk bermain. RA ini juga ingin menggunakan permainan ini untuk membantu siswa dalam masalah kesulitan belajar. Permainan yang dipilih adalah meronce dan Lazy Eight. Meronce adalah menyusun bahan yang berlubang atau sengaja dilubangi untuk menghasilkan rangkaian baik sebagai benda hiasan atau benda pakai yang dilakukan dengan cara menyusun bagian bahan yang berlubang yang disatukan dengan tali atau benang (Chivers:2006), sedangkan Lazy Eight adalah “the activity is carried out using a marble, with you finger you follow the marble along the 'curve' of figure eight “menggambar angka 8 tidur atau simbol “tak terhingga” memungkinkan pembaca untuk menyeberangi garis tengah visual tanpa berhenti, dengan demikian
akan mengaktifkan mata kanan dan mata kiri dengan mengintegrasi bidang penglihatan kanan dan kiri.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data jika dari 24 siswa RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi tahun ini sebanyak 23 siswa diberikan permainan meronce dan 7 siswa diberikan tambahan permainan Lazy Eight. Penambahan Lazy Eight diberikan jika permainan meronce dirasa kurang membantu kesulitan belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan permainan yang dipilih sebagai upaya dalam mengatasi kesulitan belajar siswa adalah meronce dan jika dirasa kurang diberikan tambahan permainan Lazy Eight. Dengan demikian alat permainan meronce dapat mengembangkan kemampuan mengenal huruf untuk persiapan membaca pada anak karena memiliki beberapa keunggulan antara lain menarik minat anak terhadap bahan bacaan karena tulisan dan gambar yang berukuran besar dan berwarna-warni, memudahkan anak mengingat tulisan dan huruf karena pengenalan huruf disajikan melalui kata-kata bermakna, melibatkan partisipasi anak secara aktif dalam kegiatan pengenalan huruf, menimbulkan kepercayaan diri pada anak untuk mengenal huruf serta dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak membebani anak dalam pengenalan huruf. Oleh karena itu, alat permainan meronce merupakan salah satu media yang tepat digunakan dalam mengembangkan kemampuan mengenal huruf (Mardayanti:2018). Manik- manik yang dipakai untuk meronce disini adalah benda-benda yang ada disekitar, yaitu sedotan, kancing baju, kertas lipat, monte, dan apapun benda disekitar mereka yang memiliki lubang. Alasan mengapa menggunakan alat-alat yang ada disekitar adalah karena mudah didapat dan bisa berhemat. Karena kalau menggunakan APE yang disekolah tentunya tidak cukup untuk dibagikan kepada semua anak-anak. Selain itu juga untuk memberikan pengetahuan kepada para orang tua dan juga anak-anak, bahwa bermain itu tidak harus dengan membeli barang, tetapi bisa dengan memanfaatkan benda-benda disekitar mereka.
Dari hasil laporan dari orang tua anak-anak senang sekali bermain meronce, mereka terlihat bahagia dan terlihat tidak ada paksaan ketika akan memulai belajar.
Dari 24 anak, semuanya suka dan antusias bermain ronce ada dua permaainan yang diberikan untuk anak-anak, yaitu Meronce dan Lazy Eight. Akan tetapi banyak yang hanya bermain meronce saja karena dirasa sudah cukup untuk memberikan semangat dan rasa bahagia sebelum belajar. Hanya beberapa anak saja yang diharuskan tetap bermain Lazy Eight, yaitu mereka yang memang memiliki kesulitan konsentrasi. Ada 7 anak yang memang mengalami kesulitan konsentrasi.
Anak-anak yang memiliki kesulitan konsentrasi ini kebanyakan juga mengalami kesulitan lainnya, yaitu kesulitan membaca menulis dan berhitung. Dari data tersebut ada yang mengalami Disleksia kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat atau akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengode simbol (Tammase
dan Jumraiani:2018), Disgrafia adalah kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran dalam komposisi tulisan (Tutik;2018), Diskalkulia merupakan istilah luas untuk kesulitan dalam belajar matematika (Firda dan Kenis :2018), dan Attention Disorder gangguan otak yang mengakibatkan kesulitan konsentrasi dan pemusatan perhatian (Alim;2009).
