SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi
Oleh :
Sri Rahayu Puji
0611010106 / FE / IEFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Alloh SWT atas
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Pasuruan Dalam Rangka Otonomi Daerah“.
Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam
penyusunan proposal skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan
karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun
demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Bapak Dr. Syamsul
Huda SE. MT selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran
telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada penulis,
sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar–besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. EC. Marseto, DS, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. EC. Wiwin Priana, MT yang selalu memberikan
pertimbangan-pertimbangan serta masukan selama peneliti menempuh
skripsi.
5. Bapak-Bapak, Ibu-Ibu Dosen serta Staff Karyawan khususnya
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya
selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
6. Pimpinan Beserta Staff BPS Jawa Timur
7. Ibu, Bapak, semua keluarga Hari Pramono sebagai orang tua angkat
saya, keluarga Om Endang, Bucu, terimakasih sudah membiayai saya
kuliah sampai sejauh ini.
8. Mama, Babeh, Adek-Adek saya yang saya sayangi, terimakasih buat
semuanya. Semangat, dorongan dan doa’nya selama ini.
Masih banyak yang ingin saya sebutkan, tapi yang pasti saya
sayang kalian semua. Tidak ada kata yang bisa diucapkan selain
bersyukur kepada Alloh SWT dan berharap agar skripsi ini dapat
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala masukan dan saran yang
bersifat menyempurnakan bagi skripsi ini penulis akan menerima dengan
baik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, Juni 2010
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... .iv
DAFTAR GAMBAR...vi
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR LAMPIRAN...viii
ABSTRAKSI...ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori... 9
2.2.1. Analisis Kinerja Keuangan Daerah... 9
2.2.2. Pendapatan Daerah... 11
2.2.3. Pengertian Inflasi...14
2.2.3.1. Jenis Inflasi Menurut Sifatnya...16
2.2.3.2. Penyebab Timbulnya Inflasi ... 17
2.2.3.3. Pengaruh Inflasi ... 20
2.2.4. Penanaman Modal Dalam Negeri ... 21
2.2.5. Nilai Industri ... 23
2.3.Kerangka Pikir ... 31
2.4. Hipotesis... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 35
3.2. Teknik Penentuan Sampel... 35
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 35
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...36
3.4.1. Teknik Analisis ... 36
3.4.2. Uji Hipotesis ... 39
3.4.3. Asumsi Klasik BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 47
4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Pasuruan... 46
4.1.2. Keadaan Penduduk...47
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 48
4.2.1. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah... 48
4.2.2. Perkembangan Tingkat Inflasi... 49
4.2.3. Perkembangan Penyerapan Penanaman Modal Dalam Negeri ... 50
4.2.4. Perkembangan Sektor Industri... 51
4.2.5. Perkembangan Sektor Pertanian... 52
(BLUE/Best Linier Unbiased Estimator)... 63
4.3.4. Pembahasan... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan... 70
5.2. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar Halaman
1. Kurva Demand Full Inflation (Inflasi Permintaan) ... 18 2. Kurva Cost Oush Inflation (Inflasi Penawaran) ... 19 3. Kurva Distribusi Penolakan/Penerimaan Hipotesis
Secara Simultan... 40 4. Kurva Distribusi Penolakan/Penerimaan Hipotesis
Secara Parsial ... 41 5. Daerah Uji Durbin Watson... 43 6. Kurva Distribusi Kriteria Penerima/Penolakan Hipotesis Secara
Simultan/keseluruhan... 56. 7. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Inflasi
Terhadap PAD... 58. 8. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor PMDN
Terhadap PAD... 59 9. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Industri
Terhadap PAD... 60 10.Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Pertanian
Terhadap PAD... 61 11. Kurva Statistik Durbin Watson... 64
Tabel 1 : Perkembangan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Pasuruan
Tahun 1998 – 2008...48
Tabel 2 : Perkembangan Tingkat Inflasi di Kabupaten Pasuruan
Tahun 1998 – 2008... 50
Tabel 3 : Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Kabupaten
Pasuruan Tahun 1998– 2008... 50
Tabel 4 : Perkembangan Industri di Kabupaten Pasuruan
Tahun 1998 – 2008... 52
Tabel 5 : Perkembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Pasuruan
Tahun 1998 – 2008... 53
Tabel 6 : Analisis Varian (ANOVA)... 55
Tabel 7 : Hasil Analisis Variabel Inflasi (X1), Peneman Modal Dalam Negri
(X2), Industri (X3), dan Pertanian (X4) terhadap Pendapatan Asli
Daerah...57
Tabel 8 : Uji Multikolinearitas...65
Tabel 9 : Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman
Korelasi...66
Sri Rahayu Puji
ABSTRAKSI
Dalam menjalankan otonomi daerah, setiap kabupaten/kota atau propinsi dituntut untuk menjalankan tiga prinsip otonomi daerah yaitu luas, nyata dan bertanggungjawab. Peningkatan kemakmuran masyarakat daerah sangat membutuhkan dukungan baik moril maupun materil dari pemerintah daerah sebagai motor penggerak pembangunan. Hal ini terealisasi dalam bentuk pendapatan asli daerah.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang di peroleh dari Badan Statistik Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Pasuruan dalam angka selama 10 tahun mulai dari tahun 1998-2008. Data yang dianalisis menggunakan model regresi linier berganda yaitu suatu analisis untuk mengetahui masing-masing variable bebas (X) terhadap variable terikat (Y) baik secara simultan maupun secara parsial.
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis di peroleh Fhitung sebesar 15,209>Ftabel = 4,53 yang berarti secara simultan ke empat variable bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap PAD di kabupaten Pasuruan.
Pengujian secara parsial diperoleh t hitung untuk (X1), sebesar -2,576>t table sebesar -2,447 yang berarti variable (X1) berpengaruh signifikan terhadap variable terikat Y. Untuk (X2) t hitung 0,157<t table 2,447 yang berarti variable (X2), tidak berpengaruh terhadap variable terikat Y. Untuk (X3) t hitung 0,878<t table 2,447 dan (X4) mempunyai t hitung sebesar 0,366<t table 2,447 sehingga (X3)dan (X4) sama-sama tidak berpengaruh terhadap variable terikat Y.
Sehingga untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, pemerintah kabupaten Pasuruan terus menggali potensi-potensi yang dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah kabupaten Pasuruan.
Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Inflasi, Nilai Industri,dan Nilai Pertanian
1
Sejak tahun 1966, pemerintah Orde Baru berhasil membangun suatu
pemerintahan nasional yang kuat dengan menempatkan stabilitas politik
sebagaimana landasan untuk mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia.
Demikian halnya dengan pembangunan daerah yang merupakan
bagian pembangunan nasional sehingga setiap daerah berkewajiban
mensukseskan pembangunan daerah dan harus mampu mengandalkan
pendapatan daerahnya terutama yang berasal dari PAD (Pendapatan Asli
Daerah). Program pembangunan nasional sebagai salah satu usaha untuk
mencapai kemajuan di bidang ekonomi serta mensejahterakan kehidupan
rakyat.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 pasal 1 butir h,yang di
maksud dengan Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan paraturan
perundang-undangan.(Saragih 2003:39).
Oleh karena itu,dalam undang-undang ini otonomi daerah di letakan
secara utuh pada daerah otonom yang lebih dekat dengan masyarakat,yaitu
daerah yang selama ini berkedudukan sebagai Tingkat II yang dalam
Kabupaten Pasuruan termasuk ke dalam wilayah Tingkat II yang
merupakan salah satu kabupaten yang diuntungkan oleh lokasi yang strategis,
kerena kabupaten ini terletak di jalur lalu lintas wisata, sehingga dengan
penanganan pembangunan yang optimal maka daerah ini berkembang dengan
cepat. Pada daerah kabupaten dan kota sepenuhnya menggunakan asas
desentralisasi atau otonom.
Menurut ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
pasal 1 bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa otonomi
daerah dapat dilaksanakan jika ada pelimpahan atau pemberian wewenang
pemerintahan dari pusat kepada daerah otonom.(Anonim,2010:18).
Sebelum adanya otonomi daerah kabupaten Pasuruan mampu
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan bantuan pemerintah
pusat. Akan tetapi setelah adanya otonomi yang berlaku sekitar tahun 1998
maka Pasuruan sebagai kabupaten yang terdiri dari 24 kecamatan,24
kelurahan dan 341 desa mulai menyadari pentingnya sumber-sumber
pendapatan daerah terutama yang berasal dari daerah sendiri sebagai
pendukung dan sebagai salah satu kemandirian daerah.
Upaya yang dilakukan pemerintah kabupaten Pasuruan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) antara lain memperhatikan kondisi dan potensi perdagangan
kelancaran terhadap distribusi barang serta pemberdayaan industri kecil,
menengah, dan besar.
Dalam Perencanaan Anggaran dan Belanja Daerah kabupaten
Pasuruan, pemerintah daerah menganut prinsip anggaran berimbang dan
dinamis. Berimbang artinya dalam neraca keuangan harus selalu terdapat
keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran. Prinsip dinamis berarti
jumlah anggaran dan tabungan pemerintah harus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, sehingga kemampuan didalam membiayai pembangunan
daerah semakin bertambah, juga ketergantungan bantuan dari pemerintah
pusat semakin berkurang. Hal ini di harapkan bisa meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) sendiri yang terdiri dari sektor pajak,sektor retribusi
daerah,sektor laba perusahaan daerah,dan sektor penerimaan dinas-dinas serta
penerimaan lain-lain.(Anonim, 2010:18).
Gambaran realisasi penerimaan PAD Kabupaten Pasuruan pada tahun
1998 sampai 2008, realisasi penerimaan daerah kabupaten Pasuruan
mengalami fluktuasi, dimana perkembangan tertinggi Pendapatan Asli Daerah
adalah tahun 1999 sebesar 26,97% hal ini disebabkan sudah mulai pulihnya
perekonomian dimana pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang melanda
Indonesia dan perkembangan terendah adalah pada tahun 2001 sebesar -4,79%
hal ini disebabkan terjadi kenaikan harga minyak dunia sehingga
mempengaruhi harga BBM. Setelah itu PAD kabupaten Pasuruan mengalami
Apabila pertumbuhan ekonomi di daerah mengalami penurunan dan
turunnya pertumbuhan ekonomi itu bukan di sebabkan oleh pemerintah
pendapatan daerah, namun kemungkinan penyebabnya adalah rendahnya
investasi atau mungkin juga karena kelambatan produktivitas yang
diakibatkan oleh pertumbuhan modal yang lebih lambat. Dari masalah ini,
maka pemerintah hendaknya mengeluarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dapat memulihkan kecepatan pertumbuhan produktivitas yang semula
sehingga bisa mempercepat pertumbuhan.(Samuelson,1991:530).
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi tidak ada
artinya bila tingkat inflasi tidak terkendali. Dampaknya adalah lesunya
pembelian produk dalam negeri yang menyebabkan kurang terpenuhinya
target pendapatan daerah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan otonomi
daerah, seperti kemampuan struktural organisasinya, kemampuan aparatur
daerah, kemampuan mendorong partisipasinya masyarakat dan kemampuan
keuangan daerah, diantara faktor-faktor tersebut faktor keuangan merupakan
faktor esensial untuk mengukur tingkat kemampuan daerah dalam
melaksanakan otonominya. Dikatakan demikian, karena pelaksanaan otonomi
daerah yang nyata dan bertanggungjawab harus didukung dengan tersedianya
dana guna pembiayaan pembangunan.
Untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi atau peningkatan
Pendapatan Asli Daerah, maka perlu adanya partisipasi dari masyarakat
modal atau investasi khususnya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
guna menarik investor asing untuk menanamkan modalnya dengan berusaha
menstabilkan kondisi politik dan keamanan Negara. Selain itu beberapa faktor
seperti sektor industri serta sektor pertanian cukup mempengaruhi pendapatan
di daerah Pasuruan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pasuruan.
Dengan demikian dari penjelasan diatas maka sudah jelas banyak
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan daerah di kabupaten
Pasuruan.(Anonim,2002:2).
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah di kemukakan maka dapat di
rumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah Faktor Inflasi, PMDN, Nilai Industri dan Nilai Pertanian,
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Pasuruan?
2. Manakah diantara variabel Inflasi, PMDN, Nilai Industri dan Nilai
Pertanian diatas yang paling dominan dalam mempengaruhi Pendapatan
Asli Daerah di Kabupaten Pasuruan?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah :
1. Menganalisis pengaruh Faktor Inflasi, PMDN, Nilai Industri dan Nilai
Pertanian berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
2. Menganalisis manakah diantara Faktor Inflasi, PMDN, Nilai Industri dan
Nilai Pertanian yang paling dominan dalam mempengaruhi Pendapatan
Asli Daerah di Kabupaten Pasuruan.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Sebagai wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi PAD di Kabupaten Pasuruan.
2. Sebagai perbandingan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi
penelitian pada topik yang sama.
3. Sebagai suatu informasi bagi pemerintah untuk kepentingan dalam
pembuatan program mana yang akan di dahulukan.
4. Sebagai informasi dan referensi bagi pihak yang berkepentingan serta
diharapkan dapat bermanfaat bagi Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, guna menambah
2.1. Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah pernah di sampaikan beberapa
orang peneliti antara lain,adalah :
a. Yunita (2008:76) dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Jawa Timur”
dengan variable PDRB (X1), inflasi (X2), SBI (X3), dan IHSG (X4)
sebagai variabel bebas, serta Penanaman Modal Dalam Negeri (Y) sebagai
variable terikat. Dari hasil peneliti di ketahui dengan cara simultan uji F
variable bebas (X) berpengaruh signifikan terhadap variable terikat (Y)
dengan nilai F hitung = 11,038 > dari F tabel = 3,48. Sedangkan secara
parsial,variabel PDRB (t.hitung = 3,786 > t.tabel = 2,228) berpengaruh
signifikan terhadap PMDN, variabel inflasi (t.hitung = -1,352,t.tabel =
2,228), SBI (t.hitung = 1,071 < t.tabel = 2,228) dan IHSG (t.hitung = 1,800
< t.tabel = 2,228) tidak berpengaruh signifikan terhadap Penanaman
Modal Dalam Negeri.
b. M.Khusni (2007:074) dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor
Yang Mempengaruhi PAD kota Malang,” peneliti menggunakan data
sekunder yang di peroleh dari BPS Surabaya dan BPS kota Malang dengan
hasil analisis F hitung = 49,084 > dari f tabel = 3,48 yang berarti secara
1 (PDRB), X3 (Pengeluaran Pembangunan), X4 (Pengunjung Hotel) berpengaruh terhadap variabel Y
(PAD) dan X2 (inflasi) tidak berpengaruh terhadap variabel Y (PAD),
karena t.hitung sebesar 0,858 < t. tabel sebesar 2,228.
c. Chairul (2006:188) dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor
Yang Mempengaruhi PAD di Surabaya berdasarkan hasil analisis
pengujian secara simultan menunjukan bahwa F hitung = 18,200 > F tabel
= 3,59, ini berarti hiburan (X3) berpengaruh terhadap PAD (Y) dan hasil
uji secara parsial dengan koefisien determinan parsial sebesar 0,832 atau
83,2 %. Semua variabel bebas(X) berpengaruh terhadap variabel terikat
(Y).
d. M.Fahmi (2008:20) dengan judul penelitian “Analisis beberapa Faktor
yang mempengeruhi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Lamongan,”
dengan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh F hitung sebesar
40,850 > F tabel sebesar 3.81 yang secara simultan ke empat variabel
bebas mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pendapatan asli daerah di
kabupaten Lamongan. Dengan variabel bebas (X1) PDRB, (X2) jumlah
penduduk, (X3) jumlah kendaraan bermotor, (X4) jumlah industri, dan
variabel terikat (Y) PAD.
e. Sofwani, Solichin, Fuad dengan jurnal penelitian “Mobilisasi
Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Rangka Pembangunan
dikumpulkan adalah data primer dan sekunder kemudian menggunakan
analisis kualitatif. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten
Muara Enim adalah pengelolaan BUMD kurang professional, hambatan
geografis, dan kurangnya sosialisasi. (Jurnal. Com, 2008).
Dari beberapa hasil penelitian di atas, Pendapatn Asli Daerah
(PAD) sangat di pengaruhi oleh banyak faktor. Pada penelitian ini tidak
jauh berbeda hanya saja penelitian ini di lakukan di Kabupaten Pasuruan
dengan tujuan membandingkan hasil dari pada variable bebasnya. Dalam
penelitian ini menggunakan variable terikat yaitu Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sedangkan variable bebasnya adalah Inflasi, PMDN, Nilai Industri,
dan Nilai Pertanian.
Penulis menggunakan penentuan sampel dalam jangka waktu 10
tahun,dari tahun 1998-2008.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Analisis Kinerja Keuangan Daerah
Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata
kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah
kemampuan dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor keuangan
merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam
tidak mungkin bagi daerah untuk dapat menyelenggarakan tugas kewajiban serta
kewenangan yang ada padanya dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya,
tapi juga cirri pokok dan mendasar dari suatu daerah otonom menjadi hilang.
Untuk dapat memiliki keuangan yang memadai dengan sendirinya daearah
membutuhkan sumber keuangan yang cukup pula. Dalam hal ini daerah dapat
memperolehnya melalui beberapa cara, yakni :
Pertama : Pemerintah daerah dapat mengumpulkan dana dari pajak daerah yang
sudah direstui oleh pemerintah pusat.
Kedua : Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar
uang atau bank atau melalui pemerintah pusat.
Ketiga : Ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang dipungut
daerah.
Keempat : Pemerintah daerah dapat menambah tariff pajak sentral tertentu.
Kelima : Pemerintah daerah dapat menerima bantuan atau subsidi dari
pemerintah pusat.(Alfian, 1985:41).
Pemerintah sangat menyadari pentingnya posisi keuangan daerah dalam
otonoomi daerah. Hal ini dapat ditelusuri pada penjelasan umum UU Nomor 5
tahun 1974 yaitu agar daerah dapat mengurus rumah-tangganya sendiri dengan
sebaik-bbaiknya, maka kepadanya perlu diberikan sumber pembiayaan dapat
dibberikan kepada daerah, maka kepada daerah diwajibkan untuk menggali segala
Analisis kinnerja keuangan yang dilakukan pada dasarnya dilakukan untuk
melakukan evaluasi kinerja di masa yang lalu, dengan melakukan berbagai
analisis, sehingga diperoleh posisi keeuangan perusahaan yang mewakili realitas
perusahaan dan potensi-potensi yang kinerja yang akan berlanjut. Dan
berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap kinerja di masa mendatang,
sehingga evaluasi untuk nilai perusahaan dapat dilakukan untuk melakukan
berbagai keputusan-keputusan investasi (termassuk kredit) yang harus dilakukan
pada saat ini.(Lesmana, 2003:11).
2.2.2. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang di terima oleh seseorang
atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari
kekayaan seperti sewa, bunga, dan deviden serta pembayaran transfer atau
penerimaan dari permerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran.
(Nordhaus, 1992:58).
Menurut UU pasal 4 huruf c yang menyebutkan bahwa Pendapatan Asli
Daerah, yaitu penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam
wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari
perusahaan milik daerah, dan pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan dan lain-lain yang sah. (UU Pendapatan Asli Daearah).
Sebenarnya, batasan mengenai PAD selama ini belum ada yang
merumuskan. Pendapatan Asli Daerah yaitu upaya pemerintah daerah untuk
menghimpun dana guna pengelolaan pembangunan secara mandiri dan
berkesinambungan. (Dwijowijoto, 2001:157).
Salah satu cara untuk meningkatkan pembangunan daerah adalah dengan
meningkatkan pemasukan PAD serta desentralisasi yaitu sumber dana, sumber
daya manusia dan perangkat fisik yang memadai untuk mendukung pelaksanaan
urusan yang diserahkan daerah agar dapat mengurus rumah tangganya sendiri
dengan sebaik-baiknya, maka perlu diberikan sumber-sumber pembiayaan yang
cukup.
Berdasarkan Undang-Undang No.22/1999 menyebutkan bahwa sumber
pendapatan daerah berasal dari :
a. Pendapatan Asli Daerah sendiri yang terdiri dari :
1. Hasil pajak daerah.
Pajak daerah adalah pungutan yang di lakukan oleh
pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, pungutan ini dikenakan kepada semua obyek pajak
2. Hasil retribusi daerah.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atau pemakaian karena memperoleh jasa yang
diberikan oleh daerah.
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah lainnya yang dipisahkan
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkan adalah penerimaan dari dinas-dinas yang tidak
merupakan penerimaan dari pajak dan retribusi daerah, misalnya dinas-dinas
pertanian, peternakan, kesehatan, perikanan, dan lain-lain.
Namun di dalam perkembangan selanjutnya, diantara semua komponen
Pendapatan Asli Daerah (PAD), pajak dan retribusi daerah merupakan
penyumbang terbesar, sehingga muncul anggapan bahwasanya Pendapatan Asli
Daerah (PAD) identik dengan pajak dan retribusi daerah.
b. Dana Perimbangan
Kewenangan pemerintah dan propinsi sebagai daerah otonom yang
didasarkan pada UU No.25 tahun 2000 yang dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Dana alokasi umum
3. Bagian daerah dari pemerintah yaitu pajak bumi dan bangunan, bea
perolahan hak atas tanah dan bangunan, serta penerimaan dari
sumber daya alam.
c. Pinjaman daerah
d. Lain–lain penerimaan yang sah.
Dana perimbangan di tetapkan oleh pemerintah berdasarkan UU
No. 25 tahun 1999. Dana perimbangan yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah :
1. Pajak Bumi dan Bangunan : 10% untuk pemerintah pusat dan
90% untuk pemerintah daerah.
2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan : 20%
pemerintah pusat dan 80% pemerintah daerah.
3. Sumber Daya Alam sektor kehutanan, pertambangan, dan
perikanan : 20% untuk pemerintah pusat dan 80% pemerintah
daerah.
4. Pertambangan Minyak Bumi : 85% pemerintah pusat dan 15%
untuk pemerintah daerah.
5. Pertambangan Gas dan Alam :70% untuk pemerintah pusat dan
30% untuk pemerintah daerah. (Saragih, 2003:42).
1. Dana alokasi khusus yaitu dana yang berasal dari APBD, yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan
2. Dana alokasi umum yaitu dana yang berasal dari APBD, yang di
alokasikan dengn tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
Sedangkan dana alokasi umum sendiri dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Dana alokasi untuk daerah propinsi yang dibagi menjadi 4 jenis pajak
yaitu:
a). Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air:70% untuk
propinsi dan 30% untuk daerah kabupaten atau kota
b). Pajak bea balik nama kaendaraan bermotor dan kendaraan diatas
air:70% untuk propinsi dan 30% untuk daerah kabupaten atau kota
c). Pajak bahan bakar kendaraan bermotor:30% untuk propinsi dan
70% untuk kabupaten atau kota
d). Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan:30% untuk propinsi dan 70% untuk kabupaten atau kota.
b. Dana alokasi untuk daerah kabupaten atau kota yang dibagi menjadi 6
jenis pajak, yaitu:
1. Pajak hotel : 10%
2. Pajak restaurant : 10%
3. Pajak hiburan : 35%
4. Pajak penerangan jalan : 10%
5. Pajak reklame : 25%
Pinjaman daerah merupakan alat penerimaan daerah didalam struktur
keuangan daerah. Pinjaman daerah ini semakin memegang posisi penting sebagai
sumber pembiayaan pembangunan sarana dan prasarana daerah, terutama dalam
rangka pelayanan umumkepada masyarakat daerah.
Dan penerimaan lain-lain yang sah adalah penerimaan yang diperoleh dari hasil
penjualan barang-barang milik daerah, penjualan barang bekas, cicilan kendaraan
bermotor roda empat dan roda dua, cicilan rumah yang dibangun oleh pemerintah
daerah, penerimaan jasa giro (kas daerah) dan lain-lain. (Suprianto, 1993:174).
2.2.3. Inflasi
Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan
ditentukan hampir di semua negara, dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk
penyakit ekonomi yang sering kambuh dan harus berupaya untuk dikendalikan.
Inflasi dimaksudkan keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan harga–harga
pada umumnya, atau suatu keadaan dimana terjadinya turunya nilai mata uang.
Kemudian menurut Boediono yang dimaksud dengan Inflasi itu adalah
“kecenderungan dari harga–harga untuk naik secara umum dan secara terus–
menerus“. (Boediono, 1993:97).
Infasi adalah proses kenaikan harga barang-barang secara umum yang
terus menerus selama periode tertentu. Ini tidak berarti bahwa harga berbagai
macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Kenaikan yang terjadi
hanya sekali saja (meskipun dengan presentase yang cukup besar) bukan
Sebelum tahun 1970 para ekonomi mendefinisikan inflasi sebagai suatu
kenaikan dalam tingkat harga umum, tetapi sejak awal 1970an mulai dipisahkan
antara inflasi dan tingkat harga. Suatu kenaikan dalam tingkat harga atau
perubahan positif dimana index harga konsumen semakin besar, tetapi perubahan
itu tidak berlangsung terus, maka dapat dikatakan sebagai perubahan tingkat
harga. Akan tetapi apabila perubahan itu berlangsung terus, maka dikatakan
sebagai inflasi. Kenaikan tingkat harga yang continue ini bias terjadi pada saat–
saat lebaran, natal atau hari raya yang lain. Kenaikan harga seperti ini dapat
dianggap sebagai suatu masalah ekonomi.
Inflasi yang merupakan suatu gejala dari harga–harga disebabkan oleh
berbagai hal seperti telah dikatakan tadi bahwa harga merupakan benturan antara
kekuatan supply dan kekuatan demand. adanya perubahan harga karena adanya
gangguan terhadap keseimbangan yang lama sehingga kedua kekuatan tersebut
berinteraksi mencari suatu keseimbangan baru.
2.2.3.1. Jenis–jenis Inflasi menurut sifatnya
Menurut (Nopirin, 2000:176), inflasi didasarkan pada lajunya dibedakan
menjadi tiga yaitu :
1. Creeping Inflation (inflasi menyerap) yaitu biasanya ditandai dengan laju
inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Dalam proses kenaikan
harga berjalan lambat, dengan presentase yang kecil serta dalam jangka
2. Galloping Inflation (inflasi menengah), yaitu ditandai dengan kanaikan
harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit)
dan kadang kala berjalan dalam jangka waktu yang relatif pendek serta
mempunyai akselerasi. Yang artinya harga–harga minggu atau bulan ini
lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap
perekonomian lebih besar daripada inflasi yang menyerap.
3. Hyper Inflation (inflasi tinggi), merupakan inflasi yang paling parah,
akibatnya harga–harga naik sampai 5 atau 6 kali lipat. Masyarakat tidak
lagi berkeinginan menyimpan uang karena nilai uang merosot dengan
tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Biasanya keadaan ini
timbul akibat pemerintah mengalami defisit anggaran belanja negara
(misalnya ditimbulkan akibat adanya perang), yang kemudian ditutup
dengan cara mencetak uang baru.
Menurut Boediono penggolongan inflasi didasarkan pada parah tidaknya
inflasi yang terjadi, dibedakan menjadi beberapa macam inflasi :
a. Inflasi ringan (dibawah 10% pertahun) b. Inflasi sedang (antara 10% - 30% pertahun)
c. Inflasi berat (antara 30% - 100% pertahun)
2.2.3.2. Penyebab Timbulnya Inflasi
Menurut Suparmono, penyebab inflasi dikarenakan adanya :
a. Inflasi akibat tarikan permintaan dan dorongan biaya produksi. Inflasi
terjadi dikarenakan jumlah barang yang diminta secara total
(Aggregate Demand) melebihi jumlah barang yang diproduksi dalam
perekonomian.
b. Inflasi menurut teori kuantitas, menurut teori kuantitas ada dua
penyebab terjadinya inflasi :
1. Jumlah uang yang beredar dimasyarakat melebihi jumlah
kebutuhan uang yang seharusnya sehingga hal ini sangat memicu
terjadinya inflasi.
2. Harapan psikologis akan terjadinya kenaikan harga dimasa yang
akan datang akan memperparah terjadinya inflasi. (Suparmono,
1999:128)
Faktor yang menyebabkan inflasi digolongkan sebagai berikut :
1. Inflasi Permintaan (Demand Pull Inflation) adalah inflasi yang
timbul karena banyaknya permintaan akan barang–barang
Gambar 1 Demand full inflation
OUTPUT Q2
S
D1
D2.
Q1 P
P2
P1
Sumber : Nopirin, 2000, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, BPFE UGM, Yogyakarta, hal.179.
Peningkatan pendapatan agregat menyababkan permintaan
meningkat. Perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran ke kanan kurva
permintaan dari D1 ke D2. Pasar bergerak ke perpotongan baru dari
penawaran dan permintaan. Harga equilibrium meningkat dari P1 ke P2
dan jumlah equilibrium barang meningkat dari Q1 ke Q2.
2. Inflasi Penawaran (Cost Push Inflation), adalah kenaikan harga
beserta dengan turunnya produksi, keadaan ini biasanya timbul
dengan adanya penurunan dalam penawaran total sebagai akibat
Gambar 2 Cost Push Inflation
OUTPUT Q 1
D P
P2
P1
S2
S 1
Q 2
Sumber : Nopirin, 2000, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, BPFE, Yogyakarta, hal.180.
Peningkatan harga bahan menurunkan penawaran harga barang .
Hal itu menyebabkan penjualan barang kurang menguntungkan sehingga
memilih memproduksi lebih sedikit barang. Perubahan ini ditunjukkan
oleh pergeseran ke kiri kurva penawaran dari S1 ke S2 . Pasar bergerak ke
perpotongan baru dari penawaran dan permintaan. Harga equilibrium
meningkat dari P1 ke P2 dan jumlah equilibrium menurun dari Q1 ke Q2.
2.2.3.3. Pengaruh Inflasi
Inflasi dapat berpengaruh terhadap distribusi pendapatan, alokasi faktor
produksi dan produksi nasional. Distribusi pendapatan disebut dengan equity
effect, sedang efek terhadap alokasi faktor produksi dan produk nasional disebut
Penjelasannya sebagai berikut:
1. Pengaruh terhadap pendapatan (equity effect)
Sifat dari equity effect tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula yang
diuntungkan dengan adanya inflasi. Golongan yang dirugikan adalah
mereka yang memperoleh pendapatan tetap per tahunnya, yang memupuk
kekayaan dalam bentuk uang kas dan meminjamkan uang dengan bunga
yang lebih rendah dari inflasi yang terjadi. Sedangkan golongan yang
diuntungkan adalah yang memperoleh pendapatan dengan prosentase yang
lebih besar dari laju inflasi yang terjadi, hal ini semua dengan asumsi
bahwa out put nya tetap.
2. Pengaruh terhadap alokasi faktor produksi (efficiency effect)
Keadaan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan terhadap berbagai
barang yang dapat mengakibatkan perubahan produksi akan
mempengaruhi pola alokasi dari faktor produksi yang sudah ada dan
menjadi tidak efisiensi lagi.
3. Pengaruh inflasi produksi nasional (output effect)
Inflasi dapat mengakibatkan kenaikan produksi, sebab dengan timbulnya
inflasi mengakibatkan kenaikan harga barang lebih besar dari tingkat upah,
sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan akan naik yang
mengakibatkan kenaikan produksi. namun apabila laju inflasi itu cukup
2.2.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Berdasarkan jenis–jenis investasi, maka dapat diketahui bahwa yang di
maksud dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan investasi
yang dilakukan oleh investor dalam negeri. Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) ini lebih banyak di lakukan oleh pemerintah dengan motivasi untuk
kesejahteraan rakyat banyak.
Penanaman modal dapat juga di artikan sebagai investasi. Kata investasi
berasal dari bahasa Inggris yaitu investment. (Rosyidi, 1996 : 170).
Jenis–jenis investasi itu sendiri adalah :
1. Autonomous investment (investasi otonom) dan induce investment.
Autonomous investment adalah investasi yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh pendapatan tetapi dapat berubah oleh karena adanya
perubahan faktor tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah dan
harapan para pengusaha. Induce ivestment adalah investasi yang
mempengaruhi pendapatan.
2. Public investment dan Private investment.
Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang
dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tingkat
Private investment adalah investasi yang dilaksanakan oleh swasta.
3. Domestic investment dan foreign investment
Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri
sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing.
4. Gross investment dan net investment.
Gross investment (investasi bruto) adalah total investasi yang
diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika investasi bruto
mencakup segala jenis investasi, baik yang autonomous maupun
indused, baik yang private maupun yang public, seluruh investasi yang
dilakukan di suatu negara atau daerah selama periode waktu tertentu.
Net investment (investasi netto) adalah selisih antara investasi bruto
dengan penyusutan.
Maka dapat diketahui bahwa yang di maksud dengan Penanaman
Modal Dalam Negeri adalah investasi yang dilakukan oleh investor
dalam negeri. Dalam Penanaman Modal negeri (PMDN) ini resiko
kegagalan investasi di tanggung oleh investor dalam negeri.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ini banyak dilakukan oleh
2.2.5. Nilai Industri
Perusahaan dapat bertindak sebagai perantara antara sumber faktor
produksi dan konsumen, meliputi sarana, organisasi dan lembaga-lembaga yang
secara langsung ataupun tidak langsung berhubungan dengan produksi dan
distribusi barang serta jasa untuk memuaskan konsumen. Dalam arti luas, dunia
usaha ini terdiri atas tiga bagian :
a. Tempat kerja untuk menjalankan kegiatan produktif seperti pabrik,
pertambangan, hotel, toko atau ladang.
b. Perusahaan, yang memiliki satu tempat kerja atau lebih.
c. Industri.
Dalam usaha untuk menanggulangi kesulitan dan masalah ekonomi guna
mensukseskan program pemerintah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi negara, maka sektor industri merupakan salah satu tulang punggung
kejayaan negara.(Swastha,2003:10).
Pembangunan industri diarahkan untuk menuju kemandirian
perekonomian nasional, meningkatkan kemampuan bersaing dan menaikkan bursa
pasar dalam negeri dan luar negeri dengan selalu memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup. Pengertian industri pada hakekatnya mengandung arti
perusahaan yang menjalankan kegiatan dalam bidang ekonomi yang tergolong
dalam sektor sekunder. Kegiatan ini antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik
Menurut Wignjoesoebroto (2003 : 2) industri bisa berarti sebagai suatu lokasi atau tempat dimana aktifitas produksi akan diselenggarakan.
Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa industri
merupakan kegiatan ekonomi yang memproduksi atau menghasilkan barang dan
jasa, sehingga dalam prosesnya dapat menyerap banyak tenaga kerja.
Istilah industri biasanya menimbulkan gambaran dalam pikiran akan
adanya pabrik-pabrik, perusahaan-perusahaan yang mengolah bahan-bahan
mentah menjadi barang jadi dengan menggunakan alat seperti mesin-mesin dan
lain-lain, yang dilayani karyawan dengan kecakapan tertentu. Pengertian industri
sering dihubungkan dengan adanya mekanisasi, teknologi, dan hal-hal lain yang
datang dari negera yang sudah lebih maju.
Ada yang mengatakan bahwa industri adalah suatu usaha untuk mengejar
keuntungan, prestasi, dan pendapatan yang besar. Usaha-usaha ini pada akhirnya
membawa pertumbuhan ekonomi dan kenaikan produksi nasional bruto negara.
Produksi nasional bruto merupakan alat statistik yang dipakai untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi, didefinisikan dalam satu tahun di sebuah negara tertentu.
Di dalam pembahasan ini yang di maksud dari nilai industri adalah
seluruh sektor industri pengolahan (manufacturing), yakni sebagai salah satu
sektor produksi atau lapangan usaha dalam perhitungan pendapatan nasional
Berdasarkan kepada lapangan usaha yang dijalankan, perusahaan–
perusahaan yang ada dalam perekonomian dapat dibedakan menjadi 3 golongan :
Industri primer, sekunder, dan tersier.
Industri primer adalah perusahaan–perusahaan yang mengolah kekayaan
alam dan mengeksploitir faktor–faktor produksi yang disediakan oleh alam.
Kegiatan pertambangan, menghasilkan barang pertanian, mengeksploitir hasil
hutan dan menangkap ikan adalah kegiatan–kegiatan yang tergolong dalam
industri primer.
Industri sekunder meliputi perusahaan yang menghasilkan barang industri
(sepatu, baju, mobil, buku, dll), mendirikan perumahan dan bangunan,
menyediakan air, listrik, dan gas.
Industri tertier adalah industri yang menghasilkan jasa–jasa, yaitu
perusahaan yang menyediakan pengangkutan, menjalankan perdagangan,
memberikan pinjaman, dan menyewakan bangunan. (Sukirno, 2003:38).
2.2.5.1. Macam–Macam Industri
Untuk mengetahui macam-macam industri ini dapat dilihat dari beberapa
sudut pandang yaitu pengelompokan industri secara nasional dan dibagi 3
kelompok besar yaitu :
1. Kelompok Industi Dasar yang dibagi dua bagian, antara lain :
a. Kelompok industri mesin dan logam dasar, seperti besi, baja, dan
lain-lain
Kelompok ini mempunyai misi pertumbuhan ekonomi dan teknologi
yang digunakan adalah teknologi maju dan teruji yang bersifat tidak
padat karya.
2. Kelompok Industri Hilir
Yaitu aneka industri dengan misi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
dalam memperluas kesempatan kerja dan bersifat tidak padat modal.
Sedangkan teknologi yang digunakan teknologi menengah dan teknologi
maju.
3. Kelompok Industri Kecil
Yaitu kelompok industri dengan nilai pemerataan dan menggunakan
teknologi sederhana serta bersifat padat karya. (Arsyad, 1999:366).
Menurut jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan menurut Biro Pusat Statistik
dibedakan menjadi 4, yaitu:
1. Industri Besar, jika mempekerjakan 100 orang atau lebih dalam
setiap industri.
2. Industri Sedang, jika mempekerjakan 20 orang sampai 99 orang
dalam setiap industri.
3. Industri Kecil, jika mempekerjakan 5 sampai 19 orang dalam setiap
industri.
4. Industri Rumah Tangga, jika mempekerjakan kurang dari 5 orang
Hubungan jumlah industri dengan PAD yaitu melalui pertimbangan–
pertimbangan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menerima masuknya PMA
antara lain :
a. Bertujuan untuk memperoleh pendapatan Negara dalam bentuk
penerimaan pajak
b. Memberikan perluasan kesempatan kerja kepada angkatan kerja
disekitar daerah lokasi perusahaan.
Sedangkan dari PMDN yang didorong oleh pemerintah dimaksudkan untuk dapat
memberikan kesempatan kerja yang seluas–seluasnya kepada sektor–sektor yang
dikelola oleh pemerintah maupun swasta dan mengoptimalkan sumber daya yang
ada agar dapat bermanfaat dan berguna. Dengan semakin berkembangnya usaha
yang dilakukan maka akan banyak mengurangi pengangguran.
2.2.6. Nilai Pertanian
Dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional, pembangunan pertanian
merupakan langkah awal dan mendasar bagi pertumbuhan industri. Para pakar
membuat skenario, yaitu dengan sektor pertanian yang tangguh dapat ditunjang
perkembangan industri yang kuat. Sebagian besar pakar ekonomi juga
berpendapat bahwa keberhasilan sektor industri sangat tergantung pada
keberhasilan pembangunan pertanian.
Pertanian dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang pertanian, baik mengenai subsektor tanaman pangan dan
perikanan. Semua ilmu ini dapat dikategorikan sebagai bagian dari ilmu pertanian,
karena keberadaannya sangat berhubungan dan mempengaruhi perkembangan
pertanian itu sendiri.(Daniel,2002:14).
Pertanian memegang peran penting dari keseluruhan perekonomian
nasional. Hal ini dapat di tunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja
yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang
berasal dari pertanian. Sebagian besar hasil–hasil bidang pertanian rakyat adalah
bahan makanan terutama beras untuk konsumsi sendiri, sedangkan hampir seluruh
perkebunan yaitu ekspor. Pertanian dalam arti luas mencakup :
1. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan (perkebunan rakyat dan perkebunan besar)
3. Kehutanan
4. Peternakan
5. Perikanan (perikanan darat dan laut).
Arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha
pertanian keluarga dimana produksi bahan makanan utama seperti beras,
pertanian, palawija (jagung, kacang–kacangan dan ubi–ubian) dan tanaman
hortikultura yaitu sayur–sayuran dan buah–buahan.
Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian
guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri serta
meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan
2.2.6.1. Ciri-ciri Umum Pertanian
Dari sudut pandang yang luas sesungguhnya sektor pertanian meliputi
pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
Ciri sektor pertanian di Indonesia barangkali dapat dikategorikan berdasarkan ciri
spesifik sektor pertanian dalam perkonomian Indonesia. Ciri ini antara lain :
1. Pertanian Indonesia merupakan pertanian tropis, dalam artian bahwa
sepanjang tahun tanaman pertanian mendapatkan sinar matahari. Oleh
karenanya iklim di Indonesia tidak mengenal iklim dingin atau musim
dingin, musim gugur atau musim semi. Tipe iklim yang berbeda ini akan
menentukan tipe tanaman yang diusahakan oleh petani-petani di
Indonesia.
2. Pertanian di Indonesia hanya mengenal musim hujan dan musim
kemarau. Biasanya musim hujan diawali pada September-Oktober dan
diakhiri pada Maret-April. Di awal musim hujan biasanya petani
mengusahakan tanaman padi, karena irigasinya tersedia dalam jumlah
yang cukup. Sebaliknya di daerah yang irigasinya tidak tersedia dalam
jumlah yang memadai, diusahakan tanaman palawija, seperti kedelai,
jagung, atau lainnya.
3. Pertanian di Indonesia dicirikan oleh pengusahaannya dalam luas usaha
yang relatif sempit, kurang dari satu hektar. Luas usaha yang demikian
dicirikan oleh adanya tanaman bahan makanan. Sebaliknya di daerah
yang usaha pertaniannya dilakukan dalam jumlah yang luas, maka disitu
4. Pertanian di Indonesia juga dicirikan oleh luasnya lahan kering
dibandingkan dengan lahan sawah. Lahan kering dapat berupa tegalan,
tanah dipegunungan atau padang alang-alang. Khususya di Indonesia
bagian timur, persentase luas lahan kering malah lebih luas. Hal ini
disebabkan karena kurangnya curah hujan di daerah itu.
5. Pertanian di Indonesia juga dicirikan oleh banyaknya penggunaan tenaga
kerja manusia dan relatif sedikit penggunaan tenaga kerja mesin.
6. Pertanian di Indonesia juga dicirikan oleh kontribusinya yang relatif
besar terhadap perekonomian di Indonesia. Situasi seperti ini yang
mencirikan Indonesia sebagai negara agraris pada tahun-tahun yang lalu
hingga sekarang. (Soekarwati, 1993: 96).
2.3. Kerangka Pikir
Skema Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi PAD di Kabupaten Pasuruan dalam Rangka Otonomi Daerah.
Kerangka pikir tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. PAD (Pendapatan Asli Daerah) adalah penerimaan yang berasal adri
sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri dari pajak, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan pengelolaan kekayaan
daerah lainnya yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah.
(Bratakusumah, 2001:169).
2. Inflasi adalah kecenderungan dari harga–harga untuk naik secara
umum dan terus–menerus. Kenaikan dari satu atau dua saja tidak
disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas yang
mengakibatkan kenaikan sebagian dari harga barang–barang lain.
(Boediono, 1999:162).
3. PMDN merupakan investasi yang dilakukan oleh investor dalam
negeri. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ini lebih banyak
dilakukan oleh pemerintah dengan motivasi untuk kesejahteraan rakyat
banyak. Untuk menambah pendapatan daerah dari produksi barang dan
jasa yang dikelola meningkat maka secara otomatis pendapatan akan
meningkat dan para investor akan semakin meningkat untuk
menanamkan modalnya. (Rosyidi, 1996:170).
4. Pengertian industri pada hekekatnya mengandung arti perusahaan yang
menjalankan kegiatan dalam bidang ekonomi yang tergolong dalam
sektor sekunder, jika jumlah industri meningkat maka jumlah barang
produksi untuk daerah dan untuk diekspor juga meningkat, dari hal ini
meningkat. Seiring dengan jumlah industri menurun maka jumlah
produksi akan menurun. (Sukirno, 1995 : 187).
5. Pertanian merupakan motor penggerak dan juga penentu keberhasilan
dalam upaya pembangunan. Semua subsektor yang termasuk kedalam
pertanian sangat berkaitan dengan barang produksi yang dapat
menunjang perkembangan industri, jika produksi atau barang olahan
meningkat maka dari pertanian akan meningkat dan menambah
pemasukan terhadap pendapatan daerah.(Moehar,2002:14).
2.6. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara, pendapat yang harus
di uji kebenarannya dan digunakan sebagai dasar pedoman atau pengarahan dari
analisis penelitian sesuai dengan perumusan masalah, tujuan peneliti, landasan
teori yang dikemukakan terdahulu, hipotesis tersebut dapat di tarik sebagai berikut
1. Diduga Faktor Inflasi, PMDN, Nilai Industri dan Nilai Pertanian, berpengaruh
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Pasuruan.
2. Diduga Inflasi yang paling dominan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Pasuruan.
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah suatu definisi yang
diberikan kepada variabel dengan cara memberi arti atau spesifikasi kegiatan yang
diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional dan
pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Variabel Terikat (Dependent Variable)
1. Variabel terikat yaitu : PAD (Pendapatan Asli Daerah) atau pendapatan
merupakan jumlah seluruh uang yang di terima oleh seseorang atau
rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Satuan pengukuran yang digunakan adalah dalam rupiah (Rp).
b. Variabel Bebas (Independent Variable)
Merupakan variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat / variabel
yang dapat berdiri sendiri yaitu :
1. X1 = Tingkat Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga–harga untuk naik
secara umum dan terus–menerus. satuan yang digunakan adalah
satuan persentase (%).
2. X2 = Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Investasi swasta (PMDN) adalah kegiatan yang direncanakan
dan dilaksanakan sepenuhnya oleh pihak swasta dalam negeri
di jawa timur dengan tujuan untuk mendapatkan kemanfaatan
dan fasilitas dari pemerintah. Variabel ini dinyatakan dengan
satuan juta rupiah (Rp).
3. X3 = Nilai Industri
Pengertian industri pada hekekatnya mengandung arti
perusahaan yang menjalankan kegiatan dalam bidang ekonomi
yang tergolong dalam sektor sekunder. Variabel ini dinyatakan
dengan satuan juta rupiah (Rp).
4. X4 = Nilai Pertanian
Semua subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor
perkebunan, peternakan, maupun subsektor perikanan. Semua
ini dapat dikategorikan sebagai bagian dari ilmu pertanian.
Variabel ini dinyatakan dengan satuan juta rupiah (Rp).
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Sampel data yang akan digunakan adalah data berkala (time series
data) dalam periode selama 10 tahun yaitu dari tahun 1998 – 2008.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
a) Semua data yang dikumpulkan dalam penelitian ini didasarkan pada data
sekunder yaitu data dikumpulkan dari lembaga atau instansi yang terkait.
b) Sumber data diperoleh dari :
2) Kantor Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Pasuruan.
3) Kantor Badan Pusat Statistik Surabaya.
Dalam penelitian ini pengumpulan data yang diperlukan
menggunakan cara sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Yaitu data yang diperoleh berdasarkan buku-buku / literatur sebagai
bahan pustaka yang dapat menunjang masukan yang dibahas dalam
penulisan skripsi ini.
2. Studi Lapangan (Field Rsearch)
Yaitu memperoleh data dan melakukan penelitian di lapangan untuk
mendapatkan data yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini yang
dilakukan dengan cara :
Dokumentasi, yaitu meminta dan mengambil data berupa
laporan-laporan, catatan-catatan, yang berhubungan dengan masalah-masalah
yang dibahas.
3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis
Dalam analisis digunakan dua macam metode yaitu :
a) Analisis Kualitatif, merupakan analisis dengan menggunakan atau
berdasarkan teori yang ada maka alternatif pemecahan terhadap
b) Analisis Kuantitatif, merupakan analisis yang menggunakan beberapa
alat perhitungan tabel statistik juga ekonometrika. Dalam hal ini untuk
menganalisis data konkrit digunakan analisis regresi linear berganda.
Dalam menguji hipotesis pengaruh Inflasi, Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN), Industri dan Pertanian terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD), maka dilakukan analisis dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Melakukan analisis regresi linier berganda untuk menentukan arah
dan besarnya pengaruh Inflasi, Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), Industri dan Pertanian terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dengan menggunakan model matematika sebagai berikut :
Y = F (X1, X2, X3, X4, ………, Xn)
(Supranto, 2001 : 25)
Dimana :
Y = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X1 = Inflasi
X2 = Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
X3 = Nilai Industri
X4 = Nilai Pertanian
b. Bentuk dasar tersebut kemudian dapat ditentukan model yang lebih
akurat, model tersebut adalah regresi berganda penerapan beberapa
Model-model tersebut adalah :
Regresi linier berganda dengan persamaan :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +
c. Adapun untuk mengetahui apakah model analisis tersebut cukup
layak untuk digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk
mengetahui sampai sejauh mana variabel-variabel bebas mampu
menjelaskan variabel terikat, maka perlu untuk mengetahui nilai R
(Koefisien Determinasi) dengan menggunakan formula sebagai
3.4.2. Uji Hipotesis
a. Melakukan uji F untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh
variabel-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel-variabel terikat. Dengan
langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
1. Merumuskan Hipotesis
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0………tidak ada pengaruh
Hi : β1 ≠β2 ≠β3 ≠β4 ≠ 0 ………ada pengaruh
2. Menentukan Level of Signifikan () sebesar 5%
3. Menghitung nilai F untuk mengetahui hubungan secara simultan
antar variabel bebas dan variabel bebas dan variabel terikat dengan
rumus sebagai berikut :
Fhitung =
Galat KT
Regresi KT
(Sulaiman, 2004 : 87)
Dimana : KT = Kuadrat Tengah
4. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan ketentuan sebagai
berikut :
Derajat bebas pembilang adalah k dan derajat bebas penyebut
adalah (n-k-l) dengan convidence internal sebesar 90%
Keterangan : n = Jumlah Sampel
Apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Hi diterima. Artinya
Independent Variabel secara keseluruhan mempengaruhi
Dependent Variabel.
Apabila Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Hi ditolak. Artinya
tidak mempengaruhi.
Gambar 3. Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara Simultan.
Sumber : Supranto, 2001, Ekonometrik, Buku Satu, FEUI, Jakarta
hal.152.
Daerah Penerimaan H0
Fhitung
Ftabel
Daerah Penolakan H0
b. Melakukan uji t untuk menguji tingkat signifikan pengaruh beberapa
variabel secara parsial.
Dengan menggunakan langkah-langkah :
a. Merumuskan hipotesis
H0 : β1 = 0 ………tidak ada pengaruh
Hi : β1 ≠ 0 ………ada pengaruh
c. Menentukan besarnya thitung dengan menggunakan persamaan :
Membandingkan thitung dengan ttabel dengan uji t dua arah. Dengan
ketentuan derajat kebebasan sebesar n – k – l, internal kepercayaan
95%, kaidah keputusannya adalah :
Bila thitung > ttabel, maka H0 ditolak Hi diterima, yang artinya ada
pengaruh variabel terikat.
Bila thitung < ttabel, maka H0 diterima Hi ditolak, yang artinya tidak
ada pengaruh variabel-variabel bebas dan variabel terikat.
Gambar 4. Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara Parsial
Sumber : Supranto, 2001, Ekonometrik, Buku Satu, FEUI, Jakarta
3.4.3. Asumsi Klasik BLUE (Best Linier Unbiased Estimator)
Persamaan Regresi harus bersifat BLUE artinya pengambilan
melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Tetapi untuk melaksanakan operasi
regresi linier tersebut diperlukan asumsi yang harus dipenuhi :
a. Tidak terjadi autokorelasi
b. Tidak terjadi heterokedastisitas
c. Tidak terjadi multikolinieritas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi tidak dipenuhi, maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator) sehingga berakibat pada hasil estimasi yang tidak
efisien dan tidak konsisten, dengan nilai estimasi parameter regresi yang
biasanya akan mengakibatkan upaya pengujian hipotesis menjadi tidak
efisien sehingga penetapan kesimpulan analisis menjadi tidak obyektif.
Adapun sifat-sifat BLUE antara lain :
1. Best
Yaitu pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan baku
terhadap dan β.
2. Linier
Yaitu sifat yang dibutuhkan untuk memindahkan dalam penaksiran.
3. Unbiased
Yaitu penaksiran parameter yang diperoleh dari data (sampel) yang
4. Estimator
Yaitu (kesalahan) diharapkan sekecil mungkin.
Penerapan asumsi klasik pada model regresi linier berganda tergantung
ada tidaknya gangguan pada asumsi klasik tersebut.
Dalam pengujian BLUE (Best Linier Unbiased) ini dihindari
penyimpangan yang bersifat sebagai berikut :
1. Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi yang terjadi antara anggota
observasi yang terletak berderetan secara series dalam bentuk waktu
(jika datanya time series) atau korelasi antara tempat yang berderet
atau berdekatan kalau datanya cross sectional. (Gujarati, 1995 : 201).
Gambar 5. Daerah Uji Durbin Watson
0
2. Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah adanya hubungan yang sempurna antara
semua atau beberapa variabel yang menjelaskan dari dalam model
regresi yang dikemukakan. (Gujarati, 1995:157).
Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dengan
ciri-ciri :
1. Kolinieritas sering ditandai dengan nilai R2 yang tinggi.
2. Koefisien korelasi sederhananya tinggi.
3. Nilai Fhitung tinggi (signifikan). (Gujarati, 1995:166-167).
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas dapat
dilakukan dengan menghitung Varience Inflation Factor (VIF).
Apabila VIF lebih besar dari 10 (VIF > 10) maka terjadi
multikolinieritas dan jika VIF kurang dari 10 (VIF < 10) maka tidak
terjadi multikolinieritas.
3. Heterokedastisitas
Istilah Heterokedastisitas berarti variabel independentnya
adalah tidak konstan (berbeda) untuk setiap nilai tertentu variabel
independent.
Uji heterokedastisitas dengan menggunakan uji rank spearman,
yaitu dengan cara mengambil nilai mutlak dengan mengasumsikan
bahwa koefisien korelasi adalah nol. Jika hasil regresi menunjukkan
nilai signifikan t > nilai , maka regresi linear terdapat
Prediksi)2. Selain itu pada scatter plot akan mengambil gambar yang
memancar atau menyebar dan tidak hanya mengumpul pada suatu titik
ataupun membentuk suatu pola tertentu apabila pada persamaan regresi
terjadi heterokedastisitas. (Gujarati 1995:177).
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Pasuruan
Letak geografis wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten pasuruan
berada pada posisi sangat strategis yaitu jalur utama Surabaya-Malang atau
antara 112 0 33’ 55” hingga 113 30’ 37” Bujur Timur dan antara 70 32’ 34”
hingga 80 30’ 20” Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah:
Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura
Selatan : Kabupaten Malang
Timur : Kabupaten Probolinggo
Barat : Kabupaten Mojokerto
Kabupaten Pasuruan pada umumnya beriklim tropis, yang terdiri
dari daerah pegunungan berbukit dan daerah dataran rendah. Bagian selatan
terdiri dari pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian permukaan tanah
antara 186 meter sampai 2.700 meter yang membentang mulai dari wilayah
kecamatan Tutur, Purwodadi and Prigen. Bagian tengah dari dataran rendah
yang berbukit pada umumnya relative subur. Bagian utara terdiri dari
dataran rendah pantai yang tanahnya kurang subur dengan ketinggian
permukaan tanah 2 meter sampai 8 meter, daerah ini membentang dari timur
yakni wilayah kecamatan Nguling ke arah Barat yakni kecamatan Lekok,
Rejoso, kraton dan Bangil.
4.1.2. Keadaan Penduduk
Berdasarkan hasil regristrasi penduduk Kabupaten Pasuruan relative
besar tercatat 1.454.521 jiwa terdiri dari 725.484 jiwa dan perempuan
729.037 jiwa (data akhir tahun 2005 BPS Kabupaten Pasuruan) dengan
kepadatan penduduk sebagian besar suku bunga jawa,suku madura, Suku
tengger dan keturunan asing antara lain : Cina, Arab, India. Agama yang
dianut Islam, Kristen Protestan, Khatolik, Budha dan Hindu.
Kondisi menurut mata pencaharian terdiri dari Pertanian (33,98%),
Industri Pengolahan (24,69%), Listrik, Gas, dan Air (0,41%), Perdagangan,
Hotel, dan Restoran (17,79%), pertambangan dan Galian (0,38%). Data
akhir tahun 2005 berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional.
Upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Pasuruan untuk
meningkatkan peertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatn asli
daerah (PAD) antara lain : Memperhatikan kondisi an potensi perdagangan
juga memperbaiki sarana dan prasarana perdagangan dalam rangka
menunjang :
1. Menciptakan iklim yang kondusif dengan terciptanya stabilitas daerah
dan kemudahan berinfestasi.
2. Pemberdayaan pengusaha kecil, menengah dan koperasi melalui
pemberian kemudahan dalam mengembangkan usaha, pemberian kredit dan
pertumbuhan ekonomi kabupaten Pasuruan mencapai 4,57% (berdasarkan
perhitungan angka tahun 2004).
Salah satu upaya kabupaten Pasuruan didalam menciptakan iklim
usaha yang sehat dan guna menarik investasi adalah dengan terdirinya
kawasan industri PT. Pasaruan Industrian Estate Rembang (PIER) di
kecamatan Rembang seluas +/- 550 Ha yang dilengkapi juga dengan
kawasan berikat sampai saat ini luas areal yang sudah dimanfaatkan +/- 200
Ha (360%) dengan jumlah perusahaan pasilitas yang tersedia di kawasan
industri PIER cukup lengkap antara lain bangunan pabrik siap pakai / siap
bangun telepon 2000 SST listrik 110 MW intalasi pengolahan air limbah,
pemadam kebakaran, keamanan air bersih dan tempat penampungan sampah
sementara di kabupaten Pasuruan terdapat sekitar 26 perusahaan yang
berstatus kawasan berikat.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data-
data serta perkembangan Pendapatan Asli Daerah sehingga dapat
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan
Pendapatan Asli Daerah, Inflasi, Penanaman Modal Dalam Negeri, Nilai
4.2.1. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah dapat disajikan dalam tabel
di bawah ini :
Tabel.1. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Tahun 1998-2008 Tahun Pendapatan Asli Daerah (Rp) Perkembangan (%)
1998 47.241.356.215,85 -
1999 59.986.241.538,25 26,97
2000 60.538.964.262,37 0,92
2001 57.638.721.816,46 - 4,79
2002 61.478.524.296,32 6,66
2003 62.958.118.139,25 2,40
2004 61.382.591.676,03 - 2,50
2005 64.648.370.888,03 5,32
2006 64.654.287.353,37 0,009
2007 72.623.115.684,83 12,32
2008 80.187.520.999,22 10,41
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur( diolah )
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan
Pendapatan Asli Daerah selama 11 tahun ( 1998-2008) cenderung
mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Pendapatan Asli Daerah
adalah pada tahun 1999 sebesar 26,97 % hal ini disebabkan pada tahun 1999
sudah mulai pulihnya perekonomian dimana pada tahun 1998 terjadi krisis
ekonomi yang melanda Indonesia dan perkembangan terendah adalah pada
tahun 2001 sebesar -4,79 % hal ini disebabkan pada tahun 2001 terjadi
kenaikan harga minyak minyak dunia sehingga mempengaruhi harga BBM
didalam negeri juga ikut naik. Pendapatan Asli Daerah tertinggi terjadi pada
tahun 2008 sebesar Rp. 80.187.520.999,22 dan Pendapatan Asli Daerah
4.2.2. Perkembangan Tingkat Inflasi
Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa perkembangan inflasi
setiap tahunnya mengalami fluktuatif yang tidak tentu besarnya.
Perkembangan Inflasi, yang tertinggi terjadi pada tahun 2001 sebesar 4,68
% ini dikarenakan pada umumnya kenaikan Inflasi terjadi dari kenaikan
harga barang–barang yang tidak dikendalikan Pemerintah dan adanya
kenaikan harga BBM. tetapi pada tahun 1999 terjadi perkembangan
terendah sebesar -67,94 %. Hal ini bisa dilihat dari nilai Inflasi di tahun
1998 sebesar 77,21 % menjadi 0,17 % atau turun sebesar -67,94 %.
Tabel.2. Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 1998-2008
Tahun Tingkat Inflasi (%) Perkembangan ( % )
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah )
4.2.3. Perkembangan Penyerapan Penanaman Modal Dalam Negeri Perkembangan Penyerapan Penanaman Modal Dalam Negeri dapat