Sebanyak 7 anak yang diberikan permainan Lazy Eight semua sama, mereka mengalami kesulitan konsentrasi atau attention disorder dan selama diberikan permainan sebelum belajar ini anak-anak banyak mengalami perubahan. Jadi memberikan permainan sederhana sebelum belajar ini sangat membantu mengatasi kesulitan belajar anak-anak selama dirumah efek pandemi covid-19. Maksud permainan ini membantu adalah mood anak-anak selalu baik selalu bahagia, jadi ketika mood baik anak-anak mudah sekali menerima materi pembelajaran, anak- anak mudah sekali diajari
Simpulan
Kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi terdiri dari empat yaitu disleksia (kesulitan membaca), disgrafia (kesulitan menulis), diskalkulia (kesulitan menghitung) dan attention disorder (gangguan konsentrasi). Kesulitan belajar utama yang ada di RA ini adalah Diskalkulia sebanyak 16 siswa menyatakan kesulitan dalam menghitung
Upaya guru dalam meningkatkan pembalajaran di masa pandemi covid -19 di RA Al Amnaniyah Paras Pangkur Ngawi adalah dengan cara mengajar seorang guru, pengajar yang kreatif membuat siswa tidak merasa bosan atau jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Bukan hanya guru saja yang dituntut kreatif dalam mengajar tetapi juga siswa juga dituntut berperan dan mandiri dalam menyelesaikan pembelajaran yang diajarkan oleh gurunya tersebut. Permainan yang diberikan sebelum belajar tersebut sangat membantu anak-anak dalam mengatasi kesulitan belajar anak. Membantu menjaga mood anak agar selalu bahagia ketika belajar, memberikan semangat untuk belajar, menjadikan anak-anak tertarik untuk belajar yang tanpa paksaan, sehingga kesulitan-kesulitan yang dialami anak-anak dapat berkurang dengan stimulasi
Karya ilmiah yang ditulis oleh peneliti ini dapat dijadikan salah satu rujukan dan atau refrensi serta menambah wawasan dalam berbagai hal yang terkait dengan perkembanganm kognitif dan peran orang tua dalam tumbuh kembang anak usia dini. Meskipun demikian, karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga tidak dapat apabila dijadikan sebagai refrensi satu-satunya dalam sebuah pembuat karya ilmiah. Untuk peneliti pribadi menerima segalam macam kritik dan saran yang membangun dari semua kalangan guna perbaikan karya ilmiah ini dan kebaikan bagi peneliti
Daftar Pustaka
Alim, Abdul. (2009). Mengatasi Sulit Konsentrasi Pada Anak Usia Dini. Medikora
Chivers, Maria (2006). Dyslexia and Alternative Therapies. Philadelpia: Jessica Kingsley Publiser
Firda & Kenys.-. Diskalkulia (Kesulitan Matematika) Berdasarkan Gender Pada Siswa Sekolah Dasar Di Kota Malang, Malang: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika
Hamalik, Oemar. (2014). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Imadatus. Tutik.-. Intervensi Psikologis Pada Siswa Dengan Kesulitan Belajar (Disleksia, Disgrafia Dan Diskalkulia), ISSN: 1693 – 6922.
Mardayanti. (2018). Penggunaan Alat Permainan Meronce Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengenal Huruf Untuk Persiapan Membaca Aud Di Kelompok B Raudhatul Athfal As-Salam 02 Kabupaten Dharmasraya. Jambi: Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin.
Moleong, Lexy J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Papalia. (2009). Human Devolopment (Perkembangan Manusia).Jakarta: Salemba Humanika.
Prasetiyo, E., & Widyawati, W. (2022). Peran Orang Tua Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun Di Ra Nawa Kartika Dawu Masa Pandemi Covid-19: Perkembangan Kognitif pada Masa Pandemi.
Kurikula: Jurnal Pendidikan, 7(1)
Purwanto, Edi. (2006). Terampil dan Kreatif. Bandung: Grafindo Media Pratama Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudjana. Nana. (1991). Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru
Tammase & Jumraini T. (2019). Mengatasi Kesulitan Belajar Disleksia (Studi Neuropsikolinguistik) Makasar: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin.